1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yang berada dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri. Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah) yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks plasma. Fungsi utama sel darah merah adalah pengangkutan hemoglobin, yang selanjutnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah putih merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang cepat dan kuat, sebagian besar diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius sedangkan trombosit untuk pembentukan bekuan darah. (Sherwood. 2011) Proses pembentukan komponen sel darah atau disebut juga dengan Hematopoiesis. Dimana dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair
yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran
antara sel yang berada dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki
sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri.
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga
jenis elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah
putih) dan trombosit (keping darah) yang membentuk suspensi dalam
cairan kompleks plasma. Fungsi utama sel darah merah adalah
pengangkutan hemoglobin, yang selanjutnya mengangkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan. Sel darah putih merupakan unit sistem pertahanan
tubuh yang cepat dan kuat, sebagian besar diangkut secara khusus ke
daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius sedangkan
trombosit untuk pembentukan bekuan darah. (Sherwood. 2011)
Proses pembentukan komponen sel darah atau disebut juga dengan
Hematopoiesis. Dimana dalam proses tersebut terjadi
proliferasi, maturasi, dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Sel-
sel darah merah pada orang dewasa dibentuk di sumsum tulang, yang
membentuk tulang sumbu tubuh. Selama masa perkembangan janin,
hematopoiesis pertama kali terjadi di yolk sack dan kemudian pindah ke
hati dan limpa dan akhirnya ke tulang. Produk sel darah dijaga relatif
konstan, tetapi memiliki kapasitas untuk meningkat apabila kebutuhan
bertambah. Organ-organ yang mampu melakukan hematopoiesis pada
masa janin tetap memiliki kemampuan ini seandainya kebutuhan
menuntut. (Guyton & Hall. 2007)
2
2. Tujuan dan Manfaat
A. Tujuan Umum
Memberikan informasi tentang hematopoiesis yang meliputi
komponen sel darah, pembentukan dan faktor yang mempengaruhinya.
B. Tujuan Khusus
a. Mengetahui macam-macam sel darah.
b. Mengetahui organ yang mereproduksinya.
c. Mengetahui proses pembentukan dan pematangan sel darah.
d. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam hematopoiesis.
3. Manfaat
a. Secara Teoritis
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang hematopoiesis .
b. Secara Praktis
Diharapkan dapat mengerti tentang macam-macam sel darah, organ
yang memproduksi sel darah, proses pembentukan dan pematangan sel
darah dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam hematopoiesis.
.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Macam-Macam Sel Darah Dan Organ Yang Memproduksinya
Sistem hematologi terdiri dari semua sel-sel darah, sumsum tulang
tempat sel-sel tumbuh matang, dan jaringan lomfoid tempat sel darah
disimpan jika tidak bersirkulasi. Sistem hematologi dirancang untuk
membawa oksigen dan nutrisi, mengangkut hormon, membuang produk
sampah, dan menghantarkan sel-sel untuk mencegah infeksi, menghentikan
perdarahan, dan memfasilitasi proses penyembuhan. Darah juga
memungkinkan tubuh memberi makan dan menyembuh-kan dirinya serta
menghubungkan antara bagian bagian tubuh. Darah terdiri dari sekitar 45%
komponen sel dan 55% plasma. Komponen sel tersebut adalah sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Sel darah merah berjumlah 99% dari total komponen sel, dan sisanya 1%
adalah sel darah putih dan platelet. Plasma terdiri dari air 90%, dan 10%
sisanya dari protein plasma, elektrolit, gas terlarut, berbagai produk sampah
metabolisme, nutrien, vitamin, dan kolesterol. Protein plasma terdiri dari
albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin merupakan protein plasma yang
paling banyak dan membantu mempertahankan tekanan osmotik plasma dan
volume darah. Globulin mengikat hormon yang tidak larut dan sisa plasma
lainnya agar dapat larut. Proses ini memungkinkan zat-zat penting terangkut
di dalam darah dari tempat asalnya dibuat ke tempat zat-zat tersebut bekerja.
