Top Banner

of 65

meniran 110

Apr 03, 2018

Download

Documents

Yulis Adriana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/28/2019 meniran 110

    1/65

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN MENIRAN

    (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

    Staphylococcus aureus DANPseudomonas aeruginosa

    SKRIPSI

    Oleh :

    ROUDLOTUL HUSNA

    02520021

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    MALANG

    2007

  • 7/28/2019 meniran 110

    2/65

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN MENIRAN

    (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

    Staphylococcus aureus DANPseudomonas aeruginosa

    SKRIPSI

    Diajukan kepada:

    Universitas Islam Negeri Malang

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

    Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Oleh :

    ROUDLOTUL HUSNA

    NIM : 02520021

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

    2007

  • 7/28/2019 meniran 110

    3/65

    LEMBAR PERSETUJUAN

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN MENIRAN(Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

    Staphylococcus aureus DANPseudomonas aeruginosa

    SKRIPSI

    Oleh :

    ROUDLOTUL HUSNA

    NIM: 02520021

    Telah Disetujui Oleh :

    Dosen Pembimbing

    Dra. Ulfah Utami, M.Si

    NIP . 150 291 272

    Tanggal, 5 Juni 2007

    Mengetahui

    Ketua Jurusan Biologi

    drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si

    NIP . 150 229 505

  • 7/28/2019 meniran 110

    4/65

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN MENIRAN

    (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERIStaphylococcus aureus DANPseudomonas aeruginosa

    SKRIPSI

    Oleh :

    ROUDLOTUL HUSNA

    NIM : 02520021

    Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan

    Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains ( S. Si)

    Tanggal, 20 Juni 2007

    Susunan Dewan Penguji TandaTangan

    1. Penguji Utama : Dra. Retno Susilowati, M.Si ( )2. Ketua Penguji : Kiptiyah, M.Si ( )3. Sekretaris : Dra. Ulfah Utami, M.Si ( )

    Mengetahui dan Mengesahkan

    Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

    Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc.

    NIP. 130 809 123

  • 7/28/2019 meniran 110

    5/65

    " Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakahbanyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macamtumbuh-tumbuhan yang baik?Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapatsuatu tanda kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidakberiman "(Asy Syu'ara 7-8)

  • 7/28/2019 meniran 110

    6/65

    Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,karya sederhana ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati

    " Ayah dan Ibunda tercinta "Yang senantiasa mencurahkan jerih payahnya, mendidik dan menyayangi aku dan tak henti-hentinya mendo'akan aku dengan setulus hati dalam setiap langkahku. Semoga Alloh SWT

    senantiasa melimpahkan kasih sayang Nya kepadamu.Hormat dan baktiku tiadalah arti, jika dibandingkan dengan kasih sayang yang telah kau

    berikan.

    " Adik-Adikku Tersayang "yang telah memberi aku motivasi dalam meniti masa depan dan selalu memberikan canda

    tawanya selama ini, hilang rasa jenuhku ketika bersama kalian." Ustadz Marzuqi Mustamar dan Umi Sayyidatul Mustaghfi "

    Yang telah mebimbingku selama di PP. Syabilur Rosyad

    " Semua sahabat sahabatku di PP. Sabilur Rosyad, "Special To:(Yu riend, ijah, Richo dll yang telah memberi motifasi, takkan aku lupakan kebersamaan q-ta)

    " Semua Teman-temanku Senasib dan Seperjuangan "(Ira-Thul, Yu rien-dhut, binthi, nyak, bapak, mbak Dian, fathur rahman dll)

    yang telah mebantu dalam penelitian, suka duka q-ta tetap bersama n tetap semangat

    " Semua Sahabatku Biologi Angkatan '02 "(yang tidak aku sebutkan namanya satu persatu)

    takkan ku lupakan kebersamaan Q-ta selama di bangku kuliah

  • 7/28/2019 meniran 110

    7/65

    " Calon Imamku yang selalu memberi motifasi dalam setiap langkahku "

    KATA PENGANTAR

    Assalamu'alaikum Wr.Wb

    Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena

    atas kelimpahan rahmat, taufiq serta hidayah Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul " Pengaruh Pemberian Ekstrak

    Tumbuhan Meniran (Phyllanthusniruri L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

    Staphylococcus aureus danPseudomonasaeruginosa" sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar sarjana Sains (S.Si).

    Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan oleh Alloh SWT kepada

    junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabat

    sahabatnya yang telah memberi jalan bagi seluruh alam.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

    uluran tangan semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaian penulisan

    skripsi ini. Oleh karena itu iringan do'a dan ucapan terima kasih yang sebesar

    besarnya penulis sampaikan, utamanya kepada :

    1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang

    2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc. selaku Dekan Fakultas Sains

    dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

    3. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

    Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

  • 7/28/2019 meniran 110

    8/65

    4. Dra. Ulfah Utami, M.Si selaku dosen pembimbing, karena atas bimbingan,

    bantuan, kesabaran serta arahan yang sangat berharga bagi penulis demi

    terselesainya penulisan skripsi ini

    5. Bapak dan Ibu dosen Biologi yang telah membimbing dan memotifasi penulis

    dalam menuntut ilmu di bangku kuliah

    6. Ayah dan Ibunda tercinta serta segenap keluarga yang dengan tulus hati telah

    memberikan bimbingan, do'a serta pengorbanan baik material maupun

    spiritual selama penulis menempuh studi ini

    7. Sahabat sahabat mahasiswa BIOLOGI terutama angkatan 2002 beserta seluruh

    pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini

    Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi

    amal shaleh, semoga Alloh SWT memberikan balasan yang sepantasnya dan

    skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amiin

    Ya Robbal 'Alamiin.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb

    Malang, 6 Juni 2007

    Penulis

  • 7/28/2019 meniran 110

    9/65

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERSETUJUAN

    HALAMAN PENGESAHAN

    HALAMAN MOTTO

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    KATA PENGANTAR.................................................................................... i

    DAFTAR ISI........................ .......................................................................... iii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang................................................................................. 1

    1.2Rumusan Masalah ............................................................................ 4

    1.3Tujuan Penelitian.............................................................................. 4

    1.4Hipotesis Penelitian .......................................................................... 5

    1.5Manfaat Penelitian............................................................................ 5

    1.6Batasan Masalah............................................................................... 5

    1.7Penegasan Istilah .............................................................................. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Umum Tentang Tumbuhan Meniran ..................................... 7

    2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Tumbuhan Meniran ........................... 7

    2.1.2 Morfologi Tumbuhan Meniran ................................................... 8

    2.1.3 Zat Antimikroba Tumbuhan Meniran......................................... 9

    2.2 Tinjauan Tentang Bakteri Uji............................................................ 12

    2.3 Bakteri Staphylococcus aureus ......................................................... 13

    2.3.1 Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus.................................. 13

    2.2.2 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus ............................. 14

    2.3.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri

    Staphylococcus aureus................................................................152.4 Bakteri Pseudomonas aeruginosa..................................................... 16

    2.4.1 Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa ............................ 16

    2.4.2 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa ........................ 17

    2.4.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri

    Pseudomonas aeruginosa .......................................................... 17

    2.5 Tinjauan Bahan Antimikroba............................................................ 18

    2.6 Cara Kerja Zat Antimikroba.............................................................. 19

    2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba ...................21

    2.8 Pengujian Bahan Antimikroba.......................................................... 23

  • 7/28/2019 meniran 110

    10/65

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 26

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 263.2 Variabel Penelitian ........................................................................... 26

    3.4 Obyek Penelitian ............................................................................... 27

    3.5 Alat dan Bahan.................................................................................. 27

    3.6 Prosedur Kerja................................................................................... 27

    3.6.1 Sterilisasi..................................................................................... 28

    3.6.2 Pembuatan Media........................................................................ 28

    3.6.3 Penyiapan Bakteri ....................................................................... 29

    3.6.4 Proses Ekstraksi Tumbuhan Meniran.......................................... 30

    3.6.5 Proses Destilasi ........................................................................... 31

    3.6.6 Uji Pendahuluan.......................................................................... 31

    3.6.7 Pengenceran Ekstrak Tumbuhan Meniran .................................. 323.6.8 Pengujian Aktifitas Tumbuhan Meniran..................................... 32

    3.7 Pengumpulan Data ............................................................................ 33

    3.8 Teknik Analisis Data......................................................................... 34

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri

    L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa .................................................................35

    4.2 Konsentrasi Efektif Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)

    Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa .................................................................41

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 46

    5.2 Saran..................................................................................................47

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 48

    LAMPIRAN.................................................................................................... 51

  • 7/28/2019 meniran 110

    11/65

    DAFTAR TABEL

    No Judul Halaman

    4.1 Data pengukuran zona hambat (mm) bakteri

    Staphylococcus aureus ................................................................... 35

    4.1 Data pengukuran zona hambat (mm) bakteri

    Pseudomonas aeruginosa .............................................................. 36

    4.1 Ringkasan Anava ekstrak tanaman meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus ....................................................... 36

    4.1 Ringkasan Anava ekstrak tanaman meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan

    bakteri Pseudomonas aeruginosa .................................................. 36

    4.2 Notasi BNT ekstrak tanaman meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus ....................................................... 40

    4.2 Notasi BNT ekstrak tanaman meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan

    bakteri Pseudomonas aeruginosa .................................................. 41

  • 7/28/2019 meniran 110

    12/65

    DAFTAR GAMBAR

    No Gambar Halaman

    1...Morfologi Tanaman Meniran............................................................ 7

    2. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus........................................ 13

