Top Banner
METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH I. PENDAHULUAN Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilaksanakan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dan mendasar dalam penerapan PHT tersebut, karena dari pengamatan dapat diperoleh informasi tentang jenis, padat populasi, luas dan intensitas serangan, perkembangan populasi serta serangan OPT. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan OPT juga diamati, antara lain iklim dan bencana alam. Informasi hasil pengamatan selanjutnya dilaporkan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi/taktik pengendalian OPT sesuai konsep PHT, dan bahan rekomendasi tindakan pengendalian yang harus diambil apabila populasi telah melampaui ambang yang ditetapkan dan serangannya telah melampaui ambang yang dapat merugikan secara ekonomi. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengamatan dan pelaporannya, perlu disusun pedoman pengamatan dan pelaporan OPT, sebagai pedoman umum bagi para petugas di lapangan. Pedoman pengamatan ini memuat metode pengamatan OPT tanaman buah-buahan dan merupakan hasil penyempurnaan pedoman yang sama yang pernah diterbitkan oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura pada tahun 2000. Materi penyempurnaan khususnya menyangkut 11 jenis OPT pada tanaman buah-buahan yaitu : untuk jeruk adalah CVPD, penyakit kulit diplodia dan penyakit busuk pangkal batang Phytophthora parasitica, Thrips/berbagai jenis kutu; untuk mangga adalah lalat buah, wereng buah/daun, penggerek batang/cabang/ranting; untuk pisang adalah layu, penggerek batang, dan penggulung daun; serta untuk melon adalah lalat buah dan penyakit embun tepung. Di samping metode pengamatan, pedoman ini berisi pula dasar-dasar identifikasi OPT yang merupakan kunci yang menentukan keberhasilan pengendalian, karena kesalahan dalam mengidentifikasi OPT dapat mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan faktor iklim dan bencana alam juga merupakan hal penting yang perlu diamati, oleh karena itu pengamatan faktor iklim dan bencana alam (banjir dan kekeringan) perlu dipantau secara baik. Untuk mendokumentasikan hasil-hasil pengamatan dan penyusunan rencana kegiatan perlindungan tanaman, rencana pengamatan lebih lanjut secara intensif, rencana penyediaan sarana pengendalian, dan rencana tindakan korektif, perlu dilakukan standarisasi pelaporan. Dalam pedoman ini, juga dimuat jenis-jenis laporan, dan mekanisme pelaporan perlindungan dari daerah, khususnya pada tanaman buah-buahan.
57

METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Jan 11, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH

I.   PENDAHULUAN

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilaksanakan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dan mendasar dalam penerapan PHT tersebut, karena dari pengamatan dapat diperoleh informasi tentang jenis, padat populasi, luas dan intensitas serangan, perkembangan populasi serta serangan OPT. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan OPT juga diamati, antara lain iklim dan bencana alam.

Informasi hasil pengamatan selanjutnya dilaporkan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi/taktik pengendalian OPT sesuai konsep PHT, dan bahan rekomendasi tindakan pengendalian yang harus diambil apabila populasi telah melampaui ambang yang ditetapkan dan serangannya telah melampaui ambang yang dapat merugikan secara ekonomi.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengamatan dan pelaporannya, perlu disusun pedoman pengamatan dan pelaporan OPT, sebagai pedoman umum bagi para petugas di lapangan. Pedoman pengamatan ini memuat metode pengamatan OPT tanaman buah-buahan dan merupakan hasil penyempurnaan pedoman yang sama yang pernah diterbitkan oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura pada tahun 2000. Materi penyempurnaan khususnya menyangkut 11 jenis OPT pada tanaman buah-buahan yaitu : untuk jeruk adalah CVPD, penyakit kulit diplodia dan penyakit busuk pangkal batang Phytophthora parasitica, Thrips/berbagai jenis kutu; untuk mangga adalah lalat buah, wereng buah/daun, penggerek batang/cabang/ranting; untuk pisang adalah layu, penggerek batang, dan penggulung daun; serta untuk melon adalah lalat buah dan penyakit embun tepung.

Di samping metode pengamatan, pedoman ini berisi pula dasar-dasar identifikasi OPT yang merupakan kunci yang menentukan keberhasilan pengendalian, karena kesalahan dalam mengidentifikasi OPT dapat mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan faktor iklim dan bencana alam juga merupakan hal penting yang perlu diamati, oleh karena itu pengamatan faktor iklim dan bencana alam (banjir dan kekeringan) perlu dipantau secara baik.

Untuk mendokumentasikan hasil-hasil pengamatan dan penyusunan rencana kegiatan perlindungan tanaman, rencana pengamatan lebih lanjut secara intensif, rencana penyediaan sarana pengendalian, dan rencana tindakan korektif, perlu dilakukan standarisasi pelaporan. Dalam pedoman ini, juga dimuat jenis-jenis laporan, dan mekanisme pelaporan perlindungan dari daerah, khususnya pada tanaman buah-buahan.

II. ISTILAH DAN BATASAN

Istilah dan batasan diperlukan untuk memperoleh kesamaan pengertian dalam menyusun dan membaca laporan perlindungan tanaman hortikultura termasuk buah-buahan. Beberapa istilah dan batasan yang digunakan dalam buku ini :

1. Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada tempat dan waktu tertentu. Pengamatan dilaksanakan dengan mengacu pada tujuannya (purposive), dalam hal ini adalah untuk pelaporan yang akan dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan perlindungan tanaman hortikultura.

Page 2: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Pengamatan Tetap adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala pada lokasi/tempat yang tetap dan mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan antara lain pengamatan dengan pemasangan alat perangkap, petak tetap (contoh), dan pengamatan lain yang berhubungan dengan perlindungan tanaman. Pengamatan tetap bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan intensitas serangan OPT.

Pengamatan Keliling atau Patroli adalah pengamatan yang dilakukan dengan cara menjelajahi wilayah pengamatan untuk mengetahui luas tanaman terserang dan terancam oleh OPT, intensitas serangan OPT dan tindakan pengendaliannya, serta kejadian bencana alam.

2. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tanaman hortikultura, yang di dalamnya terdiri atas hama, penyakit, dan gulma.

3. Tanaman terserang adalah tanaman yang digunakan sebagai tempat hidup dan berkembang biak OPT dan atau mengalami kerusakan atau gangguan dalam kehidupannya karena serangan OPT pada tingkat populasi atau intensitas kerusakan/serangan tertentu sesuai dengan jenis OPT nya.

4. Luas serangan adalah luas tanaman terserang yang dinyatakan dalam hektar, rumpun, atau pohon. Luas serangan ditaksir dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Menentukan wilayah penaksiran yaitu hamparan tanaman yang dibatasi oleh batas-batas yang jelas, antara lain perkampungan, tanaman lain, sungai, jalan, dan lahan kosong. Apabila perlu, wilayah penaksiran dibagi menjadi bagian-bagian (subwilayah penaksiran) yang ditandai antara lain dengan adanya saluran pengairan, tiang listrik dan pepohonan, baik untuk daerah sumber serangan (endemik), eksplosif, maupun daerah sehat.

Mengamati keadaan tanaman di tiap wilayah atau subwilayah penaksiran untuk menentukan intensitas serangan dan kepadatan populasi OPT.

Menaksir luas serangan dan menentukan intensitas serangan atau kepadatan populasi pada tiap wilayah penaksiran tersebut.

5. Intensitas serangan adalah derajat serangan atau derajat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif.

Intensitas serangan secara kuantitatif dinyatakan dalam persen bagian tanaman, tanaman, atau kelompok tanaman terserang. Intensitas serangan dalam persen dilaporkan oleh PHP baik untuk kepentingan intern maupun untuk kepentingan pelaporan SP-IV kepada Mantri Pertanian/Kepala Cabang Dinas.

Intensitas serangan secara kualitatif dibagi menjadi empat kategori serangan yaitu ringan, sedang, berat, dan puso. Kategori serangan ini dilaporkan oleh Koordinator Pengamat Hama dan Penyakit/Pengendali OPT (PHP/POPT), UPTD/Balai Perlindungan/Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD/BPTPH), Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)

6. Kepadatan populasi OPT adalah rerata jumlah individu OPT dalam stadia dan satuan tertentu pada petak tetap (contoh) sesuai dengan metode pengamatan yang telah ditetapkan. Stadia OPT untuk menentukan kepadatan populasi, antara lain berupa imago,

Page 3: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

nimfa, larva, pupa, kelompok telur, spora, dan konidia sesuai dengan jenis OPT yang bersangkutan.

7. Sumber serangan adalah tanaman terserang atau sisa/bagian tanaman terserang dan tanaman inang asal serangan OPT tertentu.

8. Eksplosi adalah serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang sangat cepat, dan menyebar luas dengan cepat.

9. Sisa serangan adalah serangan yang dilaporkan pada periode laporan sebelumnya, yang masih tersisa pada periode laporan, yaitu keadaan serangan sebelumnya (tidak termasuk yang puso) dikurangi luas tanaman yang dipanen, sembuh kembali, dan dimusnahkan pada periode laporan.

10. Sembuh kembali adalah tanaman yang semula terserang OPT, tetapi populasi/intensitas serangannya telah mengalami penurunan sampai mencapai kriteria tidak terserang.

11. Luas tambah serangan (LTS) adalah luas serangan baru yang terjadi atau yang ditemukan pada periode laporan.

12. Luas keadaan serangan (LKS) adalah luas sisa serangan ditambah dengan luas tambah serangan pada periode laporan.

13. Kumulatif luas tambah serangan (KLTS) adalah penjumlahan luas tambah serangan pada tiap periode laporan.

14. Luas pengendalian (LP) adalah luas tanaman pada lahan yang terserang yang diberi perlakuan dengan berbagai cara pengendalian antara lain fisik/mekanik, hayati, dan penggunaan pestisida.

15. Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap tanaman atau sisa/bagian tanaman terserang dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya OPT dengan dicabut, atau dibabat kemudian dibakar, atau dibenamkan ke dalam tanah di lokasi tertentu, atau dimatikan dengan bahan kimia misalnya dengan herbisida. Eradikasi dapat dilaksanakan secara selektif atau total.

16. Tanaman terancam adalah pertanaman di sekitar sumber serangan dan atau areal lain yang mempunyai kemungkinan terserang dengan mempertimbangkan rasio populasi OPT dan musuh alaminya, ketahanan varietas, umur tanaman, dan faktor lingkungan lainnya. Luas tanaman terancam dilaporkan dalam Laporan Peringatan Dini/Bahaya dan Laporan Eksplosi tetapi tidak dalam Laporan Setengah Bulanan.

17. Bencana alam adalah kejadian alam yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, hortikultura misalnya banjir, kekeringan, gunung meletus, tanah longsor, dan gempa bumi.

18. Ambang ekonomi adalah intensitas serangan yang mulai mengakibatkan kerugian secara ekonomi.

Page 4: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Ambang pengendalian adalah intensitas serangan atau tingkat populasi yang melandasi keputusan untuk mengambil tindakan pengendalian guna mencegah meningkatnya serangan ke tingkat ambang kerugian ekonomi.

III. PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH-BUAHAN

Pengamatan bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan populasi OPT, luas dan intensitas serangan, intensitas kerusakan, dan daerah penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT. Dari informasi tersebut petugas diharapkan dapat menganalisis informasi secara lebih dini untuk menentukan langkah-langkah penanganan usahatani selanjutnya.

A. Jenis Tanaman, OPT

Tanaman yang diamati adalah tanaman buah-buahan antara lain jeruk, mangga, melon, salak, belimbing, manggis, durian, rambutan, dan pisang dengan rincian jenis OPT-nya seperti pada Lampiran 1.B. Metode Pengamatan

Pengamatan OPT pada tanaman buah-buahan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Pengamatan Tetap dan Pengamatan Keliling atau Patroli. Secara rinci pelaksanaan Pengamatan Tetap dan Pengamatan Keliling/Patroli adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan Tetap

Pengamatan tetap dilakukan secara berkala pada lokasi/tempat/petak yang mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan antara lain pengamatan alat perangkap (lampu, metil eugenol, selasih, bonggol), petak tetap (contoh), dan pengamatan lain yang berhubungan dengan perlindungan tanaman, serta bertujuan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitas serangan.Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan dalam hal waktu tanam, teknik bercocok tanam, dan varietasnya.

2. Pengamatan Keliling atau Patroli

Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui tanaman terserang, terancam, dan luas pengendalian, serta dilaksanakan dengan cara menjelajahi wilayah pengamatan. Sebelum melaksanakan pengamatan, petugas PHP/POPT disarankan menemui petani/kelompok tani/petani pemandu, penyuluh atau sumber lain yang layak dipercaya untuk memperoleh informasi tentang adanya serangan OPT dan kegiatan pengendalian di wilayah kerjanya. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan mengkonsentrasikan pengamatannya.

Serangan OPT di daerah yang dicurigai diamati pada 5 (lima) petak contoh yang terletak pada perpotongan garis-garis diagonal maya (A) dan pertengahan potongan-potongan garis diagonal tersebut (B, C, D, dan E) seperti terlihat pada Gambar 1. Dalam tiap petak contoh dilaksanakan pengamatan-pengamatan pada unit-unit contoh yang tersebar seperti pada Gambar 2.

