Top Banner
MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Dr. H.M. Abdul Kholiq, M.A. 1 ABSTRAK Dinamika sebuah organisasi tergantung pada pemimpinnya. Pemimpin merupakan orang yang diberi tugas untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada bawahannya. Pemimpin yang dapat memandang jauh ke depan merupakan pemimpin visioner yang sangat dibutuhkan untuk menjadikan organisasi lebih kompetitif. Budaya organisasi merupakan sebuah sistem yang dianut oleh semua warga sekolah yang dapat membedakan antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya. Model kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan visoner adalah kepmimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumberdaya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan. Kepemimpinan visioner memahami wawasan jauh kedepan dan memiliki kemampuan membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman. Lembaga pendidikan yang bernama sekolah, memerlukan pemimpin /kepala sekolah yang visioner, yaitu kepala sekolah yang berorientasi pada upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan mengajak seluruh pihak untuk secara efektif menggapainya melalui berbagai program dan kegiatan yang produktif. Jikalau kepemimpinan visioner dijalankan di sekolah, maka keberhasilan akan datang. Karena kepemimpinan visioner dia mampu menjelaskan visinya dengan jelas yang dirumuskan dalam misi – misinya kedalam tujuan sekolah, kepemimpinan visioner mempunyai integritas yang sangatlah tinggi, dia adalah sosok contoh kepemiminan masa depan. Dia juga dapat mengayomi para bawahanya dengan baik jika ada kesulitan. Kegagalan lembaga pendidikan terbesar adalah dari seorang pemimpin, dia tidak bisa merumuskan visimya kedalam misi pendidikan. Dan kebanyakan kepala sekolah tidak tanggung jawab dalam visi misi yang dia buatnya, sehingga tujuan yang akan dicapai tidak dapat diraih dengan baik. Kata kunci: Kepemimpinan, Visioner, Pendidikan. 1 Dosen Tetap Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
102

MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Mar 16, 2019

Download

Documents

dangnhu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Dr. H.M. Abdul Kholiq, M.A.1

ABSTRAK

Dinamika sebuah organisasi tergantung pada pemimpinnya. Pemimpin merupakan orang yang diberi tugas untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada bawahannya. Pemimpin yang dapat memandang jauh ke depan merupakan pemimpin visioner yang sangat dibutuhkan untuk menjadikan organisasi lebih kompetitif. Budaya organisasi merupakan sebuah sistem yang dianut oleh semua warga sekolah yang dapat membedakan antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya.

Model kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan visoner adalah kepmimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumberdaya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan. Kepemimpinan visioner memahami wawasan jauh kedepan dan memiliki kemampuan membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

Lembaga pendidikan yang bernama sekolah, memerlukan pemimpin /kepala sekolah yang visioner, yaitu kepala sekolah yang berorientasi pada upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan mengajak seluruh pihak untuk secara efektif menggapainya melalui berbagai program dan kegiatan yang produktif.

Jikalau kepemimpinan visioner dijalankan di sekolah, maka keberhasilan akan datang. Karena kepemimpinan visioner dia mampu menjelaskan visinya dengan jelas yang dirumuskan dalam misi – misinya kedalam tujuan sekolah, kepemimpinan visioner mempunyai integritas yang sangatlah tinggi, dia adalah sosok contoh kepemiminan masa depan. Dia juga dapat mengayomi para bawahanya dengan baik jika ada kesulitan. Kegagalan lembaga pendidikan terbesar adalah dari seorang pemimpin, dia tidak bisa merumuskan visimya kedalam misi pendidikan. Dan kebanyakan kepala sekolah tidak tanggung jawab dalam visi misi yang dia buatnya, sehingga tujuan yang akan dicapai tidak dapat diraih dengan baik.

Kata kunci: Kepemimpinan, Visioner, Pendidikan.

1 Dosen Tetap Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.

Page 2: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

ABSTRACT The dynamics of an organization depends on its leaders. The leader is a person who is assigned to provide direction, guidance, and motivation to his subordinates. Leaders who can look far into the future is a visionary leader is needed to make the organization more competitive. Organizational culture is a system adopted by all school members to distinguish between schools that the other schools. Leadership model is very influential in the process of education in schools, in order to influence arising can improve the performance of personnel optimally. Then the leader must have the knowledge and ability to implement leadership style. Leadership visoner is kepmimpinan are able to move all the resources of the mission in order to approach the vision set. Visionary leadership to understand the insights far ahead and have the ability to bring the organization to grow and be able to face all the challenges of the times. Educational institutions called schools, requires a leader / visionary principals, the principals are oriented towards achieving the vision that has been set to invite all parties to effectively reach out through various programs and activities that are productive. If the visionary leadership on the school run, then the success will come. Because the visionary leadership he was able to explain his vision clearly formulated in the mission - the mission into school goals, visionary leadership has very high integrity, he is a figure of the future kepemiminan example. He can also protect the bawahanya properly if there is trouble. Failure is the largest educational institution of a leader, he can not formulate visimya into the educational mission. And most school principals are not liable in the vision and mission that he forged it, so the objectives to be achieved can not be achieved with either.

Keywords: Leadership, Visionary, Education.

Page 3: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan.

Sosok manusia merupakan makhluk yang tidak pernah merasa puas akan ketercapaian sesuatu. Ia selalu mengharapkan perubahan perubahan dalam perjalanan hidupnya. Sehingga filsafat perubahan merupakan sesuatu yang kekal menjadi karakteristik tetap kehidupanya . Di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama, selalu mengalami teori perubahan organisasi mulai dari orientasi, teknologi, struktur dan manajemennya.2 Sehingga mutu organisasi pun bisa diukur dari sejauh mana sorang manajer suatu organisasi mampu membuat perubahan-perubahan dalam tubuh organisasi tersebut.

Eksistensi sekolah sebagai lembaga pendidikan di Indonesia merupakan salah satu organisasi yang membutuhkan manusia manusia yang selalu terbuka dan menerima perubahan, serta mampu untuk membuat perubahan perubahan dalam menungkatkan mutu pendidikan. Sebagaimana yang terjadi pada dunia produksi pada umumnya, kepedulian akan mutu produk pendidikan pun didorong oleh persoalan dasar; bagaimana mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar tercapai peningkatan mutu secara berkelanjutan. Konsep Menejmen Mutu Terpadu yang saat ini telah diadaptasi oleh banyak organisasi modern, memang berorientasi kepada persoalan dasar tersebut.3

Kesungguhan komitmen bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin pada UUD 45, khususnya Pasal 31, yang menegaskan bahwa "setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan". Landasan konstitusional komitmen pendidikan yang membuka peluang sebesar besarnya bagi bangsa Indonesia berbuat yang terbaik bagi sistem pendidikan nasional melalui berbagai kebijakan bidang pemerintahan dan pembangunan, termasuk kebijakan otonomi daerah.4

Lembaga pendidikan yang bernama sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.5 Seiring berjalanya waktu akhir akhir ini kita bisa menyaksikan bahwa masyarakat sudah banyak yang menaruh perhatian terhadap madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bermutu. Inovasi madrasah sudah terasa efeknya di dalam masyarakat, baik local maupun internasional. Untuk mengawal perjalanan madrasah yang sudah menuju ke arah baik dan bermutu dibutuhkan pemimpin yang mandiri dan visioner, yaitu kepala madrash yang mempunyai pandangan jauh ke depan.

Keberadaan kepala sekolah adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Kompleksnya tugas-tugas sekolah membuat lembaga itu tidak mungkin lagi berjalan baik, tanpa kepala sekolah yang profesional dan berjiwa inovatif.6 Kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural di sekolah, ia ditugaskan untuk mengelola sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.7

Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Secara sederhana

` 2Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership menuju Sekolah Efektif, (Bandung:Bumi Aksara, 2006), hlm. 73

3 M. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan, ( Jakarta: Grafindo, 2013), hlm 19. 4 M. Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta:Raja Grafido Persada,2005), hlm. 202 5 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 3 6 Ibid hlm.81 7 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga

Kependidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2002), hlm. 145.

Page 4: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

visi dapat diartikan sebagai pandangan, keinginan, cita-cita, harapan dan impian impian tentang masa depan. Sementara itu misi merupakan perwujudan lebih jauh dari visi.8 Kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melaluin penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidakknya tidak menjadi masalah, tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi.

Kepemimpinan Sekolah efektif hendaknya bersifat visioner dengan menetapkan tujuan masa depan sekolah secara profesional. Hal ini dituntut oleh situasi dan kondisi saat ini yang menginginkan adanya visi bagi organisasinya sebagai antisipasi dan proyeksi bagi masa depan yang tidak menentu. Maka dari itu, pada organisasi sekolah harus menerapkan indikator-indikator untuk mencapai sekolah efektif, antara lain dengan kepemimpinan profesional, mendayagunakan para tenaga kependidikan dan menetapkan tujuan.

B. Kajian Pustaka.

1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat

sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela,penuh semangat,ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.9

Sedangkan pengertian kepemimpinan dalam pendidikan adalah (dalam hal ini kepala sekolah) merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.10.

2. Tipe atau Gaya Kepemimpinan. Tipe dan gaya kepemimpinan yang pokok ada tiga, yaitu; Pertama, Otokratis,

yakni Pemimpin bertindak sebagai dictator; Kekuasaan pemimipin hanya dibatasi undang undang; Penafsiran sebagai pemimpin hanyalah menunjukkan dan memberi perintah; Anggota tidak boleh membantah atau mengajukan saran; Pemimpin tidak menghendaki rapat atau musyawarah; Supervisi bagi pemimpin hanyalah mengontrol segala perintah perintah yang telah ia berikan untuk ditaati dan dijalani. Kedua, .Kepemimpinan yang Laissez Faire yakni; Pemimpin membiarkan orang berbuat sekehendaknya; Pemimipin sama sekali tidak memberikan kontrol, dan koreksi terhadap pekerjaan anggotnya; Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur dan tidak teratur; Tingkat keberhasilan organisasi semata mata disebabkan karena kesadaran anggota; Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Ketiga, Kepemimpinan yang Demokratis yakni; Pemimpin bukan diktator akan tetapi merakyat; Hubungan dengan anggotanya berasas kekeluargaan; Pemimipin selalu berusaha menstimulasi anggota anggotanya agar bekerja secara kooperatif; Mau menerima kritik dan saran dari kelompoknya; Pemimpin selalu

8 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,

(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 26. 9 Ngalim Purwanto.Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2006) , hlm.

26 10 M. Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta.1998) . hlm. 33

Page 5: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

berusaha membangun semangat anggota. Tipe demokrasi merupakan tipe kepemimpinan yang paling baik terutama untuk kepemimpinan pendidikan.11

3. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Islam. Untuk memberikan pengertian pendidikan Islam, lebih bijaknya kalau

melihat konsep pendidikan terlebih dahulu. Menurut Ki Hajar Dewantoro, mendidik adalah menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anaknya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.12 Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.13

Dari pengertian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan itu dilaksanakan oleh orang dewasa yang ditujukan kepada anak yang merupakan benih yang berkembang membutuhkan bimbingan dan bantuan. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi anak calon manusia dewasa yang akan mengemban tugas melaksanakan dan melanjutkan kekhalifahan di bumi yang mempunyai tanggung jawab di hadapan Allah.

Adapun tujuan pendidikan Islam Tujuan pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi. Dilihat dari segi gradisnya, ada tujuan akhir dan tujuan sementara. Dilihat dari sifatnya ada tujuan umum dan khusus, dilihat dari segi penyelenggaraannya terbagi atas formal dan non formal, ada tujuan nasional dan institusional. Berikut tujuan pendidikan Islam berdasarkan peranannya sebagai hamba Allah menurut Achmadi, yakni:

“…..(a), Menjadi hamba Allah yang bertakwa. Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Dengan pengertian ibadah yang demikian itu maka implikasinya dalam pendidikan terbagi atas dua macam yaitu: a). Pendidikan memungkinkan manusia mengerti tuhannya secara benar, sehingga semua perbuatan terbingkai ibadah yang penuh dengan penghayatan kepada ke Esaan-Nya. b). Pendidikan harus menggerakkan seluruh potensi manusia (sumber daya manusia), untuk memahami sunnah Allah diatas bumi. (b), Mengantarkan subjek didik menjadi khalifatullah fil ard (wakil Tuhan diatas bumi) yang mampu memakmurkannya (membudayakan alam sekitarnya) dan (c), Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.14 Ketiga tujuan tertinggi tersebut diatas berdasarkan pengalaman sejarah

hidup manusia dan dalam pengalaman aktivitas dari masa ke masa, belum pernah tercapai sepenuhnya baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.

Sedangkan Menurut D. Marimba mengemukakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. Muhammad athiyah al-barbasy berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah terciptanya akhlak yang sempurna dan keutamaan.15 Menurut Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani, tujuan pendidikan Islam ada pada tiga bidang asasi yaitu:

11 http://athieyaassabiqy.blogspot.com/2011/11/makalah-pemimpin-dalam-pendidikan-islam.html. Diakses pada tanggal 8 Nopember 2016.

12 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1981), hlm. 9. 13 Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al Ma’arif , 1989), hlm. 19.

14 Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma HumanismeTeosentris. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 95-98.

15Ahmad D. Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-ma’arif, 1989), hlm. 46

Page 6: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

“….(a), Tujuan-tujuan individual yang berkaitan dengan individu-

individu pelajaran (learning), dan dengan pribadi-pribadi mereka, dan apa-apa yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan yang diinginkan pada tingkah laku, aktivitas, dan pencapaiannya, dan pada pertumbuhan yang diingini pada pribadi mereka, dan pada persiapan yang dimestikan kepada mereka, pada kehidupan dunia dan akhirat. (b), Tujuan-tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan tingkah laku masyarakat umumnya, dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang diingini. (c), Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai suatu aktivitas diantara aktivitas-aktivitas masyarakat.”16

4. Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan Islam

Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan, karena ia merupakan pemimpin dilembaganya. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah.karena mereka merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya.sekolah yang efektif , bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala sekolahnya.maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik.kepal sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.

Sebagai pemimpin pendidikan yang professional,kepala sekolah dituntut untuk selalu mengadakan perubahan, mereka harus memiliki semangat yang berkesinambungan untuk mencari terobosan-terobosan baru demi menghasilkan suatu perubahan yang bersifat pengembangan dan penyempurnaan.dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi yang lebih dinamis, baik segi fisik maupun akademik ,seperti perubahan semangat keilmuan,atmosfer belajar dan peningkatan strategi pembelajaran.disamping itu, kepala sekolah juga harus berusaha keras menggerakkan para bawahannya untuk berubah ,setidaknya mendukung perubahan yang dirintis kepala sekolah secara proaktif,dinamis, bahkan progresif, system kerja para bawahan harus lebih kondusif, kinerja mereka harus dirangsang supaya meningkat, disiplin mereka harus dibangkitkan, sikap kerjasama mereka lebih dibudayakan, dan suasana harmonis diantara mereka lebih diciptakan.

5. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin. Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun 2010 tentang

Penugasan Guru Menjadi Kepala Sekolah melengkapi peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang di antaranya mengatur bahwa penugasan

16Omar Muhammad al-Taumy, al-syaibany. Filsafat Tarbiyah al-Islamiyah, terjemahan Hasan

Langgulung. Falsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 2000), hlm. 106

Page 7: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

menjadi kepala sekolah harus sesuai standar, karena kepala sekolah memegang peran penting, selain itu mutu pendidikan di sekolah bergantung pada kepala sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan kepemimpinan standar sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007.

Pengertian kompetensi berasal dari bahasa Inggris Competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.17 Kompetensi dapat diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dari seorang tenaga profesional. Kompetensi juga dapat dipahami sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapanya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat atau dunia kerja.18 Selain dari dua pengertian kompetensi diatas, kompetensi dapat dijelaskan sebagai seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang harus dimiliki. Setelah dimiliki tentu harus dihayati, dikuasai, dan diwujudkan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.19 Dari beberapa pengertian diatas dapat kita pahami kompetensi adalah sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang diterapkan dalam sebuah pekerjaan atau jabatan tertentu.

Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang diselenggarakan proses pembelajaran atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. kepala sekolah adalah seorang pemimpim yang mempunyai bawahan yang dipilih dengan cara tertentu yang mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukan yang dibantu oleh staf. Staf merupakan sekelompok sumber daya manusia yang bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya manusia yang bertugas sebagai tenaga adminstrasi.

Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Meskipun senabagi guru yang mendapat tugas tambahan kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aflikasi prinsif-prinsif administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik,di sisni berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik.20

Sedangkan kompetensi kepala sekolah adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang harus dikuasai atau dimiliki oleh seorang kepala sekolah dan direfleksikan atau diterapkan dalam pekerjaan atau jabatan sebagai kepala sekolah. Di lingkungan dunia pendidikan, ada perangkat kompetensi atau keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan sekaligus sebagai administrator dan manajer pendidikan dalam melaksanakan sejumlah tugas, kompetensi tersebut diantaranya adalah: keterampilam teknis (technical skill), keterampilan hubungan manusia (human

17Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization),

(Bandung: Alfabeta, 2009) hlm.28 18 Sudarwan, Danin. Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: Prenada media.2011). hlm. 111 19 M Gorky Sembiring. Menjadi Guru Sejati. (Yogyakarta:Best Publisher.2009). hlm. 39 20Danin, Sudarwan,. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga

Kependidikan. ( Bandung:Pustaka Setia, 2002 ), hlm. 145

Page 8: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

relation skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill). Kompetensi atau Keterampilan kepala sekolah itu dimaksudkan sebagai bekal bagi mereka untuk dapat melaksanakan manajemen pendidikan secara efektif dan efisien.

Kompetensi Kepala Sekolah. Menurut Robert L. Katz (dikutip oleh Sudarwan, bahwa keterampilan yang

harus dimiliki oleh administrator yang efektif adalah keterampilam teknis (technical skill), keterampilan hubungan manusia (human relation skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).21

1) Keterampilan Teknis (Technical Skill).

Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan-tindakan praktis, keterampilan dalam menggunakan metode, teknik, prosedur atau prakarsa melalui taktik yang baik, atau menyelesaikan tugas-tugas secara sistematis. Ketrampilan teknikal yaitu kemampuan kepala sekolah dalam menanggapi dan memahami serta cakap menggunakan metode-metode termasuk yang bukan pengajaran, yaitu pengetahuan keuangan, pelaporan, penjadwalan dan pemeliharaan. Keterampilan-keterampilan teknis antara lain adalah: (a), Kemampuan menyusun laporan. (b), Kemampuan menyusun program pembelajaran. (c). Kemampuan menyusun data statistik sekolah. (d), Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya. (e). Keterampilan mengetik. (f), Kerampilan menata ruang. (g), Kerampilan membuat surat, dan lain-lain.

2) Keterampilan hubungan manusia (human relation skill)

Keterampilan hubungan manusiawi adalah kemampuan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kedua belah pihak.Hubungan manusiawi melahirkan suasana kooperatif yang menciptakan kontak manusiawi antar-pihak yang terlibat. Keterampilan hubungan manusiawi ini antara lain adalah : (a), Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok. (b), Keterampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan. (c), Sikap terbuka terhadap kelompok kerja. (d), Kemampuan memotivasi bawahan. (e), Penghargaan terhadap nilai-nilai etis. (f), Pemerataan tugas dan tanggung jawab. (g), Itikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain.

Perilaku kepala sekolah yang berkaitan dengan Keterampilan hubungan manusia di sekolah menurut pendapat Campbell yang dikutip oleh Stoops dan Johnson adalah sebagai berikut:22 (a), Menunjukkan semangat kerja dan memberikan bimbingan dan bantuan dalam pekerjaan. (b),Berperilaku menyenangkan, menghormati guru, mempunyai integritas yang tinggi dan tegas dalam mengambil keputusan. (c),Memberi penghargaan pada guru yang berprestasi. (d), Memberikan dukungan semangat/ moral kerja guru dan bersikap tegas kepada personil sekolah. (e), Mengatur sekolah secara baik. (f), Menggunakan otoritasnya sebagai kepala sekolah dengan penuh keyakinan dan teguh pendirian. (g), Memberikan bimbingan secara individu kepada guru dalam pekerjaan. (h), Menyelesaikan permasalahan. (i), Menghormati peraturan sekolah, mendisiplinkan siswa dan tidak membebani tugas yang berat kepada guru.

21 Ibid, hlm, 33 22Ibid, hlm. 73

Page 9: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill).

Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan kemampuan teoritis dan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Kepala sekolah atau para pengelola satuan pendidikan dituntut dapat memahami konsep dan teori yang erat hubungannya dengan pekerjaan. Keterampilan Konseptual adalah : (a), Melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan. (b), Merencanakan perubahan. (c), Merancang tujuan sekolah. (d), Membuat penilaian secara tepat tentang efektivitas kegiatan sekolah. (e), Mengkoordinasikan program secara harmonis.

Sedangkan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah, setiap kepala sekolah harus memenuhi lima aspek kompetensi, yaitu kepribadian, sosial, manajerial, supervisi, dan kewirausahaan, yakni:23

1. Kompetensi Kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.24Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi : (a), Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/ madrasah. (b), Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. (c), Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/ madrasah.] (d), Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. (e), Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah dan (f), Memiliki bakat dan minat jabatannsebagai pemimpin pendidikan. 2. Kompetensi Manajerial. Ketrampilan manajerial adalah kemampuan seseorang dalam mengelola sumberdaya organisasi berdasarkan kompetensi yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.25 Kompetensi manajerial yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi : (a), Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan. (b), Mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan. (c), Memimpin sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal. (d), Mengelola perubahan danbpengembangan sekolah/ madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif. (e), Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. (f), Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. (g), Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. (h), Mengelola hubungan sekolah/ madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah. (i), Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik

23Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

Madrasah. 24Wawan Junaidi, Kompetensi Kepribadian, http://wawan-

junaidi.blogspot.com/2010/01/kompetensi-kepribadian.html, diakses pada tanggal 8 Nopember 2016. 25Wahyudi,Op.cit, hlm. 67-68

Page 10: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. (j), Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. (k), Mengelola keuangan sekolah/ madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. (l), Mengelola ketatausahaan sekolah/ madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah. (m), Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/ madrasah. (n), Mengelola sistem informasi sekolah/ madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan. (o), Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/ madrasah. (p), Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut

3. Kompetensi Kewirausahaan. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses menciptakan sesuatu yang baru dan berani mengambil resiko dan mendapatkan keuntungan. Para ahli sepakat bahwa yang dimaksud dengan kewirausahaan menyangkut tiga prilaku yaitu : (a) kreatif, (b) komitmen (motivasi tinggi dan penuh tanggungjawab), (c) berani mengambil resiko dan kegagalan.26 Sedangkan menurut Suryana (2003:13), kompetensi kewirausahaan kepala sekolah didefinisikan sebagai kemampuan kepala sekolah dalam menangani aktivitas yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada stakeholder.27 Kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi: (a), Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/ madrasah. (b), Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/ madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. (c), Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/ madrasah. (d), Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/ madrasah. (e), Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/ madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

4. Kompetensi Supervisi. Kompetensi supervisi adalah pengetahuan dan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti supervisi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah.28 Kompetensi supervisi yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi : (a), Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. (b), Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. (c), Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

26Zakir Hubulo, Kompetensi Kepala Sekolah, http://siswakucerdas.blogspot.com/2011/03

/kompetensi-kepala-sekolah.html, diakses pada tanggal 9 Nopember 2016. 27Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, (Jakarta: Salemba Empat,

2003) hlm. 13 28Obeeth’s, Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah, http://obeeth.wordpress.com/203-2/kompetensi-

supervisi-kepala-sekolah/, diakses pada tanggal 9 Nopember 2016.

Page 11: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

5. Kompetensi Sosial. Kepala sekolah sebagai cermin memberikan gambaran (pantulan diri) bagaimana dia memandang dirinya, masa depannya, dan profesi yang ditekuninya. Kompetensi sosial merupakan suatu kemampuan seorang kepala sekolah/guru dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan: a) peserta didik, b) sesama pendidik, c) tenaga kependidikan, d) orang tua/wali peserta didik dan e) masyarakat sekitar..29 Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi : (a), Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/ madrasah. (b), Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. (c), Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Banyaknya kepala sekolah yang kurang memenuhi standar kompetensi

ini tak terlepas dari proses rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah yang berlaku saat ini. Di sejumlah negara, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang harus menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan. Sebagai contoh di Malaysia, menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah, Singapura dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang menetapkan lembaga pelatihan untuk mengeluarkan surat izin atau surat keterangan kompetensi.

6. Corak Kepemimpinan Pendidikan Islam Visioner

a. Pengertian Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang. Kepemimpinan yaitu tindakan atau perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang maupun kelompok bergerak ke arah tujuan tertentu.30 Kepemimpinan merupakan hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk dapat bekerja sama dalam upaya mencapai tujuan.31

Kepemimpinan yaitu suatu pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi organisasi. Weber mengemukakan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu yang merupakan tujuan bersama, kepemimpinan merupakan sejumlah aksi atau proses seseorang atau lebih menggunakan pengaruh, wewenang, atau kekuasaan terhadap orang lain untuk menggerakkan sistem sosial guna mencapai tujuan sistem sosial.32 Leader are persons others want to follow. Leaders are the ones who command the trust and loyalty of followers – the great persons who capture the imagination and admiration of those with whom they deal.33 Pemimpin adalah seseorang yang diikuti. Pemimpin adalah seseorang yang berkuasa atas kepercayaan dan kesetiaan pengikut, seseorang yang mewujudkan imajinasi dengan kesepakatan bersama. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang

29 Suryana, Op.cit, hlm 55 30 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT.Toko Gunung Agung, 1997),hlm. 79

31 Marno, Islam By Management and Leadership, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2007), hlm. 37 32 Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV.Alfabeta, 2000), hlm. 145. 33Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 39

Page 12: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

lain atau kelompok bawahan guna mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan school based management dan didambakan bagi peningkatan pendidikan berupa kepemimpinan yang memiliki visi atau visionary leadership, yaitu kepemimpinan yang difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan.34 Visionary leadership pada pembahasan ini, disebut dengan kepemimpinan visioner.

Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan pemimpin mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih dan diwujudkan melalui komitmen semua personel.35

Pemimpin visoner merupakan pemimpin yang memiliki dan selalu berorientasi ke depan, apa yang ingin diwujudkan di masa depan dari realitas yang sedang dihadapi. Bagi pemimpin visioner, tatkala melihat batu misalnya. Di benaknya tergambar keinginan untuk membuat rumah yang besar dan megah. Pemimpin yang visioner itu penting dan menentukan hidup matinya organisasi.36 Gagasan ini menekankan agar dunia pendidikan memiliki keterkaitan dan kesesuaian pembangunan sesungguhnya telah sejak dini diajarkan Islam. Hal ini mengandung arti menata hari esok agar lebih baik dari kondisi sebelumnya dalam segala aspek kehidupan. Hal ini dinyatakan firman Allah SWT, (Q.S. Al Hasyr : 18). Perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok dipahami sebagai perintah melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah dilakukan. Di dunia pendidikan evaluasi sangat diperlukan dalam progam-progam yang dirancang, berhasil atau belum berhasil.

Setiap institusi memerlukan pemimpin yang memiliki visi atau misi yang disebut dengan visioner, dekat dengan stakeholder atau masyarakat yang membutuhkan jasa organisasi pendidikan, memiliki gagasan inovatif yang luas, familiar dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Dampak atau hasil dari kepemimpinan visioner pada lembaga pendidikan akan tampak pada cara ia menentukan kebijakan (wisdom) dan keputusan, dasar pertimbangan pengambilan keputusan, cara yang sesuai dengan aturan dan sesuai pula bagi pihak yang menerima delegasi, acuan sikap dalam bekerja dan acuan pengawasan.37

Pemimpin Visioner, menurut Tri Darmayanti perlu melakukan lima peran sebagai berikut : pertama, peran merumuskan visi (the vision role), kedua, peran menjalin hubungan (the relationship roles), ketiga, peran mengendalikan (the control role), keempat, peran melakukan dorongan (the encourage role), kelima, peran sebagai pemberi informasi (the information role).38

Peran merumuskan visi (the vision role), dimaksudkan untuk memberi kejelasan arah organisasi (madrasah). Meski gagasan datang dari kepala madrasah namun peran ini tidak harus dilakukan sendiri, melainkan membentuk tim untuk merumuskannya. Sedangkan peran menjalin hubungan (the relationship roles), sebagai kepala madrasah tentu tidak dapat mengelak atau mengabaikan arti penting menjalin hubungan. Sebab eksistensi sekolah akan sangat ditentukan oleh

34Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership menuju Sekolah Efektif, (Bandung:Bumi

Aksara, 2006), hlm. 81. 35 Op.cit, hlm 82 36 Marno, Op.cit, hlm. 47 37 Saiful Sagala, Op.Cit., hlm. 164 38 Marno, Op.Cit., hlm. 89

Page 13: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

kepiawaian menjalin hubungan dengan semua pihak. Kaitan dengan peran ini, dalam lingkup internal madrasah kepala sekolah harus mampu membangun tim kerja yang solid, dengan memilih person-person yang memiliki kemampuan yang bersifat komplementer. Disamping itu juga perlu menyusun struktur personel yang mendeskripsikan bagaimana seharusnya hubungan kerja antar mereka dibangun.Sedangkan untuk lingkup eksternal madrasah, kepala madrasah harus mampu membangun jejaring dengna berbagai pihak terkait.

Di dalam peran mengendalikan (the control role), kepala sekolah harus mampu berperan sebagai konsultan bagi bawahannya. Ia juga bertindak selaku pengendali organisasi madrasah. Fungsi konsultasi dan pengendalian ini akan berjalan efektif jika kepalamadrasah mampu menjabarkan tujuan yang hendak dicapai oleh madrasah. Fungsi ini bisa dilakukan dengan mendefinisikan masalah dan jalan keluarnya, pembuatan keputusan, mendelegasikan, deskripsi kerja dan mengelola konflik. Peran melakukan dorongan (the encourage role), bisa dilakukan dengan beberapa variasi teknik seperti sistem penggajian yang adil, pengakuan prestasi kerja dengan memberikan pujian dan pemberian ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Peran ini diarahkan untuk memacu dan menggairahkan iklim kerja yang produktif dalam sekolah.

Dalam peran sebagai pemberi informasi (the information role), kepala sekolah harus memiliki akses yang luas baik ke dalam maupun ke luar sekolah. Dengan kata lain, ia harus mampu membangun dan memelihara jejaring informasi yang dapat dijadikan saluran komunikasi internal maupun eksternal madrasah.39

Menurut Sadu, ada tiga hal yang menandai kepemimpinan visioner, yakni, inovasi yang tinggi, kreativitas, dan keberanian untuk menghadapi risiko. Tentu saja, kepemimpinan visioner tidak bisa tercipta secara instan. Ada empat variabel yang satu sama lainnya berkontribusi dan menjadi padu untuk membentuk kepemimpinan visioner. Keempat variabel itu adalah pemimpin, pengikut, situasi dan kondisi, serta visi dan misi organisasi.40 Visionary leadership harus mampu merumuskan visi sendiri dengan melibatkan orang atau tim untuk membantu merumuskannya. Visi dapat memuat sasaran kuantitatif misalnya target yang dinyatakan dengan prosentase, atau dapat menyatakan tahun pencapaian, dan dapat pula hanya menggambarkan kondisi di masa depan yang akan dicapai.41 Dapat diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab merumuskan visi adalah pemimpin melalui kinerja kepemimpinannya.

a) Konsep Visi.

Visi masa depan yang lahir dewasa ini sifatnya terbuka dan melihat pada potensi-potensi yang mungkin terjadi tanpa mempunyai kepastian mengenai hasil-hasilnya. Pernyataan visi mengkomunikasikan pokok-pokok tujuan lembaga dan untuk apa lembaga tersebut berdiri. Pernyataan pokok visi tersebut harus lugas dan langsung menunjuk pada tujuan pokok lembaga. Visi adalah wawasan kedepan yang merupakan statement of power humaniora, dapat berupa daya imajinasi, daya tembus, daya pandang dan daya rekayasa. Visi merupakan pandangan yang merupakan kristalisasi dan intisari dari kemampuan (competency), kebolehan (ability) dan kebiasaan (self efficacy) dalam melihat, menganalisis dan menafsirkan. Visi mengandung intisari dari arah dan tujuan, misi, norma dan nilai yang merupakan satu kesatuan yang utuh.

39Abdurrahman Mas'ud, dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),

hlm. 276 40 Sadu, Kepemimpinan Visioner, (Bandung, Bumi Aksara, 2006), hlm. 46. 41 Marno, Op.Cit., hlm. 89

Page 14: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pernyataan di atas dapat disimpulkan visi adalah idealisme pemikiran tentang masa depan organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi. Kerangka pemikiran ini menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipatif terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman.42

b) Karakteristik Unsur Visi

Sedangkan ciri-ciri visi yang baik adalah sebagai berikut: (a), Ringkas; bahwa statement visi tidak dirumuskan dalam kalimat yang panjang lebar, tetapi secara ringkas, mudah dibaca, mudah dipahami dan dapat sering dikomunikasikan. (b), Kejelasan; visi yang jelas, tidak mengandung penafsiran yang berbeda-beda dari pembacanya. Pernyataan visi yang jelas dapat mempengaruhi penerimaan dan pemahaman yang menerimanya. (c), Abstraksi; bahwa visi bukan tujuan operasional yang hanya diupayakan dan diraih dalam waktu yang pendek, tetapi pernyataan ideal tentang cita-cita organisasi yang mengakomodasi kemajuan organisasi. (d), Tantangan; personel yang tertantang dengan pernyataan visi dapat menunjukkan kinerjanya secara optimal dan membentuk rasa percaya diri yang besar. (e), Orientasi masa depan; visi adalah masa depan. Masa depan visi merupan kualitas dari seluruh aspek organisasi. (f), Stabilitas; visi bukan statement yang mudah berubah karena ia dapat mengakomodasi perubahan, kepentingan dan keinginan organisasi dan individu dalam jangka waktu yang relatif panjang, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi diluar organisasi tidak membuat terancamnya visi organisasi. (g), Disukai, visi harus disukai.43

c) Tujuan Visi Bila dikaitkan dengan proses perubahan, visi yang baik memiliki tujuan

utama, yaitu: (a), Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi. (b), Memotivasi karyawan untuk bertindak dengan arah yang benar. (c), Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu dari orang yang berbeda beda.44

Perumusan visi itu harus simple and compelling, certainly challanging, practicable, and realistic. Visi yang baik dirumuskan secara sederhana dan terfokus, dapat ditangkap maknanya oleh staf atau tenaga pelaksana, menggambarkan kepastian, dapat dilaksanakan, serta realistis, yakni; (a), Visi yang mampu merangsang kreativitas dan bermakna secara fisikpsikologis bagi kepala sekolah, guru, staf tat usaha dan anggota komite. (b), Visi yang dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi kepala sekolah, guru, staf tat usaha dan anggota komite sekolah untuk tumbuh secara profesional. (c), Visi yang mampu mereduksi sikap egoistik-individual atau egoistikunit ke format berpikir kolegalitas, komprehensif dan bekerja dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang lain.. (d), Visi yang mampu merangsang kesamaan sikap dan sifat aneka perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staf tat usaha dan anggota komite sekolah, sekaligus menghargai perbedaan yang menjadikan perbedaan itu sebagai potensi untuk maju secara sinergis. (e), Visi yang mampu

42 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Op.Cit., hlm. 85. 43 Ibid., hlm.85 44 Ibid., hlm.90

Page 15: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

merangsang seluruh anggota, dari hanya bekerja secara profoma ke kinerja riil yang bermaslahat, efektif, efisien dan akuntabilitas tertentu.45

Pedoman pembentukan visi seorang pemimpin lembaga pendidikan mencakup: (a), Gambaran tentang masa depan madrasah yang diinginkan. (b), Visi akan membentuk pandangan pemimpin tentang apa yang menyebabkan keunggulan madrasah. (c), Gambaran masa depan madrasah yang diinginkan madrasah dan masyarakat. (d), Proses perubahan yang diinginkan berdasarkan masa depan terbaik yang hendak dicapai. (d), Masing-masing aspek visi pendidikan di sekolah merefleksikan asumsi asumsi, nilai-nilai dan keyakinan- keyakinan yang berbeda tentang watak manusia, tujuan pendidikan dan sebagainya.46

7. Tipologi Kepemimpinan Pendidikan Visioner

Tipologi kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko. Diantara karakteristik utama kepemimpinan visioner menurut Tony Bush & Marianne Coleman, adalah sebagai berikut :

“(1), Berwawasan ke masa depan, yaitu bertindak sebagai motivator, berorientasi pada the best performance untuk pemberdayaan, kesanggupan untuk memberikan arahan konkrit yang sistematis. (2), Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Memandang sumber daya, terutama sumberdaya manusia sebagai asset yang sangat berharga dan memberikan perhatian dan perlindungan yang baik terhadap mereka. (3), Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, memberikan umpan balik positif, selalu menghargai kerja keras dan prestasi yang ditunjukkan oleh siapun yang telah memberi kontribusi. (4), Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola mimpi menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah. Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk mendapatkan situsi dan nkodisi yang lebih baik. (5), Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain, dan secara pribadi sangat berkomitmen terhadap visi tersebut. (6), Berrpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diyakininya. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, memancarkan energi, vitalitas dan kemauan yang membara untuk selalu berdiri pada posisi yang segaris dengan nilai-nilai spiritual. (7), Membangun hubungan (relationship) secara efektif, memberi penghargaan dan respek. Sangat peduli kepada orang lain (bawahan), memandang orang lain sebagai asset berharga yang harus di perhatikan, memperlakukan mereka dengan baik dan ‘hangat’ layaknya keluarga. Sangat responsive terhadap segala kebutuhan orang lain dan

45 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2006), hlm. 71 46 Tony Bush & Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,terj. Fahrurrozi,

(Yogyakarta:IRCiSoD, 2006), hlm. 40

Page 16: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

membantu mereka berkembang, mandiri dan membimbing menemukan jalan masa depan mereka. (8), Inovatif dan proaktif dalam menemukan ‘dunia baru’. Membantu mengubah dari cara berfikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif (out-box thinking). Lebih bersikap antisipatif dalam mengayunkan langkah perubahan, ketimbang sekedar reaktif terhadap kejadian-kejadian.”47 Di dalam Karakteristik kepemimpinan visioner tersebut terdapat 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu sebagai berikut: 1. Visualizing, yaitu pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa

yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.

2. Futuristic Thinking, yaitu pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.

3. Showing Foresight, yakni pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.

4. Proactive Planning, yaitu pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu.

5. Creative Thinking, yaitu dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah.

6. Taking Risks, yaitu pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.

7. Process alignment, yaitu pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.

8. Coalition building, yaitu pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.

9. Continuous Learning, yakni pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik

di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi.Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.

10. Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.48

47 https://ibnunsr.wordpress.com/2016/08/24/kepemimpinan-visioner/ Diakses pada tanggal 10

Nopember 2016,, hlm. 3 48 Ibid., hlm. 5

Page 17: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

B. Kesimpulan.

Model kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan visoner adalah kepmimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumberdaya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan. Kepemimpinan visioner memahami wawasan jauh kedepan dan memiliki kemampuan membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

Lembaga pendidikan yang bernama sekolah, memerlukan pemimpin /kepala sekolah yang visioner, yaitu kepala sekolah yang berorientasi pada upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan mengajak seluruh pihak untuk secara efektif menggapainya melalui berbagai program dan kegiatan yang produktif.

Jikalau kepemimpinan visioner dijalankan di sekolah, maka keberhasilan akan datang. Karena kepemimpinan visioner dia mampu menjelaskan visinya dengan jelas yang dirumuskan dalam misi – misinya kedalam tujuan sekolah, kepemimpinan visioner mempunyai integritas yang sangatlah tinggi, dia adalah sosok contoh kepemiminan masa depan. Dia juga dapat mengayomi para bawahanya dengan baik jika ada kesulitan. Kegagalan lembaga pendidikan terbesar adalah dari seorang pemimpin, dia tidak bisa merumuskan visimya kedalam misi pendidikan. Dan kebanyakan kepala sekolah tidak tanggung jawab dalam visi misi yang dia buatnya, sehingga tujuan yang akan dicapai tidak dapat diraih dengan baik. Semoga.

Page 18: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership menuju Sekolah Efektif, (Bandung:Bumi Aksara, 2006).

Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al Ma’arif , 1989).

Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma HumanismeTeosentris. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Ahmad D. Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-ma’arif, 1989). Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership menuju Sekolah Efektif,

(Bandung:Bumi Aksara, 2006). Abdurrahman Mas'ud, dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar,

2002). D Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,

(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004). Danin, Sudarwan,. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga

Kependidikan. ( Bandung:Pustaka Setia, 2002 ). http://athieyaassabiqy.blogspot.com/2011/11/makalah-pemimpin-dalam-pendidikan-

islam.html. Diakses pada tanggal 8 Nopember 2016. https://ibnunsr.wordpress.com/2016/08/24/kepemimpinan-visioner/ Diakses pada

tanggal 10 Nopember 2016,, hlm. 3 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT.Toko Gunung Agung, 1997). M. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan, ( Jakarta: Grafindo, 2013). M. Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta:Raja Grafido Persada,2005). Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001).

Page 19: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2002).

Ngalim Purwanto.Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:Rosdakarya.2006).

M. Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: rineka cipta.1998). Marno, Islam By Management and Leadership, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2007).

M. Gorky Sembiring. Menjadi Guru Sejati. (Yogyakarta:Best Publisher.2009). Omar Muhammad al-Taumy, al-syaibany. Filsafat Tarbiyah al-Islamiyah, terjemahan Hasan

Langgulung. Falsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 2000). Obeeth’s, Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah, http://obeeth.wordpress.com/203-

2/kompetensi-supervisi-kepala-sekolah/, diakses pada tanggal 9 Nopember 2016. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/ Madrasah. Sudarwan Danin. Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: Prenada media.2011). ---------------------, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2006). Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, (Jakarta:

Salemba Empat, 2003). Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV.Alfabeta, 2000). Sadu, Kepemimpinan Visioner, (Bandung, Bumi Aksara, 2006). Tony Bush & Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,terj.

Fahrurrozi, (Yogyakarta:IRCiSoD, 2006). Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning

Organization), (Bandung: Alfabeta, 2009). Wawan Junaidi, Kompetensi Kepribadian, http://wawan-

junaidi.blogspot.com/2010/01/kompetensi-kepribadian.html, diakses pada tanggal 8 Nopember 2016.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007). Zakir Hubulo, Kompetensi Kepala Sekolah, http://siswakucerdas.blogspot.com/2011/03

/kompetensi-kepala-sekolah.html, diakses pada tanggal 9 Nopember 2016. Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1981).

---------------------

Page 20: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Rekonstruksi Historiografi Islam Nusantara: Menelusuri Jejak Arkeologis Kerajaan

Islam Tertua di Jawa

Oleh: Akmal Bashori Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Unsiq

[email protected]

Abstrak

Nusantara historiografi Islam selalu menarik untuk dikaji dalam berbagai perspektif. Itu karena ada adalah awal yang unik dari keterkaitan nilai-nilai budaya yang melekat dalam Islam itu sendiri, selain tingkat kedatangan historiografi di kepulauan untuk memasuki arena politik (kerajaan) dan dilakukan tanpa perlawanan. Sehubungan dengan historiografi kerajaan Islam pertama di Jawa, penulis menganggap perlu untuk merekonstruksi berkenaan dengan doktrin yang menyebar melalui komunitas yang merupakan kerajaan Islam pertama Demak. Oleh karena itu, dalam makalah ini menggunakan pendekatan historis-kritis dan arkeologi. Pendekatan historis-kritis digunakan untuk melihat sejarah kritis dan radikal, sementara arkeologi yang digunakan untuk melihat bukti-bukti arkeologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kerajaan Demak banyak pengaruh dan kontribusi peradaban Islam kepada masyarakat dan untuk hari ini Namun, Demak tidak kerajaan Islam pertama di Jawa, tetapi Kerajaan Lumajang, diikuti Tuban, Gresik kemudian Demak. Kata kunci: Rekonstruksi, historiografi, kerajaan Islam, Java

Abstract

Nusantara Islamic historiography is always interesting to be studied in a variety of perspectives. That’s because there is a unique start of the interrelation of cultural values inherent in Islam itself, in addition to the level of historiography arrival in the archipelago to enter the political arena (the kingdom) and carried out without resistance. In relation to the historiography first Islamic kingdom in Java, the author considers it necessary to reconstruct with regard to the doctrine which spread through the community that is the first Islamic kingdom of Demak. Therefore, in this paper used the historical-critical approach and archaeological. Historical-critical approach is used to view the history of critical and radical, while the archaeological used to see the archaeological evidence. The results showed that although the kingdom of Demak lot of influence and contribution of Islamic civilization to the public and to this day however, Demak is not the first Islamic kingdom in Java but the Kingdom of Lumajang, followed Tuban, Gresik then Demak.

Keywords: Reconstruction, historiography, Islamic kingdom, Java

Page 21: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pendahuluan Beberapa dasawarsa terakhir, kajian tentang historiografi Islam Nusantara

banyak peminatnya, hal itu ditandai dengan adanya beberapa perkembangan penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif, mulai dari penggalian hukum awal Nusantara hingga terkait dengan kajian Islam Nusantara. Karena semua itu menurut Muin Umar, sejarah Islam Indonesia sebagai bagian dari sejarah umat Islam dan sejarah Islam Indonesia sebagai bagian dari sejarah Nusantara.49 Keduanya saling terintegrasi, dan tidak dapat dipisahkan. Termasuk jika mengkaji historiografi kerajaan Islam di Kepulauan Nusantara (dalam konteks ini, Jawa50).

Slamet Muljana, ahli sejarah Nusantara mengatakan bahwa keruntuhan Majapahit (baru) menjadi tonggak awal kejayaan kerajaan Islam di Jawa, hal ini di awali dengan berdirinya kerajaan Islam yang pertama di Jawa, Demak (918-960 H/ 1512-1552 M).51 Namun, apakah benar kerajaan Islam Jawa adalah Demak? Agus Sunyoto menuturkan bahwa dogma sejarah Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, pada dasarnya “tidak” benar karena tidak di dukung oleh data arkeologi maupun historiografi yang memadai.52 Menurutnya terdapat kerajaan Islam di Jawa yang jauh lebih tua di bandingkan dengan kesultanan Demak.

Berangkat dari uraian di atas tulisan ini akan mencoba menelusuri jelak-kerajaan tertua di Jawa, sekaligus sebagai fokus kajian yang akan menjawab permasalahan, bahwa kerajaan Islam tertua di Jawa bukanlah Demak?. Untuk itu tulisan ini akan menggunakan pendekatan historis-kritis (historical-critism serta arkeologis. Pendekatan historis-kritis digunakan untuk melihat sejarah secara kritis dan radikal, sedangkan arkeologis digunakan untuk melihat bukti-bukti arkeologisnya. dengan menitik beratkan kepada persoalan dinamika politik mulai dari kerajaan Singhosari hingga episode awal berdiri Majapahit, yakni semasa dipimpin oleh Sanggramawijaya (1293 M) sampai pada akhirnya Majapahit terbagi menjadi dua bagian anatara Wijaya dengan Arya Wiraraja yang ternyata ia adalah muslim serta bukti arkeolgis kerajaan Islam pertama di Jawa.

Mengurai Benang Kusut: Masuknya Islam di Nusantara

Banyak teori yang menelaah asal-usul masuknya Islam dan penyebarannya di Nusantara. Keragaman teori ini merupakan gambaran bahwa perihal kedatangan Islam ke Nusantara sangat rumit untuk dijelaskan dan tidak bisa ditemukan secara pasti. Terlepas dari perdebatan yang terus berlangsung, satu argumen penting dikemukakan Azyumardi Azra, bahwa proses islamisasi di Nusantara harus dilihat dari perspektik global dan lokal sekaligus. Dari perspektif global, harus dipahami

49 A. Muin Umar. 1988. Historiografi Islam, Jakarta: Rajawali Press, h. 188. 50 Jawa mempunyai banyak nama: “She-po” atau “Zhao-wa” (sumber Cina), Yava dvipa (Sansekerta), “Javaga” (teks Arab Asli sebelum berganti Jawy: Bangsa Jawa), “Java Major” Marco Polo), “Muljawa”—Jawa yang asasi” (Ibn Batuthah). Menurut C. W. Leadbeater, Jawa sama-sekali belum diketahui keberadaannya oleh Dunia sampai pulau tersebut dikunjungi oleh peziarah dari Tiongkok, Fa Hien, pada tahun 412 M. Lihat lebih lanjut, C. W. Leadbeater. 2015. The Occult Histori of Java. (terj.). Jakarta: Daras Books. h. 9., 51 Lihat: Slamet Muljana. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LkiS. Cet. IV. Buku ini semula merupakan kerta kerja dengan judul “The Decline and Fall of The Kingdom of Majapahit” yang dipresentasikan dalam International Congress of Orientalits di Ann Abror, Amerika Serikat, tahun 1967. 52 Agus Sunyoto. 2016. Atlas Walisongo; Buku Pertama yang Mengungkap Walisongo Sebagai Fakta Sejarah. Depok: Pustaka IIMaN dan LESBUMI PBNU. (ed. Revisi). cet II. h. 120.,

Page 22: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika dan perubahan yang terjadi di dunia Islam secara global.53

Karena itu, untuk memahami proses awal dari dinamika Islam di Kepulauan Nusantara (dalam konteks ini Jawa) perlu meninjau berbagai historiografi tradisional termasuk tradisi lisan (oral traditions) yang berkembang di masyarakat54 merupakan medan belantara pemaknaan yang tak pernah kering untuk dijadikan basis rekonstruksi kesejarahan islamisasi. Namun, agar menemukan derajat kesahihan dan tingkat relialibilitas yang tinggi, sumber tersebut harus di-cross-check dengan sumber-sumber luar, terutama dari melayu, China, Portugis, Arab dan Belanda.55

Azyumardi Azra menyatakan ada tiga masalah pokok ketika mendiskusikan maslah kedatangan Islam di Indonesia. pertama, dari mana tempat asal kedatangan Islam. Kedua, siapa para pembawanya. Ketiga, kapan waktu datangnya. Hingga sekarang dari sekian banyak teori yang berusaha menjawab ketiga masalah pokok ini belum tuntas. Menurut Azra karena selain minimnya data yang mendukung suatu teori tertentu juga sifat subyektifitas dari teori yang ada, di samping itu teori tertentu “tidak” mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tandingan yang di ajukan teori-teori lain. Hal itulah yang menyebabkan kegagalan melihat proses Islamisasi di Indonesia. Oleh sebab itu dalam bagian ini akan mencoba menguraikan ketiga pertanyaan Azra di atas.

1. Dari mana Islam Datang?

Teori pertama menyatakan bahwa Islam yang datang ke Indonesia bukan dari Persia maupun Arabia, melainkan dari Anak benua India. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Pij Nappel ahli dari Universitas Leiden56. Ia mengaitkan Asal mula Islam di Indonesia dengan wilayah Gujarat dan Malabar. Menurutnya, orang-orang

53 Azyumardi Azra. 2002. Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara. Bandung: Mizan. h. 15. karya sejarah yang menempatkan sejarah pada kerangka global adalah karya Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, 3 Jilid (aslinya, Le Carrefour Javanais: Essai d’histoire globale, pertama diterbitkan pada 1990). Karya lain yang meletakkan kerangka sejarah global adalah mahakarya Anthony Reid, Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680. Karya ini diterbitkan dalam II jilid. Jilid I, Southeast Asia in the Age of Commerce, Volume One: The Lands below the Winds (1988) dan jilid II, Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680, Volume Two: Expansion and Crisis (1993). Lihat: Azyumardi Azra (ed.). 2002. Historiografi Islam Kontemporer: Wacana Aktualitas dan Aktor Sejarah, Jakarta: Gramedia., 54 Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Sejarah Banten, Hikayat Hasanudin, Cerita Purwaka Caruban Nagari atai Babad Cerbon serta berbagai babad yang lahir di Jawa tengah seperti Babad Tanah Djawi, Serat Khanda, Serat Kandhaning Ringgit Purwa dll. 55 Untuk informasi mengenai sumber-sumber di atas lihat tulisan Tjan Tjoe Som (untuk sumber Cina), C.R. Boxer (untuk sumber Portugis), Graham Irwin (untuk sumber Belanda), J.J. Bottoms (untuk sumber Melayu), dalam Soejatmoko, Mohammad Ali, G.J Resink dan G. McT. Kahin (ed.) Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar, (Jakarta, 1995). Sementara untuk sumber Arab lihat antara lain Kitab Ajaib al-Hindi karya Buzurg Al-Ramhurmuzi (dalam van der Lith, London 1883); Ibnu Batuta, Rihlah Ibnu Battuta (ed. Thalal Harb), Beirut, 1407/1987; G.R. Tibbetts, A Studi The Arabic Texts Containing Material on Shoutheast Asia (Leiden-London, 1979) & Arab Navigation in the Indian Ocean Before The Coming of the Portuguese (London, 1981); dan P. Wheatley, The Golden Chersonese (Kuala Lumpur, 1961). Juga patut disebutkan disini adalah The Chinese Chronicle of Semarang and Cerbon yang oleh Graaf & Pigeaud disebut “Catatan Tahunan Melayu” (malay Annals). Sumber ini tidak bisa di abaikan begitu saja karena beberapa informasinya bisa menjadi pelengkap kekosongan atau bahkan mementahkan historiografi lokal. 56 Ahmad Ibrahim Menyatakan pertama kali yang menggunakan teori ini adalah G.M.J Drewes. Lihat selengkapnya: Ahmad Ibrahim, et al. 1989. Islam di Asia tenggara Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES., h. 7-36.

Page 23: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

arab yang bermazhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut kemudian membawa Islam ke Nusantara57.

Setelah Islam telah berpijak kokoh di anak benua India mereka menjadi pedagang perantara yang menghubungkan perdagan Timur tengah dan Indonesia, maka sambil berdagang mereka sambil berdakwah, demikian C.S. Hurgronje. Mereka ini orang Arab trah Nabi Muhammad, karena gelarnya ialah sayyid atau syarif. sedangkan Mounqette, berpendapat Islam datang Nusantara melalui Gujarat, sebab batu nisan Malik Ibrahim (w.822/1419) di Gresik ternyata sama dengan batu nisan yang terdapat di Cambay Gujarat.58

Teori ini mengandung kelemahan, karena ketika islamisasi di Samudra Pasai—raja pertamanya wafat 698H/1297M—Gujarat ternyata masih dikuasai Kerajaan Hindu dan baru setahun kemudian kerajaan ini ditaklukkanpenguasa Islam. Jika Islam melalui Gujarat pastilah Islam telah mapan di sana. Lebih lanjut, Morrison menolak Islam datang dari Gujarat, karena secara politis wilayah ini belum memungkinkan menjadi sumber penyebaran ajaran Islam dan pusat perdagangan yang menghubungkan antara Timur Tengah dan Nusantara59. Oleh karena itu, Hamka menuduh teori ini sebagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.60

Teori kedua, Islam datang dari Arab. Pendukung teori ini adalah T.W. Arnold, S.N.M al-Attas61, HAMKA62, A. Hasimy63 dan Joesoef Sou’yb, dalam bukunya Pelaut Indonesia menemukan Benua Amerika Sebelum CH. Columbus, Sou’yb sependapat dengan teori Arabia, karena menurutnya, bahwa armada dagang pihak Islam (Arab-Parsi) sejak abad ke-7 M saling berhubungan dengan armada imperium Sriwijaya sampai abad ke-14 M. Pedagang Islam ini kemudian mendirikan perkampungan di pesisir Sumatera barat sejak tahun 674 M. Berdasarkan fakta itulah maka Islam masuk ke Indonesia lewat dakwah dan penyebaran lewat budaya seperti memperkenalkan bahasa Arab sebagai percakapan sehari-hari pada pusat kedudukan imperium Sriwijaya.64

Dalam kaitan ini menarik disinggung kitab ‘Ajaib al-Hind, salah satu sumber Timur Tengah (aslinya berbahasa Persia). Kitab yang di tulis Buzurg bin Syahriyar al-Ramhurmuzi sekitar tahun 390/1000 M ini meriwayatkan tentang kunjungan para pedangan muslim—baik pendatang maupun lokal—yang ingin menghadap raja harus “bersila”. Kata bersila yang digunakan kitab ‘Ajaib al-Hind pastilah salah satu diantara sedikit kata pMelayu yang pernah digunakan dalam teks Timur tengah.65

57 Pendapat mengenai Islam datang ke Indonesia dengan terlebih dahulu singgah di Gujarat untuk memperlengkap perbekalan, lebih lanjut telusuri, Saifudin Zuhri, 1979, Sejarah Kebangkitan dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: al-Ma’arif., h. 192. 58Lihat: Azyumardi Azra, 2013, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII-XVIII, Jakarta: Kencana Media Group., h. 24., Boleh jadi kedatangan Islam ke Indonesia pertama kali oleh pengembara Arab yang bertujuan ke China pada abad ke 7 M, kemudian terlebih dahulu singgah di Sumatra. Lebih lanjut harry W Hazard menulis “The firs moslem to visit Indonesia were presumably seven century Arab trades who stopped at Sumatera enroute to China”. Lihat: Marwan Sarijo. 1980. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti, h. 16., 59Abdul Aziz Thaba. 1995. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta: Gema Insani Press. h. 115., Lihat juga Azyumardi Azra, Jaringan Ulama….h. 26., 60 Busman Edyar, dkk (Ed.). 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Asatruss, h. 207 61 S.M. Naquib al-Attas2011. Historical Fact and Fiction. Kuala Lumpur: UTM Press., 62 HAMKA. 1981. Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang. 63 A. Hasimy. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: al-Ma’arif. cet III., 64 Joesoef Sou’yb. Tth. Pelaut Indonesia Menemukan Benua Amerika Sebelum CH. Columbus Medan: Rainbow. h. 47. 65 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama…h. 7.,

Page 24: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Teori ketiga, mengatakan Islam berasal dari Benggali sebagaimana diungkap S.Q. Fatimi. Dia berkesimpulan, teori “batu nisan” di Malik al-Saleh berbeda sepenuhnya dengan batu nisan di Gujarat. Sedangkan batu nisan Siti Fatimah di Laren, Jawa Timur yang bertuliskan tahun 475/1082 M, justru memiliki kesamaan ciri dan bentuk dengan yang di Benggal.66 Menurut analisis Azra, terdapat kelemahan mendasar mengenai asal muasal Islam dari Bengal ini, sebab menurutnya bahwa ada perbedaan mazhab antara Bengal dengan kepulauan Nusantara yang bermazhab Syafi’i sedangkan di Bengal bermazhab Hanafi.67

2. Siapa Pembawanya?

Jika kita melihat keserasian ajaran kepercayaan Nusantara dengan ajaran tasawuf para sufi, agaknya dapat dimungkinkan Islam masuk Nusantara di bawa oleh pengembara sufi dari Benggal. Suatu kenyataan Nusantara (jawa) adalah watak mistik. Yang mendukung teori ini adalah Johns. Dia berpendapat pengembara sufi abad 13 yang berhasil dalam proses islamisasi Indonesia. faktor keberhasilan para sufi karena kemampuan para sufi dalam menyajikan Islam secara atraktif, yang berupa wajah Islam yang damai yang menekankan dimensi esoteric, kebatinan.

