Date post: | 07-Mar-2019 |
Category: |
Documents |
Author: | vuongthuan |
View: | 214 times |
Download: | 0 times |
i
METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT
ASH-SHAFFAT AYAT 102
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
FATICHURRIZA RIZQA
NIM: 111 12 200
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
: )(
Dari Anas Bin Malik menceritakan dari rasulullah SAW.
Rasulullah SAW. bersabda: Muliakanlah anak-anakmu semua,
dan baguskanlah pendidikan mereka
(HR. Ibnu Majah).
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbilalamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang dari kecil hingga
saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap langkahku.
2. Adikku tersayang Sani Nur Faiza yang selalu memberiku semangat dan tawa
kebahagiaan dalam lelahku.
3. Kepada Bapak Drs.A. Bahruddin, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi penulis
dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Sahabatku Sholikhatul Arifah dan Sri Widayati yang selalu memberikan
motivasi dan semangat, temanku laily Agustini, Aza Nurul Laili dan Dita
Oktaviani yang selalu memotivasi, serta seluruh teman-temanku seperjuangan
yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.
5. Teman-teman PAI F, teman-teman PPL dan kelompok KKN yang telah
memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di
yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan
tugas skripsi ini dengan judul METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM
SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Drs.A. Bahruddin,M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
ix
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 10 Maret 2017
Penulis
Fatichurriza Rizqa
NIM. 111-12-200
x
ABSTRAK
Rizqa, Fatichurriza. 2017. Metode Pendidikan Islam dalam Surat Ash-
Shaffat Ayat 102. Jurusan S1 PAI Institut Agama Islam Negeri.
Pembimbing Drs. A. Bahruddin, M. Ag.
Kata Kunci: Metode Dialog, Pendidikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan
dialogis dalam Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102. Pertanyaan
yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah: 1) Bagaimana metode
pendidikan dialog dalam surat Ash-Shaffat ayat 102. 2) Bagaimana
implementasi metode pendidikan dialog dalam pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu jenis
penelitian di mana objek penelitiannya digali dengan cara membaca,
memahami, menelaah buku-buku dan kitab-kitab tafsir serta sumber-
sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Metode pendidikan
islam dalam surah ash-Shaffat ayat 102 dalam perspektif islam.
Metode dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah pembicaraan
antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab dan
didalamnya terdapat kesatuan topik atau tujuan pembicaraan. 2)
Implementasi atau penerapan metode pendidikan dialog dalam
pendidikan islam adalah pembelajaran yang efektif yang terjadi saat
ada interaksi antara guru dan peserta didik, guru bertanya kepada
peserta didik menjawab atau sebaliknya. Maka guru dapat menilai
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan sehingga
akan ditemukan kesamaan persepsi tentang visi, misi dan tujuan
pembelajaran pendidikan yang dilakukan. Bila interaksi dan sinergi ini
terjalin dengan harmonis maka kesuksesan dalam proses pembelajaran
akan berhasil.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v
MOTTO .................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 8
E. Metode Penelitian ......................................................... 9
F. Penegasan Istilah ........................................................... 10
xii
G. Sistematika Penulisan ................................................... 13
BAB II TELAAH AL-QURAN SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102
A. Redaksi dan Mufrodhat ................................................. 15
B. Sebab Turunnya Surat Ash-Shaffat .............................. 18
C. Munasabah ................................................................... 21
BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam ........................................ 33
B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam .................................... 40
C. Tujuan Pendidikan Islam ............................................. 46
D. Metode Pendidikan Islam ............................................. 55
BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102
A. Metode Pendidikan Islam Dalam Surat Ash-Shaffat
Ayat 102 ........................................................................ 60
B. Implementasi Metode Pendidikan Dialog dalam
Pendidikan Islam .................................................................
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 70
B. Saran ............................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 75
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi
Lampiran 3 Daftar SKK
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy yang mengandung
makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan.
Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos.
Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan
diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual
(Muhadjir, 2000: 20-21).
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental
(Hasbullah,1999:1).
Pendidikan juga diartikan sebagai segala kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.
Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkunan hidup, yang
2
kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri
individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah
dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, dan matang. Jadi
singkatnya, pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju
pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal
perkembangan badan, cerdas dalam hal perkembangan jiwa, dan matang dalam
hal berperilaku. Dalam langkah kegiatan pendidikan selanjutnya, ketiga sasaran
ini menjadi kerangka pembudayaan kehidupan manusia (Suhartono, 2008:80).
Menurut pandangan Islam bahwa pendidikan adalah tindakan yang
dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah
secara potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil) (Ahmad, 1992:16).
Dikaitkan pendidikan dari kata bahasa Arab, bahwa pendidikan kepada
anak itu mulai dari tumbuh, artinya mulai dari sejak ada di dalam kandungan ibu
hingga menjadi besar, lahir ke dunia dan dan berkembang sehingga mencapai
dewasa bisa menjaga diri dan bertanggung jawab.
Ki Hajar Dewantara sebagai ahli pendidikan juga mengemukakan
pengertian pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
(Hasbullah,1999:4).
3
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa
pndidikan bisa diartikan sebagai berikut:
1. Pendidiakan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan
kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan; peningkatan
pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana peserta
didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.
2. Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di
dalam hubungan itu, mereka memiliki kedudukan dan perasaan yang berbeda.
Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling memengaruhiguna
terlaksananya proses pendidikan ( transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan
ketrampilan-ketrampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan).
3. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan
diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap potensi dalam rangka
penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebagai
makhluk sosial dan makhluk Tuhan.
4. Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
5. Pendidikan merupakan suatu pengalaman yang sedang dialami yang
memberikan pengertian, pandangan (insight), dan penyesuaian bagi seseorang
yang menyebabkannya berkembang.
Pengertian pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengertian
pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan tidak
dapat dilaksanakan tanpa ada pengajaran, dan pengajaran tidak akan berarti jika
4
tanpa diarahakan ke tujuan pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan usaha
pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut masalah citra dan nilai.
Sedangkan pengajaran merupakan usaha mengembangkan kapasitas intelektual
dan berbagai ketrampilan fisik (Suwarno, 2006:22-23).
Syariat Islam tidak akan di hayati dan diamalkan orang kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah
mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran
Islam denagn berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi kita melihat, bahwa
pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang
akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja,
tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan
pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah
laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama,
maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnnya
para Ulama cerdik dan pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka
(Daradjat, 2011: 28).
Dalam al-Quran juga dijelaskan arti pendidikan seperti dalam surat Al-
Aalaq ayat 1-5 yang berbunyi sebagai berikut:
5
Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu lah
yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui (Depag, 1982:1079).
Menurut Yusanto, (2004: 11) secara faktual, pendidikan melibatkan tiga
unsur pelaksana yaitu: sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di sekolah guru
mempunyai peranan ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Dalam proses
pembelajar, tugas utama guru tenaga pengajar adalah membantu perkembangan
intelektual, afektif, dan psikomotorik melalui transpormasi pengetahuan,
pemecahan masalah, latihan-latihan, dan dan keterampilan. Sebagai pendidik guru
membantu mendewasakan anak-anak secara psikologis, sosial, dan moral. Secara
subtansial, guru selain sebagai pengajar dan pendidik juga mempunyai
tanggungjawab dalam kegiatan proses belajar mengajar khususnya dalam
pengelolaan kelas dan penggunaan metode atau strategi pembelajaran.
Dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode pembelajaran, guru di
tuntut untuk kreatif dan inovatif karena gurulah yang tahu secara pasti situasi dan
kondisi kelas, serta keadaan peserta didik dengan berbagai latar belakang
sosialnya, menurut Muslich (2007: 73) bahwa kemampuan siswa dalam satu
kelas tentu beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang kurang.
