Top Banner
Mikrobiologi Rongga Mulut MIKROBIOLOGI RONGGA MULUT Kresna Adam drg SpBM(K) PENDAHULUAN Bartels 1968 menyatakan bahwa infeksi didalam rongga mulut disebabkan oleh kuman-kuman yang biasa hidup normal dalam mulut. Kuman-kuman pada kondisi normal dapat berubah menjadi pathogen sehingga merusak jaringan mulut atau merubah sisitim ekologi kehidupan kuman-kuman dalam rongga mulut. Infeksi dalam rongga mulut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak hidup normal dalam rongga mulut dapat terjadi karena terjadi kontak dengan orang lain yang sedang menderita penyakit atau binatang atau memakan/meminum makan/air yang telah tercemar oleh kuman-kuman pathogen. Infeksi dalam rongga mulut dapat bersifat primary atau sekundair dari suatu infeksi sistemik. Kemampuan kuman-kuman normal didalam rongga mulut untuk berobah menjadi patogen ditunjukan oleh hasil penelitian dari Sabiston dkk 1976; mereka meneliti dari 58 spacimen abses gigi , hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat berbagai species kuman pada infeksi pyogenic rongga mulut; Streptokokus facultatife merupakan spesies yang terbanyak dibandingkan dengan species lainnya. Basil gram positif dan gram negatif merupakan yang banyak pula dijumpai pada pus, gram-negaif fakultatif pada penelitian ini jarang dijumpai, dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa pus berisikan bermacam-macam species kuman dan kuman tidak mampu menimbulkan infeksi secara sendiri2. Ini tidak berarti bahwa penelitian ini meragukan tapi diperlukan pula suatu cara
34

Mikrobiologi Rongga Mulut

Jan 16, 2016

Download

Documents

Gomes Valen

kg
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mikrobiologi Rongga Mulut

Mikrobiologi Rongga Mulut

MIKROBIOLOGI RONGGA MULUT

Kresna Adam drg SpBM(K)

PENDAHULUAN

Bartels 1968 menyatakan bahwa infeksi didalam rongga mulut disebabkan oleh kuman-kuman yang biasa hidup normal dalam mulut.

Kuman-kuman pada kondisi normal dapat berubah menjadi pathogen sehingga merusak jaringan mulut

atau merubah sisitim ekologi kehidupan kuman-kuman dalam rongga mulut.

Infeksi dalam rongga mulut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak hidup normal dalam rongga mulut dapat terjadi karena terjadi kontak dengan orang lain yang sedang menderita penyakit atau binatang atau memakan/meminum makan/air yang telah tercemar oleh kuman-kuman pathogen. Infeksi dalam rongga mulut dapat bersifat primary atau sekundair dari suatu infeksi sistemik.

Kemampuan kuman-kuman normal didalam rongga mulut untuk berobah menjadi patogen ditunjukan oleh hasil penelitian dari Sabiston dkk 1976; mereka meneliti dari 58 spacimen abses gigi , hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat berbagai species kuman pada infeksi pyogenic rongga mulut; Streptokokus facultatife merupakan spesies yang terbanyak dibandingkan dengan species lainnya. Basil gram positif dan gram negatif merupakan yang banyak pula dijumpai pada pus, gram-negaif fakultatif pada penelitian ini jarang dijumpai, dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa pus berisikan bermacam-macam species kuman dan kuman tidak mampu menimbulkan infeksi secara sendiri2. Ini tidak berarti bahwa penelitian ini meragukan tapi diperlukan pula suatu cara kultur untuk kuman-kuman yang anaerobik untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Karena kelainan didalam mulut disebabkan oleh kuman-kuman yang sudah berada dalam mulut(endogenous) dan kuman-kuman yang berasal dari luar rongga mulut(exogenous) maka kita harus mengetahui kuman-kuman apa saja yang hidup secara normal didalam mulut dan kuman-kuman yang merupakan manifestasi dari penyakit-penyakit sistemik didalam mulut. Kita juga harus mengetahui metoda untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan pengetahuan untuk melakukan identifikasi dari kuman penyebab.

Page 2: Mikrobiologi Rongga Mulut

EKOLOGI KUMAN YANG HIDUP NORMAL DIDALAM RONGGA MULUT

Menurut Hardie dan Bowden, 1974 ada banyak jenis koloni kuman yang hidup normal dalam rongga mulut.Pada orang dewasa jumlah kuman lebih banyak, sebagai contoh pada air ludah 43 X 106 sampai 55 X 108 kuman per meliliter(Burnett dan Scherp, 1968), sedangkan pada per gram plaque 2,5 X 1011 dan per gram kotoran dari alveolar crest 1,7 X 1011(Gibbons dkk 1963 dan Socransky dkk; 1963). Pada saat lahir rongga mulut steril setelah beberapa jam, sejumlah kuman meningkat jumlahnya dengan cepat, McCarthy, Snyder dan Parker(1965) menemukan Streptococcus, Stapylococcus, Vaillonella dan Neisseria, species dari Actinomyces, Fusobacterium, Nocordia(Rothia) dan Lactobacillus dijumpai pada lebih dari setengah objek penelitian, sedangkan Bacteriodes, Candida, Corynebacterium, Leptotrichia dan Coliform dijumpai pada kurang dari setengahobjek penelitian. Streptococcus salivarius dijumpai pada bayi yang baru lahir bila specimentnya diambil dari dorsum lidah(Carlsson dkk, 1970; Mccarthy, Snyder dan Parker, 1965). Socransky dan Manganiello(1971) membuat tabel kuman-kuman yang ada dalam rongga mulut orang dewasa(tabel 2), dari hasil penelitian Gibbons dkk,1963; Gordon dan Gibbons, 1966; Gordon dan Jong, 1968; Richardson dan Jones, 1958; Socransky dkk, 1963. Kuman rongga mulut dijumpai bervariasi dan rumit. ”Gram-positive facutative cocci” merupakan kelompok kuman yang dijumpai diseluruh bagian dari rongga mulut tapi macam speciesnya berbeda-beda sesuai dimana sampel diambil. Jenis kuman yang anaerobik juga merupakan kuman biasa dijumpai didalam mulut dalam keadaan normal, biasa didapat pada ”gingival crevice” dan ”dental plaque”.

Menurut Hardie dan Bowden (1974) gambaran dari jumlah kuman yang disebut dalam literatur, bukan suatu nilai yang pasti tapi sangat tergantung dari sampel yang diperiksa diambil. Ini disebabkan oleh ;

1. Tempat/lokasi specimen diambil.

2. Media pembiakan yang digunakan dan tata cara pemeriksaan yang tidak sama.

Socransky and Manganiello (1971) menyatakan bahwa terdapat perbedaan distribusi jenis kuman pada lokasi berbeda didalam rongga mulut sesuai dengan kebiasaan hidup dari kuman yang bersangkutan biasa lokasi yang disukai oleh jenis kuman hidup ini disebut sebagai ” prime ecologic niches”.

Streptococcus salivarius banyak dijumpai pada dorsum dari lidah, streptococcus sanguis banyak dijumpai pada plaque dan saliva. Streptococcus mutans lebih banyak ditemukan pada plaque dari pada

Page 3: Mikrobiologi Rongga Mulut

ecologic niches. Lactobacilli sedikit dijumpai pada noncarious plaque(van Houte, Gibbons, and Pulkkinen, 1972) dan saliva.

Kemampuan hidup dan melekat dari kuman pada jaringan mulut merupakan faktor penting terdapatnya jenis kuman tersebut hidup normal didalam mulut, kuman yang tidak mempunya hal tersebut akan terbawa oleh saliva atau tertelan bersama-sama makanan(Gibbons, van Houte and Liljemark, 1972).