Untuk memperkuat pendapatnya Johns mengkaji literature local yang memiliki kaitan erat dengan para pengembara sufi yang meyakini oleh para penduduk Nusantara dengan kharismanya dan kekuatan magis yang bersesuaian dengan masyarakat Nusantara pra-Islam. Lama kelamaan doktrin sufi ini menjadi legitimasi bagi kehidupan social kemasyarakatan berupa martabat raja-raja melayu yang menggunakan simbol-simbol orang suci.68 Martin van Bruisnes membenarkan anggapan di atas, ia menyakan bahwa abad-abad pertama islamisasi Asia Tenggara—termasuk Indonesia—berbarengan dengan merebaknya tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat.69

Berkenaan dengan hal tersebut, pada waktu agama Islam mulai tersebar di pulau Jawa, dapat dimungkinkan para pemeluknya lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat Hindu karena di samping fikih, mereka juga menggunakan pendekatan tasawuf. Mereka tidak menggunakan pendekatan fikih yang lebih formalistik dan kaku. Namun bukan berarti ortodoksi Islam (Sunni) itu tidak ada karena tertekan oleh sinkretisme.70 Pada awal perkembangan Islam di Jawa ajaran al-Ghazali-lah yang begitu memasyarakat di antara masyarakat muslim Jawa, terbukti

66 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama…h. 25., tulisan Fatimi, Islam Comes to Malaysia, secara tidak langsung menyanggah pendapat yang menyatakan bahwa Islam dating ke wilayah Asia Tenggara dengan motif perdagangan. Akan tetapi ia berpendapat bahwa Islam dating ke pulau ini adalah usaha penyiar Islam, da’i. yang bercorak mistik yang berasal dari wilayah Bengal. Pendapat ini lebih mendekati kenyataan, sebab corak Islam yang dating ke Indonesia pada tahap awal ialah berwajah tasawuf. Telusuri lebih lanjut Abdurahman Wahid. 1982. Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bakti, h. 41., 67 Azra, Jaringan Ulama….h. 25., dari analisis ini sebenarnya ada masalah mendasar yang belum terjawab, yaitu apakah mazhab Hanafi sudah menjadi kalaziman bagi warga Bengali atau justru pada waktu itu terjadi perebutan pengaruh antara Hanafi dan mazhab Syafi’i, yang kemudian di menangkan oleh mazhab Hanafi, kekalahan tersebut mendorong mazhab Syafi’i untuk mencari lahan baru sebagai tempat perkembangan lebih lanjut dari mazhab Syafi’i yang kemudian hal tersebut ditemukan di wilayah Nusantara., 68 A.C Milner, “Islam dan Martabat Raja Melayu” dalam Ahmad Ibrahim et al, 1989, Islam di Asia Tenggara, Perspektif Sejarah, Jakarta: LP3ES. h. 49-71. Lihat juga Azra, Jaringan Ulama…h. 15-17., 69 Martin van Bruinessen. 1999. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat Tradisi Islam Indonesia, Bandung: Mizan. h. 188., 70 Banyak pendapat yang menganggap bahwa masyarakat Islam Jawa permulaan diwarnai sinkretisme. Namuan, banyak bukti bahwa ortodoksi Islam dipertahankan oleh masyarakat, santri?

Page 25: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

telah ditemukannya sebuah manuskrip di Ferrara, Italia yang diperkirakan berasal dari abad Jawa yang ditulis oleh Maulana Malik Ibrahim.71

Dalam manuskrip tersebut, terdapat sumber rujukan Bidayat al-Hidayah, Sebuah ringkasan kitab Ihya’ Ulum al-Din karya Abu Hamid al-Ghazali; Raudat al-Ulama, oleh al-Zandawaisiti (w.389/922) merupakan kumpulan mengenai ahlak yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis serta perkataan-perkataan para sufi; Masabeh Mafateh (barangkali lengkapnya Mafatih al-raja fi Syarhi Masabihil Duja), sebuah komentar Al-‘Aquli al-Wasiti (w.797/1394) terdapat kompilasi Hadis Masabih al-Duja kompilasi al-Baghawi (w.516/1122).72

Di samping itu, terdapat juga kitab tafsir dan ushul (al-din/al-fiqh[?]) yang tidak begitu jelas/ kitab rujukan yang berjudul Masadallah, kitab Salamet, dan kitab yamirsal Saking Riyakul Ulama yang disebut di halaman 5 manuskrip tersebut, ada indikasi bahwa buku-buku tersebut merupakan buku-buku Jawa yang lebih tua73. Rujukan-rujukan itu dapat memberikan gambaran bahwa pada saat itu mazhab Syarfi’i sebagai anutan masyarakat Jawa. Bidayah al-Hidayah begitu juga Ihya’ Ulum al-Din, merupakan buku fikih yang diharmonisasikan dengan tasawuf yang berdasarkan mazhab Syafi’i, karena al-Ghazali adalah termasuk salah seorang tokoh ulama’ Syafi’iyah yang termasyhur.

Dari uraian tersebut agaknya yang mendekati kebenaran adalah Islam yang di bawa oleh mutasawwifin (orang-orang tasawuf), hal itu dapat dilihat melalui corak keberagamaan yang ada di Indonesia, yang kemudian menjelma menjadi berbagai macam aliran tasawuf (tariqah) meskipun kita tidak bisa menafi’kan bahwa tradisi keberagamaan di Indonesia juga mempunyai corak Syafi’iyah dalam pengamalan syariat. Jadi, para penyebar agama Islam di Indonesia para sufi yang bermazhab Syafi’i secara hukum.

3. Kapan Waktu Datangnya?

Secara garis besar, jawaban para ahli untuk persoalan ini terbagi dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa Islam tiba di Nusantara pada abad ke-13 Masehi, yakni setelah runtuhnya Dinasti Abbasiyah akibat serbuan tentara Mongol pada tahun 1258 Masehi. Sebagaimana dinyatakan oleh Christiaan Snouck Hurgronje (w.1936), Orientalis sekaligus penasehat kolonial Belanda: “Toen de Mongolenvorst Hoelagoe in 1258 na Chr. Bagdad verwoestte, …was de Islam langzaam aan begonnen, in de eilanden van den Oost-Indischen Archipel door te dringen”.74 Pendapat klasik ini didasarkan pada catatan yang terdapat pada batu nisan kubur Sultan Malik as-Shalih bertarikh 696 H/1297 M. Di samping itu, berita perjalanan Marco Polo yang sempat singgah di Sumatra pada tahun 1292 dan mencatat ramainya rakyat kerajaan Peurlak yang telah banyak memeluk Islam.75 Logika Snouck ini sederhana: kalau Islam memang sudah berada di Nusantara sebelum abad ke-13 Masehi, kenapa tidak ada bukti tertulis maupun arkeologisnya? Tidak adanya bukti adalah bukti ketidakadaan, bagi Orientalis yang dikenal anti-Islam ini. Namun benarkah tiada bukti terkait?

71 Pesarean Maulana Malik Ibrahim di Gresik bertarikh 1419. Ia berbangsa Arab katurunan Nabi Muhammad Saw. Mungkin ia berasal dari Kasyan. Penjelasan mengenai manuskrip ini, lihat G.W.J Drewes. 1978. An Early Javanese Code of Muslim Ethics. The Haque: Martinus Nijhoff., 72 Ibid. h. 6., 73 Ibid. h. 7., 74 C.S. Hurgronje, “De Islam in Nederlandsch-Indië,” dalam Verspreide Geschriften (Bonn: Kurt Schroeder, 1923-1927), jilid 4, bag. 2, h.361, cf. (terj.) S. Gunawan. 1973. Islam di Hindia Belanda, Jakarta: Bhatara., 75 Marco Polo, Cathay and the Way thither, terj. H. Yule (London, 1866), jilid 2, hlm. 284; cf. Paul Peliot, Notes on Marco Polo, I (Paris: Maisonneuve, 1959), 86.

Page 26: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Sementara itu, Islam masuk ke tanah Jawa diperkiraan pada masa pemerintahan Raja Airlangga (1019-1042 M) atau masa Jaya Baya (1135-1157 M), sebab terdapat peninggalan sejarah yang berupa makam Islam dari wanita muslimah, yang bernama Fatimah binti Maymun bin Hibatillah dengan huruf Kufi bertarikh 495 Hijriah (= 1102 Masehi), menurut hasil bacaan Moquette, atau (475 H/1082 M), menurut koreksi Ravaisse76. Dari bukti ini dapat ditarik kesimpulan rasional bahwa Islam sudah masuk di Nusantara sekurang-kurangnya beberapa dasawarsa sebelum itu. Dengan kata lain boleh dikatakan tahun tersebut (475 H/1082 M) sebagai terminus ante quem kedatangan Islam khususnya di pulau Jawa. Ini membuktikan bahwa terdapat rentang waktu 396 tahun sebelum berdirinya kerajaan Demak, Islam sudah sampai di pulau Jawa. Proses islamisasi menjadi efektif tatkala telah berdiri kerajaan Demak (1475 M) yang merupakan kreasi para wali yang disebut sebagai walisongo.77

Pendapat kedua—yang kita namakan pandangan “revisionis”—menyatakan, Islam telah masuk ke Nusantara seawal abad ke-7 Masehi, yakni sejak zaman Khulafa’ Rasyidin pada kurun pertama Hijriah. Pendapat yang diyakini oleh mayoritas sarjana Muslim ini didukung oleh data-data sejarah yang cukup banyak.78 Pertama, dari berita Cina zaman Dinasti T’ang (618-907 M) yang menyebut orang-orang Ta-Shih (yakni Arab) mengurungkan niat mereka menyerang kerajaan Ho Ling yang diperintah Ratu Sima (674 M), maka beberapa ahli menyimpulkan bahwa orang-orang Islam dari tanah Arab sudah berada di Nusantara—diperkirakan di kerajaan Suwarna Bhumi, Sumatra—pada abad 1 H/7 M.79

Senada dengan itu, dengan bukti yang bebeda Ibrahim Buchari menginfokan angka tahun yang terdapat pada batu nisan seorang ulama bernama Syaikh Ruknuddin di Baros, Tapanuli, Sumatera Utara, di mana tertulis tahun 48 H/670 M.80

76 Terdapat dua penafsiran mengenai tahun wafat Fatimah binti Maimun. Pertama, ada yang menafsirkan tahun 1082 M, sebagaimana diungkapkan oleh Syaifudin Zuhri. 1979. Sejarah Kebangkitan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jakarta: al-Ma’arif. h. 192. Dan Hasan Muarif Ambary. 1998. Menemukan Peradaban, Jejak, Arkheologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos. h. 56. Kedua, menyebut tahun wafat Fatimah 1102 M. Pendapat ini disinyalir bahwa terdapat batu nisan yang sama antara makan di Leran Gresik dengan samudra Pasai (1297). Seperti dikemukakan Azyumardi Azra. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara. Bandung: Rosdakarya. h. 31. Mengenai perbedaan tahun ini disebabkan karena ada kesulitan untuk membaca inskripsi di batu nisan tersebut. 77 Para walisongo tersebut adalah mereka yang ahli dalam artitektur Pondok Pesantren yakni, Maulana Malik Ibrahim (sunan Gresik)., arsitek kerajaan Islam Demak yakni Raden Rakhmat (Sunan Ampel)., arsitek gending Dharma dan mengubah hari-hari na’as dalam agama Hindu serta nama-nama dewa ke dalam Islam yakni Sunan Makdum Ibrahim (sunan Bonang)., arsitek gendhing Asmaradhana, pucung dan lagu-lagu anak yakni, Raden Paku (Sunan Giri)., arsitek kerajaan Banten dan babat Jakarta yakni Syarif Hidayatullah (sunan Gunung Jati), arsitek Gendhing Mijil, maskumambang dan cerita Islami yakni, Ja’far Shodik (sunan Kudus), arsitektur gendhing Sinom dan kinanti yakni Raden Prawoto (suanan Muria), arsitek gendhing Pangkur, yakni Syarifuddin (sunan Drajat), dan sang arsitektur modifikasi cerita wayang dari Hindu menjadi Islam yakni Raden Mas Sahid (sunan Kalijaga). Lihat Ismail Ya’kub, tt, Sejarah Islam Indonesia, Jakarta: Wijaya. Hal. 31-32., Sholihin Salam, 1960, Seputar Walisongo, Kudus: Menara Kudus. 78 Sebagaimana disimpulkan oleh Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia yang diadakan di Medan pada 17-20 Maret 1963/21-24 Syawwal 1382 yang dihadiri oleh KASAB Jenderal A.H. Nasution, Menteri Agama K.H. Saifuddin Zuhri, Menteri Penerangan Prof Dr Roeslan Abdul Gani, Dr H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Dr Tudjimah dan tokoh-tokoh lain. Lihat: A. Hasymy. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: al-Ma‘arif, cet. 3, h. 6-8. 79 Uka Tjandrasasmita. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia dari Abad XIII sampai XVIII Masehi. Kudus: Penerbit Menara Kudus. h. 15-17. 80 Pendapat ini pertama kali dilontarkan oleh Dada Meuraxa dalam bukunya, Sejarah masuknya Islam ke Bandar Barus, Sumatera Utara(Medan: Sasterawan, 1973), dikutip oleh Wan Hussein Azmi, “Islam di Aceh: Masuk dan Berkembangnya hingga Abad XVI,” dalam A. Hasymy. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: al-Ma‘arif. cet. 3, h. 183-184. Cf. A.H. Hill, “The coming of Islam to North Sumatra,” Journal of South-East Asia History 4 (1963), h. 6-21.

Page 27: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Menarik untuk dikemukakan dalam hal ini kemungkinan “kapur Barus” telah dikenal dan diekspor sampai ke Mesir untuk menghilangkan bau busuk mayat. Beberapa sarjana termasuk almarhum Buya Hamka dan Profesor al-Attas pun percaya bahwa lafaz “kaafuur” yang disebut dalam al-Qur’an (86:5) itu tak lain dan tak bukan adalah kapur dari Baros. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa tidak mustahil jika Islam sudah mulai merambah ke Nusantara sejak abad 1 H/7 M. Dan bukan mustahil juga kalau Nabi Muhammad saw sendiri sebagai negarawan yang berpengalaman dan berwawasan luas mengutus beberapa orang agar pergi berdakwah ke Nusantara.81

Kuasa Agama di Panggung Politik Kerajaan Nusantara

Posisi ulama di kerajaan yang dibangun di atas puing-puing peradaban Hindu ini juga memperoleh posisi terhormat. Partisipasinya dalam mewujudkan stabilitas kerajaan tidaklah sedikit. Mereka misalnya telah banyak membangun apa yang disebut Kuntowijoyo “diaspora-diaspora perdagangan” di pesisir-pesisir pantai dengan dukungan saudagar, proses trasnformasi spiritual (islamisasi) berlangsung besar-besaran dan hampir menjadi lanskap historis yang dominan di Nusantara82, terutama di bidang kerohanian dan mental spiritual.

Walisongo sebagai pemeran utama dalam sejarah islamisasi Jawa sebetulnya merupakan gambaran dari kekuasaan politik, meskipun dalam penyampaian keislaman sering disisipkan aspek-aspek kultural setempat. Harap dicatat, menurut Sumanto al-Qurtuby Walisongo selain sebagai panotogomo (“penata agama”: ulama, wali) juga sebagai penguasa politik (sultan, raja atau minimal penasehat politik kerajaan). Meski ada banyak orang yang masuk Islam karena ketertarikan dengan fleksibilitas dan watak non-hirarkhi dan Islam yang diajarkan para wali, tetapi itu hanyalah outside dari sejarah konversi. Bahkan bisa dikatakan persoalan “kultural” itu hanyalah differentia spesifica (baca: unsur komplemen) sementara genus proximum (baca: unsur utama) adalah otoritas politik. Penyampaian keislaman via panggung politik ini demikian jelas terlihat dalam sejarah islamisasi jawa setelah pendirian berbagai dinasti Islam. jadi, Islam tersebar luas di wilayah Jawa ini lewat top down bukan bottom up.83

Propaganda Islam kemudian semakin leluasa dan gencar setelah kemudian hari agama ini mampu memasuki wilayah kekuasaan politik dan eksis sebagai kerajaan Islam yang otonom di Pesisir Jawa (Demak), dan puncaknya kelak di masa Mataram. Semua itu merupakan prestasi gemilang yang di raih walisongo dalam melancarkan gerakan politik.84 Para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang menunjuk Raden Patah sebagai Rajanya. Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad 15 dan abad 16 M.85

Dapat dikatakan bahwa pada abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah Raden Patah (Pate Rodin, Jin bun) meruntuhkan Majapahit dan berkuasa kira-kira diakhir abad ke-15 hingga abad ke-16, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus, kemudian digantikan oleh Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 dan

81 S.M. Naquib al-Attas, Historical Fact and Fiction...h. 2-3., 82 AE Priyono. 2008. “Marjinalisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia; Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo” dalam Kuntowijoyo. Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan. Edisi Baru. Cet I. h. 42.,

83Sumanto al-Qurtuby. 2003. Arus Cina-Islam-Jawa, Bongkar Sejarah atas Peran Thionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad XV-VI, Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press. h. 110.,

84 Ibid. 85Lihat selengkapnya Slamet Efendi Yusuf. 1983. Dinamika Kaum Santri, Jakarat: Rajawali,

Page 28: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

berhasil menguasai beberapa daerah.86 Di wilayah Jawa bagian Barat, Demak mensponsori didirikannya Banten dan Cirebon (1552)87.

Catatan Slamet Muljana, Jin Bun mempunyai penasehat politik yang sangat ia kagumi, yakni Bong Swi Hoo alias sunan Ngampel. Dalam waktu tiga tahun Jin Bun berhasil membuka hutan bintara serta dapat pengikut tidak kurang dari seribu orang yang sudah mempunyai doktrin keagamaan cukup kuat. Dari kekuatan itu sambil menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan penyerbuan ke Kotaraja Majapahit, mulanya Jin Bun menyerbu Semarang pada tahun 1447. Namun satu tahun kemudian (1448) Bong Swi Hoo wafat. Alih-alih melawat ke Ngampel, Jin Bun memimpin tentara Demak menyerbu kraton Majapahit secara mendadak yang berujung pada penyerahan Majapahit tanpa perlawanan. Segala harta pusaka dan ube rampe kebesaran kerajaan Majapahit diangkut ke Demak.

Keberhasilan penyerbuan tentara Demak menaklukkan Majapahit, boleh jadi karena Kin San, seorang telik sandi (mata-mata) yang di tugaskan khusus memata-matai Majapahit selama tiga tahun. Hal itulah yang membuat kerajaan Majapahit yang termasyhur mengalami kejayaan (the golden of age) selama 184 tahun dapat ditundukkan oleh pemuda yang berumur 23 tahun tanpat perlawanan dan menjadikan Kertabumi sebagai tawanan Demak.

Jika benar bahwa episode tumbangnya Majapahit di atas dilakukan oleh tentara muslim Demak, pertanyaannya adalah mengapa Demak yang masih “embrio” itu manpu merontokkan raksasa Majapahit? Sedangkan pada waktu itu Demak belum menunjukkan otoritasnya sebagai kerajaan Muslim yang memiliki banyak tentara. Tahun 1527 mungkin betul bahwa Demak sudah mampu berdiri tegak sebagai sebuah Dinasti Islam yang sudah berpengaruh kuat di pesisir utara Pulau Jawa sehingga berhasil menghempaskan Majapahit. Tapi, tahun 1478 saat pertama kali penyerbuan tentara Demak ke ibukota Majapahit Trowulan, bisa dikatakan Demak masih terdiri atas komunitas Muslim yang terbatas dan labil sifatnya.

Berkaitan dengan ini pertanyaannya adalah mengapa Demak mampu mengalahkan Majapahit? Siapa saja aktor di balik penyerbuan? Mengenai hal ini, menurut Sumanto al-Qurtuby, terdapat beberapa tafsir politik atas peristiwa sejarah yang merupakan titik tolak sekaligus sebagai penanda pergeseran sejarah Jawa dari Hinduisme Majapahit ke Islam Demak. Pertama, pada saat penyerbuan “laskar jihad” Demak ke Trowulan, para Raja bawahan Majapahit tidak ikut membantu Raja kertabumi. Penyebabnya, di samping tidak akurnya para raja bawahan dengan Kertabumi atau antar sesama mereka juga bisa jadi akibat terlalu akomodatifnya penguasa terakhir ini terhadap Islam sehingga menimbulkan sikap “antipati” yang masih berpegang teguh pada kepercayaan lama (Hinduisme).88

Kedua, tentara Muslim Demak menjalin koalisi dengan Cina. Koalisi ini bukan mustahil mengingat Raden Patah sendiri orang Cina. Identitas kecinaan Raden Patah sangat membantu dalam upayanya dalam menggalang solidaritas etnik antar bangsa Cina. Dipilihnya Raden patah sebagai “CEO” umat Islam oleh dewan wali dimungkinkan juga antara lain karena alasan strategis ini, yakni menggalang simpati publik Cina untuk mendukung pendirian Demak sebagai “Kerajaan Islam Maritim”.89

86Uka Tjandrasasmita (Ed.), 1984. Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta: PN Balai Pustaka. h. 25. Daerah Taklukannya meliputi; Madiun, Blora, Surabaya, Pasuruan, , Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri. Daerah Jawa Tengah bagian Selatan Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang. Lihat Badri Yatim. 1998. Sejarah Islam di Indonesia ,Jakarta: Depag. h. 212. 87 AE Priyono. 2008. “Marjinalisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia; Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo” dalam Kuntowijoyo. Paradigma Islam...h. 44., 88 Sumanto al-Qurtuby. Ibid. h. 124. 89 Ibid. h. 125. Bandingkan dengan Slamet Muljana. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LkiS. Cet. IV.

