LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN Halaman i MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN Bismillahirrohmanirrohiim, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman tahun 2015 dapat disusun dan diselesaikan dengan baik serta tepat waktu. Sesuai ketentuan Pasal 18 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman berkewajiban menyusun Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang telah dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. Laporan Kinerja ini menyajikan target dan capaian kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Tahun 2015 yang tertuang dalam Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator serta perjanjian kinerja Sekretaris Kementerian Koordinator dan para Deputi dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Mengingat bahwa Kementerian Koordinator baru dibentuk pada akhir tahun 2014 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator masih dalam proses penyusunan, maka Pernyataan Kinerja dan Perjanjian Kinerja tahun 2015 belum berdasarkan Renstra. Dapat disampaikan pula bahwa, sebagai kementerian baru, Kementerian Koordinator baru mengelola anggaran secara mandiri mulai bulan Mei 2015. Selain menyajikan target dan capaian kinerja tahun 2015, Laporan Kinerja ini juga memuat analisis perbandingan antara rencana atau target dengan realisasi kinerja. Pencapaian realisasi kinerja keuangan juga diuraikan dalam sub bab kinerja keuangan. Kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam pencapaian kinerja Kemenko Bidang Kemaritiman kami ucapkan terimakasih. Laporan Kinerja ini kami dedikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan. Harapan kami Laporan Kinerja ini juga bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Jakarta, Februari 2016 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia DR. Rizal Ramli
132
Embed
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN · Peta Sebaran KEK di Indonesia ... Dokumentasi Koordinasi dan Peta Rencana Jalan Tol Dalam Kota ... Peraturan Presiden Republik Indonesia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman i
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN
Bismillahirrohmanirrohiim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman tahun 2015 dapat disusun
dan diselesaikan dengan baik serta tepat waktu.
Sesuai ketentuan Pasal 18 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman berkewajiban menyusun Laporan Kinerja atas
prestasi kerja yang telah dicapai berdasarkan penggunaan
anggaran yang telah dialokasikan.
Laporan Kinerja ini menyajikan target dan capaian kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Tahun 2015 yang tertuang dalam Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator serta
perjanjian kinerja Sekretaris Kementerian Koordinator dan para Deputi dengan mengacu Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Mengingat bahwa Kementerian Koordinator
baru dibentuk pada akhir tahun 2014 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator
masih dalam proses penyusunan, maka Pernyataan Kinerja dan Perjanjian Kinerja tahun 2015
belum berdasarkan Renstra. Dapat disampaikan pula bahwa, sebagai kementerian baru,
Kementerian Koordinator baru mengelola anggaran secara mandiri mulai bulan Mei 2015.
Selain menyajikan target dan capaian kinerja tahun 2015, Laporan Kinerja ini juga memuat analisis
perbandingan antara rencana atau target dengan realisasi kinerja. Pencapaian realisasi kinerja
keuangan juga diuraikan dalam sub bab kinerja keuangan.
Kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam pencapaian kinerja Kemenko Bidang
Kemaritiman kami ucapkan terimakasih. Laporan Kinerja ini kami dedikasikan kepada seluruh
pemangku kepentingan. Harapan kami Laporan Kinerja ini juga bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Jakarta, Februari 2016
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
Republik Indonesia
DR. Rizal Ramli
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja Kementerian Koordinator Kemaritiman diukur atas dasar pencapaian
rencana kinerja yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
tahun2013. Kinerja tersebut juga memperhatikan tugas dan fungsi dari Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman) yaitu membantu
Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan,
dan pelaksanaan kebijakan di bidang kemaritiman.
Dalam mencapai tujuannya, pencapaian kinerja Kemenko Kemaritimandiukur
dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dirinci sesuai target setiap tahunnya.
Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran kinerja hasil (outcome) yang
ditetapkan pada unit kerja eselon I yang akan dicapai melalui kinerja keluaran (output)
dari unit kerja eselon II dibawahnya berupa Indikator Kinerja Kegiatan. Pada
dasarnya Indikator kinerja utama (IKU) Kemenko Kemaritiman sesuai dengan
perjanjian Kinerja tahun 2015 terbagi 2 bagian utama, yaitu: Jumlah dokumen
penyusunan program dan kerjasama serta pengelolaan tata usaha dan keuangan di
masing-masing Deputi; serta Permasalahan bidang koordinasi Deputi yang dapat
dipecahkan dan dikoordinasikan implentasinya sebesar 100%.
Sementara target capaian: Status opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenko
Koordinator Bidang Kemaritiman yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP); dan Nilai
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mencapai A; serta Indeks
Persepsi Korupsi dan Reformasi Birokrasi dengan nilai B, merupakan target dalam
Renstra 2015-2019 belum dimasukan dalam target dalam perjanjian kinerja.
Fungsi Kemenko Koordinator Bidang Kemaritiman difokuskan pada upaya
perbaikan mekanisme koordinasi dalam rangka mensinergikan, melaksanakan serta
melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan bidang kemaritiman yang
secara teknis dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga di bawah koordinasi
Kemenko Kemaritiman. Hal ini sesuai dengan rencana strategis Kemenko
Koordinator Bidang Kemaritiman 2015-2019 yang dititikberatkan pada upaya
koordinasi, sinkronisasi, pengendalian dan pengawasan dalam rangka mewujudkan
Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju dan kuat, menuju poros
maritim dunia.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman iii
Sasaran strategis yang tecantum dalam Renstra Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman tahun 2015-2019 yaitu:
1. Terwujudnya pembangunan kedaultan Indonesia sebagai Negara Maritim yang
berperan aktif dalam kerjasama maritime di tingkat regional dan global;
2. Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumberdaya alam
3. Terjadinya percepata pembangunan dan pemertaan infrastuktur poros maritim
4. Menguatnya jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif, berkarakter
dan berbudaya
5. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik di Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman.
Adapun penjelasan singkat mengenai pencapaian kinerja lima sasaran strategis
yang diukur dari indikator kinerja utama Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman tahun 2015 adalah sebagai berikut: Secara umum dapat disimpulkan
bahwa unit kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dapat
merealisasikan program dan kegiatan tahun 2015 sebagai upaya mencapai tahapan
pembangunan jangka menengah ke-5 tahun 2015-2019. Penyusunan Sasaran Strategis
yang tecantum dalam Renstra Kementerian Kemaritiman tahun 2015-2019 dipastikan
akan meningkatkan akuntabilitas atas capaian kinerja yang dihasilkan oleh
Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman sebagai Kementerian Koordinator
pada tahun-tahun berikutnya.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Pembangunan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia ...................... 2
1.2 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman ................................... 3
Tabel 1. Data Perkembangan Pelayaran Rakyat ................................................ 21
Tabel 2. Data Pelabuhan perikanan Indonesia ................................................... 22
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman ....................................................... 42 Tabel 4. Capaian Kinerja Kementerian Koordinator Kemaritiman Tahun 2015 ........................................................................................ 44 Tabel 5. Sasaran dan Indikator Kinerja SS1 ...................................................... 46
Tabel 6. Target dan Capaian IKU SS1 .............................................................. 46
Tabel 7. Sasaran dan Indikator Kinerja SS2 ...................................................... 52
Tabel 8. Target dan Capaian IKU SS2 .............................................................. 53
Tabel 9. Sasaran dan Indikator Kinerja SS3 ....................................................... 62
Tabel 10. Target dan Capaian IKU SS3............................................................... 62
Tabel 11. Lokasi Program Pengembangan 24 Pelabuhan .................................... 78
Tabel 12. Sasaran dan Indikator Kinerja SS4 ..................................................... 78
Tabel 13. Target dan Capaian Indikator SS4 ....................................................... 81
Tabel 14 Sasaran dan Indikator Kinerja SS5 ....................................................... 90
Tabel 15 Realisasi DIPA 2015 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman .. 105
Tabel 16 Rincian Persentase Pagu dan Realisasi Belanja TA 2015 ...................... 110
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Visualisasi Pembangunan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia .... 2
Gambar 2. Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Kemaritiman ............. 13
Gambar 3. Peta Strategis Kementerian Koordinator Kemaritiman ....................... 16
Gambar 4. Diagram Batang Capaian Kinerja SS1................................................ 18
Gambar 5. Diagram Batang Capaian Kinerja SS2................................................ 19
Gambar 6. Diagram Batang Capaian Kinerja SS3................................................ 39
Gambar 7. Peta Lokasi Strategis Sabang ............................................................ 41
Gambar 8. Peta Wilayah Kepulauan Sabang ....................................................... 48
Gambar 9. Peta Sebaran KEK di Indonesia ......................................................... 53
Gambar 10 Peta Destinasi Wisata Bororbudur .................................................... 63
Gambar 11.Diagram Batang Capaian Kinerja SS4 .............................................. 64
Gambar 12.Diagram Batang Realisasi Keuangan Kemenko Bidang
merupakan tempat yang baik untuk bermain yachtt. Dalam dekade terakhir
kegiatan sail di Indonesia sudah menjadi agenda penting para pemain yachtt
dunia. Sejumlah rute sail yang dikenal antara lain Ambon-Darwin.
Gambar 2. Trend Kunjungan Wisatawan Ke Indonesia tahun 2000-2014
Berdasarkan data yang ada sejak tahun 2000 kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2016
diproyeksikan akan mencapai 10 juta wisatawan. Kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia ini diproyeksikan sebagai penyumbang devisa
yang penting. Arah kebijakan pemerintah sangat jelas dengan menempatkan
pariwisata sebagai salah satu program unggulan dalam RPJM Nasional
2015-2019.
Upaya peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara ke
Indonesia dapat ditempuh antara lain
melalui pengembangan destinasi
baru, perbaikan akomodasi,
perbaikan perijinan termasuk
perijinan bagi kapal yacht dan
pemberian bebas visa kunjungan
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 14
wisata ke sejumlah negara. Dalam pengembangan destinasi wisata baru,
potensi wisata bahari masih prospek untuk dikembangkan. Pengembangan
wisata bahari cukup bernilai strategis untuk dikembangkan karena memiliki
keunikan dan daya tarik serta melibatkan masyarakat.
d. Lingkungan dan Kebencanaan
Di perairan Indonesia terdapat sejumlah
fenomena alam yang di antaranya berpotensi
sebagai penyebab bencana alam seperti
tsunami, pasang (coastal inundation), erosi
pantai, pasang merah (red tide) dan lain-lain.
Melalui pemahaman yang baik terhadap
fenomena alam dimaksud, maka akan
memungkinkan kita dapat mengantisipasi segala bentuk bencana yang
ditimbulkan. Selain bencana alam, tingginya aktifitas ekonomi yang
berlangsung di perairan berpotensi menimbulkan bencana industri.
Bencana alam maupun bencana industri yang terjadi di laut, keduanya
dapat memberikan dampak yang merusak sumberdaya dan lingkungan.
Oleh karena itu pemerintah harus melakukan antisipasi yang baik dengan
menyiapkan sistem mitigasi bencana dan penyiapan manajemen
penanggulangan bencana yang memiliki mobilitas tinggi dan respon cepat.
Laut memiliki fungsi yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur sistem
iklim dunia, dan habitat bagi kehidupan biota air. Untuk mempertahan
fungsi dimaksud maka kesehatan lingkungan dan kelestarian
keanekaragaman hayati laut menjadi tolok ukur penting. Upaya pelestarian
fungsi ini antara lain dilaksanakan melalui pembangunan tamanlaut, baik
taman laut daerah maupun nasional, dan penetapan kawasan konservasi
laut di sejumlah kawasan.
3) Infrastruktur
Indonesia sebagai Negara kepulauan, memerlukan dukungan infrastruktur
yang memadai bagi pengelolaan lingkungan dan pengembangan potensi
ekonomi yang ada. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek
penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional.
Disamping itu, infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah
satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur yang
berimbang diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya meningkatkan
pemerataan dan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi nasional.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 15
a. Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik:
Saat ini Indonesia memiliki 2154
buah pelabuhan yang memiputi 111
buah pelabuhan komersial, 1129
buah pelabuhan nonkomersial, dan
914 buah pelabuhan khusus, yaitu
pelabuhan yang difungsikan sebagai
terminal khusus. Panjang garis pantai
Indonesia mencapai 95.181 km,
dengan demikian rata-rata terdapat 1
pelabuhan setiap ±40 km garis pantai.
Luasnya wilayah laut Indonesia yang mencapai lebih 70% dari seluruh
wilayah Indonesia, atau 5,8 Juta km2, dan banyaknya pulau yang mencapai
17504 buah, mengakibatkan sejumlah daerah dan/atau pulau kecil
merupakan daerah terisolir yang sulit dijangkau. Adalah tanggungjawab
pemerintah untuk membuka isolasi sejumlah daerah terisolir tersebut guna
memperlancar arus orang, barang dan jasa, antara lain melalui
pengembangan transportasi perintis dan jaringan telekomunikasi.
Dalam sistemtransportasi yang dikembangkan terdapat 3 jenis layanan
transportasi laut, yaitu:
Port-to-port.Port-to-Port adalah layanan reguler antara 2 pelabuhan,
biasanya bergerak bolak balik, dengan alur pelayaran yang
―undirectional‖.
Hubs and spokes. Layanan feeders membawa muatan menuju hub port
dimana muatan tersebut dimuat ke kapal yang jauh lebih besar
kemudian dibawa kembali menuju hub port lain yang lebih besar dan
jauh, selanjutnya muatan tersebut diturunkan dan dikirim ke tujuan
akhir menggunakan kapal feeder lainnya.
Pendulum. Rute pendulum umumnya dilakukan kapal kontainer dan
memiliki jadwal yang reguler yang berputar antara beberapa pelabuhan
yang umumnya berdekatan secara geografis.
Akibat penerapan sistem port to port, rata-rata tingkat utilisasi kapal hanya
41% yang disebabkan oleh ketidakseimbangan muatan antara Jawa dengan
pulau utama Indonesia lainnya. Hal ini menimbulkan permasalahan utama
yang dihadapi saat ini, yaitu mahalnya ongkos transportasi domestik antar
pulau, utamanya transportasi ke kawasan Timur Indonesia. Hal ini
disebabkan antara lain oleh:
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 16
Ketidakseimbangan muatan yang dibawa ke timur (inbound) dengan
yang keluar dari timur (outbound)
Jaringan transportasi ke pedalaman terbatas sehingga sering harus lewat
udara (pesawat).
Kondisi sarana angkutan laut yang terjadi saat ini adanya keterbatasan
kapasitas pelabuhan sehingga saat ini angkutan laut hanya dapat dilayani
oleh kapal-kapal berukuran kecil. Oleh karenanya seringkali tidak
memenuhi konsep skala ekonomi (economic of scale) dan dirasakan tidak
efisien. Ke depan dibutuhkan pengembangan pelabuhan dan fasilitas
pendukungnya agar mampu melayani kapal yang berukuran lebih besar
sehingga dapat merespons permintaan pasar.
Untuk mengoptimalkan jaringan transportasi laut, dalam jangka panjang
dibutuhkan 19 pelabuhan yang mampu mengakomodasi kapal kelas
―Panamax‖ dan 4 pelabuhan untuk melayani kapal 10.000 TEUs. Dalam
rangka mengoptimalkan jaringan transportasi laut, maka laut adalah tol
bagi kapal-kapal berbendera Merah Putih sehingga apapun alasannya,
pemaksimalan laut sebagai jalan bebas hambatan bagi moda transportasi
angkutan di perairan pada aktifitas pengiriman barang jauh lebih efisien
dibandingkan dengan moda lainnya.
Selama ini, aktifitas pengiriman barang lebih banyak bertumpu kepada
moda transportasi di jalan. Oleh karena itu, kita melihat bahwa Tol Laut
dalam perspektif logistik memiliki esensi Memindahkan Beban Transportasi
Darat ke Moda Transportasi Laut melalui Berbagai Program guna
Menurunkan Biaya Logistik.
