Top Banner
METABOLISME ENERGI Nama Kelompok A5 : 1. Alocitta Anindyanari 021411131057 2. Qonita Azahrah D 021411131058 3. Fridianty Anggraeni 021411131060 4. Fadilatul Rohmah 021411131061 5. Nabila Anjani Y 021411131062 6. Urfa Aprilia Aksyan 021411131063 7. Naztasya Claudia P 021411131064 8. Rizza Dwi Prasetya 021411131065 9. Secondini Hillary 021411131066 10. Janery Fidelia A 021411131067 11. Nisrina Qurrota A 021411131068 12. I Dewa Agung W G 021411131072 13. Tamima Izzat N 021411131074 14. Bagus Susanto PLN 021411131075 15. Levina Azaria W 021411131091 16. Hazimi Ismail 021311133019 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2015
18

Metabolisme Energi A5

Oct 01, 2015

Download

Documents

FAAL
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • METABOLISME ENERGI

    Nama Kelompok A5 :

    1. Alocitta Anindyanari 021411131057

    2. Qonita Azahrah D 021411131058

    3. Fridianty Anggraeni 021411131060

    4. Fadilatul Rohmah 021411131061

    5. Nabila Anjani Y 021411131062

    6. Urfa Aprilia Aksyan 021411131063

    7. Naztasya Claudia P 021411131064

    8. Rizza Dwi Prasetya 021411131065

    9. Secondini Hillary 021411131066

    10. Janery Fidelia A 021411131067

    11. Nisrina Qurrota A 021411131068

    12. I Dewa Agung W G 021411131072

    13. Tamima Izzat N 021411131074

    14. Bagus Susanto PLN 021411131075

    15. Levina Azaria W 021411131091

    16. Hazimi Ismail 021311133019

    Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

    2015

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami

    panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

    dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan praktikum faal

    yang berjudul Indera Rasa Kulit.

    Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan

    bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatannya.Untuk itu kami tidak

    lupa menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Harlina Soetjipto, dr., MS

    2. Anis Irmawati, drg., M.Kes

    Selaku Instruktor dosen topik Metabolisme Energi, perevisi, dan semua pihak yang

    telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.

    Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada

    kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan

    lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin

    memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan ini.

    Akhirnya kami mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil hikmah dan

    manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi terhadap pembaca.

    Surabaya, 3 maret 2014

    Kelompok A5

  • 3

    DAFTAR ISI

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Teori ...4

    1.2 Masalah ...5

    1.3 Tujuan ..5

    2. METODE KERJA

    2.1 Alat ..6

    2.2 Tata Kerja.7

    3. HASIL..10

    4. PEMBAHASAN

    4.1 Diskusi Hasil..12

    4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan..14

    5. DAFTAR PUSTAKA .18

  • 4

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Teori

    Metabolisme merupakan proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh dan dilakukan

    oleh makhluk hidup. Metabolisme yang diukur terjadi tidak hanya pada suatu daerah tertentu

    saja pada tubuh, melainkan metabolisme yang terjadi pada seluruh sel-sel tubuh. Proses

    metabolisme terjadi melalui serangkaian tahapan-tahapan reaksi yang saling berkelanjutan,

    meliputi proses katabolisme (penguraian) dan anabolisme (sintesis) yang melibatkan enzim.

    Metabolisme merupakan suatu proses yang vital agar makhluk hidup dapat menjaga

    kelangsungan hidupnya. Reaksi-reaksi metabolisme menghasilkan energi berupa ATP dan

    panas. Tingkat aktifitas metabolisme ini dapat dinilai dengan melihat besarnya panas yang

    dilepaskan badan atau melihat besarnya pemakaian oksigen.

    Derajat metabolisme sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kerja orang yang

    bersangkutan. Adanya perbedaan aktivitas kerja pada setiap individu maka diperlukan

    keadaan standar atau basal sehingga metabolisme antara satu individu dengan individu lain

    dalam kelompoknya dapat dibandingkan. Keadaan ini memerlukan syarat-syarat.