Gibbons dan Nygaard (1970) menyatakan bahwa ada 2 pelekatan kuman yaitu ;

1. Pelekatan kuman dengan permukaan gigi atau epithelial.

2. Pelekatan sesama kuman.

Penelitian terhadap kemampuan melekat dari streptococcus mutans sebagai kelompok cariogenic pada permukaan yang licin in vitro dan in vivo dalam menghasilkan synthesa extracellular polysacharida dari sucrose telah banyak dilakukan.(Germaine and Schachtele, 1976; Gibbons and Banghart, 1967; Gibbons and Nygaard, 1968; Guggenheim and Newbrun, 1969; McCabe and Smith, 1975). Bourgeau dan McBride, 1976; Gibbons dan Nygaard, 1970; N ewman dan McKey, 1973; dari penelitian mereka menunjukan terjadinya plekatan antara kuman sejenis dan yang bukan sejenis. Hasil penelitian ini dikuatkan pula oleh hasil penelitian Gibbons dan van Houte ( 1973, 1975).

KELOMPOK/GROUP KUMAN RONGGA MULUT

Gram-positive cocci

Staphylococcus

Berukuran 0,8 µm, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi enzyme

katalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik

dan anaerobik. Yang membedakan micrococcus dengan yang lain adalah dalam

kemampuan melakukan oxidasi glukosa. Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh

dalam air garam dengan kepekatan 7,5 % sampai 15 %, sifat ini digunakan untuk

Page 4: Mikrobiologi Rongga Mulut

memisahkannya dari specimen dan merupakan ”vegetative bacteria” sehingga sering

digunakan untuk percobaan kemampuan membunuh kuman penyakit.

Jenis Staphylococcus yang trdapat dalam mulut ;

Staphylococcus candidus, Staphylococcus citreus, Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus salivarius dan Staphylococcus aureus,(Gordon, 1967; Ikeda, Isoda dan

Iidako, 1964; Taplin dan Goldsworthy, 1958).

Staphylococcus epidermidis, hidup normal pada kulit, sering dijumpai pada infeksi.

Staphylococcus aureus merupakan jenis yang sangat pathogen, mempunyai sifat

memfermentasi karbohidrat golongan manitol, menkoagulasi plasma mamalia,

mengahasilkan Dnase yang sangat stabil dan enzyme lysozyme dan menguraikan

staphylococcal protein A. Bacteriophage typing(Wentworth, 1963) membuktikan

kegunaan dalam penelitian epidemiologi, terutama tentang penyebaran staphylococcus

aureus.

Meningkatnya dijumpainya resistensi terhadap antibiotik, coagulase-negative

staphylococci dari infeksi pada manusia, memacu perhatian terhadap kemampuan

patogen dari staphylococcus epidermidis(Adriole dan lyons, 1970; Marsik dan Parisi,

1973). Manusia merupakan tempat penyebaran penting dari staphylococcus aureus

(Elek, 1959). Dalam keadaan normal Kuman ditemukan pada mucosa membrane

hidung, rongga mulut, nasopharynx dan saluran gastrointestinal. Hidung perlu

dipertimbangkan karena hampir 50 % kuman hidup disini. Knighton (1962)

memeriksa 864 spesimen dari hidung dan 864 spesimen dari rongga mulut dari 74

mahasiswa dalam periode 14 bulan, medapatkan 48.5 % coagulase-positive

Page 5: Mikrobiologi Rongga Mulut

staphylococci pada specimen hidung dan 46,5 % coagulase-positive staphylococci,

sedangkan 12,2% dari specimen hidung dan specimen rongga mulut adalah negative.

Pada spesimen-spesimen yang positive diatas didapatkan 77,9% mempunyai 10

sampai 1000 koloni per meliliter saliva dan 4,5% mempunyai lebih dari 10.000 koloni

per milliter saliva. Handelman dan Mills (1965) juga melaporkan relative rendah dari

jumlah staphylococci dalam air ludah manusia, ini menunjukkan bahwa staphylococci

merupakan porsi kecil dari suluruh kuman yang hidup didalam rongga mulut.

Patogenitas dan virulensi dari staphylococcus aureus ditunjukkan dengan kemampuan

Mengeluarkan extracellular toxin dan enzym sbb; coagulase, enterotoxin, exfoliative

toxin, berbagai hemolysins, hyaluronidase, leukocidin dan staphylokinase atau

fibrinolysin. Virulensi kuman dapat tidak ditentukan oleh satu jenis toxin atau enzym,

kecuali enterotoxin dari staphylococcal yang menyebabkan keracunan makanan.

(Casman, 1971), dan staphylococcus aureus yang menhasilkan exfoliative toxin

menimbulkan “scalded skin syndrome”(Melish dan Glasgow, 1970; Melish, Glasgow

dan Turner, 1972). Staphylococcus aureus dan masuk/menembus berbagai organ atau

jaringan tubuh, dengan menimbulkan, imflamasi, nekrosis dan abses. Kulit adalah

dimana sering kena infeksi, furuncles dan carbuncles sering dijumpai di muka,

hidung, axila dan bokong. Ditemukan 50% sampai 60% dari kasus osteomyelitis

disebabkan oleh staphylococcus aureus(Waldvogel, Medoff dan Swartz, 1970).

Infeksi ini sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal anastesi, fraktur atau

penyebaran dari infeksi facial, periapical atau periodontal abses, didapatkan lebih

banyak pada mandibula dari maxilla. (Nolte, 1973). Winkler dan van Amerongen

(1959) menyatakan staphylococcus auereus jarang ditemukan pada infeksi root canal.

Page 6: Mikrobiologi Rongga Mulut

Staphylococcus aureus juga menyebabkan infeksi tractus genitourinarius, pneumonia

Endocarditis, septikemia dan enterocollitis.

Problem yang paling serius dari infeksi staphylococcal adalah terjadi kedaruratan dan

penyebaran kuman akibat kuman telah resisten terhadap anti-biotik. Ditemukan 85 %

sampai 95 % infeksi nosokomial karena staphylococcus aureus resisten terhadap

Penicillin G(Oven, Kirsten, dan Bulow, 1969). Disisi lain resistensi kuman terhadap

kuman ini insidennya rendah tapi bertambah setiap tahunnya(Barrett dkk, 1970; Ross

dkk, 1974). Staphylococcus menjadi resisten terhadap penicillin G dan penicillin V

atau ampicillin dengan memproduksi enzyme penicillinase, yang mana rantai

molekul hydrolyzes beta lactam merusak aktivitas anti-mikroba. Diakui bahwa

kemampuan mengurai penicillinase tergantung kepada adanya plasmid yang dapat

mengubah dari resisten menjadi rentan berarti menjadi trancducting bacteriphage.

Karena sering terjadi resisten terhadap anti-biotik maka dilakukan pemeriksaan

sensitivitas terhadap anti-biotika dari strain staphylococcus yang diambil dari

spesimen infeksi dalam rongga mulut(Myrvik, Pearsall, dan Weiser, 1974).

Peptococcus

Genus peptococcus berbentuk bulat (Rogosa, 1974), bersifai gram positif,

berdiameter 0,5 – 1 µm, pada pewarnan dijumpai tunggal, berpasangan,

berkelompok 4, jarang berkelompok banyak dan jarang berderet seperti rantai. Tidak

bergerak dan tidak membentuk spora. Semua spesiesnya adalah anaerob dan

memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai sumber energy. Mempunyai

Page 7: Mikrobiologi Rongga Mulut

kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat. Reaksi katalis biasanya negatif

atau lemah dan dia tidak memproduksi koagulase enzim. Walaupun umum anggota

spesies adalah beta-haemolytik, banyak diantaranya tidak menunjukan haemolitik

pada media agar darah. Genus dari spesies ini dipisahkan berdasarkan berbagai

reaksi biokimia dan analisa asam organic, yaitu jumlah biografi gas yang dihasilkan

dari penanaman dalam kultur murni dalam ”peptonw-yeast-glucose broth” (Martin,

1974).

Kuman ini dijumpai dlm rongga mulut manusia(Kantz dan Henry, 1974). Patogenitas

dari kuman ini baru timbul bila ada factor perangsang untuk menjadi pathogen.

Streptococcus

Genus dari streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis

dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan

atau berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia

hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau

semifluid media

Spesies dari genus streptococcus adalah anaerob fakultatif oleh karenanya calase-

negative.