    3. Morfologi bakteri Pseudomonas aeruginosa .................................... 16

    4. Grafik Diameter Zona Hambat Bakteri Staphylococcus aureus ....... 40

    5. Grafik Diameter Zona Hambat Bakteri Pseudomonas aeruginosa... 41

    6. Alat dan Bahan.................................................................................. 55

    7. Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

    dalam media padat ............................................................................ 56

    8. Zona Hambat Pemberian Ekstrak Meniran Terhadap Pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa ......... 56

  • 7/28/2019 meniran 110

    13/65

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Judul Halaman

    Lampiran 1. Prosedur Kerja Penelitian ......................................................... 49

    Lampiran 2. Penghitungan Analisis Variansi Dalam RAL........................... 50

    Lampiran 3. Penghitungan Analisis Variansi Menggunakan

    SPSS for Windows 12.0........................................................... 53

    Lampiran 4. Gambar Alat dan Bahan ........................................................... 55

    Lampiran 5. Gambar Zona Hambat Pemberian Ekstrak Meniran................. 56

  • 7/28/2019 meniran 110

    14/65

    ABSTRAK

    Husna, Roudlotul. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tumbuhan Meniran(Phyllanthus niruri L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

    Staphylococcus aureus danPseudomonas aeruginosa

    Pembimbing : Dra. Ulfah Utami, M.Si

    Kata Kunci : Ekstrak meniran, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa

    Dewasa ini masyarakat Indonesia dalam situasi dan kondisi perekonomian

    yang kurang menguntungkan, sehingga mempengaruhi berbagai struktur

    kehidupan, khususnya dalam pemeliharaan kesehatan yang menjadikan kita untuk

    menengok kembali potensi alam nabati dalam menanggulangi berbagai penyakit

    dan penanggulangan kesehatan yang mungkin timbul (Back to Nature).Peningkatan ini di dukung oleh semakin meningkatnya harga obat dan terbatasnya

    daya beli masyarakat, adanya kebiasaan keluarga, kecocokan dan bahan yang

    mudah didapatkan, menjadikan obat tradisional semakin luas penggunaannya

    sebagai suatu alternatif untuk menjaga kesehatan maupun pengobatan sendiri,

    karena penggunaan tumbuhan berkhasiat obat mempunyai resiko yang lebih

    ringan daripada penggunaan obat modern.

    Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan salah satu jenis tumbuhan

    yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan ini rasanya pahit, baunya

    aromatik, sifatnya menyejukkan, berkhasiat sebagai antidiare. Meniran

    (Phyllanthus niruri L.) mengandung senyawa bioaktif yang mampu menghambat

    pertumbuhan bakteri (antibakteri) dan membunuh bakteri. Berdasarkan latar

    belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi

    ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan konsentrasi efektif

    tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang mampu menghambat

    pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

    Muhammadiyah Malang dan untuk ekstraksi tumbuhan meniran (Phyllanthus

    niruri L.) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah

    Malang. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa yang di dapat dari Laboratorium Mikrobiologi

    Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bersifat eksperimental denganmenggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan yang terdiri

    dari konsentrasi ekstrak 0%, 55%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85% dan 90%

    dengan 3 kali ulangan pada masing-masing bakteri.

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan Anava

    Tunggal dan Uji lanjut menggunakan BNT 5%. Berdasarkan hasil penelitian

    menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan meniran

    (Phyllanthus niruri L.)terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa dan konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran yang efektif

    menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah 60% sedangkan

    konsentrasi yang efektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas

    aeruginosa adalah 70%

  • 7/28/2019 meniran 110

    15/65

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangDewasa ini masyarakat Indonesia dalam situasi dan kondisi perekonomian

    yang kurang menguntungkan, sehingga mempengaruhi berbagai struktur

    kehidupan khususnya di bidang pemeliharaan kesehatan yang telah menjadikan

    kita untuk menengok kembali potensi alam nabati dalam menanggulangi berbagai

    penyakit dan penanggulangan kesehatan yang mungkin timbul. Sebagaimana

    dinyatakan oleh Pudjiastuti dan Hendarti (1999) bahwa masyarakat Indonesia

    harus berusaha melestarikan budaya bangsa terutama dalam meningkatkan

    penggunaan tanaman obat dengan semboyan Back to Nature (kembali ke alam).

    Peningkatan ini didukung oleh semakin meningkatnya harga obat dan terbatasnya

    daya beli masyarakat, adanya kebiasaan keluarga, kecocokan dan bahan yang

    mudah di dapatkan, menjadikan obat tradisional semakin luas penggunaannya

    sebagai suatu alternatif untuk menjaga kesehatan maupun pegobatan sendiri,

    karena penggunaan tumbuhan berkhasiat obat mempunyai resiko yang lebih

    ringan daripada obat modern.

    Tumbuhan obat dapat diartikan sebagai tumbuhan yang mempunyai

    kemampuan menyembuhkan penyakit. Di Indonesia dapat dijumpai 7500 jenis

    tanaman yang berkhasiat obat. Pemakaian tanaman berkhasiat obat sebagai salah

    satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapkan jauh

    sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obat modern menyentuh

  • 7/28/2019 meniran 110

    16/65

    masyarakat ( Rukmana, 1994). Meniran (Phyllanthus niruri L.) adalah salah satu

    jenis tumbuhan yang sering digunakan untuk obat. Tumbuhan ini berasal dari

    daerah tropis yang tumbuh di ladang, kebun maupun pekarangan rumah dan

    tumbuh subur di tempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000

    m di atas permukaan laut ( Syukur, 2005).

    Menurut Zulkifli (2005), meniran dapat dipakai untuk mengobati penyakit

    tuberkolosis (Tb). Ekstrak meniran juga digunakan sebagai Immunomodulation

    atau obat yang mampu memperbaiki sistem imun. Rasanya pahit, baunya

    aromatik, sifatnya menyejukkan. Seluruh bagian tanaman digunakan sebagai anti

    radang, anti demam, membersihkan hati, peluruh dahak, peluruh haid dan

    penambah nafsu makan (Anonymous, 2002). Ditambahkan dalam Intisari (2006)

    meniran telah dimanfaatkan untuk berbagai keluhan penyakit radang dan batu

    ginjal, susah buang air kecil, disentri, penyakit liver sampai rematik. Sedangkan

    menurut Achyat dan Rosidah (2005) meniran dimanfaatkan sebagai obat

    sariawan, nyeri gigi, malaria, disentri, diare, radang selaput lendir mata, dan

    hepatitis virus. Ditambahkan oleh Maat (1997) bahwa tumbuhan meniran

    (Phyllanthus niruri L.) digunakan sebagai antibakteri E. coli yang merupakan

    salah satu bakteri penyebab diare.

    Menurut Supardi (1999) E. coli merupakan flora normal di dalam saluran

    pencernaan hewan dan manusia yang menghasilakan enterotoksin dan dapat

    menyebabkan diare. Selain bakteri E. coli, bakteri penyebab diare yang lain

    adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

  • 7/28/2019 meniran 110

    17/65

    Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang biasa ditemui

    pada makanan. Staphylococcus aureus menghasilkan enterotoksin yang

    menyebabkan diare hebat, muntah-muntah dan sakit perut ( Volk, 1988). Menurut

    Supardi (1999) enterotoksin pada umumnya diproduksi oleh Staphylococcus

    aureus di dalam makanan basah yang sudah dimasak atau dipanaskan (bakteri ini

    resisten pada suhu 100 C). Pengaruh enterotoksin dapat terlihat pada seluruh

    bagian saluran usus. Selama keracunan, tubuh melakukan reaksi mengeluarkan

    cairan dari semua jaringan tubuh, mengalami gangguan dalam keseimbangan

    kadar garam di dalam darah dan cairan tubuh, akibatnya menjadi lemah dan

    pingsan, kadang-kadang pula dapat menyebabkan kematian.

    Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang biasa

    ditemukan di dalam saluran usus penderita diare atau enteritis akut, dan pada

    Asymptomatic Carriers. Bakteri ini berkembang di dalam saluran usus. Dengan

    mengkonsumsi suspensi 10 6 sel atau lebih, bakteri ini akan dikeluarkan secara

    terus menerus pada fesesnya sampai jangka waktu 6 hari setelah engkonsumsi

    bakteri tersebut. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat enteropatogenik dan

    dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu bersifat tahan panas dan yang

    tidak tahan panas (Supardi,1999).

    Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian dengan judul

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)

    Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

    aeruginosa".

  • 7/28/2019 meniran 110

    18/65

    1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah

    sebagai berikut :

    1. Apakah ada pengaruh konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus

    niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa ?

    2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri

    L.) paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa ?

    1.3Tujuan penelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai

    tujuan sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa

    2. Untuk mengetahui konsentrasi paling efektif ekstrak tumbuhan meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa

    1.4Hipotesis PenelitianHipotesis yang melandasi penelitian ini adalah :

  • 7/28/2019 meniran 110

    19/65

    1. Ada pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri

    L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa

    2. Ada konsentrasi efektif dari pemberian konsentrasi ekstrak tumbuhan

    meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

    1.5Manfaat PenelitianHasil penelitian ini barmanfaat untuk :

    1. Memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan adanya

    daya antimikroba dalam suatu tanaman.

    2. Memberikan informasi bahwasannya ekstrak tanaman meniran

    (Phyllanthus niruri L.) dapat digunakan sebagai zat antimikroba alami.

    1.6Batasan Masalah1. Tumbuhan meniran yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman

    yang masih segar dan tidak terserang oleh penyakit.

    2.

    Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa.

    3. Pengamatan hanya dilakukan pada daya antimikroba ekstrak tanaman

    meniran (Phyllanthus niruri L.) yang ditunjukkan dengan adanya zona

    hambat terhadap mikroorganisme.