Page 5: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Gambar 1. Penyebaran petak contoh pada daerah yang dicurigai terserang OPT

Gambar 2. Penyebaran unit contoh dalam petak contoh

Penarikan contoh dapat dilakukan secara berlapis, yang mengarah pada kabupaten, wilayah pengamatan (kecamatan, desa). Metode sampling atau teknik pengambilan contoh disesuaikan dengan letak kebun dan jenis OPT- nya, dapat secara acak atau diagonal sepanjang mewakili populasi tanaman di kebun. Teknik pengambilan petak contoh secara diagonal dapat bersifat maya, artinya petak-petak atau anak-anak petaknya tidak selalu dalam garis lurus, atau sistematis dengan jarak tertentu. Contoh tanaman (misalnya pada tanaman jeruk) diambil secara sistematis dengan menetapkan atau menurut 4 (empat) arah mata angin.Unit contoh, petak contoh, anak petak contoh, dan tanaman contoh, serta jumlahnya, ditetapkan sesuai OPT utama tertentu yang muncul pada komoditi tanaman buah tertentu, atau untuk OPT sejenis yang memiliki karakteristik yang mirip, dan pada periode/stadium pertumbuhan tanamannya (vegetatitf atau generatif). Hal yang diamati lebih difokuskan pada intensitas serangan atau kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT, dengan menerapkan rumus-rumus intensitas kerusakan baik mutlak maupun tidak mutlak, dan volume serangan yang meliputi luas/atau jumlah tanaman terserang. Sedangkan pengamatan populasi dilaksanakan untuk kasus tertentu atau tujuan khusus, dengan cara misalnya pemasangan perangkap untuk pengamatan lalat buah.Untuk semua OPT yang menyebabkan kerusakan tidak mutlak atau relatif, kriteria penilaian kerusakan dan skoringnya disamakan, yaitu dengan menggunakan skala 0, 1, 2, 3, dan 4. Satuan luas yang digunakan dalam penghitungan populasi atau data volume tanaman adalah rumpun untuk tanaman pisang, pohon untuk tanaman jeruk dan mangga pada pekarangan, hektar untuk melon atau tanaman dalam hamparan/kebun yang teratur (perkebunan).

Cara pengamatan

1. Untuk memudahkan pelaksanaan, pengamatan keliling dilakukan sesudah pengamatan petak tetap pada subwilayah pengamatan. Apabila ada informasi bahwa di subwilayah lainnya terjadi serangan OPT, maka harus dilakukan pengamatan keliling tambahan.

2. Untuk pengamatan tetap, tempatkan satu petak contoh pengamatan pada masing-masing strata di lokasi yang selalu dilewati saat mengadakan pengamatan keliling di strata tersebut, sehingga setiap petak contoh pengamatan tetap dan pengamatan keliling dapat diamati dengan interval waktu 2 (dua) minggu.

3. Hasil pengamatan dan kejadian yang ditemukan pada saat pengamatan keliling dan pengamatan tetap dilaporkan secara rutin pada setiap akhir periode pengamatan (akhir bulan). Laporan pengamatan tetap pada periode pelaporan bulanan berisi hasil pengamatan minggu ke 2 dan 4.

Page 6: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

C. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh pada pengamatan OPT buah-buahan dilakukan dengan menggunakan petak contoh, yaitu kecamatan. Tanaman contoh ditentukan dengan 2 (dua) cara, yaitu random (acak) dan diagonal. Cara random dilakukan pada perkebunan rakyat dan pekarangan rumah, sedangkan cara diagonal dilakukan pada perkebunan besar.

Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, interval waktu pengamatan untuk pengamatan tetap ditentukan satu minggu dan dilaporkan setiap dua minggu.Pengamatan keliling di hamparan yang dicurigai, dilaksanakan dengan mengamati 3 (tiga) petak contoh di sepanjang garis diagonal atau 5 (lima) petak contoh yang terletak pada perpotongan garis-garis diagonal (A) dan pertengahan potongan-potongan garis-garis diagonal tersebut (B,C,D dan E) seperti terlihat pada Gambar 1. Dalam tiap petak contoh pengamatan diamati 10 (sepuluh) rumpun/tanaman contoh yang diambil seperti pada pengamatan tetap.

D. Penilaian Kerusakan

1. OPT

Penilaian terhadap kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala serangan OPT yang sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman oleh serangan OPT dapat berupa kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak) dan tidak mutlak.

a. Kerusakan Mutlak

Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak (dianggap mutlak) digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

I = Intensitas serangan (% )a = Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman, rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlakb = Banyaknya contoh yang tidak rusak (tidak menunjukkan gejala serangan).

Rumus tersebut digunakan untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada tanaman/ bagian tanaman untuk tanaman jeruk, mangga, pisang, dan melon.

Jeruk : Ulat penggerek buah dan puru buah (buah), lalat buah (buah), penyakit Citrus Huang Lung Bin (CHLB = CVPD) (tanaman), penyakit tristeza (tanaman), dan penyakit kanker (buah). Mangga : Lalat buah (buah), penggerek buah (buah), penggerek buahmuda (buah), dan busuk buah (buah). Wereng mangga (buah) dan busuk batang (tanaman).Pisang : Penyakit layu Fusarium (rumpun), penyakit layu bakteri (rumpun), penyakit kerdil pisang (rumpun), penggerek batang pisang (rumpun), ngengat kudis pisang (rumpun), dan lalat buah (buah).Durian : Penggerek buah (buah), lalat buah (buah), uret, dan busuk akar (tanaman) dan buah.

Page 7: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Salak : Uret (tanaman), kumbang pemakan bunga jantan (tandan),busuk buah (buah),busuk lunak (buah),dan nematoda bercak akar (tanaman).Rambutan : Penggerek buah (buah) dan busuk buah (buah).Nenas : Uret (akar tanaman), busuk buah (buah) dan busuk akar (tanaman).Sirsak : Busuk buah (buah) dan penggerek buah (buah).Markisa : Lalat buah (buah), layu Fusarium (tanaman), dan rebah semai (tanaman).Belimbing : Lalat buah (buah) dan busuk buah (buah).Manggis : Busuk buah (buah).Semangka : Ulat tanah (tanaman), lalat buah (buah), layu Fusarium (tanaman), layu bakteri (tanaman), penyakit semai (tanaman), busuk buah (buah) , dan penyakit virus (tanaman), penggerek buah (buah).

b. Kerusakan Tidak Mutlak

Untuk menilai serangan OPT yang tidak menimbulkan kerusakan mutlak digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

I = Intensitas seranganni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan vi vi = Nilai skala kerusakan contoh ke-iN = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamatiZ = Nilai skala kerusakan tertinggi.

Rumus tersebut di atas digunakan untuk menilai serangan OPT pada tanaman sebagai berikut :

Jeruk : Kutu loncat (daun), kutu daun (daun), ulat peliang daun (daun), kutu sisik/ kutu perisai (daun), tungau merah (daun), trips (daun), kutu dompolan (daun), penyakit embun jelaga (daun), kanker jeruk Xanthomonas citri (tanaman), dan penyakit busuk Diplodia/ Phytophthora (tanaman). Mangga : Wereng mangga (daun), penggerek ranting (ranting), penggerek cabang (cabang), antraknosa (buah), embun jelaga (daun), bercak daun stigmina (daun), bercak daun kelabu (daun), dan jamur upas (tanaman).Pisang : Sigatoka (daun), burik (daun), antraknosa (buah), bercak daun (daun), bercak oval daun (daun), dan ulat penggulung daun (daun).Durian : Kutu loncat (daun), busuk pangkal batang Phytophthora (tanaman), antraknosa (buah),bercak coklat (daun), dan jamur upas (tanaman).Salak : Kutu dompolan/kutu jonjot putih (buah), kepik (buah), ulat penggulung daun (daun), kumbang moncong (buah), dan bercak daun (daun).Rambutan : Kutu kapas/kutu putih (buah),hama tirathaba (daun/buah),hama ulat, embun tepung (daun), penyakit rambut kuda (tanaman), busuk batang (tanaman/ batang), bercak daun (daun), dan jamur upas (tanaman/batang).Nenas : Kutu jonjot putih (daun) dan kutu akar kapas (akar tanaman).Sirsak : Antraknosa (daun), ulat papilio (daun), dan kutu daun Markisa : Kutu daun (daun), bercak daun (daun), dan nematoda buncak akar (tanaman).Belimbing : Bercak daun (daun), hawar daun (daun), dan jamur upas (tanaman, batang).

Page 8: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Manggis : Bercak daun (daun), kanker cabang (cabang), jamur upas (batang), penyakit akar (akar), dan kutu dompolan/kutu jonjot putih (daun).Semangka : Trips (daun), kumbang daun/ kumbang kuning (daun), penyakit tepung(daun), antraknosa (daun), bercak daun bersudut (daun) dan kudis (daun).

Kategori intensitas serangan serangga hama secara umum dapat digunakan pedoman sebagai berikut :

• serangan ringan bila derajat serangan < 25% • serangan sedang bila derajat serangan> 25 – < 50% • serangan berat bila derajat serangan > 50 – < 90% • puso bila derajat serangan > 90%.

Sedangkan kategori serangan untuk jenis penyakit adalah sebagai berikut :

• serangan ringan bila derajat serangan < 11% • serangan sedang bila derajat serangan > 11 - < 25% • serangan berat bila derajat serangan > 25 - < 75% • puso bila derajat serangan > 75 - 100%.

2. Faktor Iklim/Bencana AlamSampai saat ini, kriteria untuk menilai intensitas kerusakan karena bencana alam kekeringan dan banjir masih jauh dari sempurna. Namun untuk memenuhi kebutuhan sebagai pedoman di lapangan, telah disusun kriteria penilaian intensitas kerusakan yang sifatnya masih sangat sederhana.

Penilaian kekeringan dan banjir belum dapat diukur secara kuantitatif. Untuk penilaian baik kekeringan maupun banjir digunakan klasifikasi terkena dan puso (Tabel 1 dan 2). Metode pengamatannya adalah pengamatan keliling, apabila ditemukan adanya gejala maka pengamatan ditingkatkan.

Tabel 1. Klasifikasi Penilaian Kekeringan

No. Klasifikasi Gejala

1 Terkena Ujung daun tanaman – 2/3 daun mengering

2 PusoSeluruh tanaman mengering/tidak berproduksi lagi/mati

Tabel 2. Klasifikasi Penilaian Banjir

No. Klasifikasi Gejala

1 Terkena- Umur tanaman = 2 bulan, tergenang = 3 hari - Umur tanaman = 2 bulan, tergenang tetapi tidak menunjukkan kerusakan fisik

2 Puso - Umur tanaman = 2 bulan, tergenang = 3 hari dan menunjukkan kerusakan fisik- Umur tanaman = 2 bulan, tergenang sampai menunjukkan

Page 9: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

gejala kematian

E. Metode Pengamatan OPT Buah-buahan

1. OPT tanaman Jeruk

Jenis OPT yang disediakan pedoman metodenya adalah CVPD, penyakit kulit Diplodia, penyakit busuk pangkal batang Phytophthora sp., dan berbagai jenis kutu, serta OPT lain yang memiliki karakteristik sama/hampir sama dengan OPT tersebut. Dalam pedoman ini diberikan secara sekilas karakteristik OPT dan serang7annya yang menjadi pertimbangan dasar pelaksanaan pengamatan di lapangan.

a. CVPD : Penyakit CVPD sering disebut sebagai “Greening”, saat ini namanya telah dibakukan secara internasional menjadi “Huang Lung Bin”, karena ditemukan pertama kali di Cina hampir 100 tahun yang lalu. Penyebab penyakit ini adalah Liberobacter asiaticum yang hidup dan berkembang biak dalam jaringan floem dan menyebabkan sel-sel floem mengalami degenerasi, sehingga menghambat penyerapan nutrisi.Penularan pada tanaman sehat lain dapat terjadi melalui perantaraan serangga vektor Diaphorina citri Kuw. dan bibit yang terinfeksi CVPD. Penyakit ini di Afrika Selatan disebabkan oleh spesies berbeda yaitu Liberobacter africanum dengan vektornya Tryoza erytreae. Perbedaan kedua spesies Liberabacter tersebut terletak pada ketahanannya terhadap panas. L. asiaticum lebih tahan terhadap kondisi agroklimat yang panas (24 o – 35 o C), sedangkan L. africanum tidak tahan panas (20 o – 24 o C).Pengamatan gejala penyakit perlu dilakukan pada beberapa bagian tanaman yang mungkin muncul bersamaan, baik dari tajuk, percabangan ataupun pada buah dan biji. Gejala khas adalah belang-belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala belang-belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada tanaman dewasa sering ditemukan gejala “sectoral greening” hanya pada cabang-cabang tertentu yang bergejala daun menguning.Daun-daun pada cabang sakit menjorok ke atas seperti sikat. Sering pula ditemukan tunas-tunas baru di luar musim pertunasan pada cabang-cabang terinfeksi. Kadang-kadang juga ditemukan gejala tulang daun sekunder mati, mengeras dan kering yang disebut “vein crocking” pada tanaman yang terserang berat. Gejala ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih berat pada pembuluh angkut/ploem. Gejala seringkali mirip dengan defisiensi unsur hara Zn, Mn, N. Pada keadaan defisiensi unsur hara, gejala tampak pada seluruh tanaman dalam kebun yang sama. Sedangkan pada CVPD, penyebaran gejala tidak merata dan ini merupakan indikator yang sangat penting.Serangan pada buah menyebabkan buah menjadi kecil, tidak simetris (lopsided), kadang-kadang ditemukan buah red nose (warna orange pada bangkal buah), rasa buah asam, dan biji abortus.

1). Pengambilan sampel sesuai dengan pola pertanaman :

Pada Blok Fondasi (BF), pengambilan sampel dilakukan pada setiap individu tanaman dengan rumus kerusakan mutlak, karena BF merupakan pohon induk jeruk bebas penyakit dan merupakan sumber entris untuk pergandaan mata tempel (BPMT).

Pada Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) dan penangkaran, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan indek 3 – 5 % populasi tanaman.

