1
230
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKulit adalah organ tubuh penting terletak
paling luar, yang membatasi lingkungan dalam dan luar tubuh
manusia. Kulit merupakan lapisan utama untuk melindungi tubuh dari
penyakit. Salah satu fungsi kulit adalah melindungi jaringan dari
kerusakan fisik, pengatur panas, alat indera peraba, dan membantu
kerja ginjal melalui mekanisme pengeluaran keringat. Penyakit kulit
dapat disebabkan berbagai hal seperti jamur, virus, kuman, parasit
hewan dll. Penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit hewani,
yaitu pedikulosis, skabies dan Creeping disease, disebut sebagai
zoonosis. Sebenarnya ini kurang tepat karena zoonosis berarti
penyakit pada hewan yang ditularkan kepada manusia, padahal ketiga
penyakit tersebut sebenarnya bukan penyakit pada hewan, akan lebih
tepat disebut sebagai penyakit parasit hewani.1Skabies (The itch,
Gudik, Budukan, Gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
var.hominis dan produknya. Gejala utama adalah rasa gatal pada
malam hari. Lesi kulit berupa terowongan, papula, vesikula,
terutama pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat
ketiak, umbilicus, genitalia eksterna pria, areola mammae, telapak
kaki dan telapak tangan. Skabies ditemukan hampir di semua negara
dengan prevalensi yang berbeda-beda. Di beberapa negara yang sedang
berkembang prevalensi skabies pada populasi umum dan cenderung
tinggi pada anak-anak serta remaja.1
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik
skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk,
hubungan seksual dan perkembangan dermografik serta ekologik.
Penyakit ini dapat dimasukkan dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan
Seksual).2Kebersihan atau higiene adalah lambang kepribadian
seseorang. Jika tempat tinggalnya, pakaian dan keadaan tubuhnya,
terlihat bersih maka dipastikan orang tersebut adalah manusia yang
bersih serta sehat.3 Manusia dapat terinfeksi oleh tungau skabies
tanpa memandang umur, ras atau jenis kelamin dan tidak mengenal
status sosial dan ekonomi, tetapi higiene yang buruk.4Sanitasi,
menurut WHO adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik
manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal
yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan
hidup manusia. Berdasarkan penelitian Wardhani (2007), 3.300 orang
(84,6%) menderita skabies di Bandar Lampung. Penyakit skabies
adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan higiene
yang buruk, kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh,
kekurangan makan dan hidup berdesak-desakan, terutama di daerah
kumuh dengan sanitasi yang sangat jelek. Skabies juga dapat
disebabkan karena sanitasi yang buruk.5Di Indonesia masih banyak
ditemukan masyarakat sosial ekonomi menengah ke bawah, yang
perilaku hidup bersihnya yang kurang serta kurang memadai
ketersediaan sanitasi yang baik. Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan pimpinan Pondok Pesantren Ulul Albab
Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan
didapatkan prevalensi anak-anak santri yang terkena skabies selama
9 bulan terakhir sekitar 50% dari semua populasi. Diperkirakan
sanitasi lingkungan yang kurang bersih dan higiene yang kurang baik
merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan
tingginya angka prevalensi penyakit skabies di antara santri-santri
Pondok Pesantren (Ponpes) Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung
Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.Berdasarkan hal-hal tersebut
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
hubungan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan terhadap
kejadian skabies pada santri-santri Pondok Pesantren Ulul Albab
Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.
1.2. Rumusan MasalahAdakah hubungan higiene perorangan dan
sanitasi lingkungan terhadap kejadian skabies pada santri di Pondok
Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung
Lampung Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumMengetahui angka
kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Ulul Albab
Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.
1.3.2. Tujuan Khususa. Untuk menganalisis hubungan higiene
perorangan dengan kejadian skabies pada santri-santri di Pondok
Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung,
Lampung Selatanb. Untuk menganalisis hubungan sanitasi lingkungan
dengan kejadian skabies pada santri-santri di Pondok Pesantren Ulul
Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung
Selatan
1.4. Manfaat Penelitiana. Bagi PenelitiSebagai salah satu syarat
kelulusan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang skin
integument tentang faktor-faktor yang berhubungan dan cara
penularan penyakit skabies.b. Bagi peneliti selanjutnyaSebagai
pertimbangan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dan di harapkan
dapat sebagai sumber kepustakaan.c. Bagi Pondok PesantrenMemberikan
informasi dan edukasi kesehatan bagi warga Pondok Pesantren Ulul
Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan
dan masyarakat sekitarnya pada umumnya.