  • 7/28/2019 meniran 110

    20/65

    4. Konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi 0%, 55%, 60%, 65%

    70%, 80%, 85% dan 90%.

    1.7Penegasan Istilah1. Daya antimikroba adalah kemampuan suatu zat untuk mencegah

    pertumbuhan atau aktifitas metabolisme mikroba

    2. Zona hambat adalah daerah berbentuk lingkaran pada medium yang tidak

    ditumbuhi oleh mikroorganisme akibat pemberian zat antimikroba

    3. Daya hambat adalah kemampuan suatu substansi untuk menghambat

    pertumbuhan suatu mikroorganisme

  • 7/28/2019 meniran 110

    21/65

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Umum Tentang Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)

    2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Tumbuhan Meniran

    Tumbuhan meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis

    yang tumbuh liar di tempat yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan,

    ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya

    tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput biasa. Tumbuhan

    ini mempunyai nama yang berbeda di setiap antar daerah. Di Indonesia dikenal

    dengan nama meniran (Jawa), Gosau na Dungi (Ternate), Dukong Anak, Gosau

    Mandungi Rosiha, Child Pick a Back (Inggris), Kilanelli (India), Zhen Chu Cau,

    Ye Xia Zhu (Cina) ( Syukur, 2005). Menurut Hyne (1987) tanaman ini disebut

    meniran karena mempunyai buah yang seperti menir (remukan butiran beras).

    2.1.2 Morfologi Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)

    Gambar 6. Morfologi tumbuhan meniran (Riana, 2005).

  • 7/28/2019 meniran 110

    22/65

    Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan semak, semusim

    serta merupakan tumbuhan daerah tropis yang tumbuh liar di hutan, kebun, ladang

    atau pekarangan halaman rumah. Tumbuhan ini tumbuh subur di tempat yang

    lembab pada ketinggian1000 m diatas permukaan laut. Meniran merupakan

    tumbuhan tegak, tinggi 30-50 cm, batangnya berwarna hijau pucat (Phyllanthus

    niruri L.) dan berwarna hijau kemerahan (Phyllanthus urinaria L.) berbentuk

    bulat dan basah. Daun tunggal, letak berseling, helaian daun bundar telur sampai

    bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah

    berbentuk kelenjar, tepi rata, panjang 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau

    (Achyad dan Rasyidah, 2000). Ditambahkan oleh Dalimartha (2002) dalam satu

    tanaman, meniran mempunyai bunga jantan dan betina yang berwarna putih.

    Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas

    ketiak daun. Buahnya bulat, licin, bergaris tengah 25 mm. Bijinya kecil keras

    dan berwarna cokelat.

    Perbanyakan tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat dilakukan

    dengan menggunakan biji. Meniran dapat dirawat dengan disiram dengan air yang

    cukup, dijaga kelembapan tanahnya dan dipupuk dengan pupuk organik (Hariana,

    2005).

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Zulkifli (2006) bahwa

    seluruh tumbuhan meniran digunakan sebagai obat anti Tb (tuberkulosis).

    Ditambahkan oleh Achyat dan Rosidah (2005) meniran dimanfaatkan sebagai

    obat sariawan, nyeri gigi, malaria, disentri, diare, radang selaput lendir mata, dan

    hepatitis virus. Ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Maat (1997) dalam sebuah

  • 7/28/2019 meniran 110

    23/65

    penelitiannya bahwa tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan

    sebagai antibakteri E. coli yang merupakan salah satu bakteri penyebab diare.

    Secara empiris penelitian yang telah dikakukan adalah dengan menggunakan

    ekstrak seluruh tumbuhan meniran, hal tersebut karena dalam tumbuhan meniran

    terdapat kandungan senyawa kimia aktif yang sama, diantaranya adalah flavonoid,

    tanin dan saponin ( Riana, 2006).

    2.1.3 Zat Anti Mikroba Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)

    Tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung berbagai macam

    senyawa kimia aktif yaitu flavonoid, tanin dan saponin ( Riana, 2006).

    1. Flavonoid

    Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam

    pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton dan lain-lain (Markham,

    1988) dalam (Zulaikha, 2006). Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan,

    terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid (Harbourne, 1996).

    Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk yang umum ditemukan)

    cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air. Ini sebagaimana

    dinyatakan oleh Markham (1988) bahwa campuran pelarut di atas dengan air

    merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikoksida. Sebaliknya aglikon yang

    kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang

    termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan

    kloroform.

  • 7/28/2019 meniran 110

    24/65

    Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol (Harbourne,

    1996). Naim (2002) menyatakan bahwa senyawa fenol mempunyai sifat efektif

    terhadap virus, bakteri dan fungi. Ditambahkan oleh Nurachman (2002) senyawa-

    senyawa flavonoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah

    digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan.

    Senyawa flavonoid dan turunannya memiliki dua fungsi fisiologi tertentu,

    yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai

    antimikroba atau antibakteri) dan antivirus bagi tanaman ( Nurachman, 2002).

    Ditambahkan oleh De Padua et al (1999) dalam Zulaikha (2006) bahwa

    flavonoid mempunyai bermacam-macam efek fisiologi tertentu yaitu antitumor,

    anti HIV, immunostimilant, analgesic, antiradang, antifungal, antidiare,

    antihepatoksik dan sebagai vasodilator. Ditambahkan oleh Naczk dan Sahidi

    (2002) flavonoid berperan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal

    bebas (Free Radical Scavengers) dengan melepaskan atom hydrogen dari gugus

    hidroksilnya.

    2. Tanin

    Tanin merupakan senyawa organik yang terdapat dalam beberapa buah-

    buahan dan sayur-sayuran maupun tanaman lain, bahkan mungkin dihasilkan dari

    hasil sistesis. Pada buah-buahan dan sayuran tersebut tanin memberikan rasa

    tertentu seperti rasa sepat pada teh dan anggur (Hin, 1992) dalam (Zulaikha,

    2006). Dalam jumlah yang melebihi ambang batas yaitu 35 miligram tiap

    kilogram berat badan, tanin lebih bersifat toksik dan karsinogen. Kerugian yang

    mungkin ditimbulkan adalah gangguan pada reproduksi dan pada pencernaan

  • 7/28/2019 meniran 110

    25/65

    (Lewis, 1991) dalam Zulaikha (2006). Tanin banyak dimanfaatkan dalam proses

    pencoklatan (memberi warna coklat) pada industri kayu, pewarna kain, sebagai

    bahan perekat dan bahan pengganti fenol. Pada proses pengawetan kayu, tanin

    akan bereaksi dengan gelatin (perekat untuk menutupi pori-pori kayu, sehingga

    kayu menjadi lebih awet (Hunt, 1986) dalam Zulaikha (2006).

    Menurut Hara (1993) senyawa tanin dapat dipakai sebagai antimikroba

    (bakteri dan virus), dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan pada lemak dan

    minyak goreng agar lemak dan minyak goreng tidak mudah rusak. Selain itu

    tannin juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan antiseptik serta antioksidan dalam

    makanan (Hawley, 1973) dalam Zulaikha (2006). Diatambahkan oleh Tjay dan

    Rahardjo (2002) bahwa tanin bersifat mengendapkan protein dan berkhasiat

    sebagai adstringensia, yaitu dapat meringankan diare dengan mengecilkan atau

    menciutkan lender usus. Oleh karena merangsang lambung (rasa mual, muntah-

    muntah) maka tanin hanya digunakan senyawanya yang tidak melarut yakni

    tanalbumin. Zat ini lebih efektif dan tidak memberikan efek samping tersebut di

    atas.

    Menurut (Winarno, 1988) tanin merupakan senyawa terkondensasi yang

    didasarkan pada flavonoid terpolarisasi. Tanin disebut juga asam tanat, asam

    golatanat, tidak berwarna sampai berwarna kuning atau cokelat. Tanin mudah

    larut dalam air, gliserol, alkohol, alkali encer dan aseton, serta tidak larut dalam

    eter dan benzena (Wilseon, 1971) dalam Aziz (2004). Tanin bersifat fenol

    mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin

  • 7/28/2019 meniran 110

    26/65

    terhidrolisiskan berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna cokelat kuning dan

    larut dalam air (terutama air panas) membentuk koloid (Robinson, 1995).

    Siswandono (1995) menyebutkan bahwa senyawa fenol dan turunannya

    ketika berinteraksi dengan sel bakteri pada kadar rendah akan terbentuk komplek

    protein yang bisa menyebabkan denaturasi protein dan merusak membran sel.

    3. Saponin

    Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang

    menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah

    sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai

    antimikroba dan saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari

    beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku

    untuk sintetis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Saponin

    merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter

    (Robinson, 1995).

    2.2 Tinjauan Tentang Bakteri Uji

    Bakteri dapat dibedakan antara bakteri gram positif dan bakteri gram

    negatif. Atas dasar teknik pewarnaan diferensial yang disebut pewarnaan gram,

    kedua kelompok bakteri ini dibedakan terutama mengenai dinding selnya (Volk

    dan Wehler, 1996). Perbedaan nyata dalam komposisi dan struktur dididing sel

    antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif penting untuk dipahami

    karena diyakini bahwa dinding sel itulah yang menyebabkan perbedaan kedua

    kelompok bakteri ini memberikan respons. Bakteri gram negatif mengandung

  • 7/28/2019 meniran 110

    27/65

    lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam pesentase lebih tinggi daripada

    yang dikandung bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih

    tipis daripada dinding sel bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif

    mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit, dan peptidoglikan ini mempunyai

    ikatan silang yang jauh kurang ekstensi dibandingkan dengan yang dijumpai pada

    dinding sel bakteri gram positif. Pada saat pewarnaan dengan ungu kristal

    pertumbuhan bakteri gram positif lebih dihambat dengan nyata daripada bakteri

    gram negatif, demikian juga dengan kerentanan terhadap antibiotik, bakteri gram

    positif lebih rentan terhadap penisilin daripada bakteri gram negatif (Pelczar dan

    Chan, 1986).