Page 29: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Tentu jika informasi tersebut benar, selain perlu dikaji ulang, juga sangat tidak mungkin jika Raden Patah menyerang ayahanda-nya sendiri? Penyebutan Raden Patah sebagai pelaku revolusi juga dipersoalkan oleh penulis Tembang Babad Demak. Menurut naskah ini, kejatuhan Majapahit disinyalir karena penyerbuan Girindrawardana, Raja Keling.90

Tome Pires mengatakan kerajaan Majapahit pada waktu itu masih berdiri di pedalaman dan masih memiliki pasukan bersenjata senapan 100.000 orang prajurit. Senada dengan itu, Antonia Pigafetta (Italia) yang datang ke Jawa pada tahun 1522 M, mengatakan bahwa kerajaan Maghepahert yang bukan Islam masih berkuasa di pedalaman masih kuat. Berdasarkan kesaksian dua orang Eropa yang datang ke Jawa pada perempatan abad ke-16 ini, tidak dapat ditafsirkan lain bahwa legenda dan dongeng yang dipungut dari historiografi seperti Babad kadiri, Serat Dharmogandhul, Babad Tanah Jawi Versi Olthof, Kronik Cina Klenteng Sampokong, terutama dongeng mengenai serangan raden Patah ke Majapahit, tidak dapat lagi dipertahankan karena sangat jelas jauh dari fakta sejarah.91 Meskipun demikian, hingga kini belum ada kesepakatan diantara para sejarawan menyangkut waktu, sebab-sebab kejatuhan dan pelaku sejarah yang menumbangkan kerajaan Majapahit yang sekaligus menandai proses pergeseran kekuasaan politik keagamaan Jawa.

Yang jelas, transformasi spiritual dan politik di Jawa tidak bisa lepas dari Walisongo sebagai penggerak revolusi yang menggunakan corong Agama (Islam) sebagai tool. Singkatnya, pada masa ini merupakan wujud nyata dari—meminjam istilah Arkoun—“wewenang transendental” (al-siyadah al-ulya) yang dimainkan walisongo dengan otoritas politik (al-sultah al-siyasah) yang diperankan para sultan. Artinya fungsi Walisongo di Jawa hampir sama dengan nabi Muhammad, sama-sama memegang otoritas politik dan keagamaan sekaligus atau dalam bahasa lokal disebut “panotogomo” (penata agama, ulama) juga penguasa politik (kasus sunan Gunung Jati) atau minimal penasehat politik.

Namun, betapapun Walisongo mempunyai andil besar dalam sejarah islamisasi Jawa, tetapi pembatasan peran hanya kepada Walisongo merupakan reduksi kesejarahan. Sebab fakta sejarah menunjukkan, mereka bukan satu-satunya agency dalam proses penyebaran Islam di pulau ini. Ada fakta lain di luar fakta walisongo.92 Terlalu berat beban sejarah islamisasi ini kalau hanya dipikul oleh walisongo. Lagipula konstruksi walisongo ini baru hadir pada abad ke 17 ketika Mataram Islam sedang membutuhkan legitimasi keagamaan. Bisa jadi apresiasi terhadap walisongo yang dilakukan rezim Mataram ini dalam rangka meraih simpati masyarakat Islam Pesisir lor.

Mataram yang merupakan kontinuitas dari Dinasti Pajang merupakan rezim Islam Jawa Pedalaman yang berhasil merebut kekuasaan Demak lewat suksesi yang berdarah-darah sepeninggal Sultan Trenggana. Bagaimanapun pendirian Mataram yang merupakan rezim Islam abangan dan berasal dari trah orang kebanyakan bukan “darah biru” ini membutuhkan basis teologis dan sokongan keamanan yang lalu (masa Demak) dicitrakan melalui figur Walisongo. Legitimasi keagamaan ini penting untuk meraih simpati publik Muslim sekaligus guna melanggengkan kekuasaan Mataram.

90 Atmodarminto. 2000. Babad Demak dalam Tafsir Sosial Politik. Jakarta. h. 37., 91 Agus Sunyoto, Atlas Walisongo...h. 122., 92Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang tergolong Wali “songo” atau wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari walisongo menurut cerita dalam babad-babad berasal dari Jawa sendiri. Uka Tjandrasasmita (ed.),...h. 197. Baca juga: Slamet Efendi Yusuf. 1983. Dinamika Kaum Santri, Jakarat: Rajawali, h. 3.

Page 30: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Rekonstruksi Historiografi Kerajaan Islam Jawa Kerajaan Demak Bintoro merupakan kerajaan Islam pertama dalam

historiografi kerajaan Islam Jawa, hal ini sebagaimana dinyatakan oleh kebanyakan para sejarawan. Namun, benarkah tesis tersebut yang mengatakan kerajaan Demak adalah kerajaan tertua Islam di Jawa? Tome Pires dalam laporan yang di terbitkan dengan judul Suma Oriental menegaskan bahwa raden Patah mempunyai teman seperjuangan dari kerajaan (tertua) Gresik,93 Pate Zainall. Pate Zainal atau Zainal Abidin mempunyai gelar Sunan Dalem Watan (Sunan Giri II), yang menurut Babat ing Gresik adalah putra sulung Sunan Giri gelar Prabu Satmata.

Catatan Tome Pires yang menyebutkan Pate Zainall adalah Pate tertua di Jawa, menunjuk bahwa kerajaan Giri di Gresik adalah kerajaan Islam yang lebih tua dibanding Demak, terutama karena ayah dari Pate Zainall, yaitu Raden Paku yang masyhur disebut Sunan Giri memiliki nama Abisheka Prabu Satmata (hanya seorang Raja yang memiliki gelar prabu), sebagaimana ditulis dalam Babad Tanah Jawi, Babad Ing Gresik, serat Kandha. Itu berarti, menempatkan Demak sebagai kerajaan Islam tertua di Jawa perlu di kaji ulang, terutama dengan data historiografi yang menegaskan bahwa kerajaan Surabaya yang di Rajai Aria Lembu Sora yang beragama Islam dan kerajaan Tuban yang di Rajai Aria Teja yang juga beragama Islam Jauh lebih dulu berdiri dibanding kerajaan Giri di Gresik.94

Dogma sejarah bahwa Demak adalah kerajaan pertama, pada dasarnya tidak benar karena tidak didukung data arkeologi maupun historiografi yang memadai. Bertolak dari sisa-sisa artefak dan ideofak yang dapat dilacak, Agus sunyoto dalam penelitiannya mengungkap-kan bahwa fakta kerajaan Islam yang awal di Jawa bukanlah Demak, melainkan Lumajang yang disusul Surabaya, Tuban, Giri baru Demak. Keislaman Lumajang paling sedikit menunjuk kurun waktu sekitar akhir abad 12 M, yaitu saat kerajaan Singhasari di bawah kekuasaan Sri Kertanegara.95

Pada saat dinobatkan menjadi Raja Singhasari dengan gelar Abhiseka Sri Kertanegara Wikramatunggadewa, yang bercita-cita tinggi mempersatukan Nusantara.96 Pada saat itu salah satu kedudukan penting di kedaton adalah Demung (kepala rumah tangga), dalam hal ini di jabat oleh Arya Wiraraja yang juga di yakini beragama Islam. oleh karena itu, dapat dimaklumi jika kelak tindakan kebijakan Sri Kertanegara yang “kurang adil” terhadap keponakannya yang menjadi demung tapi akhirnya disingkirkan menjadi adipati Madura.

Hubungan ketikharmonisan anatara Kertanegara dan Arya wiraraja tersebut bermula ketika ambisi Kertanegara untuk meluaskan wilayah kekuasaannya ke seluruh Nusantara dengan tidak saja kekuatan militer, tetapi juga ajaran Tantrayana

93 Nama Gresik muncul pertama kali dalam prasasti Karang Bogem dari tahun 1387. Ma Huan dalam ying-yai Sheng lan menyebut Gresik (bersama Tuban dan Surabaya) sebagai pelabuhan-pelabuhan oenting di Jawa Timur. Teks Cina menyebut Grsik dengan “Ce-cun” yang secara harfiah berarti desa atau kakus-kakus (kakus atau jamban= tempat pembuangan air besar). Orang Cina telah mengacaukan bentuk halus bahasa Jawa (kromo) untuk Gresik, yaitu Tandes [catatan: dalam kesustraan Jawa, nama Gresik sering disebut “tandes” yang mengandung arti pertama “muara sungai”] dengan kata melayu tandas yang artinya memang “kakus.” Dari kata inilah muncul “Ce-cun”: desa kakus. 94 Agus Sunyoto, Atlas Walisongo...h. 121., 95 Ibid. h. 123., 96Ambisi Kertanegara tersebut dikenal dengan peristiwa Pamalayu atau serangan tentara Tumapel/Singhosari dibawah pimpinan Kebo Anabrang ke melayu dilakukan pada tahun 1275 masehi. Peristiwa “PAMALAYU” ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan politik “Cakrawala Mandala” di mana kerajaan Singhosasi ingin menguasai daerah-daerah seperti Jawa, Madura, dan Sumatera (Suwarna Bumi). Lihat artikel dengan judul, Jejak Kelahiran Arya Wiraraja dalam http://pasuakanwiraraja.blogspot.co.id/2014/01/jejak-kelahiran-arya-wiraraja-sang.html diakses pada 09/12/2016.

Page 31: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

sekte Tantra-bhirawa97 ke Sumatra ditentang oleh Arya Wiraraja yang beragama Islam karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam, yang menyebabkan Arya Wiraraja mendapat hukuman berat, di deportasi ke Madura.98 Ambisi Kertanegara menyatukan Nusantara tersebut tampaknya bukan hanya sekedar dilatari ambisi politik kekuasaan (glory) tetapi juga didorong oleh hasrat untuk mengembangkan ajaran Syiwa-Budha Tantra sekte Tantra-bhirawa (gospel).

Sikap antagonistik Sri Kertanegara sebagai penganut Syiwa-Buddha Tantra terhadap Islam terlihat lebih nyata dari sikap kasar dan tindakan berlebihan yang dilakukannya terhadap Meng-Ki, delegasi Kaisar Cina Kubilai-Khan yang beragama Islam. Duta yang hanya sekedar utusan itu dipahat keningnya dengan keris dan dicaci-maki dengan kasar.99 Atas tindakan Kertanegara yang sangat kasar tersebut, membuat Kaisar Kubilai Khan murka akhirnya pada tahun 1292 M, ia menutus 20.000 angkatan militernya dengan 1000 kapal beserta perlengkapan perang100 untuk menyerbu negeri Shebo (Singhosari) yang dipimpin oleh tiga orang panglima perang beragama Islam (Kau Hsing, Sih Pi, dan Ike Meza).101

Namun, ketika pasukan ini tiba di Jawa (1293), Kertanegara sudah mangkat akibat penyerbuan Raja Jayakatwang (trah Kediri, musuh lama rezim Ken Arok) sehingga kekuasaan diambil alih oleh Jayakatwang. Oleh karena itu yang semestinya kedatangan militer Tartar untuk mebalas dendam kepada Sri Kertanegara, akhirnya dimanfaatkan oleh Sanggramawijaya untuk diajak koalisi menyerang Jayakatwang dengan konsesi politik akan menyerahkan separo kekuasaan, kelak kepada Mongol apabila berhasil menumpas Jayakatwang. Ajakan itu disambut dengan hangat, terjadilah pertempuran antara Wijaya dengan dibantu pasukan Mongol dan Arya Wiraraja melawan Jayakatwang. Akhirnya, Jayakatwang berhasil ditumbangkan.

Meskipun sudah berhasil mengalahkan Jayakatwang, Sanggramawijaya dihadapkan dengan persoalan yang mengharuskan mengakui kebesaran, takluk kepada kekaisaran Kubilai Khan. Namun atas usulan dan siasat Arya Wiraraja yang sangat canggih, pada saat itulah Wijaya berjanji jika kelak menguasai Jawa, kerajaan akan dibagi dua antara Nararya Sanggramawijaya dengan Arya Wiraraja.102 Dengan siasat dan tekat kuat, Wijaya menggempur tentara Mongol dan berhasil memukul mundur. Atas kemunduran tersebut kakuasaan Jawa kosong sehingga pada tahun 1293 Wijaya dinobatkan menjadi Raja dengan gelar abhiseka Sri Kertarajasa Jayawarddhana, yang mampu menancapkan kekuasaannya hampir 200 tahun dan memegang hegemoni teritorial Asia tenggara kala itu.

97 Upacara religius ini kemudian mengalami kemerosotan, terpengaruh oleh ajaran Yoga-Tantra dari sekte Sakhta dan Bhairawa-Tantra yang sudah berkembang luas di kawasan pedalaman maupun pesisir. Salah satu upacara Yoga-Tantra yang lazim dilakukan masyarakat dewasa adalah apa yang disebut upacara pancamakara atau Ma-lima atau lima M yang meliputi mamsha (daging), Matsya (Ikan), Madya (minuman keras), Maithuna (bersetubuh), Mudra (bersemedi). Mereka yang melakukan upacara Ma-limo, membentuk lingkaran yang terdiri dari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dalam keadaan telanjang. Di tengah lingkaran tersedia makanan dengan lauk pauk dari daging dan ikan serta minuman keras. Setelah makan dan minum-minuman keras hingga mabuk, para peserta upacara Ma-Lima tersebut bersetubuh ramai-ramai. Setelah nafsu perut serta nafsu syahwat terpuaskan, mereka kemudian semadhi (Mudra). Agus Sunyoto, Atlas Walisongo...h. 116., 98 Ibid. h. 125., Pada umur 37 tahun Banyak Wide atau Arya Wiraraja kemudian dipindahkan ke Madura sebagai adipati. 99 Ibid. h. 127., 100 Sumanto al-Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa.... h. 78 101 Agus Sunyoto, Atlas Walisongo...h. 129., 102Pasukan Mongol Tar Tar ini kemudian diperdaya oleh Arya Wiraraja dengan Puteri Cantik dan minuman keras. Diwaktu mereka tidak siap, pasukan madura dan laskar gabungan dari majapahit ini kemudian menyerang dari belakang pasukan terhebat. Lihat artikel dengan judul, Jejak Kelahiran Arya Wiraraja dalam http://pasuakanwiraraja.blogspot.co.id/2014/01/jejak-kelahiran-arya-wiraraja-sang.html diakses pada 09/12/2016.

Page 32: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Atas jasa dan pengabdian serta pengorbanan para kerabat dan pengikutnya, Sri Kertarajasa memberikan jabatan-jabatan penting dikerajaan Majapahit sebagaimana dicatat dalam prasasti penanggungan (1296), yang meliputi; Arya Wiraraja diangkat menjadi menteri, Arya Adikara Ranggalawe dijadikan menteri mancanegara, Arya Lembu Sora diangkat menjadi Patih Ridaha, Nambi diangkat menjadi Patih Amangkubumi (perdana menteri) Majapahit. Kebijakan tersebut ternyata dirasa “kurang adil” bagi Ranggalawe, ia menginginkan jabatan Patih Amengkubumi karena ia banyak pengorbanan sehingga dirinya lebih pantas atas jabatan tersebut. Itulah pangkal perselisihan yang berujung pada tewasnya Ranggalawe dalam pertempuran dengan Kebo Anabrang di Tambak Beras. Oleh karena Arya Adikara seorang muslim, jenazahnya dibawa dari Tambak Beras ke Tuban dan di Makamkan sebagaimana laiknya seorang muslim.

Semenjak peristiwa tersebut, Arya Wiraraja menagih janji Sri Kertarajasa atas wilayah timur kerajaan, yaitu wilayah juru Lumajang warisan ibundanya, Nararya Kirana, putri Prabu Seminingrat Jayawisnuwarddhana. Kontrak politik antara Arya Wiraraja dan Wijaya tersebut akhirnya dipenuhi pada tahun 1295 M103, Arya Wiraraja diberikan wilayah Timur yang disebut Lamajang Tigang Juru (tiga juru yang meliputi Kerajaan Lamajang, Bayu dan Wirabumi) dengan ibukota Lumajang di mana Arya Wiraraja dan keturunannya akan menjadi raja di wilayah tersebut.

Ketika Arya Wiraraja wafat, tahta Lumajang diduduki putra keduanya, Arya Menak Koncar adik dari Arya Adikara Ranggalawe mendapat gelar abhiseka Sri Nararya Wanbang Menak Koncar. Setelah ia wafat digantikan putranya yang juga seorang muslim yakni Arya Wangbang Pinatif, kemudian digantikan oleh Arya Wangbang Pinatih II. ini berkaitan dengan historiografi Islam mengenai tokoh muslimah kaya raya di Gresik, Nyai Ageng Pinatih, yang menjadi Ibu angkat sunan Giri. Saat raja Lumajang keempat—Arya Wangbang Pinatih II—wafat digantikan oleh Arya menak Sumendi.

Sementara itu, setelah Arya Menak Sumendi Wafat kemudian digantikan oleh Arya Tepasana yang memiliki tiga orang putra dan tiga orang putri. Putrinya yang bernama Nyimas Ayu Tepasari diperistri oleh Sunan Gunung Jati, yang menurunkan Pangeran-ratu Cirebon. Putri Bungsunya Nyimas Ayu Waruju diperistri Raden Mahmud Pangeran Sapanjang putra Sunan Ampel, menurunkan Nyai Wilis yang diperistri Raden Kusen Adipati Terung (putra Arya Damar Palembang), dari perkawinan Nyai Wilis dengan Raden Kusen lahir Pangeran Arya Suradireja Adipati Palembang, Pangeran Arya Terung Adipati Sengguruh, Pangeran Arya Balitar Adipati Blitar, dan Pangeran Singhasari.

Keturunan Nyai Wilis dan Raden Kusen Adipati Terung inilah yang diketahui tercatat dalam sejumlah serat kekancingan menjadi Adipati-adipati dan bupati-bupati muslim di Jawa semenjak akhir Majapahit hingga era-kolonial Belanda sampai awal kemerdekaan Indonesia.

Menelsuri Jejak Arkeologis Kerajaan Islam Lamajang

Situs kerajaan Lumajang di Dusun Kutorenon, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lumajang sudah lama diketahui masyarakat sekitar. Bahkan makam Raja Lumajang Arya Wiraraja dan Arya Wanbang menak Koncar dikeramatkan oleh penduduk sekitar beserta putro wayah Raja-raja dan Adipati-adipati Lumajang. Namun, sebagai objek penelitian, situs Biting baru dibicarakan oleh J. Magemen pada 1861. Itu artinya tidak benar anggapan yang mengatakan bahwa J. Magemen adalah

103Telusuri lebih lanjut, Siwi. 2013. Girindra: Pararaja Tumapel Majapahit. Tulungagung: Pena Ananda Indie Publishing.,

Page 33: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

penemu situs Biting, karena sejak dulu masyarakat sudah menziarahi makam keramat di situs Biting.

Agus Sunyoto menyebutkan, pada tahun 1920, A. Muhlenfeld, seorang Belanda, diketahui sebagai orang pertama yang memulai penelitian dengan penggalian dan pendokumentasian situs Biting. Tidak ada yang mengetahui, kenapa hasil penelitian J. Magemen dan A. Muhlenfeld tidak dipublikasikan secara besar-besaran seperti hasil penemuan pada penelitian situs-situs lain seperti candi hindu-Budha, reruntuhan keraton dengan umpak-umpak, pintu gerbang, candi petirtaan, artefak-artefak, prasati-prasasti dan inskripsi-inskripsi.104

Proses penggalian secara serius baru pada tahun 1982 kantor pendidikan dan kebudayaan kabupaten Lumajang melakukan proses rekonstruksi dan penggalian kembali situs Biting. Dari hasil penelitian awal itu berhasil dibuktikan adanya sisa-sisa dinding benteng kuno dengan struktur bangunan dari bata dan temuan fragmen wadah gerabah, fragmen keramik, reruntuhan yang berasal dari abad 14 hingga ke 20 M, yang tersebar di area amat luas.

Sumber (kuno) prasasti Mula-Malurung yang menyebutkan bahwa seorang putri Nararya Seminingrat gelar abhiseka Sri Prabu Seminingrat Jayawisynu-warddhana yang bernama Nararya Kirana yang di rajakan di Lamajang, menunjukkan pada kebenaran dengan tergalinya situs Biting yang bekas reruntuhan benteng dari sebuah kerajaan besar. Begitu juga dengan sumber kronik Negarakretagama yang menyebut ibukota Lumajang dengan sebutan Arnon-renon maupun sebutan Lamajang Tigang Juru. Itu sebabnya situs Biting disebut sebagai sebuah situs arkeologis peninggalan Kerajaan Lamajang yang tersebar di atas kawasan seluas 135 hektar yang mencakup 6 area yang meliputi blok Keraton seluas 76,5 ha, blok Jeding 5 ha, blok Biting 10,5 ha, blok Randu 14,2 ha, blok salak 16 ha, dan blok Duren 12,8 ha. Banguanan yang paling mengesankan adalah bekas tembok benteng dengan panjang 10 kilometer, lebar 4-6 meter dan tinggi 6-10 meter.