Klassifikasi didasarkan reaksi hemolitik tehadap media “blood agar steak plates”

atau ”blood agar pour plates” yaitu alpha, beta dan gamma. Koloni dari alpha

hemolytic streptococcus dikelilingi oleh zona hijau sebagai hasil partiel lysis dari sel

darah dari media maka disebut sebagai streptococcus ”viridans” atau greening

Page 8: Mikrobiologi Rongga Mulut

streptococcus. Warna hijau tergantung asal darah yang digunakan, darah domba

berwarna lebih hijau dan zona lysis lebih tipis dibandingkan darah manusia. Koloni

beta-hemolitic streptococcus dikelilingi oleh zona bening sebagai hasil lysis yang

sempurna dari erythrocytes yang terdapat dimedia agar darah. Koloni dari gamma-

streptococci tidak menimbulkan reaksi hemolitik pd plat agar darah, kuman ini

biasanya disebut simply nonhemolytic streptococci.

Lancefield(1933) membuat klassifikasi dari streptococcus berdasarkan antigen

karbohydrat yang terdapat pada dinding sel dari beta-hemolytic streptococci.

Bahan antigen didapatkan dari culture dari berbagai sumber menggunakan 0,2 N

HCL. Ekstrak akan menghasilkan precipitin ring yang positif bila bereaksi dengan

homologous antiserum yang berasal dari kelinci yang disuntik dengan streptococcus

yang mati/lemah. Dengan demikian beta-hemolytic streptococci dibedakan menjadi;

grup A,B,C,D,E,F,G,H dll. Sedangkan pada alpha-hemolytic dan non-hemolytic

streptococci hanya dijumpai pada beberapa saja.

Sherman (1937) menyataan bahwa didasarkan dari berbagai hasil kultur, streptococci

dapat dibagi menjadi 4 divisi yaitu pyogenic, viridans, enterococcus dan lactic

streptococci. Divisi enterococcus sama dengan Lancefield group D dan divisi lactic

sama dengan Lancefield group N, umumnya grup viridans tidak dapat samakan

dengan Lancefield group manapun. Kebanyakan divisi pyogenic dan lactic dapat

sama dengan Lancefield group A, B, C dan E, F, G, H dan K sampai V. Grup A, B,

C, dan D sering sebagai penyebab infeksi streptococcus acute pada manusia.

“Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology” edisi kedelapan (Buchanan dan

Gibbon, 1974) menggunakan pembagian menurut Bergey’s Manual sebagai

pembaruan dari Sherman divisi. Yang menonjol dari pembagian ini adalah ditemu -

Page 9: Mikrobiologi Rongga Mulut

kannya streptococcus mutans. (table 4 )

Streptococci merupakan 30 % sampai 60 % dari populasi kuman didalam mulut.

Spesies terbanyak adalah alpha hemolytic atau non hemolytic. Spesies yang paling

sering ditemukan adalah streptococcus salivarius, streptococcus sanguis,

streptococcus mutans dan streptococcus mitis.

Streptococcus salivarius memproduksi “ extracelluler levan” atau ”polyfructan”

dari sukrosa dan membentuk koloni mucoid atau gumdrop yang besar bila hidup

dalam media yang mengandung sikrosa seperti ”mitis salivarius agar”. Identifikasi

spesies ini sukar karena keturunannya tidak membentuk marpologi koloni yang

khas, menyebab fisilogis test sering negatif atau bervariasi(Hardie dan Bowden,

1974) Beberapa keturunannya memiliki Lancefield group K antigen(Williems,

1956).

Produksi levans adalah dapat larut(soluble) dan dapat dirusak atau dipergunakan

sebagai sumber energi oleh kuman lainnya(Leach dkk., 1972). Streptococcus

salivarius merupakan porsentase tertinggi dari hasil kultur dari daerah dorsum dari

lidah tetapi terdiri dari kurang 1 % dari streptococcus yang terdapat dalam plaque

gigi(Carlsson, 1967; van Houte, Gibbons dan Pulkkinen, 1971). Kuman ini sering

menyebbkan ”subacute bacterial endocarditis”

Streptococcus sanguis memproduksi ”extracellular glucans” dari sukrose. Meskipun

jenis ini ditemukan diberbagai tempat didalam mulut terutama pada dental plaque

dan kadang dapat menyebabkan “ subacute bacterial endocarditis” (white dan Niven, 1946). Struktur antigeniknya streptococcus sanguis tampak kompleks(Rosan, 1973). Kebanyakan dari streptococcus sanguis memiliki Lancefield group H (Farmer,1954).

Streptococcus mitis(streptococcus mitior) adalah alpha hemolyticuspada media agar

Page 10: Mikrobiologi Rongga Mulut

darah, biasa tidak memproduksi “extracellular polysaccharides” dari sukrosa.

Bentuknya tidak sama karena perbedaan atas sifat “ biochemical activity” dan “carbohydrate fermentation reactions”(Guggenheim, 1968), dan soesiees ini diidentifikasi terutama dengan eliminasi proses. Colman dan Williams (1972) menunjukkan bahwa dinding sel dari streptococcus mitis ditandai dengan tidak adanya rhamnose dan adanya “ribitol teichoic acid” ini merupakan kekhususan dari spesies ini. Seperti streptococcus yang lain streptococcus mitis merupakan penyebab dari “subacute bacterial endocarditis”. Clark (1924) menemukan streptococcus pada 72 % material yang diambil dari caries dentis, maka kuman ini memainkan peranan penting dalam terbentuknya caries gigi. Dia juga menemukan spesies lain mempunyai marfologi dan reaksi kultur yang dinamakan streptpcoccus mutans, biasa ditemukan pada kultur murni.

Hasil percobaan pada binatang dan manusia diyakini bahwa Streptococcus mutans sebagai penyebab caries gigi bersama-sama dengan spesies lainnya( Gibbons dkk, 1974; Ikeda dan Sandham, 1971; Littleton, Kahehashi dan Fitzgerald, 1970; Loesche dkk, 1975; Shklair, Keene Simonson 1972; Shklair, Keene dan Cullen ,1974; Street, Goldner dan LeRiche, !976. Penilitian pada binatang Gibbons(1972) menunjukan bahwa dalam terjadinya caries menemukan peran enterococci bersama-sama dengan streptococcus salivarius, streptococcus sanguis dan streptococcus mitis. Spesies ini tidak sekariogenik streptococcus mutans. Atas dasar streptococcus mutans adalah penyebab utama caries dentis, ada pemikiran untuk membuat vaksin dari caries dentis. Meskipun demikian masih diperlukan berbagai penelitian sebelum menerapkan immunisasi terhadap caries.

Selain dari yang diatas terdapat dua kuman yang jarang ditemukan yaitu Streptococcus pyogenes dan streptococcus faecalis.

Streptococcus pyogenes merupakan spesies prototype “Lancefield’s group A

streptococci” yang jarang dijumpai sebagai flora normal dalam mulut, biasanya didapatkan dari pemeriksaan pasien dengan infeksi tenggorokan streptococcus tanpa gejalanya(Ross, 1971).

Streptococcus faecalis dan berbagai macam spesies yang jumlahnya sedikit pada manusia.

Bahn dkk, 1960; Williams dkk, 1950; Winkler dan van Amerongen, 1959 melaporkan dijumpai enterococci pada pemeriksaan spescimen yang diambil dari berbagai tempat didalam mulut.

Gold, Jordan dan van Houte (1975) dari penelitiannya menemukan 60 % - 75 % enterococci. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah streptococcus faecalis.

Page 11: Mikrobiologi Rongga Mulut

Peptostreptococcus

Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan ukuran 0,7 – 1 µm. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyak spesies menyebabkan fermentasi karbohydrat sehigga terbentuk berbagai asam organik dan gas.

Beberapa spesies juga memproduksi asam laktat(Martin, 1974), produksi akhir dari fermantasi menghasilkan acetic, formic, isovaleric, succinic dan berbagai asam organik lainnya. Reaksi hemolitik terhadap media agar darah sangat bervariasi, beberapa spesies menyebabkan alpha hemolisis dan yang lain menyebabkan beta hemolisis.Pembagian spesies didasarkan reaksi fermentasi dan analisa asam organik yang dikenal dengan gas chromatografi.