    2.3 Bakteri Staphylococcus aureus

    2.3.1 Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus

    Gambar 2 : Morfologi bakteri Staphylococcus aureus (Wikipedia, 2006).

    Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphele yang berarti

    kumpulan dari anggur dan kata Aureus dalam bahasa latin yang berarti emas.

    Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel bakteri yang berwarna keemasan.

  • 7/28/2019 meniran 110

    28/65

    Ciri-ciri bakteri ini adalah merupakan bakteri gram positif yang berbentuk

    berbentuk bulat (cocus) dengan ukuran diametersekitar 1m dan tersusun dalam

    kelompok yang tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-

    selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakan cair

    mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad

    (jumlahnya 4 sel) dan berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai

    kuning emas tua (Jawetz, 1996). Sedangkan menurut Bonang (1982) metabolisme

    bakteri ini adalah aerob dan anaerob, katabolisme positif membentuk asam dari

    hidrat arang tanpa gas, fakultatif anaerob dan koloninya berwarna abu-abu sampai

    kuning emas tua.

    2.3.2 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

    Bakteri Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada berbagai pembenihan

    dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan

    pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini dapat tumbuh

    dengan baik pada suhu 37 C, tapi membentuk pigmen yang paling baik pada suhu

    kamar (20 C 25 C). Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus,

    menonjol dan berkilau (Jawetz, 1996). Sedangkan menurut Supardi (1999) suhu

    optimum untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 35 C 37 C, dengan suhu

    minimum 6,7 C dan suhu maksimum 45,5 C.

    Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada kisaran pH 4,0 - 9,8 dengan pH

    optimum sekitar 7,0 - 7,5. Pertumbuhan pada pH 9,8 hanya mungkin bila

    substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini

  • 7/28/2019 meniran 110

    29/65

    membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya

    dengan adanya tiamin. Untuk pertumbuhan optimum diperluakn 11 asam amino.

    Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam

    amino atau protein (Supardi, 1999). Menurut Jawetz (1996) Staphylococcus

    aureus relatif resisten terhadap pengeringan, panas (bakteri ini tahan terhadap

    suhu 50 C selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi mudah

    dihambat oleh zat-zat kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3%.

    Pada umumnya Staphylococcus aureus dapat tumbuh dengan baik pada

    media perbenihan biasa dan BAP (Blood Agar Plate) (Bonang, 1892).

    2.3.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri Staphylococcus aureus

    Manusia merupakan salah satu inang untuk bakteriStaphylococcus aureus,

    Menurut Supardi (1999) bakteri ini biasa ditemukan dalam makanan dan

    mempunyai toksin yang disebut enterotoksin sehingga dapat menyebabkan

    gastroenteritis atau inflamasi pada saluran usus. Keracunan makanan oleh

    Staphylococcus aureus dapat menyebabkab diare yang hebat (Volk, 1996).

    Sebagai penyebab penting keracunan makanan, enterotoksin khususnya

    dihasilkan bila bakteri ini tumbuh pada makanan karbohidrat dan protein.

    Enterotoksin mengakibatkan muntah-muntah dan diare pada manusia. Keracunan

    makanan yang disebabkan oleh enterotoksin Staphylococcus ditandai oleh masa

    inkubasi yang pendek (1-8) jam, nausea hebat, muntah-muntah, diare dan

    konvalesen yang cepat (Jawetz, 1986)

  • 7/28/2019 meniran 110

    30/65

    Menurut Supardi (1999) Staphylococcus aureus memproduksi

    enterotoksin yang terdapat pada makanan basah yang sudah pernah dimasak atau

    dipanaskan. Meskipun telah dimasak, makanan tersebut masih mungkun

    mengalami kontaminasi misalnya oleh tangan atau lingkungan selama

    penyimpanan sebelum dikonsumsi. Pengaruh enterotoksin dapat terlihat pada sel

    bagian saluran usus, besar kecilnya gejala keracunan tergantung pada dosis yang

    tertelan. Gejala tersebut meliputi perasaan letih, muntah, diare, mual, kejang

    ringan maupun berat, kadang mengalami penurunan suhu badan.

    2.4 Bakteri Pseudomonas aeruginosa

    2.4.1 Morfologi BakteriPseudomonas aeruginosa

    Gambar 3 : Morfologi bakteri Pseudomonas aeruginosa (Wikipedia, 2005).

    Ciri ciri bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah gram negatif berbentuk

    batang, bergerak aktif dengan flagella pada ujung sel, flagel bersifat monotrih atau

    multitrih, berukuran sekitar 0,12 m, terlihat sebagai bakteri tunggal,

    berpasangan, kadang membentuk rantai pendek, secara umum koloninya

    mempunyai permukaan yang rata berwarna hijau kebiruan, serta berbau seperti

  • 7/28/2019 meniran 110

    31/65

    buah anggur (Jawetz, 1996). Sedangkan menurut Supardi (1999) bakteri

    Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang lurus atau melengkung, non sporulasi,

    tidak berkapsul, bersifat aerobik obligat dan oksidase positif.

    2.4.2 Pertumbuhan BakteriPseudomonas aeruginosa

    Pseudomonas aeruginosa tumbuh baik pada suhu 37 C 42 C.

    Pertumbuhan pada suhu 42 C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini

    adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan

    biakan, kadang kadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur. Semua

    spesies Pseudomonas dapat tumbuh baik dalam simple nutrient agar dan dalam

    kebanyakan media selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey

    Agar ( Jawetz, 1996).

    2.4.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis BakteriPseudomonas aeruginosa

    Pseudomonas aeruginosa ditemukan di dalam saluran usus penderita diare

    atau enteritis akut. Bakteri ini sering ditemukan pada penderita gastroenteritis,

    maka bakteri ini digolongkan ke dalam patogen enterik. Dengan menelan suspensi

    106

    sel atau lebih, bakteri ini akan dikeluarkan secara terus menerus pada

    fesesnya sampai jangka waktu 6 hari setelah mengkonsumsi makanan yang

    mengandung bakteri tersebut. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat sifat

    enteropatogenik dan bakteri ini dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu

    bersifat tahan panas dan yang tidak tahan panas.

  • 7/28/2019 meniran 110

    32/65

    Makanan yang mungkin terkontaminasi oleh bakteri Pseudomonas

    aeruginosa misalnya salad, dan bahan pembuat salad seperti tomat, seledri,

    wortel, kubis, ketimun, bawang merah, selain itu bakteri ini juga ditemukan pada

    susu.

    2.5 Tinjauan Bahan Anti Mikroba

    Menurut Pelczar (1988) bahan antimikroba dapat diartikan sebagai bahan

    yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Zat-zat

    antimikroba dapat bersifat bakteriostatik (menghambat perkembangan bakteri),

    bakterisidal (membunuh bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik

    (mencegah pertumbuhan kapang) ataupun germisidal (menghambat germinasi

    spora bakteri) (Jawetz, 1996). Volk dan Wehler (1998) menyatakan bahwa

    antimikroba merupakan komposisi kimia dan berkemampuan dalam menghambat

    pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme.

    Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan

    mikroorganisme. Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat menghambat,

    membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme. Menurut Pelczar (1988) tujuan

    untuk pengendalian mikroorganisme adalah :

    1. Mencegah penyakit dan infeksi

    2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi

    3. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme.

  • 7/28/2019 meniran 110

    33/65

    2.6 Cara Kerja Zat Antimikroba

    Zat antimikroba dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi

    bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.

    Menurut Pelczar (1988) cara kerja zat antimikoba dalam melakukan efeknya

    terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :

    1. Merusak Dinding Sel

    Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut

    dengan dinding sel. Dinding sel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan

    menahan sel, dinding sel bakteri tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang

    merupakan polimer komplek terdiri atas asam N-asetil dan N- asetilmuramat yang

    tersusun bergantian, setiap asam N - asetilmuramat dikaitkan tetrapeptida yang

    terdiri dari empat asam amino, keberadaan lapisan peptidoglikan ini menyebabkan

    dinding sel bersifat kaku dan kuat sehingga mampu menahan tekanan osmotik

    dalam sel yang kaku.

    Kerusakan pada dinding sel dapat terjadi dengan cara menghambat

    pembentukannya, yaitu penghambatan pada sintetis dinding sel atau dengan cara

    mengubahnya setelah selesai terbentuk. Kerusakan pada dinding sel akan

    berakibat terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel.

    2. Mengubah Permeabilitas Membran Sel

    Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh suatu selaput yang dibatasi

    membran sel yang mempunyai permeabilitas selektif, membran ini tersusun atas

    fosfolipid dan protein. Membran sel berperan sangat fital yaitu mengatur transport

    zat keluar atau ke dalam sel, melakukan pengangkutan aktif dan mengendalikan

  • 7/28/2019 meniran 110

    34/65

    susunan dalam diri sel. Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik ke

    dalam maupun ke luar sel dimungkinkan kerena di dalam membran sel terdapat

    protein pembawa (carrier), di dalam membran sitoplasma juga terdapat enzim

    protein untuk mensintetis peptidoglikan komponen membran luar. Dengan

    rusaknya dinding sel bakteri secara otomatis akan berpengaruh pada membran

    sitoplasma, beberapa bahan antimikroba seperti fenol, kresol, deterjen dan

    beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan kerusakan pada membran sel

    sehingga fungsi permeabilitas membran mengalami kerusakan. Kerusakan pada

    membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya

    sel.