Gambar 3. Peta Pelabuhan Tol Laut
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 17
Konsep kemaritiman dalam bentuk tol laut, yakni pembangunan
mengintegrasikan sistem logistik laut dan darat yang tengah digenjot oleh
Pemerintahan. Program Tol Laut sebenarnya banyak bentuknya. Jauh
sebelum adanya istilah Tol Laut, sudah berjalan program asas cabotage yang
kemudian diperkuat dengan program beyond cabotage. Kemudian ada
program short sea shipping (pelayaran jarak pendek) yang sebenarnya sudah
ramai dijalankan oleh perusahaan angkutan laut, angkutan keperintisan dan
coastal shipping (pelayaran pantai). Implementasi dari program-program ini
telah membantu negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional,
menurunkan biaya pengiriman barang, memangkas disparitas harga bahan
pokok antarwilayah yang masih tinggi serta memeratakan pertumbuhan
ekonomi antarwilayah. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya sudah
banyak memanfaatkan laut sebagai Tol bagi kapal-kapal nasional melalui
berbagai program strategis. Program tersebut sudah ada yang telah
terlaksana secara alamiah dengan swasta sebagai pilar utama. Hal ini dapat
dilihat dari pesatnya jaringan pelayaran, baik tramper maupun liner pada
jalur pelayaran di Indonesia.
Data sampai dengan tahun 2013, jumlah armada angkutan laut Indonesia
mencapai 14.540 unit, atau setara dengan 8.237.634 DWT, terdiri dari:
a. angkutan laut sebanyak 11.426 unit;
b. pelayaran rakyat sebanyak 1.340 unit;
c. kapal perintis sebanyak 80 unit; dan
d. kapal angkut khusus sebanyak 1.694 unit.
Sementara itu jumlah perusahaan angkutan seluruh Indonesia mencapai
2.442 perusahaan. Produksi angkutan laut di Indonesia pada Tahun 2013
yang diusahakan oleh perusahaan nasional adalah sebagai berikut:
a. Angkutan dalam negeri: 453.808.627 Ton
b. Angkutan luar negeri: 67.511.611 Ton
Sedangkan produksi angkutan laut seluruh Indonesia pada tahun 2013 yang
diusahakan oleh perusahaan milik asing adalah sebagai berikut:
a. Angkutan dalam negeri: 1.249.509 Ton
b. Angkutan luar negeri: 551.576.580 Ton
Berdasarkan data di atas, kapal milik perusahaan nasional masih menguasai
angkutan dalam negeri (~87%).Namun demikian untuk angkutan luar
negeri dikuasai oleh armada milik perusahaan asing (~99%). Dan jika
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 18
dihitung secara total, maka kontribusi armada nasional hanya mencapai
42.36%.
Gambar 4. Rute Rencana Tol Laut
Fakta menunjukkan bahwa dalam satu dasawarsa terakhir, persaingan antar
operator pelayaran begitu ketat bahkan mendekati persaingan paripurna
sehingga kini tarif angkutan laut domestik sangat kompetitif. Sebagai
gambaran, biaya tambang (freight) kontainer Surabaya—Papua turun dari
Rp 30-an juta perTEUs pada 2007 menjadi R15 juta—R19 juta per TEUs
pada 2014. Demikian juga dengan rute-rute lainnya. Hanya saja, meskipun
sudah turun hingga lebih dari 50%, tetapi penurunan freight tersebut belum
begitu berarti dalam menurunkan biaya logistik nasional atau bahkan harga
barang ditingkat konsumen, apalagi barang dari barat yang dibutuhkan
di kawasan timur Indonesia atau sebaliknya. Kondisi ini terjadi karena tarif-
tarif pelayanan kepelabuhanan di seluruh Indonesia terus meningkat dari
tahun ke tahun, padahal jika kenaikan tarif dapat direm, penurunan tarif
angkutan dapat mempengaruhi penurunan biaya logistik sehingga
berdampak terhadap harga-harga bahan pokok di tingkat konsumen.
Di sisi lain, optimalisasi penurunan tarif pengiriman barang tidak terjadi
karena masalah ketidakseimbangan kargo antar pelabuhan, baik antara
pelabuhan di Timur Indonesia dengan Barat Indonesia, maupun antar
pelabuhan di barat atau timur Indonesia itu sendiri. Dari pelabuhan di
pulau Jawa, sebuah kapal bisa terisi 80% dari kapasitas kapal, tetapi dari
luar pelabuhan Jawa, apalagi timur Indonesia, hanya terisi 10-25%.
Salah satu program Tol Laut yang akan dilaksanakan dalam kerangka
memindahkan beban biaya logistik dari moda logistik di darat ke moda
transportasi laut serta menurunkan biaya logistik nasional menurut
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 19
perspektif kita adalah Short Sea Shipping atau Coastal Shipping. Program ini
sudah dalam persiapan untuk diimplementasikan. Salah satu rute yang
disiapkan adalah Jakarta—Kendal, Jakarta—Kendal Semarang—Surabaya,
Panjang—Jakarta—Kendal—Surabaya. Rute pada daerah lainnya dapat
dikembangkan oleh pelaku usaha nasional, termasuk dengan kapal-kapal
perintis yang dikembangkan melalui penambahan trayek-trayek perintis.
Arah kebijakan pengembangan transportasi penyeberangan 2015-2019:
a) penyelesaian dan penguatan jalur lintas Sabuk Utara, Sabuk Tengah dan
Sabuk Selatan serta poros penghubung, dan b) terobosan regulasi termasuk
kebijakan pengadaan kapal oleh pemerintah dan pembentukan Otorita
Pelabuhan Penyeberangan. Gambar berikut memperlihatkan konsep
pengembangan transportasi penyeberangan sebagai komplemen konsep tol
laut.
Gambar 5. Konsep Pengembangan Tranportasi Penyeberangan Tol Laut
Penyelesaian dan pembenahan jalur Sabuk Utara, Sabuk Tengah dan Sabuk
Selatan. Adapun Sabuk Utara yakni terdapat lintas yang belum terhubung
yaitu: Tj. Pinang – Sintete, akan diselesaikan pada 2017-2019. Sedangkan
pada Sabuk Tengah yakni terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai–
Fak Fak, diselesaikan pada akhir tahun 2014 sejalan dengan akan
dilakukannya peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal). Terakhir, untuk
Sabuk Selatan yakni telah terhubung sejak tahun 2013, akan dilakukan
peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal).
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 20
b. Infrastruktur Pertambangan dan Energi
Pembangunan infrastruktur energi dan pemanfaatan energi baru terbarukan
yang ada di daerah menjadi solusi mengatasi krisis energi dan
perekonomian negara. Selain itu infrastruktur energi diharapkan akan
meningkatkan nilai tambah dan manfaat sumberdaya energi bagi
masyarakat dan Negara.
Sebagai daerah yang kaya
sumber daya alam,
Indonesia Bagian Timur
mempunyai kebutuhan
energi yang semakin
meningkat. Dalam hal ini
sektor mineral, energi,
perikanan, dan pariwisata
menjadi basis penting
untuk pembangunan ekonomi setempat. Rencana pemerintahan
membangun pembangkit listrik berkapasitas total 35 ribu megawatt (MW)
selama lima tahun ke depan dipastikan bakal didominasi perusahaan listrik
swasta (independent power producer/IPP) asing. Hal tersebut terjadi karena
IPP dalam dalam negeri masih menghadapi kendala pendanaan meski
pemerintah telah memberi insentif berupa government guarantee.
Disamping itu, untuk mengejar target pembangunan, pemerintah akan
menjadikan program pembangunan kilang sebagai program prioritas
nasional. Program percepatan kilang ini akan mencontoh program
percepatan infrastruktur listrik 35 ribu megawatt (MW). Dari 109 proyek
pembangkit berdaya total 36.858 MW ini, 74 proyek berkapasitas 25.904
MW diantaranya akan dikerjakan dengan skema pengembangan listrik
swasta atau independent power producer (IPP) dan 35 proyek lainnya yang
berdaya 10.681 MW dikerjakan PLN. Secara lokasi, Jawa-Bali terdapat
proyek pembangkit berkapasitas 18.697 MW, Sumatera 10.090 MW,
Sulawesi 3.470 MW, Kalimantan 2.635 MW, Nusa Tenggara 670 MW,
Maluku 272 MW dan Papua 220 MW. Total kebutuhan pendanaan selama
periode 2015-2019 sekitar Rp 1.127 triliun yang terdiri atas PLN Rp 512
triliun dan swasta (IPP) Rp 615 triliun.
Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2015-2024, pemerintah
memproyeksikan beban puncak listrik dengan asumsi pertumbuhan
ekonomi 6,1 persen pada 2015 akan mencapai 36.787 MW dan pada 2019
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 21
bakal sampai 50.531 MW dengan pertumbuhan ekonomi 7,1 persen, dan
tahun 2024 mencapai 74.536 MW dengan asumsi pertumbuhan 7 persen.
Saat ini, kapasitas listrik terpasang nasional adalah 50 ribu MW. Dengan
tambahan 35 ribu MW, maka rasio elektrifikasi meningkat dari 84 persen
pada 2015 menjadi 97 persen pada 2019.
c. Infrastruktur Pelayaran dan Perikanan
Pelayaran Rakyat
Pelayaran rakyat di Indonesia saat ini memegang peran penting dalam
sistem angkutan laut di Indonesia, utamanya angkutan laut menuju daerah
terisolir. Namun demikian berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut justru pertumbuhan pelayaran
rakyat mencatat angka pertumbuhan negatif. Pada tahun 2005 tercatat
sebanyak 1376 unit armada pelayaran rakyat dan pada tahun 2009 telah
turun menjadi 1293. Jika dihitung berdasarkan tonase pelayaran rakyat
mengalami pertumbuhan dari 145.006 ton menjadi 152.800 ton. Ini berarti
selama kurun waktu lima tahun tersebut telah terjadi peningkatan tonase
setiap armada.
Tabel 1. Data Perkembangan Pelayaran Rakyat
2005 2006 2007 2008 2009
Unit 1.376 1.232 1.279 1.287 1.293
GRT 145.006 140.425 143.705 150.324 152.800
Perusahaan 485 507 560 583 595
Pelayaran rakyat memiliki fungsi
penting sebagai penghubung dari sentra
produksi masyarakat di pulau dan/atau
lokasi terpencil dengan pelabuhan
perintis dan pelabuhan lainnya yang
lebih besar. Permasalahan yang ada
sampai dengan saat ini adalah belum
semua sentra produksi masyarakat
memiliki pelabuhan yang representatif
lengkap dengan kesyahbandaran dan fasilitas keselamatan.
Implementasi Tol Laut yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo
diyakini akan meningkatkan volume pergerakan barang antar wilayah,
termasuk pergerakan ke/dari wilayah-wilayah yang dilayari oleh Pelayaran
Rakyat. Pentingnya Pelayaran Rakyat juga bisa dilihat dari keberadaan
13.466 pulau, 5,8 juta km2luas lautan, 95.181 km garis pantai, dan 2.154
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 22
pelabuhan di Indonesia (data Kementerian Perhubungan, 2014). Pelayaran
Rakyat diperlukan untuk pengangkutan barang ke wilayah-wilayah yang
memiliki alur dengan kedalaman terbatas, termasuk sungai dan danau.
Di lain sisi, Pelayaran Rakyat dapat bertahan namun sulit berkembang
karena kekurangan bantuan dan dukungan finansial, baik dari pemerintah
maupun perbankan. Pelayaran Rakyat membutuhkan dukungan
pengembangan dari teknologi tradisional ke teknologi modern agar lebih
memenuhi aspek keselamatan dan kecepatan.
Sarana Produksi Perikanan
Data yang tersedia pada
Buku Kelautan dan
Perikanan dalam Angka
Tahun 2013
memperlihatkan bahwa
jumlah pelabuhan
perikanan yang ada di
Indonesia pada tahun
sebanyak 816 buah,
dengan rincian
sebagaimana pada tabel berikut. Tampak bahwa mayoritas pelabuhan
perikanan yang ada adalah sekelas pangkalan pendaratan ikan. Sesuai
dengan ketentuan yang ada, pangkalan pendaratan ikan tanggung jawab
pengelolaannya berada pada pemerintah Kabupaten/Kota. Terbanyak
kedua adalah Pelabuhan Perikanan Pantai yang dikelola oleh Pemerintah
Propinsi, yaitu sebanyak 44 buah, atau 5,39%. Sedangkan pelabuhan yang
dikelola oleh UPT milik Pemerintah Pusat adalah 22 buah meliputi
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sebanyak 6 buah, Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) sebanyak 14 buah dan Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) sebanyak 2 buah.
Tabel 2. Data Pelabuhan Perikanan Indonesia (2013)
No Kelas Pelabuhan Jumlah %
1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) 6 0.74
2 Pelabuhan Perikanan Nusantara 14 1.72
3 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP): UPT KKP 2 0.25
4 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP): UPT Provinsi 44 5.39
5 Pangkalan Pendaratan Ikan 748 91.67
PPS Nizam Zachman
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 23
No Kelas Pelabuhan Jumlah %
6 Pelabuhan Perikanan Swasta 2 0.25
Jumlah kapal penagkap ikan yang bermotor pada tahun 2012 sebanyak
484.750 buah, sedangkan untuk perahu tanpa motor sebanyak 320.980 buah
(FAO Annual Report 2013) dari
total kapal penangkap ikan
seluruh dunia sebanyak
2.710.300 buah kapal bermotor
dan 2.011.000 buah perahu
tanpa motor.
Berdasarkan Statistik Produksi
Perikanan Tangkap yang dirilis
oleh FAO Tahun 2012, Indonesia merupakan produsen terbesar kedua
setelah Tiongkok dengan besaran produksi 5.813.800 ton (produksi
Tiongkok sebesar 16.167.443 ton). Produksi perikanan tangkap dunia pada
tahun 2012 adalah sebesar 91.336.230 ton, ini berarti Indonesia
berkonstribusi sebesar 6,37%.
Sementara itu untuk produksi perikanan budidaya, Indonesia menempati
urutan ke 4 terbesar setelah Tiongkok, India dan Vietnam dengan total
produksi sebesar 3.067.660 ton atau senilai US$ 6.715.108.000,- dari total
produksi dunia sebesar 66.633.253 ton atau senilai US$ 137.731.508.000,-.
Ini berarti produksi perikanan budidaya Indonesia pada tahun 2012 sebesar
4,6% volume produksi atau sebesar 4,88% dari nilai produksi.
Industri Pengolahan Sumberdaya Hayati Laut
Permintaan pasar dunia terhadap produk industri pengalengan ikan sangat
besar, sementara konstribusi produk industri pengalengan ikan nasional
sangat kecil yaitu 4%.
Sebagai dampak melemahnya
perekonomian dunia dengan
adanya krisis global yang baru lalu,
maka ekspor industri ikan dalam
kaleng mengalami penurunan
sampai 30 %. Hal tersebut karena
menurunnya permintaan terhadap
produk ikan dari Indonesia. Ekspor
beberapa jenis tuna dalam kaleng
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 24
pada tahun 2006 menurun dari 359 ton menjadi 329 ton pada tahun 2007.
Dalam hal masalah kemasan, di Indonesia dinilai relatif paling mahal
dibanding negara-negara lain. Kebutuhan bahan baku kemasan berupa
kaleng (tin plate) selama ini antara 60%-70% masih diimpor, selebihnya
dipenuhi dari produksi dalam negeri. Impor tin plate dikenakan bea masuk
15%, sementara impor ikan kaleng hanya dikenakan bea masuk 5%. Karena
itu dibidang industri perikanan dalam kaleng masih diperlukan adanya
harmonisasi bea masuk.