Peptostreptococcus ditemukan terutama didalam mulut dan juga di tractus genitalia wanita(Gibbons dkk, 1964; Youmans, Peterson dan Sommers, 1975). Kemungkinan merupakan etiologi dari ”pueperal sepsis” ”pyogenic” dan infeksi dari luka. Finegold dkk (1972) menyatakan bahwa peptostreptococcus merupakan penyebab semua infeksi pada manusia.

Gram – negative cocci

Neisseria dan Branhamella

Gram-negative, tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk coffee bean/diplococci, aerobik, membentuk ”enzyme cytochrome oxidase” yang merupakan bakteri yang terdapat pada mucous membrane dari rongga mulut dan saluran nafas bagian atas.Genus dari Neisseria dibagi menjadi spesies yang pathogenik yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis dan spesies yang commensal yaitu Neisseria sicca, Neisseria subflava, Neisseria flavescens dan Neisseria mucosa, pembagian ini berdasarkan reaksi fermentasi karbohydrat.Spesies yang tadinya disebut Neisseria catarrhalis sekarang disebut Branhamella. Branhamella catarrrhalis beda dari spesies Neisseria umumnya karena tidak memproduksi asam dari karbo hidrat seperti glucosa, maltosa, sukrosa dan fruktosa. Juga DNA berdasarkan ratio guanine ditambah cytosine dengan batas 47 – 52 moles %(Buchanan dan Gibbons, 1974). Spesies dari genus Neisseria yang biasa terdapat/hidup dalam rongga mulut tidak patogen atau virulentnya lemah, meskipun dilaporkan terjadi ”subacute bacterial endocarditis”(Hudson, !957) dan ”purulent meningitis”(Losli dan Lindsey, 1963). Morris (1954) dan Pike dkk, (1963) membuat klassifikasi berdasarkan penelitiannya ; N. pharynges atau N. Catarrhalis (Branhanmella catarrhalis). Ritz (1967) meneliti tentang keberadaannya dalam plaque gigi dan mendapat lokasi distribusi secara segar, hal ini didapat dengan cara ”Fluorescent antibody staining technique”. Dua spesies yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis tidak terdapat secara normal didalam mulut manusia.Neisseria gonorrhoaea menyebabkan stomatitis primer, parotitis atau pharyngitis, terjadi karena terjadi kontak

Page 12: Mikrobiologi Rongga Mulut

antara mulut dengan alat genital(Metzger, 1970; Schmidt, Hjǿrting, Hansen dan Philipsen, 1961; Wiesner dkk, 1973 atau autoinoculation dari”primary genital infection” via jari tangan.

Veillonella

Genus veillonella dibagi atas dua spesies ; Veillonella alcalescens dan Veillonella parvula (Holdelman, Cato, dan Moore, 1977). Mempunyai diameter 5µm tidak bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan lactic, succinic dan asam2 lain sebagai sumber energi(Rogosa, 1964). Rogosa (1956) menemukan media khusus untuk membiakan dari spesimen yang berasal dari klinik. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak diberbagai tempat di dalam mulut(Hardie dan Bowden, 1974).

Veillonella mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia ditemukan dari spesimen bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan appendicitis, periodontitis, pulmonary gangrene dan tonsilitis(Nolte, 1973), peranan dari Veillonella pada infeksi campuran ini belum betul2 jelas, walaupun dinding sel memiliki lipopolysaccharide dengan kemampuan endotoxic(Hofstad dan Kristoffersen, 1970; Mergenhagen dan Varah, 1963; Mergenhagen, Zipkin dan Varah, 1962) dan pengeluaran endotoxin menunjukan menyebabkan terjadinya ”local Shwartzman reaction” dari kulit (Mergenhagen, 1960; Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961), dan palatal mucosa dari kelinci(Rizzo dan Mergenhagen, 1964). Bila Veillonella terdapat pada plaque dan gingival crevice, endotoxinnya dapat menimbulkan gingivitis marginalis kronis dan periodontitis marginalis kronis melalui diaktifkannya ” Complement cascade”(Snyderman, 1973).

Gram – positif rods dan filaments

Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia

Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia. Golongan Actinomyces, Arachnia, Bacterionema dan Rothia sekarang diklassifikasikan kedalam famili Actinomycetaceae. kecuali kelompok Bifidobacterium yang biologi dan patogenitas masih didiskusi secara rinci dalam morphology oleh Slack dan Gerencser(1975). Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya diphtheroid atau club-shaped rods dimana cendrung membentuk cabang2 filament dijaringan infeksi atau pada kultur invitro. Bentuk diphtheroid atau coccoid terbentuk kita terjadi fragment dai filament. Bersifat tidak bergerak, tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya fakultatif anaerob, tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat membentuk atau tidak membentuk ezyme catalase.

Page 13: Mikrobiologi Rongga Mulut

Hidup membutuhan oxygen, kemampuan membentuk catalase, dinding sel

mempunyai diaminopimelic acid(DAP), produksi propionic acid dari glukosa, dan penyakit karena kuman yang ditemukan dalam mulut manusia.

Actinomyces bovis tidak terdapat pada manusia, hanya pada binatang(Slack dan Gerencser, 1975).

Karakteristik kuman didapat berdasarkan; koloni, microscopic marphologic, penggunaan fermentasi dan biochemical test, analisa hasil fermentasi akhir atas nilai gas chromatographydan serologic techniques. Prosedur isolasi dan indentifikasi dari actinomyces, arachnia, dan Rothia disimpulkan oleh Slack dan Gerencser (1975).

Etiologi dari actinomycosis pada manusia adalah Actinomyces israelii(georg, 1970; Holm, 1950; Slack, 1942).Brook dkk, 1973; Georg dan Coleman, 1970 menyatakan tentang spesies dari genus Actinomyces dan Arachnia propionica. Kuman ini masuk kejaringan tubuh melalui ekstraksi gigi berbagai prosedur operasi, fraktur rahang, pulpa yang terbuka karena caries, aspirasi dari paru2, hematogenous extension, atau trauma. Secara klinis ada beberapa type infeksi kuman ini ; cervicofacial(Evert, 1970; Hartley dab Schatten, 1973; Hertz’ 1960; Hunter dan Westrick, 1957; Kapsimalis danGarrington, 1968); thoracic(Coodley, 1960; Foley, Dines dan Dolan, 1971; Prather dkk, 1970; Slade, Slesser, dan Southgate, 1973), dan Abdominal (Adar dkk, 1972; Pheils, Reid dan Ross, 1964; Putman, Dockerty, dan Waugh, 1950), infeksi dari central nervous system(Fetter, Klintworth dan Hendry, 1967), tulang(Cope, 1951), kulit dan luka(Cullen danSharp, 1951). Infeksi type cervicofacial yang paling sering terjadi.Infeksi Actinomyces mempunyai ciri yang khas yaitu chronic granulomatous abscesses, adanya sinus tract tempat keluarnya pus dan material nekrosis. Didalam pus atau jaringan dijumpai kuman berbentuk cabang2 atau filament2 yang bergelobang/kriting atau sufur granules, keluar kepermukaan berwarna kuning. Adanya granules tidak spesifik infeksi Actinomyces bisa saja infeksi kuman lain misalnya Nocardia brasilliensis(Macotela-Ruiz dan Gonzalez-Angulo, 1966), Staphylococcus aureus(Spier, Mitchener dan Galloway, 1971) dan Streptomyces madurrae(Emmons, Binford, dan Utz, 1970); oleh karena pemeriksaan kultur kuman penyebab sangat diperlukan untuk memperoleh terapi yang tepat. Meskipun penyakit Actinomycosis bukan penyakit yang harus dilaporkan, dalam periode 1949- 1969, terjadi kematian pada umur rata2 25 tahun(Slack dan Gerencser, 1975).Sebagai tambahan tentang Actinomyces; beberapa spesiesnya menimbulkan periodontal pathosis pada percobaan binatang percobaan atau kelainan permukaan akar atau caries yang dalam.