Di samping itu, bukti adanya kerajaan (Islam) Lamajang juga dapat kita lihat berdasarkan nama-nama toponimis dari desa-desa dan pedukuhan-pedukuhan yang memiliki hubungan maknawi dengan sebuah ibukota kerajaan besar yang dikelilingi benteng batu kuat dan kokoh, yang dijaga dan dikawal oleh pasukan yang gagah berani. Dari kajian aetiologi nama desa Jogoyudan (jaga yudha), yang bermakna siaga perang, menunjuk pada satuan-satuan pengawal dan penjaga benteng yang lazimnya terdiri atas satuan Ragatruna, Jagatruna dan Ditatruna.105

Desa paguwan terletak di barat laut dusun biting yang dikitari desa

Purwosono (Purwassasana), Petahuan (Tahun, Matahun), Babakan (pintu gerbang), Sukorejo (Sukharajya), Kertosari tidak bisa diabaikan sebagai bagian dari Situs biting, mengingat desa Paguwan di masa Singhosari dan Majapahit adalah daerah asal istri selir Sri Kertawarddhana sendiri adalah putra Nararya Kulub Kuda Sri Cakrawarddhana, raja Madura, putra Narasinghamurti yang sesaudara dengan Dyah Lembu Tal. Sri kertawarddhana adalah suami dari Maharani Tribuana Tunggadewi Jayawisynuwarddhani, putri Sri Kertarajasanegara, Maharaja Majapahit Wilwatikta, dan dari selir asal Paguwan bernama Citra Resmi, Sri Kertawardhana memiliki Putra Singhawardhana Bhre Paguhan.

Singhawardhana Bhre Paguhan inilah yang menurunkan Nararya Ranamanggala Sri Prabu Wikramawhardhana, maharaja Majapahit (1386-1424 M)

104 Agus Sunyoto, Atlas Walisongo...h. 136., 105 Agus Sunyoto, Atlas Walisongo...h. 138.,

Page 34: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

yang menurunkan maharani Wilwatikta Suhita (1424-1448 M) dan Maharaja Wilwatikta Srikertawijaya Parakramawardhana (1448-1451 M) yang disebut Brawijaya V, menurunkan Raja-raja muslim seperti Aryo Damar adipati Palembang, Bathara Kathong Adipati Ponorogo, Ratu Adil Adipati pengging, Raden Patah Adipati Demak, Arya Lembu Peteng Adipati Madura, Raden Wangsaprana Syaikh Balebelu, dan Bondan Kejawen Ki Ageng Tarub.106

Dengan temuan situs purbakala beserta artefak-artefak serta toponim-toponim nama tempat, harus penelitian yang lebih intensif di tingkat atas terhadap Situs Biting, termasuk situs Paguwan dan Pejarakan di Randu agung, terutama dalam menguak keberadaan kerajaan Lamajang Tigang Juru yang merupakan kerajaan Islam tertua di Jawa.[]

Penutup

Islam datang di berbagai daerah Nusantara tidaklah secara serentak, demikian

pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Oleh sebab itu, proses masuknya Islam ke Nusantara memunculkan beberapa pendapat. Namun dari bererapa pendapat tersebut tentu terdapat argumentasi yang paling tidak (mendekati) valid. Jika dilihat dari tradisi keberagamaan dan corak peribadatan masyarakat Indonesia serta penyebaran Islam bermazhab Syafi’i secara hukum syariat, maka dapat dimungkinkan Islam yang datang di indonesia yang dibawa oleh para ahli tasawuf bermazhab Syafi’i. hal itu juga dapat dilihat, keberhasilan proses Islamisasi di Nusantara ini memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam.

Keberhasilan penyebaran Islam di Nusantara tidak hanya dilakukan melalui jalur dakwah secara kultural an sich. Di samping itu, terdapat unsur politik kerajaan juga memberikan peranan penting dan ikut bermain di dalamnya, dapat kita lihat sejak berdirinya kerajaan Islam Demak oleh majlis walisongo yang menggunakan kekuatan politik pangeran Jin bun atau raden Patah untuk di jadikan sultan Demak, tidak lain di samping ia keturunan raja Majapahit, yang tentu masyarakat Jawa akan lebih patuh karena terindoktrinasi dengan perkataan “sabdo pandito ratu”. Dalam komunitas Tionghoa, Raden Patah juga mempunyai basis masa yang kuat, karena ia keturunan Tionghoa dan saat itu panyak saudaragar di Nusa Jawa orang Tionghoa yang menjadi penduduk pribumi.

Meskipun Demak ternyata buka kerajaan Islam pertama di jawa, melainkan Lumajang sebagai kerajaan Islam nomor wahid yang lebih dahulu menancapkan panji-panji keislaman di Nusa Jawa ini, dilanjutkankerajaan Islam Tuban, Gresik baru kemudian kerajaan Islam Demak Bintoro. Akan tetapi dalam penelitian ini, terdapat keterbatas informasi tentang sistem pemerintahan kerajaan Islam Lumajang. Apakah dengan sistem seperti yang digunakan Hindu-Budha atau sudah berasaskan keislaman. Ataukah hanya rajanya saja yang kebetulan agamanya Islam, namun bentuk pemerintahannya bukan beridiologi keislaman? Hal itulah yang belum dapat diungkapkan dalam tulisan ini, sehingga (terlalu) gegabah jika menyimpulkan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah Islam, yang hanya dilihat melalui situs arkeologi yang belum mengindikasikan sifat dan gerakan keislaman dari sebuah temuan arkeologis tersebut. [] Wallahu ‘Alam

106 Ibid. 139.,

Page 35: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Daftar Pustaka

al-Attas, S.M. Naquib. 2011. Historical Fact and Fiction. Kuala Lumpur: UTM Press., Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban, Jejak, Arkheologis dan Historis Islam

Indonesia. Jakarta: Logos. Atmodarminto. 2000. Babad Demak dalam Tafsir Sosial Politik. Jakarta. A. Hasymy. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: al-

Ma‘arif. cet. III., Azra, Azyumardi. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara. Bandung: Rosdakarya. _______. 2013. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII-XVIII,

Jakarta: Kencana Media Group., _______. 2002. Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara. Bandung: Mizan. _______. (ed.). 2002. Historiografi Islam Kontemporer: Wacana Aktualitas dan Aktor Sejarah,

Jakarta: Gramedia., Bruinessen, Martin van. 1999. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat Tradisi Islam Indonesia,

Bandung: Mizan. Drewes, G.W.J. 1978. An Early Javanese Code of Muslim Ethics. The Haque: Martinus Nijhoff Efendi Yusuf, Slamet. 1983. Dinamika Kaum Santri, Jakarat: Rajawali, Edyar, Busman. dkk (Ed.). 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Asatruss, HAMKA. 1981. Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang. Hurgronje, C.S. “De Islam in Nederlandsch-Indië,” dalam Verspreide Geschriften (Bonn: Kurt

Schroeder, 1923-1927), jilid 4, bag. 2, h.361, cf. (terj.) S. Gunawan. 1973. Islam di Hindia Belanda, Jakarta: Bhatara.,

Ibrahim, Ahmad. et al. 1989. Islam di Asia tenggara Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES., Jejak Kelahiran Arya Wiraraja dalam

http://pasuakanwiraraja.blogspot.co.id/2014/01/jejak-kelahiran-arya-wiraraja-sang.html diakses pada 09/12/2016.

Leadbeater, C. W. 2015. The Occult Histori of Java. (terj.). Jakarta: Daras Books. Milner, A.C. “Islam dan Martabat Raja Melayu” dalam Ahmad Ibrahim et al, 1989, Islam di

Asia Tenggara, Perspektif Sejarah, Jakarta: LP3ES. Muljana, Slamet. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara

Islam di Nusantara, Yogyakarta: LkiS. Cet. IV. Priyono, AE. 2008. “Marjinalisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam di Indonesia; Menyimak

Pemikiran Dr. Kuntowijoyo” dalam Kuntowijoyo. Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan. Edisi Baru. Cet I.

al-Qurtuby, Sumanto. 2003. Arus Cina-Islam-Jawa, Bongkar Sejarah atas Peran Thionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad XV-VI, Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press.

Sarijo, Marwan. 1980. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti. Sholihin Salam. 1960. Seputar Walisongo, Kudus: Menara Kudus. Siwi. 2013. Girindra: Pararaja Tumapel Majapahit. Tulungagung: Pena Ananda Indie

Publishing., Sou’yb, Joesoef. tth. Pelaut Indonesia Menemukan Benua Amerika Sebelum CH. Columbus

Medan: Rainbow. Sunyoto, Agus. 2016. Atlas Walisongo; Buku Pertama yang Mengungkap Walisongo Sebagai

Fakta Sejarah. Depok: Pustaka IIMaN dan LESBUMI PBNU. (ed. Revisi). cet II. Thaba, Abdul Aziz. 1995. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta: Gema Insani

Press. Umar, A. Muin. 1988. Historiografi Islam, Jakarta: Rajawali Press, Uka Tjandrasasmita (Ed.), 1984. Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta: PN Balai Pustaka.

Page 36: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

_______. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia dari Abad XIII sampai XVIII Masehi. Kudus: Penerbit Menara Kudus.

Wahid, Abdurahman. 1982. Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bakti, Yatim, Badri. 1998. Sejarah Islam di Indonesia ,Jakarta: Depag. Ya’kub, Ismail. Tth. Sejarah Islam Indonesia, Jakarta: Wijaya. Zuhri, Syaifudin. 1979. Sejarah Kebangkitan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jakarta:

al-Ma’arif.

Page 37: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

STRATEGI INOVATIF PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DI MAN WONOSOBO JAWA TENGAH Oleh: Faisal Kamal

Abstrak

Pada hakikatnya, kebutuhan hidup manusia bukan hanya berupa kebutuhan

materi semata, namun kebutuhan yang utama adalah kebutuhan spiritual. Melainkan juga kebutuhan berupa ilmu ilmu akhlak karena prilaku merupakan wujud kepribadian seseorang. Perilaku juga menunjukkan karakteristik atau sifat khasyang melekat pada seseorang atas kepribadiannya. Peningkatanakidah dan akhlak dalam tujuan pengembangan Pendidikan Agama Islam berdasarkan kurikulum pendidikan karakter menjadi tumpuan utama. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional pada aspek agama dan tuntutan perkembangan globalmenjadi poin penting. Menanamkan nilai-nilai akidah bukan dengan membekali anak dengan kemampuan berdebat atau adu argumentasi, melainkan dengan jalan membuat anak tekun belajar dalam mempelajari dan menghayati al-Qur’an. Membaca hadis-hadis berikut kandungan maknanya, serta menjadikannya tekun dalam melakukan berbagai aktivitas ibadah.

Abstract

In essence, necessity of human life is not just a mere material needs, but the main requirement is a spiritual necessity. But also needs moral science be science because the behavior is a manifestation of one's personality. Behavior also shows the characteristics or properties khasyang attached to someone on his personality. Peningkatanakidah and morals in the development goals of Islamic education based educational curriculum became the main supporting characters. Demands of national and regional development in the aspect of religion and the demands of the globalmenjadi important points. Instilling the values of faith not to provide children with the ability to debate or argument, but by making a studious child in learning and living the Qur'an. Read the following hadiths eminent, as well as making diligent in performing various religious activities.

Page 38: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Perilaku merupakan wujud kepribadian seseorang. Perilaku juga menunjukkan karakteristik atau sifat khasyang melekat pada seseorang atas kepribadiannya. Tentang bagaimana individu tersebut tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lain. Kesan yang ditimbulkan dapat berupa hal yang baik dan juga berupa hal yang buruk. Tergantung dari perilaku individu yang bersangkutan. Sikap yang ditampilkan saat berinteraksi dengan orang lain mencerminkan sifat atau karakter seseorang. Oleh sebab itu, semestinya setiap orang dapat bersikap, dan berperilaku dengan berlandaskan nilai-nilai tauhid dan akhlak mulia dalam kehidupannya.

Pada hakikatnya, kebutuhan hidup manusia bukan hanya berupa kebutuhan materi semata, namun kebutuhan yang utama adalah kebutuhan spiritual. Nilai-nilai spiritual hanya dapat ditemukan dalam kehidupan beragama yang religius. Perilaku hidup yang hedonis107, materialis108dan perilaku-perilaku negatif lainnya mengakibatkanrusaknya nilai-nilai moral kemasyarakatan. Semestinya nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat berfungsi sebagai panduan dalam bersikap dan bertingkah laku manusia. Melalui Pendidikan Agama Islam yang bersifat humanisme religius merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Mencermati permasalahan di atas, sebagai suatu paradigma, Pendidikan Agama Islam berperan penting terhadap pembinaan akidah akhlak. Dalam Pendidikan Agama Islam yang menjadi tujuan kependidikan Islam bukan hanya berupa transfer of knowledges yaitu pengembangan terhadap ilmu pengetahuan, tapi juga dalam bentuk transfer of values yaitu pembinaan terhadap nilai-nilai moral dan spiritual keagamaan. Ilmu pengetahuan dan nilai spiritual tersebut dibentuk dan dibina dalam bingkai humanisme religius. Dengan demikian, pentingnya mempelajari, mengkaji, bidang ilmu-ilmu agama dan pengembangan pada bidang ilmu-ilmu pengetahuan. Dengan intensitas pembinaan terhadap nilai-nilai moral dan spiritual agama tersebut, diharapkan kebangkitan dan kejayaan Islam dapat diraih kembali.

Untuk mewujudkan hal itu dapat melalui bidang pendidikan. Usaha yang dilakukan ialah melakukan pembaharuan terhadap sistem pendidikan. Sistem pendidikan dengan konsep keseimbangan, keselarasan dan keserasian. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pembinaan terhadap nilai religius keagamaan, agar tercipta pribadi-pribadi yang berbudi pekerti luhur.

Kaitannya dalam pembelajaran, hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar adalah kegiatan mengajar. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang bermakna dan optimal.109 Sedangkan mendidik adalah memelihara dan

107 Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai

tujuan utama dalam hidup. Lihat Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Cet. 3 (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), hlm. 394. Hedonisme berasal dari bahasa Inggris Hedonism, asal kata dari bahasa Yunani

yaitu Hedone yang artinya kesenangan, kenikmatan. Lihat Lorens Bagus. Kamus Filsafat, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 282. 108Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan

manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi

alam indra. Lihat Hasan Alwi,Kamus., hlm. 946. 109Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005),

hlm. 55–56.

Page 39: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.110 Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara pedagogis didaktis antara mengajar dan mendidik memiliki hubungan yang saling berkaitan.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan mengajar adalah usaha penciptaan lingkungan dalam belajar, tidak hanya berupa penyampaian materi saja. Sedangkan mendidik berorientasi pada pembinaan akhlak dan kepribadian peserta didik. Oleh sebab itu, aspek-aspek yang dikembangkan dalam proses pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,111 serta meliputi pula ranah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.112

Pada mata pelajaran akidah akhlak aspek yang dikembangkan merupakan ranah afektif yang berimplikasi pada ranah spiritual peserta didik yang membutuhkan suatu strategi dalam mengimplementasikan akidah akhlak dalam suatu proses pembelajaran. Oleh sebab itu, posisi Madrasah sebagai lembaga Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat strategis. Strategis dalam arti mampu menciptakan, memberdayakan dan membina akidah akhlak peserta didik dengan seksama dan komprehensif.

Pada akhirnya, pendidikan diartikan sebagai suatu proses, melalui proses ini individu diajarkan kesetiaan dan kesediaan untuk mengikuti aturan. Melalui cara ini pikiran manusia dilatih dan dikembangkan.113Dapat dikatakan bahwa pendidikan itu sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik (memberi dan menerima pengetahuan) dan dengan menyesuaikan diri ini akan terjadi perubahan-perubahan pada diri manusia lalu potensi-potensi pembawaannya (kekuatan, bakat, kesanggupan, minat) tumbuh dan berkembang sehingga terbentuklah berbagai abilitas dan kapabilitas.114

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana strategi pembelajaran akidah akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah?

b. Bagaimana model inovasi pembelajaran akidah akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah?

110Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Cet. 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 263. 111Teori Bloom yang membagi aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam proses belajar menjadi

tiga bagian yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (fisik). Menurut hemat penulis,

pembagian tersebut belum sepenuhnya mengakomodir tujuan dari Pendidikan Agama Islam, yaitu

pembinaan terhadap aspek keimanan dan ketakwaan serta akhlak. Oleh sebab itu, dipandang belum

menyentuh ranah spiritual yang merupakan tujuan utama dalam pendidikan Agama Islam. 112Sebagaimana menurut Ary Ginanjar Agustian tentang kecerdasan yang terbagi menjadi tiga bagian,

yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Oleh sebab itu,

dalam tujuan Pendidikan Agama Islam tujuan utama adalah spiritual. Kecerdasan spiritual digunakan sebagai

solusi dalam mengobati penyakit-penyakit spiritual (spiritual illness) yang banyak menjangkiti manusia-

manusia modern saat ini. Sebagai contoh, banyak orang sukses telah mencapai cita-citanya, mencapai puncak

kesuksesan dalam hidup, baik karier maupun materi, tetapi masih merasakan sesuatu yang “hampa dan

kosong”. Umumnya mereka baru menyadari bahwa mereka telah menaiki tangga yang salah, justru setelah

mencapai puncak tertinggi anak tangga kariernya. Ternyata uang, harta, kehormatan, dan kedudukan

bukanlah “sesuatu” yang mereka cari selama ini. Inilah yang dinamakan spiritual illness. Lihat Ary Gynanjar

Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan, Cet. 10 (Jakarta:

Penerbit Arga, 2006), hlm. 11. 113Jalaludin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2002), hlm. 130. 114Ibid, hlm. 131.

Page 40: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

3. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui strategi pembelajaran akidah akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah.

b. Untuk mengetahui model pembelajaran akidah akhlak berdasarkan pembelajaran inovatif di MAN Wonosobo Jawa Tengah.

Adapun manfaat penelitian ditinjau dari segi akademik dan praktik adalah sebagai berikut: a. Manfaat akademik

Mengetahui keunggulan dan kelebihan inovasi strategi dan model pembelajaran akidah akhlak, dan bermanfaat bagi pengembangan teori pembelajaran inovatif pada mata pelajaran akidah akhlak.

b. Manfaat praktik Berkontribusi dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran

akidah akhlak secara praktis, pendidik pada mata pelajaran akidah akhlak dapat mengembangkan model pembelajaran inovatif secara mandiri. Di samping itu, bermanfaat dalam meningkatkan mutu pembelajaran akidah akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah.

B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yang berjenis penelitian kualitatif. Data-data yang dikumpulkan berupa data tertulis maupun lisan. Data-data bersumber dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari MAN Wonosobo Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian. Sebagai data pendukung, berasal dari jurnal, buku, dan dokumen lainnya. Berdasarkan obyek penelitian, tempat, sifat dan sumber datanya. Penelitian ini bercorak kualitatif dengan data-data yang diperoleh berupa data deskriptif.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur atau terpimpin. Wawancara ini menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti, sehingga pertanyaannya bisa sistematis dan mudah diolah serta pemecahan masalahnya lebih mudah.115

Pedoman wawancara berfungsi sebagai pengendali, supaya proses wawancara tidak kehilangan arah. Sebelum wawancara peneliti membuat pokok-pokok pertanyaan sebagai panduan wawancara. Dengan demikian, panduan teknis wawancara dibuat untuk digunakan memperoleh data tentang strategi dan model pembelajaran akidah dan akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah sesuai dengan permasalahan penelitian. Sedangkan bentuk pertanyaannya, peneliti menggunakan wawancara terbuka, sehingga responden diberikan kebebasan untuk menjawabnya.

Wawancara dilakukan dengan mewawancarai para guru mata pelajaran akidah akhlak. Wawancara bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran. Sehingga, akan diketahui bentuk strategi dan model

115Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,

1996), hlm. 59.