Pada tanaman produksi di kebun/lapang, pengambilan sample ditentukan secara nisbi 5 – 10 % populasi tanaman.

Page 10: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

2). Petak contoh, khususnya untuk tanaman produksi di kebun/lapang ditentukan secara sistematis dengan 3 (tiga) alternatif bentuk yaitu diagonal, bentuk U, dan bentuk kuadrat/blok.

Bentuk diagonal untuk hamparan jeruk dalam hamparan teratur dan cukup luas. Tanaman contoh yang diamati sepanjang atau sekitar garis diagonal (maya) yang menunjukkan pertumbuhan tidak normal dan mencurigakan bergejala CVPD.

Bentuk U untuk pertanaman jeruk di pekarangan atau petak memanjang. Tanaman sampel yang terpilih adalah tanaman yang mencurigakan.

Bentuk kuadrat, dilakukan dengan cara membagi blok-blok pertanaman yang berindikasi gejala CVPD, mulai dari utara ke selatan dan dari timur ke barat, berdasarkan ukuran 3 x 3 atau 6 x 6 tanaman.

Bentuk diagonal merupakan bentuk yang dipertimbangkan dapat dilaksanakan oleh PHP/POPT.

3). Anak petak, untuk pengamatan intensitas serangan atau mengukur berat serangan pada pohon di daerah-daerah yang belum pernah terinfeksi.

4). Jumlah tanaman per petak, belum ada hasil penelitian yang baku, namun dapat mengacu pada penarikan sampel seperti di atas, yaitu tiap individu untuk BF, 3 – 5 % untuk BPMT, atau 5 – 10 % untuk tanaman produksi di kebun/lapang.

Untuk memudahkan pengamatan, jumlah tanaman dalam hamparan (sentra) kebun/lapang, penarikan contoh secara acak diagonal dengan jumlah tanaman 10 pohon untuk pengamatan keliling dan 5 pohon untuk pengamatan tetap.

5). Cara pengamatan, dilakukan terhadap gejala, baik secara keliling (patroli) maupun petak tetap.

Untuk melihat epidemi CVPD dan perkembangan luas serangan di suatu lahan kebun, dilakukan pengamatan keliling, sedangkan untuk pengamatan intensitas serangan CVPD dilakukan dengan cara pengamatan tetap, dengan cara menentukan 1 (satu) petak pengamatan tetap terdiri dari 5 (lima) unit contoh yang diambil secara diagonal, dan setiap unit contoh diambil 5 pohon/petak tetap.

Di daerah endemis dan sumber inokulum ada, penilaian kerusakan dilakukan dengan rumus mutlak. Sedangkan di daerah yang belum pernah terinfeksi, dan sumber inokulum sebelumnya tidak ada, penilaian kerusakan dengan rumus tidak mutlak (skoring) menurut rekomendasi Aubert, sbb. :

- 0 = sehat- 1 = gejala ringan, kekuning-kuningan pada bagian pucuk sampai pada daun bagian tengah- 2 = kekuning-kuningan sampai daun bagian pangkal cabang- 3 = agak parah, die back pada beber apa bagian- 4 = gejala parah, die back intensif.

Setelah tingkat kerusakan tanaman (I, %) diperoleh, skala nilai keparahan penyakit ditetapkan sbb. :

Skala I

Page 11: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

0 = tidak menunjukkan adanya serangan.1 0 – 5 % = sedikit kekuning- kuningan, merata pada kanopi, produksi normal.2 5 – 15 % = kekuning-kuningan menyebar perlahan meningkat pada seluruh kanopi, produksi dapat turun 60 % dari tanaman sehat.3 15 – 25 % = daun-daun gugur dan die back berkembang, kehilangan hasil panen encapai 80 %.4 = 25 % = die back parah dan pohon tidak berproduksi secara total.

6). Pengamatan produksi, dapat dilakukan dengan mengamati hasil panen (kg/10 pohon) berdasarkan kelompok umur tanaman.

7). Keputusan tindakan korektif, dapat berupa pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang baik di BF, BPMT, penangkaran, maupun di lapangan. Penggunaan insektisida yang efektif, bila ditemukan minimum 1 ekor vektor di BF, sedangkan di BPMT dan penangkaran, apabila terdapat > 10 % tanaman terinfeksi CVPD, dan atau ditemukan populasi vektor > 1 ekor pada 5 % populasi tanaman, serta di BPMT dan penangkaran tersebut tidak layak diambil entrisnya dan diperjualbelikan bibitnya.

b. Penyakit kulit Diplodia dan busuk pangkal batang, Phytophthora

Penyakit kulit Diplodia disebut juga penyakit blendok, disebabkan oleh cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. Cendawan ini dapat membentuk konidium yang tersebar, mula-mula tertutup kemudian pecah dan berwarna hitam. Konidium berbentuk jorong dan mempunyai satu sekat berwarna gelap. Penyebaran di lapangan terutama oleh air.Ada 2 jenis penyakit diplodia, yaitu diplodia basah dan diplodia kering :

- Penyakit kulit diplodia basah: Tanaman yang terserang mengeluarkan blendok yang berwarna kuning keemasan dari batang atau cabang tanaman. Cendawan berkembang diantara kulit dan kayu mengeluarkan blendok, yang merusak kambium, sehingga apabila serangan telah mengelilingi batang, tanaman akan mati. Blendok yang dikeluarkan tidak selalu mengandung patogen diplodia. Cendawan ini juga menyebabkan busuk pada pangkal buah.

- Penyakit kulit diplodia kering, kulit batang atau cabang tanaman yang terserang akan mengering, terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah-celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam, selanjutnya kulit yang terserang akan mengering atau mengelupas. Serangan pada batang utama akan lebih parah dibandingkan pada cabang atau ranting. Serangan yang melingkari batang atau cabang mengakibatkan bagian tanaman di atas serangan akan kering/mati dan berwarna hitam.

Penyakit busuk akar dan busuk pangkal batang disebabkan oleh cendawan Phytophthora citrophthora (Smith and Smith) Leon dan P. nicotianae B. de Han var parasitica (Dastur) Waterh. Cendawan ini menyerang semua bagian tanaman termasuk akar, pangkal batang, daun, tunas, bunga, dan buah, serta menyebabkan penurunan produksi dan kematian tanaman. Perkembangan kedua spesies ini dipengaruhi oleh temperatur. P. citrophthora berkembang baik pada suhu 24 0 – 28 0 C, dan P. nicotianae var parasitica, cepat berkembang pada suhu 29 0 – 33 o C (Setyowati dan Keane, 1990). Di Indonesia, penyebab penyakit ini terutama oleh P. nicotianae var parasitica.Pada pembibitan yang terserang cendawan ini, menimbulkan gejala daun menguning kelayuan dan diikuti dengan kematian mendadak, serta akar-akarnya membusuk. Pembusukan pada pangkal batang mulai dari pangkal batang dekat permukaan tanah dan batas sambungan antara batang atas – bawah (+ 60 cm). Jaringan yang terserang berubah warna menjadi kehitaman, lama-lama kulit mengelupas dan jatuh, sehingga terdapat luka lebar.Pada kondisi salinitas tinggi dapat menurunkan ketahanan batang bawah. Oleh karena itu sangat

Page 12: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

perlu untuk menggunakan batang bawah yang toleran terhadap salinitas dan resisten terhadap Phytophthora (Setyowati dan Keane, 1990).

1). Pengambilan sampel, dapat menggunakan metode yang hampir sama dengan CVPD, yaitu sesuai dengan pola pertanaman :

• Pada Blok Fondasi (BF), pengambilan sampel dilakukan pada setiap individu tanaman dengan rumus kerusakan mutlak, karena BF merupakan pohon induk jeruk bebas penyakit dan merupakan sumber entris untuk pergandaan mata tempel (BPMT).• Pada Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) dan penang-karan, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan indek 3 – 5 % populasi tanaman.• Pada tanaman produksi di kebun/lapang, pengambilan sample ditentukan secara nisbi 5 – 10 % populasi tanaman.

2). Petak contoh, khususnya untuk tanaman produksi di kebun/lapang ditentukan secara sistematik dengan 3 (tiga) alternatif bentuk yaitu diagonal, bentuk U, dan bentuk kuadrat/blok, seperti pengamatan CVPD. Bentuk diagonal merupakan bentuk yang dipertimbangkan dapat dilaksanakan oleh PHP/POPT.

3). Anak petak, untuk pengamatan intensitas serangan atau berat ringannya serangan di daerah-daerah yang belum pernah terinfeksi.

4). Jumlah tanaman per petak, belum ada hasil penelitian yang baku, namun dapat mengacu pada penarikan sampel seperti di atas, yaitu tiap individu untuk BF, 3 – 5 % untuk BPMT, atau 5 – 10 % untuk tanaman produksi di kebun/lapang.

Untuk memudahkan pengamatan, jumlah tanaman dalam hamparan (sentra) kebun/lapang, penarikan contoh secara acak diagonal dengan jumlah tanaman 10 pohon untuk pengamatan keliling dan 5 pohon untuk pengamatan tetap.

5). Cara pengamatan, dilakukan terhadap gejala, baik secara keliling (patroli) maupun petak tetap.

• Untuk melihat epidemi penyakit dan perkembangan luas serangan di suatu lahan kebun, dilakukan pengamatan keliling, sedangkan untuk pengamatan intensitas serangannya dilakukan dengan cara pengamatan tetap, dengan cara menentukan 1 (satu) petak pengamatan tetap terdiri dari 5 (lima) unit contoh yang diambil secara diagonal, dan setiap unit contoh diambil 5 pohon/petak tetap. • Pengamatan dilakukan pada cabang utama dan 4 cabang pada 4 kuadran/mata angin sebagai anak petak, dan tingkat keparahan serangannya ditetapkan berdasarkan skoring (tidak mutlak).

Diplodia :

Skor Pangkal batang Leher akar/akar

0 Sehat Sehat

1 < 20 % Sehat

2 > 20 % - = 40 % 20 %

3 > 40 % - = 60 % 40 %

4 > 60 % > 60 %

Phytophthora (telah dimodifikasi) :

Page 13: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Skor Batang Cabang primeCabang

sekunder

0 Sehat Sehat Sehat

1 Sehat Sehat < 50 %

2 < 25 % < 50 % < 50 %

3 25 % - 50 % < 50 % < 50 %

4 >50 % 50 – 100 % 50 – 100 %

c. Thrips dan Jenis kutu-kutuan

c.1. Thrips (Scirtothrips citri)

Serangan hama ini pada bagian tangkai dan daun muda meng-akibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhan daun tidak normal. Serangan pada buah terjadi ketika buah masih sangat muda, dan meninggalkan bekas luka berwarna coklat ke abu-abuan yang disertai garis nekrosis di sekeliling luka. Bekas luka tampak di permukaan kulit buah di sekeliling tangkai.Serangga betina mampu bertelur 200 – 250 butir pada pada jaringan daun muda, tangkai kuncup dan buah. Telur menetas setelah 6 – 8 hari. Instar pertama berwarna putih transparan kemudian menjadi kuning dan instar berikutnya berwarna coklat. Pada instar ini Thrips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya pada urat daun atau pada lekukan di permukaan bawah daun. Tangkai dan daun muda serta buah muda merupakan tempat yang baik bagi hama ini. Apabila suhu sekitar meningkat, populasi hama ini semakin meningkat.(1). Pengambilan sampel

• Untuk mengetahui populasi Thrips digunakan perangkap kuning yang dipasang 10 – 12 buah/ha.• Sampel adalah tanaman yang sedang bertunas, minimum 10 pohon dari jumlah tanaman bertunas/berbunga yang mewakili kebun atau petak secara diagonal.• Pengambilan contoh tanaman dilakukan secara sistematik yaitu menurut 4 arah mata angin, masing-masing diambil tunas muda.

(2). Cara pengamatan

• Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah serangga baik nimfa maupun dewasa yang ada pada tunas dan bunga contoh.• Pengamatan pada perangkap kuning dilakukan dengan meng-hitung jumlah Thrips yang tertangkap.• Pengamatan dilakukan tiap 2 minggu selama tanaman bertunas sampai awal pembentukan buah.

(3). Keputusan tindakan korektif

• Pengendalian dilakukan dengan pestisida efektif apabila populasi rata-rata 25 ekor/tunas atau jika 5 % atau lebih buah terinfeksi.

c.2. Kutu loncat (Diaphorina citri)

Kutu loncat menyerang kuncup daun, tunas dan daun muda. Tunas-tunas daun merupakan tempat peletakan telur dan merupakan faktor penting perkembangbiakannya. Serangan kutu loncat mengakibatkan tunas-tunas muda keriting dan pertumbuhannya terhambat. Keberadaan

Page 14: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

serangga ini perlu diwaspadai karena sebagai vektor dari penyakit CVPD, dapat menimbulkan keparahan yang sulit dicegah.Perkembangannya melalui tiga stadia hidup, yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya, dari telur hingga dewasa 16 – 18 hari pada kondisi panas, sedangkan pada suhu dingin, kutu ini mampu bertahan hidup sampai 45 hari. Seekor dewasa betina mampu meletakkan telur 500 – 800 butir selama hidupnya. Serangga tidak berdiapause, sehingga dalam setahun mampu menghasilkan 9 – 10 generasi.

(1). Pengambilan sampel

• Untuk mengetahui populasi kutu loncat digunakan perangkap kuning yang dipasang 10 – 12 buah/ha.• Sampel adalah tanaman sedang bertunas, minimum 10 pohon dari jumlah tanaman bertunas yang mewakili kebun atau petak secara diagonal.• Pengambilan contoh tanaman dilakukan secara sistematik yaitu menurut 4 arah mata angin, masing-masing diambil tunas muda.