1.5 Ruang LingkupMenyadari keterbatasan tenaga, waktu dan
kemampuan penulis dalam penelitian ini, maka penulis membatasi
ruang lingkup penelitian. Penelitian ini mulai di laksanakan pada
Bulan November, yang akan diteliti adalah hubungan higiene
perorangan dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian skabies dan
yang akan dijadikan subjek penelitian adalah santri Madrasah
Tsanawiyah di Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung
Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori2.1.1. Sarcoptes scabiei, Morfologi dan Cara
penularannyaSarcoptes scabiei termasuk2 Filum: ArthropodaKelas:
ArachnidaOrdo: AckarimaFamily: Sarcoptes Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var.hominis, yang juga terdapat pada kambing dan
babi.2 Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat.2
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut :Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang di buahi ini
dapat hidup sebulan lamanya.2Telur akan menetas, biasanya dalam
waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,
jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12
hari.2Tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam
siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa.1. Tungau dewasa
meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentuk oval
dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm dan menetas dalam 3-4 hari.2.
Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan
bersembunyi di dalam lapisan stratum korneum. Stadium larva, yang
muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar
3-4 hari.3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4
pasang kaki. Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar dibanding
dengan stadium larva sebelum nantinya akan berubah kebentuk dewasa.
Larva dan nimfa sering ditemukan di kantung-kantung kulit atau
dalam folikel rambut yang keliatannya sama dengan bentuk dewasa
namun ukurannya lebih kecil.4. Tungau dewasa berbentuk bulat,
ukuran panjang betina antara 0,30-0,45 mm dan lebar 0,25-0,35 mm.
Dan ukuran jantan sedikit lebih dari setengah ukuran betina.
Perkawinan terjadi tungau jantan secara aktif masuk ke terowongan
yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi kopulasi,
tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari dalam
terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari tempat
yang cocok untuk membuat terowongan yang baru untuk meletakkan
telur-telurnya. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa
berlangsung 1 bulan.2Cara penularan :1. Kontak langsung (kontak
kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya
pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain.2
Gambar 2.1. Tungau Sarcoptes scabiei 202.1.2. Epidemiologi
SkabiesAda dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik
skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk,
hubungan seksual dan perkembangan dermografik serta ekologik.
Penyakit ini dapat dimasukkan dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan
Seksual).22.1.3. Patogenesis SkabiesKelainan kulit dapat disebabkan
tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri
akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder.2
Gambar 2.2. Tempat-tempat predileksi skabies202.1.4. Gejala
Klinis SkabiesAda 4 tanda kardinal2 :1. Pruritus nokturna, artinya
gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini
menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa.3. Adanya
terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder, ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, eksoriasi dan lain-lain).
Terowongan yang berkelok-kelok umumnya ditemukan pada penderita
kulit putih dan sangat jarang di Indonesia. Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan
tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis di buat dengan
menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Ada pendapat yang
mengatakan penyakit ini merupakan The great imitator karena dapat
menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai
diagnosis banding adalah : Prurigo, Pedikulosis korporis,
Dermatitis dan lain-lain.
Gambar 2.3. Gambaran klinis skabies20
2.1.5. Penatalaksanaan SkabiesPengobatan :Syarat obat yang
ideal2 :1. Efektif terhadap semua stadium tungau2. Tidak
menimbulkan iritasi dan tidak toksik3. Tidak berbau atau kotor
serta tidak merusak atau mewarnai pakaian4. Mudah diperoleh dan
harganya murahPengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang
harus diobati (termasuk penderita hiposensitisasi) guna mencegah
penularan lebih lanjut.2Jenis obat topikal :1. Belerang endap
(sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya
yang lain adalah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi. 2. Emulsi benzyl-benzoat (20-25%), efektif
terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.
Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-kadang
makin gatal setelah dipakai.3. Gama benzene heksa klorida
(gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6
tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga
merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.5. Permetrin
dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik di banding gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10
jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan
pada bayi di bawah umur 2 bulan.6. Higienitas perorangan dan
lingkungan harus dijaga kebersihannya.7. Edukasi dan penyuluhan
kesehatan masyarakat.2
2.1.6. Faktor yang Berhubungan Dengan Skabies1. SanitasiSanitasi
menurut WHO adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik
manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal
yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan
tubuh manusia. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,
penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas akan
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.6
Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman, antara lain:7
Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit Bebas dari
substansi kimia yang berbahaya dan beracun Tidak berasa dan berbau
Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau
Kementerian Kesehatan RIAir yang berada di permukaan bumi ini dapat
berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dapat
dibagi menjadi: 6 Air Angkasa (hujan) Air Permukaan Air Tanah
Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan
sanitasi dan higiene yang buruk. Saat kekurangan air dan tidak
adanya sarana pembersih tubuh, kekurangan makan dan hidup
berdesak-desakan, terutama di daerah kumuh dengan sanitasi yang
sangat jelek merupakan faktor risiko terkena skabies. Skabies juga
dapat disebabkan karena sanitasi yang buruk.5
2. PengetahuanPengetahuan berkaitan erat dengan perilaku
manusia, yaitu sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap
tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman
yang berasal dari berbagai sumber, misalnya media cetak, media
elektronik, buku petunjuk atau kerabat dekat. Pengetahuan dapat
membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
kenyataan tersebut.8 Berdasarkan penelitian Khotimah (2006), hasil
analisis memperoleh nilai P < 0,05. Nilai P < 0,05 artinya
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian
skabies. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor pengetahuan
dapat mempengaruhi terjadinya skabies.8
3. Perekonomian yang rendahKasus skabies sekarang sudah jarang
dan kadang-kadang sulit ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih
merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas
hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan
kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang
padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang
rendah dan kualitas higiene pribadi yang kurang baik atau cenderung
jelek.9Pendapatan yang rendah dapat mempengaruhi pemenuhan bahan
makanan yang bergizi dan obat-obatan. Keterbatasan ekonomi berarti
ketidakmampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli
bahan makanan yang berkualitas baik dan obat-obatan penunjang
kesehatan.9
4. Higiene peroranganManusia dapat terinfeksi oleh tungau
skabies tanpa memandang umur, ras atau jenis kelamin dan tidak
mengenal status sosial dan ekonomi, tetapi higiene yang buruk.4 MUI
mengamanatkan perlunya upaya agar perbaikan kesehatan masyarakat
ditingkatkan, antara lain melalui kebersihan dan kesehatan
lingkungan.9 Kebersihan adalah lambang kepribadian seseorang; jika
tempat tinggalnya, pakaian dan keadaan tubuhnya terlihat bersih
maka dipastikan orang tersebut adalah manusia yang bersih serta
sehat.3
5. Hubungan SeksualPenyakit skabies banyak diderita oleh
laki-laki 57,26% dan perempuan 42,74%. Orang yang sering melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, merupakan populasi
yang berisiko terkena skabies, penularannya melalui kontak tubuh.10
Penularan penyakit skabies melalui kontak langsung misalnya
berjabat tangan, tidur bersama dalam satu tempat tidur dan hubungan
seksual.11
2.2 Kerangka Teori
Sanitasi lingkungan
Higiene perorangan
Pengetahuan
Skabies
Perekonomian rendah
Hubungan seksual
Gambar 2.4. Kerangka Teori6,8,9Keterangan : Tanda ( ) : Variabel
yang di teliti dalam penelitian Tanda ( ) : Variabel yang tidak di
teliti dalam penelitian
2.3 Kerangka KonsepKerangka konsep penelitian adalah kerangka
hubungan konsep-konsep yang diamati atau akan diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan.12 Dalam penelitian ini dibuat
kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel IndependenVariabel Dependen
Higiene Perorangan
Skabies
Sanitasi Lingkungan
Gambar 2.5. Kerangka Konsep
2.4 HipotesisHipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.13 Hipotesis juga diartikan sebagai dugaan sementara yang
mungkin benar atau mungkin salah, akan ditolak jika salah atau
palsu dan akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya. Peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut :Ha : Ada hubungan higiene
perorangan dengan kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren
Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung
SelatanHo : Tidak ada hubungan higiene perorangan dengan kejadian
skabies pada santri di Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar
Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung SelatanHa : Ada hubungan
sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies pada santri di Pondok
Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung,
Lampung SelatanHo : Tidak ada hubungan sanitasi lingkungan dengan
kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Ulul Albab
Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis PenelitianPenelitian ini berupa penelitian Deskriptif
analitik Cross sectional untuk mengetahui hubungan higiene
perorangan dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian skabies pada
santri di Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung
Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.
3.2 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di
Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati
Agung Lampung Selatan pada Bulan November 2013.