Saat ini terdapat 8 kelompok industri pengolahan hasil perikanan di
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Industri pengalengan ikan dan biota perairan lainnya, seperti ikan
sardencis dalam kaleng, udang dalam kaleng dan sejenisnya;
Industri pengaraman/pengeringan ikan dan biota perairan lainnya,
sepertinya : ikan tembang asin, ikan teri asin, udang asin, cumi-cumi
asin dan sejenis;
Industri pengasapan ikan dan biota perairan lainnya, seperti ikan
bandeng asap, ikan cakalang asap dan sejenisnya;
Industri pembekuan ikan dan biota perairan lainnya, seperti ikan
bandeng beku, ikan tuna beku, dan sejenisnya;
Industri pemindangan ikan dan biota perairan lannya, pindang ikan
bandeng,pindang ikan tongkol, dan sejenisnya;
Industri pengolahan pengawetan lainnya untuk ikan dan biota
lainnya:tepung ikan, tepung udang, rumput laut, terasi, petis dan
sejenisnya.
d. Industri Penunjang
Pembangunan infrastruktur maritim harus didukung dengan industri
penunjang yang kuat, yang meliputi industri manufaktur, industri rekayasa,
konstruksi dan instalasi, dan industri dasar. Keberadaan industri penunjang
yang kuat diharapkan akan menambah tingkat kandungan dalam negeri
dalam pembangunan infrastruktur maritim.
Pada saat ini di Indonesia terdapat sekurang-kurangnya 198 industri
galangan, baik untuk pembuatan kapal (ship building industry) maupun
galangan untuk perbaikan (ship maintenance). Sekitar 110 galangan terdapat
di Pulau Batam, sisanya tersebar di sejumlah pulau: 14 galangan di Pulau
Sumatera, 18 galangan di Pulau Kalimantan, 23 galangan di Pulau Jawa,
3 galangan di Pulau Sulawesi dan 3 galangan di Maluku. Fakta ini tentu
saja sangat menarik karena disamping penyebarannya yang tidak merata,
ternyata galangan kapal yang maju justru yang berlokasi di Pulau Batam.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 25
Kemajuan galangan kapal yang berdomisili di Pulau Batam tidak terlepas
dari kebijakan pengembangan Pulau Batam sebagai otorita khusus atau
kawasan ekonomi khusus karena adanya fasilitas baik fiskal maupun
nonfiskal untuk menunjang perkembangan ekonomi di Pulau Batam. Fakta
ini merupakan pembelajaran yang baik sehingga untuk pengembangan
galangan kapal di pulau lainnya dapat meniru kebijakan di pulau Batam.
Industri semen juga merupakan salah satu industri penunjang infrastruktur
yang cukup penting. Saat ini di Indonesia terdapat 9 industri semen yang
beroperasi dan tersebar di sejumlah pulau, yaitu:
1. Pabrik semen pertama di Indonesia dibangun di Indarung Sumatera
Barat tahun 1904 yang saat ini dikenal dengan PT Semen Padang
(4 pabrik)
2. PT Semen Gresik di Jawa Timur (saat ini 3 pabrik yang beroperasi
di Tuban)
3. PT Semen Tonasa Sulawesi Selatan (3 Pabrik)
4. PT Semen Cibinong (saat ini bernama PT Holcim Indonesia, 2 pabrik
di Bogor dan 1 pabrik di Cilacap)
5. PT Indocement Tunggal Prakarsa, yang saat ini sahamnya sebagian
besar dimiliki oleh Heidelberger (9 pabrik di Bogor, 2 pabrik di Cirebon
dan 1 pabrik di Tarjun Kalimantan Selatan)
6. PT Semen Andalas Indonesia sahamnya sebagian besar dimiliki oleh
Lafarge (1 pabrik di Aceh)
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 26
7. PT Semen Baturaja (1 pabrik di Baturaja Sumatera Selatan dengan
3 grinding plant di Palembang, Lampung dan Baturaja)
8. PT Semen Kupang (1 pabrik di Kupang NTT)
9. PT Semen Bosowa Maros (1 pabrik di Sulawesi Selatan)
Kapasitas total terpasang di Indonesia saat ini adalah 45 juta ton per tahun,
dimana pemain utama pada industri semen nasional masih dipegang oleh
Semen Gresik Group.
Peta distribusi pabrik semen di samping juga memperlihatkan fakta bahwa
penyebarannya belum merata. Oleh karena itu prioritas utama untuk
pembangunan pabrik semen baru seyogyanya kearah Indonesia Timur.
Keberadaan semen di kawasan Timur diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan harga semen dan mendorong perkembangan pembangunan
infrastruktur. Selanjutnya pembangunan infrastruktur pada gilirannya akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Industri baja merupakan salah satu penopang infrastruktur maritim
nasional. Pada tahun 2006 produksi baja nasional baru mencapai 3,8 juta
ton atau sekitar 0,3% produksi baja dunia. Kebutuhan logam besi baja di
dalam negeri pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 13 juta ton. Prognosis
permintaan sejumlah 13 juta ton pada tahun 2015 tersebut menunjukkan
adanya pertumbuhan sekitar 8,3% terhadap target tahun sebelumnya.
Belum semua kebutuhan akan baja dipenuhi dari produksi dalam negeri,
terdapat impor sekitar 40% dari kebutuhan.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 27
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian
Perindustrian diketahui sepanjang tahun 2014 industri logam dasar besi dan
baja tumbuh mencapai 6,93%. Pertumbuhan ini seyogyanya dipacu lebih
cepat lagi karena seiring dengan pertumbuhan pembangunan maka
kebutuhan akan baja terus meningkat. Gambar di atas memperlihatkan
perkembangan kebutuhan baja nasional untuk berbagai kegiatan.
Gambar di samping memperlihatkan
kebutuhan baja oleh industri nasional.
Tampak bahwa konstruksi menempati
posisi pertama dalam penggunaan
baja, yaitu mencapai 51,2%.
Selanjutnya diikuti industri mesin
(14,5%), produk metal (12,5%) dan
otomotif (12%). Sisanya dimanfaatkan
oleh industri transportasi (4,8%,
peralatan listrik (3%) dan peralatan
rumah tangga (2%). Memperhatikan profil ini maka pengembangan industri
baja akan sangat menunjang pembangunan infrastruktur dan meningkatkan
tingkat kandungan lokal.
4) SDM, Iptek dan Budaya Maritim
Dibutuhkan ketersediaan sumberdaya manusia yang handal, kuat, kompeten
dan berdaya saing tinggi, yang akan mendukung pembangunan kemaritiman
ke depan, sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan penguasaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kemaritiman, memiliki karakter
budaya maritim yang kuat, serta maupun mengembangkan inovasi di bidang
kemaritiman.
Indonesia adalah negara yang plural. Pluralisme ini menjadikan Indonesia
mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan kekayaan budaya yang sangat
menakjubkan. Namun, dewasa ini banyak ancaman dan gangguan yang
membuat pertahanan dan kesatuan bangsa Indonesia mulai terganggu.
Sehingga saat ini sangat dibutuhkan generasi-generasi yang cinta dan memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi terhadap Indonesia, tidak terkecuali cinta akan
perairannya.
Pada masa yang lalu, bangsa Indonesia di kenal sebagai Bangsa Bahari.
Kejayaan bahari masa lalu dapat dipelajari dari sejarah Sriwijaya dan
Majapahit serta sejarah kepahlawanan dan ketokohan Sultan Hasanuddin dari
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 28
Kesultanan Makassar dan Laksamana Malahayati dari Aceh. Di masa yang
lalu, bangsa Indonesia juga sudah menguasai iptek pembangunan kapal layar
seperti Kapal Phinisi dan Kapal yangterdapat pada relief Candi Borobudur.
Bangsa Indonesia juga telah menguasai ilmu falak dengan baik, sebagaimana
dibuktikan oleh sejarah penjelajahan laut oleh nenek moyang hingga ke Afrika
Selatan. Masyarakat pesisir nusantara juga sangat kaya akan budaya dan
kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya dan hidup harmonis bersama
alam. Kondisi geografis dan potensi sumberdaya kelautan telah membentuk
karakter masyarakat yang tangguh, pekerja keras, terbuka, dan mudah
menyerap pengaruh serta akulturasi budaya dari luar.
Cita-cita Pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia
membutuhkan prasyarat yang harus dipenuhi. Prasyarat itu antara lain adalah:
(a) Sumberdaya manusia yang handal dan terampil,
(b) Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
(c) Revitalisasi karakter dan wawasan bahari;
(d) Masyarakat bahari yang inovatif
Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden RI ke-7
mengatakan ―... Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan
Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan
peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera,
memunggungi selat dan teluk. Kini saat kita mengembalikan semua sehingga Jalesveva
Jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita dimasa lalu
bisa kembali membahana... ―.
Pendidikan dan Pelatihan Kemaritiman
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia sangat berkepentingan dengan
sumberdaya manusia yang kompeten di bidang kemaritiman, termasuk di
dalamnya bidang maritim, teknik kelautan, ilmu kelautan dan atau
perikanan.Berdasarkan data yang ada saat ini terdapat sejumlah lembaga
pendidikan yang berorientasi kemaritiman. Perguruan tinggi negeri yang
memiliki program studi di bidang kemaritiman, baik di bidang rekayasa, ilmu
kelautan, perikanan, pada saat ini tercatat sekurang-kurangnya 30 perguruan
tinggi negeri dan swasta.Namun demikian pendidikan tinggi yang berorientasi
di bidang rekayasa kelautan dan ilmu kelautan masih sangat sedikit.
Sementara itu pendidikan diploma di bidang maritim atau pelayaran terdapat
sekurangnya 30 akademi dan diklat yang tersebar di seluruh kota-kota
Indonesia. Sekolah Menengah Kejuruan di bidang kelautan sekurangnya
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 29
berjumlah 17 sekolah dan Sekolah Menengah Usaha Perikanan sejumlah
sekurangnya 9 sekolah.
Pengembangan tol laut di Indonesia disinyalir akan membutuhkan 1.000.000
tenaga kerja hingga tahun 2019, dan untuk kegiatan perikanan dibutuhkan
tambahan 200.000 tenaga kerja setiap tahun. Kebutuhan ini harus dapat
dipenuhi dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada di dalam negeri.
Jika tidak, maka Indonesia akan mendapat serbuan tenaga kerja terampil dari
luar negeri, terutama Negara-negara ASEAN, setelah diberlakukannya
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN Tahun 2015.
Permasalahan utama dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan di
bidang kemaritiman ini antara lain adalah:
a. Penyebaran secara geografis pusat-pusat pendidikan dan pelatihan yang
tidak merata;
b. Fasilitas edukasi, termasuk praktek, belum merata dengan kualifikasi yang
baku;
c. Belum adanya standardisasi kurikulum pendidikan maritim;
d. Pendidikan yang berorientasi rekayasa, hukum, sosiologi, dan ekonomi
maritim masih terbatas.
Iptek Kemaritiman
Pembangunan kemaritiman memberikan prospek yang menjanjikan
keuntungan finansial tinggi. Namun demikian aktifitas kemaritiman
merupakan aktifitas yang memiliki resiko tinggi (padat resiko). Oleh karena
itu, untuk mengurangi resiko dan meningkatkan manfaat ekonomi, aktifitas
kemaritiman harus didukung iptek secara memadai, di samping sumberdaya
manusia yang handal.
Pemerintah juga telah berkomitmen untuk mengembangkan paradigma
pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan kemaritiman. Dukungan
Iptek sangat diperlukan untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya alam. Hal ini sebagaimana terlihat dalam RPJM 2015-2019, arah
kebijakan pembangunan iptek untuk mendukung keberlanjutan dan
pemanfaatan sumberdaya hayati adalah: (i) melaksanakan secara konsisten
dan terurut dengan baik kegiatan eksplorasi, konservasi, pemuliaan, dan
diseminasi; dan (ii) melaksanakan kewenangan sebagai otoritas keilmuan
sebaik-baiknya sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan perundangan.
Untuk sumberdaya nir-hayati, arah kebijakan litbangnya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang sumberdaya kelautan,
limnologi, dan kebencanaan. Strategi utama yang dilaksanakan adalah
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 30
pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di Pantai Penajam–
Kalimantan Timur; pengembangan dan ujicoba model pengelolaan danau dan
situ; serta pengembangan teknologi mitigasi bencan
Kegiatan penelitian dan pengembangan diarahkan untuk menyiapkan basis
saintifik dalam membuat kebijakan di bidang kemaritiman.Oleh karena itu,
Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar harus memiliki sistem
observasi kemaritiman yang terpadu dalam dimensi ruang dan waktu.
Keberadaan basis data ilmiah di bidang kelautan harus dikelola dengan baik
sehingga mudah diakses bagi penggunanya.
Teknologi maritim harus dikembangkan sesuai tantangan Indonesia sebagai
negara kepulauan. Teknologi dimaksud harus mendukung pembangunan
industri maritim. Selain itu pengembangan teknologi yang mendukung
pemanfaatan energi baru dan terbarukan harus didorong.
Persoalan utama dalam pengembangan iptek di bidang kemaritiman saat ini
adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan litbang kelautan dan/atau kemaritiman dilakukan
di sejumlah kementerian/lembaga dengan mekanisme koordinasi yang
sangat lemah;
2. Pengamatan laut-atmosfer secara time-series masih sangat terbatas;
3. Keberadaan pusat data laut yang mengelola basis data laut yang lengkap
dan mudah diakses belum ada;
Fasilitas litbang kelautan seperti kapal riset, instalasi riset dan laboratorium
riset tersebar di sejumlah instansi;
Seni-Budaya dan Olahraga Bahari
Pembangunan Indonesia menuju poros maritim dunia harus didukung dengan
sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya manusia yang
berkarakter bangsa bahari dan berwawasan bahari.Presiden pertama RI
Soekarno dalam pidato di tahun 1953 menegaskan, ―Usahakanlah agar kita
menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan
sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata
cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut
yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut
menandingi irama gelombang lautan itu sendiri.‖ Pidato Bung Karno ini menjadi
pemacu semangat untuk mengembalikan kejayaan bahari melalui
pembangunan karakter dan wawasan bahari.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 31
Pembangunan karakter dan wawasan bangsa bahari dapat ditempuh melalui
pengembangan seni, budaya dan olahraga bahari. Peningkatan budaya
maritim dilakukan dan diperkenalkan sejak usia dini hingga perguruan tinggi,
melalui contoh-contoh kegiatan di pesisir dan di kapal laut. Budaya bahari
dibangun melalui sistem pendidikan nasional, tanpa harus mengubah
kurikulum, atau membuat kurikulum khusus. Budaya bahari dapat
dimasukkan sebagai muatan melalui kurikulum yang ada dengan memasukkan
tema maritim dalam bahasannya. Sains harus hadir dalam budaya maritim
sehingga mampu memperkuat masyarakat maritim.
Dalam melaksanakan pembangunan karakter dan wawasan bahari,
pemerintah harus melakukan segmentasi kebijakan pengembangan
kemaritiman berdasarkan lokasi besar-kecilnya pulau, dibagi 3 kelompok,
yakni : (1) Kelompok pulau-pulau besar (Kalimantan-Sumatera-Jawa-
Sulawesi-Papua), (2) kelompok pulau-pulau sedang (Bali, NTB, NTT, Maluku,
Maluku Utara, Kepridan Babel) dan (3) Kelompok pulau-pulau kecil.
Pembagian ini atas dasar pola hidup, budaya, ekosistem dan mindset
masyarakatnya, sehingga perlu dibedakan kebijakannya.