    Dengan adanya syarat-syarat ini, dalam praktikum ini tidaklah dapat dikatakan bahwa

    subjek coba dalam keadaan basal, namun hanya dalam keadaan istirahat. Namun, akan tetap

    diukur metabolisme subjek coba yaitu dengan cara pengukuran oksigen yang dikeluarkan

    yang nantinya akan dilihat dari grafik spirometer. Grafik spirometer akan memudahkan

    penghitungan Basal Metabolic Rate (BMR), yaitu produksi panas per satuan waktu pada

    orang yang dalam keadaan basal. Perbandingan metabolisme basal seseorang dan angka

    normalnya akan dinyatakan dalam besar penyimpangan metabolisme basal seseorang dari

    harga standar kelompoknya dan dinyatakan dalam bentuk persen. Penyimpangan dari 2 daftar

    nilai baik itu Aub Du Bois maupun Fleisch tersebut dapat bersifat positif atau negatif.

    Penyimpangan positif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas metabolisme seseorang dan

    sebalinya penyimpangan negatif menunjukkan adanya penurunan aktivitas metabolisme.

    Penyimpangan tersebut merupakan dasar diagnosa penyakit maupun kelainan yang terjadi

    dalam tubuh, dasar penentuan kebutuhan tambahan kalori seseorang, dan lain sebagainya.

  • 5

    1.2 Masalah

    1. Bagaimana cara menghitung besar metabolisme basal serta bagaimana hasil dan

    kesimpulannya?

    2. Apakah manfaat menghitung BMR dan bukan Metabolic Rate saja?

    3. Bagaimana cara menghitung BMR dengan rumus Reed?

    4. Apa saja faktor-faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran

    BMR?

    1.3 Tujuan

    1. Menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal subjek.

    2. Mempelajari perlunya menghitung BMR dan bukan hanya Metabolic Rate saja.

    3. Menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan rumus Reed:

    B.M.R = 0,75{(frekuensi nadi) + 0,74 (tekanan nadi)} -72.

    4. Mempelajari pengaruh faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi hasil pengukuran

    BMR.

  • 6

    2. METODE KERJA

    2.1 Alat

    1. Alat spirometer

    2. Alat pencatat suhu ruang

    3. Alat pencatat tekanan udara (barometer)

    4. Pipa mulut (mouth piece) dan penjepit hidung

    5. Timbangan dan pengukur tinggi badan

    6. Tabel nomogram Aub Du Bois

    7. Tabel tekanan uap jenuh

    8. Tempat tidur

    9. Termometer

    Gambar 1. Alat spirometer Gambar 2. Barometer Gambar 3. Mouth piece

    Gambar 4. Penjepit hidung Gambar 5. Timbangan Gambar 6. Tabel nomogram

    & pengukur tinggi badan Aub Du Bois

  • 7

    Gambar 7. Tabel Tekanan Gambar 8. Termometer

    uap jenuh

    2.2 Tata Kerja

    Pemeriksaan Metabolisme Basal :

    1. Pemeriksaan secara tak langsung dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.

    Spirometer merupakan jenis kalorimetri tertutup dimana hawa inspirasi dan ekspirasi

    ditampung dalam satu sungkup. CO2 dihilangkan dengan pengikat gas CO2 oleh soda

    lime. Penurunan tabung sungkup dari awal menunjukkan besarnya pemakaian oksigen

    2. Persiapan subyek

    a. Catat: nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa dan pekerjaan

    b. Hitung luas badan subyek dengan cara mengukur tinggi dan berat badan,

    selanjutnya dengan menggunakan Nomogram Aub Du Bois

    c. Subyek istirahat tenang minimal setengah jam dengan berbaring diatas kasur

    3. Persiapan alat-alat :

    a. Catat suhu ruang dan tekanan udara yang terbaca pada barometer

    b. Spirometer

    - Bilas sungkup 2-3 dengan udara atmosfir dengan cara menekan ke

    bawah dan menarik ke atas sungkup. Pastikan terlebih dahulu kran

    pengatur aliran udara pada ujung pipa dalam keadaan terbuka agar

    sungkup dapat ditekan dan ditarik

    - Periksa soda lime, apakah sudah mengalami kejenuhan dengan cara

    melihat perubahan warnanya

    - Periksalah pipa-pipa aliran udara terpasang dengan benar, hawa

    ekspirasi keluar melewati soda lime masuk ke dalam sungkup

    - Isi sungkup dengan oksigen melalui kran pengisi oksigen. Perhatikan

    kran pengatur aliran udara pada ujung pipa napas dalam keadaan

    tertutup

    - Pasang kertas pada drum (tromol)