3.3 Rancangan PenelitianRancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Cross sectional yaitu
variabel sebab atau risiko atau akibat atau kasus yang terjadi pada
objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (pada
waktu yang bersamaan).14
3.4 Subjek Penelitian3.4.1 PopulasiPopulasi dalam penelitian
adalah sejumlah subjek besar yang mempunyai karakteristik tertentu.
Karakteristik subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan
penelitian.15 Populasi dalam penelitian ini yaitu santri Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung
Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan yang berjumlah 120
santri.3.4.2 Sampel dan Besar SampelSampel adalah bagian dari
populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat
mewakili populasinya.15 Populasi data yang di peroleh 120 santri.
Pengambilan sampel menggunakan Teknik Slovin, yaitu : 16
n = N 1 + N(d)2Keterangan :n = Jumlah sampel yang dicariN =
Jumlah Populasid = Taraf nyata 0,1
Proses perhitungan :n = 120 1 + 120 (0,1)2 = 55Berdasarkan
perhitungan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah 55 responden dengan kriteria :a. Kriteria Inklusi:
Seluruh santri dan bersedia mengikuti penelitian Santri yang
mengeluhkan gejala klinis skabies b. Kriteria Eksklusi: Santri yang
tidak bersedia mengikuti penelitian Santri yang tidak mengeluhkan
gejala klinis skabies 3.4.3 Cara Pengambilan SampelCara yang
digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode simple random sampling. Cara ini dilakukan karena jumlah
populasi yang banyak dan anggota populasi bersifat homogen sehingga
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.14
3.5 Variabel PenelitianVariabel adalah suatu konsep yang dapat
mewujud ke dalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi (hitungan
atau ukuran).17 Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)3.5.1
Variabel Independen Variabel bebas (independen) adalah variabel
yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.173.5.2
Variabel DependenVariabel terikat (dependen) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah skabies.17
3.6 Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah
mendefinisikan variabel-variabel secara operasional dan
berlandaskan karakteristik yang diamati.13 Penyusunan definisi
operasional variabel perlu dilakukan karena akan menunjukkan alat
pengambilan data mana yang cocok digunakan.12 Definisi operasional
yang terkait dalam penelitian ini :
Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabelDefinisi OperasionalAlat
UkurCara UkurHasil UkurSkala Ukur
SkabiesMerupakan hasil pemeriksaan skabies yang diperiksa dengan
gejala klinis yang dikeluhkan Kuesioner WawancaraKriteria : Tidak
ada gejala ( 3 )Nominal
Higiene peroranganYang merupakan higiene perorangan : Frekuensi
mandi Kebiasaan menggunakan handuk, sabun dan pakaian secara
bersamaan Praktik menjemur pakaian, handuk dan kasur dibawah sinar
matahari Frekuensi mengganti sprei
KuesionerWawancaraKriteria : Higiene baik ( 4 )Ordinal
Sanitasi LingkunganYang merupakan sanitasi lingkungan : Sumber
air bersih yang digunakan oleh santri Sarana air bersih yang
digunakan oleh santri Frekuensi menguras bak
mandiKuesionerWawancaraKriteria : Sanitasi baik ( 1 ) Ordinal
3.7 Pengumpulan Data3.7.1 Metode KepustakaanMetode ini digunakan
untuk mencari data dan teori yang berkenaan dengan penelitian ini.
Data dan teorinya bersumber dari buku-buku, majalah, internet dan
sebagainya.3.7.2 Metode LapanganMetode lapangan untuk mencari data
dan informasi yang bersumber langsung dari tempat penelitian dengan
cara membagikan kuesioner pada santri di Pondok Pesantren Ulul
Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung, Lampung
Selatan.3.8 Pengolahan DataPengolahan data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :191. EditingBertujuan untuk
meneliti kelengkapan dan konsistensi jawaban dari lembaran
observasi yang telah diisi oleh peneliti2. CodingPemberian kode
pada atribut lembar kuesioner penelitian memudahkan untuk entry dan
analisis data. Penelitian memberikan skor untuk penilaian skabies
(variabel dependen) dan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan
(variable independen)3. ProcessingTahap ini dilakukan dengan
memproses data agar dapat dianalisis dan dilakukan dengan cara
mengentri data dari lembar observasi melalui program komputer.4.
CleaningCleaning data merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak.