Inovasi Maritim
Masyarakat Indonesia saat ini masuk dalam kelompok Lower Middle Income
($.3.592), masyarakat berpenghasilan kecil dan menengah. Pembangunan
berdimensi kemaritiman yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia harus
mampu menggeser dan mengeluarkan masyarakat Indonesia dari perangkap
Lower Middle Income dan menuju kelompok Upper Middle Income, yaitu
masyarakat yang berpenghasilan menegah tinggi sekitar $12.000. Iptek akan
memainkan peran penting untuk membawa masyarakat Indonesia keluar dari
kelompok Lower Middle Income ini menuju kelompok Upper Middle Income
melalui inovasi yang berkelanjutan.
Inovasi, juga sering disebut pembaruan, pada prinsipnya adalah suatu
perubahan atau proses penerapan ide-ide atau invensi dalam suatu sistem
produksi dan/atau pelayanan sehingga menghasilkan produk dan/atau
layanan yang berlipat ganda. Inovasi dapat berbasis teknologi, manajemen,
pemasaran, budaya kerja atau lainnya. Kata kunci yang paling dalam inovasi
adalah berlipatgandanya kualitas dan/atau kualitas produk dan/atau jasa.
Untuk mempercepat tercapainya sasaran, inovasi di bidang kemaritiman akan
dilaksanakan melalui jejaring masyarakat yang ada, diutamakan antara lain
jejaring inovasi produk sumberdaya alam maritim, jejaring inovasi pariwisata
dan jejaring inovasi pelayaran rakyat.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 32
1.3.2 Isu Strategis Internal
1) Aspek Kelembagaan
Kementerian koordinator Bidang Kemaritiman merupakan kementerian baru
yang dibentuk dalam jajaran Kabinet Kerja. Sejak diumumkan oleh Presiden
Joko Widodo pada saat pembentukan Kabinet Kerja pada tanggal 27 Oktober
2014, Kementerian Koordinator ini praktis belum memiliki bentuk
kelembagaan.
Bentuk kelembagaan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman
selanjutnya ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang
diterbitkan pada tanggal 23 Januari 2015. Berdasarkan Keputusan Presiden
ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terdiri dari 1 (satu)
Sekretariat Kementerian Koordinator, 4 (empat) Deputi, 4 (empat) Staf Ahli
dan Inspektorat.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman selanjutnya baru ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2015
berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor 1
Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman.
Sebagai landasan kerja, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman saat
ini hanya mendasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2015.
Dalam hal tertentu Kementerian ini memerlukan dukungan legalitas lain
dalam bentuk Kepres, Perpres maupun Inpres sebagaimana Kementerian
Koordinator lainnya.
Sebagai Kementerian Koordinator baru, tugas dan fungsi Kementerian
Koordinator ini sebelumnya sudah menjadi domain Kementerian
Koordinator lainnnya yang terdahulu. Kondisi ini menjadikan kendala bagi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dalam melaksanakan tugas
koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kepada Kementerian yang berada
di bawah koordinasinya. Sebagai contoh, sejumlah isu tertentu yang menjadi
domain koordinasi Kementerian Koordinator secara legal masih menjadi
menjadi tugas Kemenko lain karena masih didasarkan peraturan lama yang
belum disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat ini. Terdapat sekitar 20
produk hukum berupa perpres, kepres dan inpres yang perlu disesuaikan
dengan keberadaan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
2) Dukungan Anggaran Kementerian Koordinator
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 33
Pada awal pembentukannya, operasional Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman didukung dengan BA 999 yang dialokasikan melalui
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kementerian Koordinator baru resmi
mengelola Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2015 pada
Bulan Mei 2015 melalui APBN P pada Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 125 Milyar. Sebagai
catatan, pada saat DIPA diterima Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman belum memiliki pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pimpinan
Tinggi Pratama dan baru memiliki jabatan Administrator dan pengawas dalam
jumlah terbatas.
Kondisi tersebut di atas tentu saja berpengaruh pada pelaksanaan anggaran
dan pencapaian kinerja di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
pada tahun 2015. Tidak maksimalnya pelaksanaan anggaran dan upaya
pencapaian kinerja ini juga dipengaruhi oleh minimnya perangkat pengelolaan
anggaran di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman saat ini. Untuk
mengatasi hal itu, saat ini semua formasi jabatan yang ada dipercepat
pengisiannya dan prosedur pelaksanaan anggaran juga dilengkapi.
3) Sistem Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, setiap kementerian
dan lembaga diwajibkan menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Tidak terkecuali Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman,
meskipun merupakan kementerian yang baru dibentuk. Sebagai kementerian
baru, kementerian ini harus melengkapi berbagai perangkat kelembagaannya
termasuk sistem perencanaan dan akuntabilitas kinerja.
Namun demikian berbagai kendala dalam penerapan sistem akuntabilitas
kinerja belum dapat disediakan. Rencana Strategi Kementerian Koordinator
belum bisa ditetapkan pada awal penyusunan kegiatan DIPA Tahun 2015
mengingat pada saat itu belum ada pejabat yang definitive untuk Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama. Komponen
penyelenggaraan SAKIP lainnya juga belum dapat dijalankan dengan
sempurna.
4) Aspek Sumberdaya Manusia
Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman berdasarkan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman memiliki 140 jabatan terdiri dari:
9 Pimpinan Tinggi Madya
24 Pimpinan Tinggi Pratama
68 Administrator
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 34
39 Pengawas
Namun demikian sampai dengan saat ini baru terisi 109 jabatan.
Pelantikan pejabat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman baru bisa dilaksanakan untuk pertama kali pada tanggal 31
Maret 2015 untuk jabatan Administrator dan Pengawas. Jabatan pimpinan
tinggi Madya, Sekretaris Kementerian Koordinator dan para Deputi, baru
dapat dilantik pada bulan Mei 2015. Menyusul secara bertahap pelantikan
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sejak awal pembentukan
Kementerian hinggal 31 Maret 2015 dalam melaksanakan tugasnya hanya
dibantu oleh tim bantuan dari berbagai Kementerian dan Lembaga, yaitu dari
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dan
Badan Informasi Geospasial. Kendala utama dalam rekrutmen pejabat pada
saat itu adalah belum jelasnya pola karir dan tunjangan kinerja di Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman.
5) Kebijakan Reshuffle Kabinet Kerja
Presiden Joko Widodo pada tanggal 12 Agustus 2015 mengambil keputusan
penting dan melakukan perombakan susunan Kabinet Kerja. Dalam hal ini
dilakukan pergantian Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dari Prof. Dr.
Ir. Indroyono Soesilo kepada Dr. Rizal Ramli.
Pergantian pimpinan ini secara langsung atau tidak langsung membawa
implikasi terhadap terhadap sistem akuntabilitas kinerja pada Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman. Hal ini disebabkan karena setiap pimpinan
memiliki preferensi dan fokus kebijakan yang berbeda-beda. Disamping itu
setiap pimpinan juga memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda pula.
1.4 Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman
1.4.1 Visi dan Misi
Sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan adalah legal menurut
Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 25A
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara
Kepulauan yang bercirikan nusantara. Selain itu, Misi ke-7 Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 adalah mewujudkan Indonesia sebagai Negara
Kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 35
Misi ke-6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, yang juga
merupakan salah satu misi Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, adalah
mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju, dan kuat serta
berbasiskan kepentingan nasional. Presiden Joko Widodo juga mencanangkan
gagasannya untuk membangun Indonesia menjadi poros maritim dunia melalui 5
pilar, yakni:
1. membangun kembali budaya maritim Indonesia;
2. menjaga dan mengelola sumber daya laut;
3. memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim;
4. mengembangkan diplomasi maritim, membangun kemitraan; dan
5. membangun kekuatan pertahanan maritim.
Dengan mempertimbangkan bahwa:
1. Secara faktual, Indonesia merupakan kepulauan yang terbesar di kawasan
tropis, pada posisi silang antara 2 samudera besar dan 2 benua;
2. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A secara jelas menyebutkan bahwa
Indonesia adalah sebuah Negara Kepulauan; dan
3. Gagasan Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia adalah sebuah gagasan yang visioner.
Maka visi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik
Indonesiatelah dirumuskan sebagai berikut:
Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju dan kuat, menuju poros maritim dunia
Sehubungan dengan visi tersebut di atas, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman memiliki 3 misi sebagai berikut:
a. Memperkuat jatidiri Indonesia sebagai negara kepulauan dan bangsa bahari
yang berdaulat dan berkarakter budaya nusantara;
b. Mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia berbasis sumberdaya
alam yang berkelanjutan dan infrastruktur yang maju dan terpadu; dan
c. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik.
Penyelenggaraan ke-tiga misi tersebut diyakini akan dapat mempercepat
perwujudan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju dan kuat,
menuju poros maritim dunia.
1.4.2 Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Tujuan dibentuknya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
adalah untuk menyinergikan kebijakan Kementerian Negara/Lembaga dalam
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 36
rangka mempercepat terwujudnya Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang
mandiri, maju dan kuat menuju poros maritim dunia”. Dengan memperhatikan visi-
misi di atas, tujuan strategis Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman
adalah:
1) Mewujudkan pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim
yang berperan aktif dalam kerjasama maritim di tingkat Regional dan Global;
2) Memperkuat jatidiri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif,
berkarakter dan berbudaya nusantara;
3) Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumberdaya alam;
4) Mempercepat pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim; dan
5) Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik di Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman.
Berkaitan dengan tujuan strategis tersebut, sasaran strategis Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman adalah:
1) Sasaran strategis #1: Terwujudnya pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai
Negara Maritim yang berperan aktif dalam kerjasama maritim di tingkat Regional dan
Global.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian isu-isu strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
di bidang Kedaulatan Maritim diarahkan untuk mempercepat:
a. Terciptanya sistem hukum maritim nasional yang harmonis dan perjanjian
maritim yang memperkuat eksistensi Indonesia sebagai negara maritim
yang disegani;
b. Terciptanya sinergi penegakan hukum di laut untuk mewujudkan
keamanan dan ketahanan maritim;
c. Tersedianya data, informasi dan kebijakan untuk penegasan batas maritim
dan pengembangan kawasan perbatasan; dan
d. Terciptanya sinergi upaya peningkatan keselamatan maritim.
2) Sasaran strategis #2: Menguatnya jatidiri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari
yang inovatif, berkarakter dan berbudaya nusantara
Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian isu-isu strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
di Iptek, Sumberdaya Manusia dan Budaya Maritim diarahkan untuk
mempercepat:
a. Tersedianya sinergitas sistem pendidikan dan pelatihan maritim yang
berkualitas;
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 37
b. Terwujudnya pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mendukung pembangunan bidang kemaritiman;
c. Terciptanya apresiasi seni dan budaya bahari serta berkembangnya
olahraga bahari; dan
d. Terbentuknya sistem inovasi maritim melalui jejaring pemangku
kepentingan;
3) Sasaran strategis #3: Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumberdaya alam
Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian isu-isu strategis Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritimandi bidang Sumberdaya Alam dan Jasa diarahkan untuk
mempercepat:
a. Peningkatan sinergi tatakelola sumber daya hayati secara berkelanjutan;
b. Peningkatan pemanfaatan dan nilai tambah sumber daya mineral, energi,
dan nonkonvensional yang ramah lingkungan dan mengutamakan
kepentingan nasional;
c. Berkembangnya jasa kemaritiman yang inovatif dan berdaya saing global;
dan
d. Peningkatan kualitas lingkungan maritim dan terwujudnya tatakelola
kebencanaan maritim yang terpadu.
4) Sasaran strategis #4: Tejadinya percepatan pembangunan dan pemerataan
infrastruktur poros maritim;
Sehubungan dengn hal tersebut, pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian isu-isu strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
diarahkan untuk mempercepat:
a. Tersedianya infrastruktur konektivitas dan sistem logistik yang
terintegrasi dan terdistribusi secara seimbang;
b. Terpenuhinya infrastruktur pertambangan dan energi dengan kandungan
lokal tinggi dan ramah lingkungan yang mendukung kedaulatan energi;
c. Tersedianya Infrastruktur pelayaran, perikanan, dan pariwisata secara
memadai dan berdaya saing global; dan
d. Berkembangnya industri penunjang infrastruktur yang berdaya saing dan
memiliki keunggulan kompetitif.
5) Sasaran Strategis #5: Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik
di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 38
Sehubungan dengan hal tersebut untuk pencapaian sasaran strategis di atas,
penyelenggaraan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya diarahkan untuk mencapai:
a. Peningkatan sistem perencanaan dan kerjasama yang cermat, akurat dan
akuntabel, dan pengelolaan reformasi birokrasi, yang terkoordinasi dengan
baik;
b. Penyelenggaraan pengelolaan sistem informasi, urusan persidangan, urusan
hukum, dan kehumasan yang optimal;
c. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan, kesekretariatan, dan
kerumahtanggaan dengan baik; dan
d. Pelaksanaan pengawasan kinerja dan keuangan yang efektif.
1.5 Susunan Organisasi Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terdiri atas Sekretariat
Kementerian Koordinator, 4 (empat) Deputi, 4 (empat) Staf Ahli, dan Inspektorat,
sebagai berikut:
1) Sekretariat Kementerian Koordinator;
Sekretariat Kementerian Koordinator dipimpin oleh Sekretaris Kementerian
Koordinator dan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman.
2) Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim;
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dipimpin oleh Deputi dan
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kedaulatan maritim.
3) Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa;
Deputi Bidang Koordinasi Sumberdaya Alam dan Jasa dipimpin oleh Deputi
dan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
sumberdaya alam dan jasa.
4) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur;
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dipimpin oleh Deputi dan
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 39
penetapan dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang infrastruktur.
5) Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, dan Budaya Maritim;
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, dan Budaya Maritim dipimpin oleh Deputi dan mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang sumber daya manusia, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan budaya maritim.
6) Inspektorat
Inspektorat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator melalui Sekretaris Kementerian Koordinator, dipimpin oleh
Inspektur, dan mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern
di lingkungan Kementerian KoordinatorBidang Kemaritiman.
7) Staf Ahli
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator, secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris
Kementerian Koordinator, mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya, dan
terdiri dari:
a. Staf Ahli Bidang Hukum Laut;
b. Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Maritim;
c. Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim; dan
d. Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas.
Gambar 6. Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
a. SAB Hukum Laut
b. SAB Sosio-Antropologi Maritim
c. SAB Ekonomi Maritim
d. SAB Manajemen Konektivitas
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 40
BAB 2 PERENCANAAN KINERJA
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2015
Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan Menteri
Koordinator sesuai dengan Rencana Strategis yang telah ditetapkan serta merujuk
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2014-2019. Pada tingkat
Kementerian Koordinator, diimplementasikan dalam pernyataan Kinerja Menteri
Tahun 2015 dan Perjanjian Kinerja Sekretaris Kementerian Koordinator dan para
Deputi. Strategi pencapainya diimplementasikan dalam Peta Strategi (Strategy
Map) Kementerian Koordinator sebagai. Target kinerja pada tingkat Kementerian
Koordinator yang ditetapkan berdasarkan Pernyataan Kinerja Menteri
Koordinator, dijabarkan lebih lanjut secara berjenjang kepada seluruh unsur
organisasi sampai dengan tingkat individu.
Sebagai lembaga baru, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
sedang mengembangkan sistem dan prosedur, termasuk system akuntabilitas
kinerja. Oleh karena itu manajemen kinerja di tingkat organisasi masih
dilaksanakan secara manual. Namun demikian di masa yang akan datang
manajemen kinerja akan dilakukan dengan bantuan software aplikasi yang
dirancang secara khusus. Penilaian kinerja dilakukan dengan pendekatan balance
scorecard, namun di masa yang akan datang akan diimplementasikan sistem
ballance score card.