Socransky, Hubersak dan Propas (1970) menyatakan terjadi kerusakan periodontal dari ”germfree rats” akibat Actinomyces naeslundii yang berasal dari manusia, meskipun hal ini tidak terbukti pada manusia dengan penyakit periodontal. Actinomyces viscosus yang tadinya bernama Odontomyces viscosus pertama kali ditemukan oleh Howell (1963) pada gingival plaque dari hamster dengan penyakit periodontal. Kemudian Jordan dan Keyes (1964) dan Jordan, Keyes dan Bellack (1972) menyatakan bahwa kuman ini dapat menyebabkan penyakit periodontal pada hamsters dan gnobiotic rats. Syed dkk menemukan Actinomyces viscosus dari pemeriksaan spesimen yang berasal dari caries pada permukaan akar. Kuman ini memproduksi extracellular polysaccharides (Rosan dan Hammond, 1974) tanpa sukrosa,

Page 14: Mikrobiologi Rongga Mulut

dimana mempunyai kemampuan untuk membentuk plaque gigi.(Jordan, Keyes dan Lim, 1969), Actinomyces odontolyticus pertama kali ditemukan oleh Batty(1958). Sejak dilakukan penelitian terhadap 200 spesimen dari caries pada manusia, dinyatakan kuman ini sebagai penyebab caries gigi.

Arachnia propionica, yang sebelumnya dinamakan Actinomyces propionicus terdapat dalam mulut manusia(Slack, Landfried dan Gerencser, 1971). Actinomyces israelii pertama kali ditemukan pada lacrimal canaliculitis oleh Pine dan Hardin (1959), Arachnia propionica merupakan etiologi yang penting terjadinya infeksi lokal dan sistemik pada manusia(Brock dkk, 1973; Georg, 1974).

Bifidobacterium(Rogosa, 1974) adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora yang merupakan yang khas dari marphologinya, berbentuk seragam(uniform) atau cabang( bifurcated Y, V dan berkelompok,. Bentuk marphology tergantung kondisi nutrisi dan perwarnaan yang tak stabil. Kemampuan fermentasi terhadap berbagai karbo hidrat dan tidak membentuk gas, produk akhirnya dari fermentasi glucosa adalah acetic dan lactic acid, bersifat anaeriobic dan mempunyai toleransi terhadap oxygen bila juga terdapat CO2 . Kuman ini ditemukan hidup normal disaluran pencernaan dan vagina manusia dan binatang. Spesies yang digambarkan tabel 5 adalah hasil pembiakan dari rongga mulut manusia(Holdeman, Cato, dan Moore, 1977; Scardovi dkk, 1971). Genus Bacterionema(Gilmour, 1961; Gilmour dan Beck, 1961; Howell dan Pine, 1961) dan Rothia(Georg, dan Brown, 1967) mempunyai spesies tunggal yaitu Bacterionema matruchotti dan Rothia dentocariosa. Bacterionema matruchotti selalu ditemu pada hasil pembiakan spesimen yang berasal dari plaque gigi dan calculus, tapi tidak dinyatakan sebagai penyebab penyakit pada manusia, Sejak kuman ini mempunyai kemampuan untuk merubah intracellular calcium menjadi hydroxyapatite(Ennever, 1963; Ennever, Vogel dan Takazoe, 1968; Takazoe, Vogel dan Ennever, 1970), mempunyai peranan penting dalam pembentukan calculus gigi.

Rothia dentocariosa pertama kali ditemukan dari carious dentin oleh Onisi(1949), juga ditemukan pada abscess, darah dan cairan spinal dari manusia(Brown, Georg dan Waters, 1969); meskipun dinyatakan sebagai penyebab penyakit manusia tapi tidak selalu dipastikan.

Eubacterium dan Propionibacterium

Kuman yang dikelompokan kepada Eubacterium (Holdeman dan Moore, 1974) adalah gram-positif, tidak membentuk spora, uniform atau poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Ditemukan dalam rangga tubuh laki2 dan binatang. Kantz dan Hendry (1974) membiakanan Eubacterium alactolyticum dari ruang pulpa gigi manusia yang nonvital. Kuman ini juga ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru2 dan rongga mulut(Holdeman dan Moore, 1974).

Page 15: Mikrobiologi Rongga Mulut

Propionibacterium(Moore dan Holdeman, 1974) adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y dan V atau bergerombol mirip”chinese characters”. Propionic acid adalah fermentasi karakteristik produk akhir yaitu acetic, formic, isovaleric, succinic atau lactic acid. Kuman ini umumnya anaerob tapi ada beberapa mempunyai toleransi terhadap oxygen.

Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan abscess jaringan seperti submandibular abscess(Moore dan Holdelman, 1974).

Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak(Moore dan Holdeman, 1974) dan di pulpa yang non-vital (Kantz dan Hendry, 1974).

Lactobacillus

Bersifat gram-positif, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, terbanyak bersifat anaerob fakultatif, ada beberapa yang benar2 anaerob.

Dapat dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan sifat memfermentasi glukosa yaitu

1. Homofermentative

Produk akhirnya adalah lactic acid.

2. Heterofernantative

Produk akhirnya adalah acetic acid, carbon dioxide, ethanol dan lactic acid.

Kedua spesies ini merupaka parast pada manusia, juga binatang. Pada manuasia merupakan flora normal yang hidup didalam mulut, tractus gastro-intestinal dan vagina. Dalam keadaan normal lactobacillus hidup didalam mulut dalam jumlah kecil karena daya lengket terhadap jaringan mulut kurang (van Houte, Gibbons dan Pulkkinen, 1972).

Kuman ini mempunyai hubungan dengan terjadinya caries gigi (Enright, Friesell dan Trescher, 1932), tapi sebagai etiologi belum terbukti (Loesche, !974), hanya diduga karena kuman ini hidup dan berkembang pada pH 5, pada percobaan invitro enamel tidak mengalami demeralisasi pada pH dibawah ini. Juga ditemukan peningkatan jumlah lactobacilli bila terdapat caries (Snyder dkk, 1962; Snyder dkk, 1963), penambalan seluruh gigi yang caries menurunkan jumlah lactobacillus (Kesel dkk, 1958; Shklair dkk, 1956), peningkatan jumlah lactobacillus juga terjadi pada pasien yang memakai gigi tiruan(Shklair dan

Page 16: Mikrobiologi Rongga Mulut

Mazarella, 1962) dan alat orthodonsi(Bloom dan Brown, 1964 ; Owen, 1949; Sakamaki dan Bahn, 1968). Sekarang terdapat konsensus bahwa lactobacillus bukan penyebab yang spesifik dari caries gigi manusia(Sims, 1970) dan peningkatan lactobacillus disebabkan karena dia menyukai suasana asam dan terdapatnya tempat melekat(van Houte, Gibbons dan Pulkkinen, 1972), meskipun demikian lactobacillus memounyai sumbangan dalam meningkatkan caries gigi, kuman ini tidak didapatkan dari pembiakan spesimen yang berasal dari akar gigi(Winkler dan van Amerongen, 1950).

Gram-negatif rods dan filaments

Gram-negatif rods dan filaments mempunyai variasi yang banyak dalam marphologi, pattern pewarnaan, bergerak/motility, aktivitas biokimia dan struktur antigenik Tidak membentuk spora, umumnya aerob dan fakultatif anaerob. Kuman anaerob ini selalu terdapat banyak didalam rongga mulut. Meskipun aerob dan fakultatif anaerob dapat menimbulkan infeksi dalam rongga mulut, kuman ini dalam pathologi mulut baru mendapat perhatian belakangan ini.

Aerobes dan facultative anaerobes

Coliforms

Famili dari Enterobacteriaceae tidak selalu atau predominant hidup dalam mulut manusia yang tinggal di dunia barat. Meskipun coliform dijumpai pada mulut normal , pada umumnya hanya bersifat tinggal untuk sementara waktu, meskipun demikian kuman ini dapat menimbulkan infeksi dari jaringan mulut, sering ini disebabkan karena pemakaian antibiotik yang membunuh kuman gram-positif. Dalam hal ini terjadi pada infeksi yang disebab kuman campuran. Mashberg, Caroll dan Morrissey (1970) melaporkan osteomyelitis dari mandibula yang disebabkan mixed flora dengan predominant adalah Enterobacter aerogenes dengan Escherichia coli dan alpha-hemolytic streptococcus.