  • 8

    - Isi tinta penulis (jika perlu)

    - Pasang pipa mulut (mouth piece) yang telah disterilkan

    - Hubungkan arus listrik dan periksalah jalannya tromol. Gunakan

    kecepatan paling rendah

    4. Jalannya pemeriksaan

    a. Setelah istirahat, ukurlah suhu tubuh, frekuensi nadi, tekanan darah serta

    frekuensi pernafasan. Pastikan subyek dalam keadaan betul-betul tenang

    b. Pasanglah pipa mulut pada subyek, kemudian jepitlah hidungnya dengan

    penjepit hidung. Biarkan subyek membiasakan diri dengan alatnya (masih

    bernafas dengan udara luar)

    c. Setelah pernafasan teratur jalankan tromol pencatat, bukalah kran pengatur

    aliran udara sehingga subyek bernafas dengan udara dalam spirometer

    d. Periksalah pipa mulut, jangan sampai ada kebocoran gas melalui mulut

    maupun hidung

    e. Ukurlah kembali frekuensi nadi, frekuensi pernafasan pada pertengahan

    percobaan

    f. Catat suhu spirometer, ini adalah suhu udara dalam spirometer

    g. Lanjutkan percobaan sampai didapat grafik yang teratur dalam 6 menit

    h. Setelah selesai, lepaskan semua alat dari subyek

    i. Hitung kembali frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan subyek setelah

    percobaan

    j. Lepaskan kertas grafik dari tromol

    k. Untuk menghitung pemakaian oksigen buatlah garis lurus yang banyak

    menyinggung titik ujung akhir ekspirasi dari grafik yang didapat. Besarnya

    pemakaian oksigen diperhitungkan dari tingginya kenaikan grafik selama 6

    menit

  • 9

    Gambar 9. Pengukuran Gambar 10. Pemasangan Gambar 11. Pemasangan

    frekuensi nadi Mouth piece Penjepit hidung

    Gambar 12. Menyalakan Tromol pencatat

    5. Cara penghitungan

    a. Jumlah pemakaian O2 selama 6 menit dalam ATPS (liter) :

    V1 = tingggi kenaikan grafik (mm) x 10 mm x 30 mm

    1000

    b. Jumlah pemakaian O2 selama 6 menit dalam STPD (liter):

    V2 = Jumlah pemakaian O2 dalam ATPS x (tekanan barometer - tekanan uap jenuh) x 273 K

    760 mmhg x (suhu spirometer + 273 K)

    c. Jumlah pemakaian O2 tiap jam

    V2 x 60 menit

    6 menit

    d. Metabolisme rate (kcal/m2/jam)

    RQ = 0,82 (1 liter O2 = 4,825 kcal)

    MR = jumlah pemakaian O2 tiap jam x 4,825

    Luas badan

    e. BMR (basal metabolic rate)

    BMR = BMR subyek x 100 %

    BMR = (MR - metabolisme baku Aub du Bois/Fleisch) x 100 %

    40

  • 10

    BAB III

    HASIL

    DATA:

    Nama Subyek : Nabila Anjani Yovanka

    Umur : 18 tahun

    Jenis Kelamin : perempuan

    Pekerjaan : Mahasiswa

    Tinggi badan : 155,3 cm Suhu Spirometer : 26

    Berat badan : 49 kg Tekanan Barometer : 761 mmHg

    Luas badan : 1,45 m Tekanan Uap Jenuh : 25 mmHg

    Suhu tubuh : 36,4

    Frekuensi Nadi:

    - Permulaan : 98/menit

    - Pertengahan : 90/menit

    - Akhir : 80/menit

    Frekuensi Pernapasan:

    - Permulaan : 24/menit

    - Pertengahan : 20/menit

    - Akhir : 17/menit

    Perhitungan:

    Banyaknya pemakaian oksigen selama 6 menit (ATPS) :

    tinggi grafik : 6,7 cm 67 mm

    V = 67 30 = 2,010 ml = 2,01 liter ATPS

  • 11

    Gambar 13. Hasil Rekaman Grafik Spirometer

    Banyaknya pemakaian oksigen selama 6 menit (STPD) :

    V2 = V1. ( tekanan barometer - tekanan uap jenuh ) . 273

    760 273 + suhu

    = 2,01 . ( 762 25 ) . 273 760 273 + 26

    = 2,01 . 736 . 273

    760 299

    = 1,78 liter STPD

    Banyaknya pemakaian oksigen selama 1 jam :

    60 menit . V2 = 10 1,78 = l7,8 liter STPD

    6 menit

    Metabolisme rate :

    = (V2 . 10) 4,825 = 17,8 4,825 = 59,2 kcal/m/jam

    luas tubuh 1,45

    Basal Metabolic Rate (BMR) :

    BMR = metabolisme rate - metabolisme standar = 59,2 - 40 = 0,48 kcal/m/jam

    metabolisme standar 40

    = 48%

  • 12

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Diskusi Hasil

    Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan metabolisme energi. Namun sebelum

    melakukan percobaan, terlebih dahulu identitas mahasiswa coba dicatat meliputi; nama,

    umur, jenis kelamin, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, luas badan, suhu tubuh, suhu

    spirometer, tekanan barometer, tekanan uap jenuh, dan tekanan darah. Percobaan

    metabolisme energi ini untuk menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal, yang

    biasa disebut Basal Metabolic Rate (BMR). Yang dimaksud dengan Basal Metabolic Rate

    (BMR) pada hakekatnya ialah produksi panas per satuan waktu pada orang yang dalam

    keadaan basal. Basal Metabolic Rate (BMR) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

    1. Besar dan luas permukaan tubuh:

    Orang yang bertubuh besar dan berbadan berat mempunyai jaringan aktif dan luas

    badan lebih banyak dari orang yang tubuhnya kecil dan ringan. Misalnya dua orang yang

    mempunyai berat badan yang sama tetapi yang satu lebih tinggi maka orang ini memiliki

    proporsi jaringan aktif yang lebih banyak dan luas permukaan badan lebih besar daripada

    yang lebih pendek, sehingga BMR-nya juga lebih besar.

    2. Jenis kelamin:

    Orang perempuan umumnya mempunyai jaringan lemak (tak aktif) lebih banyak

    dibandingkan dengan orang laki-laki yang berat dan besarnya sama, disini menimbulkan

    lebih rendahnya BMR. Umumnya wanita mempunyai energi basal 10% lebih rendah daripada

    laki-laki.

    3. Umur:

    Intensitas kerja internal orang muda lebih besar daripada orang tua. Bayi mempunyai

    denyut jantung, kembang kempisnya paru-paru, dan proses oksidasi lebih cepat dibandingkan

    dengan orang dewasa. BMR mencapai tingkatan tertinggi umur 1-2 tahun dan setelah itu

    menurun. Pada umur dewasa, BMR terus menurun sampai usia tua sehubungan dengan makin

    kendornya tonus otot yang merupakan jaringan aktif. Hasil penelitian Harris & Benedict

    menunjukkan bahwa pada laki-laki dewasa tiap tahun energi metabolisme basal turun 7-15

    kalori dan wanita 2-3 kalori.

  • 13

    4. Keadaan emosi dan mental:

    Pengaruh faktor emosi dan mental terhadap BMR yang terpenting melalui tonus otot.

    Perasaan takut dan marah menyebabkan tonus lebih tinggi sehingga keperluan energi pun

    lebih banyak. Menurut Benedict, pengaruh kegiatan mental dapat menaikkan BMR sebesar

    4%.

    5. Makanan:

    Ketika seseorang makan, otot kawasan gastrointestinal meningkatkan kecepatan

    kontraksinya, cel yang membuat dan mengsekresikan asam lambung memulai tugasnya, dan

    beberapa nutrient diabsorpsi dengan transport aktif. Kecepatan dari aktivitas ini memerlukan

    energi dan produksi panas, yang disebut dengan Efek panas makanan atau thermic effect of

    food (TEF) dan sering disebut juga Specific Dynamic Activity (SDA). SDA ini adalah jumlah

    energi yang digunakan untuk pencernaan, penyerapan dan pemanfaatan konsumsi makanan.