(2). Cara pengamatan

• Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah serangga baik nimfa maupun dewasa yang ada pada tunas pada pagi hari, pukul 06.00 s.d. 09.00. • Pengamatan pada perangkap kuning dilakukan dengan meng-hitung jumlah kutu yang tertangkap.• Pengamatan dilakukan tiap 2 minggu selama tanaman bertunas sampai awal pembentukan buah.• Penilaian tingkat serangan CVPD, dilakukan dengan skoring seperti dijelaskan di atas.

(3). Keputusan tindakan korektif

• Pengendalian dilakukan dengan pestisida efektif apabila ditemukan 1 ekor dewasa/tanaman di daerah endemis CVPD, atau ditemukan 1 – 5 ekor dewasa dengan perangkap kuning.

c.3. Kutu daun coklat (Toxoptera citricidus), kutu daun hitam (Toxoptera aurantii), kutu daun hijau (Myzus persicae dan Aphis gossypii)

Kutu-kutu daun ini hidup berkoloni, menyerang tunas dan daun muda dengan cara mengisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Kutu-kutu ini menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun, sehingga merangsang cendawan Capnodium sp. (embun jelaga, berwarna hitam) tumbuh. Kutu daun coklat merupakan kutu penting, karena menjadi penular virus penyebab penyakit Tristeza.Perkembangan optimum terjadi saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung 6 – 8 hari.

(1). Pengambilan sampel

• Pada tanaman yang sedang bertunas, minimum 10 pohon dari jumlah tanaman bertunas yang mewakili kebun atau petak secara diagonal.• Pengambilan contoh tanaman dilakukan secara sistematik yaitu menurut 4 arah mata angin, masing-masing diambil tunas muda.

(2). Cara pengamatan

• Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah serangga yang ada pada tunas contoh.

Page 15: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

(3). Keputusan tindakan korektif

• Pengendalian dilakukan dengan pestisida yang efektif, apabila 25 % atau lebih tunas muda terinfeksi oleh hama ini, atau ditemukan populasi 27 ekor/tunas.

c.4. Kutu sisik/kutu perisae (Lepidosaphes beckii, Uniaspis citri)

Kutu-kutu daun ini menyukai bagian tanaman yang terlindung, terutama banyak dijumpai di bawah permukaan daun sepanjang tulang daun, dan menyerang daun, buah dan tangkai. Daun yang terserang berubah warna menjadi kuning, terdapat bercak-bercak klorotis dan menimbulkan daun gugur. Serangan pada ranting dan cabang, mengakibatkan ranting dan cabang menjadi kering. Serangan pada buah berakibat penurunan kualitas, karena penampakan yang kotor, dan apabila buah dibersihkan akan meninggalkan bercak-bercak hijau atau kuning pada kulit buah.

(1). Pengambilan sampel

• Pada tanaman yang sedang bertunas, minimum 10 pohon dari jumlah tanaman bertunas yang mewakili kebun atau petak secara diagonal.• Pengambilan contoh tanaman dilakukan secara sistematik yaitu menurut 4 arah mata angin, masing-masing arah diambil 5 tunas muda.

(2). Cara pengamatan

• Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah tanaman terserang dengan rumus tidak mutlak.• Pengamatan pada bagian tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah cluster/tunas muda yang terserang.

(3). Keputusan tindakan korektif

• Pengendalian dilakukan dengan pestisida efektif, apabila 10 % daun/buah terinfeksi.

d. OPT lain tanaman jeruk

Metode pengamatan OPT lain tanaman jeruk dilakukan mengikuti metode seperti pengamatan OPT tersebut di atas, dengan pola sbb. :

• CVPD (mutlak,tanaman : untuk penyakit tristeza), penyakit kulit diplodia, dan busuk pangkal batang (tidak mutlak,tanaman) : penyakit kanker .• Lalat buah (mutlak untuk buah terserang) : ulat penggerek buah dan puru buah • Berbagai jenis kutu/trips (mutlak,daun) : kutu loncat, kutu daun,, ulat peliang daun, kutu sisik/kutu perisai, tungau merah, trips, kutu dompolan, dan penyakit embun jelaga.

2. OPT tanaman Mangga

Jenis OPT yang disediakan pedoman metodenya adalah lalat buah, wereng buah/daun, penggerek batang/cabang/ranting, serta OPT lain yang memiliki karakteristik sama/hampir sama dengan OPT tersebut. Dalam pedoman ini diberikan secara sekilas karakteristik OPT dan serangannya yang menjadi pertimbangan dasar pelaksanaan pengamatan di lapangan.

a. Lalat buah

Page 16: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat ganas pada tanaman hortikultura di dunia. Lalat buah (ordo Diptera, famili Tephritidae), terdiri atas 4.000 spesies yang terbagi dalam 500 genus. Tephritidae merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili yang penting karena secara ekonomi sangat merugikan. Famili Tephritidae memiliki beberapa subfamili. Subfamili yang spesiesnya terkenal sebagai hama lalat buah adalah Dacinae, yang dibagi menjadi dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart). Di dunia terdapat berbagai spesies (jenis) lalat buah dengan tingkat keganasan yang berbeda. Salah satu spesies yang dikenal sangat ganas adalah Ceratitis capitata Wied. (dengan sebutan lain Mediterranean Fruit Fly atau Medfly) yang menjadi hama penting pada tanaman jeruk di wilayah sekitar laut Tengah, Afrika Selatan, Australia dan Brazilia. Pusat Karantina Pertanian (sekarang Badan Karantina Pertanian) telah melakukan penjagaan ketat sejak tahun 1914, sehingga sampai sekarang Medfly belum ditemukan di wilayah Republik Indonesia.Di Indonesia pada saat ini dilaporkan ada 66 spesies lalat buah. Di antaranya yang dikenal sangat merusak adalah Bactrocera spp., yang sasaran utama serangannya antara lain: belimbing manis, jambu air, jambu biji (jambu bangkok), mangga, nangka, semangka, melon, dan cabai. Di negara-negara lain termasuk Indonesia, selama ini diidentifikasi hama lalat buah yang banyak ditemukan di daerah Asia-Pasifik, yaitu Dacus spp. Namun, menurut klasifikasi terakhir yang dilakukan oleh Drew pada tahun 1989, ternyata bahwa lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah Bactrocera spp. Perbedaan prinsip antara Dacus dan Bactrocera seperti Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Perbedaan Prinsip Dacus dan Bactrocera

Uraian Perbedaan

  Dacus Bactrocera

AsalAfrika; hanya beberapa spesies ditemukan di Asia--Pasifik

Asia--Pasifik; hanya beberapa spesies itemukan di Afrika

MorfologiBagian abdomennya bersatu (tergit/ segmen/ruas tidak terpisah)

Bagian abdomennya tidak bersatu (tergit/segmen/ruas terpisah). Bila dilihat dari sisi akan jelas terlihat batas antar tergit.

Biologi

Umumnya berkembang biak dalam buah-buahan dari famili Asclepidaceae dan Cucurbitaceae.Spesies dari Asia-Pasifik juga hidup pada inang tersebut di atas

Umumnya berkembang biak dalam buah-bahan tropis dan hutan subtropis

Hasil monitoring lalat buah yang dilakukan oleh Pusat Karantina Pertanian sejak tahun 1979/1980 menunjukkan bahwa lalat buah ditemukan hampir di semua wilayah di Indonesia. Saat ini terdapat 66 spesies lalat buah, tetapi baru beberapa spesies yang sudah diketahui tanaman inangnya, yaitu:

• Bactrocera dorsalis Hend : menyerang lebih dari 20 jenis buah, antara lain belimbing, mangga, jeruk, jambu, pisang susu, pisang raja sere, cabai merah.• B. cucurbitae Coq.: mentimun, melon serta tanaman dari famili Cucurbitaceae• B. umbrosa F. : buah nangka dan beberapa tanaman dari famili Moraceae• B. caudata F.: beberapa tanaman dari famili Cucurbitaceae.

Page 17: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Sifat khas lalat buah adalah meletakkan telurnya di dalam buah. Tempat peletakan telur itu ditandai dengan adanya noda/titik kecil hitam yang tidak terlalu jelas. Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor ini merupakan gejala awal serangan lalat buah. Telur yang menetas menghasilkan larva (belatung). Akibat gangguan larva yang menetas dari telur tersebut, noda-noda kecil berkembang menjadi bercak coklat di sekitarnya. Selanjutnya larva akan merusak daging buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum tua/masak (sering disebut buah berulat). Buah yang gugur ini apabila tidak segera dikumpulkan dan dimusnahkan, akan menjadi sumber infeksi atau perkembangan lalat buah generasi berikutnya. Pembusukan buah tersebut terjadi karena kontaminasi bakteri yang terbawa bersama telur dari tubuh lalat. Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh warna, bentuk, dan aroma (bau) dari buah. Bactrocera dorsalis Hendel lebih menyukai warna kuning dan putih dibandingkan dengan warna-warna lainnya. Bila buah menjelang masak dan warna kuning mulai tampak, lalat betina dapat mengenali inangnya untuk bertelur. Lalat Tephritidae yang menyerang buah, umumnya tertarik oleh substansi yang mengandung ammonia dalam buah, contoh lainnya protein hidrolisis atau protein autolisis. Oleh karena itu zat-zat tersebut dapat digunakan sebagai perangkap lalat buah, baik jantan maupun betina. Lalat buah pada umumnya jarang ditemukan pada pagi hari (saat matahari terbit), tetapi pada siang hari sampai sore hari terutama menjelang senja. Untuk Bactrocera spp., kopulasi biasanya terjadi pada senja hari.Metode yang dikembangkan untuk pengamatan lalat buah adalah pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli. Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan intensitas serangan lalat buah. Pengamatan tetap dilakukan pada 4 (empat) petak contoh yang diambil secara diagonal (maya). Setiap petak contoh terletak pada masing-masing sub-wilayah pengamatan (strata). Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui intensitas serangan dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang dicurigai. Serangan OPT diamati pada 3 (tiga) petak contoh, dan setiap petak contoh ditentukan 1 (satu) tanaman contoh.

1). Pengambilan sampel, dilaksanakan di areal kebun sebanyak 3 petak contoh, dan setiap petak contoh ditentukan 3 tanaman contoh, sedangkan di areal tanaman 3 petak contoh secara diagonal, dan setiap petak contoh ditentukan 1 (satu) tanaman contoh sebagai anak petak.

2). Anak petak, adalah tanaman contoh baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan.

3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada buah dan pemantauan populasi lalat buah yang tertangkap pada perangkap (trap) yang berisi atraktan misalnya methyl eugenol (Ocimum sp.), ekstrak daun selasih (Melaleuca bractata), cue lure/med lure, protein hidrolisa atau campuran bahan-bahan yaitu minyak cengkeh, formalin, essens vanili, amoniak, dan gula pasir. Pemantauan populasi dilakukan dengan perangkap yang dipasang secara acak, sebanyak 20 buah/ha. Beberapa jenis perangkap yang dapat digunakan adalah dari jenis Jackson, Steiner, dan McPhil, atau modifikasi sederhana yang dibuat dengan menggunakan bekas kemasan minuman mineral dan bahan lainnya. Pemantauan dengan perangkap Steiner dapat dilakukan dengan umpan atraktan methyl eugenol (ME) sebanyak 2 ml dan formulasi insektisida yang telah terdaftar. Pemerangkapan dengan ME biasanya hanya memerangkap serangga jantan. Di Malaysia, pengguna-an atraktan protein hidrolisa, dapat memerangkap baik serangga jantan maupun betina. Dengan teknologi sederhana, protein hidrolisa dapat digantikan dari campuran bahan minyak cengkeh, formalin, essens vanili, amoniak, dan gula pasir, dan berdasarkan penelitian, bahan campuran ini dapat memerangkap baik serangga jantan maupun betina lalat buah Bactrocera dorsalis.

Page 18: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

4). Penilaian kerusakan, pengamatan intensitas serangan dilakukan pada buah yang jatuh saat panen. Jumlah buah yang ada di pohon diestimasi jumlahnya. Intensitas serangan buah dihitung berdasarkan kerusakan mutlak. Jumlah populasi yang tertangkap pada trap dihitung jumlahnya.

5). Keputusan tindakan korektif, belum ada informasi hasil penelitian yang menunjang keputusan tindakan pengendalian yang didasarkan pada populasi lalat buah yang tertangkap atau intensitas serangannya.

b. Wereng daun/buah

Wereng mangga mengisap cairan pada bunga dan buah muda pada bunga, sehingga mudah rontok. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga ini dapat mencapai 25-60%. Di samping itu wereng mengeluarkan embun madu yang mendorong perkembangan cendawan jelaga, Capnodium mangiferum dan Meliola mangiferum pada permukaan daun dan ranting. Akibat cendawan jelaga, fotosintesis menjadi terhambat.Metode yang dikembangkan untuk pengamatan wereng mangga relatif sama dengan metode pengamatan lalat buah yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli. Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan intensitas serangan wereng mangga. Pengamatan tetap dilakukan pada 4 (empat) petak contoh yang diambil secara diagonal (maya). Setiap petak contoh terletak pada masing-masing sub-wilayah pengamatan (strata). Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas serangan, luas tanaman terancam, dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang dicurigai. Serangan OPT diamati pada 3 (tiga) petak contoh, dan setiap petak contoh ditentukan 1 (satu) tanaman contoh.

1). Pengambilan sampel, dilaksanakan di areal kebun sebanyak 3 petak contoh, dan setiap petak contoh ditentukan 3 tanaman contoh, sedangkan di areal tanaman pekarangan ditentukan 3 petak contoh secara diagonal, dan setiap petak contoh ditentukan 1 (satu) tanaman contoh sebagai anak petak.