    3. Kerusakan Sitoplasma

    Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein,

    karbohidrat, lipid, ion organik dan berbagai senyawa dengan bobot melekul

    rendah. Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

    protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Konsentrasi tinggi beberapa

    zat kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan denaturasi komponen-komponen

    seluler yang fital.

    4. Menghambat Kerja Enzim

    Di dalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan

    proses-proses metabolisme, banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu

    reaksi biokimia misalnya logam berat, golongan tembaga, perak, air raksa dan

    senyawa logam berat lainnya umumnya efektif sebagai bahan antimikroba pada

  • 7/28/2019 meniran 110

    35/65

    konsentrasi relative rendah. Logam-logam ini akan mengikat gugus enzim

    sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk.

    Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya

    sel.

    5. Menghambat Sintetis Asam Nukleat dan Protein

    DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting dalam sel,

    beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya cloramnivekol,

    tetrasiline, prumysin menghambat sintetis protein. Sedangkan sintesis asam

    nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik misalnya mitosimin. Bila terjadi

    gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

    mengakibatkan kerusakan total pada sel.

    2.7Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat AntimikrobaBanyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba

    dalam menghambat atau membasmi organisme patogen. Semua harus

    diperimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif.

    Menurut Pelczar (1988) beberapa hal yang mempengaruhi kerja zat antimikroba

    adalah sebagai berikut :

    1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba

    Semakin tinggi konsentrasi zat antimikrobanya, maka banyak bekteri akan

    terbunuh lebih tepat bila konsentrasi zat tesebut lebih tinggi.

    2. Jumlah Mikroorganisme

  • 7/28/2019 meniran 110

    36/65

    Semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada maka semakin banyak

    pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya.

    3. Suhu

    Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan atau disinfektan atau

    bahan mikrobial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme

    melalui reaksi kimia dan laju reaksi kimia dapat dipercepat dengan

    meninggikan suhu.

    4. Spesies Mikroorganisme.

    Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda

    terhadap suatu bahan kimia tertentu.

    5. Adanya Bahan Organik .

    Adanya bahan organik asing dapat dapat menurunkan keefektifan zat

    kimia antimikrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut.

    Adanya bahan organik dalam campuran zat antimikobial dapat

    mengakibatkan :

    a. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk

    produk yang tidak bersifat antimikrobial.

    b.

    Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik

    menghasilakan suatu endapan sehingga antimikrobial tidak

    mungkin lagi mengikat mikroorganisme.

    c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi

    suatu pelindung yang akan mengganggu kontak antar zat

    antimikrobial dengan sel.

  • 7/28/2019 meniran 110

    37/65

    6. Keasaman (pH) atau Kebasaan (pOH)

    Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi

    pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan

    mikroorganisme yang hidup pada pH basa.

    2.8Pengujian Bahan AntimikrobaSebelum zat antimikroba digunakan untuk keperluan pengobatan maka

    perlu diuji terlebih dahulu efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Aktifitas

    antijasad renik diukur secara in vitro agar dapat ditentukan potensinya suatu zat

    sebagai antijasad renik dalam larutan, konsentrasi zat terhadap jasad renik serta

    kepekaan suatu jasad renik terhadap konsentrasi-konsentrasi bahan antimikroba

    yang diberikan (Jawetz, 1986).

    Menurut Lay (1994) dalam Prasetyo (2004), bahan antimikroba bersifat

    menghambat bila digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan

    dalam konsentrasi tinggi dapat mematikan, untuk itu perlu diketahui MIC

    (Minimum Inhibitori Concentration) dan MKC (Minimum Killing Concentration)

    bahan antimikrobial terhadap terhadap mikroorganisme.

    Penentuan nilai-nilai aktifitas jasad renik dapat dilakukan dengan

    menggunakan salah satu metode sebagai berikut:

    1. Cara Pengenceran Tabung

    Tujuan dari cara pengenceran tabung ini adalah ini adalah untuk mendapat

    jumlah bakteri 18 8 sel atau suspensi. Cara pengenceran tabung pada dasarnya

    untuk menentukan secara kualitatif konsentrasi terkecil suatu bahan antimikroba

  • 7/28/2019 meniran 110

    38/65

    yang dapat menghambat perbanyakan bakteri. Pada dasarnya cara pengenceran

    tabung ini adalah penghambatan perbanyakan bakteri dalam pembenihan cair oleh

    suatu bahan antimikroba yang dicampur dalam pembenihan. Pembenihan yang

    dipakai harus merupakan pembenihan yang dapat membunuh bakteri secara

    optimum dan tidak menetralkan obat yang digunakan (Bonang dan Koeswardono,

    1982).

    Cara pengenceran tabung ini pada dasarnya dilakukan dengan

    mengencerkan populasi bakteri yang ada pada stok sampai mencapai 10 8 sel atau

    suspeensi. Jumlah populasi tersebut dapat diketahui secara kualitas dengan

    menggunakan larutan Mc. Farland sebagai indikator. Tujuan dari pengenceran

    tersebut untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan dan sesuai dengan

    perlakuan.

    2. Metode Disk Agar Diffusion

    Metode Disk Agar Diffusion adalah pengujian bahan antimikroba dengan

    menggunakan metode cakram kertas atau paper disk adalah didasarkan pada

    pengamatan zona hambatan yang dihasilkan oleh difusi bahan antimikrioba.

    Prinsip dari pengujian ini adalah menempatkan suatu kertas cakram yang

    mengandung bahan antimikroba dengan konsentrasi tertentu secara hati-hati pada

    lempengan agar yang ditanami biakan murni bakteri. Media agar ini kemudian

    diinkubasi selama 24 jam pada suhu tertentu, setelah itu dilakukan pengamatan

    mikroskopis, dilihat ada tidaknya daerah jernih di sekeliling kertas cakram.

    Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram menunjukkan bahwa

  • 7/28/2019 meniran 110

    39/65

    mikroorganisme atau bakteri uji peka terhadap bahan antimikroba maka semakin

    luas daerah jernih yang terbentuk.

    Bakteri yang sensitif terhadap bahan antimikroba akan ditandai dengan

    adanya daerah hambatan di sekitar cakram, sedangkan bakteri yang resisten

    terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram tersebut (Jawetz, 1986).

  • 7/28/2019 meniran 110

    40/65

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian

    Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen

    yaitu menguji konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    dengan berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa untuk mengetahui daya antimikroba.

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dengan semua kondisi perlakuan

    yang dibuat sama, kecuali pemberian konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran

    Phyllanthus niruri L. yang dibuat berbeda. Dengan demikian rancangan yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan

    menggunakan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan pada masing-masing bakteri.

    3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Laboratorium Biologi

    Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

    Januari April 2007.

    3.3 Variabel Penelitian

    Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:

  • 7/28/2019 meniran 110

    41/65

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak

    tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) 55%, 70%,75%, 80%, 85% dan

    90%.

    2. Variabel Terikat

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat bakteri

    Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

    3. Variabel Terkendali

    Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan

    sama untuk setiap perlakuan meliputi suhu inkubasi, waktu, pH dan media.

    3.4Obyek PenelitianObyek penelitian adalah bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas

    aeruginosa yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Mikrobiologi Universitas

    Brawijaya Malang. Tumbuhan meniran Phyllanthus niruri L. didapatkan dari

    pekarangan Desa Gasek Kecamatan Sukun Kabupaten Malang.

    3.5Alat dan Bahan

    Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, inkubator,

    lampu spirtus, labu erlenmeyer 250 ml, cawan petri dengan diameter 9 cm, tabung

    reaksi, paper disk, spet 3 ml, gelas ukur, mikro pipet, cutten buds, penumbuk,

    pinset, timbangan, entkas, jangka sorong, jarum inokulan, pengaduk, kompor gas,

  • 7/28/2019 meniran 110

    42/65

    stirer, alumunium foil, kertas label, kertas cokelat, plastik werb, tissue dan alat

    ekstrasi sokhlet dan destilasi.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak

    tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.), biakan murni bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa, Muller Hinton Agar (MHA), media cair

    Nutrient Broth (NB), aquades, etanol 95% dan alkohol 70%.

    3.6Prosedur Kerja

    3.6.1 Sterilisasi

    Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu

    dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas cokelat

    kemudian di masukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15

    psi (per square inci) selama 15 menit. Untuk alat yang tidak tahan panas tinggi

    disterilisasi dengan zat kimia berupa alkohol 70 %.

    3.6.2 Pembuatan media

    Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Medium Mueller

    Hinton Agar (MHA) dan Medium Nutrient Cair (NA)

    1.

    Medium Mueller Hinton Agar (MHA)

    Media ini digunakan untuk pembiakan bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa, adapun caranya adalah sebagai berikut :

    a. Menyiapkan bahan-bahan untuk medium yaitu dengan menimbang

    media MHA kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer.

  • 7/28/2019 meniran 110

    43/65

    b. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil kemudian dipanaskan

    diatas stirer hingga homogen, kemudian disterilkan ke dalam autoklaf

    pada suhu 121 selama 15 menit.

    c. Larutan MHA yang akan digunakan, dituang sebanyak 11 ml pada

    cawan petri dan 5 ml pada medium miring kemudian ditutup dengan

    kapas dan didiamkan sampai membeku.

    d. Media MHA di simpan sampai membeku dan dimasukkan ke dalam

    lemari es selama 24 jam.