2.1 Peta Strategi
Dalam Renstra 2015–2019, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman memiliki 5 sasaran strategis, yaitu:
1) Terwujudnya pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim
yang berperan aktif dalam kerjasama maritim di tingkat Regional dan Global;
2) Menguatnya jatidiri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif,
berkarakter dan berbudaya nusantara;
3) Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumberdaya alam ;
4) Tejadinya percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros
maritim; dan
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 41
5) Terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik di Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman
Lima sasaran strategis di atas memiliki keterkaitan sebagaimana
diilustrasikan pada peta strategis berikut. (Gambar.7)
Gambar 7. Peta Strategis Kementerian Koordinator Kemaritiman
Dalam peta strategis tersebut terlihat sasaran strategis 1 sampai dengan 4
akan saling bersinergi dan diyakini akan memberikan kontribusi yang besar bagi
perwujudan visi Indonesia sebagai negara kepulauan yang maju, mandiri dan
kuat, menuju poros maritim dunia. Keempat sasaran strategis tersebut
memerlukan dukungan sasaran strategis 5 dalam bentuk penguatan sistem
perencanaan dan pengelolaan kinerja, pengelolaan anggaran, BMN dan
sumberdaya manusia yang handal, penyediaan sistem informasi, dukungan
administrasi hukum dan kehumasan serta pengawasan akuntabilitas kinerja.
Dengan mengelola peta strategis dimaksud secara benar, maka sasaran
strategis dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sistem manajemen kinerja yang
efektif harus mampu melakukan pemantauan kinerja secara berkesinambungan.
Kementerian koordinator pada saat ini sedang mengembangkan Sistem
Akuntabilitas Kinerja dari mulai tahap perencanaan hingga pelaporan kinerja.
Pada masa yang akan datang Sistem Akuntabilitas Kinerja akan diterapkan
sampai dengan unit terendah yang menghasilkan luaran dan staf.
Indonesia sebagai Negara
Kepulauan yang mandiri,
maju dan kuat, menuju
poros maritim dunia
Mewujudkan
pembangunan
kedaulatan
Indonesia sebagai
Negara Maritim
yang berperan
aktif dalam
Memperkuat
jatidiri bangsa
Indonesia
sebagai bangsa
bahari yang
inovatif,
Meningkatkan
pengelolaan
dan nilai
tambah
sumberdaya
alam
Mempercepat
pembangunan
dan
pemerataan
infrastruktur
poros maritim
Mewujudkan
tatakelola
pemerintahan yang
baik di Kementerian
Koordinator Bidang
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 42
2.2 Target Kinerja
Secara lebih rinci, lima sasaran strategis yang telah dipetakan tersebut,
memiliki indikator kinerja utama dan target sebagai berikut:
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Sasaran/Outcome/
Kinerja Utama Indikator Kinerja Utama Target
1. Terwujudnya pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang berperan aktif dalam kerjasama maritim di tingkat Regional dan Global
1) Persentasi rekomendasi kebijakan penguatan kedaulatan maritim dihasilkan
100
2) Persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/ Kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman.
100
3) Jumlah regulasi kemaritiman tingkat nasional yang diharmonisasikan dan/atau disinkronisasikan yang difasilitasi oleh Kemenko Kemaritiman.
100
2. Menguatnya jati diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa
bahari yang inovatif,
berkarakter, dan berbudaya
nusantara
4) Persentase event seni, budaya dan olahraga maritim tingkat nasional dan internasional yang terselenggara
100
5) Persentase peningkatan hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan bidang kemaritiman
100
3. Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam
6) Persentase Rekomendasi kebijakan SDA dan Jasa Kemaritiman yang ditindaklanjuti
100
7) Persensate regulasi SDA dan jasa bidang kemaritiman yang diharmonisasikan dan ditindaklanjuti
100
4. Terjadinya percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim
8) Persentase Rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim yang ditindaklanjuti
100
9) Persentase KEK dan KIK yang dikembangkan di luar jawa
100
10) Persentase infrastruktur energi, pertambangan dan industri penunjang infrastruktur yang dikembangkan
100
5. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
11) Indeks Persepsi korupsi B
12) Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenko Maritim
WTP
13) Nilai Akuntabilitas Kinerja A
14) Indeks Reformasi Birokrasi B
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 43
Tahun 2015 merupakan tahun pertama bagi Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman mengelola DIPA sendiri. DIPA Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman Tahun 2015 diterima dan efektif berlaku pada akhir Mei
2013. Sementara itu penyusunan Rencana Strategis Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman Tahun 2015-2019 baru dapat diselesaikan pada Bulan
Nopember 2015. Oleh karena itu, Perencanaan Kinerja Tahun 2015 belum
sepenuhnya sesuai dengan Rencana Strategis 2015-2019.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 44
BAB 3
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Pengukuran nilai/angka capaian kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman tahun 2015 dihitung dengan membandingkan realisasi capaian
kinerja pada akhir tahun anggaran (bulan desember) dengan target (rencana
kinerja) yang telah disepakati lewat perjanjian kinerja antara masing-masing
Deputi dan Sekretaris kementerian dengan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman pada awal penugasan.
Secara rinci, capaian masing-masing kinerja unit adalah seperti dalam tabel
berikut:
Tabel 4 Capaian Kinerja Kementerian Koordinator Kemaritiman Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
Terwujudnya pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang berperan aktif dalam kerjasama maritim di tingkat Regional dan Global
1. Persentasi rekomendasi kebijakan penguatan kedaulatan maritim dihasilkan
100 100 100
2. Persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/ Kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman.
100 133 133
3. Jumlah regulasi kemaritiman tingkat nasional yang diharmonisasikan dan/atau disinkronisasikan yang difasilitasi oleh Kemenko Bidang Kemaritiman.
100 100 100
Menguatnya jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif, berkarakter, dan berbudaya nusantara
4. Persentase event seni, budaya dan olahraga maritim tingkat nasional dan internasional yang terselenggara
100 75 75
5. Persentase peningkatan hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan bidang kemaritiman
100 100 100
Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam
6. Persentase rekomendasi kebijakan SDA dan jasa kemaritiman yang ditindaklanjuti
100 100 100
7. Persensate regulasi SDA dan Jasa bidang kemaritiman yang diharmonisasikan dan
100 83,33 83,33
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 45
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
ditindaklanjuti
Terjadinya percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim
8. Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim yang ditindaklanjuti
100 100 100
9. Persentase KEK dan KIK yang dikembangkan di luar Jawa
100 100 100
10. Persentase infrastruktur energi, pertambangan dan industri penunjang infrastruktur yang dikembangkan
100 120 120
Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
11. Indeks persepsi korupsi B - -
12. Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenko Maritim
WTP - -
13. Nilai Akuntabilitas Kinerja A - -
14. Indeks Reformasi Birokrasi B - -
PERSENTASE CAPAIAN TOTAL 101,13
Dalam analisa laporan kinerja ini tidak membahas capaian kinerja tahun
sebelumnya karena Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman baru mulai
efektif melaksanakan kegiatan pada tahun 2015.
Pada tabel diatas terlihat bahwa capaian total kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman sebesar 101,13% dari target yang ditetapkan.
Penghitungan capaian kinerja tersebut diatas dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah capaian dengan target. Selain target teknis diatas
(indikator nomor 1-10) juga ditetapkan target dalam bidang keadministrasian/
pelayanan sebagai kegiatan penunjang di Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman (indikator nomor 11-14). Indikator nomor 11-14 merupakan
indikator standar yang ada di setiap instansi pemerintah, yang mana pelaksanaan
evaluasi penilaian baru dimulai pada triwulan II tahun berikutnya. Sehingga
sebagai Kementerian yang baru maka belum mendapatkan nilai capaian pada
indikator kinerja dimaksud.
3.1.1. Sasaran Strategis (SS) 1:
Terwujudnya pembangunan kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang berperan aktif dalam kerjasama maritim di tingkat Regional dan Global
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 46
Sebagai pewujudan implementasi Sasaran Strategis I, maka disusun
Sasaran atau Keluaran Utama dan Indikator Kinerja Utama seperti dalam tabel 5
berikut:
Tabel 5. Sasaran dan Indikator Kinerja SS 1
Sasaran/Outcome/
Kinerja Utama* Indikator Kinerja Utama
Terwujudnya sinergi antarsektor, tersedianya rekomendasi solusi atas permasalahan sektoral, serta termonitornya implementasi kebijakan mengenai hukum dan perjanjian maritim, keamanan dan ketahanan maritim, delimitasi zona maritim dan navigasi dan keselamatan maritim melalui koordinasi kebijakan yang efektif dan produktif.
1) Persentasi rekomendasi kebijakan penguatan kedaulatan maritim dihasilkan
2) Persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/ Kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman.
3) Jumlah regulasi kemaritiman tingkat nasional yang diharmonisasikan dan/atau disinkronisasikan yang difasilitasi oleh Kemenko Kemaritiman.
*) Rumusan sasaran strategis berdasarkan rumusan dalam dokumen perjanjian kinerja yang ditetapkan sebelum tersusunnya Renstra Kemenko Bidang Kemaritiman
Untuk mencapai target IKU di atas, dicapai dengan beberapa indikator kinerja.
Pada akhir tahun anggaran capaian hasil dari SS1 adalah 100% dari target, dengan
rincian seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Target dan capaian IKU SS 1 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Utama Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
1) Persentasi rekomendasi kebijakan penguatan kedaulatan maritim dihasilkan
100 100 100
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 47
Indikator Kinerja Utama Target
(%) Realisasi
(%) Capaian
(%)
Komponen Indikator Kinerja: a. Tersusunnya kebijakan nasional penanganan illegal fishing,
termasuk terkait penenggelaman kapal. b. Tersusunnya aide memoire kebijakan Indonesia untuk
penanganan Illegal fishing c. Tersusun rancangan Regional Convention on Illegal fishing d. Tersusun kebijakan awal penanganan keamanan selat
Malaka dan Singapura e. Tersusun kajian awal kebijakan pemberdayaan serta
keamanan dan ketahanan pulau-pulau terluar f. Tersusunnya kebijakan nasional penetapan landas kontinen
di luar 200 mil laut; g. Tersusunya kebijakan nasional terkait titik dasar dan garis
pangkal kepulauan Indonesia; h. Tersusunnya kebijakan nasional untuk penetapan batas
Maritim Indonesia dengan negara tetangga i. Tersusunnya kajian awal pembentukan Traffic Separation
Scheme di perairan strategis di Indonesia j. Tersusunnya kajian awal kebijakan nasional di organisasi
International Maritime Organisation k. Tersusunnya kebijakan awal mengenai ALKI
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
2) Persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/ Kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman.
100 133 133
Komponen Indikator Kinerja: a. Tersusunnya kebijakan awal peran serta Indonesia di dalam
pengelolaan dasar samudera dalam (the Area) melalui International Seabed Authority
b. Terlibat di dalam berbagai diskusi internasional terkait South China Sea
c. Tersusunnya dokumen persiapan pencalonan WNI sebagai salah satu hakim International Tribunal of the Law of the Sea (ITLOS)
d. Terbentuknya The Council of Palm Oil Producing Countries
1
1
1 -
1
1
1
1
3) Jumlah regulasi kemaritiman tingkat nasional yang diharmonisasikan dan/atau disinkronisasikan yang difasilitasi oleh Kemenko Kemaritiman.
100 100 100
Komponen Indikator Kinerja: a. Tersusunnya rancangan dokumen Perpres kebijakan
kelautan Indonesia. b. Telah tersusun dokumen identifikasi perundangan perijinan
pemasangan dan perawatan kabel laut yang perlu di deregulasi;
c. Tersusunnya kebijakan harmonisasi perundangan di bidang law enforcement di laut, khususnya terkait keberadaan Bakamla
d. Tersusunnya kajian awal gap analysis perundangan nasional Indonesia terhadap ketentuan UNCLOS
e. Terbentuknya kerjasama kemaritiman Indonesia dengan berbagai negara mitra i.e: US, Inggris, Denmark
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 48
Indikator Kinerja Utama Target
(%) Realisasi
(%) Capaian
(%)
f. Tersusunnya MoU K/L dan terlaksananya rakor kerjasama survei dan berbagi pakai data kelautan nasional
g. Tersusunnya kebijakan koordinasi harmonisasi dan pembakuan data kewilayahan nasional terkait kemaritiman, termasuk penyusunan peta Indonesia rujukan nasional;
1
1
1
1
Pencapaian Total SS1 21 22 104,76
Keterangan: Target persentase dihitung berdasarkan target jumlah komponen. Untuk realisasi berdasarkan capaian berbanding target
Capaian persentase kinerja SS1 Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman adalah sebesar 104,76% dari target yang telah ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian target kinerja SS1 ini secara umum berasal dari indikator
kinerja utama pada indikator persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/
kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman.
Gambar 8. Diagram Batang Capaian Kinerja SS1
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 49
Adapun rincian dari capaian SS 1 ini seperti dalam penjelasan berikut:
IKU No 1. Persentasi rekomendasi kebijakan penguatan kedaulatan
maritim dihasilkan
Untuk mendapatkan hasil perhitungan untuk menilai capaian IKU No. 1
ini, terdapat beberapa target capaian kegiatan, seperti tercantum dalam tabel di
atas. Hasil capaian pada akhir tahun anggaran adalah 100% dari target yang
ditetapkan. Rincian capaian dari masing-masing komponen kinerja dapat dilihat
pada penjelasan berikut.
Salah satu faktor pendukung penegakan kedaulatan kemaritiman adalah
kejelasan peta Indonesia. Untuk itu perlu sebuah harmonisasi dan pembakuan
data kewilayahan nasional. Pada tahun 2015 ini, kami telah melaksanakan rapat
koordinasi untuk kemudian menghasilkan sebuah kebijakan koordinasi
harmonisasi dan pembakuan data kewilayahan nasional terkait kemaritiman,
termasuk penyusunan peta Indonesia rujukan nasional.
Sebagai bentuk kepastian hukum dalam pemanfaatan laut kita, maka
diperlukan sebuah kebijakan dan langkah strategis nasional penetapan landas
kontinen di luar 200 mil laut. Untuk itu pada tahun 2015, kami telah menyusun
sebuah kebijakan dan langkah startegis nasional penetapa landas kontinen di luar
200 mil. Terkait itu pula, pada tahun 2015 telah dilaksanakan rapat koordinasi
dan kajian awal kebijakan nasional titik dasar dan garis pangkal kepulauan
Indonesia.
Isu lain yang cukup strategis adalah masalah perbatasan maritim kita
dengan negara tetangga. Sebagaimana diketahui, kita memiliki 10 perbatasan
maritim. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya ada sebuah kebijakan
nasional dalam rangka penetapan batas maritim. Untuk mendukung hal tersebut,
kami telah melaksanakan rapat koordinasi yang akan menghasilkan sebuah
kebijakan nasional untuk penetapan batas maritim Indonesia dengan negara
tetangga.
Selain itu, untuk mendukung penegakan hukum di laut, perlu adanya
sebuah analisa untuk melihat kesenjangan peraturan perundang-undangan
nasional Indonesia di bidang kelautan dengan aturan yang terdapat dalam
UNCLOS. Sebagai tahap awal, telah tersusun kajian awal gap analysis perundangan
nasional Indonesia terhadap ketentuan UNCLOS.
Sebagai salah satu negara kepulauan, Indonesia memiliki kewajiban untuk
memberikan izin atas pelayaran kapal lintas damai (innocent passage). Untuk
memfasilitasi pelayaran lintas damai tersebut, kita diwajibkan membentuk Alur
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 50
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Adapun ALKI yg telah ada berjumlah 3 buah.
Untuk mengatur lebih rinci ALKI dimaksud maka diperlukan sebuah kebijakan
yng komprehensif. Sebagai langkah awal, pada than 2015 ini kami telah berhasil
melaksanakan rapat koordinasi dan menyusun kebijakan awal mengenai ALKI.