2). Anak petak, adalah tanaman contoh baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan.

3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) ditetapkan secara skoring dari perkiraan persentase tandan bunga terserang di 4 arah mata angin, pengamatan dilakukan menjelang berbunga sampai berbuah, tiap 2 minggu, sedangkan untuk populasi dilakukan sweeping menggunakan jaring serangga 5 (lima) kali ayunan tunggal pada kanopi.

4). Penilaian kerusakan, pengamatan intensitas serangan dilakukan pada tandan bunga terserang dari 4 arah mata angin mulai masa menjelang berbunga sampai berbuah, tiap 2 minggu. Jumlah tandan bunga yang ada di pohon diestimasi jumlahnya. Intensitas serangan tandan bunga dihitung berdasarkan kerusakan mutlak. Jumlah populasi yang tertangkap dengan jaring dihitung jumlahnya.

5). Keputusan tindakan korektif, belum ada informasi hasil penelitian yang menunjang keputusan tindakan pengendalian yang didasarkan pada populasi wereng daun/buah yang tertangkap atau intensitas serangannya.

c. Penggerek batang/cabang/ranting

Penggerek ranting dan cabang mangga di sebabkan oleh Sterno-chetus (=Cryptorrhynchus) goniocnemis. Hama ini dapat menimbulkan kerusakan kuantitatif, berupa berkurangnya jumlah buah panen per pohon. Pucuk cabang atau ranting yang terserang akan mati, sehingga dapat mengurangi buah yang dihasilkan. Kerusakan banyak terjadi pada musim hujan.

Page 19: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Larva membuat terowongan sepanjang sekitar 2,5 cm di dalam ranting atau cabang dan memakan bagian dalam tanaman. Ranting atau cabang yang terserang akan menunjukkan gejala bengkak dengan disertai adanya kotoran dan blendok di lubang masuk. Pupasi terjadi di dalam lubang gerekan yang kemudian tertutup oleh kotoran dari bekas gerekan. Kumbang bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) dan makan terutama daun muda. Pertumbuhan dari telur sampai dewasa membutuhkan 6 – 10 minggu, dan kumbang dapat hidup antara 2 – 5 bulan.Metode yang dikembangkan untuk pengamatan penggerek batang/ cabang/ranting sama seperti metode yang dikembangkan pengamatan lalat buah yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli. Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan intensitas serangan penggerek batang/ cabang/ranting. Pengamatan tetap dilakukan pada 4 (empat) petak contoh yang diambil secara diagonal (maya). Setiap petak contoh terletak pada masing-masing sub-wilayah pengamatan (strata). Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas serangan, luas tanaman terancam dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang dicurigai. Serangan OPT diamati pada 3 (tiga) petak contoh, dan setiap petak contoh ditentukan 1 (satu) tanaman contoh.

1). Pengambilan sampel, dilaksanakan di areal kebun sebanyak 3 petak contoh, dan setiap petak contoh ditentukan 3 tanaman contoh, sedangkan di areal tanaman pekarangan ditentukan 3 petak contoh secara diagonal, dan setiap petak contoh ditentukan 1 (satu) tanaman contoh sebagai anak petak.Di sentra produksi tingkat Kabupaten sebanyak-banyaknya 30 pohon, pengamatan diarahkan pada 4 (empat) mata angin di bagian kanopi tanaman

2). Anak petak, adalah tanaman contoh baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan.

3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada batang/cabang/ranting yang menunjukkan gejala kematian bagian tanaman (batang/cabang/ranting) tersebut, dan populasi larva yang ditemukan pada bagian tanaman tersebut.

4). Penilaian kerusakan, pengamatan intensitas serangan (kerusakan) tanaman dilakukan dengan cara memperkirakan persentase cabang/ batang/ranting terserang per pohon tanaman contoh (dengan formula kerusakan tidak mutlak).

5). Keputusan tindakan korektif, belum ada informasi hasil penelitian yang menunjang keputusan tindakan pengendalian yang didasarkan pada populasi lalat buah yang tertangkap atau intensitas serangannya.

d. OPT lain tanaman mangga

Metode pengamatan OPT lain tanaman mangga dilakukan mengikuti metode seperti pengamatan OPT tersebut di atas,dengan pola sbb :• Lalat buah (kerusakan mutlak) : penggerek buah (buah), penggerek buah muda (buah), dan busuk buah (buah), wereng mangga (buah) dan busuk batang (tanaman).• Berbagai jenis kutu dan penyakit (kerusakan tidak mutlak) : antraknosa (buah), embun jelaga (daun), bercak daun stigmina (daun), bercak daun kelabu (daun), dan jamur upas (tanaman).

3. OPT tanaman Pisang

Jenis OPT yang disediakan pedoman metodenya adalah layu, penggulung daun, dan penggerek batang, serta OPT lain yang memiliki karakteristik sama/hampir sama dengan OPT tersebut.

Page 20: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Dalam pedoman ini diberikan secara sekilas karakteristik OPT dan serangannya yang menjadi pertimbangan dasar pelaksanaan pengamatan di lapangan.

a. Penyakit layu

Penyakit layu pisang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum cubense dan bakteri Pseudomonas/Ralstonia solanacearum. Kedua penyakit ini menyerang pembuluh (vaskular), berakibat fatal, mudah tertular terutama oleh aktifitas manusia di samping vektor. Banyak informasi yang menerangkan gejala umum tentang kedua penyakit ini. Petani telah mengenal kedua penyakit tersebut, walaupun secara umum yang menjadi pegangan mereka adalah penguningan pada daun. Untuk petugas, pengetahuan tentang perbedaan kedua penyakit secara lebih rinci sangat penting, agar pengambilan keputusan di lapang dapat lebih tepat. Kedua penyakit ini mempunyai karakter dan kemampuan tinggal di dalam tanah yang sangat berbeda. Pengamatan dan pengendalian yang hanya mengandalkan faktor cuaca, kecepatan angin dan suhu udara, tidak signifikan diberlakukan pada permasalahan penyakit layu pisang, terutama pada layu Fusarium. Kecuali bila dihubungkan dengan serangga vektor pada penyakit layu bakteri. Sejauh ini penelitian hubungan sebaran penyakit layu bakteri dengan serangga vektornya, belum dilakukan secara mendasar. Tapi kedua penyakit layu ini mempunyai faktor penyebaran utama yang sama, yaitu aktifitas manusia, baik melalui penggunaan bibit, sanitasi lahan ataupun pemilihan lahan baru untuk pengembangan. Secara teori, dalam satu hamparan kebun sebaran penyakit layu Fusarium akan meluas dalam kurun waktu 2 sampai 20 tahun. Pada penyakit layu Pseudomonas, percepatan luas serangan tersebut dapat lebih mudah disebabkan adanya vektor. Gejala luar tanaman pisang yang terserang layu Fusarium sangat spesifik sifatnya yaitu terjadi penguningan daun dimulai dari bagian tepi daun dan merambat kebagian dalam secara cepat sehingga seluruh permukaan daun tersebut menguning, layu dan kadang kala patah pada bagian pelepah daun. Dengan semakin meningkatnya serangan, maka seluruh daun akan menguning, layu dan akhirnya mati.Perbedaannya dengan penyakit layu panama (layu Fusarium), penguningan daun akibat penyakit bakteri dimulai pada bagian tengah di dekat pelepah daun dan diikuti dengan layunya daun tersebut. Pada kasus lain daun yang masih menggulung menjadi patah. Apabila bonggol dibelah melintang, maka akan tampak bercak berwarna kuning pucat sampai coklat gelap atau biru kehitaman. Gejala yang lebih spesifik adalah adanya lendir bakteri yang berwarna putih abu-abu sampai coklat kemerahan keluar dari potongan buah atau bonggol tanaman pisang. Perbedaan kedua penyakit layu secara skematis seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan spesifik penyakit layu Fusarium dan penyakit layu bakteri, Pseudomonas.

Uraian Layu Fusarium Layu bakteri Pseudomonas

Patogen Fusarium oxysporum cubensePseudomonas (Ralstonia) solanacearum

Gejala awal/luar

Kuning kehijauan pada daun tua dimulai dari bagian pinggir daun (gejala mirip pada tanaman pisang kekurangan potassium dimusim kemarau).Penguningan kemudian berlanjut ke daun yang lebih muda.Daun paling muda yang baru membuka, adalah daun paling akhir yang memperlihatkan gejala.

Kuning pucat dan total pada pangkal daun nomor 2 dan 3, dari pangkal daun terus ke bagian pinggir.Penguningan berlanjut ke semua daun.

Tampilan jantung

Awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong, tidak memperlihatkan beda dengan jantung

Bagian pembungkus jantung sukar lepas, bergelantungan disekitar jantung. Bila dipotong,

Page 21: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

pisang sehat .

mengeluarkan cairan berupa susu. Bila jantung yang dipotong dimasukan kedalam air, akan terbentuk materi berbentuk miselia atau benang, sebagian masih bersama-sama dengan cairan berupa susu tersebut.

Inang sementara

Gulma Paspalum fasciculatum (rumput pahit), Panicum purpurascens (lempuyangan), Ixophorus unisetus, Amaranthus spp (bayam-bayaman) dan Commelina diffusa (tali said/kandang)

Tomat, terung, jahe, takokak (Solanum torvum), leunca (S. nigrum), meniran (Phylanthus niruri).Vektor Tidak ada Diptera

Metode yang dikembangkan untuk pengamatan penyakit layu fusarium dan layu bakteri sama seperti metode yang dikembangkan sebelumnya yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli. Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi vektor layu bakteri (dipantau secara khusus) dan intensitas serangan layu. Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas serangan, luas tanaman terancam, dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang dicurigai terserang layu.

1). Pengambilan sampel, dilakukan pada 4 (empat) petak contoh yang diambil secara acak (untuk tanaman terpencar di pekarangan) atau diagonal maya (untuk pertanaman perkebunan). Setiap petak contoh ditentukan 10 rumpun tanaman (total tanaman contoh adalah 30 rumpun tanaman/unit sampel (3 petak contoh). Jumlah unit sampel, sesuai dengan kriteria sebagai berikut :• 1 unit sampel : untuk tanaman seluas = 5 ha,• 2 unit sampel : untuk tanaman seluas > 5 - = 10 ha,• 3 unit sampel : untuk tanaman seluas > 10 - = 15 ha,• 4 unit sampel : untuk tanaman seluas > 15 ha.

2). Anak petak, adalah tanaman contoh yang diwakili oleh 10 rumpun tanaman, baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan sesuai dengan luasan tersebut.3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada areal yang dicurigai terserang layu. Pengamatan populasi vektor penyakit layu bakteri dilakukan untuk tujuan khusus dalam memantau perkembangan sebaran penyakit layu bakteri.4). Penilaian kerusakan dan keputusan tindakan korektif, dilakukan dengan cara menghitung persentase tanaman terserang dengan rumus/formula kerusakan mutlak, dan menetapkan kategori tingkat serangan berdasarkan prosentase populasi tanaman terserang, serta tindakan korektif yang perlu dilakukan, sebagai berikut :

• = 10 % populasi tanaman terserang, dinilai ringan, dan musnahkan sumber inokulum berikut rumpunnya, serta lakukan pemantauan secara ketat di daerah tanaman terancam/sekitarnya,• > 10 - = 25 % populasi tanaman terserang, dinilai sedang, dan lakukan prosedur butir 1 di atas serta musnahkan beberapa tanaman di sekitar sumber inokulum (tanaman sakit),• > 25 - = 75 % populasi tanaman terserang, dinilai berat, lakukan prosedur butir 2 di atas, serta musnahkan 5 – 10 tanaman di sekitar tanaman terserang yang berpotensi terserang. Lakukan isolasi lokasi dan pelarangan peredaran bibit terserang dari sumber infeksi,

Page 22: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

• =75 % populasi tanaman terserang, dinilai puso, lakukan pemusnahan tanaman di lokasi tersebut.

b. Penggulung daun

Sampai saat ini telah diketahui 209 jenis hama yang menyerang tanaman pisang, tetapi hanya beberapa jenis saja yang dapat menimbulkan kerusakan secara ekonomi. Di Indonesia, diketahui beberapa jenis hama tanaman pisang yang secara umum dikelompokkan ke dalam hama penting, antara lain adalah penggulung daun, Erionata thrax (L.), penggerek bonggol, Cosmopolites sordidus (Germar), penggerek batang, Odoiporus longicolis Oliv., perusak buah, Chaetaphotrips signipennis Bagn, ngengat kudis, Nacoleia octasema Meyr. dan nematoda parasit akar, Rhodoporus similis Cobb.Di antara hama-hama tersebut, penggulung daun merupakan hama yang serangannya dan kepadatan populasinya cukup tinggi. Hama ini merusak daun dengan membuat gulungan daun, yang di dalamnya seringkali terdapat larva. Gulungan daun dibuat dengan cara memotong sebagian daun, dimulai dari bagian pinggir daun sejajar dengan tulang daun utama serta direkat dengan benang-benang halus berwarna putih yang dikeluarkan oleh larva/ulat. Jika makanan atau daun cukup, maka larva dapat hidup terus sampai membentuk pupa dalam satu gulungan daun, gulungan tersebut makin lama makin membesar, akan tetapi bila makanan kurang tersedia, larva akan pindah pada bagian daun lain dengan membentuk gulungan daun baru. Pada populasi yang tinggi, daun pisang akan dimakan habis dan tertinggal hanya tulang daun yang tegak dengan gulungan-gulungan daun yang menggantung. Hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan pisang yang akhirnya dapat mengurangi produksi serta kualitas buah pisang. Metode yang dikembangkan untuk pengamatan penggulung daun sama seperti metode yang dikembangkan sebelumnya yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli.

Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi larva (dipantau secara khusus) dan intensitas serangannya. Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas serangan, luas tanaman terancam, dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang menunjukkan serangan penggulung daun.

1). Pengambilan sampel, dilakukan pada 4 (empat) petak contoh yang diambil secara acak (untuk tanaman terpencar di pekarangan) atau diagonal maya (untuk pertanaman perkebunan). Setiap petak contoh ditentukan 10 rumpun tanaman (total tanaman contoh adalah 30 rumpun tanaman/unit sampel (3 petak contoh). Jumlah unit sampel, sesuai dengan kriteria sebagai berikut :• 1 unit sampel : untuk tanaman seluas = 5 ha,• 2 unit sampel : untuk tanaman seluas> 5 - = 10 ha,• 3 unit sampel : untuk tanaman seluas > 10 - =15 ha,• 4 unit sampel : untuk tanaman seluas > 15 ha.

2). Anak petak, adalah tanaman contoh yang diwakili oleh 10 rumpun tanaman, baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan.3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada areal tanaman terserang. Pengamatan populasi penggulung daun dilakukan untuk tujuan khusus dalam rangka penyusunan tabel kehidupan (life table) jumlah individu untuk masing-masing stadium larva. Di samping penyusunan tabel kehidupan, pengamatan populasi juga dalam rangka memantau perkembangan serangan.4). Penilaian kerusakan dan keputusan tindakan korektif, dilakukan dengan cara menghitung persentase tanaman terserang dengan rumus kerusakan tidak mutlak, dan menetapkan kategori tingkat serangan berdasarkan prosentase populasi tanaman terserang, serta tindakan korektif

Page 23: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

sebagai berikut :• = 25 % populasi tanaman terserang, dinilai ringan, potong serta musnahkan pelepah daun yang terserang (daun yang terdapat gulungan daun), • = 25 - = 50 % populasi tanaman terserang, dinilai sedang, lakukan prosedur butir 1 di atas, serta lakukan pemantauan secara ketat di daerah tanaman terancam/sekitarnya,• = 50 - = 90 % populasi tanaman terserang, dinilai berat, lakukan prosedur butir 2 di atas, dan dapat diusahakan pengendalian dengan insektisida yang efektif,• = 90 % populasi tanaman terserang, dinilai puso, lakukan pemusnahan tanaman di lokasi tersebut.

c. Penggerek batang/bonggol

Hama penggerek batang/bonggol pisang, Cosmopolites sordidus (Germar) dapat ditemukan di pertanaman pisang di Indonesia, dan merupakan hama utama yang menimbulkan turunnya produksi pisang. Penggerek bonggol dapat menyebabkan lemahnya kondisi tanaman, sehingga tanaman mudah rebah dengan akarnya (toppling), patah pada bagian bonggol (snapping) dan batang semu. Kerusakan pada bagian dalam bonggol akan mempengaruhi transportasi zat makanan dan pertumbuhan tanaman, sedangkan kerusakan pada bagian pinggir bonggol, akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan akar.Kerusakan jaringan bonggol berupa terowongan dapat menjadi tempat masuknya patogen Fusarium. Pada serangan berat, bonggol pisang dipenuhi lubang gerekan yang kemudian menghitam dan membusuk. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan tanaman muda mati, lemahnya sistem perakaran, daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun.Serangga dewasa aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam dan di sekitar bonggol atau di antara pelepah batang pisang. Produksi telur relatif sedikit 1 – 3 butir per minggu. Kebanyakan telur diletakkan terutama di dekat pelepah dan dasar batang semu kira-kira 5 cm di bawah permukaan tanah. Stadium telur berlangsung kira-kira satu minggu. Stadium larva berlangsung 14 – 21 hari. Larva yang menetas menuju bonggol tanaman dan membuat terowongan yang menimbulkan keparahan tanaman. Metode yang dikembangkan untuk pengamatan penggerek batang/ bonggol sama seperti metode yang dikembangkan sebelumnya yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli. Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi larva (dipantau secara khusus) dan intensitas serangan tanaman. Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas serangan, luas tanaman terancam, dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang menunjukkan serangan penggerek batang/ bonggol.

1). Pengambilan sampel, dilakukan pada 4 (empat) petak contoh yang diambil secara acak (untuk tanaman terpencar di pekarangan) atau diagonal maya (untuk pertanaman perkebunan). Setiap petak contoh ditentukan 10 rumpun tanaman (total tanaman contoh adalah 30 rumpun tanaman/unit sampel (3 petak contoh). Jumlah unit sampel, sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

• 1 unit sampel : untuk tanaman seluas =5 ha,• 2 unit sampel : untuk tanaman seluas = 5 - = 10 ha,• 3 unit sampel : untuk tanaman seluas =10 - = 15 ha,• 4 unit sampel : untuk tanaman seluas = 15 ha.

(2). Anak petak, adalah tanaman contoh yang diwakili oleh 10 rumpun tanaman, baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan.(3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada areal tanaman terserang. Pengamatan populasi penggerek bonggol dilakukan untuk tujuan khusus dalam

Page 24: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

rangka penyusunan tabel kehidupan (life table) individu penggerek bonggol. Di samping penyusunan tabel kehidupan, pengamatan populasi juga dalam rangka memantau perkembangan serangan.

(4). Penilaian kerusakan dan keputusan tindakan korektif, dilakukan dengan cara menghitung persentase tanaman terserang dengan rumus kerusakan mutlak, dan menetapkan kategori tingkat serangan berdasarkan prosentase bagian tanaman terserang, serta tindakan korektif sebagai berikut :• = 25 % populasi tanaman terserang, dinilai ringan, bongkar dan musnahkan bonggol tanaman terserang, • > 25 - = 50 % populasi tanaman terserang, dinilai sedang, lakukan prosedur butir 1 di atas, serta lakukan pemantauan secara ketat di daerah tanaman terancam/sekitarnya,• > 50 - = 90 % populasi tanaman terserang, dinilai berat, lakukan prosedur butir 2 di atas, dan dapat diusahakan pengendalian dengan insektisida yang efektif,• = 90 % populasi tanaman terserang, dinilai puso, lakukan pemusnahan tanaman di lokasi tersebut.

d. OPT lain tanaman pisang

Metode pengamatan OPT lain tanaman pisang dilakukan mengikuti metode seperti pengamatan OPT tersebut di atas, dengan pola sbb:

• Layu fusarium atau bakteri (kerusakan mutlak) : penyakit kerdil pisang (rumpun), • Penggerek batang/bonggol (kerusakan mutlak) : ngengat kudis pisang (rumpun), lalat buah (buah),• Penggulung daun (kerusakan tidak mutlak) : sigatoka (daun), antraknosa (buah), bercak daun (daun), bercak oval daun (daun).

4. OPT tanaman Melon

Jenis OPT yang disediakan pedoman metodenya adalah lalat buah, penyakit embun bulu, embun tepung, layu bakteri, dan layu Fusarium. Dalam pedoman ini diberikan secara sekilas karakteristik OPT dan serangannya yang menjadi pertimbangan dasar pelaksanaan pengamatan di lapangan.

a. Lalat buah

Lalat buah melon, melon fruit fly, dengan nama biologi Bactrocera (Dacus) cucurbitae Coquillet., tergolong dalam Ordo Diptera, famili Tephritidae, merupakan serangga asli wilayah Asia dan merupakan salah satu hama yang merusak sangat serius pada tanaman yang tergolong dalam famili Cucurbitaceae, yang salah satunya melon, Cucumis melo L. Hama ini secara langsung merusak buah baik secara kualitas maupun kuantitas, terutama bila buah muda terserang.. Lalat buah melon ini tergolong penerbang yang baik karena dapat terbang hingga jarak lebih dari 50 km. Dengan daya jelajah yang sangat tinggi ini memungkinkan lalat buah dapat menyebar secara luas. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur antara 300 – 1.000 butir. Telur-telur ini akan menetas setelah 1 – 2 hari dan larva aktif makan antara 4 – 17 hari. Puparium di dalam tanah dengan stadium 7 – 13 hari. Serangga dewasa biasanya akan mulai kawin setelah 10 – 12 hari. Imago dapat hidup antara 1 – 5 bulan. Sifat khas lalat buah pada umumnya adalah meletakkan telur di dalam buah. Tempat peletakan telur itu ditandai dengan adanya noda/titik kecil hitam yang tidak terlalu jelas. Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor ini merupakan gejala awal serangan lalat buah. Telur yang menetas menghasilkan larva (belatung). Akibat gangguan larva yang menetas dari telur tersebut, noda-noda kecil berkembang menjadi bercak coklat di sekitarnya. Selanjutnya larva akan merusak daging buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum tua/masak

Page 25: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

(sering disebut buah berulat). Buah yang gugur/jatuh ini, apabila tidak segera dikumpulkan dan dimusnahkan, akan menjadi sumber infeksi atau perkembangan lalat buah generasi berikutnya. Pembusukan buah tersebut terjadi karena kontaminasi bakteri yang terbawa bersama telur dari tubuh lalat.Lalat Tephritidae yang menyerang buah umumnya tertarik oleh substansi yang mengandung ammonia dalam buah, contoh lainnya protein hidrolisis atau protein autolisis. Oleh karena itu zat-zat tersebut dapat digunakan sebagai perangkap lalat buah, baik jantan maupun betina. Lalat buah pada umumnya jarang ditemukan pada pagi hari (saat matahari terbit), tetapi pada siang hari sampai sore hari terutama menjelang senja. Untuk Bactrocera spp., kopulasi biasanya terjadi pada senja hari.Metode yang dikembangkan untuk pengamatan lalat buah adalah pengamatan tetap dan pengamatan keliling/patroli. Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala, bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan intensitas serangan lalat buah. Pengamatan tetap dilakukan pada 3 (tiga) petak contoh yang diambil secara diagonal (maya). Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas dan intensitas serangan dan pengendalian yang dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan pada daerah yang dicurigai.

1). Pengambilan sampel, dilaksanakan di pertanaman sebanyak 3 petak contoh. Setiap petak contoh ditentukan 10 rumpun tanaman (total tanaman contoh adalah 30 tanaman/unit sampel (3 petak contoh). Jumlah unit sampel sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

• 1 unit sampel : untuk tanaman seluas = 5 ha,• 2 unit sampel : untuk tanaman seluas = 5 - =10 ha,• 3 unit sampel : untuk tanaman seluas=10 - = 15 ha,• 4 unit sampel : untuk tanaman seluas =15 ha.

(2). Anak petak, adalah tanaman contoh yang diwakili oleh 10 tanaman, baik pada areal tanaman kebun maupun di pekarangan.(3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada buah dan pemantauan populasi lalat buah yang tertangkap pada perangkap (trap) yang berisi atraktan misalnya methyl eugenol (4-allil-1,2-dimetoksibenzena), cue lure (4-(p-asetoksifenil)-2-butanona) atau bahan lainnya dapat dicobakan seperti ekstrak daun selasih (Ocimum sp.), Melaleuca brachteata, protein hidrolisa atau campuran bahan-bahan yaitu minyak cengkeh, formalin, essens vanili, amoniak, dan gula pasir. Serangga jantan B. cucurbitae tertarik dengan senyawa kimia cue lure atau methyl eugenol.Pemantauan populasi dilakukan dengan trap yang dipasang secara acak, sebanyak 20 buah/ha. Beberapa jenis perangkap yang dapat digunakan adalah dari jenis Jackson, Steiner, dan McPhil, atau modifikasi sederhana yang dibuat dengan menggunakan bekas kemasan minuman mineral dan bahan lainnya. Pemantauan dengan perangkap Steiner dapat dilakukan dengan umpan/atraktan methyl eugenol (ME) sebanyak 2 ml dan insektisida atau formulasi yang telah terdaftar.

4). Penilaian kerusakan, pengamatan intensitas serangan dilakukan pada buah yang gugur sebelum panen atau saat panen. Jumlah buah yang ada di pertanaman diestimasi jumlahnya. Intensitas serangan buah dihitung berdasarkan kerusakan mutlak. Jumlah populasi yang tertangkap pada trap dihitung jumlahnya.

5). Keputusan tindakan korektif, belum ada informasi hasil penelitian yang menunjang keputusan tindakan pengendalian yang didasarkan pada populasi lalat buah yang tertangkap atau intensitas serangannya.

Page 26: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

b. Penyakit embun bulu dan embun tepung

Di beberapa daerah sentra produksi melon, beberapa penyakit penting yang banyak menimbulkan kehilangan hasil panen adalah embun bulu (downy mildew) yang disebabkan oleh cendawan Pseudoperenos cubensis dan penyakit tepung (powdery meldew) yang disebabkan oleh Erisiphe cichoracearum, Spaerotheca fuliginea.Penyakit embun bulu menimbulkan serangan dengan gejala bercak plesioneksis bersegi, nekrosis bersegi, hawar (bila kelembaban sangat tinggi), daun mengering total, dan di permukaan bawah daun terdapat sporulasi (sporangiosfor dan sporangium) berwarna ungu sampai kehitaman. Cendawan ini dapat hidup pada kisaran suhu 10 – 30 0 C dengan suhu optimum 16 – 22 0 C, namun dapat hidup sampai suhu 36,8 0 C, dan kelembaban = 86,5 %.Penyakit embun tepung menimbulkan massa berwarna putih seperti taburan bedak pada permukaan atas daun dan lama-kelamaan daun menjadi coklat dan mengering. Serangan pada buah, menyebabkan kulit buah menjadi lembek dan mudah lecet.Metode yang dikembangkan ini berlaku untuk pengamatan penyakit embun bulu dan embun tepung, yang dilakukan melalui pengamatan keliling dan pengamatan tetap seperti metode pengamatan OPT sebelumnya. Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan penyakit melalui pengumpulan informasi dari berbagai sumber di lapangan, baik dari petani maupun petugas lain.Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mengetahui intensitas serangan penyakit. Pengamatan tetap dilakukan pada 5 (lima) petak contoh yang diambil secara diagonal maya atau sistematis.