Sehubungan dengan keragaman kemampuan tersebut, guru perlu mengatur secara
cermat, kapan siswa harus bekerja secara perorangan, secara berpasangan, secara
kelompok, dan secara kelasik. Oleh karena itu, maksimalisasi fungsi dan peran
6
guru akan berimplikasi pada perbaikan dan peningkatan dari aspek proses
pembelajaran, yang salah satu tolak ukurnya berupa peningkatan prestasi belajar
siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari proses belajar mengajar,
karena proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan inti kegiatan dalam
proses pendidikan. Segala sesuatu yang belum di programkan akan di laksanakan
dalam proses belajar mengajar yang melibatkan semua komponen pembelajaran
dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah di tetapkan dapat tercapai.
Salah satu komponen pembelajaran selain guru adalah pengunaan metode
pembelajaran. Salah satu tujuan penggunaan metode pembelajaran dalam proses
belajar mengajar adalah siswa diharapkan dapat dengan mudah menerima dan
memahami materi yang disampaikan oleh guru selain itu, metode pembelajaran
memiliki korelasi yang sangat esensial terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat
agar dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang dapat memacu
keiginan tahuan siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar akan memberi peluang besar
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran (Roestiyah 2001: 136).
Yang di maksud dengan metode pendidikan ialah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas.
Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang di
maksud di sini mencakup juga metode mengajar. Metode itu banyak sekali, dan
akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teori-teori
7
pengajaran. Untuk kepentingan pengembangan teori-teori pendidikan islam,
masalah metode mengajar tidaklah terlalu sulit. Metode-metode mengajar yang
dikembangkan dapat saja digunakan atau di ambil untuk memperkaya teori
tentang metode pendidikan islam (Tafsir,1992:131).
Pada dasarnya, metode pendidikan islam sangat efektif dalam membina
kepribadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini
memungkinkan puluhan kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk
menerima petunjuk Ilahi dan konsep-konsep peradapan Islam (An-
Nahlawi,1995:204).
Metode yang dianggap paling penting dan menonjol adalah metode
melalui dialog Qurani dan Nabawi. Bentuk dialog dalam Al-Quran dan sunnah
sangat variatif. Namun, bentuk yang paling penting adalah dialog khitabi (seruan
Allah) dan taabbudi (penghambaan terhadap Allah), diaolog deskriptif, dialog
naratif, dialog argumentatif, serta dialog nabawiah.
Kejelasan tentang aspek-aspek dialog ditujukan agar setiap pendidik dapat
memetik manfaat dari setiap bentuk dialog tersebut dan dapat mengembangkan
afeksi,penalaran, dan perilaku ketuhanan anak didik. Selain itu, seorang pendidik
dapat memanfaatkan dialog untuk melengkapi metode pengajaran ilmu-ilmu
lainnya (An- Nahlawi,1995:205-206). Dalam al-Quran surat As-Shaffat ayat 102
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia
8
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar" (Depag, 1982:
726).
Berdasarkan dari pembahasan di atas penulis memutuskan untuk meneliti
dengan judul sebagai berikut METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM
SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pendidikan islam dalam surah As-Shaffat ayat 102?
2. Bagaimana implementasi metode pendidikan dialog dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui metode pendidikan islam yang terkandung dalam al-Quran surat
as-Shaffat ayat 102
2. Mengetahui implementasi metode pendidikan dialog dalam pendidikan Islam
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Harapan dari penulis adalah agar dapat bermanfaat dalam menjelaskan metode
pendidikan islam dalam telaah surat As-Shaffat untuk dijadikan pegangan para
pengajar maupun para pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta
didik supaya dalam proses pembelajaran tidak menimbulkan rasa kejenuhan
dan mencapai kelancaran dalam proses pembeljaran tersebut.
2. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan pendidikan,
terutama mengenai metode pendidikan islam dalam al-Quran surat as-Shaffat
ayat 102.
9
3. Penelitian ini ada implementasi dengan pengajaran khususnya program Studi
Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah
literature atau bacaan tentang metode pendidikan islam dalam al-Quran surat
As-Shaffat ayat 102.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka ( library research),
karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1983: 3).
Penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan
objek penelitian, bahwa jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode
library research. Dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang
primer maupun yang sekunder, di cari dari sumber-sumber kepustakaan
(seperti buku, majalah, artikel, dan jurnal) (Kuswaya, 2009: 11).
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data-
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, jurnal dan sebagainya (Suharsimi,1993:234).
Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah:
a. Sumber data primer
Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data secara
langsung dari sumber asli yaitu
1. Tafsir Al-Quranul Karim
10
2. Tafsir Al-Misbah
3. Tafsir Al-Maraghi
b. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber
data primer. Sumber data sekunder di ambil dengan cara mencari,
menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnyayang berhubungan
dengan judul sekripsi ini
3. Metode analisis data
Guna mencari permasalahan yang ada di atas, penulis menggunakan
metode tahlily. Metode tahlily adalah metode kajian al-Quran dengan
menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang
terkandung dalam ayat-ayat al-Quran sebagaimana tercantum dalam mushaf,
kemudian segi yang dianggap perlu diuraikan bermula dari kosa kata, asbab al-
nuzul, munasabah dan penafsiran dari ayat tersebut (Sihab, 1994: 86).
Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata
yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan
hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun nuzul
jika ada, dan menyampaikan dalil-dalil dari hadis (Budihardjo, 2012: 132).
F. Penegasan Istilah
1. Pendidikan
Pendidikan ialah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan
11
Definisi pendidikan bisa dilihat dari dua sudut pandang, yakni
pendidikan menurut sudut pandang luas dan sudut pandang sempit. Menurut
sudut pandang yang luas, pendidikan adalah segala jenis pengalaman
kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan
kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan
seperti itu berlangsung di dalam segala jenis dan bentuk lingkungan sosial
sepanjang kehidupan. Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu
memengaruhi pertumbuhan individu, sosial, dan religius, sehingga menjadi
manusia seutuhnya, manusia yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus
lingkungan setempat. Sedangkan pendidikan menurut sudut pandang yang
sempit adalah seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara
teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan diartikan
sebagai sistem persekolahan. Dalam hal ini, pendidikan menurapakan suatu
usaha sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh institut persekolahan
untuk membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran tentang
eksistensi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap persoalan
kehidupan yang selalu muncul (Suhartono, 2008: 43-46).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara
sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik
jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi
nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus guna
12
mencapai tujuan hidupnya. Berdasarkan rumusan tersebut, pendidikan bisa
dipahami sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, pendidikan merupakan
serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan
secara sengaja dan terus-menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan
menujuk pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan
dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Ahmadi, 2014: 38).
2. Metode
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata
lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu
Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa
Yunani yaitu methodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata , yaitu metha
yang berarti melalui atau melewati, dan hodos yang berarti jalan atau cara.
Maka metode memiliki arti suatu jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan.
Dalam bahasa Inggris dikenal term method dan way yang dterjemahkan dengan
metode dan cara, dan dalam bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam
berbagai kata seperti kata Al-thariqah, Al-manhaj, dan Al-wasilah. At-thariqah
berarti jalan, Al-manhaj berarti sistem dan Al-wasilah berarti mediator atau
perantara. Dengan demikian, kata Arab yang paling dekat dengan arti metode
adalah Al-Thariqah.
Metode juga dapat diartikan sebagai seperangkat cara, jalan dan tehnik
yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik
13
dapat mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang dirumuskan
dalam Silabi Mata Pelajaran (Ramayulis, 2008: 4).
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami isi dan kajian skripsi ini, maka
penulis memaparkan sistematika yang terbagi menjadi lima bab beserta penjelasan
secara garis besar isi per babnya.
Bab I
Merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan sekripsi.
Bab II
Bab ini membahas tentang telaah Quran surat as-Shaffat ayat 102.
a. Redaksi dan Mufrodhat
b. Sebab Turunnya Surat Ash-Shaffat
c. Munasabah
Bab III
Bab ini menguraikan tentang konsep pendidikan Islam
a. Pengertian pendidikan islam
b. Dasar-dasar pendidikan Islam
c. Tujuan pendidikan Islam
d. Metode pendidikan Islam
14
Bab IV
Dalam bab ini berisi analisis tentang metode pendidikan islam dalam surat
as-Shaffat ayat 102 dalam perspektif islam yang berisi:
a. Metode pendididkan islam dalam surat as-Shaffat ayat 102
b. Implementasi Metode Pendidikan Dialog dalam Pendidikan Islam
Bab V
Merupakan bab penutup yang menghasilkan kembali ringkasan sekripsi
dalam bentuk kesimpulan dan saran.