    2. Medium Cair Nutrient Broth (NB)

    Media ini digunakan untuk pembiakan murni bakteri yang akan

    diinokulasi pada medium lempeng. Adapun caranya adalah sebagai berikut :

    a. Menyiapkan bahan-bahan untuk medium yaitu dengan menimbang

    media NB kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer.

    b. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil kemudian dipanaskan

    diatas stirer hingga homogen, kemudian disterilkan ke dalam autoklaf

    pada suhu 121 C selama 15 menit.

    c. Larutan NB yang akan digunakan, dituang ke dalam tabung reaksi

    sebanyak 10 ml kemudian ditutup dengan kapas dan alumunium foil.

    3.6.3 Penyiapan Bakteri

    1. Perbanyakan bakteri

    a. Bakteri secara aseptik diinokulasikan dengan jarum inokulasi lurus

    pada permukaan medium miring dengan arah lurus dari bawah ke atas.

  • 7/28/2019 meniran 110

    44/65

    b. Biakan tersebut diinkubasi dalam incubator pada suhu 37 C selama 24

    jam.

    2. Penyiapan biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

    aeruginosa

    a. Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara

    aseptik diinokulasi dari medium miring ke dalam medium cair dengan

    menggunakan jarum inokulasi berkolong sebanyak kurang lebih 1 ose.

    b. Biakan medium cair diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37 C

    selama 24 jam sebelum digunakan untuk pengujian.

    3.6.4 Proses Ekstraksi Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)

    Ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) diperoleh dengan cara

    sebagai berikut :

    1. Meniran (Phyllanthus niruri L.) dibersihkan dengan cara dicuci, kemudian

    di tiriskan.

    2. Meniran (Phyllanthus niruri L.) dihaluskan dengan penumbuk.

    3. Meniran (Phyllanthus niruri L.) hasil tumbukan ditimbang sebanyak 200

    gram dan ditambahkan 200 ml etanol 95 %.

    4. Bahan dimasukkan ke dalam kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam

    sokhlet 250 ml.

    5. Cairan etanol dibiarkan mengalir melalui pipa penghubung sehingga bahan

    uji terendam etanol.

  • 7/28/2019 meniran 110

    45/65

    6. Memasang air pendingin pada kran, waterbath dihubungkan dengan

    sumber listrik dan suhunya dinaikkan sekitar 40-50 C (sesuai dengan titik

    didih etanol).

    7. Proses ekstraksi dibiarkan berjalan selama 5 jam.

    3.6.5 Proses destilasi

    Setelah proses ekstraksi kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi

    dengan langkah sebagai berikut :

    1. Alat destilasi dipasang pada tiang permanen agar dapat berdiri dengan baik

    di meja percobaan.

    2. Hasil ekstraksi dipindah ke dalam labu destilasi.

    3. Waterbath dihubungkan dengan sumber listrik dan menaikkan suhunya

    sekitar 40 C 50 C ( sesuai dengan titik didih etanol)

    4. Membiarkan sirkulasi berjalan hingga hasil destilasi tertinggal dalam labu

    pemisah.

    5. Hasil ekstraksi ini yang digunakan dalam percobaan.

    3.6.6 Uji Pendahuluan

    Uji pendahuluan yang telah dilaksanakan, yaitu menggunakan konsentrasi

    0% sampai 100%. Adapun hasil dari uji pendahuluan, konsentrasi yang efektif

    adalah konsentrasi sekitar 55% sampai 90%. Berdasarkan Uji pendahuluan

    tersebut, maka konsentrasi yang digunakan untuk uji selanjutnya adalah

    konsentrasi 55% sampai 90%.

  • 7/28/2019 meniran 110

    46/65

    3.6.7 Pengenceran ekstrak

    Pengenceran hasil ekstraksi tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    dalam berbagai konsentrasi dengan cara sebagai berikut :

    Konsentrasi 0% ; 0 ml ekstrak tumbuhan meniran + 10 ml aquades

    Konsentrasi 55% ; 5,5 ml ekstrak tumbuhan meniran + 4,5 ml aquades

    Konsentrasi 60% ; 6 ml ekstrak tumbuhan meniran + 4 ml aquades

    Konsentrasi 65% ; 6,5 ml ekstrak tumbuhan meniran + 3,5 ml aquades

    Konsentrasi 70% ; 7 ml ekstrak tumbuhan meniran + 3 ml aquades

    Konsentrasi 75% ; 7,5 ml ekstrak tumbuhan meniran + 2,5 ml aquades

    Konsentrasi 80% ; 8 ml ekstrak tumbuhan meniran + 2 ml aquades

    Konsentrasi 85% ; 8,5 ml ekstrak tumbuhan meniran + 0,2 ml aquades

    Konsentrasi 90% ; 9 ml ekstrak tanaman meniran + 1 ml aquades

    3.6.8 Pengujian Aktivitas Ekstrak Terhadap Pertumbuhan Bakteri

    1. Metode Difusi

    Ekstrak yang sudah ada diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    a.

    Media MHA padat yang telah dituang pada cawan petri kemudian

    ditambahkan 1 ml bakteri biakan aktif pada media cair (Nutrient Broth),

    setelah itu diratakan dengan menggunakan cutten bud sampai merata pada

    permukaan media secara aseptik, kemudian biarkan agar mengering (10 -

    15 menit)

  • 7/28/2019 meniran 110

    47/65

    b. Paper disk diletakkan pada medium lempeng sebanyak 3 buah dengan

    jarak 1,5 cm dari tepi menggunakan pinset steril secara aseptik.

    c. Meneteskan ekstrak tanaman meniran dengan menggunakan mikropipet ke

    atas paper disk.

    d. Medium lempeng yang telah diberi perlakukuan diinkubasi pada suhu

    kamar selama 124 jam

    3.7 Pengumpulan Data

    Data diperoleh dengan cara mengukur diameter zona hambatan yang

    terbentuk, pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    Mengukur diameter zona hambatan dengan menggunakan jangka sorong.

    Diameter zona penghambat adalah diameter yang tidak ditumbuhi oleh bakteri

    disekitar paper disk dikurangi diameter paper disk.

    Keterangan :

    a. Diameter paper disk

    b. Diameter daerah yang tidak ditumbuhi bakteri

    c. Daerah yang ditumbuhi bakteri

    b a = Diameter zona hambat

    a

    b

    c

  • 7/28/2019 meniran 110

    48/65

    3.8 Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan:

    1. Uji Anava Tunggal untuk membuktikan hipotesis 1 yaitu mengetahui ada

    tidaknya pengaruh ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.)

    terhadap pertumbuhan bakteri. Jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis 1

    diterima. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh ekstrak tanaman

    meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Karena Fhitung lebih

    besar Ftabel maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil

    (BNT).

    2. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dilakukan untuk mengetahui konsentrasi

    efektif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa . Uji ini dilakukan apabila dari hasil

    Uji statistik Anava Tunggal terdapat pengaruh yang nyata (5%).

  • 7/28/2019 meniran 110

    49/65

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri

    L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa.

    Data hasil pengamatan diameter zona hambat melalui pengukuran

    dengan menggunakan jangka sorong setelah bakteri Staphylococcus aureus

    dan Pseudomonas aeruginosa diinkubasi selama 1x 24 jam pada suhu 37C

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 1. Data pengukuran diameter zona hambat (mm) bakteri Staphylococcus

    aureus

    Bakteri Staphylococcus aureus

    Ulangan

    No Konsentrasi

    I II III

    Total Rerata

    1 0 % 0 0 0 0 02 55 % 2.30 3.45 2.25 8.00 2.667

    3 60 % 7.10 5.45 5.60 18.15 6.05

    4 65 % 2.95 3.35 3.20 9.50 3.167

    5 70 % 4.40 4.40 4.50 13.3 4.434

    6 75 % 5.85 4.35 6.30 16.5 5.50

    7 80 % 5.60 4.95 5.80 16.35 5.45

    8 85 % 6.35 4.75 5.95 17.05 5.684

    9 90 % 7.65 7.20 8.05 22.9 7.634

    121.75

  • 7/28/2019 meniran 110

    50/65

    Tabel 2. Data pengukuran diameter zona hambat (mm) bakteri Pseudomonas

    aeruginosa

    Bakteri Pseudomonas aeruginosaUlangan

    No Konsentrasi

    I II III

    Total Rerata

    1 0 % 0 0 0 0 0

    2 55 % 6.45 5.95 3.05 15.45 5.15

    3 60 % 6.15 4.15 4.10 14.4 4.80

    4 65 % 4.15 3.15 5.95 13.25 4.416

    5 70 % 1.35 7.15 8.25 25.75 8.50

    6 75 % 5.30 4.90 6.45 16.65 5.55

    7 80 % 6.95 6.50 6.30 19.75 6.58

    8 85 % 7.35 10.15 6.05 23.55 7.859 90 % 7.15 13.25 8.85 29.25 9.75

    158.05

    Data hasil pengukuran diameter zona hambat, dianalisis menggunakan

    Analisis Variansi (Anava) satu jalur dengan taraf signifikansi 5%.

    Berdasarkan hasil Analisis variansi terlihat bahwa F hitung lebih besar F tabel.

    Hal ini dapat dilihat pada ringkasan anava ekstrak tumbuhan meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

    dan Pseudomonas aeruginosa pada tabel berikut ini :

    Tabel 3. Ringkasan Anava ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

    SK db JK KT Fhit F5%

    Perlakuan 8 122,747 15,343 40,007 2,51

    Galat 18 6,903 384

    Total 26 129,650

    Tabel 4. Ringkasan anava ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.