Page 41: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

pembelajaran akidah akhlak berbasis pembelajaran inovatif. Di samping itu pula, akan mewawancarai kepala sekolah atau wakil kepala sokolah MAN Wonosobo. Dengan tujuan untuk mengetahui visi dan misi sekolah, dan lain sebagainya serta hal yang berkaitan dengan pembelajaran akidah akhlak.

b. Observasi Teknik observasi yang dilakukan oleh penulis ialah dengan

mengobservasi proses pembelajaran di kelas, mengamati bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat keagamaan di lingkungan MAN Wonosobo. Dari hasil pengamatan yang dilakukan akan diketahui inovasi strategi dan model pembelajaran yang diterapkan.

c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknis pengumpulan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknis ini, untuk memperoleh data berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembelajaran akidah akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah.

Dokumen-dokumen yang dimaksud antara lain berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, profil MAN Wonosobo dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran akidah akhlak. Dokumen-dokumen yang dimaksud berupa tulisan cetak maupun dalam bentuk data digital. Selain itu, penulis menggunakan literatur-literatur berupa buku, jurnal, kitab, sebagai referensi ilmiah, sehingga dapat memperkuat argumentasi penulis.

3. Analisis Data Merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Singkantnya kegiatan analisis terdiri dari tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Analisis data penelitian ini bersifat interaktif (berkelanjutan) dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data dilaksanakan dengan penetapan masalah, dan pengumpulan data. Penetapan masalah penelitian, peneliti melakukan analisa terhadap permasalahan dengan berbagai teori dan metode yang. Menganalisis data sambil mengumpulkan data, peneliti dapat mengetahui kekurangan data yang harus dikumpulkan dan dapat mengetahui metode mana yang harus dipakai pada tahap berikutnya.116

C. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhak Peningkatanakidah dan akhlak dalam tujuan pengembangan Pendidikan Agama

Islam berdasarkan kurikulum pendidikan karakter menjadi tumpuan utama. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional pada aspek agama dan tuntutan perkembangan globalmenjadi poin penting.

Strategi pembelajaran yang diterapkan mengacu pada pendidikan karakter. Di mana pendidikan karakter digunakan sebagai basis materi dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Deskripsi tersebut mengacu pada pembelajaran yang diterapkan. Implementasi dari pendidikan karakter yaitu dengan cara penaman akidah yang kuat sebagai landasan dalam berperilaku. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Munawarah.

116Imam Suprayoga dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), hlm. 192.

Page 42: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

“Tujuan secara khusus, supaya materi yang saya sampaikan yang sesuai dengan silabus dapat dipahami, dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, baik di lingkungan madrasah, di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekitarnya. Jika mengacu pada silabus, tidak perlu saya jabarkan, bisa anda lihat sendiri di RPP. Untuk akhlak, dari akidah kepada akhlak. Tentu saja jika akidahnya kuat nanti akhlaknya akan baik. Jadi semacam ada korelasi Semakin baik akidah kita maka akan semakin baik kelakuan kita. Kuncinya di akidah.”117

Di samping itu pula, penguasaan dan implementasi materi pelajaran akidah

akhlak diharapkan mampu menjawab problematika kontekstual kekinian. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan akidah akhlak tidak hanya meliputi ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik, meliputi pula ranah intelegensi, emosional, dan spiritual seseorang. Oleh sebab itu, pengembangan dalam rangka peningkatan mutu senantiasa berimbang. Dengan demikian, peran mata pelajaran akidah akhlak menjadi kekuatan dan memiliki posisinya yang sangat strategis dalam pembelajaran.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan penulis, kegiatan pembelajaran akidah akhlak yang diterapkan di MAN Wonosobo terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan Keteladanan

Contoh atau model yang sesungguhnya adalah para Nabi dan Rasul. Sebagaimana Firman Allah SWT.

ر وذكر لقد كان لكم في رسولي اللهي أسوة حسنة ليمن كان ي رجو الله والي وم اآلخي (١٢الله كثيريا )

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. al-Ahzāb (33): 21.)118

ر ومن ي ت ول م أسوة حسنة ليمن كان ي رجو الله والي وم اآلخي لقد كان لكم فييهييد ) المي (٦فإين الله هو الغني

Artinya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barang siapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. al-Muntahanah: (60): 6).119

Allah SWT telah menciptakan Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim as, para Nabi, dan para ahli waris mereka (pengikut mereka), sebagai contoh dan model bagi peserta didik saja yang akan memperoleh kebaikan dan keberhasilan dalam mencapai puncak keagungannya dan kebesarannya sebagai manusia

117Munawarah (guru mata pelajaran akidah akhlak kelas X dan XI MAN Wonosobo), di perpustakaan

MAN Wonosobo, tanggal 29 Oktober 2011. 118QS. al-Ahzāb (33): 21. 119QS. al-Muntahanah: (60): 6.

Page 43: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

yang utuh.120 Terdapat beberapa cakupan tentang kemuliaan akhlak Rasulullah saw, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Akhlak Rasulullah sebagai seorang pribadi dan segala hal yang terkait

dengannya, seperti: sifat pemalu, menjaga amanah, memenuhi janji, pemaaf, toleran, dermawan, berani, ‘iffah, penyayang, ‘fair kepada orang lain.

b. Akhlak beliau dalam kehidupan sosial dan segala hal yang terekam di dalamnya, seperti: interaksi beliau dengan istri, anak, kerabat, sanak famili, para tamu, para tetangga, para sahabat, anak-anak yatim, orang-orang yang membutuhkan, dana cara beliau mendamaikan pihak yang berselisih.

c. Akhlak beliau dalam berpolitik dalam segala hal khususnya dalam masalah hudud dan hukuman-hukuman yang diwajibkan Allah atas setiap pelaku kejahatan.121 Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan berpendapat tentang pengaruh metode

keteladanan sebagai berikut: “Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan

terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak”.122 Model keteladanan yang diterapkan di MAN Wonosobo, setiap hari

dilakukan program salat duhur berjamaah di musala Madrasah dengan melibatkan seluruh pendidik dan peserta didik MAN Wonosobo. Kegiatan salat duhur berjamaah, salat duha, membaca al-Qur’an di masjid sekolah dilakukan setiap hari baik oleh guru maupun peserta didik. Kegiatan ibadah yang dilakukan secara bersama-sama oleh pendidik dan peserta didik akan memberikan ikatan secara emosional. Kegiatan yang melibatkan pendidik dapat secara langsung memberikan contoh yang baik kepada para peserta didik di MAN Wonosobo. Para peserta didik dapat melihat secara langsung perilaku para pendidiknya dalam beribadah dan berperilaku sehari-hari di MAN Wonosobo.123 Di samping itu, dilaksanakan pula kegiatan salat duha dan membaca al-Qur’an yang dilakukan oleh peserta didik memberikan makna positif bagi perkembangan mental peserta didik.124

Kemudian, tata cara berpakaian, berhias, dan cara berbicara seorang guru harus sopan. Terlebih lagi sebagai guru mata pelajaran akidah akhlak. Sebagai guru yang mengampu mata pelajaran akidah akhlak, memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Karena menjadi sorotan setiap sikap dan perilakunya. 125

120Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence: Kecerdasan Kenabian (Mengembangkan

Potensi Robbani Melalui Peningkatan Kesehatan Ruhani, Cet. 3 (Yogyakarta: Pustaka Al-Furqan, 2007), hlm.

174. 121Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, alih bahasa Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., (Jakarta: Gema

Insani Press, 2004), hlm. 241. 122Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 2, alih bahasa Jamaludin Miri, Cet. 3

(Jakarta:Pustaka Amani, 2007), hlm. 142. 123Observasi kegiatan di musala Man Wonosobo, 29 Oktober 2011. 124Observasi kegiatan di musala Man Wonosobo, 29 Oktober 2011. 125Munawarah (guru mata pelajaran akidah akhlak kelas X dan XI MAN Wonosobo), di perpustakaan

MAN Wonosobo, tanggal 29 Oktober 2011.

Page 44: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dasar pembelajaran dalam berakhlak adalah akidah. Akidah adalah landasan yang fundamental, berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku. Dengan kata lain, akidah adalah fondasi dalam berakhlak. Jika dipersentasekan, persentase akidah berkisar 90 persen dan akhlak 10 persen.126 Oleh sebab itu, pendidikan akhlak harus bersumber dari akidah yang benar yakni tauhid. Jika seseorang berakidah dengan benar maka akhlaknya pun akan benar. Akan tetapi jika akidahnya salah maka akhlaknya pun menjadi tidak benar.

Menanamkan nilai-nilai akidah bukan dengan membekali anak dengan kemampuan berdebat atau adu argumentasi, melainkan dengan jalan membuat anak tekun belajar dalam mempelajari dan menghayati al-Qur’an. Membaca hadis-hadis berikut kandungan maknanya, serta menjadikannya tekun dalam melakukan berbagai aktivitas ibadah. Dengan demikian, kepercayaan dan keyakinan dalam diri anak akan semakin kokoh. Sejalan dengan semakin seringnya ia menelaah bukti-bukti yang terkandung dalam hadis-hadis Nabi berikut berbagai pelajaran yang ia dapatkan di dalamnya. Semua ini diperkokoh pula oleh cahaya-cahaya ibadah dan amalan-amalan yang dikerjakannya, yang senantiasa menambah teguhnya akidah.127

Peran pendidik dalam penerapan strategi pembelajaran sebagai orang yang utama. Pendidik adalah model yang dapat ditiru, dicontoh oleh peserta didik dalam ucapan dan perbuatannya. Guru harus memiliki akhlak atau etika yang baik.128 Peran pentingnya dalam pembelajaran akidah akhlak adalah seorang pendidik dituntut untuk mampu menjaga sikap, tutur kata dan perbuatannya. Keselarasan antara ucapan dan perbuatannya. Ucapannya dipraktekkan dalam bentuk perilakunya. Peran sentral yang demikian besar merupakan tanggung jawab dan amanah yang diemban oleh guru, yang harus dilaksanakan dengan ikhlas dan tanggung jawab.

2. Pembelajaran dengan Pembiasaan Mendidik akidah Islamiyah sebagaimana dalam Rukun Iman, penanaman

dalam jiwa membutuhkan proses. Tidak bisa dengan serta-merta dapat terbentuk. Butuh pembiasaan yang senantiasa dilakukan terus menerus secara kontinu. Sebagai contoh, agar terbiasa melakukan salat lima waktu tepat pada waktunya. Hendaklah mengajak peserta didik untuk salat berjamaah. Di sekolah bisa dilakukan salat duha, salat duhur berjamaah. Kegiatan tersebut harus dilakukan terus menerus agar menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, lama-kelamaan akan tertanam dalam jiwa peserta didik dan menjadi karakter yang tertanam kuat.

Begitu pula dalam pembentukan akhlak, misal membiasakan etika makan dengan membaca Bismillah. Dengan membaca Bismillah secara tidak langsung mengajarkan agar senantiasa ingat pada Allah dalam setiap aktivitas. Makan

126Amin Syukur dalam munaqasah tesis program pascasarjana UNSIQ, tanggal 28 April 2012. 127Imam Al-Ghazali, dikutip dalam Muhammad Ibnu Abdul Hafidz Suwaid, Cara Mendidik Anak,

(Jakarta: Al-I’tishan Cahaya Umat, 2008), hlm. 158. 128Teori akhlak atau etika mempunyai kaitan erat dengan konsepsi tasawuf. Keseluruhan uraian

tentang teori jiwa/akal, nur/cahaya dan etika memiliki kaitan erat dengan tasawuf. Bangunan dan kerangka

berpikir dalam konsepi tasawuf berdasarkan pemikiran rasional pada tradisi pemikiran Yunani maupun yang

dikembangkan oleh para filosof muslim. Sebagaimana dalam konsepsi tasawuf al-Ghazali bahwa tujuan hidup

manusia adalah untuk dekat (al-qurb) dengan Tuhan sehingga dapat berhubungan dengan Akal Aktif

(malaikat) yang merupakan sumber pengetahuan-pengetahuan abstrak dan berfungsi mengaktualkan daya

pikir manusia sampai pada tingkat yang tertinggi. Lihat H.M. Amin Syukur, Intelektualisme Tasawuf, Cet. 2

(Semarang: LEMBKOTA dan Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 188.

Page 45: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

dengan tangan kanan dan mengambil makanan yang terdekat.129 Begitu pula dalam mengucapkan salam, senantiasa dibiasakan ketika akan masuk rumah, bertemu teman, guru dan orang lain.

Beberapa contoh tersebut bukan hanya merupakan tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga melibatkan peran serta orang tua. Di mana peran orang tua sangat penting. Sebagai orang tua hendaknya membiasakan perilaku tersebut di rumah. Karena tidak mungkin hanya mengandalkan dari sekolah (dengan waktu yang terbatas), agar kebiasaan-kebiasaan baik dapat tertanam dalam jiwa dan menjadi karakter

Jika metode pembiasan dalam pembelajaran dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam, dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran dengan pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan peserta didik untuk berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.130

Bentuk pembiasaan yang dipraktekkan yaitu dengan kegiatan bersalaman antara guru dan peserta didik setiap hari pada waktu pagi untuk membiasakan menghormati guru dan orang tua. Teknis pelaksanaannya adalah guru menyambut peserta didik di pintu gerbang Madrasah dan saling bersalaman di antara guru dan peserta didik MAN Wonosobo. Peserta didik mencium tangan guru-guru yang menyambut peserta didik.131 Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari sesuai jadwal piket guru dan guru yang masuk pada jam pelajaran pertama.

Menurut Wakil Kepala Bidang Kurikulum, beberapa hal yang disoroti tentang perilaku yang tidak baik,

“Seperti makan sambil berdiri apalagi sambil jalan merupakan perilaku yang tidak baik. Menurutnya, perilaku makan sambil duduk merupakan sikap yang harus dibiasakan, agar dapat menjadi perilaku baik yang melekat pada peserta didik. Maka dari itu, peran penting pendidik untuk dapat mencontohkan kepada seluruh peserta didik MAN Wonosobo”.132 Pentingnya mengajarkan pada anak untuk membiasakan salat tepat

waktunya, agar anak tidak termasuk anak yang lalai dalam menjalan ibadah salat.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat al-Mā’ūn sebagai berikut:

ين هم عن صالتييم ساهون )٤ف ويل ليلمصلني ) (٥(الذيArtinya : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat(5) (yaitu)

orang-orang yang lalai dari salatnya(6)”. (QS. Al-Mā’ūn (107): 5-6).133

Adapun yang dimaksud dengan melalaikan salat ialah melakukan salat di

luar waktunya. Hendaknya selalu mengajak anak-anak untuk melakukan ibadah salat pada waktunya. Apabila tidak melakukan salat jamaah bersama anak atau tidak mengajak mereka salat ke masjid, hendaklah selalu mengingatkan anak untuk segera salat ketika telah tiba saat salat. Oleh sebab itu, orang tua berperan sangat penting dalam melakukan pengawasan kepada anak untuk selalu menepati waktu salat. Kebiasaan yang tertanam sejak usia dini, insya

129Muhammad Thalib, Praktik Rasulullah Mendidik Anak (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), hlm. 79. 130Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. 1 (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm. 98. 131Isti Karomah (guru mata pelajaran akhlak kelas XII MAN Wonosobo), di Ruang Tata Usaha MAN

Wonosobo, tanggal 31 Oktober 2011. 132Ahmad Mustolah (Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum di Ruang Guru MAN Wonosobo,

tanggal 31 Oktober 2011. 133QS. Al-Mā’ūn (107): 5-6.

Page 46: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Allah akan menjadikan anak tidak melalaikan salatnya, bahkan memelihara waktu-waktu salat dengan sebaik-baiknya.134

Melalui metode pembiasaan,peserta didik diharapkan mengetahui dan sekaligus dapat mengamalkan materi pelajaran yang dibelajarkan. Selain itu, metode pembiasaan juga merupakan strategi yang sangat aktif dalam mengembangkan perilaku-perilaku yang positif.135

Membiasakan gerakan-gerakan salat yang benar, membiasakan dan menghafalkan bacaan-bacaan doa dalam salat, maka ditanamlah cara-cara salat yang tepat, baik dan benar. Pembiasaan perbuatan yang baik seperti melaksanakan ibadah salat supaya dalam melakukan salat tidak terasa berat.

Sebagaimana terdapat pada contoh di atas, agar terbiasa melakukan salat lima waktu tepat pada waktunya. Hendaklah mengajak peserta didik untuk salat berjamaah. Di sekolah bisa dilakukan salat duha, salat duhur berjamaah. Kegiatan tersebut harus dilakukan terus menerus agar menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, lama-kelamaan akan tertanam dalam jiwa peserta didik dan menjadi karakter yang tertanam kuat.

Begitu pula dalam pembentukan akhlak, misal membiasakan etika makan dengan membaca bismillah. Dengan membaca bismillah secara tidak langsung mengajarkan pada anak agar senantiasa ingat pada Allah dalam setiap aktivitas. Makan dengan tangan kanan dan mengambil makanan yang terdekat. Dalam mengucapkan salam, senantiasa dibiasakan ketika akan masuk rumah, bertemu teman, guru dan orang lain.

Beberapa contoh tersebut bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga melibatkan peran orang tua. Sebagai orang tua hendaknya membiasakan perilaku tersebut di rumah. Karena tidak mungkin hanya mengandalkan dari sekolah (dengan waktu yang terbatas), agar kebiasaan-kebiasaan baik dapat tertanam dalam jiwa dan menjadi karakter.

D. Inovasi Pembelajaran Akidah Akhlak Berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas, peran dan figur pendidik

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi titik sentral. Proses pembelajaran yang diterapkan tidak hanya mengedepankan kepada aktivitas pendidik, namun terfokus dan berorientasi pada peserta didik sebagai subyek dalam belajar. Dengan penerapan pembelajaran yang mengedepankan aktivitas peserta didik, dapat mendorong peserta didik untuk berkreasi, berinovasi, dan berperan aktif dalam proses pembelajarannya.

Menurut Isti Karomah sebagaimana dalam wawancara dengan penulis tentang penerapan metode dalam proses pembelajaran.

“Sebenarnya untuk model atau metode semuanya itu baik. Di lihat situasi anak itu sendiri atau situasi pada saat jam pelajaran. Menerapkan metode maupun metode antara jam pertama dan jam ke tujuh atau ke delapan seharusnya berbeda. Tapi kesulitan yang dihadapi guru, dengan materi yang sama jam yang berbeda harus membuat RPP yang berbeda akan memakan waktu. Dan untuk yang kelas 3, diharapkan mencapai hasilnya. Karena yang dikejar target materi. Yang penting materi tercapai dan untuk metode-metodenya menyesuaikan keadaan. Contohnya yang sering dipakai model cooperative learning, pendekatan kontekstual. Contoh kemarin membahas tentang tasawuf dalam

134Muhammad Thalib, Praktik Rasulullah Mendidik Anak, jilid 13 (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), hlm.

59-60. 135Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al-Huda, 2006), hlm. 304.

Page 47: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

kehidupan modern menggunakan pendekatan kehidupan nyata, setelah itu anak disuruh menggali contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.”136

Sebagaimana hasil wawancara tersebut. Penerapan suatu metode atau model

pembelajaran dengan melihat situasi dan kondisi peserta didik. Terutama pada jam mata pelajaran terakhir. Dapat dipahami bahwa, pada jam-jam akhir pelajaran, peserta didik mengalami kelelahan setelah seharian mengikuti proses pembelajaran. Sehingga, pada akhir jam pelajaran, kebanyakan peserta didik kehabisan energi, misal mengantuk dan lelah. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran, para pendidik dapat menyesuaikan dengan keadaan peserta didik dan menerapkan variasi metode.

Adapun tujuan dari penerapan variasi metode dalam proses belajar mengajar adalah sebagi berikut: 1. Meningkatkan motivasi belajar dan mengajar. 2. Meningkatkan perhatian para siswa kepada guru. 3. Meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 4. Menghilangkan kejenuhan dalam belajar mengajar.137

Model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran aktif (active learning). Pendidik menggunakan variasi metode dalam model pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, resume dan penugasan dalam proses pembelajaran.

Adapun yang dimaksud model pembelajaran aktif (active learning) terdiri atas tiga bagian. Pertama, bagaimana membuat peserta didik aktif sejak dini. Kedua, bagaimana membantu peserta didik memperoleh keterampilan, dan sikap secara aktif. Ketiga, bagaimana belajar agar tidak lupa.138 Prinsip utama dalam pembelajaran aktif dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, penggunaan variasi metode dan model pembelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan prinsip pembelajaran yang terpusat pada aktivitas peserta didik.