15
BAB II
TELAAH AL-QURAN SURAT AS-SHAFFAT AYAT 102
A. Redaksi dan Mufrodhatnya
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar"(Depag,1982:
724).
Mufrodhat (kosa kata).
- berasal dari kata yang artinya samapai,
menyampaikan, mendapat, baligh, masak (Yunus, 1989: 71). Jadi kata
diartikan dengan seorang anak yang telah berumur dewasa secara biologi mapun
akal karena sudah bisa beragumen.
berasal dari kata - yang artinya bekerja , berjalan
dan berlari (Yunus, 1998: 171). Juga bisa berarti bertindak, berbuat,
berusaha (Munawwir, 1984: 634). Jadi diartikan sebuah gambaran tentang
ciri bahwa seseorang telah dewasa sudah bisa bekerja membantu menafkahi
keluarga.
- berasal dari kata yang berarti
memperlihatkan pendapat, pikiran, bermimpi (Yunus, 1998: 136). Merupakan
16
kata kerja (masa kini dan datang) ini untuk mengisyaratkan bahwa apa
yang beliau lihat itu seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampaian itu
(Shihab, 2003: 63). Jadi maksud dari penggunaan kata ini adalah untuk membantu
sesuatu yang terjadi seakan-akan masih terasa hingga saat ini.
dari kata \ artinya menyembelih,
memotong (Yunus, 1998: 133). Juga berarti menyembelih, membunuh,
mencekik/menjerat leher sampai mati dan membelah atau memecahkan
(Munawwir, 1984:441).
Kata yang artinya saya menyembelihmu merupakan kata kerja
masa kini dan datang). Penggunaan bentuk tersebut untuk kata)
menyembelihmu untuk mengisyaratkan bahwa perintah Allah yang dikandung
mimpi itu belum selesai dilaksanakan, tetapi hendaknya segera dilaksanakan.
Karena itu pula jawaban sang anak menggunakan kata kerja masa kini juga untuk
mengisyaratkan bahwa ia siap, dan bahwa hendaknya sang ayah melaksanakan
perintah Allah yang sedang maupun yang akan di terimanya (Shihab, 2003:63).
berasal dari kata artinya melihat, merenungkan,
memikirkan, mempertimbangkan (Munawwir, 1984: 1433). Terkait dengan ayat
di atas merupakan sebuah kemampuan intelektual yang digunakan untuk
mempertimbangkan kemudian memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan hidup
dan mati.
17
dari kata diartikan bekerja lebih efektif atau
efisien, lebih berdaya guna (Ali dan Muhdlor, 2003: 176). Hal ini mengisyaratkan
bentuk kepatuhan Nabi Ismail kepada Allah dan orang tuanya dengan mematuhi
perintah.
berasal dari kata yang berarti menyuruh -
(Yunus, 1989: 48). Juga bisa berarti memerintahkan (Munawwir, 1984: 38).
Kata apa yang diperintahkan kepadamu, bukan berkata: sembelihlah aku,
masih berkaitan dengan kata sebelumnya yakni hal tersebut adalah perintah Allah
swt. Bagaimanapun bentuk, cara dan kandungan apa yang diperintahkan-Nya,
maka ia sepenuhnya ia pasrah (Shihab, 2003: 63). Kalimat ini juga dapat
merupakan obat pelipur lara bagi keduanya dalam menghadapi ujian berat itu.
berasal dari kata yang artinya akan mendapatkan -
sesuatu yang dimaksud (Yunus, 1989: 492). Maksudnya anak ini Ismail kelak
akan menjadi orang yang ternama atas ketaatan dan kebaikannya.
berasal dari - kata yang artinya sabar, tabah hati,
berani (Yunus, 1998: 211). Juga bisa berati yang artinya menahan,
mencegah ( Munawwir, 1984: 760). Mengaitkan kesabarannya dengan kehendak
Allah, sambil menyebut terlebih dahulu kehendak-Nya, menunjukkan betapa
tinggi akhlak dan sopan santun sang anak kepada Allah swt, tidak dapat diragukan
bahwa jauh sebelum peristiwa ini pastilah sang ayah telah menanamkan dalam
hati dan benak anaknya tentang ke Esaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang indah
18
serta bagaimana seharusnya bersikap kepada-Nya. Sikap dan ucapan sang anak
yang direkam ayat ini adalah buah pendidikan tersebut (Shihab, 2003: 63).
B. Sebab Turunnya Surat Ash-Shaffat
Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam upaya
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dalam Al-Quran ada
yang diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah
terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau dijawab. Peristiwa atau
persoalan yang melatar belakangi turunnya ayat itu disebut asbabun nuzul
(Depag, 2009: 228).
Asbabun Nuzul secara bahasa terdiri dari dua kata asbab dan nuzul, asbab
bentuk jama dari sabab yang berarti sebab, sedangkan kata nuzul berasal dari
akar kata nazala-yanzilu-nuzulan yang artinya turun, menurunkan sesuatu
(Budihardjo, 2012: 21). Sedangkan asbabun nuzul menurut istilah adalah
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, dimana ayat tersebut
menjelaskan pandangan Al-Quran tentang peristiwa yang terjadi atau
mengomentarinya (Shihab, 2012: 3).
Pengetahuan mengenai asbabun nuzul atau sejarah turunnya ayat-ayat al-
Quran sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin memperdalam pengertian
mengenai ayat-ayat al-Quran. Dengan mengetahui latar belakang turunnya ayat,
maka seseorang dapat menggambarkan situasi dan kondisi saat ayat tersebut
diturunkan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terkandung di
balik teks ayat tersebut. Adapun asbabun nuzul surah Ash-Ahaffat adalah sebagai
berikut.
19
Surat as-Shaffat adalah Makkiyyah, yakni turun sebelum Nabi Muhammad
saw berhijrah ke Madinah. Penulis tidak menemukan satu ayat pun yang
dikecualikan. Namanya pun disepakati, yakni ash-Shaffat. Nama ini terambil dari
awal kata pada surah ini. Memang kata yang serupa terdapat pada surah al- Mulk,
tetapi kata tersebut bukan pada awal ayat, di samping itu surat ash-Shaffat turun
sebelum surat al-Mulk (Shihab, 2003: 3).
Ulama juga berbeda pendapat menyangkut cara turunnya ayat-ayatnya.
Apakah semua turun bersama-sama secara berurutan sekaligus atau dalam waktu
yang berbeda-beda. At-Tirmidzi meriwayatkan, bahwa sementara sahabat Nabi
saw berbincang-bincang dan berkata: Seandainya kita mengetahui amalan yang
paling dicintai Allah, niscaya kami mengamalkannya. Maka turunlah firman-Nya
surat Ash-Shaff ayat 1 dan 2
Artinya: Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja
yang ada di bumi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (1).
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan?(2).
Al-Hakim, Ahmad, Ibn Abi Hatim dan ad-Darimi menambahkan, bahwa
Rasulullah saw membacanya ayat di atas kepada kami sampai pada akhirnya(
akhir surat), dan dalam riwayat lain semuanya.
Riwayat lain menyatakan bahwa ayat ke dua surat ini yang mengecam
sementara kaum muslimin, turun setelah perbincangan yang di sebut di atas.
20
Tujuan pertama surat ini menurut Thahir Ibn Asyur adalah peringatan
jangan sampai mengingkari janji Allah dan keharusan melaksanakan tuntunan
agama serta anjuran untuk berjihad fi sabilillah, tidak goyah dan berusaha
meneladani al-Hawariyyun (teman-teman setia Nabi Isa as).
Menurut Sayyid Quthub, surat ini mempunyai dua tujuan pokok yang
sangat jelas di samping beberapa isyarat lain yang dapat dikembalikan kepada
kedua tujuan pokok itu. Tujuan pertama adalah menetapkan dalam jiwa setiap
muslim bahwa ajaran agamanya merupakan sistem hidup yang terakhir yang
ditetapkan Allah swt. Tujuan yang kedua adalah perasaan seorang muslim tentang
hakikat tersebut dan pengetahuaanya tentang kisah akidah Ilahiah itu dan
peranannya di pentas bumi ini mendorongnya untuk memantapkan niat untuk
berjihad dalam memenangkan agama ini sebagaimana yang dikehendaki Allah
serta tidak berada dalam kebimbangan antara ucapan dan tindakan (Shihab, 2003:
185-186).