Selain tercapainya sasaran kegiatan yang sudah ditargetkan dan masuk
dalam perjanjian kinerja, juga terdapat capaian lainnya yang tidak masuk dalam
target capaian, yaitu pembentukan The Council of Palm Oil Producing Countries. The
Council of Palm Oil Producing Countries berhasil terbentuk sebagai wadah negara-
negara produsen/eksportir utama hasil produksi kelapa sawit. Lembaga ini
dibentuk dengan tujuan untuk:
1. Mengatur harga produk kelapa sawit yang wajar dan menguntungkan bagi
industri kelapa sawit;
2. Menangani isu-isu terkait dampak industri kelapa sawit, seperti isu
perambahan hutan, berkurangnya jenis biota terutama hewan langka di lokasi
perkebunan kelapa sawit, proses produksi yang dianggap tidak ramah
lingkungan atau kesehatan
IKU No. 2. Persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/
Kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan untuk menilai capaian IKU No. 2
ini, terdapat beberapa target capaian kegiatan, seperti tercantum dalam tabel
di atas. Hasil capaian pada akhir tahun anggaran adalah 133% dari target yang
ditetapkan. Pencapaian diatas target disebabkan adanya penambahan isu prioritas
yang diarahkan Menteri Koordinator. Rincian capaian dari masing-masing
komponen kinerja dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Dalam bidang kerjasama internasional di bidang kemaritiman, pada tahun
2015 telah dihasilkan kerjasama kemaritiman Indonesia dengan berbagai negara
mitra antara lain: Amerika Serikat, Inggris, Denmark.
Selama ini peran Indonesia dalam memanfaatkan potensi sumber daya
alam yang terdapat pada dasar samudera dalam masih kurang maksimal. Padahal
peran yang maksimal dalam pengelolaan dasar samudera dalam (the Area) bisa
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk itu sebagai langkah awal,
pada tahun 2015 kami telah menyusun kebijakan awal peran serta Indonesia
di dalam pengelolaan dasar samudera dalam (the Area) melalui International Seabed
Authority.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 51
Sebagaimana kita ketahui bersama, isu konflik Laut Cina Selatan (LCS)
cukup mengundang perhatian kita, karena jika tidak dikelola dengan baik bisa
menimbulkan konflik bersenjata antar negara yang mengklaim kepemilikan
di LCS. Indonesia walaupun bukan termasuk negara pengklaim di LCS, memiliki
peran strategis untuk mengelola konflik ini agar tidak mengarah pada konfik
bersenjata. Untuk itu, pada tahun 2015 Indonesia telah terlibat dalam berbagai
diskusi internasional terkait LCS .
Untuk memajukan kepentingan Indonesia di forum internasional
khususnya di bidang kemaritiman, salah satu langkah startegis adalah
menempatkan Warga Negara Indonesia untuk memegang peranan penting pada
berbagai organisasi internasional. Salah satu organisasi internasional yang cukup
strategis adalah International Tribunal of the Law of the Sea (ITLOS). Langkah
startegis awal yang telah dilakukan pada tahun 2015 ini adalah penyusunan
dokumen persiapan pencalonan WNI sebagai salah satu hakim ITLOS.
Lalu lintas laut internasional yang memasuki wilayah negara kepulauan
telah diatur dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut/United Nation Convention
on the Law of the Sea (UNCLOS 1982). Salah satu komponennya adalah isu Traffic
Separation Scheme (TSS). TSS ini memiliki arti penting dalam hal pengaturan lalu
lintas laut. Untuk itu kita perlu membentuk TSS di perairan strategis Indonesia.
Sebagai langkah awal, pada tahun 2015 telah disusun rancangan awal
pembentukan TSS di perairan strategis di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui salah satu organisasi internasional di bidang
maritime adalah International Maritime Organisation (IMO). Indonesia sebagai salah
satu negara anggota IMO, tentu harus mampu memanfaatkan organisasi ini untuk
mengedepankan kepentingan maritim Indonesia. Untuk itu perlu disusun
kebijakan nasional yang jelas dan terpadu sebagai cara memperjuangkan
kepentingan Indonesia di IMO. Pada tahun 2015 telah dilakukan kajian awal
kebijakan nasional di IMO. Sebagai bukti keaktifan Indonesia dalam berbagai
forum internasional yang diadakan oleh IMO dan kontribusi Indonesia dalam
organisasi tersebut. Pada bulan Nopember 2015 Indonesia terpilih kembali sebagai
anggota dewan IMO pada kategori C (negara–negara anggota yang memiliki
peran terbesar dalam bidang transportasi maritim dan merepresentasikan kawasan
geografis utama di dunia). Sidang ke-29 IMO Assembly di Kantor Pusat IMO di
London, Inggris. Hal tersebut membuktikan kontribusi posutif Indonesia dlam
organissi internasional di bidang maritime.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 52
IKU No. 3. Jumlah regulasi kemaritiman tingkat nasional yang
diharmonisasikan dan/atau disinkronisasikan yang
difasilitasi oleh Kemenko Bidang Kemaritiman.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan dalam menilai capaian IKU No. 3,
terdapat beberapa target capaian kegiatan sebagaiman tercantum dalam tabel 6
di atas. Hasil capaian pada akhir tahun anggaran adalah 100% dari target yang
ditetapkan. Rincian capaian dari masing-masing komponen kinerja dapat dilihat
pada penjelasan berikut.
Untuk menjaga keamanan dan kelestarian laut kita, maka diupayakan
adanya penegakan hukum di laut. Namun untuk sampai kesana perlu adanya
harmonisasi peraturan dan perundang-undangan di bidang penegakan hukum
tersebut. Pada tahun 2015 telah disusun kebijakan harmonisasi perundangan
di bidang penegakan hukum di laut, khususnya terkait dengan keberadaan Badan
Keamanan Laut.
Pada tahun 2015 telah dihasilkan rancangan dokumen Peraturan Presiden
tentang Kebijakan Kelautan Indonesia yang akan menjadi panduan bagi seluruh
pemangku kepentingan kemaritiman Indonesia dalam merencanakan dan
melaksanakan kebijakan dibidang kemaritiman. Terkait dengan navigasi dan
keselamatan maritim, pada tahun 2015 telah dilakukan identifikasi perundang-
undangan perizinan pemasangan dan perawatan peralatan navigasi di laut.
3.1.2. Sasaran Strategis (SS) 2:
Menguatnya jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif,
berkarakter, dan berbudaya nusantara
Sebagai pewujudan implementasi Sasaran Strategis 2, maka disusun
Sasaran atau Keluaran Utama dan Indikator Kinerja Utama seperti dalam tabel
berikut:
Tabel 7. Sasaran dan Indikator Kinerja SS 2
Sasaran/Outcome/
Kinerja Utama* Indikator Kinerja Utama
Terwujudnya sinergi antar sektor, tersedianya rekomendasi solusi atas permasalahan sektoral, serta termonitornya implementasi kebijakan mengenai pendidikan dan pelatihan maritim, pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi maritim, budaya, seni dan olah raga bahari, dan jejaring inovasi
5) Persentase event seni, budaya dan olahraga maritim tingkat nasional dan internasional yang terselenggara
6) Persentase peningkatan hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan bidang kemaritiman
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 53
maritim melalui koordinasi kebijakan yang efektif dan produktif.
*) Rumusan sasaran strategis berdasarkan rumusan dalam dokumen perjanjian kinerja yang ditetapkan sebelum tersusunnya Renstra Kemenko Bidang Kemaritiman
Tabel 8. Target dan capaian IKU SS 2 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Utama Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
4) Persentase event seni, budaya dan olahraga maritim tingkat nasional dan internasional yang terselenggara
100 100 100
Komponen Indikator Kinerja: a. Pengenalan dan peningkatan wawasan kemaritiman bagi
generasi muda b. Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 c. Pelayaran Muhibah KJK-WEM 2015 d. Gerakan Budaya Bersih dan Senyum e. Pengembangan kebijakan pariwisata dan budaya bahari f. Pengembangan kebijakan pendidikan, pelatihan dan
sertifikasi profesi kemaritiman
1
1 1 1 1
1
1 1 1 1
5) Persentase peningkatan hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan bidang kemaritiman
100 100 100
Komponen Indikator Kinerja:
a. Pendayagunaan IPTEK dan Maritim
b. Pengembangan kebijakan pemanfaatan energi baru
terbarukan termasuk energi laut
1
1
1
1
8 8 100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Persentase event seni,
budaya dan olahraga
maritim tingkat nasional
dan internasional yang
terselenggara
Persentase peningkatan
hilirisasi hasil penelitian
dan pengembangan
bidang kemaritiman
100 100
75
100
Target Capaian
Gambar 9. Diagram Batang Capaian Kinerja SS2
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 54
Capaian persentase kinerja SS2 Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman adalah sebesar 100% dari target yang telah ditetapkan. Rincian
faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target indikator ini dilihat
pada penjelasan berikut.
IKU. 4 Persentase Event Seni, Budaya dan Olahraga Maritim Tingkat
Nasional dan Internasional yang Terselenggara
Untuk mencapai indikator utama ini, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan
dengan tujuan utama untuk meningkatan penguatan karakter dan budaya bahari
masyarakat, khususnya generasi muda serta dalam rangka peningkatan kualitas
sumberdaya manusia kemaritiman. Capaian kinerja untuk indikator ini adalah
100% yang rinciannya tergambarkan dari capaian kegiatan-kegiatan berikut.
1. Pengenalan dan peningkatan wawasan kemaritiman bagi generasi
muda
Kegiatan pengenalan dan peningkatan wawasan kemaritiman bagi generasi
muda dilaksanakan melalui kegiatan pelayaran ―Arung Samudera‖. Pelayaran Arung Samudera bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan
kemaritiman bagi total 100 orang pemuda melalui keikutsertaan dalam
pelayaran menggunakan kapal layar tiang tinggi (KRI Arung Samudera).
Melalui kegiatan yang merupakankerjasama antara Kemenko Maritim dan TNI
AL ini telah meningkatkan keterampilan pemuda dalam navigasi kapal,
ketahanan mental dan jiwa kemaritiman dan bela negara, serta pengenalan
akan budaya dan maritime nusantara.
Dokumentasi kegiatan pengenalan wawasan Maritim
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 55
2. Ekspedisi Nusantara Jaya 2015
Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2015 dilaksanakan dalam rangka peningkatan
wawasan dan penguatan karakter budaya bahari bagi generasi muda khususnya
melalui kegiatan pelayaran serta melaksanakan berbagai aktivitas sosial
di pulau-pulau terluar, terpencil dan wilayah perbatasan dengan
memberikan/menyalurkan bantuan bahan kebutuhan pokok, peningkatan
akses terhadap pelayanan dan fasilitas kesehatan, pendidikan, sarana dan
prasarana, serta aksi sosial lainnya. Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 merupakan
kegiatan ―gotong royong‖ yang dikoordinasikan oleh Kemenko Bidang
Kemaritiman, dalam hal ini Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan
Budaya Maritim bekerjasama dengan TNI-AL dan Kementerian Perhubungan
dengan dukungan dari kementerian/lembaga, berbagai organisasi sosial dan
para relawan. Kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 dilaksanakan melalui
pelayaran KRI Banda Aceh pada bulan Juni 2015 serta menggunakan Kapal-
kapal Perintis selama kurun waktu bulan Juni–Nopember 2105. Kegiatan ENJ
juga ditujukan untuk mendorong konektivitas di pulau-pulau terluar, terpencil
dan wilayah perbatasan melalui kemudahan akses terhadap kebutuhan bahan
pokok dan pelayanan pemerintah lainnya.
Pelayaran dengan KRI Banda Aceh dilaksanakan selama 28 hari dengan rute:
Jakarta – Makassar – Sorong – Saumlaki – Kupang – Jakarta. Jumlah
peserta/relawan yang terlibat dalam pelayaran tersebut adalah 250 orang serta
melibatkan total lebih 2.000 orang/masyarakat di seluruh lokasi dan pelabuhan
singgah. Adapun kegiatan ENJ yang dilaksanakan menggunakan kapal-kapal
perintis diikuti oleh peserta dari berbagai daerah yang menyinggahi pelabuhan-
pelabuhan perintis di daerah/pulau-pulau terpencil. Berikut adalah manfaat
dari pelaksanaan ENJ 2015:
a. Optimalisasi akses kapal-kapal perintis dengan pulau-pulau terluar dan
terpencil
b. Mobilisasi berbagai bahan kontak pemerintah maupun BUMN, ORMAS,
SWASTA, bagi pemerintah daerah atau masyarakat di pulau-pulau terluar,
erpencil maupun di wilayah perbatasan;
c. Pelatihan keterampilan, penguatan wawasan kebangsaan dan jiwa bela
negara bagi generasi muda selama pelayaran dan di lokasi penyelenggaraan;
d. Menyelenggarankan kegiatan pengobatan, pengajaran di sekolah-sekolah,
penyuluhan dan hiburan oleh K/L dan Orsos;
e. Penyelenggaraan aksi bersih dan bina cinta lingkungan pesisir dan laut
f. Pasar Murah yang menjual kebutuhan sehari-hari dengan harga murah
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 56
g. Penukaran uang yang sudah tidak layak edar di daerah terpencil dan pulai-
pulau kecil oleh Bank Indonesia.
Dokumentasi kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya
3. Pelayaran Muhibah Kartika Jala Krida
Pelayaran muhibah Kartika Jala
Krida – World Expo Milano
(KJK-WEM) 2015 merupakan
kerjasama Kemenko Maritim
dengan TNI-AL dalam upaya
promosi Indonesia sebagai negara
maritim yang memiliki
kemampuan sumberdaya manusia
dan teknologi kemaritiman kepada
dunia internasional. Pelayaran
Kartika Jala Krida yang merupakan pelayaran bagi para kadet muda TNI-AL
yang pelaksanaannya disinergikan dalam rangka mendukung suksesnya
penyelengaraan World Expo Milano 2015 di Italia.Selain apara kadet TNI-
AL, pelayaran muhibah KJK-Milano juga melibatkan 45 pelajar.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 57
Dalam pelayaran selama 82 hari, para peserta pelayaran muhibah yang terdiri
dari Taruna Akademi Angkatan Laut, Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran,
dan Taruna Sekolah Tinggi Perikanan dalam praktek pelayaran dan navigasi
serta peningkatan profesionalisme dan pengalaman dalam pergaulan
internasional. Secara lebih luas, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi Indonesia
dalam rangka mempromosikan potensi sumberdaya alam dan ragam budaya
maritim sekaligus sebagai upaya diplomasi sosial budaya kepada masyarakat
internasional dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang
mandiri, kuat dan maju, serta disegani bangsa lain. Melalui dukungan
pelayaran muhibah KJK-Minalo ini, Paviliun Indonesia masuk kedalam
kelompok 10 besar (terbaik)diantara 140 negara pesertaWorld Expo Milano
2015.
4. Budaya Bersih dan Senyum
Sebagai bagian dari program revolusi mental, Gerakan Budaya Bersih dan
Senyum (GBS) mendorong kembali penanaman nilai keindonesiaan,
khususnya dalam budaya hidup bersih dan bangsa yang ramah tamah.
Dorongan ini telah tertuang dalam deklarasi Gerakan Bersih dan Senyum yang
ditandatangani oleh Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal
Ramli dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Puan Maharanipada tanggal 19 September 2015 di Parigi Moutong, dalam
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 58
rangkaian kegiatan Sail Tomini.
GBS merupakan program yang
mengintegrasikan berbagai
kegiatan yang selama ini
dilaksanakan oleh berbagai
Kementerian/Lembaga serta
stakeholders lainnya dalam
rangka peningkatan standar
kualitas hidup masyarakat
melalui pola hidup bersih dan
ramah tamah. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia termasuk diantara
kelompok negara yang tingkat kebersihannya masih rendah. Melalui GBS
diharapkan jugadapat mendorong meningkatnya jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
Selanjutnya, GBS secara resmi diluncurkan (launching) pada tanggal 28
November 2015 di area sekitar Rumah Susun Marunda, Jakarta Utara.
