Daniel Hidup Bagi Allah di Bawah Tekanan Zaman Bible Conference Yogyakarta 2015
DanielHidup Bagi Allah di Bawah Tekanan Zaman
Bible Conference Yogyakarta 2015
Tekanan untuk
Ikut ArusBag. 1
Daniel adalah manusia bagi zamannya, yang dipakai
Allah dengan luar biasa menjadi terang yang bersinar
di tempat gelap.
Daniel adalah…Seorang abdi negeri
Seorang sejarawan
Seorang nabi
Seorang pemimpin
Karena disiapkan dan ditempatkan Allah secara
strategis, Daniel menjadi alat yang penting di tangan
Tuhan dan dimampukan mewakili Allah dan
mengarahkan orang-orang kepada Sang Pencipta
langit dan bumi.
I. Peradaban yang Merosot (ay.1-2)
Di awal kisah Daniel, kita melihat Israel sebagai
bangsa sedang di bawah hukuman Allah.
Israel telah diperingatkan, dan kini peringatan itu
menjadi kenyataan!
• Bangsa Israel telah melanggar Hukum Musa
tentang tahun-tahun Sabat
• Melakukan praktek penyembahan berhala
• Mengalami kejatuhan moral yang sangat dalam
Alhasil, mereka menerima hajaran Allah yang sangat
dahsyat!
II. Rencana Penawanan (ay.3-7)
Nebukadnezar memutuskan untuk menawan para
pemuda Yehuda yang terpintar dan terbaik dan
menggunakan mereka untuk memajukan bangsanya
sendiri.
A. Pemilihan Para Pemuda (ay.3-4a)
Tujuan pemilihan para pemuda:
Menyiapkan sekumpulan pemuda dengan
kemampuan dan pikiran terbaik untuk memperkuat
kerajaan Babel.
B. Indoktrinasi Para Pemuda (ay.4b-7)
Tujuan akhirnya?
Dengan mengubah cara berpikir, menu, dan
peribadatan mereka, gaya hidup mereka pun akan
berubah.
Bagaimana mereka akan menanggapi ujian pertama,
dan terhalus, atas karakter mereka ini?
III. Ketaatan yang Berani (ay.8-14)
A. Pengakuan (ay.8a)
Tujuan utama dari hidup Daniel adalah ketaatan,
meski ditekan untuk mengikuti arus dan lingkungan di
sekitarnya!
B. Penolakan (ay.8b)
Daniel “berketetapan”—inilah sikap kuncinya.
Hidup yang diserahkan kepada Allah dimulai dengan
hati yang penuh tekad.
C. Respons (ay.9-10)
Daniel telah mengambil dan mempertahankan
sikapnya, Tuhan pun membuatnya diterima oleh
orang lain.
D. Permohonan karena Iman (ay.11-14)
Inilah ujian iman yang kecil, yang akan menyiapkan
Daniel untuk ujian iman yang besar yang akan
dihadapinya kelak!
IV. Tekad yang Teguh (ay.15-21)
Daniel dan kawan-kawannya tahu apa yang telah
dilupakan Israel—yakni Allah memberkati mereka
yang menaati firman-Nya!
A. Upah Jangka Pendek (ay.15-16)
Hidup Daniel terpelihara karena berlandaskan
firman Tuhan dan ia bertekad untuk taat pada firman
itu.
B. Upah Jangka Panjang (ay.17-19)
Allah memberkati ketaatan mereka dengan hikmat
dan pengetahuan luar biasa.
Daniel menunjukkan integritas dari tekadnya—
bahkan di usia yang masih sangat muda—untuk
menolak ikut terhanyut oleh arus zaman itu.
Kesimpulan
Hikmat dimiliki oleh hati mereka yang takut akan
Tuhan dan menaati firman-Nya!
Demikianlah hati Daniel—dan dalam hikmat dan
ketaatan ia menolak terhanyut oleh arus zamannya.
Ia justru mendapat tempat strategis untuk menjadi
terang di tengah kegelapan.
Tekanan untuk
BerhasilBag. 2
Bible Conference Yogyakarta 2015
Dalam pasal 2, Daniel dan kawan-kawannya
bertahan teguh di bawah tekanan untuk berhasil,
ketika hidup mereka berada dalam ancaman.
I. Mimpi Sang Raja (ay.1-13)
A. Mimpi Nebukadnezar (ay.1)
Inilah momen di mana kekhawatiran menghantui
siang-malam.
B. Tuntutan Nebukadnezar (ay.2-9)
Yang dipanggil menghadap:
Orang-orang berilmu - cendekiawan atau penulis
kitab
Ahli jampi - tukang jampi dan para imam
Ahli sihir - tukang obat, okultisme
Para Kasdim - orang-orang pintar
C. Titah Nebukadnezar (ay.10-13)
1) Jawaban mereka (ay.10-11)
Tanpa sadar mereka memberi tempat bagi Daniel
untuk melakukan apa yang tidak dapat mereka
lakukan.