Al Biqai menyimpulkan bahwa tujuan utama surah ini adalah
membuktikan akhir uraian surah Yasin yakni kesucian Allah dari segala macam
kekurangan, serta kembalinya semua hamba Allah kepada-Nya untuk memperoleh
putusan yang adil menyangkut perselisihan mereka, dan ini mengharuskan
keesaan-Nya. Tujuan itulah menurut ulama ini yang diisyaratkan oleh nama surat
ini yakni ash-Shaffat yaitu para malaikat yang melukiskan diri mereka di sini
sebagai
Sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf, dan sesungguhnya kami benar-
benar bertasbih ( kepada Allah).
21
Surah ini merupakan surah yang ke 56 dari segi perurutan turunnya. Ia
turun sesudah surah al-Anam dan sebelum surat Luqman. Di perkirakan ia turun
pada akhir tahun keempat dari kenabian atau awal tahun kelima, karena surat Al-
Anam turun pada tahun keempat. Jumlah ayat-ayatnya menurut cara perhitungan
mayoritas ulama adalah 182 ayat (Shihab,2003: 4).
Sihab menuliskan dalam bukunya tentang surat Ash-Shofat juga
merupakan surat yang ke 108 dari segi perurutan surah-surah al-Quran. Ia turun
sesudah surah At-Taghabun dan sebelum surah Al-Fath. Turunya setelah peristiwa
perang uhud yang terjadi pada tahun ke-3 H. Jumlah ayat-ayatnya sebanyak 14
ayat (2003: 187).
Jadi surat Ash-Shaffat terdiri atas 182 ayat termasuk golongan surat
Makiyyah, diturunkan sesudah surat Al-Anaam. Dinamai dengan Ash-Shaffat
(yang bershaf-shaf) ada hubungannya dengan perkataan Ash-Shaffat yang terletak
pada ayat permulaan surat ini yang mengemukakan bagaimana para malaikat yang
berbaris di hadapan Tuhannya yang bersih jiwanya, tidak dapat digoda oleh
syaitan. Hal ini hendaklah menjadi itibar bagi manusia.
C. Munasabah
Munasabah berasal dari kata nasaba-yunasibu-munasabah, kata tersebut
bentuk tsulatsi mujarad dari nasaba yang berarti hubungan sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Munasabah berarti muqarabah atau kedekatan dan kemiripan.
Hal tersebut dapat terjadi pada dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan dapat
terjadi pada seluruh unsur-unsur atau pada sebagiaannya saja. Secara istilah
munasabah adalah adanya kecocokan, kepantasan, keserasian antara ayat dengan
22
ayat atau surah dengan surah, atau munasabah adalah kemiripan yang terdapat
pada hal-hal tertentu dalam al-Quran baik pada surat maupun pada ayatnya yang
menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012: 39).
Munasabah juga dapat diartikan keterkaitan dan keterpaduan hubungan
antara bagian-bagian ayat, ayat-ayat, surah-surah dalam Al-Quran. Hal itu berarti
bahwa ayat atau surah baru bisa dipahami dengan baik bila keterkaitan dan
keterpaduan itu diperhatikan. Dengan demikian ungkapan tentang munasabah itu
sifatnya ijtihadi, yaitu pendapat pribadi dari yang mengungkapkan sebagai hasil
ijtihadnya (Depag, 2009: 242).
1. Munasabah ayat dengan ayat surat Ash-Shaffat
Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102 memiliki munasabah ayat antara
ayat-ayat sesudahnya.
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk
orang-orang yang sabar" (Depag,1982: 724).
Ayat di atas menggambarkan sebuah kesabaran yang tidak hanya
melibatkan pengendalian emosional, tetapi juga kematangan spiritual (iman)
yang tinggi.
Ayat selanjutnya menjelaskan tentang Nabi Ibrahim yang diuji oleh Allah
dengan perintah menyembelih anaknya (Kementerian Agama RI, 2010: 300).
23
Artinya: Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ) (103). Dan Kami
panggillah dia: "Hai Ibrahim(104). Sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik(105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata(106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
(107) (Depag,1982: 725).
Pada lanjutan ayat ke 102, ayat di atas menggambarkan kepatuhan dan
ketaatan orang tua kepada Allah dan seorang anak kepada orang tua. Bentuk-
bentuk kepatuhan, baik dari sikap orang tua dan seorang anak dalam
ketaatannya kepada perintah Allah, tidak terlepas dari aspek keimanan dan
emosionalnya yang sudah tertanam dalam jiwa mereka.
Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Ash-Shaffat
ayat 102-107 adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan aqidah
b. Pendidikan humanisasi yaitu pendidikan memanusiakan manusia dengan
patuh kepada Allah, meskipun perintah pengorbanan itu irasional namun
keyakinan mengalahkan fikiran.
c. Pendidikan spiritual dan emosional yaitu kematangan spiritual yang
didasarkan pada keimanan dan ketaatan serta kepatuhan terhadap perintah
Allah, disamping kesiapan emosional yang diekspresikan dalam bentuk
ketegaran dan kesiapan mental dalam menghadapi perintah.
24
d. Pendidikan yang berlandaskan metode dialogis.
2. Munasabah surah dengan surah
a. Surah as-Shaffat dengan surah Yasin
Pada akhir surat Yasin diterangkan tentang qudrat Allah untuk
menghidupkan orang yang telah mati dan bahwa apabila iradat Allah
bergantung dengan sesuatu, terwujudlah apa yang dikehendaki-Nya yaitu
sebagai berikut:
Artinya: Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala
sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan QS.Yasin : 83
(Depag,1982:714).
Kata kekuasaan maksudnya adalah kepemilikan-Nya atas segala wujud.
Ini mengandung juga makna kekuasaan dan wewenang penuh dalam
mengaturnya serta tidak dapat dialihkan atau dicabut oleh pihak lain
sebagaimana kepemilikan makhluk.
Pada akhir surah Yasin ini dinyatakan bahwa pernyataan tentang kesucian
Allah dalam sifat, dzat dan perbuatan-Nya dan bahwa semua akan kembali
kepada-Nya, untuk diberi ganjaran dan balasan (Shihab, 2003: 581-582).
Adapun Munasabah atau persesuaian makna antara surah Yasin dengan
surah Ash-Shaffat ada dalam beberapa hal. Pertama dalam surah Yasin
menjelaskan tentang umat-umat yang telah dihancurkan Allah karena ingkar
kepada-Nya.
25
Quran surat Yasin aya 61
Artinya: Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus
(Depag,1982: 712).
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar
diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan ? (Depag,1982:712).
Quran surat Yasin ayat 62
Artinya: Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam
(dengannya)(Depag,1982:712).
Quran surat Yasin ayat 64
Artinya: Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu
mengingkarinya (Depag,1982:712).
Sedangkan dalam surat Ash-Shaffat menjelaskannya dengan menyebut
kisah-kisah Nuh as, Ibrahim as, Isa as dengan kaumnya.
Quran surat Ash-Shaffat ayat 80
Artinya: Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik (Depag,1982:723).
Quran surat Ash-Shaffat ayat 82
26
Artinya: Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain
(Depag,1982:723).
Kedua, persesuaian dalam surat Yasin dan Ash-Shaffat adalah tentang
keadaan orang-orang Mumin dan orang-orang kafir di hari kiamat.
1) Keadaan orang-orang Mumin di hari kiamat
Surat Yasin ayat 54 dan 55
Artinya: Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan
kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan (Depag, 1982:712).
Artinya: Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang
dalam kesibukan (mereka) (Depag,1982:712).
Surat Ash-Shaffat ayat 59 dan 60
Artinya: Melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan
kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)?(Depag,1982:721).
Artinya: Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar
(Depag,1982:721).
2) Keadaan orang-orang kafir di hari kiamat.