Klebsiella

Klebsiella genus dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari kuman mempunyai karakter membentuk kapsul polysaccharide. Klebsiella pneumoniae dibagi lebih dari 80 serotype dengan basis pada pembagian antigenic dari bagian polysaccharid.

Klebsiella pneumoniae mempunyai respon kira2 1 % dari kuman2 pneumonia. Agranat (1969) melaporkan bahwa kuman ini menyebabkan osteomyelitis dari mandibula. Faucett dan Miller (1948) melaporkan kuman ini menyebabkan stomatitis pada bayi. Sternberg, Hoffman dan Zweitler (1951) melaporkan kuman ini menyebabkan diarrhea dan stomatitis pada bayi. Mashberg, Carroll dan Morrissey (1970) melaporkan infeksi suppurative dari space carotid yang disebabkan Klebsiella yang tidak teridentifikasi. Fox dan Isenberg (1967) menemukan Klebsiella dari pembiakan spesimen yang

Page 17: Mikrobiologi Rongga Mulut

berasal dari saluran akar gigi. Heitman dan Brasher (1971) melaporkan kasus dengan pembengkakan yang erythomatus didaerah palatal kanan setelah 4 hari setelah operasi osseous periodontal, Exudat purulen dikeluarkan dari lesi pada daerah mesiopalatal regio molar pertama, hasil kulturnya didapatkan terutama Klebsiella pneumoniae yang resisten terhadap erythromycin pada test in vitro. Sejak pasien mendapat profilaksis dengan erythromycin sebelum operasi, ini merupakan faktor prediposisi terjadinya infeksi karena merusak ekologi kuman yang hidup normal disitu.

Klebsiella rhinocleromatis adalah penyebab dari penyakit rhinoscleroma, ” chronic and destructive granuloma” dari hidung dan pharynx, kemungkinan juga menimbulkan kelainan pada bibir atas, pipi, palatum durum dan molle dan prosesus alveolaris rahang atas. Meskipun kuman sebagai etiologi dari penyakit ini tidak pasti Pada percobaan binatang kuman ini tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab syndroma ini meskipun kuman ini dapat ditemukan secara normal pada manuasia.

Proteus

Kuman ini termasuk genus Enterobacteriaceae yang menyebabkan penyakit diberbagai bagian tubuh dan infeksi biasanya mempunyai masalah dalam terapi karena resisten terhadap antibiotika.

Proteus vugaris merupakan kuman yang sering ditemukan pada kultur berbagai infeksi.

Kirner dkk, (1969) menemukan pada beberapa kasus abses submadibula, Slack (1953) kuman ini jarang dijumpai pada saluran akar dan biasa dijumpai pada bacterial parotitis (Rose, 1954).

Pseudomonas

Pseudomonas tidak menyebabkan fermentasi dan berkembang biak dan bertumbuh secara unik dengan sumber makanan yang terbatas. Kuman ini ditemukan dalam cairan salin yang terkontaminasi dan benzalkonium chlorid, kebanyakan spesies bergerak, berbentuk tunggal atau”tufted monopolar flagella.

Pseudomonas aeruginosa memproduksi ”water-soluble pigment”, pyocyanin dan”fluorescing pigment, fluorescein dibentuk oleh Pseudomonas fluorescens.

Pseudomonas terutama merupakan parasit yang hidup di air dan tanah. Pseudomonas aeruginosa sudah terbukti bertahun-tahun menyebabkan penyakit pada laki2. Sejak 15 tahun lalu terbukti spesies yang menyebab infeksi pada laki-laki yaitu Pseudomonas cepacia dan Pseudomonas Stutzeri, kuman2 ini banyak menyebabkan infeksi nosokomial atau terjadi pada host tertentu. Pseudomonas aeruginosa spesies yang sering dilaporkan dalam literatur sebagai kuman yang ditemukan dalam mulut dan menyebabkan infeksi.

Shklair, Losse dan Bahn (1963) menyatakan bahwa masyarakat Amerika mempunyai kadar kuman yang rendah dalam rongga mulut.

Page 18: Mikrobiologi Rongga Mulut

Hasil penelitian Clement (1953) menemukan kadar kuman rongga mulut yang tinggi pada masyarakat Afrika yang hidup dalam kondisi primitif.

Sutter, Hurst dan Landucci (1966) melakukan penelitian pada 350 individu menemukan Pseudomonas spesies, khususnya Pseudomonas aeruginosa dijumpai 8 % dalam saliva.

Fox dan Isenberg (1967) menemukan dalam prosentase yang kecil didalam saluran akar, kadang ditemukan pada gigi yang non vital. Leake dan Leake (1970) menemukan Pseudomonas aeruginosa pada neonatal suppurative parotitis.Infeksi dapat terjadi karena invasi kuman kedalam jaringan setelah mengalami septicemia. Hecht dan Work (1970) menemukan acute suppurative parotitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Staphylococci dan Pseudomonas. Goldberg (1968) melaporkan tentang bakteriemia yang disebabkan Pseudomonas. Goldberg (1966) melaporkan tentang infeksi pasca operasi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa.

Pada penerbitan terakhir ini melaporkan infeksi2 karena Pseudomanas ;

1. Infeksi mandibula setelah pencabutan gigi molar yang impacted.

2. Infeksi pada regio molar setelah perawatan endodontik dan periodontik.

Reade dan Radden (1963) melaporkan chronic osteomyelitis dengan sequestrum tulang maxilla pada orang dewasa.

Klyhn dan Gorrill (1967) melaporkan meningkatnya infeksi kuman pseudomonas di Rumah-sakit. Ini sering terjadi pada pasien debil atau mempunyai sistim pertahanan tubuh yang lemah. Tractus urinaria dan luka bakar merupakan tempat masuknya kuman ini kepada pasien. Koloni Pseudomonas aeuginosa masuk kedalam tractus gastrointestinal sehingga terjadi autoinfeksi melalui tangan manusia yang terkontaminasi feces, juga terjadi karena peralatan rumah-sakit yang terkontaminasi oleh hal tersebut diatas. Untuk mencegah terjadinya infeksi, peralatan rumah-sakit yang telah dipakai harus segera disterilkanIMcNamara dkk, !967). Pada bayi yang baru lahir dengan problem pernafasan yang menggunakan humidifying equepment, dapat mengalami infeksi Pseudomanas yang serius dan kadang2 fatal. Hoffman dan Finberg (1955) melaporkan infeksi pseudomonas pada bibir bayi, yang berkembang menjadi noma yang mengenai pipi dan hidung., pasien meninggal walaupun telah dilakukan terapi antibiotika. Hasil otopsi menunjukkan terjadi absses pada pleura paru2.

Campylobacter

Page 19: Mikrobiologi Rongga Mulut

Genus Compylobacter terdiri dari bentuk selinder yang ramping, kurva, bergerak, bakteri gram-negatif yang microaerophilic. Pada permukaan koloni kuman ini tumbuh dalam keadaan aerob dan dapat pula pada kondisi anaerob. Tidak memfermentasi karbo hidrat. Terdapat 4 spesies, yang pada umum patogen pada binatang, dimana diantaranya dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Spesies tersebut adalah ; Compylobacter fetus fetus, Compylobacter fetus venerealis, Compylobacter coli dan Compylobacter sputorum sputorum. Spesies yang lain adalah Fusobacterioum nucleatum terdapat pada peradangan gingival crevice lebih banyak dari keadaan normal(van Palenstein Helderman, !975).Penulis berpendapat meningkatnya kuman gram-negatif merupakan factor pemicu terjadinya peradangan dari daerah tersebut.

Hemophilus

Genus hemophilus adalah bacilli gram-negatif kecil yang termasuk soesies Brucellaceae. Yang diklassifikasidalam Bergey’s Manual edisi ke delapan sebagai genus yang meragukan termasuk kelompok yang mana(Buchanan dan Gibbons, 1974).