C. Titah Nebukadnezar (ay.10-13)
2) Kemarahannya (ay.12-13)
Alhasil, Daniel dan kawan-kawannya ditangkap dan
diancam hukuman mati!
II. Respons Daniel (ay.14-18)
a. Menanggapi dengan bijaksana (ay.14-15)
b. Meminta waktu (ay.16)
c. Berdoa dan tidak panik (ay.17-18)
Mereka merindukan Allah bertindak dengan belas
kasihan dan menyelamatkan mereka dari kematian
yang direncanakan raja.
III. Otoritas Allah (ay.19-23)
Daniel dan kawan-kawannya berdoa kepada Allah
yang berdaulat, dan Allah menyingkapkan seluruhnya
kepada Daniel.
Respons pertama Daniel adalah memuji dan
menyembah Allah—fokusnya adalah pada pribadi,
kuasa dan pemeliharaan Allah.
“Di manakah fokus saya?”
• Sang Pemberi berkat, atau berkat itu sendiri?
• Sang Tuan yang berkarya, atau pada karya-Nya?
• Sang Sumber kebenaran, atau pada informasinya?
• Allah yang menjawab doa, atau pada jawaban
doanya?
Di dalam tekanan yang mengancam nyawa, fokus
Daniel tetap murni—matanya tertuju terus pada Allah
yang hidup.
IV. Pernyataan Iman (ay.24-30)
Daniel kini melangkah dengan keyakinan bahwa
Allah akan terus membuka jalan dan memberinya
kesempatan untuk bersaksi demi kemuliaan Allah
kepada sang raja.
a. Mengikuti prosedur (ay.24-25)
b. Menyatakan tentang Allah tanpa takut (ay.26-30)
Bagi Daniel muda, fokusnya jelas—ini tentang Allah,
bukan tentang dirinya.
Kesimpulan
Kita perlu melihat ayat 46-47—hasil dari keberhasilan
mereka untuk bertahan di bawah tekanan:
pengakuan tentang keajaiban Allah, bukan tentang
hikmat Daniel.
Tekanan selalu ada, tetapi kita bisa memilih ke mana
kita mengarahkan fokus kita. Di manakah FOKUS
kita?
Kuasa untuk MenegurBag. 3
Bible Conference Yogyakarta 2015
Peristiwa ini berlangsung pada 538 SM, sekitar 23
tahun paska kematian Nebuchadnezzar. Kira-kira
Daniel berusia 80-85 tahun.
Babel sedang dikepung oleh tentara kerajaan Media-
Persia. Belsyazar, cucu Nebukadnezar, sedang
memerintah.
I. Perjamuan Besar (ay.1-4)
A. Mengapa perjamuan itu diadakan (ay.1)
• Menenangkan rakyat
• Memamerkan kekuasaannya
• Merayakan hari raya agama berhala
B. Mengapa memerintahkan dikeluarkannya
perkakas Bait Suci (ay.2-4)
Belsyazar terang-terangan menentang Allah, dan di
saat ia seharusnya berpuasa daripada berpesta, ia
menunjukkan pengabaiannya terhadap Allah yang
Mahatinggi.
II. Kecaman (ay.5-29)
Tangan Allah menulis di dinding—dan raja melihatnya
sendiri!
A. Respons Belsyazar (ay.5-7)
Ia menghadapi situasi yang tidak dapat
dikendalikannya.
B. Nasihat Permaisuri (ay.10-12)
Ibu Suri (nenek Belsyazar) mengajukan jalan keluar.
C. Kedatangan Daniel (ay.13-16)
Bayangkan betapa hina situasi yang ada bagi
seorang yang suci hidupnya seperti Daniel.
D. Respons Daniel (ay.17-24)
Daniel tidak menunjukkan rasa belas kasihan
kepada Belsyazar seperti yang ditunjukkannya
kepada Nebukadnezar.
E. Tafsiran terhadap Pesan Allah (ay.25-28)
“Belsyazar, kerajaanmu akan dipecah belah!”
Penghakiman sudah dekat.
III. Puncaknya (ay.29-31)
A. Belsyazar menepati janjinya (ay.29)
B. Allah pun menepati janji-Nya! (ay.30-31)
Kesimpulan
Jika saya diukur dan ditimbang, bukan oleh orang di
sekitar saya, tetapi oleh Allah… apa hasilnya?
Tekanan untuk BerdoaBag. 4
Bible Conference Yogyakarta 2015
Daniel telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya
dalam pembuangan, dan sekarang di bawah
kekuasaan Raja ketiga, Darius dari Media.