    Semakin banyak jaringan lemak dalam tubuh maka BMR yang tercatat semakin

    rendah/semakin lambat. Sebaliknya, semakin sedikit jaringan lemak yang berada dalam tubuh

    seseorang maka semakin tinggi BMR yang didapatkan. Kenaikan minimum yang diakibatkan

    dari proses pencernaan pada penghitungan metabolic rate pada manusia adalah 25%.

    6. Sekresi Hormon:

    Hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid mempunyai efek mempercepat

    proses oksidasi dalam tubuh. Sekresi tiroksin yang berlebihan mengakibatkan BMR

    meningkat sampai 75% dan sebaliknya apabila sekresi terlalu sedikit BMR dapat turun

    sampai 30%. Hormon adrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal juga mempunyai

    pengaruh seperti tiroksin tapi kurang kuat. Sekresi hormon adrenalin dapat dirangsang oleh

    adanya peraaan tegang, emosi/marah, terkejut, gembira dan perasaan-perasaan lainnya.

    7. Obat-obatan

    8. Suhu

    Suhu sangat berpengaruh terhadap tingkat metabolisme, suhu yang tinggi akan

    menyebabkan aktivitas yang dapat menyebabkan molekul-molekul semakin tinggi karena

    energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara satu molekul

    dengan molekul yang lain semakin besar pula. Akan tetapi,kenaikan aktivitas metabolisme di

    dalam tubuh hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.

    Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim yang memiliki suhu

    optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau suhu tubuh meningkat atau menurun

    drastis, enzim, enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya

  • 14

    Pemeriksaan metabolisme basal pada subyek dapat dilakukan secara langsung

    maupun tidak langsung. Pemeriksaan secara tidak langsung yaitu mengukur konsumsi

    oksigen dalam waktu tertentu dengan menggunakan alat spirometer. Prinsip dalam

    pemeriksaan secara tidak langsung ini ialah 95% metabolisme sel terjadi secara aerobik. Pada

    dasarnya, spirometer termasuk jenis kalorimeter tertutup dimana hawa inspirasi dan ekspirasi

    ditampung dalam satu sungkup. Spirometer mengandung air yang diisikan pada tabung.

    Orang coba yang menghembuskan nafas kedalam tabung melewati tabung penghubung, hasil

    kenaikan dan penurunan tabung direkam dalam spirogram yang disesuaikan dengan besar

    perubahan volume.

    Sedangkan pemeriksaan langsung ialah mengukur metabolisme energi yang

    dikeluarkan dalam bentuk panas berdasarkan peningkatan suhu yang terjadi pada subyek

    menggunakan alat kalorimeter terbuka (kalorimeter ruangan). Dengan metode ini, dibutuhkan

    ruangan kecil dengan dinding yang diisolasi rapat. Di dalam dinding terdapat saluran pipa

    dimana air dipompa dengan laju konstan. Pemanasan yang dihasilkan orang coba diukur

    melalui perubahan suhu air, volume air, dan laju aliran air yang jumlahnya berbeda antara

    yang dimasukkan dengan yang dikeluarkan. Oksigen secara terus menerus disuplai untuk

    orang coba dan karbondioksida dikeluarkan sebagai hasil kimia. Panas yang diberikan oleh

    subjek meningkatkan suhu air pada tabung pendingin dan panas yang terlibat dihitung dari

    kenaikan suhu dan rata-rata aliran air.

    Dalam praktikum ini digunakan metode pengukuran metabolisme secara tidak

    langsung dengan sebuah alat yakni spirometer yang dihubungkan dengan pipa mulut (mouth

    piece) pada orang coba yang berbaring atau dalam kondisi istirahat. Sementara itu hidung

    orang coba juga dijepit dengan penjepit hidung agar pernafasan terjadi lewat mulut dan harus

    dipastikan bahwa tidak ada kebocoran sedikitpun. Kebocoran ini akan sangat mempengaruhi

    hasil praktikum karena udara yang seharusnya masuk ke dalam pipa mulut dan

    menggerakkan alat spirometer ternyata keluar dari sistem. Mengukur besar basal metabolic.