1). Pengambilan sampel, dilaksanakan di pertanaman sebanyak 5 petak contoh yang ditentukan secara diagonal maya atau sistematis, dan setiap petak contoh ditentukan 3 sub-petak contoh yang ditentukan secara diagonal pula. Dalam sub-petak contoh ditentukan 5 (lima) tanaman contoh yang saling berdekatan. Total tanaman contoh untuk setiap unit sampel (5 petak) adalah 75 tanaman. Jumlah unit sampel, dapat ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

• 1 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas = 10 ha,• 2 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas > 10 - = 25 ha,• 3 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas > 25 - = 50 ha,• 4 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas > 50 ha.

(2). Anak petak, adalah sub-sub petak contoh yang diwakili oleh masing-masing 15 tanaman di unit hamparan pertanaman melon.(3). Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada daun setiap individu tanaman contoh, dengan menentukan skala/skor kerusakan dan kunci taksiran kerusakan daun.

Skor kerusakan oleh penyakit embun bulu dan penyakit embun tepung (telah dimodifikasi)

Nilai skalaKisaran % daun rusak

(x) % kerusakan bag. daun

01234

X < 00 < X < 10

10 < X < 2525 < X < 50

X < 50

05

102550

Page 27: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

(4). Penilaian kerusakan, penghitungan intensitas serangan dilakukan berdasarkan kerusakan daun per petak contoh berdasarkan rumus tidak mutlak (berdasarkan skor/skala). Untuk tanaman dengan jumlah daun > 6 helai diamati 50 % dari jumlah daun, yaitu daun-daun yang terletak berselang satu mulai dari daun paling bawah. (5). Keputusan tindakan korektif, belum ada informasi hasil penelitian yang menunjang keputusan tindakan pengendalian yang didasarkan tingkat serangan/kerusakan daun.

c. Penyakit layu bakteri dan layu Fusarium

Di beberapa daerah sentra produksi melon, beberapa penyakit penting lain yang sering menimbulkan masalah penurunan hasil panen adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Erwinia tracheiphila, dan penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. melonsis.Penyakit layu bakteri menimbulkan busuk pada bunga, bercak hingga hawar pada daun, busuk hingga patah tangkai daun, busuk hingga layu pada cabang, dan busuk hingga layu total pada batang utama. Serangan penyakit dapat terjadi di pembibitan dan di lapangan. Penyebaran bakteri dapat ditularkan oleh beberapa kumbang penting yaitu Diabrotica underimpunctata, Acalymna vilata, Aulacophora femolalis (oteng-oteng). Di luar musim tanam, bakteri dapat bertahan di dalam tubuh kumbang ketimun, di dalam tanah, di dalam/pada benih, dan residu/sisa-sisa tanaman. Proses pemindahan bakteri dari dan ke tubuh serangga-serangga tersebut adalah melalui deposit feses (berbakteri) atau kontaminasi pada alat mulut, tungkai, atau tubuh serangga tersebut. Penyakit layu Fusarium menimbulkan kematian (damping off) atau kekerdilan tanaman muda. Sedangkan pada tanaman lanjut, menyebabkan daun-daun menjadi pucat, bagian atas layu sampai layu total dan akhirnya tanaman mati. Bila batang bawah dibelah, pembuluh xylem berwarna coklat. Apabila tanaman masih mampu bertahan hidup, kualitas dan kuantitas hasil menjadi sangat rendah. Penyebaran penyakit melalui biji/benih, tanah, air irigasi, dan sisa-sisa tanaman. Penetrasi patogen ke dalam tanaman melalui ujung akar, luka oleh keluarnya akar lateral/cabang, atau luka oleh nematoda. Kolonisasi cendawan terjadi pada pembuluh xylem melalui proses sporulasi makro dan mikrokonidia dalam membentuk klamidosporium. Metode yang dikembangkan untuk pengamatan penyakit layu bakteri dan layu fusarium adalah pengamatan keliling dan pengamatan tetap seperti metode pengamatan OPT sebelumnya. Pengamatan keliling/patroli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan penyakit melalui pengumpulan informasi dari berbagai sumber di lapangan, baik dari petani maupun petugas lain.Pengamatan tetap, dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mengetahui intensitas serangan penyakit. Pengamatan tetap untuk penyakit layu bakteri dilakukan pada 5 (lima) petak contoh yang diambil secara diagonal maya atau sistematis. Sedangkan untuk penyakit layu fusarium petak-petak contoh (dibatasi sampai 5 petak contoh saja yang menunjukkan gejala fusarium paling parah) didasarkan kepada hasil pengamatan keliling yang menunjukkan tanaman layu.

(1) Pengambilan sampel, untuk penyakit layu bakteri dilaksanakan di pertanaman sebanyak 5 petak contoh yang ditentukan secara diagonal sistematis atau maya, dan setiap petak contoh ditentukan 3 sub-petak contoh yang ditentukan secara diagonal pula. Dalam sub-petak contoh ditentukan 5 (lima) tanaman contoh yang saling berdekatan. Total tanaman contoh untuk setiap unit sampel (5 petak contoh) adalah 75 tanaman. Jumlah unit sampel/contoh, dapat ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

• 1 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas = 10 ha,• 2 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas > 10 - = 25 ha,• 3 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas > 25 - = 50 ha,• 4 unit sampel : untuk tanaman hamparan seluas > 50 ha.

Untuk penyakit layu fusarium, tanaman contoh dipilih secara sistematis dengan metode zig-zag

Page 28: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

berselang 10 tanaman, mulai dari tanaman yang posisinya di bagian sudut petakan.(2) Anak petak, adalah sub-sub petak contoh yang diwakili oleh masing-masing 15 tanaman di unit hamparan pertanaman melon yang terserang penyakit layu bakteri, dan atau 10 % dari jumlah jumlah tiap petak yang menunjukkan gejala layu fusarium.(3) Cara pengamatan, terhadap gejala kerusakan (intensitas serangan) pada daun setiap individu tanaman contoh, dengan menentukan skala/skor kerusakan dan penilaian kerusakannya dilakukan dengan rumus tidak mutlak untuk penyakit layu bakteri, sbb. :Skor kerusakan oleh penyakit layu bakteri (telah dimodifikasi)

 

Nilai skalaKisaran % daun rusak

(x)% kerusakan bag. daun

0 X = 0 Tidak ada gejala sampai = 10 % jumlah daun terdapat gejala serangan

1 0 = X = 10

= 10 % dari jumlah daun, dan beberapa telah mencapai tangkai daun dan cabang primer

2 10 = X = 25Pada beberapa daun dan 25 % cabang primer

3 25 = X = 50

Pada = 25 % cabang primer, batang utama dan sebagian batang di bagian bawah belum terserang

4 = 50

50 % batang bagian bawah belum terserang sampai batang utama dan tanaman layu total.

Penilaian kerusakan, penghitungan intensitas serangan untuk layu bakteri dilakukan berdasarkan kerusakan daun per petak contoh berdasarkan rumus tidak mutlak (berdasarkan skor/skala), sedangkan untuk tanaman yang terserang penyakit layu fusarium, penilaian ke-rusakan dilakukan dengan rumus mutlak, yaitu prosentase (%) tanaman yang menunjukkan gejala layu Fusarium terhadap total tanaman dalam petak contoh. 2). Keputusan tindakan korektif, belum ada informasi hasil penelitian yang menunjang keputusan tindakan pengendalian yang didasarkan tingkat serangan/kerusakan daun.

d. OPT lain tanaman melon

Metode pengamatan OPT lain tanaman melon dilakukan mengikuti metode seperti pengamatan OPT tersebut di atas, dengan pola sbb. :

• Lalat buah dan layu Fusarium (kerusakan mutlak) : penyakit busuk buah (buah), penggerek buah (buah), penyakit virus (tanaman).• Penyakit layu bakteri, embun bulu dan embun tepung (tidak mutlak) : antraknosa (daun), bercak daun bersudut (daun) dan kudis (daun).

 

IV. IDENTIFIKASI OPT TANAMAN BUAH

Page 29: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Salah satu aspek yang sangat penting dalam kegiatan pengamatan OPT adalah identifikasi. Identifikasi OPT merupakan kunci yang sangat menentukan keberhasilan pengendalian, karena kesalahan dalam mengidentifikasi OPT dapat mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pengendaliannya.

Kegiatan identifikasi OPT di lapangan dilaksanakan oleh petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP), baik secara langsung maupun tidak langsung.

A. Secara Langsung

Identifikasi OPT dapat dilakukan secara langsung di lapangan dengan mengamati gejala serangan dan menilai tingkat kerusakan serta informasi bioekologi OPT tersebut. Serangan OPT dapat bergantung pada fase pertumbuhan tanaman, varietas, musim, dan lokasi pertanaman. Informasi yang berkaitan dengan bioekologi akan mendukung kebenaran dalam melakukan identifikasi, antara lain perilaku, daur hidup, dinamika populasi dan sebarannya, interaksi dengan musuh-musuh alami dan tanaman inangnya, pengaruh lingkungan fisik dan teknik agronomi yang diterapkan.

B. Secara Tidak Langsung

Apabila OPT tertentu tidak dapat langsung diidentifikasi di lapangan, maka PHP melakukan pengambilan contoh/sampling spesimen OPT dan tanaman terserang. Perlu diperhatikan bahwa suatu OPT yang muncul di suatu tempat mungkin tidak muncul di tempat lain. Untuk itu sampling harus dilaksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah unit dan ukuran sampel, interval, cara pengambilan sampel, tanaman inang, lokasi, dan waktu. Sampel yang sudah disiapkan selanjutnya dikirim ke LPHP terdekat untuk diidentifikasi lebih lanjut. Apabila belum dapat teridentifikasi juga, LPHP meneruskannya ke Laboratorium Satgas BPTPH/BPTPH atau Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BPOPT), Jatisari, Karawang, atau ke Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/Perguruan Tinggi.

Identifikasi di laboratorium ditujukan untuk mengetahui lebih jauh apakah OPT tersebut tergolong hama atau penyakit. Perlu diupayakan agar identifikasi OPT tersebut sampai pada spesies dan tidak cukup hanya berdasarkan morfologi, tetapi juga berdasarkan konsep biologi yang meliputi hubungan reproduksinya. Hal ini tidak selalu mudah dilaksanakan sehingga memerlukan koleksi referensi yang cukup termasuk hasil penelitian di luar negeri.

 

V. PELAPORAN HASIL PENGAMATAN OPT DAN FAKTOR IKLIM PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN

Laporan perlindungan hortikultura untuk tanaman buah-buahan diperlukan untuk menyusun rencana perlindungan tanaman, merencanakan dan melaksanakan pengamatan lebih intensif, merencanakan penyediaan sarana pengendalian, dan merencanakan tindakan korektif.

A. Jenis Laporan

Laporan perlindungan hortikultura (buah-buahan) terdiri atas Laporan Peringatan Dini, Laporan Bulanan, Laporan Tahunan, Laporan Eksplosi, dan Laporan Khusus.

1. Laporan Peringatan Dini

Page 30: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Laporan Peringatan Dini adalah laporan tanaman terserang yang harus segera ditentukan langkah/tindakan korektifnya. Laporan tersebut berisi luas tanaman terserang, varietas, jenis OPT, umur/stadia tanaman, intensitas serangan, taksiran rerata kepadatan populasi, dan luas tanaman terancam. Laporan Peringatan Dini dibuat oleh PHP setiap saat apabila ditemukan tanaman terserang atau adanya kecenderungan peningkatan kepadatan populasi OPT, dan merupakan dasar bagi pelaporan eksplosi yang kemungkinan terjadi pada masa/waktu berikutnya.Tanaman terserang adalah sumber serangan bagi tanaman di sekitarnya, oleh karena itu untuk memberitahu lokasi tanaman terserang, PHP disarankan memancangkan bendera berwarna kuning di pusat tanaman terserang. Laporan ini mencantumkan alternatif teknik pengendalian untuk mengendalikan OPT tersebut.

2. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan adalah hasil pengamatan keliling dan pengamatan tetap serta rekapitulasinya dan penggunaan pestisida serta kasus-kasusnya.

3. Laporan Tahunan

Laporan Tahunan dibuat setiap akhir tahun anggaran, merupakan evaluasi kegiatan perlindungan tanaman secara menyeluruh selama satu tahun anggaran. Laporan tersebut antara lain berisi luas tanam, luas tambah serangan OPT tiap bulan, luas pengendalian, hasil pengamatan petak tetap, keadaan sarana PHP dan LPHP serta hasil-hasil studi, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan permasalahan perlindungan tanaman.

4. Laporan Eksplosi

Laporan Eksplosi dibuat apabila keadaan populasi atau intensitas serangan OPT berkembang dengan cepat dan menyebar secara cepat, sehingga petani baik perorangan maupun bersama-sama tidak mampu mengatasinya dan perlu bantuan pemerintah untuk menanggulanginya. Laporan Eksplosi disusun oleh Camat sebagai Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan, Bupati sebagai Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten, dan Gubernur sebagai Ketua Satuan Pembina Bimas Provinsi.

5. Laporan Khusus

Selain dari laporan-laporan tersebut di atas, terdapat laporan khusus yang perlu disampaikan sesuai dengan keperluan pimpinan atau instansi vertikal di atasnya. Laporan Khusus antara lain dapat berbentuk laporan kegiatan khusus perlindungan, surveillance, pemalsuan pestisida, dan lain sebagainya.