    SK db JK KT Fhit F5%

    Perlakuan 8 195,535 24,442 8,996 2,51

    Galat 18 48,906 2,717

    Total 26 244,440

  • 7/28/2019 meniran 110

    51/65

    Dari rangkuman analisis variansi (tabel 3 dan 4) dapat diketahui bahwa

    Fhitung lebih besar dari Ftabel, sehingga H1 diterima. Hal ini menunjukkan

    bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri

    L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa. Untuk perlakuan pada bakteri Staphylococcus

    aureus F hitung adalah 40,06 dan F tabel adalah 2,51, sedangkan Fhitung pada

    bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 8.996 dan Ftabel adalah 2,51 pada

    taraf signifikansi 5%. Pemberian konsentrasi yang berbeda-beda

    menunujukkan pengaruh yang berbeda pula terhadap zona hambatan yang

    dihasilkan. Semakin luas daerah zona hambatan yang terbentuk di sekitar

    paper disk, maka semakin besar pula daya antimikroba yang terdapat pada

    ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.). Hal ini sejalan dengan

    oleh Jawetz (1986) yang menyatakan bahwa wilayah jernih disekitar zat

    antimikroba merupakan kekuatan hambatan zat antimikroba terhadap

    penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Ini ditunjukkan dengan adanya

    zona hambatan atau daerah transparan di sekitar paper disk pada pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

    Ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung zat

    antibakteri sehingga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri

    (Maat, 1997). Zat yang terkandung dalam tumbuhan meniran bersifat

    menghambat pertumbuahn bakteri, hal ini diketahui dari perlakuan ekstrak

    tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan berbagai konsentrasi

  • 7/28/2019 meniran 110

    52/65

    berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

    dan Pseudomonas aeruginosa.

    Zat antibakteri mempunyai berbagai cara dalam menghambat

    pertumbuhan bakteri. Kerusakan pada salah satu struktur penyusun sel bakteri

    dapat menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan kerja bakteri. Hal ini

    dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhambat bahkan mengakibatkan

    kematian sel (Jawetz, 1999). Membaran sitoplasma merupakan bagian terluar

    sitoplasma yang terletak di bawah dinding sel, tersusun oleh senyawa protein,

    lipida dan karbohidrat. Membran ini berperan untuk mengatur meteri-materi

    yang keluar masuk sel seperti air dan garam-garam mineral yang dibutuhkan

    sel. Bagian-bagian sel di daerah sitoplasma antara lain ribosom, nukleus,

    granula dan mesosom. Ribosom berbentuk pertikel kecil yang terdiri dari

    protein dan asam ribonukleat (RNA), yang berfungsi sebagai sintesis protein.

    Nukleus mengandung asam dioksiribonukleat (DNA) sebagai pembawa

    informasi genetik. Granula merupakan substansi kimia yang dapat berfungsi

    sebagai cadangan makanan bagi sel. Mesosom merupakan lipatan membran

    sitoplasma ke dalam sitoplasma. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

    kerusakan pada membran sel oleh zat antibakteri dapat mengakibatkan

    pertumbuhan sel terhambat bahkan mengakibatkan kematian sel bakteri

    (Pelczar dan Chan, 1988).

  • 7/28/2019 meniran 110

    53/65

    Gambar 6. Bentuk dan susunan sel bakteri (Champbell, 2002)

    Kemampuan ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya kandungtan zat

    kimia yang terdapat pada ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    yaitu senyawa flavonoid, tanin dan saponin yang merupakan golongan

    senyawa fenol dan alkohol. Senyawa fonol tumbuhan dan senyawa fenol pada

    umumnya adalah golongan bahan yang mempunyai kemampuan untuk

    menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Pelczar dan Chan (1988)

    senyawa fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung pada

    konsentrasi yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh (Naim, 2002) bahwa

    flavonoid yang merupakan golongan fenol berpotensi dalam merusak

    membran sitoplasma. Menurut Dwijosepetro (1998) bahwa pengerusakan

    membran sitoplasma bakteri oleh senyawa fenol terjadi melalui pengendapan

    protein membran. Akibat peristiwa ini menyebakan keluarnya metabolit

    penting bagi pertumbuhan bakteri seperti enzim, protein, air, karbohidrat dan

    ion-ion organik, hal ini mengakibatkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk

    kelangsungan hidup sel tidak terpenuhi, sehingga pertumbuhan bakteri

    terganggu. Harbourne (1987) menambahkan bahwa senyawa golongan fenol

  • 7/28/2019 meniran 110

    54/65

    dapat mendenaturasi protein sel termasuk protein membran sel, sehingga

    fungsi semipermeabilitas mengalami kerusakan.

    Turunan fenol dapat berinteraksi dengan dengan sel bakteri melalui

    proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen, sehingga akan

    mengakibatkan bakteri mengalami denaturasi protein sel dan merusak

    membran sel sehingga semipermeabelitas membran mengalami kerusakan

    (Siswandono, 1995). Kerusakan membran sel dapat menghambat masuknya

    zat-zat ke dalam sel, dan zat-zat dalam sel seperti ion organik, enzim dan

    asam amino dapat keluar dari sel. Enzim yang keluar dari sel bersama zat-zat

    tersebut maka akan menghambat metabolisme sel. Hal ini ATP yang

    dihasilkan akan menurun. Menurunnya ATP ini dapat menyebabkan

    pertumbuhan bakteri terhambat dan terjadinya kematian sel (Pelczar dan Chan

    1988).

    Menurur Jawetz (1999) zat antibakteri mempunyai berbagai cara

    dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Kerusakan pada salah satu struktur

    penyusun sel bakteri dapat menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan

    kerja bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhambat

    bahkan mengakibatkan kematian sel. Mekanisme kerja zat antibakteri dimulai

    pada struktur sel terutama membran sel. Pelczar dan Chan (1988)

    menambahkan bahwa membran sel merupakan bagian terluar sitoplasma yang

    terletak dibawah dinding sel, tersusun oleh senyawa protein, lipid dan asam

    nukleat. Membran ini berperan untuk mengatur keluar masuknya zat seperti

    air dan garam mineral yang dibutuhkan sel.

  • 7/28/2019 meniran 110

    55/65

    4.2 Konsentrasi Efektif Ekstrak Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.)Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureusdan Pseudomonas

    aeruginosa.

    Berdasarkan hasil penghitungan analisis variansi dan uji lanjut BNT

    pada taraf signifikan 5% menunjukkan ada konsentrasi efektif ekstrak

    tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang mampu menghambat

    pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

    Konsentrasi efektif merupakan konsentrasi terkecil yang mempunyai daya

    hambat besar. Dengan adanya daya hambat yang besar merupakan petunjuk

    kepekaan mikroorganisme terhadap antimikroba. Hal ini dapat dilihat pada

    tabel notasi BNT pada masing-masing bakteri dibawah ini :

    Tabel 5. Notasi BNT Ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    terhadap Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

    Keterangan: Jika rerata yang diberi huruf atau notasi yang berbeda maka

    menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan jika rerata yang

    diberi notasi yang sama maka menunjukkan tidak adanyaperbedaan yang nyata konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran

    (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus.

    Konsentrasi Rerata (mm) Notasi BNT 5%

    0 % 0.000 a

    55% 2.667 b

    65% 3.167 b

    70% 4.434 c

    80% 5.450 cd

    75% 5.500 d

    85% 5.684 d

    60% 6.050 d

    90% 7.634 e

  • 7/28/2019 meniran 110

    56/65

    Tabel 6. Notasi BNT ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)

    terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa

    Keterangan: Jika rerata yang diberi huruf atau notasi yang berbeda maka

    menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan jika rerata yang

    diberi notasi yang sama maka menunjukkan tidak adanya

    perbedaan yang nyata ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus

    niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

    Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang nyata antara

    perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain. Hal ini ditunjukkan bahwa

    kontrol (0%) berbeda nyata dengan konsentrasi 55% dan 65%. Konsentrasi

    55% berbeda nyata dengan 70% dan 80%. Konsentrasi 80% tidak berbeda

    nyata dengan konsentrasi 60%, 75% dan 85%. Konsentrasi 90% berbeda nyata

    dengan semua perlakuan konsentrasi.

    Pada tabel 6 konsentrasi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.

    Konsentrasi 55% berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 60%, 65%, 75% dan

    80%. Konsentrasi 75% juga tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 80% dan

    85%, begitu juga konsentrasi 80% juga tidak berbeda nyata dengan

    konsentrasi 70% dan 85%. Sedangkan pada konsentrasi 70% juga tidak

    berbeda nyata dengan konsentrasi 85% dan 90% yang ditunjukkan dengan

    notasi yang sama.

    Konsentrasi Rerata (mm) Notasi BNT 5%

    0 % 0.000 a

    65% 4.416 b

    60% 4.484 b

    55% 4.800 b

    75% 5.550 bc

    80% 5.720 bcd

    85% 7.850 cde

    70% 8.500 de

    90% 9.750 e

  • 7/28/2019 meniran 110

    57/65

    Berdasarkan tabel notasi BNT 5% pada tabel 5 dapat diketahui bahwa

    konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang efektif

    mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah

    konsentrasi 60% karena dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi ekstrak

    yang lainnya yaitu konsentrasi 80%, 75% dan 85% yang mempunyai nilai

    rerata diameter masing-masing (5,450, 5,500 dan 5,684) maka konsentrasi

    60% menunjukkan rerata diameter zona hambat yang lebih tinggi yaitu 6,050.

    Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 60% adalah konsentrasi yang

    efektif karena merupakan konsentrasi terkecil yang paling efektif mampu

    menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan

    dengan konsentrasi 80%, 75% dan 85% yang mempunyai notasi sama. Pelczar

    dan Chan (1988) mengatakan bahwa bahan antimikroba yang baik adalah

    dalam konsentrasi rendah dapat membunuh bakteri yang banyak tersedia

    dalam jumlah besar.