Hemophillus influenzae terdapat di nasopharynx dan oropharynx manusia serta juga ditemukan dalam saliva. Morris melaporkan menemukan spesies hemophyllus didalam rongga mulut. Sims (1970) menyatakan menemukan hemophilli di saliva, dipermukaan mucosa dan plaque gigi, dia juga menyatakan dari hasil pemeriksaan terhadap 350 spesiemen menemukan kadar hemophilli dalam saliva adalah 31,8 X 102 per ml; 98,8 % darinya adalah “V factor(niconamide adenine dinucleotide) depent”, sebenarnya hemophillus mempunyai 2 keturunan yaitu factor V dan factor X(hemin). Meningitis yang berat pada bayi adalah disebabkan oleh Hemophillus influenzae. Kadang2 menifestasi disekitar mulut adalah cellulitis dari daerah muka khusus pipi Muka buccal menjadi pucat sedikit edematous pada daerah lesi; dan kemungkinan cellulitis disebabkan oleh gigi dan kemungkinan juga tonsil membesar dan menonjol(Feingold dan Gellis, 1965; Green dan Fousek, 1957). Evant dakk (1957) Melaporkan hasil penelitian terhadap 25 orang dewasa menemukan sinusitis maxillaris yang disebabkan oleh Hemophillus influenzae, Streptotococcus pneumoniae dan bakteri anaerob lainnya.

Miscellaneous bacteria

Bakteri gram-negatif dikelompokan dalam genus dan spesies, morphologi dari kuman dibagi dalan genera dan group. Beberapa diantaranya memproduksi asam dari karbo hidrat melalui fermentasi dan oxidasi. Ada 35 orgisme yang termasuk kategori mascellaneous yaitu Acinetobacter, Achromobacter, Alcaligenes, Eikenella, Flavobacterium dan Moracella; yang lain adalah Group IIk, Group Va, Group Ve, Group M-1 dll. Ini sesuai dengan penjelasan pada ”The Manual of Clinical Microbiology” (Lennette, Spaulding dan Truant, 1974). Berbagai media, kondisi kultur dan tehnik telah dikembangkan untuk menidentifikasi organisme ini dari rangga mulut yang normal dan terinfeksi, lesi yang terdapat dimuka dan leher. Beberapa darinya menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien. Glassman dan Simson (1975) melaporkan suatu infeksi yang disebabkan oleh Eikenella corrodens dan bakteri mulut

Page 20: Mikrobiologi Rongga Mulut

lainnya. Seorang pasien dengan kelainan jantung congenital mengalami abses otak setelah 1 bulan setelah penambalan dan profilaxis, pasien lain dengan glucose-6-phosphate dehydrogenase defficiency mengalami submandibular dan sublingual abses setelah pencabutan gigi molar ketiga kanan. Pada kasus yang ke-3 dilaporkan terjadi abses dari bagian anterior leher setelah beberapa bulan mendapat radioterapi untuk caricinoma larynx. Penulis mengingatkan para dokter gigi berhati-hati terjadinya infeksi campuran dari Eikenella corrodens sebab bila terjadi sulit untuk diobati.

Anaerobes

Bowden dan Hardie (1971) melaporkan tentang anaerob rods dan filament yang terdapat dalam rongga mulut. Klassifikasi dari Bacteriodes sangat membingungkan untuk beberapa tahun. Beberapa toxonomi dan schema identifikasi telah dipublikasikan(Loesche, Socransky, dan Gibbons, 1964; Sawyer, Macdonald dan Gibbons, 1962; Barnes dan Goldberg, 1968; Spiier, 1971; Werner, Pulverer dan Reichertz, 1971). Holdeman, Cato dan Moore (1977) telah menyampaikan informasi terbaru tentang teknik kulturisasi dan karakter biokimia organisme ini.

Bacteriodes

Dua puluh dua spesies dan beberapa subspesies atau serotypes dari genus Bacteriodes yang dilukiskan dalam ” Bergey’s Manual(Buchanan dan Gibbons, 1974). Microorganisme ada yang bergerak dan tidak bergerak, sel berbetuk sambungan (terminal) dan melembung ditengah2(center swilling) dan vacuoles, bentuk filamen sering dijumpai, biasanya variasi morphologi sedikit. Kebanyakan didapat dari pembiakan spesimen yang berasal dari rongga mulut khususnya gingival crevice. Hanya beberapa dari genus ini yang benar2 pathogen tapi kebanyakan patogen karena pengaruh yang lain. Bacteriodes oralis ditemukan pada infeksi rongga mulut, saluran pernafasan dan tractus genetalia. Bacteriodes melaninogenicus ditemukan didalam rongga mulut, memproduksi pigmen hitam bila tumbuh dalam media agar darah. Spesies ini menguraikan enzyms collagenase, berperan pada chronic periodontitis, telah terdapat diadalam rongga mulut sebelum gigi-geligi tumbuh (Hurst dan Fenderson, 1969). Tapi secara umum hidup dalam sulcus gingiva setelah gigi erupsi. Kelstrup (1966) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaannya dengan terjadinya peradangan sulcus. Brown, Williams dan Harrell (1941)melaporkan bahwa koloni dari Bacteriodes merusak atau melukai(injured), organisme masuk kedalam saluran kelenjer lympha dan peredaran darah sehingga masuk kedalam paru2, hati, tulang dan sendi. Sabiston, Grigsby dan Sangerstrom (1976) menemukan Bacteriodes dari pembiakan spesimen dari infeksi pyogenik gigi.

Fusobacterium

Ada 16 spesies dari Fusobacterium yang digambarkan dalam ”Bergey’s Manual (Buchanan dan Gibbons, 1974). Organisme ini dapat bergerak dan tidak bergerak, berbentuk pleomorphic dan mempunyai

Page 21: Mikrobiologi Rongga Mulut

ukuran panjang 1 – 20 mµ, bentuk morphologinya bisa spindle-shape, club-shape, straight atau kurva. Beberapa bisa centrally atau terminally swollen atau vacuoles. Fusobacterium adalah microbiota biasa terdapat didalam rongga mulut dengan kemampuan patogenesis rendah. Hardi dan Russell (1968) menyatakan menemukan Fusibacterium pada acute ulcerative gingivitis lebih tinggi didalam saliva dari keadaan normal.

Leptotrichia

Mempunyai spesies tunggal yaitu Leptotrichia buccalis, berbentuk lurus(straight) atau sedikit bengkok(slight curved) rods, 1,5 µm lebar dan 5 – 15 µm panjang dimana ujungnya bisa bulat(rounded) atau runcing(pointed), tidak ada yang berkelompok atau bercabang, selnya adalah gram-positive granules. Leptotrichia buccalis adalah anaerob dan lingkungan dengan 5 % carbon dioxide merupakan tempat pembiakan dan tubuh yang disukai. Leptotrichia buccalis tidak menimbulkan infeksi rongga mulut yang spesifik.Hadi dan Russell (1969) menemukan Leptotrichia buccalis dalam konsentrasi yang rendah pada ulcerative gingivitis dan advance chronic periodontal diaseas.

Selenomonas

Termasuk famili protozoa, dia berbentuk pleomorphic gram-negatif, kurva sampai spiral batang dengan bagian ujung2nya runcing dan bulat sehingga memberikan kesan seperti bulan sabit( ini merupakan morphologi merupakan keturunan berbentuk protozoa ; spesies Toxoplasma, spesies Leismania dll.), sel yang panjang dan rantai panjang membentuk spiral dan keturunan ini terdapat dalam berbagai ukuran. Selnya bergerak dengan berguling(berlawandari protozoan). Terdapat 16 jari2 yang keluar dari bagian yang cekung dari bentuk bulan sabit. Hidup pada temparatur 350-400 C dan pH 4,5 – 5. Terdapat 2 spesies dan 3 subspesies seperti yang tergambar dalam “Bergey’s Manual(Buchanan dan Gibbons, 1974) Selemonas sputigena terdapat dalam rongga mulut manusia. Wantland, Wantland dan Winquist (1963) melaporkan Selenomonas menemukan dalam specimen yang berasal dari rongga mulut.

Spirochetes, Mycoplasma, Yeast dan Protozoa

Treponema

Spirochete adalah genus Treponema yang biasanya terdapat didalam rongga mulut, terutama di gingival crevice. Smibert (1974) menjelaskan kuman genus ini adalah unicellular, berbentuk spiral batang yang mempunyai karakteristik “ tight regular atau irregular spirals. Sel bergerak(motile cells) memiliki “axial fibrils” dimana masuk kedalam setiap ujung dari “protoplasmic cylinder”. Kebanyakan pewarnaan

Page 22: Mikrobiologi Rongga Mulut

spesies ini adalah menggunakan “silver impregnation methods”, walaupun “dark field microscopy” sering dijumpai pada pemeriksaan mikroskopik.