Surat Yasin ayat 59
Artinya: Dan (Dikatakan kepada orang-orang kafir): "Berpisahlah kamu
(dari orang-orang mukmin) pada hari ini, Hai orang-orang yang berbuat
jahat (Depag,1982:712).
27
Surat Ash-Shaffat ayat 33 dan 34
Artinya: Maka Sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam
azab (Depag,1982:719).
Artinya: Sesungguhnya Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang
yang berbuat jahat (Depag,1982:719).
Ketiga, pada surat Yasin dan Ash-Shaffat disebutkan tentang kekuasaan
Allah membangkitkan manusia dan menghidupkannya kembali.
Dalam surat Yasin disebutkan pada ayat 79 dan 83
Artinya: Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang
segala makhluk (Depag,1982:714).
Artinya: Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas
segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan (Depag,1982:714).
Adapun dalam surat Ash-Shaffat disebutkan dalam ayat 19
Artinya: Maka Sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan
saja; Maka tiba-tiba mereka meIihatnya (Depag,1982:718).
28
b. Surat Ash-Shaffat dengan surat Shaad
Adapun Munasabah atau persesuaian makna antara surah Ash-Shaffat
dengan surat Shad ada dalam beberapa hal. Pertama dalam surah Ash-
Shaffat disebutkan kisah para Nabi, sedangkan dalam suarat Shad
menyebutkan kisah nabi-nabi yang belum disebutkan pada surat Ash-
Shaffat.
As-Shaffat ayat 112 dan 114
Artinya: Dan Kami beri Dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq
seorang Nabi yang Termasuk orang-orang yang saleh (Depag,1982:726).
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa
dan Harun (Depag,1982:726).
Adapun dalam surat Shaad tercantum pada ayat 17, 44 dan 48
Artinya: Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah
hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; Sesungguhnya Dia Amat
taat (kepada Tuhan) (Depag,1982:735).
Artinya: Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah
dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami
dapati Dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan-nya) (Depag,1982:738).
29
Artinya:Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. semuanya Termasuk
orang-orang yang paling baik (Depag,1982:739).
Kedua, dalam surat Ash-Shaffat diterangkan bahwa sesudah datang
kepada orang-orang musyrik Mekkah, Al-Quran yang memberi peringatan
tetapi mereka ingkarinya. Dalam surat Ash-Shaffat dijelaskan pada ayat 72
dan 170
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan
(rasul-rasul) di kalangan mereka (Depag,1982:722).
Artinya: Tetapi mereka mengingkarinya (Al Quran); Maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat keingkarannya itu) (Depag,1982:730).
Adapun dalam surat Shaad dijelaskan sebab-sebab keingkaran mereka
(kaum musyrik) terdapat pada ayat 12,13 dan 14
Artinya: Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum
Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai tentara yang
banyak,(Depag,1982:734).
Artinya: Dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. mereka Itulah
golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul)
(Depag,1982:734).
30
Artinya: Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul,
Maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku (Depag,1982:734).
Ketiga, pada surat Ash-Shaffat menjelaskan bahwa orang-orang
musyrik sebelum diutusnya Rasulullah saw selalu mengatakan, andaikata
mereka mempunyai sebuah kitab pemberi peringatan di antara kitab-kitab
yang telah diturunkan kepada orang-orang dahulu, mereka akan taat,
tercantum pada ayat 168 dan 169.
Artinya: "Kalau Sekiranya di siksi Kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab
yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, (Depag,1982:730).
Artinya: Benar-benar Kami akan Jadi hamba Allah yang dibersihkan (dari
dosa)"(Depag,1982:730).
Sedangkan pada surat Shaad ditegaskan bahwa Al-Quranlah kitab yang
lebih sempurna yang seharusnya mereka taati andaikan mereka jujur dalam
pengakuannya itu terdapat pada ayat 7 dan 8.
Artinya: Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir;
ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-
adakan(Depag,1982:733).
31
Artinya: Mengapa Al Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?"
sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Quran-Ku, dan sebenarnya
mereka belum merasakan azab-Ku (Depag,1982:734).
Kedua surah tersebut, yaitu surat Ash-Shaffat dan surat Shaad saling
melengkapi satu sama lain. Apa yang dibicarakan pada surat sesudahnya,
yaitu surat Ash-Shaffat kemudian dibicarakan pula pada surat Shaad untuk
memperjelaskan, dan apa yang dibicarkan dalam surat Shaad juga sudah
disinggung dalam surat sebelumnya yaitu surat Ash-Shaffat.
Jadi munasabah surah dengan surah yaitu yang pertama surat Yasin
dengan surat Ash-Shaffat adalah pada surat Yasin disebut secara umum
tentang umat-umat yang telah dihancurkan Allah karena ingkar kepada-Nya
sedangkan dalam surat Ash-Shaffat menjelaskannya dengan menyebut
kisah-kisah Nuh as, Ibrahim as, Isa as dengan kaumnya, pada akhir surat
Yasin disebut secara umum keadaan orang-orang mumin dan orang-orang
kafir di hari kiamat sedang surat Ash-Shaffat menjelaskanya, dan pada surat
Yasin disebutkan tentang kekuasaan Allah membangkitkan manusia dan
menghidupkannya kembali, karena Dialah yang menciptakan mereka dan
Dialah yang menghendaki demikian, sedang surat Ash-Shaffat menjelaskan
lebih luas dengan mengemukakan contoh-contoh yang berhubungan dengan
itu.
Kedua, surat Ash-Shaffat dengan surat Shaad yaitu dalam surat Ash-
Shaffat disebutkan kisah para nabi, sedangkan surat Shaad menyebutkan
kisah nabi-nabi yang belum disebutkan pada surat Ash-Shaffat seperti kisah
Daud as dan Sulaiman as dan lain-lain, dalam surat Ash-Shaffat diterangkan
32
bahwa orang-orang musyrik sebelum diutusnya Rasulullah saw selalu
mengatakan andaikata mereka mempunyai sebuah kitab pemberi peringatan
di antara kitab-kitab yang telah diturunkan kepada orang-orang dahulu
mereka akan taat, sedang dalam surat Shaad ditegaskan bahwa Al-Quranlah
kitab yang lebih sempurna yang seharusnya mereka taati andaikan mereka
jujur dalam pengakuannya itu dan dalam surat Ash-Shaffat diterangkan
bahwa sesudah datang kepada orang-orang musyrik Mekkah Al-Quran
yang memberi peringatan tetapi mereka mengingkarinya, sedang dalam
surat Shaad diterangkan sebab-sebab keingkaran mereka.
33
BAB III
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam
Sebagaimana manusia diketahui adalah sebagai khalifah Allah di alam.
Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan
pendidikan terhadap dirinya sendiri, dan manusia pun mempunyai potensi untuk
melaksanakannya. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup dan
kehidupan manusia, dan merupakan tanggung jawab manusia sendiri (Zuharini,
1995: 125).
Pendidikan merupakan term terpenting dan menentukan dalam perubahan
masyarakat. Bahkan Islam sendiri menempatkan pendidikan dalam posisi vital.
Bukan sebuah kebetulan jika dalam lima ayat pertama dimulai perintah membaca.
Tak heran jika dalam syiar yang dikembangkan Nabi Muhammad dilakukan dengan
pendekatan pendidikan ( Rahim, 2001: 4-5 ).
Gagasan utama pendidikan, termasuk pendidikan Islam, terletak pada
pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan,daya
kreatif, dan keluhuran budi. Namun fokusnya bukan semata kemampuan ritual dan
keyakinan tauhid tetapi juga akhlak sosial dan kemanusiaan. Kualitas akhlak pun
tidak bisa di capai hanya dengan doktrin halal-haram tetapi usaha budaya dari
rumah, masyarakat, dan ruang kelas (Mulkhan, 2001: 17)
Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang cukup menarik,
karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga beragam. Perlu
34
diketahui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam pendidikan itu sendiri. Seperti
pengajaran, pembelajaran, pedagogi, pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya.
Semua itu dapat dijumpai dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwarna Islam. Maka
pendidikan yang Islami adalah pendidikan yang berdasar Islam. Dengan demikian,
nilai-nilai ajaran Islam itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses
pendidikan.
Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam itu sendiri terdiri atas
dua kata, yakni pendidikan dan Islam( Mahmud, 2014: 1 ). Dalam kamus
umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan
pe dan akhiran an, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan arti
mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran.
Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogie yang
berarti pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak.
Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos
bersal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Berpijak dari istilah di atas, pendidikan bisa diartikan sebagai bimbingan
yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan
35
masyarakat. Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
education yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Lalu, pengertian Islam itu sendiri adalah Agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammdad SAW, berpedoman pada kitab suci Al-Quran, yang diturunkan ke
dunia melalui wahyu Allah SWT. Agama Islam merupakan sistem tata kehidupan
yang pasti bisa menjadikan manusia damai, bahagia, dan sejahtera (Syafaat dkk,
2008: 11-15).
Pengertian pendidikan Islam sebagaimana yang diungkapkan Dr. Mohamad
Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di Universitas Tunisia) adalah proses yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan
ajarnya (pengaruh dari luar). Esensi pendidikan Islam yang harus dilaksanakan oleh
umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia ke arah
akhlak yang mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh
dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan
kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah. Pendapat beliau
tersebut didasarkan atas firman Allah di dalam al-Quran.
1. Surat al-Rum ayat 30
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Depag, 1982:645).
36
2. Surat al-Nahl ayat 78
Artinya:Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur (Depag, 1982: 413).
Berdasarkan hasil rumusan peserta konnggres se-Dunia ke II tentang
pendidikan Islam dikemukakan bahwa pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan-latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan perasaan dan panca indera. Oleh
karena itu, pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan
manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmani, keilmiahannya, baik secara
individual maupun kelompok serta mendorong aspek-aspek itu kearah kebaikan dan
pencapaian kesempurnaan hidup. Jelaslah bahwa tujuan pendidikan tidak akan
tercapai tanpa melalui proses pendidikan yang dilalui tahap demi tahap dengan
berbagai latihan-latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan, perasaan, dan panca
indera. Dengan kata lain, bahwa seseorang dalam dirinya akan mencapai
kematangan hidup setelah diperoleh melalui pendidikan dengan mengembangkan
aspek-aspek kejiwaan dan kerohanian ( Djumransjah dan Amrullah, 2007: 17-18).
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf mengatakan bahwa pendidikan
Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan peserta didik dengan cara begitu
rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka
terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spiritual
dan sangat sadar akan nilai etis Islam. M. Arifin memandang bahwa, pendidikan
37
Islam adalah suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah ( peserta didik) dengan berpedoman
kepada ajaran Islam. Dan pendidikan Islam merupakan usaha dari orang dewasa
(muslim) yang bertaqwa, yang secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan dan perkembangan fitrah (potensi dasar) peserta didik melalui ajaran
Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Burlian Somad, seperti yang dikutip oleh Djamaluddin dan
Abdullah Aly dalam bukunya kapita selekta Pendidikan Islam, mengatakan
bahwa pendidikan Islam sebagai pendidikan yang bertujuan membentuk individu
menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi
pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah. Sedangkan
Ahmad D. Marimba, melihat bahwa pendidikan Islam adalah suatu konsep yang
berupa bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. dengan
demikian, kemungkinan peserta didik dapat hidup sesuai dengan perkembangan
lingkungan di mana ia berada.
Dan menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam didefinisikan dengan
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Definisi lain menyebutkan bahwa Pendidikan Islam merupakan proses yang
mengarahkan manusia pada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
38
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan fitrah dan kemampuan ajarnya
(pengaruh dari luar).
Sedangkan Yusuf Qardhawi mengatakan pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak
dan ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup,
baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Dan
Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap
perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik
dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah
terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
Azyumardi Azra memberikan statemen yang cukup menukik bahwa
pendidikan Islam bukan hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk
kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan akhirat. Selain itu pendidikan
Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam (Umiarso
dan Makmur, 2010: 39-43). Pengertian di atas dapat didasarkan atas firman Allah di
dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
39
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad al-Toumy al-
Syaibany adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah
yang berlandaskan nilai-nilai Islam atau berderajat tertinggi menurut ukuran Allah.
Perubahan tersebut terjadi dalam proses kependidikan sebagai upaya membimbing
dan mengarahakan kemampuan-kemampuan dasar dan belajar manusia (potensi
hidup manusia), baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitar.
Dari beberapa definisi tentang pendidikan Islam di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Pendidikan Islam sebagai usaha bimbingan ditujukan untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam.
b. Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk
mencapai pertunbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam
proses kependidikan melalui latihan-latihan akal fikiran (kecerdasan),
kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan, serta panca indera dalam seluruh
aspek kehidupan manusia.
c. Bimbingan secara sadar dan terus menurus yang sesuai dengan kemampuan
dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar), baik secara
individual maupun kelompok sehingga manusia mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Ajaran
Islam secara utuh meliputi aqidah (keimanan), syariah (ibadah, muamalah)
40
dan akhlak (budi pekerti). Kesimpulan ini dapat didasarkan pada hadist sebagai
berikut:
() Artinya: Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah
(suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
Majusi (H.R. Bukhari).
Dengan keimanan yang benar memimpin manusia ke arah budi pekerti luhur
(akhlak mulia), dan akhlak mulia memimpin manusia ke arah usaha mendalami
hakikat, dan menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu yang benar memimpin
manusia ke arah amal shaleh (Djumransjah dan Amrullah, 2007: 19-20).
B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dari terminologi pendidikan Islam yang disebutkan, salah satu syarat utama
dalam upaya meneruskan dan mengekalkan nilai kebudayaan dan sebuah
masyarakat adalah dengan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan
alat untuk mencapai suatu tujuan bagi sebuah masyarakat. Agar pendidikan dapat
melaksanakan fungsinya dan serta bermanfaat bagi manusia, maka perlu acuan
pokok yang mendasarinya karena pendidikan merupakan bagian yang terpenting
dari kehidupan manusia yang secara kodrati adalah insan pedagogis, maka acuan
yang menjadi dasar adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup suatu
masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan, maka yang menjadi pandangan
hidup yang Islami adalah nilai yang transenden, universal dan eternal.
Para pemikir muslim membagi sumber atau dasar nilai yang dijadiakan
acuan dalam pendidikan Islam menjadi tiga bagian yaitu: al-Quran, Hadis dan
41
Ijtihad (ijma Ulama). Sebagaimana yang disebutkan secara eksplisit dalam al-
Quran surat an-Nisa ayat 59 yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Depag,1982:128).
Artinya, pada surat an-Nisa ayat 59 tersebut adalah bahwa manusia yang
beriman sebagai objek dari pendidikan ataupun subjek pendidikan harus mentaati
atau berpedoman pada al-Quran dan al-Hadis sebagai acuan normatif dan juga
pada ketetapan pemimpin selama tidak menyimpang dari grand theory universal
yaitu al-Quran dan al-Hadis (Umiarso dan Makmur, 2010: 50-51).
Secara eksplisit, ketiga sumber dasar tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Al-Quran
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan Nabi Muhammad saw
sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan suatu
ibadah dan mendapat pahala.
Pengertian al-Quran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kitab suci
umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw dengan perantara Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan
42
sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia (Syafaat dkk, 2008:
17-18).
Al-Quran merupakan sumber inspirasi dan aktivitas manusia dalam setiap
sendi kehidupannya, yang akan mengantarkan manusia mampu berdialog secara
ramah dengan dirinya sendiri, alam sekitar dan dengan Tuhannya, maka al-
Quran menjadi landasan yang kokoh dan paling strategis bagi orientasi
pengembangan intelektual, spiritual, dan keparipurnaan hidup manusia secara
hakiki (Rosyadi, 2004: 155).
Al-Quran juga dijadikan sumber yang pertama dan utama, karena al-Quran
menurut Dr. Said Ismail Ali didalamnya berisi beberapa keistimewaan dalam
usaha pendidikan manusia, diantaranya:
a. Menghormati akal manusia.
b. Bimbingan ilmiah.
c. Tidak menentang fitrah manusia.
d. Penggunaan cerita-cerita (kisah-kisah) untuk tujuan pendidikan.
e. Memelihara keperluan-keperluan sosial (Djumransjah dan Amrullah,
2007: 63).