B. Penyampaian Laporan

1. Laporan perlindungan hortikultura, khususnya untuk tanaman buah-buahan disampaikan oleh PHP/POPT kepada Mantri Tani (Mantan) dan instansi vertikal di atasnya, terutama yang berkaitan dengan keadaan serangan OPT di wilayah pengamatannya. Mantan dan Penyuluh Pertanian menyuluhkan dan menyebarluaskan informasi kepada petani sebagai dasar pengambilan keputusan Kelompok Tani, dan bila perlu bersama-sama dengan PHP membina petani melaksanakan pengendalian. Instansi vertikal di atasnya menggunakan laporan tersebut sebagai bahan evaluasi keadaan serangan, kemampuan petugas membimbing petani dalam pengendalian, merencanakan bimbingan dan bantuan, serta menyusun laporan perlindungan di wilayah kerjanya.

Page 31: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

2. Laporan PHP yang diterima oleh Mantan diteruskan kepada Camat dan Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten/Kota, dan Diperta Kabupaten/Kota meneruskan laporan tersebut ke Diperta Provinsi. Oleh Camat selaku selaku Pimpinan Wilayah Kecamatan, laporan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kampanye pengendalian secara massal oleh petani dan memberi bantuan pengendalian bila dibutuhkan/diperlukan. Sedangkan oleh Diperta Kabupaten/Kota, digunakan untuk membina pengendalian OPT dan mempertimbangkan bantuan pengendalian kepada petani apabila serangan OPT yang dilaporkan dinilai eksplosi.

3. Koordinator PHP mengkoordinasikan laporan PHP. Serangan OPT yang dilaporkan PHP dari seluruh wilayah pengamatan da1am 1 (satu) kabupaten direkap/dianalisis kemudian dilaporkan secara bulanan ke Diperta Kabupaten/Kota serta tindasannya diteruskan ke LPHP dan UPTD/BPTPH.

4. Pengamat Hama dan Penyakit (PHP)/POPT yang bekerja di wilayah pengamatan, membuat laporan perlindungan tanaman, yaitu Laporan Setengah Bulanan. Laporan Setengah Bulanan dikirim kepada Mantan dan Koordinator PHP di Kabupaten, dan selanjutnya Koordinator PHP di Kabupaten melaporkannya ke Laboratorium dan UPTD/BPTPH. PHP juga membuat evaluasi musiman untuk memberikan informasi OPT kepada Koordinator dan Dinas Pertanian Kabupaten untuk bahan pertimbangan penyusunan strategi dan kebijaksanaan penanganan OPT di wilayah/kabupaten tersebut.

Page 32: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc
Page 33: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Lampiran  1 :   Daftar OPT Tanaman Buah-buahan

 

JenisTanaman

No.Kode

Jenis OPT

Jeruk    01

   02

   03

   04

   05

   06

   07

   08

   09

   10

   11

Kutu loncat (Diaphorina citri)

Kutu daun (Toxoptera citricidus, T. aurantii, Myzus persicae, Aphis gossypii)

Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella)

Kutu sisik/kutu perisai (Lepidosaphes beckii, Uniaspis citri)

Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays spp.)

Ulat penggerek buah (Citripestis sagitiferella)

Tungau merah (Brevipalpus spp., Aceria sheldoni, Tetranychus sp.)

Trips (Scirtothrips citri)

Kutu dompolan (Planococcus citri)

Lalat buah (Bactrocera sp.)

Penyakit CVPD (Liberobacter asiaticum)

Page 34: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   12

   13

   14

   15

   16

Penyakit Tristeza (virus)

Busuk pangkal batang (Phytophthora parasitica)

Penyakit kanker (Xanthomonas campestris)

Penyakit busuk Diplodia (Botryodiplodia theobromae)

Penyakit embun jelaga (Capnodium citri)Mangga    01

   02

   03

   04

   05

   06

   07

   08

   09

   10

Wereng mangga (Idioscapus clypialis)

Lalat buah (Bactrocera sp. )

Penggerek buah (Sternochetus frigidus dan Noorda albizonalis)

Penggerek ranting (Sternochetus goniocnemis)

Penggerek cabang (Rhytidodera simulans)

Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)

Penggerek buah muda (Philotroctis eutraphera)

Busuk batang (Botryodiplodia theobromae)

Embun jelaga (Capnodium mangiferae)

Bercak daun stigmina (Stigmina mangiferae)

Page 35: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   11

   12

Bercak daun kelabu (Pestalotiopsis mangiferae)

Penyakit kulit Botryodiplodia (Botryodiplodia theobromae = Diplodia mangiferae)Pisang    01

   02

   03

   04

   05

   06

   07

   08

   09

   10

   11

   12

Penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum)

Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Penyakit kerdil pisang (Bunchy Top)

Bercak daun Sigatoka (Cercospora musae/Mycosphaerella spp., )

Burik (Cladosporium musae, Periconiena musae)

Antraknosa (Colletotrichum musae)

Bercak oval daun (Cordana musae)

Penggerek batang/bonggol pisang (Cosmopolites sordidus)

Ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax)

Ngengat kubis pisang (Nacoleia octacema)

Lalat buah (Bactrocera sp. )

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)    Durian    01 Penggerek buah (Hypoperigea  (= Plagideicta) leporsticta, Tirathaba rufivena)

Page 36: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   02

   03

   04

   05

   06

   07

   08

   09

   10

   11

Kutu loncat (Heteropsylla lutana)

Penggerek batang kapuk (Batocera numitor)

Lalat buah (Bactrocera sp. )

Penggerek batang (Xyleutes leuconotus)

Busuk akar (Pythium complectens)

Busuk batang (Phytophthora calorum)

Antraknosa (Colletotrichum durionis)

Bercak coklat (Phyllosticta durionis)

Jamur upas (Upasia salmonicolor)

Lain-lain (sebutkan secara spesif1k)Salak    01

   02

   03

   04

   05

Kutu dompolan/kutu jonjot putih (Pseudococcus sp. )

Kepik (Tolumnia sp.)

Ulat penggulung daun (Hidari sp. )

Nematoda busuk akar (Meloidogyne sp. )

Uret

Page 37: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   06

   07

   08

   09

   10

   11

Kumbang pemakan bunga jantan (Nodocnemis sp. )

Kumbang moncong/penggerek batang (Omotemnus serrirostris)

Busuk buah (Ceratocystis paradoxa, Chalara sp. )

Busuk daun (Pestalotiopsis sp.)

Busuk lunak (Erwinia carotovora)

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)     

Rambutan   01

   02

   03

   04

   05

   06

   07

   08

   09

Kutu kapas/kutu putih (Planococcus (= Pesudococcus) lilacinus)

Penggerek buah (Conopomorpha (= Acrocercops) cramerella)

Hama Tirathaba (Tirathaba (= Melissablaptes, Mucialla)  ruptilinea)

Tarsolepis sommeri

Embun tepung (Oidium nephelii)

Penyakit rambut kuda (Marasmius sp. )

Busuk batang (Nectria sp. )

Busuk buah (Aspergillus, Penicillium, Gloeosporium)

Bercak daun (Pestalotiopsis sp.)

Page 38: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   10

   11

Jamur upas (Upasia salmonicolor)

Ulat daun  (Hyperaeschlera insulicola)         Nanas

   01

   02

   03

   04

   05

   06

Busuk  pangkal (Ceratocystis paradoxa )

Busuk buah (Diplodia natalensls )

Busuk akar (Phytophthora cactorum)

Kutu jonjot putih (Planococcus citri)

Kutu akar kapas (Dysmicoccus brevipes)

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)         Sirsak

   01

   02

   03

   04

   05

Antraknosa ( Colletotrichum gloeosporioides, Glomerella cingulata)

Busuk buah (Phomopsis anonacearum)

Busuk batang (Phytophthora palmivara, Botryodiplodia theobromae)

Ulat papilio (Graphium (= Papilio) agamemnon, Aleurocanthus woglumi)

Penggerek buah (Anonaepestis (Heterographis) bengalella)       

Markisa   01

   02

   03

Kutu (Macrosiphum euphorbiae)

Kutu daun (Aphis gossypii)

Lalat buah (Bactrocera spp. )

Page 39: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   04

   05

   06

   07

   08

Bercak daun (Alternaria passiflorae)

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)

Nematoda buncak akar (Meloidogyne spp. )

Rebah semai (Schiffnerula mirabilis)

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)     

Belimbing   01

   02

   03

   04

   05

   06

Lalat buah (Bactrocera spp. ) .

Bercak daun (Cercospora averrhoae)

Hawar daun (Rhizoctonia solani, Corticium solani)

Jamur upas ( Upasia salmonicolor)

Busuk buah (Fusarium sp. )

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)      

Manggis   01

   02

   03

   04

Bercak daun (Pestalotiopsis sp., Helminthosporium sp.)

Kanker cabang (Botryosphaeria ribis, Dothiorella ribis)

Jamur upas (Upasia salmonicolor)

Busuk buah (Botryodiplodia theobromae)

Page 40: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   05

   06

   07

Penyakit akar (Fomes noxius)

Kutu dompolan/kutu jonjot putih (Pseudococcus sp. )

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)Semangka/

Melon   01

   02

   03

   04

   05

   06

   07

   08

   09

   10

  

   11

Hama trips (Thrips sp.)

Ulat tanah (Agrotis sp.)

Lalat buah (Bactrocera cucurbitae)

Kumbang daun/kumbang kuning (Aulocophora (= Ceratia) similis)

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. niveum)

Penyakit tepung (Erysiphe cichoracearum)

Antraknosa (Colletotrichum lagenarium, Glomerella cingulata)

Bercak daun bersudut (Pseudomonas lachrymans)

Layu bakteri (Erwinia tracheiphila)

Penyakit semai (Pythium, Phytophthora, Fusarium, Rhizoctonia spp., Corticium solani)

Kudis (Cladosporium cucumerinum)

Page 41: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

   12

   13

   14

Busuk buah (Phytophthora spp.,  Pythium spp., Erwinia spp.)

Penyakit virus (Water melon mosaik virus, Muskmelon mosaik virus)

Lain-lain (sebutkan secara spesifik)

Lampiran    2  :   Ambang Pengendalian OPT Tanaman Buah-buahan

 Jenis Tanaman dan OPT 

Ambang PengendalianPopulasi Intensitas

 

1. Jeruk

a. Hama

1. Kutu loncat Diaphorina citri

 

2. Kutu daun Taxoptera citricidus

    Taxoptera aurantii, Myzus

     persicae,    Aphis gossypii

3. Ulat peliang daun Phyllocnistis

 

 

 

1 kutu dewasa terutama di daerah CVPD

1 kutu dewasa terutama untuk daerah endemik Tristeza

1 larva per daun

 

-

 

 

 

-

 

5 %  tunas terinfeksi

 

 

-

Page 42: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

     citrella

4. Ulat penggerek bunga dan puru

    buah

    Prays spp.

5. Kutu sisik/kutu perisai   

    Lepidosaphes    beckii,

   Uniaspis citri

6. Ulat penggerek buah

    Citripestis    sagitiferella

7. Tungau merah Brevipalpus

     spp. ,  Aceria sheldoni,   

     Tetranychus sp.

 

8. Trips Scirtothrips citri

 

-

 

-

 

-

 

 

4 ekor trips per tunas

-

20 ekor serangga dewasa per trap

 

50 % bunga terinfeksi atau 2 - 3% buah terinfeksi

10 % daun/buah terinfeksi

 

5 % buah terinfeksi

 

Aceria: 30% tunas terinfeksi

Tetranychus: 10% tunas dan 2 % buah terinfeksi

-

5 % buah terinfeksi

-

Page 43: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

9. Kutu dompolan Planococcus

     citri

10. Lalat buah Bactrocera sp.

 b. Penyakit

1. CVPD

2. Tristeza

3. Busuk pangkal batang  

    Phytophthora  parasitica

4. Kanker Xanthomonas   

    campestris pv.    citri

 

Penyakit/daun = 0

Penyakit/daun = 0

Penyakit/pohon = 0

 

Jumlah bercak kanker pada daun =0

 

-

-

-

 

-

 2. Mangga

a. Hama

1. Wereng mangga Idioscapus

    clypialis

 

 

5 ekor serangga pada waktu pembungaan dan pembentukan buah

 

 

-

 

Page 44: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

 

 

2. Lalat buah Bactrocera sp.

 

3. Penggerek buah Noorda  

   albizonalis, Sternochetus

   frigidus

 

Bila terdapat lalat buah pada trap

-

 

 

-

 

-

b. Penyakit

1. Antraknosa Colletotrichum

    gloeo porioides

 

Stadium pertumbuhan tunas

Bila terjadi malformasi daun dan gugur daun

Stadium pembungaan

Bila perbungaan terserang maka menunjukkan bahwa penyakit dapat berkembang dan terjadi endemik

 

-

 

 

-

 

 

Page 45: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc

Stadium buah

Bila terjadi bercak pada buah

 

 

 

-3. Durian

a. Hama

1. Penggerek buah Hypoperigea

    leprosticta, Tirathaba

    fufivena

2. Kutu loncat Heteropsylla    lutana

 

 

 

-

 

-

 

 

10% buah terserang

 

> 50% pucuk terinfeksi atau 20% pucuk terdapat telur kutu

b. Penyakit

1. Busuk batang Phytophthora

     cactorum, busuk akar

     Pythium

    complectens

 

 

-

 

 

1 tanaman yang menunjukkan gejala

 

Page 46: METODE PENGAMATAN OPT TANAMAN BUAH.doc