Sebagai contoh, zat-zat yang dibawa berikatan dengan protein plasma
termasuk hormon tiroid, besi, fosfolipid, bilirubin, hormon steroid globulin
lainnya, imunoglobulin, adalah antibodi yang ada di dalam darah untuk
melawan infeksi. Fibrinogen merupakan komponen penting dalam proses
pembekuan darah. (Guyton & Hall. 2007)
4
1.1 Macam-Macam Sel Darah
Jadi sel-sel darah itu sendiri terbagi atas beberapa sel yaitu :
1) Sel Darah Merah
Konsentrasi hemoglobin dalam sampel darah (gram per 100 mL)
biasanya kira-kira satu pertiga hematokrit. Sel darah merah
dideskripsikan secara klinis menurut ukuran dan jumlah hemoglobin
di dalam sel. Rerata volume korpuskular atau mean corpuscular
volume (MCV) adalah ukuran volume dalam mikrokubik untuk satu
sel darah merah. MCV paling sering digunakan sebagai penanda
apakah sel berukuran normal, kecil atau besar dan digunakan secara
klinis untuk menentukan anemia. (Elizabeth J.C. 2009)
Normositik : sel berukuran normal (MCV 87-103 fL/sdm atau ;
im3/sdm).
Mikrositik : sel berukuran terlalu kecil (MCV<87|im3/sdm).
Makrositik : sel berukuran terlalu besar (MCV >103j.tm3/sdm).
Hipokromik : sel dengan jumlah hemoglobin terlalu sedikit.
Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin normal.
Hiperkromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak.
(Elizabeth J.C. 2009)
1.2 Antigen Sel Darah Merah
Sel darah merah memiliki berbagai macam antigen spesifik yang
terdapat di membran selnya dan tidak ditemukan di sel lain. Antigen-
antigen ini diberi nama A dan B, dan Rh. (Elizabeth J.C. 2009)
Macam-macam antigen yaitu :
1) Antigen ABO
Setiap individu memiliki dua alel (gen), masing-masing
mengkode antigen A atau B, atau tidak keduanya, yang diberi nama
O. Satu alel diterima dari masing-masing orang tua. Antigen A dan B
bersifat ko-dominan. Individu yang memiliki antigen A dan B (AB)
akan memiliki darah (golongan) AB. Individu yang memiliki dua
5
antigen A (AA), atau satu A dan satu O (AO), akan memiliki darah
A. Individu yang memiliki dua antigen B (BB), atau satu B dan satu
O (BO), akan memiliki golongan darah B. Individu yang tidak
memiliki kedua antigen (OO) akan memiliki darah O. Individu yang
memiliki darah golongan AB dapat menerima golongan darah A, B,
atau O. Akan tetapi, respons imun akan terbentuk jika individu tanpa
antigen A atau antigen B terpajan antigen tersebut selama transfusi
darah. Antigen Rh adalah kelompok antigen utama lainnya pada sel
darah merah yang juga diwariskan dari masing-masing orang tua.
Antigen Rh utama disebut faktor Rh. Individu yang memiliki antigen
Rh dianggap Rh positif (Rh+). Individu yang tidak memiliki antigen
Rh dianggap Rh negatif (Rlr). Gen Rh positif bersifat dominan.
Dengan demikian, individu harus memiliki dua faktor negatif Rh
agar menjadi Rh negatif. Individu yang Rh positif akan
menerima darah Rh negatif. (Guyton & Hall. 2007)
2) Hemoglobin
Hemoglobin terdiri dari materi yang mengandung besi yang disebut
hem dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin
dalam satu sel darah merah. Setiap molekul hemoglobin memiliki
empat tempat pengikatan untuk oksigen. Oksigen yang terikat dengan
hemogoblin disebut oksihemoglobin. Keempat cabang hemogoblin
dalam sel darah merah dapat mengikat oksigen sebagian atau
seluruhnya. Hemoglobin dalam sel darah merah dapat mengikat oksi-
gen sebagian atau seluruhnya di keempat tempatnya. Hemoglobin
yang jenuh mengikat oksigen secara penuh atau total, sedangkan
hemoglobin yang jenuh parsial atau mengalami deoksigenasi memiliki
saturasi kurang dari 100%. (Elizabeth J.C. 2009)
6
1.3 Struktur dan Fungsi Normal Eritrosit
Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonkaf tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 urn, tebal bagian tepi 2 um dan
ketebalannya berkurang di bagian tengah menjadi hanya 1 mm atau
kurang. Karena lunak dan lentur maka selama melewati mikrosirkulasi
sel-sel ini mengalami perubahan konfigurasi. Stroma bagian luar
membran sel mengandung antigen golongan darah A dan B serta faktor
Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama SDM
adalah hemoglobin protein (Hb), yang mengangkut sebagian besar
oksigen (O2) dan sebagian kecil fraksi karbon dioksida (CO2) dan
mempertahankan pH normal melalui eritrosit. (Silvia A.P. 2005)
1.4 Sel Darah Putih
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel progenitor.