3.9 Analisis Data Data dianalisis dan diinterpretasikan dengan
menguji hipotesis menggunakan program komputer SPSS 16 for windows
dengan langkah sebagai berikut : 19 3.9.1 Analisis
UnivariatBertujuan untuk menyajikan secara deskriptif dari
variabel-variabel yang diteliti. Analisis yang bersifat univariat
untuk melihat distribusi frekuensi dari seluruh faktor yang
terdapat dalam variabel masing-masing, baik variabel bebas maupun
variabel terikat, untuk mendapatkan gambaran jawaban responden dan
menjelaskan karakteristik masing-masing variabel.193.9.2 Analisis
BivariatAnalisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara
variabel independen yaitu higiene perorangan dan sanitasi
lingkungan yang mempengaruhi variabel dependen yaitu skabies.
Karena variabel dependen dan independen pada penelitian ini adalah
jenis kata dan kategorik, maka uji statistik yang digunakan adalah
Uji Chi Square.19Uji Chi Square hanya digunakan pada data diskrit
(data frekuensi atau data kategorik) atau data kontinu yang telah
dikelompokkan menjadi kategorik. Dasar pengambilan keputusan adalah
terbukti yang kemudian diolah dan dianalisis menggunakan
komputer.19Derajat kesalahan yang digunakan data penelitian ini
adalah 5% (taraf kepercayaan) untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistika digunakan batas 0,05 berarti jika P Value
< 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya Ha diterima Ho
ditolak dan jika P Value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna
yang hasilnya Ha ditolak Ho diterima. Untuk mengetahui faktor
risiko atau peluang ukuran Odds Ratio ( OR ) dimana OR
membandingkan Odds pada kelompok terek spose dengan Odds pada
kelompok yang tidak terekspose.19
KATA PENGANTARDengan mengucap puji dan syukur kepada ALLAH SWT
atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul Hubungan Higiene
Perorangan dan Sanitasi Lingkungan Terhadap Kejadian Skabies Pada
Santri Di Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung
Kecamatan Jati Agung Lampung SelatanProposal skripsi ini dapat
terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka dengan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak Muhammad
Khadafi, SH, MH Selaku Rektor Universitas Malahayati.2. Bapak Dr.
Muharso, SKM Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Malahayati.3. Bapak
dr. Arif Effendi, Sp.KK selaku pembimbing I atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan proposal skripsi
ini.4. Ibu dr. Tessa Sjahriani selaku pembimbing II atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan
proposal skripsi ini.5. Semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat
diharapkan dari berbagai pihak Bandar Lampung, November 2013
(Peneliti)DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULiHALAMAN PERSETUJUANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR
ISIivDAFTAR
TABEL.......................................................................
vDAFTAR
GAMBAR......................................................................
viDAFTAR
LAMPIRAN...................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah31.3
Tujuan Penelitian 31.4 Manfaat Penelitian
.............................................................................41.5
Ruang Lingkup
....................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teori
............................................................. 6
2.1.1 Sarcoptes scabiei, Morfologi dan Cara Penularannya
........ 62.1.2 Epidemiologi Skabies
................................................... 92.1.3
Patogenesis Skabies
...................................................... 92.1.4
Gejala Klinis Skabies
.................................................... 102.1.5
Penatalaksanaan Skabies
............................................... 122.1.6 Faktor Yang
Berhubungan Dengan Skabies .................... 132.2 Kerangka
Teori
....................................................................
17
2.3 Kerangka Konsep
.................................................................
18
2.4 Hipotesis
.............................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian 203.2 Waktu dan
Tempat Penelitian 203.3 Rancangan Penelitian203.4 Subjek Penelitian
...203.4.1 Populasi ... 203.4.2 Sampel dan Besar Sampel 213.4.3
Cara Pengambilan Sampel 223.5 Variabel Penelitian 22
3.5.1 Variabel Independen 223.5.2 Variabel Dependen 223.6
Definisi Operasional233.7 Pengumpulan Data 253.7.1 Metode
Kepustakaan 253.7.2 Metode Lapangan 253.8 Pengolahan Data253.9
Analisis Data263.9.1 Analisis Univariat 263.9.2 Analisis Bivariat
26
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABELTabel 3.1 Definisi Operasional
.................................................... 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tungau Sarcoptes scabiei
.......................................................... 9Gambar
2.2 Tempat-tempat Predileksi Skabies
............................................ 10Gambar 2.3 Gambaran
Klinis Skabies
.......................................................... 11Gambar
2.4 KerangkaTeori
..........................................................................
17Gambar 2.5 Kerangka Konsep
......................................................................
18
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 KuesionerLampiran 2 Uji Validitas dan
Reliabilitas