Spesies yang terdapat dalam rongga mulut adalah ;

Treponema denticola ,Treponema macrodentium, Treponema orale, Treponema

scoliodontum dan Treponema vicentii, dapat dibiakan dalam keadaan anaerob dengan “membrane-filter technique” yang dilakukan oleh Holdeman, Cato dan Moore (1977), untuk pemisahan menjadi spesies dilakukan dengan “fermentation dan biochemical test” dengan menganalisa produk akhir dari fermentasi yaitu chromatography gas. Kecuali simbiosis didalam gingival antara Treponema vicentii(merupakan klassifikasi dari Borrelia vicentii) dengan Fusiform bacilli pada acute necrotizing ulcerative gingivitis dan noma, spesies diatas tidak merupakan etiologi yang pasti penyakit manusia. Loe, Theilade dan Jensen (1965) meneliti gingivitis pada manusia selama 10 – 21 hari setelah pemeriksaan OH. Dengan menggunakan ”smear technique dan pemeriksaan mikroskopi, menunjukaan vibrio dan spirochetes meninkat dalam plaque dan marginal gingiva setelah 2 minggu tanpa OH. Bentuk coccal dan filamentous yang terdapat dalam plaque, ini menimbulkan spekulasi bahwa spirochetes beeperan dalam terjadinya gingivitis sampai endotoxin ditemukan dari ”oral treponems(Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961). Gibbons dkk, (1963) menemukan porsentase spirochetes pada debris dari gingival crevise dari subject dengan penyakit periodontal tiga kali lebih banyak dari subject normal.

Mycoplasma

Genus Mycoplasma adalah organisme prokaryotic yang sangat kecil yang dapat dikultur dengan media steril buatan. Dengan menggunakan kontras bakteri yang lain akan terlihat tidak terdapat dinding sel dan sangat pleomorphic. Botman dan Kenny (1971) memeriksa Mycoplasma pneumoniae menggunakan mikroskop elektron menunjukan bentuk kuman filamen yang bermanik-manik dengan ukuran 125 – 250 nm, ukuran yang pasti sulit ditentukan karena bentuknya yang pleomorphisme. Mycoplasma didapat dari pembiakan spesimen yang berasal dari infeksi pleuropneumonia pada binatang ternak. Organisme ini tidak dapat tersaring oleh filter bakteri maka dipercaya bahwa infeksi tersebut adalah infeksi virus. Ketika organisme yang sama menimbulkan penyakit pada binatang lain, kemungkinan juga manusia ditemukan, maka dinamakan organime tersebut Pleuropneumonia-like organism atau PPLO. Pada 1967 diusulkangenus Mycoplasma yang baru yaitu Mollicutes. Media untuk membiakkan Mycoplasma terdiri dari peptones, yeast extract dan serum. Koloninya sangat kecil dengan diameter 10 – 100 µm dengan bentuk seperti telur goreng(fried egg appearance). Tehnik pembiakan dan perwarnaan sangat berbeda dari bakteri lain(kenny, 1974). Organime ini dibagi dalam group berdasarkan reaksi biokimia dan kebutuhab oxygen dan pembagian spesies berdasarkan kemampuan menghambat pertumbuhan oleh anti-serum yang khas. Sejak kurangnya dinding sehingga tidak rentan terhadap penicillin. Morton dkk, 1951 orang pertama yang menemukan Mycoplasma dari pembiakan spesimen yang berasal dari rongga mulut. Kemudian peneliti lain (Engel, dan Kenny, 1970; Fox, Purcell dan Chanock, 1969;Razin, Michmann dan Shimshoni, 1964; Shklair dkk, 1962; Taylor-Robinson dkk; 1964) menemukan berbagai spesies dari Mycoplasma yang ada dalam mulut.Spesies Mycoplasma dalam mulut adalah ; Mycoplasma orali,

Page 23: Mikrobiologi Rongga Mulut

Mycoplasma pharyngis dan Mycoplasma salivarium, bersifat microaerophillic sampai anaerob, merupakan normal flora tanpa efek patogen.

Candida dan berbagai yeast

Gambaran mikroskopik dari jamur adalah tunggal, sel yang independen dinamakan sebagai yeast.Morphologisnya berbentuk bulat telur atau bulat dan lebih besar dari bakteri.Bedanya dengan bakteri adalah eukaryotic yang memiliki inti dari cytoplasma oleh membran inti.. yeast dari gigi berkembang biak dengan proses asexual yang disebut budding atau blastospora formation. Beberapa spesies Candida albicans membentuk chlamydospora dan memproduksi pseudomycelia yang seperti mycelia. Dapat dibiakan menggunakan media saouraud agar. Terdiri dari peptone, glukosa, air dan agar. Hidupa dalam pH 5,6 dimana berbagai bakteri tidak bisa berkembang. Untuk menentukan spesies dari Yeast adalah berdasarkan fermentasi karbo hidrat, test assimilasi, kebutuhan nitrogen dan produksi substances extracellular substances dan enzym( Rippon, 1974). Yeast terdapat dalam porsi yang kecil pada mucous mambranes, tractus intestinalis dan vagina dari manusia dan beberapa binatang. Bartels dan Blechman (1962) meneliti 320 spesiemen saliva dari 160 orang yang berumur antara 20 – 30 tahun untuk meneliti Yeast.hasilnya adalah 40 % Yeast dan 75,8 % spesies dari genus Candida,. Yang terbanyak adalah Candida albicans sebanyak 60 %. Spesies yang lain yang jarang ditemukan adalah Candida krusei, Candida tropicalis, Candida paropsilosis dan Candida guilliermondi. Dalam beberapa specimen juga ditemukan genus Cryptococcus dan Saccharomyces. Pada 97 % specimen yang positif berisi 10 – 500 koloni Yeast per ml saliva dan hanya 2,4 % ditemukan lebih dari 1000 koloni per ml. Schmitt (1971) melakukan kultur mulut dari 103 sukarelawan yang menggunakan obat kumur dan ditemukan Candida albicans pada 34 % subject. Disimpulkan bahwa spesies Candida tidak terdapat pada semua orang.

Entamoeba dan Trichomonas

Barret (1914), Kofoid (1929) dan Beatman (1933) melaporkan terdapatnya protozoa dodalam mulut manusia. Diikiuti dengan penelitian dari Wantland dkk. (1933). Hasil penelitian tersebut menemukan Entamoeba gingivalis dan Trichomonas tenax yang terdapat dalam mulut bersih dan sehat, dimana jumlahnya bertambah dengan bertambahnya umur. Pada pasien dengan periodontitis lanjut ditemukan Entamoeba gingivalis 100 % dan Trichomonas tenax 80 % dari subject, 80 % ditemukan pada kedua subject. Wantland dan Lauer (1970) menyatakan bahwa koloni bertambah apabila calculus banyak, ada coating tongue dan penyakit periodontal yang berat.keduanya tidak pathogen, keberadaannya berhubungan dengan keadaan Oh dan chronic periodontitis. Pattogenesisnya dalam penyakit mulut masih dipertanyakan. Gottlieb dan Miller (1971) tidak menemukan Entamoeba gingivalis dalam pemeriksaan histology dari jaringan gingival pasien dengan penyakit periodontal lanjut. Dia hanyan terdapat dalam crevicular epithelium atau didalam plaque disekitar epithel dan jaringan ikat dari ginival crevice.

Page 24: Mikrobiologi Rongga Mulut

PENUTUP

Dengan kita mempelajari marphologi, sifat, bentuk, tempat hidup, cara hidup, cara berkembang biak dan patogenesis kuman, kita dapat memilih dan menentukan pengobatan serta menentukan dan memilih obat-obatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel m. Laskin, D.D.S., M.S., ; Oral and Maxillofacial Surgery, Vol. 1, The C.V.

Mosby Company, St. Louis-Toronto- London; 1980; p 108-178.