Pada proses diferensiasi selanjutnya, sel-sel progenitor menjadi golong-
an yang tidak bergranula yaitu, limfosit T dan B, monosit, dan makrofag,
atau golongan yang bergranula yaitu, neutrofil, basofil, dan eosinofil.
Peran sel darah putih adalah untuk mengenali dan melawan
mikroorganisme pada reaksi imun, dan untuk membantu proses pe-
radangan dan penyembuhan. Trombosit, yang merupakan fragmen sel
sumsum tulang, berperan penting dalam proses pengendalian per-
darahan. Selain itu, sel-sel ini sering bekerja sama dengan sel darah putih
dalam proses peradangan dan penyembuhan. (Elizabeth J.C. 2009)
1.5 Jenis Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit terdiri dari berbagai jenis yaitu :
1. Limfosit B dibentuk di dalam sumsum tulang kemudian bersirkulasi
dalam darah sampai menjumpai antigen yang telah diprogram untuk
mengenali antigen tersebut. Pada tahap ini, limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan
antibodi. (Elizabeth J.C. 2009)
7
2. Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang selama
migrasi menuju ke timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini
bersirkulasi dalam darah atau disimpan dalam jaringan limfatik
sampai bertemu dengan antigen-antigen yang mereka telah diprogram
untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigen, sel-sel ini
menghasilkan zat kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan
memberi informasi ke sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi
infeksi. (Elizabeth J.C. 2009)
3. Monosit dibentuk di sumsum tulang, dan masuk ke dalam sirku-lasi
dalam bentuk imatur. Di area terjadinya cedera atau infeksi, monosit
meninggalkan darah dan mengalami proses pematangan menjadi
makrofag setelah masuk ke jaringan. (Elizabeth J.C. 2009)
4. Makrofag dapat tetap tersimpan di dalam jaringan, atau digunakan
dalam reaksi peradangan segera setelah sel ini matang(Elizabeth J.C.
2009)
5. Neutrofil, basofil, dan eosinofil adalah sel-sel darah putih bergranular
yang membantu respons peradangan. Makrofag, neutrofil, basofil
dan eosinofil berfungsi sebagai fagosit, yaitu sel yang mencerna dan
menghancurkan mikroorganisme dan sel debris yang berakumulasi.
Meskipun fungsi basofil belum jelas, basofil bekerja seperti sel mast
yang mengeluarkan peptida vasoaktif, yang menstimulasi
respons infiamasi. (Elizabeth J.C. 2009)
1.6 Struktur dan Fungsi Normal Leukosit
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau
sel darah putih (SDP). Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari
4000 sampai 10.000/mm3. Lima jenis sel darah putih yang sudah
diidentifikasikan dalam darah perifer adalah (1) neutrofil (50% sampai
75% SDP total), (2) eosinofil (1% sampai 2%), (3) basofil (0,5% sampai
1%), (4) monosit (6%), dan (5) limfosit (25% sampai 33%). (Underwood,
2006)
8
Neutrofil, eosinofil, dan basofil disebut juga granulosit, artinya sel
dengan granula dalam sitoplasmanya. Diameter granulosit berkisar dari
10 sampai 14 nm, identifikasi bergantung pada afinitas granula tersebut
terhadap zat warna tertentu. Sel yang granulanya memiliki afinitas eosin,
yang berwarna merah sampai merah jingga, disebut eosinofil, sedangkan
sel yang memiliki afinitas zat warna biru atau basa disebut basofil.
Granula neutrofil yang juga disebut neutrofil segmen atau leukosit
polimorfonuklear (PMN), mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna
basa atau eosin, dan memberi warna biru atau merah muda pucat yang
dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda. Ketiga jenis
granulosit kelihatannya berasal dari sel induk pluripotensial dalam
sumsum tulang. (Underwood. 2006)
Walaupun semua mekanisme regulator untuk diferensiasi dan
pematangan sel darah putih serta semua sel turunannya belum
sepenuhnya dimengerti, tetapi identifikasi beberapa faktor perangsang
koloni (CSF) atau faktor pertumbuhan hematopoietik telah menjelaskan
proses tersebut. CSF adalah glikoprotein yang berasal dari sel yang
tergolong dalam kelompok regulator sel darah putih. (Underwood. 2006)
Diferensiasi, pematangan dan pelepasan monosit terjadi lebih dari
24 hari, suatu periode yang lebih lama dari granulosit. Monosit
meninggalkan sirkulasi dan menjadi makrofag jaringan serta merupakan
bagian dari sistem monosit-makrofag. Umur monosit adalah beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Monosit memiliki fungsi fagosit,
membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan
mikroorganisme (seperti pada endokarditis bakterial). (Underwood.