    Syarat untuk mendapatkan keadaan basal :

    1. Paling baik bila pemeriksaan dilakukan di pagi hari waktu subyek (orang coba atau

    penderita) baru bangun tidur, belum melakukan aktifitas apa-apa. Tetapi keadaan ini

    tidak selalu dapat dilaksanakan, oleh karena itu untuk mendekati keadaan basal ini,

    maka sebelum pemeriksaan aktifitas subyek sangat dibatasi dan diperlukan istirahat

    terlebih dahulu selama minimal jam sebelum pemeriksaan.

    2. Pemeriksaan dilakukan subyek dalam keadaan istirahat tiduran.

    3. Ruang pemeriksaan dalam suasana tenang dan dalam batas suhu nyaman.

  • 15

    4. Subyek tidak makan (boleh minum air tawar) 10-12 jam sebelum pemeriksaan.

    5. Malam hari sebelum pemeriksaan subyek dapat tidur nyenyak dan cukup waktu.

    6. Subyek tidak makan banyak protein dan lemak, 2 hari (48 jam) sebelum

    pemeriksaan.

    7. Pada waktu pemeriksaan subyek harus bebas dari pengaruh obat-obatan.

    Namun dalam praktikum ini orang coba hanya mengalami kondisi istirahat yang

    dianalogikan sebagai keadaan basal. Orang coba beristirahat sekitar 30 menit dengan

    berbaring tanpa melakukan kegiatan apapun.

    Setelah alat disiapkan dengan baik dan benar, orang coba mulai melakukan ekspirasi

    dan inspirasi seperti biasa melalui mulut selama 6 menit. Orang coba mendapatkan udara dari

    tabung oksigen yang telah dihubungkan dengan pipa mulut dan mengeluarkan

    karbondioksida kembali. Sementara itu tabung pada spirometer akan bergerak naik turun dan

    mencatat grafik pernafasan secara otomatis.

    Grafik pernafasan yang terbentuk merupakan cerminan dari keadaan inspirasi (grafik

    naik) dan keadaan ekspirasi (grafik turun) yang terjadi pada orang coba. Dari grafik inilah

    kemudian dapat diketahui besarnya oksigen yang dibutuhkan orang coba dalam proses

    pernafasan serta besarnya oksigen yang telah digunakan untuk metabolisme. Grafik ini

    semakin lama akan semakin naik karena karbon dioksida akan semakin habis seiring dengan

    bertambahnya oksigen di dalam sistem. Hal ini dikarenakan karbon dioksida diikat oleh soda

    lime.

    Selanjutnya, dengan mengetahui besarnya pemakaian oksigen dalam volume ATPS

    (Ambient Temperature Pressure Saturated) maka dapat dikonversikan pula pemakaian

    oksigen tersebut dalam volume STPD (Standard Temperature Pressure Dry). Rumus yang

    digunakan adalah :

    Dengan V1 adalah pemakaian oksigen selama 6 menit, P1 didapat dari tekanan

    barometer ruangan dikurangi tekanan uap jenuh, T1 adalah tekanan absolut (273 C)

    ditambah suhu spirometer, P2 bernilai 760 dan T1 bernilai 273 C (suhu absolut). Sedangkan

    V2 adalah volume STPD yang akan dicari.

    Sementara itu untuk Basal Metabolisme Rate (BMR)-nya dihitung menggunakan rumus :

  • 16

    Catatan: untuk orang normal BMR-nya berkisar antara -15% sampai +15%.

    Pada percobaan, subyek memiliki hasil metabolisme rate yang tinggi yaitu 59,2

    kcal/m2/jam. Sedangkan metabolisme baku Aub du Bois/Fleisch yaitu 40 kcal/m

    2/jam. Hal ini

    dikarenakan subyek tidak benar-benar dalam keadaan basal, ditunjukkan dengan frekuensi

    nadi subyek pada permulaan yaitu 98/menit.