Kedudukan al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari ayat al-Quran itu sendiri. Firman Allah:
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
43
2. Hadis atau as-Sunnah
Dasar yang kedua selain al-Quran adalah as-Sunnah Rasulullah. Amalan
yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam proses perubahan hidup sehari-hari
menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah swt menjadikan
Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.
Firman Allah swt surat al-Ahzab ayat 21
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu ....(Depag,1982:670).
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah.
Dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui Rasulullah dan Beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu
berjalan. Sunah merupakan sumber ajaran kedua sesudah al-Quran. Seperti al-
Quran, sunah juga berisi aqidah dan syariah. Sunah berisi petunjuk (pedoman)
untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina
umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu
Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama (Syafaat dkk, 2008: 22).
Untuk memperkuat kedudukan Hadis atau as-Sunnah sebagai sumber atau
dasar inspirasi pendidikan dan ilmu pengetahuan, dapat dilihat dari firman Allah
dalam surat an-Nisa ayat 80 yang berbunyi:
Artinya: Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (Depag,1982:132).
44
Dari ayat di atas dapat di lihat dengan jelas bahwa kedudukan Hadis Nabi
merupakan dasar utama yang dapat dipergunakan sebagai acuan bagi
pelaksanaan pendidikan Islam yang dapat ditiru dan dijadikan refrensi teoritis
maupun praktis. Robert L Gullick, sebagaimana yang di setir oleh Jalaludin
Rahmat, mengakui akan keberadaan Nabi sebagai seorang pendidik yang paling
berhasil dalam membimbing manusia kearah kebahagiaan hidup, baik di dunia
maupun di akhirat, proses yang ditunjukkan dapat dijadikan acuan dasar dalam
pelaksanaan pendidikan Islam (Umiarso dan Makmur,2010: 54).
Konsep dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw, menurut
Ramayulis sebagai berikut:
a. Disampaikan sebagai rahmatan ilalamin
b. Disampaikan secara universal
c. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak
d. Kehadiran Nabi sebagai evaluator atau segala aktivitas pendidikan
e. Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah khasanah) bagi umatnya.
Ada tiga fungsi Sunnah terhadap al-Quran dalam pandangan ahli-ahli
ushul, sebagaimana dijelaskan Muhammad Ajjad al-Khatib dalam Muhammad
Alim sebagai berikut.
a. Sunnah berfungsi mendukung atau menegaskan suatu ketentuan yang
dibawa al-Quran.
b. Sunnah berfungsi memperjelas atau merinci (menafsirkan apa yang telah
digariskan dalam al-Quran
45
c. Sunnah berfungsi menetapkan hukum yang tidak terdapat di dalam al-
Quran (Syafaat dkk, 2008: 23-24).
3. Ijtihad
Salah satu sumber hukum Islam yang valid (muktamad) adalah ijtihad.
Ijtihad ini dilakukan untuk menetapkan hukum atau tuntunan suatu perkara yang
adakalanya tidak terdapat di dalam al-Quran maupun Sunnah. Ijtihad ini
dilakukan untuk menjelaskan suatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak
terdapat keterangan dari al-Quran maupun Sunnah.
Ijtihad adalah pengarahan segala kesanggupan seorang faqih (pakar fikih
Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu melalui dalil
syara (agama). Dalam istilah inilah, ijtihad lebih banyak dikenal dan digunakan,
bahkan banyak para fuqaha (para pakar hukum Islam) yang menegaskan bahwa
ijtihad itu bisa dilakukan di bidang fikih.
Zakiah Daradjat mendefinisikan ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu
berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat
Islam untuk menetapkan atau menetukan sesuatu hukum syariat Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan Sunnah
(Syafaat dkk, 2008: 29).
Dalam meletakkan ijtihad sebagai sumber pendidikan Islam pada dasarnya
merupakan proses penggalian dan penetapan hukum syariah yang dilakukan
oleh para mujtahid muslim dengan menggunakan pendekatan nalar dan
pendekatan-pendekatan lainnya. Secara independen, guna memberikan jawaban
hukum atas berbagai persoalan umat yang ketentuan hukumnya secara syariah
46
tidak terdapat dalam al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad. Oleh karena itu,
lahan analisis kajian ijtihad merupakan lahan kajian yang cukup luas, keluasan
tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang begitu bervariasi dan
dinamis, seirama dengan perkembangan tuntunan ekselerasi zaman termasuk
didalamnya aspek pendidikan sebagai aspek yang tidak dapat di pisahkan dari
kehidupan dinamis manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan
mendesak menjadikan eksistensi ijtihad dalam bidang pendidikan mutlak
diperlukan. Sasaran ijtihad pendidikan tidak saja hanya sebatas bidang materi
atau isi kurikulum, metode, evaluasi dan bahkan sarana dan prasarana, akan
tetapi mencakup seluruh sistem pendidikan terutama pendidikan Islam. karena
media pendidikan merupakan sarana utama untuk membangun pranata
kehidupan sosial dan kebudayaan manusia. Indikasi ini memberikan arti bahwa
maju mundurnya atau sanggup tidaknya kebudayaan manusia berkembang
secara dinamis sangat ditentukan dari dinamika sistem pendidikan yang
dilaksanakan (Umiarso dan Makmur, 2010: 55-56).
C. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah apa yang direncanakan oleh manusia. Letaknya sebagai pusat
perhatian, dan demi merealisasikannyalah dia menata tingkah lakunya dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan (Rosyadi, 2004: 161).
Berbicara tentang tujuan pendidikan, tentunya tidak terlepas dari cara
pandang seseorang terhadap hakikat manusia itu sendiri. Demikian halnya Ibn
47
Khaldun, ketika mengemukakan tujuan pendidikan Islam, pandangannya pun tidak
terlepas dari hakikat manusia sebagaimana yang beliau pahami.
Ibn Khaldun memang tidak menuliskan dalam satu pembahasan tentang
tujuan pendidikan Islam. meskipun demikian, para tokoh pendidikan mencoba
untuk menyimpulkan tujuan pendidikan Islam yang ditawarkan Ibn Khaldun
dengan melacak pemikirannya tentang pendidikan sebagaimana tertuang dalam
kitab Muqaddimah.
Menurut Ramayulis dan Samsul Nizar, tujuan pendidikan Islam yang
ditawarkan oleh Ibn Khaldun bersifat universal dan beraneka ragam. Tujuan
tersebut dapat dilihat dalam tiga hal, yaitu tujuan peningkatan pemikiran, tujuan
peningkatan kemasyarakatan, dan tujuan dari segi rohaniah.
1. Tujuan peningkatan pemikiran
Ibn Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah
memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas. Hal
ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan. Dengan
menuntut ilmu dan ketrampilan, seseorang akan dapat meningkatkan kegiatan
potensi akalnya. Di samping itu, melalui potensinya, akal akan mendorong manusia
untuk memperoleh dan melestarikan pengetahuan. Melalui proses belajar, manusia
senantiasa mencoba meneliti pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi
yang telah diperoleh para pendahulunya. Manusia mengumpulkan fakta-fakta dan
menginvetarisasikan ketrampilan-ketrampilan yang dikuasainya untuk memperoleh
lebih banyak warisan pengetahuan yang semakin meningkat sepanjang masa
sebagai hasil dari aktivitas akal manusia.
48
Mengenai tujuan pertama ini, penulis juga memahami bahwa tujuan
peningkatan pemikiran atau pendidikan intelektual ini sesuai dengan konsepnya
tentang manusia sebagai makhluk berfikir
Atas dasar pemikiran tersebut, maka tepatlah jika dikatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam, menurut Ibn Khaldun, adalah untuk meningkatkan kecerdasan
manusia dan kemampuan berpikir. Pentingnya tujuan untuk meningkatkan
kecerdasan ini berangkat dari konsep Ibn khaldun tentang tingkatan kecerdasan
manusia yang mempengaruhi kesempurnaan eksistensi manusia. Oleh karena itu,
pendidikan mesti diarahkan untuk membekali peserta didik dengan sebagai ilmu
pengetahuan yang dapat meningkatkan kecerdasan akalnya sehingga manusia
menjadi Ihsan al-Kamil.
2. Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Tujuan yang kedua tentang hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Bagi
Ibn Khaldun, ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan hal yang alami di dalam
peradaban manusia. Namun antara pendidikan dengan peradaban memiliki kaitan
yang sangat erat. Menurutnya, aktivitas ilmiah dan pendidikan hanya akan
berkembang di kota-kota dan masyarakat yang memiliki peradaban yang
berkembang pesat. Jika peradaban suatu masyarakat hancur, maka aktivitas ilmiah
pun akan sirna dan berpindah ke kota-kota lain.
Meskipun ilmu pengetahuan dan pendidikan berkembang di tengah-tengah
masyarakat yang berperadaban tinggi, namun di sisi lain Ibn Khaldun juga
berpendapat bahwa masyarakat yang berperadapan itu pun terbentuk karena adanya
peran pendidikan. Beliau menyebutkan, Tampaknya, kelebihan masyarakat
49
berperadaban sebagai akibat polesan tertentu dari keahlian-keahlian dan pengajaran
ilmiah yang mereka terima. Dari pertanyaan tersebut jelaslah bahwa salah satu
tujuan pendidikan Islam ialah membentuk masyarakat yang berperadaban tinggi.
3. Tujuan dari segi rohaniah
Dari segi rohaniah, tujuan pendidikan Islam ialah meningkatkan
kerohanian manusia dengan menjalankan praktik ibadah, zikir, khalwat
(menyendiri) dan mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk
tujuan ibadah sebagaimana yang dilakuakan oleh para sufi (Khaldun, 2012: 57-61).
Selain dari pendapat tersebut, tujuan pendidikan Islam menurut hasil
seminar pendidikan Islam se-Indonesia, tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor,
adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudu luhur menurut ajaran Islam.
Tujuan tersebut didasarkan kepada proposisi bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam (Syafaat dkk, 2008: 33-34).
Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta melatih
mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses
setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu menambah taqwa dan
akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi
dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam (Djumransjah dan Amrullah, 2007: 72).
Oleh karena itu,pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan,
50
dan indera. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua
aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun
bahasanya (secara perorangan maupun secara berkelompok). Dan, pendidikan ini
mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian
kesempurnaan hidup.
Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam QS al-Anam: 162.
Artinya: Katakanlah. Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (Syafaat dkk, 2008: 34).
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan pendidikan Islam
yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil rumusan peserta Kongres pendidikan Islam se Dunia ke II,
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan diri pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan
kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera. Oleh karena itu,
pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia,
baik spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya,
bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-
aspek itu ke arah kebaikan dan ke arah penyempurnaan kesempurnaan hidup.
Dari uraian tadi dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan adalah
meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek-aspek yang ada
sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi
tahap, manusia dapat mencapai kematangan hidup (maturity) setelah
mendapatkan bimbingan dan arahan melalui proses pendidikan.
51
b. Menurut Imam Ghozaly tujuan pendidikan Islam yang hendak di capai
ialah pertama, kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat kepada
Allah. Kedua, kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia
dan akhirat. Karena itu, berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai
tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi.
Jadi, menurut al-Ghozali ada dua tujuan pendidikan yang ingin di capai
sekaligus, yaitu kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri
dalam arti kualitatif kepada Allah swt, serta kesempurnaan manusia yang
bertujuan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Walaupun bentuknya hanya satu
tetapi ibarat pisau bermata dua. Untuk menjadikan insan kamil (manusia
paripurna) tidaklah tercipta dalam sekejap mata, tetapi mengalami proses yang
panjang dan ada prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi diantaranya
mempelajari berbagai ilmu, mengamalkannya, dan menghadapi berbagai
cobaan yang mungkin terjadi dalam proses kependidikan itu.
c. Dr. Muhammad Athiyah al-Abrasyi (seorang ahli pendidikan Mesir)
berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlaqul
karimah adalah tujuan utama pendidikan Islam. para Ulam dan sarjana
Muslim dengan penuh perhatian berusaha menanamkan akhlak mulia yang
merupakan fadilah dalam jiwa anak didik sehingga mereka terbiasa berpegang
kepada moral yang tinggi dan terhindar dari hal-hal yang tercela dan berfikir
secara rokhaniah dan jasmaniah (perikemanusiaan) serta menggunakan waktu
buat belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu keagamaan tanpa memperhitungkan
keuntungan-keuntungan materi (Djumransjah dan Amrullah, 2007: 72-74).
52
d. Pada kajian yang di buat Prof. Abdurrahman an-Nahlawi dalam bukunya,
Dasar-dasar Pendidikan Islam dan Metode-metode Pengajarannya, empat
tujuan umum ditampilkan, yaitu:
1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran. Pendidikan Islam memandang
dengan penuh terhadap pemikiran, renungan dan meditasi. Allah menyuruh
kita untuk memikirkan kejadian langit dan bumi supaya kita bergantung
pada akal kita untuk sampai kepada keimanan yang sempurna kepada
Allah. Dengan ini maka persiapan di antara perkara-perkara terpenting
yang digalakkan oleh Islam.
2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak. Islam
adalah agama fitrah, bahkan ia adalah fitrah yang manusia diciptakan
sesuai dengannya, tidak ada kesukaran dan perkara luar biasa. Islam
memandang bahwa tugas pendidikan adalah menguatkan fitrah kanak-
kanak, menjauhkan diri dari kesesatan, dan tidak menyeleweng dari
kesucian dan kelurusannya.
3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik
mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan kesediaan-kesediaan
manusia. Dan tujuan atau prinsip yang menjadi dasar pendidikan Islam ini,
memberikan kepada kita hasil yang penting, yakni tidak membatasi kerja
pendidik itu pada pendidikan pikiran saja, tapi juga keharusan memberi
perhatian pada segi-segi psikologis kanak-kanak dan kesediaan-
kesediaannya sewaktu timbulnya.
53
e. Menurut Muhammad Quthb, tujuan umum pendidikan Islam adalah manusia
yang taqwa, itulah manusia yang baik menurutnya. Sungguh yang paling mulia
di antara kalian menurut pandangan Allah ialah yang paling tinggi tingkat
ketaqwaannya.
f. Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia hamba Allah. Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan
tujuan-tujuan khusus. Di antar tujuan-tujuan khusus adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada al-Quran, berhubungan
dengannya, membaca dengan baik, memahinya, dan mengamalkan ajaran-
ajarannya.
2) Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam dan
pahlawan-pahlawannya dan mengikuti jejak mereka.
3) Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, menguatkan
perasaan agama, menyuburkan hati mereka dengan kecintaan, zikir dan
taqwa kepada Allah.
4) Membersihkan hati mereka dari dengki, iri hati, benci, kezaliman, egoisme,
tipuan, khianat, nifaq, ragu, perpecahan dan perselisihan (Rosyadi, 2004:
162-172).
Dari beberapa pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan Islam tadi
jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam itu tidak sempit. Tujuan pendidikan Islam
menjangkau seluruh lapangan hidup manusia yang selalu berorientasi kepada
penyerahan diri kepada Allah swt. Jadi, cita-cita dan nilai-nilai yang ingin
diwujudkan oleh pendidikan Islam bukan bersifat aksidental dan insidental tetapi
54
melampaui wawasan duniawi yakni yang bernilai transcendental untuk kebahagiaan
hidup setelah manusia mati (Djumransjah dan Amrullah, 2007: 74).
Jadi tujuan akhir pendidikan Islam adalah membina manusia agar
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara individual maupun secara
komunal dan sebagai umat seluruhnya. Setiap orang semestinya menyerahkan diri
kepada Allah karena penciptaan jin dan manusia oleh Allah adalah untuk menjadi
hamba-Nya yang memperhambakan diri (beribadah) kepada-Nya. Allah swt
menjelaskan hal ini melalui firman-Nya dalam QS Al-Dzariat 56
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku (Depag,1982:862).
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam jika diringkas adalah mendidik
manusia