2006)
Limfosit adalah leukosit mononuklear lain (mono-morfonuklear)
dalam darah, yang memiliki inti bulat atau oval yang dikelilingi oleh
pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit
granula. Bentuk kromatin inti sarat dengan jala-jala yangberhubungan di
dalam. Limfosit bervariasi dalam ukuran dari kecil (7 sampai 10 urn)
sampai besar, seukuran granulosit dan tampaknya berasal dari sel induk
9
pluripotensial di dalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien, timus dan permukaan
mukosa traktus gastrointestinal dan traktus respiratorius. Terdapat dua
jenis limfosit mencakup limfosit T bergantung timus, bukan berarti
pengaruh sel T hanya dipengaruhi oleh timus, tetapi timus disini hanya
sebagai organ target dari sel T, pada awalnya sel T terbentuk di sumsum
tulang tapi setelah berumur dewasa timus akan menghilang dengan
sendirinya dan sel T masuk ke sirkulasi dan ke jaringan limfoid untuk
membantu peran leukosit dalam proses membunuh kuman-kuman
penyakit serta sebagai respon terhadap reaksi alergi. Limfosit T
bermigrasi dari kelenjar timus ke jaringan limfoid lain. Sel-sel ini secara
khas ditemukan pada korteks kelenjar getah bening dan lembaran limfoid
periarteriola dari pulpa putih lien. Limfosit B tersebar dalam folikel-
folikel kelenjar getah bening, lien dan pita-pita medula kelenjar getah
bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular
melalui pembentukan sel yang reaktif antigen, sedangkan limfosit B, jika
dirangsang dengan semestinya akan berdiferensiasi menjadi sel-sel
plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab
atas respons kekebalan. (Underwood. 2006)
1.7 Trombosit
Trombosit adalah jasad kecil bergranula dengan diameter 2
sampai 4 p.m. Jumlahnya sekitar 300.000/uL darah dan pada keadaan
normal mempunyai waktu paruh sekitar 4 hari. Megakariosit, yaitu sel
raksasa di dalam sumsum tulang, membentuk trombosit dengan cara
mengeluarkan sedikit sitoplasma ke dalam sirkulasi. Sekitar 60-75
trombosit yang telah dilepas dari sumsum tulang berada di dalam
peredaran darah, sedangkan sisanya sebagian besar terdapat di dalam
limpa. Tindakan pengangkatan limpa (splenektomi) mengakibatkan
peningkatan hitung trombosit (trombositosis). Trombosit mempunyai
cincin mikrotubulus di sekeliling tepinya serta invaginasi (lekukan)
membran yang luas dilengkapi dengan sistem saluran kompleks yang
10
berhubungan dengan cairan ekstraseluler. Membran selnya
mengandung reseptor untuk kolagen, faktor dinding pembuluh
fibrinogen. Sitoplasmanya mengandung aktin, miosin, glikogen,
lisosom dan 2 macam granula: (1) granula padat, mengandung
senyawa nonprotein yang akan disekresikan sebagai respons terhadap
pengaktifan trombosit, mencakup serotonin, ADP serta adenin
nukleotida lainnya dan grunulanya, mengandung protein sekresi sclain
hidrolase lisosom. Termasuk dalam protein tersebut adalah faktor
pembekuan dan faktor pertumbuhan asal trombosit (platelet-derived
growth factor, PDGF). PDGF juga dibentuk oleh makrofag dan sel
endotelium. Senyawa ini merupakan senyawa yang tersusun dari
polipeptida subunil A dan B. Ditemukan baik senyawa bentuk
homodimer (AA dan BB maupun heterodimer (AB). PDGF merangsang
penyembuhan luka dan merupakan mitogen kuat bagi otot polos
pembuluh darah. Baik trombosit maupun dinding pembuluh darah
mengandung fibrinogen, yang di samping berperan pada proses adhesi,
juga mengendalikan kadar faktor pembekuan dalam sirkulasi.