Daniel mendapati dirinya selalu di bawah
pengawasan orang lain.
I. Musuh-musuh Daniel (ay.5-10)
A. Kesucian hidup Daniel (ay.5-6)
1) Harga Diri: para pejabat pemerintahan itu menyerang
Daniel karena iri hati dan harga diri mereka terluka.
2) Masalah: musuh ingin menyerangnya, tetapi dari sisi
mana? Mereka mencari-cari alasan untuk menyerang
Daniel, tetapi tidak menemukan celah, karena Daniel
“setia” (ay.5)
A. Kesucian hidup Daniel (ay.5-6)
3) Rencana: mereka sepakat menyerang Daniel dari
sisi yang paling mungkin mereka serang, yaitu
ibadahnya kepada Allah!
B. Permohonan kepada Darius (ay.7-10)
1) Keputusan mufakat
2) Tipu daya: mempermainkan harga diri Darius.
B. Permohonan kepada Darius (ay.7-10)
3) Penetapan: Larangan berdoa kepada dewa atau
manusia mana pun—kecuali kepada Darius—selama
30 hari!
4) Ditetapkan oleh Darius (ay.9-10): hukum itu tidak
dapat dicabut kembali oleh alasan apa pun
II. Tindakan Berdoa (ay.11-12)
A. Tekad untuk Berdoa (ay.11a)
Prinsip Alkitabiah dari “ketidakpatuhan karena
ketaatan kepada Allah” (lihat Kis. 5:29).
B. Keteguhan dalam Berdoa (ay.11b)
Inilah rahasia hidup suci di tengah lingkungan yang
cemar!
C. Tertangkap Basah Berdoa (ay.11)
Daniel melanggar hukum dari raja karena hukum itu
melanggar hukum Allah—ia rela menerima akibatnya!
Kita harus rela menerima akibat dari perbuatan benar
yang kita lakukan (1 Petrus 3:14).
Kita harus bergantung pada kuasa Allah dalam
keadaan sulit seperti itu. Allah masih memegang
kuasa.
III. Akibat dari Ketetapan Raja (ay.13-18)
A. Tuduhan terhadap Daniel (ay.13-14)
Daniel tidak bermaksud menolak menghormati raja—
tetapi ia menolak untuk tidak menghormati Tuhan!
B. Kesadaran Darius (ay.15-16)
• Menyadari jebakan (ay.15a) - “sangat sedihlah ia”
• Berusaha menolong (ay.15b) - Darius tidak ingin
Daniel menerima akibat dari kebodohannya.
• Tidak dapat berbuat apa-apa (ay.16)
C. Hukuman Dijatuhkan (ay.17-18)
Singa-singa disiapkan untuk menyiksa dan
menerkam para tahanan.
IV. Malam yang Panjang (ay.19-24)
A. Darius Tertekan (ay.19)
Berbeda sekali hati nurani Daniel yang murni dengan
hati nurani Darius yang dipenuhi rasa bersalah.
B. Daniel Dilepaskan (ay.20-24)
1) Seruan yang sayu (ay.20-21)
Darius dengan mengenaskan berseru ke arah gua
yang seharusnya tidak lagi dihuni oleh Daniel. Namun
di sini kita melihat kesaksian hidup Daniel.
2) Pesan yang dahsyat (ay.22-23)
Bandingkan dengan Ibrani 11:33, “yang karena iman
telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan
kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan,
menutup mulut singa-singa.”
3) Iman yang berkuasa (ay.24)
Baik Allah bermaksud melepaskan kita atau tidak,
kesanggupan-Nya untuk melepaskan kita tidak
tergerus oleh ancaman di sekitar kita!
V. Perintah Darius (ay.25-29)
A. Hukuman atas para penuduh (ay.25)
Mereka akhirnya dilemparkan ke dalam gua singa
dan langsung menemui ajal.
B. Pengakuan akan Allah (ay.26-28)
Kesaksian dan pengakuan iman ini jauh lebih kuat
daripada yang diberikan oleh Nebukadnezar di pasal
4.
C. Kesejahteraan Daniel (ay.29)
Daniel diberkati oleh Allah berlimpah-limpah di dalam
iman!
Kesimpulan
Daniel mengetahui kesanggupan Allah, tetapi ia tidak
mengetahui rencana Allah.
Yang ia ketahui hanyalah ia harus taat kepada Allah,
lebih daripada ketaatan kepada manusia.
Lebih dari itu, ia tahu bahwa imannya tidak dapat
bertahan tanpa hubungan yang intim dengan Allah.
Lebih dari semuanya, ia tahu bahwa lebih baik ia mati
daripada tidak berdoa, karena doa begitu vital bagi
hidupnya.
Seberapa pentingkah DOA bagi diri Anda?