    Berdasarkan tabel notasi BNT 5% pada tabel 6 dapat diketahui bahwa

    pada bakteri Pseudomonas aeruginosa konsentrasi yang efektif adalah

    konsentrasi 70% yang mempunyai rerata lebih tinggi daripada konsentrasi

    85% dan 90% yaitu 8,500, sehingga konsentrasi 70% merupakan konsentrasi

    terkecil yang efektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas

    aeruginosa dibandingkan dengan konsentrasi 85% dan 90% yang mempunyai

    notasi sama. Konsentrasi 70% mempunyai kemampuan yang lebih efektif

    dibanding konsentrasi 75%, 80%, 85% dan 90%. Hal ini sejalan dengan (Volk

    dan Wehler (1988) yang menyatkan bahwa beberapa bahan kimia sebagai

  • 7/28/2019 meniran 110

    58/65

    bahan antimikroba akan lebih baik di bawah konsentrasi 100% seperti alkohol.

    Alkohol akan lebih baik apabila dijadikan disenfektan pada konsentrasi 70%,

    karena pada konsentrasi tersebut alkohol dapat mendenaturasikan protein sel

    dan merusak dinding sel sedangkan bagi pertumbuhan bakteri konsentrasi di

    atas 70% akan mengkoagulasi protein. Kenyataan ini dimungkinkan bahwa

    bahan antimikroba tumbuhan meniran mempunyai mekanisme seperti alkohol.

    Kemungkinan lain disebabkan karena semakin pekatnya bahan antimikroba

    maka akan berpengaruh pada proses difusi mikroorganime tersebut serta

    kelemahan dari metode paper disk yaitu pada konsentrasi tinggi bahan

    antimikroba akan memperkecil daya serap bahan antimikroba pada medium

    yang ditumbuhi bakteri, akibatnya pengaruh bahan antimikroba kurang meluas

    sehingga dihasilkan zona hambat kecil.

    Menurut Siswandono (1995) senyawa fenol pada konsentrasi rendah

    akan menyebabkan denaturasi protein dan pada kadar lebih tinggi bisa

    menyebabkan koagulasi protein, dari hal tersebut dimungkinkan bahwa pada

    konsentrasi 70% ekstrak meniran akan mengkoagulasi protein dinding sel.

    Dengan adanya konsentrasi tersebut bahan antimikroba tidak akan menembus

    ke dalam sel sehingga bagian dalam sel (sitoplasma) yang berisi protein (ADN

    dan ARN) yang merupakan bagian terpenting dari sel tidak mengalami

    kerusakan.

    Berdasarkan uraian di atas bahwa terdapat perbedaan konsentrasi

    efektif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonasaeruginosa. Konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran

  • 7/28/2019 meniran 110

    59/65

    yang efektif mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada

    konsentrasi 60% sedangkan pada Pseudomonas aeruginosa yaitu pada

    konsentrasi 70%. Perbedaan konsentrasi ini diduga akibat komposisi dan

    struktur dinding sel antara kedua bakteri tersebut. Hal ini didukung oleh

    Pelczar dan Chan (1986) yang menyatakan bahwa bakteri gram positif

    (Staphylococcus aureus) mempunyai kecenderungan lebih rentan terhadap

    antibakteri dibandingkan dengan bakteri gram negatif (Pseudomonas

    aeruginosa). Ditambahkan oleh Volk dan Wehler (1988) bahwa perbedaan

    nyata dalam struktur dan komposisi dinding sel antara bakteri gram positif dan

    bakteri gram negatif diyakini menyebabkan kedua kelompok bakteri tersebut

    memberikan perbedaan respon resistensi terhadap zat antimikroba.

    Sebagaimana dinyatakan oleh (Pelczar dan Chan, 1986) bahwa bakteri gram

    positif mempunyai struktur dinding sel lebih tebal (15-80 nm), terdapat asam

    tekoat, mengandung lipid, lemak, atau substansi lemak dalam persentasi lebih

    rendah (14%) serta mengandung peptidoglikan lebih banyak (lebih dari 50%

    berat kering pada beberapa sel) daripada bakteri gram negatif dan strukturnya

    lebih resisten terhadap gangguan fisik.

  • 7/28/2019 meniran 110

    60/65

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan tentang antibakteri ekstrak tanaman

    meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) mempunyai pengaruh

    yang nyata terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa.

    2. Konsentrasi ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) yang efektif

    mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah

    konsentrasi 60% dan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 70%.

    5.2 Saran

    Berdasarkan dari hasil penelitian tentang antibakteri ekstrak tanaman

    meniran (Phyllanthus niruri L.) trerhadap pertumbuhan bakteri

    Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat dikemukakan

    beberapa saran sebagai berikut :

    1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan waktu yang

    lebih lama dalam melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan

    ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) trerhadap pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

  • 7/28/2019 meniran 110

    61/65

    2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis

    tanaman obat lain yang berkhasiat sebagai bahan antimikroba.

    3. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang

    berbeda serta menggunakan bakteri selain Staphylococcus aureus dan

    Pseudomonas aeruginosa.

  • 7/28/2019 meniran 110

    62/65

    DAFTAR PUSTAKA

    Achyad, DE dan Rasyidah. 2000. Meniran.

    http://www.asiamaya.com/jamu/isi/meniran phyllanthusurinaria. htm.

    diakses pada tanggal 12 September 2006

    ALS. 2002.Meniran. http://www.RingkasanMeniran.com diakses pada tanggal 13

    September 2006

    Amin, Zulkifli. 2005. Ekstrak Meniran Percepat Penyembuhan Pasien Tb.

    http://www.ixoranet.com/indek2.php?option=com diakses pada tanggal

    27 September 2006

    Anonymous, 2006. Bukan Main Gerus. http://www.Intisari-

    online.com/majalah.asp?tahun 2006&edisi512 diakses pada tanggal 27

    September 2006

    Aziz M, Nur. Pengaruh Ekstrak Akar Bakau (Rizophora mucronata) Terhadap

    Pertumbuhan Bakteri (Vibrio harveyi) dan Pseudomonas fluorescens).

    Malang: FMIPA

    Bonang, Gerard dan Koeswardono, Enggar S. 1982. Mikrobiologi Kedokteran

    UntukLaboratorium dan Klinik. Jakarta: PT. Gramedia

    Chairul. 2003. Meniran Terlarang Bagi Ibu Hamil. http://www. Alat kesehatan.

    com/ index 2. php ?=com diakses pada tanggal 13 September 2006

    Dalimartha, Setiawan. 2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Trubus

    Agriwidya

    Dasuki, Undang A. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB

    Dwijoseputro. 1994.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Surabaya : Djambatan

    Ensiklopedia. 2006. Disentri. http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri diakes pada

    tanggal 3 Oktober 2006

    Hariana, Arief. 2005. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar

    Swadaya

    Hara. 1993. Daun Jambu Biji Untuk Sariawan.

    http//www.suaramerdeka.com/harian/0206.15/ragam2htm. Diakses pada

    tanggal 2 Nofember 2006

  • 7/28/2019 meniran 110

    63/65

    Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.

    Surabaya : Salemba

    Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi

    Kesehatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

    Johnson, A.G dan Ziegler, R. 1994.Mikrobiologi dan Imunologi Di Terjemahkan

    Oleh E.S Yulius. Jakarta: Binarupa Aksara

    Maat, Suprapto. 1997. Meniran

    (Phyllanthusniruri).http://www.tan.com/index.php?com diakses pada

    tanggal 13 september 2006

    Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit. ITB

    Naim, Rachman. 2002. Senyawa Antimikroba dari Tanaman.

    http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm

    diakses pada tanggal 13 September 2006

    Naczk dan Sahidi. 2002. Kandungan Flafonoid Jadi Kekuatan Ampuh.

    http://www.kompascybermedia. 2002. diakses pada tanggal 2 Oktober

    2006

    Pudjiastuti, Hendarti. 1999. Penelusuran Beberapa Tanaman Obat Berkhasiat

    SebagaiAnalgetik. Media Litbang Kesehatan

    Pleczar, Michael J dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mukrobiologi (Jilid 1). Jakarta:

    Universitas Indonesia Press

    ---------. 1988.Dasar-Dasar Mukrobiologi (Jilid 2). Jakarta: Universitas Indonesia

    Press

    Riana, Selvy. 2002. Khasiat Tanaman/ Herbal Indonesia.

    http://www.webapauner.com/users/nusaherbal. diakses pada tanggal 11Oktober 2006

    Rukmana, R. 1994. Kunyit. Yogyakarta : Kanisius

    Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi. Bandung:

    Penerbit. ITB

    Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian.

    Yogyakarta: Kanisius

  • 7/28/2019 meniran 110

    64/65

    Siswandono dan Soekardjo, Bambang. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya:

    Airlangga university Press

    Syukur, Cheppy. 2005. Tanaman Obat Indonesia. IPTEKnet

    Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan

    KeamananPangan. Bandung : Penerbit Alumni

    Tjay, Tanhoan dan Raharjo, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT.

    Eleksmedia Komputindo Gramedia

    Volk, W.A dan Wehler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar ( Jilid 2). Surabaya :

    Erlangga

    Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia

    Winarno, F.G dan Aman. 1974. Fisiologi Lepas Panen Fatemeta. Bogor: IPB

    Zein, Umar. 2004. Diare Akut Infeksi Pada Dewasa.

    http://library.usu.ac.id/modules.php?op diakses pada tanggal 2 Oktober

    2006

    Zulaikha, Siti. 2006. Uji Daya Antimikroba Ekstrak Akar Tanaman Kucing-Kucingan (Achalypha indica L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

    Shigella dysentriae dan Vibrio cholerae. Malang: F MIPA

  • 7/28/2019 meniran 110

    65/65