Secara umum, kegiatan GBS di Marunda memliki tujuan untuk:
• Menjadikan sekitar marunda, menjadi kawasan yang bersih serta
bermartabat
• Meningkatkan kualitas hidup menuju Indonesia sehat, bersih dan
berkarakter
• Menjadikan pesisir laut Marunda sebagai salah satu destinasi kunjungan
wisatawan lokal maupun internasional.
5. Pengembangan Kebijakan Pariwisata dan Budaya Bahari
Pengembangan kebijakan wisata dan budaya bahari wisata khususnya
difokuskan pada upaya revitalisasi Budaya bahari Suku Bajo dan
kebijakan wisata Great Jakarta sebagai bagian dari destinasi wisata
unggulan nasional (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional/KSPN).
Kearifan lokal dan budaya masyarakat Suku Bajo dijadikan sebagai
bahan telaahan dan teladan bagi Indonesia dan negara-negara
di sekitar (Asia-Pasifik) dalam menjaga, merevitalisasi serta
pemberdayaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pesisir.
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) Kepulauan Seribu telah dikoordinasikan suatu kebijakan
pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan memuat berbagai dimensi
baik dari sisi sosial budaya, ekonomi, ekologi/lingkungan, serta dari aspek
kelembagaan dan pemerintahan. Pengembangan Kepulauan Seribu sebagai
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 59
salah satu destinasi wisata unggulan di Jakarta diharapkan mampu mendorong
tingkat kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara mengingat lokasinya
yang cukup dekat dengan ibu kota negara.
Dari serangkaian FGD telah teridentifikasi beberapa program dan
kegiatan kedepan yang perlu menjadi prioritas, antara lain:
(1) Membuat Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Kepulauan Seribu dengan melakukan kerjasama yang solid antar Lembaga
terkait termasuk penetapan Branding;
(2) Membuat Development Plan Pengembangan Kepulauan Seribu;
(3) Mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur dan fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan di Kepulauan Seribu; dan
(4) Memperhatikan Hospitality sebagai jaminan dalam memberikan pelayanan
bagi wisatawan.
6. Pengembangan kebijakan pendidikan, pelatihan dan sertifikasi profesi
kemaritiman
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kemaritiman telah
disusun rekomendasi bagi pengembangan kebijakan nasional yang muaranya
ditujukan untuk mendorong tersedianya sumberdaya manusia yang terampil
dan siap untuk bekerja di sektor kemaritiman serta dapat berperan dalam
mendukung visi pemerintah untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai
negara maritim yang maju dan kuat. Telah teridentifikasi berbagai isu yang
terkait dengan bidang pendidikan dan pelatihan maritim, antara lain adalah
masih terbatasnya muatan kemaritriman pada kurikulum pendidikan umum,
ketersediaan dan sebaran sekolah-sekolah teknis/kejuruan bidang kemaritiman
(termasuk pelayaran, kelautan dan perikanan) yang masih sangat minim dan
belum tersebar secara merata di seluruh Indonesia, serta belum adanya
sinkronisasi dalam sertifikasi berbagai sertifikasi profesi kemaritiman.
Berdasarkan beberapa isu tersebut, telah disusun rekomendasi kebijakan
nasional untuk pembenahan dan penyiapan sumberdaya manusia kemaritiman
melalui:
1) Rekomendasi untuk memasukan muatan Kemaritiman dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah;
2) Rekomendasi pengembangan Lembaga Pendidikan dibidang Kemaritiman
dan Sertifikasi profesi tenaga kemaritiman.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 60
IKU. 5 Persentase peningkatan hilirisasi hasil penelitian dan
pengembangan bidang kemaritiman
1. Pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk
energi laut
Kemenko Bidang Kemaritiman telah berhasil mengkoordinasikan program
pemanfaatan teknologi (hilirisasi) dalam pemanfaatan energi baru terbarukan
di Krueng Raya. Inisiatif program desa inovasi ini merupakan kegiatan
bersama yang telah dikoordinasikan sejak pertengahan tahun 2015 antara
Kemenko Bidang Kemaritiman, Badan Litbang ESDM, Ditjen EBTKE
Kementerian ESDM, Ditjen Dikti Kemenristek, Kementerian Kelautan dan
Perikanan serta Pemda Kab. Aceh Besar.
Acara peluncuran Desa Inovasi di Krueng Raya pada tanggal 13 Desember
2015 adalah realisasi dari rapat koordinasi dan beberapa pertemuan serta
kunjungan teknis dari tim untuk mewujudkan suatu desa nelayan yang
mandiri secara energi dengan mengembangkan potensi yang ada demi
mendukung perekonomian lokal.
Kegiatan desa inovasi di Krueng Raya ini adalah suatu langkah awal. Di masa
depan, diusulkan dibentuknya Tim ―Pengembangan Desa Inovasi melalui
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Hibrid berbasis Ekonomi
Masyarakat Pesisir‖, bertujuan untuk mewujudkan sinergi program-program
pemerintah lintas Kementerian/Lembaga serta mendukung cluster industri
maritim yang menitikberatkan pada infrastruktur energi untuk industri
perikanan, perhubungan, pariwisata dan pembangunan wilayah pesisir.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 61
2. Pengembangan kebijakan pemanfaatan energi baru terbarukan
termasuk energi laut
Beberapa sasaran pengembangan kebijakan pemanfaatan energi baru
terbarukan yang menjadi prioritas adalah untuk:
a. Sinkronisasi rencana pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru
dan Terbarukan berupa kondisi terkini serta keterlibatan pihak K/L dalam
mendukung pencapaian target ketahanan energi nasional;
b. Upaya pemenuhan pembangkit listrik dalam negeri dilakukan secara
terintegrasi dengan proyek pembangunan pembangkit listrik melalui upaya-
upaya antara lain: Diversifikasi sumber energi alternatif untuk produksi
listrik, serta desentralisasi pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan
potensi sumber energi lokal di daerah seperti air, surya, angin, sampah,
geothermal, laut dan sebagainya,
Melalui serangkaian kegiatan koordinasi pada tahun 2015 yang ditujukan bagi
pengembangan kebijakan pemanfaatan energi baru terbarukan, telah dicapai
rekomendasi dan hasil-hasil hal sebagai berikut:
a. Upaya desentralisasi pembangkit listrik skala kecil yang
memanfaatkan potensi sumber energi lokal sebagai bagian dari
upaya peningkatan kemandirian energi serta pemanfaatan sumber
energi baru terbarukan sebagai energi alternatif yang tersedia secara
lokal. Hal ini telah dimulai dengan pencanangan Program
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Pesisir
250 KW di Krueng Raya Aceh Besar telah dicanangkan pada 13
Desember 2015.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 62
b. Upaya dan strategi untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya energi
laut melalui percepatan dan pemerataan akses listrik bagi masyarakat
terpencil, terluar, daerah tertinggal dan pulau-pulau kecil, melalui energi
arus laut dan gelombang laut skala 20-100 KW; kesepakatan pengembangan
energi laut skala > 1 MW antara lain Percontohan Pemanfaatan Energi
Laut Skala Besar di Larantuka.
c. Terbentuknya Pokja RIPIN (Rencana Induk Pembangunan IPTEK
Nasional) bidang Kemaritiman yang bertujuan untuk
mengkoordinasikan program nasional pengembangan industri energi
laut; dan menyempurnaan roadmap nasional pengembangan industri
energi laut; serta mendukung klaster industri maritim.
3.1.3. Sasaran Strategis (SS) 3:
Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam
Sebagai pewujudan implementasi Sasaran Strategis 2, maka disusun
sasaran atau keluaran utama dan Indikator Kinerja Utama seperti dalam tabel
berikut:
Tabel 9. Sasaran dan Indikator Kinerja SS3
Sasaran/Outcome/
Kinerja Utama Indikator Kinerja Utama
Terwujudnya sinergi antar sektor, tersedianya rekomendasi solusi atas permasalahan sektoral, serta termonitornya implementasi kebijakan mengenai sumberdaya hayati, sumberdaya mineral, energi dan nonkonvensional, jasa kemaritiman, dan lingkungan dan kebencanaan maritim melalui koordinasi kebijakan yang efektif dan produktif.
6) Persentase Rekomendasi kebijakan SDA dan Jasa Kemaritiman yang ditindaklanjuti
7) Persentase regulasi SDA dan jasa bidang kemaritiman yang diharmonisasikan dan ditindaklanjuti
*) Rumusan sasaran strategis berdasarkan rumusan dalam dokumen perjanjian kinerja yang ditetapkan sebelum tersusunnya Renstra Kemenko Bidang Kemaritiman
Tabel 10. Target dan capaian IKU SS 3 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Utama Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
6) Persentase Rekomendasi kebijakan SDA dan Jasa Kemaritiman yang ditindaklanjuti
100 100 100
Komponen Indikator Kinerja: a. Penurunan lama masa tunggu (Dwelling Time) b. Penerbitan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan c. Pengaturan Kunjungan Kapal d. Penanganan Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara
1 1 1 1
1 1 1 1
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 63
Indikator Kinerja Utama Target
(%) Realisasi
(%) Capaian
(%)
Ilegal (Illegal Fishing) e. Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Bahan
Bakar Gas untuk Transportasi Jalan f. Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG
untuk Kapal Perikanan Bagi Nelayan Kecil
1 1
1 1
7) Persentase regulasi SDA dan Jasa bidang Kemaritiman yang diharmonisasikan dan ditindaklanjuti
100 83,33 83,33
Komponen Indikator Kinerja: a. Tata Niaga Garam b. Kawasan Konservasi Perairan yang terkelola c. Tata kelola BMKT d. Telaah Peraturan Turunan dari UU No. 32/2014 Tentang
Kelautan e. Ruang Laut yang tertata (Pemanfaataan Ruang Laut
di Wakatobi) f. Benefisiasi dan Hilirisasi Mineral Dalam Negeri (Hilirisasi
Mineral bauksit)
1 1 1 1
1 1
1 1 - 1
1 1
12 11 91,67
Gambar 10. Diagram Batang Capaian Kinerja SS3
Capaian persentase kinerja SS3 Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman adalah sebesar 91,67% dari target yang telah ditetapkan. Pada
Indikator point (7) nilai capaian adalah sebesar 83,33% dari target 100%. Hal ini
dikarenakan terdapat komponen indikator kinerja yang belum terealisasi yaitu
pada komponen ―Tata Kelola BMKT‖ karena belum adanya kesepahaman dalam
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 64
pengelolaan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dari instansi terkait
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Perhubungan dan TNI Angkatan Laut). Rincian
faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target indikator ini dilihat
pada penjelasan berikut.
IKU No. 6 Persentase Rekomendasi Kebijakan SDA dan Jasa
Kemaritiman yang Ditindaklanjuti
Dalam perhitungan untuk menilai capaian IKU No. 6 terdapat beberapa
target capaian kegiatan seperti tercantum dalam tabel di atas. Hasil capaian pada
akhir tahun anggaran adalah 100% dari target yang ditetapkan. Rincian capaian
dari masing-masing komponen kinerja dapat dilihat pada penjelasan berikut.
1. Penurunan Lama Masa Tunggu di Pelabuhan (Dwelling Time)
Dwelling Time adalah masa tunggu peti kemas sejak turun dari kapal,
diletakkan di lapangan peti kemas hingga keluar pelabuhan. Dwelling Time
dihitung dari tiga (3) komponen pelayanan perijinan:
• Pre Customs Clearance
• Customs Clearance
• Post Customs Clearance
Pemerintah menargetkan bahwa dwelling time di Tanjung Priok harus dapa
diturunkan menjadi kurang dari 4,7 hari pada Desember 2015. Sehubungan
dengan hal tersebut, Menko Bidang Kemaritiman telah membentuk Kelompok
Kerja (task force) dwelling time yang dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi
Sumber Daya Alam dan Jasa berdasarkan SK Menko Bidang Kemaritiman
nomor 22 tahun 2015.
Gambar 11. Diagram Pencapaian Penurunan Dwelling Time (hari)
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 65
Sesuai hasil koordinasi dan peninjauan ke lapangan telah dirumuskan 4
strategi penanganan Dwelling Time, yaitu:
a) Penyederhanaan Peraturan
Strategi yang dipakai adalah: penghapusan ketentuan yang ganda atau
tidak perlu dan pergeseran pengawasan ke tahap post-clearance audit
Ketentuan/peraturan larangan dan pembatasan yang berhubungan
langsung dengan impor yang telah dan sedang direvisi:
2) 30 Peraturan Kementerian Perdagangan
3) 12 Peraturan Kementerian Perindustrian
4) 2 Peraturan Kepala Badan POM
Peraturan larangan dan pembatasan sebagaimana tersebut diatas
mengalami menurun sebesar 23% dari jumlah sebelumnya 51%.
b) Optimalisasi INSW
INSW (Indonesian National Single Windows) adalah sistem elektronik
yang ter-integrasi secara nasional, yang dapat diakses melalui jaringan
Internet (public-network), yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan
dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan dokumen lain yang
terkait dengan ekspor-impor, yang menjamin keamanan data dan informasi
serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara
otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/
kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses pelayanan
dan pengawasan kegiatan ekspor-impor.
Koordinasi dalam rangka optimalisasi INSW menghasilkan keputusan
sebagai berikut:
1) Sistem single submission akan dimulai pada tanggal 30 September 2015
2) Importir cukup 1 kali memasukan data melalui INSW dan akan
dibagikan ke instansi terkait
3) Tampilan baru website http://insw.go.id
4) Pengawasan atas izin edar dan post-clearance audit akan disampaikan
melalui INSW ke Kementerian terkait.
c) Akses Kereta Api
Saat ini sudah ada kesepakatan tertulis antara PT KAI dan PT Pelindo II
tentang akses kereta api ke PT Jakarta International Container Terminal
(JICT). Dari proses pembebasan lahan sebanyak 7 bagian, telah selesai
sebanyak 5 bagian dan 2 bagian dalam proses. Selanjutnya penertiban
penduduk di sekitar rel, sosialisasi, perbaikan rel lama sudah dimulai.
Industri maritim dan jasa maritim memperhatikan dan atau mengadopsi
regulasi tentang keamanan dan keselamatan pelayaran serta
ketenagakerjaan.
2) Jumlah aturan pelaksanaan UU Kelautan sebanyak 50 buah yang dibagi
kedalam 8 (delapan) kelompok, yakni:
a) Mandat Peraturan
b) Mandat Pengaturan Wilayah Laut
c) Mandat Pengaturan Kebijakan
d) Mandat Pengaturan Pengelolaan Laut
e) Mandat Pengaturan Pengembangan Kelautan
f) Mandat pengaturan pengelolaan ruang laut dan pelindungan lingkungan
laut
g) Mandat pengaturan Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan
Keselamatan di Laut
h) Mandat pengaturan tata kelola dan kelembagaan laut.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 75
4. Tata Ruang Laut di Kabupaten Wakatobi
Pemanfaatan Ruang Laut berkaitan dengan penerapan Undang-Undang No.
32 tahun 2014 tentang Kelautan dan lahirnya Undang-undang lain yakni UU
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-undang No. 27 tahun
2007 yang direvisi dengan Undang-undang No. 1 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Indonesia tercatat bahwa lautnya seluas 6.315.222 km2 itu dihuni oleh 700
jenis terumbu karang dan 263 jenis ikan hias. Maka dari itu Indonesia menjadi
salah satu panorama bawah laut terindah di dunia dan menjadi kategori ke 3
dunia untuk Diver Destination of The Year. World Tourism Organization (WTO)
menempatkan 6 lokasi ekosistem terumbu karang sebagai bagian dari 10
ekosistem terumbu karang terindah yaitu :
1) Raja Ampat (Papua Barat)
2) Wakatobi (Sulawesi Tenggara)
3) Taka Bone Rate (Sulawesi Selatan)
4) Bunaken (Sulawesi Utara)
5) Karimun Jawa (Jawa Tengah)
6) dan Pulau Weh (Nanggroe Aceh Darussalam).