(William F.G. 2008)
Produksi trombosit dikendalikan oleh faktor perangsang koloni
yang mengatur produksi megakariosit, serta trombopoietin, suatu
faktor protein dalam sirkulasi. Faktor ini memudahkan pematangan
megakariosit dan dihasilkan di hati dan ginjal. Trombosit mempunyai
reseptor trombopoietin. Akibatnya, apabila jumlah trombosit rendah,
hanya sedikit trombopoietin yang diikat, dan lebih banyak yang
tersedia untuk me-rangsang pembentukan trombosit. Sebaliknya,
apabila jumlah trombosit banyak, banyak yang terikat dan hanya sedikit
trombopoietin tersedia, menimbulkan adanya pengaturan umpan baik
dalam produksi trombosit. Bagian ujung amino molekul trombopoietin
memiliki aktifitas perangsangan trombosit, sedangkan bagian ujung
karboksil mengandung sejumlah besar residu karbohidrat dan terkait
dengan ketersediaan hayati (hioavailability) molekul tersebut. Untuk
maksud pengobatan, bagian ujung amino diproduksi dengan cara
11
teknik rekombinan serta konjugasi dengan glikol polietilen (PEG),
yang sangat meningkatkan aktifitasnya. (William F.G. 2008)
1.8 Plasma
Bagian cairan dari darah, yaitu plasma, merupakan suatu larutan
yang luar biasa, mengandung banyak sekali molekul anorganik, dan
molekul organik yang sedang diangkut ke bagian-bagian tubuh atau
membantu transpor zat-zat lain. Volume plasma berkisar sekitar 5%
dari berat badan, atau setara 3500 mililiter pada seorang pria 70 kg.
Kalau darah lengkap di karenakan menggumpal dan gumpalannya
diambil, cairan sisanya disebut serum. Serum pada dasarnya
mempunyai komposisi yang sama dengan plasma kecuali pada
kandungan fibrinogen dan faktor pembekuanya. Serum juga
mempunyai kandungan serotonin yang lebih tinggi dibandingkan
plasma, karena terjadi pemecahan trombosit selama proses
penggumpalan. Kadar normal macam zat di dalam plasma dibahas dalam
bab mengenai sistem yang menangani zat-zat yang terkandung di
dalam serum. (William F.G. 2008)
Protein plasma terdiri dari fraksi-fraksi albumin, globulin,
dan fibrinogen. Fraksi globulin dibagi menjadi banyak komponen.
Satu klasifikasi membaginya menjadi globulin, albumin serta fibrinogen,
struktur protein yang sesungguhnya lebih rumit dibandingkan apa
yang diperlihatkan dalar ilustrasi maupun penjelasan tersebut, tetapi
dapat membantu untuk memperlihatkan ukuran dan bentuk relatif
satu molekul lain terhadap yang lainya serta terhadap molekul lain
seperti glukosa. (William F.G. 2008)
1.9 Organ Yang Memproduksi Sel Darah
Produksi sel darah terjadi di organ-organ dibawah ini, yaitu :
1) LIMPA
Limpa adalah organ kecil yang terletak di rongga abdomen kiri
atas. Organ ini dianggap sebagai organ limfoid sekunder,
12
berlawanan dengan sumsum tulang dan timus sebagai organ
limfoid primer. Seperti semua organ limfoid, limpa terlibat dalam
pembentukan atau penyimpanan darah. (Elizabeth J.C. 2009)
Limpa adalah tempat hematopoiesis di dalam janin. Setelah
lahir, limpa mengandung makrofag jaringan dan agregat limfosit.
Limpa diperdarahi dengan baik oleh sel pembuluh darah yang
merupakan cabang arteri splenika (lienalis), yang merupakan
cabang dari aorta abdominalis. Susunan vaskular limpa yang rumit
mengandung mikroorganisme, sel-sel mati, dan sisa debris lainnya
yang telah dihancurkan makrofag dan limfosit. Setelah mengalir
melalui jaringan kapiler limpa, pembuluh darah menyatu kembali
menjadi venula dan darah dialirkan ke hati melalui sistem aliran
darah porta hepatica. (Elizabeth J.C. 2009)
Sewaktu darah melewati limpa, makrofag yang terdapat di
sana bekerja sebagai fagosit untuk membersihkan darah dari sel
debris (termasuk sel darah merah yang lisis) dan mencerna