    4.2 Diskusi Pertanyaan

    1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan metabolic rate cara langsung dan

    tidak langsung?

    a. Secara langsung : pemeriksaan produksi panas persatuan waktu yang

    dilakukan setelah bangun tidur di pagi hari dengan menggunakan kalorimeter

    ruangan.

    b. Secara tak langsung : pemeriksaan produksi panas persatuan waktu yang

    dilakukan setelah beristirahat selama beberapa menit dengan menggunakan

    kalorimeter tertutup.

    2. Apa yang dimaksud dengan kalorimeter tertutup dan kalorimeter terbuka?

    a. Kalorimeter tertutup : Alat pengukur kalori dimana hawa inspirasi dan

    ekspirasi ditampung dalam satu sungkup (CO2 yang dihasilkan dan dapat

    dihilangkan dengan pengikat CO2).

    b. Kalorimeter terbuka : Alat pengukur kalori yang sirkulasi udara terbuka (O2

    yang didapatkan dari udara di sekitar ruangan tetapi tidak di dalam tabung

    gas).

    3. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pemeriksaan metabolic rate?

    a. Usia

    b. Jenis kelamin

    c. Luas permukaan tubuh

    d. Suhu tubuh

    e. SDA

    f. Asupan makanan

  • 17

    g. Hormon

    h. Obat-obatan

    4. Mengapa perlu dilakukan perubahan pengukuran kondisi ATPS ke STPD ?

    Untuk merubah nilai yang di dapat menjadi nilai standarisasi normal.

    Perubahan ini harus dilakukan karena adanya sifat yang dimiliki oleh gas itu sendiri.

    Suhu yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan pada volume gas (dengan

    catatan pada tekanan yang sama). Karena itu, mengumpulkan sampel gas dari

    individu yang sama dengan jumlah pekerjaan yang sama dalam kondisi temperatur

    lingkungan yang berbeda akan menghasilkan jumlah yang berbeda pada volume gas

    yang dihembuskan. Perubahan nilai ATPS ke STPD memberikan nilai batasan awal

    yang sama yaitu 0 derajat celcius dan pada tekanan 760 mmHg (permukaan laut).

    Dengan merubah nilai yang didapatkan ke dalam STPD, maka data yang didapatkan

    dapat dibandingkan dengan semua data yang tersedia di seluruh belahan dunia.

    (Draper, 2008)

    5. Apa pengaruh SDA terhadap hasil pemeriksaan metabolic rate?

    SDA ( Specific Dynamic Action) adalah peristiwa fisiologis yang

    merepresentasikan energy yang dipakai dalam aktivitas incidental, penelanan,

    pencernaan, absorpsi, dan asimilasi makanan. Kenaikan minimum yang diakibatkan

    dari proses pencernaan pada penghitungan metabolic rate pada manusia adalah 25%

    sehingga dapat mempengaruhi metabolisme seseorang karena dapat meningkatkan

    produksi panas sehingga berpengaruh terhadap laju metabolik. ( Secor, 2009)

    6. Bagaimana pendapat Saudara mengenai pengukuran metabolic rate

    menggunakan rumus Reed?

    Terdapat beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung BMR (Basal

    Metabolic Rate) dan REE ( Resting Energy Expanditure) yaitu persamaan dari

    Robetson and Reid (Reed), Owen, dan Bernstein. Berdasar penelitian persamaan yang

    digunakan untuk mengukur BMR yang paling tepat pada subject dengan berat badan

    normal adalah Owen, Bernstein pada subject overweight, dan Reed pada subject

    obesitas. Rumus Reed kurang efektif digunakan karena yang diukur menggunakan

    rumus tersebut hanya frekuensi nadi dan tekanan nadi atau hanya kerja jantung saja.

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Draper N, Hodgson C. 2008. Adventure Sport PhysiologyOxford: Willey- Blackwell.

    2. Secor, S 2009, 'Specific dynamic action: a review of the postprandial metabolic

    response',Journal Of Comparative Physiology. B, Biochemical, Systemic, And

    Environmental Physiology,179, 1, pp. 1-56, MEDLINE with Full Text, EBSCOhost,

    viewed 21 march 2015.