Sementara permasalahan yang terjadi dalam pemanfaatan tata ruang laut
adalah maraknya IUU Fishing, over fishing, terjadinya degradasi lingkungan
laut, terjadinya konflik pemanfaatan lingkungan ruang laut, terjadinya
kesenjangan antara wilayah, serta adanya ancaman bencana dan perubahan
iklim.
Dari Undang-undang No. 27 tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 1 tahun 2014, dan sekarang sudah disesuaikan dengan
Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mana
pengelolaan Ruang Laut 0-12 mil menjadi kewenangan Provinsi, maka
RZWP3K ditetapkan oleh Provinsi. Sehingga inisiasi penataan Ruang Laut,
masih perlu dilanjutkan pembahasannya.
5. Benefisiasi dan Hilirisasi Mineral Dalam Negeri (Hilirisasi Mineral
Bauksit)
Hasil capaian dari Hilirisasi dan Benefisiasi mineral bauksit adalah:
1) PT. Antam (Persero) Tbk Tayan di Kabupaten Sanggau dan Toho
Kabupaten Mempawah Provinsi Kalimantan Barat akan segera
menyelesaikan Proyek Hilirisasi Baksit Tayan yang menelan biaya sebesar
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 76
US$ 490 juta, atas Joint Venture PT. Antam (Persero) Tbk 80% dan Showa
Denko KK Japan 20%.
2) Industry pengolahan dan Pemurnian CGA memproduksi jenis Hydrate
(Al2O3.3H2O) dan Alumina (Al2O3), didukung dengan potensi cadangan
yang cukup besar, luas IUP 36,410 Ha atau 34.000 Ha APL.
Selain hal tersebut, juga telah berhasil diidentifikasikan permasalahan hilirisasi
bauksit di Indonesia, yaitu:
1) Pemerintah belum membuat regulasi atau kebijakan kebijakan mengenai
hilirisasi bauksit
2) Data cadangan Bauksit Indonesia 6,99 milyar ton (APB3I) sementara
Bauksit yang di ekspor pada tahun 2013 hanya 40 juta metrik ton
3) Pada tanggal 7 Oktober 2015 Tim Kemenko Bidang Kemaritiman
melakukan Rapat Terbatas dengan PT. Well Harvest Winning Alumina
Refinery dan perwakilan Kadin Kalimantan Barat.
Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 96 dan Pasal 112C angka 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun
2014 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di Dalam Negeri
memiliki beberapa permasalahan. Beberapa rekomendasi dalam rangka
pelaksanaan Hilirisasi Mineral Bauksit sebagai berikut :
1) PT Antam (Persero) yang sedang merencanakan penyelesaian
pembangunan Proyek Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan
Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dengan rencana kapasitas
produksi sebesar 300.000 Ton CGA per tahun dan nilai investasi US $ 490
juta. Sayangnya kemampuan dana PT. Antam belum dapat menutupi
kekurangan tersebut untuk membiayai penyelesaian proyek Hilirisasi
tersebut baik melalui ekuitas maupun melalui hutang baru. Oleh sebab itu
beberapa rekomendasinya adalah antara lain:
• Penyertaan Pemerintah sebagai pendukung modal pemegang saham
atau penyertaan Modal Negara,
• Relaksasi ekspor bijih mentah untuk sementara akan sangat membantu
penyelesaian Hilirisasi,
• Dukungan kebijakan pemerintah atas kemudahan proyek hilirisasi
seperti, insentif perpajakan, Royalti, PPN dan lain lain
2) Assosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I)
berpandangan kebijakan larangan eksport Bauksit yang bertujuan agar
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 77
pemegang IUP melakukan proses pengolahan dan pemurnian di dalam
negeri akan menjadi tidak efektif, disebabkan besarnya nilai investasi
Alumina Refinery yang dan harga aluminium yang rendah. Oleh sebab itu
Pemerintah harus mencabut larangan eksport mineral mentah Bauksit
dengan pertimbangan bahwa ;
• Sumber Daya dan Cadangan Bauksit di Indonesia yang sangat besar,
sehingga walaupun kegiatan eksport dilakukan dalam waktu yang relatif
lebih lama cadangan tidak akan habis.
• Larangan eksport Bauksit di Indonesia akan dimanfaatkan dan akan
menguntungkan bagi negara-negara pengeksport kompetitif seperti
Malaysia, Australia dan Jamaika.
• Ketersediaan infrastruktur terutama sumber daya energi yang sangat
terbatas, sehinga tidak banyak memberi dukungan terhadap Hilirisasi
mineral dalam Negeri.
3) Assosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) juga
menyarankan untuk hilirisasi Bauksit maka diperlukan beberapa jhal
sebagai berikut:
• Menentukan Roadmap kebutuhan industri Alumina di Indonesia,
• Pemerintah perlu menentukan sentra Produksi Alumina, agar
percepatan hilirisasi dan kebutuhan produksi dapat terpenuhi
• Memberikan Kesempatan untuk sementara kepada para pemegang IUP
Bauksit untuk melakukan ekspor bahan mentah
• Pelaku Usaha yang membangun Smelter atau refinery sebaiknya
diberikan insentif fiskal dan non fiscal, seperti Tax holiday, tax allowance,
pembebasan bea masuk, pinjaman lunak dan kemudahan perizinan.
6. Pengelolaan Blok Masela
Sampai dengan berakhirnya tahun anggaran, masih belum diputuskan
bagaimana bentuk pengelolaan Blok Masela akan dilaksanakan. Seperti
bentuk plant (teknik produksi LNG), apakah dengan pengembangan floating
LNG Plant atau on shore LNG Plant. Selain mempertimbangkan tingkat
kandungan alat yang diproduksi di dalam negeri (TKDN) dan dampak
ekonomi terhadap masyarakat sekitar, nilai investasi menjadipetimbangan
utama. Review oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK) Migas. Pengembangan On Shore LNG Plant memerlukan
investasi instalansi pipa sejauh 600 km, namun demikian memerlukan biaya
investasi yang lebih kecil, berdampak ekonomi yang lebih besar serta
pengembangan Kepulauan Aru serta potensi TKDN yang relatif tinggi.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 78
3.1.4. Sasaran Strategis (SS) 4:
Terjadinya percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros
maritim
Sebagai pewujudan implementasi Sasaran Strategis 4, maka disusun
Sasaran atau Keluaran Utama dan Indikator Kinerja Utama seperti dalam tabel
berikut:
Tabel 11. Sasaran dan Indikator Kinerja SS4
Sasaran/Outcome/
Kinerja Utama*) Indikator Kinerja Utama
Terwujudnya sinergi antar sektor, tersedianya rekomendasi solusi atas permasalahan sektoral, serta termonitornya implementasi kebijakan mengenai infrastruktur konektivitas dan sistem logistik, infrastruktur pertambangan dan energi, infrastruktur pelayaran, perikanan dan pariwisata, dan industri penunjang melalui koordinasi kebijakan yang efektif dan produktif.
8) Persentase Rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim yang ditindaklanjuti
9) Persentase KEK dan KIK yang dikembangkan di luar jawa
10) Persentase infrastruktur energi, pertambangan dan industri penunjang infrastruktur yang dikembangkan
*) Rumusan sasaran strategis berdasarkan rumusan dalam dokumen perjanjian kinerja yang ditetapkan sebelum tersusunnya Renstra Kemenko Bidang Kemaritiman
Tabel 12. Target dan capaian indikator SS4
Indikator Kinerja Utama Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
8) Persentase Rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur poros maritim yang ditindaklanjuti
100 100 100
Komponen Indikator Kinerja:
a. Penguatan Konektivitas dan Sistem Logistik Papua
b. Pembangunan Infrastruktur Pariwisata Danau Toba
c. Revitalisasi Pelabuhan Bebas Sabang
d. Pengembangan New Port Makassar
e. Koordinasi Penguatan Kedaulatan Sumber Daya Energi dan Poros Maritim
f. Peningkatan Daya saing Industri Galangan Kapal
g. Inventarisasi Ketersediaan Infrastruktur Kawasan Industri di Luar Jawa
h. Pengembangan Industri Maritim
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 79
9) Persentase KEK dan KIK yang dikembangkan di luar jawa
100 100 100
Komponen Indikator Kinerja:
a. Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus [KEK] Sorong dan KEK Lhokseumawe
b. Koordinasi infrastruktur Pelayaran, Perikanan dan Pariwisata
2
1
2
1
10) Persentase infrastruktur energi, pertambangan dan industri penunjang infrastruktur yang dikembangkan
100 120 120
Komponen Indikator Kinerja:
a. Percepatan Pembangunan PLTU Batang 2 x 1.000 MW
b. Pembangunan jalan tol dalam Kota Bandung
c. Terlaksananya koordinasi infrastruktur Pertambangan dan Energi
d. Pengembangan PLTG Cilacap
e. Peningkatan kemampuan industri Enginering Procurement and Construction (EPC) di Sektor Migas
f. Dukungan peningkatan kapasitas daerah untuk realisasi rencana umum ketenagalistrikan daerah
1
1
1
1
1
-
1
1
1
1
1
1
16 17 106,25
Capaian kinerja SS4 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
adalah sebesar 106,25% dari target yang telah ditetapkan. Keberhasilan
pencapaian target kinerja SS4 ini secara umum berasal dari indikator kinerja
utama pada indikator Persentase infrastruktur energi, pertambangan dan
industri penunjang infrastruktur yang dikembangkan. Pencapaian diatas target
disebabkan adanya penambahan isu prioritas yang diarahkan Menteri
Koordinator. Rincian capaian dari masing-masing komponen kinerja dapat
dilihat pada penjelasan berikut.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 80
Gambar 13. Diagram Batang Capaian Kinerja SS4
Sejalan dengan RPJM 2014–2019, Nawacita adalah merupakan panduan
dan payung hukum dalam penyusunan program kegiatan dan sasaran pada setiap
kementerian dan lembaga yang ada di Indonesia, termasuk di Pemerintah
Provinsi, Kota dan Kabupaten. Bidang infrastruktur jika di kaitkan dengan RPJM
dan Nawacita, dimana pada RPJM terkait pada sektor 6 dan 7 sedangkan pada
Nawacita terkait pada (1) Kementerian Energi dan Sumber Daya,
(2) Kementerian Pariwisata, (3) Kementerian Perhubungan.
Sementara isu-isu yang dimasukan sebagai Sasaran Strategis III Kemenko
Kemaritiman yang ditangani, adalah:
1. Pembangunan jalan tol dalam kota Bandung;
2. Percepatan Pembangunan PLTU Batang;
3. Pembangunan Infrastruktur Pariwisata Danau Toba;
4. Revitalisasi Pelabuhan Bebas Sabang;
5. Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus [KEK] Sorong dan KEK
Lhokseumawe;
6. Penguatan Konektivitas dan Sistem Logistik Papua;
7. Peningkatan Daya saing Industri Galangan Kapal;
8. Diversifikasi dan Desentralisasi Energi.
Adapun hasil yang dicapai pada tahun 2015, sesuai dengan indikator kinerja adalah sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 81
IKU. 8. Persentase Rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan dan
pemerataan infrastruktur poros maritim yang ditindaklanjuti
1. Terlaksananya koordinasi infrastruktur konektivitas dan sistem logistik
Koordinasi infrastruktur konektivitas dan sistem logistik pada tahun anggaran
2015 telah dilaksanakan, dengan hasil capaian terdiri atas :
1) Koordinasi Landasan hukum Pelayanan Publik Angkutan Barang dalam
rangka Tol Laut: Peraturan Presiden No. 106 Tahun 2015;
2) Koordinasi penurunan biaya logistik di daerah terpencil: angkutan semen
di Papua;
3) Koordinasi Percepatan Pembangunan Kereta Api Borneo: Revisi Peraturan
Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan perkeretaapian;
4) Koordinasi Revisi PP No 98 tahun 2015 tentang LRT (Light Rail Transit)
terintegrasi Jabotabek dan LRT (Light Rail Transit) Bandung Raya tentang
percepatan penyelenggaraan Kereta Api Ringan terintegrasi di wilayah
Jabotabek dan Bandung Raya; dan
5) Koordinasi Percepatan Pembangunan Jalan Tol dalam Kota Bandung.
2. Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Danau Toba.
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Nasional (RIPPARNAS) 2010–2015.
Kawasan Danau Toba terdapat 7 (tujuh) kabupaten yaitu: Kabupaten
Samosir; Kabupaten Karo; Kabupaten Tapanuli Utara; Kabupaten Toba
Samosir; Kabupaten Simalungan; Kabupaten Humbang Hasundutan;
Kabupaten Dairi.
Beberapa potensi yang dimiliki oleh Danau Toba :
1) Danau Toba adalah danau vulkanik;
2) Terletak di jalur khatulistiwa berukuran panjang 87 kilometer dan lebar 27
kilometer; dan
3) Potensi alam, budaya serta kesenian yang unik dan khas;
Sedangkan eberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan Danau
Toba untuk kesejahteraan masyarakat sekitar adalah.
1) Keterbatasan infrastruktur, yakni fasilitas bandara udara, akses jalan
pencapaian ke Danau Toba;
2) Belum adanya konsep pengembangan kawasan danau toba secara
bersama–sama dengan keterlibatan 7 (tujuh) kabupaten di sekitar kawasan
Danau Toba;
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 82
3) Fasilitas Hotel yang belum mendukung;
4) Adanya masyarakat nelayan yang menanamkan keramba ikan di danau
menyebabkan keindahan danau Toba berkurang. Perlu adanya penataan
nelayan air tawar dalam mengembangkan usaha perikanan air tawar; dan
5) Transportasi, baik udara, darat dan perairan.
Capaian infrastruktur dan sarana penunjang di Danau Toba dan sekitarnya
adalah:
1) Peraturan presiden tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata
Danau Toba
2) Pembangunan landasan Bandara udara Sibisa
3) Pembangunan Tourist Resort
4) Pembangunan Jalan Toll Kualanamu-Parapat
5) Pendalaman Tano Ponggol
6) Pembersihan Danau Toba
7) Penyediaan wilayah Wisata Toba 500 Ha untuk Eco Tourism
8) Penggalakkan Kampanye Bersih senyum
9) Promosi Sejarah Terbentuknya Danau Toba
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 83
3. Tersusunnya Rencana Pengembangan Strategis Pelabuhan Bebas Sabang
Undang–undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan bebas
dan Pelabuhan bebas Sabang, pasal 7 Fungsi Kawasan: Kawasan Sabang
mempunyai fungsi sebagai tempat untuk mengembangkan usaha–usaha di
bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi,
maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, perbankan, asuransi,
pariwisata dan bidang-bidang lainnya.
Undang – undang Nomor 11 tahun 2006, tentang Pemerintah Aceh (pasal 167
s/d pasal 170); Pasal 169 (1): Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Aceh,
mengembangkan Kawasan Perdagangan Sabang sebagai Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Regional melalui kegiatan di bidang perdagangan, jasa, industri,
pertambangan dan energi, transportasi maritim, pos dan telekomunikasi,
perbankan, asuransi, Pariwisata, pengelolaan, pengepakan, dan gudang hasil
pertanian, perkebunan, perikanan dan industri dari kawasan sekitarnya.
Pengembangan strategis Pelabuhan Sabang diawali pada saat kunjungan
bapak Presiden Jokowi di Pulau Sabang.
LAPORAN KINERJA KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN
Halaman 84
Gambar 14. Peta Lokasi Strategis Sabang
Gambar 15. Peta Wilayah kepulauan Sabang
Dalam rangka mengembangkan Sabang melibatkan dengan berbagai