Pada prinsipnya, standar operasional prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan secara berkelompok. Prosedur atau langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif terdiri atas empat tahapan sebagai berikut: 1. Penjelasan materi

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum peserta didik belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman peserta didik terhadap pokok materi pelajaran.139

Pada tahapan ini, pendidik lebih dulu memberikan penjelasan secara umum tentang materi yang akan dipelajari. Dalam penjelasannya, pendidik dapat menggunakan metode ceramah atau tanya jawab serta menggunakan bantuan media-media pembelajaran yang relevan dengan materi pelajaran.

2. Belajar dalam kelompok Pada tahapan ini, peserta didik diminta belajar pada kelompoknya masing-

masing. Dalam pengelompokan bersifat heterogen, artinya kelompok-kelompok

136Isti Karomah (guru mata pelajaran akhlak kelas XII MAN Wonosobo), di Ruang Tata Usaha MAN

Wonosobo, tanggal 31 Oktober 2011. 137Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Cet. 2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.

284- 286. 138Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subjeck, alih bahasa Sarjuli, dkk.,

Cet. 6 (Yogyakarta: YAPPENDIS, 2009), hlm.. xxv. 139Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Cet. 3 (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 212.

Page 48: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

belajar yang dibentuk dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan peserta didik yang meliputi perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta memperhatikan perbedaan kemampuan peserta didik.140

3. Penilaian Bentuk penilaian yang dilaksanakan berupa tes atau kuis. Tes dapat

dilaksanakan secara individual dan kelompok.Tes individual bertujuan untuk mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik, sedangkan tes kelompok bertujuan untuk mengetahui kemampuan kelompok. Hasil akhir adalah penggabungan keduanya.141

4. Pengakuan tim Pada tahap ini, langkah yang dilaksanakan berupa penetapan tim yang

paling berprestasi atau tim yang dianggap paling menonjol di antara tim-tim yang lain. Kemudian tim tersebut diberikan penghargaan berupa hadiah, dengan memberikan hadiah dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.142 Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam proses pembelajarannya,

pendidik menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan memperhatikan prosedur dalam pembuatannya, proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.Prosedur standar yang dilaksanakan pendidik menentukan dulu identitas mata pelajaran sebelum menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar tentang materi pelajaran akidah akhlak. Setelah itu, pendidik menentukan tujuan, indikator, materi ajar, pendekatan, metode pembelajaran yang akan diterapkan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berdasarkan silabus.

Setidaknya ada enam jenis variasi metode pembelajaran akidah akhlak yang diterapkan dalam pembelajaran dikelas. 1. Metode Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan, Group Resume, dan Contextual

Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran tentang

keterkaitan antara materi pembelajaran terhadap kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.143

Zahorik mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut: a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki

oleh peserta didik. b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global menuju bagian-bagiannya

secara khusus (dari umum ke khusus). c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:

1) Menyusun konsep sementara. 2) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari

orang lain.

140Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 8 (Jakarta:

Kencana, 2011), hlm. 248. 141Ibid,hlm. 149. 142Rusman, Model-Model., hlm. 213. 143E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Cet. 4

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 102.

Page 49: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

3) Merevisi dan mengembangkan konsep. d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung

apa-apa yang dipelajari. e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan

pengetahuan yang dipelajari.144 2. Metode Group Resume, Ceramah dan Tanya Jawab

Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan pencapaian individual. Sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim pada suatu kelompok yang anggotanya telah saling mengenal satu sama lainnya. Kegiatan resume kelompok sangat efektif jika disesuaikan dengan mata pelajaran.145

3. Metode Ceramah, Tanya Jawab, dan Inquring Mind What to Know Teknik inquring mind what to know mampu merangsang rasa ingin tahu

peserta didik dengan mendorong spekulasi atau dugaan mengenai suatu topik atau persoalan. Sehingga para peserta didik dapat menyimpan pengetahuan tentang materi pelajaran yang tidak tercakup sebelumnya, jika mereka terlibat sejak awal dalam sebuah pengalaman pembelajaran kelas penuh.146

4. Metode Diskusi dan Synergetic Teaching Yang dimaksud metode synergetic teaching adalah merupakan sebuah

perubahan langkah. Pendidik mengasumsikan para peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran telah memiliki suatu pengalaman atau pengetahuan terhadap materi pembelajaran yang akan dipelajari. Sehingga, memungkinkan para peserta didik yang telah mempunyai pengalaman-pengalaman berbeda mempelajari materi yang sama untuk dibandingkan catatan-catatannya.147

5. Metode Diskusi, Tanya Jawab, dan Social Learning Yang dimaksud dengan social learning adalah teori tersebut dikenalkan

oleh Albert Bandura. Albert Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph.D dari University of Lowa. Kemudian ia mengajar di Stanford University. Sebagai seorang penganut behaviorisme, Albert Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respons lingkungan. Oleh sebab itu teorinya disebut teori belajar sosial. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, kognitif dan lingkungan. Albert Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.148

6. MetodeCeramah, Tanya Jawab, Penugasan, dan Guided Teaching Teknik guided teaching diawali dengan pendidik menanyakan satu atau

lebih pertanyaan kepada para peserta didik untuk membuka pengetahuan tentang materi pelajaran untuk mendapatkan hipotesis atau kesimpulan mereka, kemudian memilahnya ke dalam kategori-kategori. Metode pembelajaran terbimbing merupakan suatu perubahan dari ceramah secara langsung dan memungkinkan pendidik mempelajari apa yang telah diketahui dan dipahami para peserta didik sebelum membuat poin-poin pembelajaran. Metode ini sangat berguna dalam pembelajaran tentang materi yang memiliki konsep abstrak.149

144Ibid,hlm. 103-104. 145Melvin L. Silberman, Active..., hlm. 49. 146Ibid, hlm. 104. 147Ibid, hlm. 113. 148Alim Sumarno, “Albert Bandura”, dikutip dari http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-

sumarno/albert-bandura, diakses pada tanggal 17 Januari 2012. 149Melvin L. Silberman, Active., hlm. 116.

Page 50: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

E. Kesimpulan 1. Strategi pembelajaran yang diterapkan berperan secara signifikan dalam

meningkatkan mutu belajar peserta didik. Dalam pengembangan strategi pembelajaran inovatif, yakni dengan melibatkan aspek-aspek pembelajaran yang terdiri atas tujuan, materi, metode, media, dan penilaian. Penerapan strategi pembelajaran mengacu kepada proses kegiatan pembelajaran. Adapun aspek-aspek dalam proses kegiatan pembelajaran tersebut merupakan komponen-komponen pembelajaran yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran.

2. Langkah strategis yang dilaksanakan dalam menerapkan strategi pembelajaran inovatif dengan menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi, dan demonstrasi. Di samping itu, menggunakan teknik-teknik pembelajaran aktif (active learning) seperti inquring mind want to know, dan guided teaching. Pendidik menerapkan pula model-model pembelajaran inovatif seperti pembelajaran contextual teaching and learning, synergetic teaching, dan social learning. Penerapan metode dan model pembelajaran tersebut dengan berdasarkan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran aktif. Dengan demikian, model pembelajaran yang diterapkan merupakan model pembelajaran inovatif

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, 2007, Prophetic Intelligence: Kecerdasan Kenabian (Mengembangkan Potensi Robbani Melalui Peningkatan Kesehatan Ruhani, Cet. 3, Yogyakarta: Pustaka Al-Furqan.

Agustian, Ary Gynanjar, 2006, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan, Cet. 10, Jakarta: Penerbit Arga.

Alwi, Hasan, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Cet. 3, Jakarta: Balai Pustaka. Amini, Ibrahim, 2006, Agar Tak Salah Mendidik Anak, Jakarta: Al-Huda. Bagus, Lorens. 2002, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jalaludin, 2002, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Radar Jaya Offset. Mahmud, Ali Abdul Halim, 2004, Akhlak Mulia, alih bahasa Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.,

Jakarta: Gema Insani Press. Maunah, Binti, 2009, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. 1, Yogyakarta: TERAS. Mulyasa, E., 2006, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, Cet. 4, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nata, Abuddin, 2011, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Cet. 2, Jakarta:

Kencana. Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Cet. 3,

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sanjaya, Wina, 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 8,

Jakarta: Kencana. Sardiman, A.M., 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Silberman, Melvin L., 2009, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subjeck, alih

bahasa Sarjuli, dkk., Cet. 6, Yogyakarta: YAPPENDIS. Sumarno, Alim, “Albert Bandura”, dikutip dari http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-

sumarno/albert-bandura, diakses pada tanggal 17 Januari 2012.

Page 51: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Suprayoga, Imam dan Tobroni, 2001, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suwaid, Muhammad Ibnu Abdul Hafidz, 2008, Cara Mendidik Anak, Jakarta: Al-I’tishan Cahaya Umat.

Syukur, Amin, 2012, Intelektualisme Tasawuf, Cet. 2, Semarang: LEMBKOTA dan Pustaka Pelajar.

Thalib, Muhammad, 2008, Praktik Rasulullah Mendidik Anak, Yogyakarta: Pro-U Media. Ulwan, Abdullah Nashih, 2007, Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 2, alih bahasa Jamaludin

Miri, Cet. 3, Jakarta:Pustaka Amani. Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, 1996, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:

Bumi Aksara.

PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK di RAMASYITOH HJ. MARYAM KALIBEBER, MOJOTENGAH, WONOSOBO

Hidayatu Munawaroh,S.Pd.I, M.Pd Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)

FITK UNSIQ JAWATENGAN di WONOSOBO

Page 52: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

e-mail: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengembangkan pemahaman tentang penanaman nilai-nilai agama pada anak-anak usia dini di RA MASYITOH HJ. MARYAM KALIBEBER, MOJOTENGAH, WONOSOBO sebagai subjek. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana lembaga pendidikan agama mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak peserta didiknya sebagai pondasi dasar dalam penanaman moral anak yang dibawa sampai dewasa, serta bagaimana upaya guru dalam menggunakan model atau metode dalam penenaman nilai agama pada anak usia dini . Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam upaya menanamkan nilai-nilai agama pada anak peserta didik, RA MASYITOH HJ. MARYAM KALIBEBER, MOJOTENGAH, WONOSOBO memadukan kurikulum Kementerian Agama (Kemenag) dengan beragam metode penanaman. Sebagai faktor pendukung, para guru memiliki motivasi yang tinggi kendatipun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai dalam melakukan tugasnya. Sedangkan, minimnya fasilitas dan kurangnya pendanaan dapat menjadi faktor penghambatnya. Sebagai rekomendasi, Kemenag memberi perhatian dan bantuan untuk meningkatkan fasilitas bagi lembaga-lembaga pendidikan usia dini tersebut maupun memberi pelatihan secara reguler kepada para gurunya. Kata Kunci: nilai-nilai agama, penanaman, anak usia dini

ABSTRACT This research aims to develop an understanding of the cultivation of religious values in children at an early age Masyitoh HJ RA. Maryam Kalibeber, Mojotengah, WONOSOBO as a subject. The research question is how religious educational institution to educate and instill religious values in children learners as a basic foundation in moral cultivation of children taken into adulthood, and how the efforts of teachers in using models or methods in penenaman religious values in early childhood. The results showed that, in an effort to instill religious values in children learners, RA Masyitoh HJ. Maryam Kalibeber, Mojotengah, WONOSOBO curriculum blends the Ministry of Religious Affairs (MORA) with a variety of growing methods. As a contributing factor, the teachers have high motivation despite not matched with adequate income in performing its duties. Meanwhile, the lack of facilities and lack of funding could be the inhibiting factor. As a recommendation, MORA give attention and support to improve the facilities for educational institutions such early age and provide regular training to the teachers. Keywords: religious values, planting, early childhood PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor kunci yang memegang peranan terbesar dalam kemajuan suatu bangsa dan peradaban. Pendidikan tidak hanya sekadar membentuk kecerdasan

Page 53: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

suatu bangsa, tapi juga ikut membentuk watak dan karakter yang kuat dari bangsa tersebut. Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini yang sifatnya kompleks dan multidimensi, utamanya dalam dimensi moral memiliki akar dari lemahnya karakter moral pendidikan bangsa sendiri. Pendidikan yang efektif harus dimulai sejak awal, sejak anak-anak generasi penerus bangsa masih belia. Usia dini merupakan masa penting dalam pembentukan kepribadian anak150 . Anak-anak usia dini berada pada tahapan perkembangan kognitif dan emosional yang kritis. Apa yang diperolehnya akan menentukan kemajuan tahapan perkembangannya di masa depan. Mereka memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan, namun kemajuan dari perkembangan potensi itu tergantung pada pembinaan yang dilakukan sejak dini. Anak-anak yang mendapatkan pembinaan yang intensif dan optimal sejak dini akan mampu mengembangkan potensinya dengan baik dan optimal di masa depan, demikian pula mereka yang kurang mendapatkan pembinaan sejak usia dini tentunya akan kurang mampu mengembangkan potensinya151. Olehnya itu, sangatlah tepat jika dikatakan bahwa pembinaan karakter bangsa sudah dilakukan sejak pembinaan karakter anak-anak pada usia dini utamanya melalui penanaman nilai-nilai agama. Pembinaan terhadap anak-anak uisa dini pra sekolah telah dilakukan oleh lembaga PAUD yang beragam. Namun, penanaman nilai-nilai agama tersebut hanya akan efektif apabila dilakukan dengan cara pembinaan dan metode yang tepat Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal jika stimulus yang diberikan tidak tepat dan tidak mendukung perkembangannya. Salah satu kawasan yang perlu dikembangkan oleh guru, orang tua dalam menstimulasi anak adalah penanaman nilai dan moral. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Berdasarkan hal-hal tersebut maka jelaslah bahwa pendidikan sejak usia dini sanggatlah penting. Dalam pendidikan anak usia dini salah satu kawasan yang harus dikembangkan adalah nilai moral, karena dengan diberikannya pendidikan nilai dan moral sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kegidupan sehari-harinya. Ini akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal bersosialisasi. Dalam penanaman nilai -nilai moral anak usia dini harus dilakukan dengan tepat. Jika hal ini tidak bisa tercapai, maka pesan moral yang akan disampaikan ‟orang tua‟ kepada anak menjadi terhambat. Penanaman nilai moral untuk anak usia dini ini bisa dilakukan di dalam tiga tri pusat pendidikan yang ada, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam Penanaman nilai moral untuk anak usia dini perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini dikarenakan anak usia dini adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit seperti yang dikemukakan oleh Piaget, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum bisa dengan serta merta menerima apa yang diajarkan guru/orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah ‟orang tua‟ harus pandai-pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan

150 Thalib, Syamsul Bachri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris dan Aplikatif, E. 1., Cet.

1, (Jakarta: Kencana, 2010), Hal 67 151 Yasmin, Martinis, dan Jamilah Sabri Sanan. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, Cet. I,

J(akarta: GP Press, 2010), Hal 3

Page 54: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh siswa untuk bekal kehidupannya di masa depan. Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bahwa pendidikan usia dini sangat penting karena pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar secara sehat. Maka dari itu dalam penelitian ini mendiskripsikan bagaimana cara penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini di RA MASYITOH HJ. MARYAM KALIBEBER, MOJOTENGAH, WONOSOBO METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa152. Yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah RA MASYITOH HJ. MARYAM KALIBEBER, MOJOTENGAH, WONOSOBO Dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik RA MASYITOH HJ. MARYAM KALIBEBER, MOJOTENGAH, WONOSOBO serta proses pembelajaran nilai-nilai agama di dalamnya yang melibatkan guru dan siswa. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah beserta guru-guru yang terkait dengan kondisi sekolah serta proses pembelajaran di dalamnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen terkait yang dapat diperoleh. Data-data yang diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis dengan melakukan proses identifikasi, kategorisasi, dan selanjutnya direduksi untuk ditampilkan secara deskriptif dan terakhir dilakukan penarikan kesimpulan/verifikasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN RA Masyitoh Hj. Maryam berdiri dalam rintisan Simbah kiai Mustahal ‘Asyari pada tahun 1972 M. Awal mula adanya RA ini proses pembelajaran masih dilaksanakan di rumah Simbah Kiai Mustahal ‘Asyari (selama 5 tahun) dengan hanya beralaskan tikar dan hanya memiliki 5-7 siswa pada saat itu. Staf pengajar pertama yaitu beliau isteri Simbah Kiai mustahal ‘Asyari yakni Ibu Nyai Mu’minah. Sekolahpun berpindah dari rumah Simbah Kiai Mustahal ‘Asyari kerumah-rumah penduduk, pada saat itu dengan semakin banyaknya siswa maka staf pengajar (pendidik/guru) ditambah namun para pengajar ini mengajar dengan sukarela atau mengabdi penuh pada pembelajaran. Setelah semakin pesatnya perkembangan jumlah siswa pada RA tersebut, tempat belajar (sekolah/kelas) kemudian berpindah dari rumah penduduk ke MI Ma’arif Kalibeber selama 5 tahun, jadi kegiatan belajar mengajar pada RA tersebut bertempat seatap dengan MI Ma’arif Kalibeber. Hingga pada pada tahun 2001 berhasil membangun gedung sendiri, sehingga pada tahun itu pula RA Masyitoh Hj. Maryam Berpindah dari gedung MI Ma’arif Kalibeber ke gedungnya sendiri didepan komplek Masjid Pondok Pesantren dan Perpustakaan Al Asyariyah. Dan dari tahun ke tahun baik jumlah siswa maupun prestasi siswa terus berkembang dengan pesat.Visi dari RA Masyitoh Hj. Maryam “Mencetak generasi, cerdas, unggul ilmu dan berakhlakul karimah” Sedangkan misinya Membantu tumbuh kembang anak seoptimal mungkin sesuai bakat dan minat, Memberikan bekal untuk mencintai Al-Qur’an menjadi bacaan dan pedoman hidup,Menumbuh kembangkan sikap disiplin, mandiri, rajin dan bertanggung jawab. Kurikulum yang digunakan di RA Masyitoh Hj. Maryam ialah Kurikulum KTSP yang mana meskipun menggunakan kurikulum KTSP namun kurikulum tersebut sudah tematik. Dalam pembelajarannya sendiri para pendidik menggunakan centre area (sama halnya dengan mata pelajaran) jenisnya yakni: Area matematika, Area bahasa, Area seni Area agama, Area

152 Moleong, L.J.. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-25. (Bandung: Rosda Karya,2008), Hal 7

Page 55: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

outdoor penanaman nilai-nilai agama dan moral pada RA Masyitoh Hj. Maryam Membiasakan diri beribadah Berdoa sebelum dan sesudah beribadah Melaksanakan ibadah sesuai aturannya Berbuat baik terhadap semua makhluk Allah, Berbicara dengan sopanMenyapa teman dan orang lain Berpakaian rapi dan sopan,Selalu mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu, Memahami perilaku mulia Menghormati guru, orang tua, dan orang yang lebih tua, Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara, Mau memohon dan memberi maa, fSenang bermain dengan teman, Bersikap jujur, Suka menolong .Jika mencermati maka secara garis besarnya materi-materi yang terkait dengan nilai-nilai keagamaan yang dikembangkan di sana mencakup tiga hal: aqidah/keimanan, ibadah, dan akhlak. Ketiga hal tersebut merupakan intisari dari nilai-nilai ajaran-ajaran Islam. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai Sang Pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia. Dengan merasa sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan Maha Kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan takut untuk berbuat dhalim atau kerusakan di muka bumi ini. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai rido Allah. Pengamalan konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan manusia yang adil, jujur, dan suka membantu sesamanya. Selanjutnya yang terakhir nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berperilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tenteram, damai, harmonis, dan seimbang153

Adapun model pembelajaran yang dikembangkan di RA Masyitoh Hj. Maryam adalah model pembelajaran berdasarkan area. Model ini lebih memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya. Kecuali itu juga menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusatpusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran . Ada empat area yang dikembangkan di sekolah ini, yaitu area agama, Area matematika, Area bahasa, Area seni, Area outdoor . Pada area agma, terdapat sejumlah alat bantu belajar di dinding, seperti tulisan Muhammad, Bismillah, Allah, maupun gambar tentang cara berwudhu dan shalat. Metode Penanaman Nilai-Nilai Agama di RA Masyitoh Hj. Maryam Untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam pada anak-anak menggunakan sejumlah metode yang biasa digunakan dalam proses pendidikan di sekolah PAUD. Metode-metode tersebut adalah:Metode pembiasaan Inti dari metode ini adalah pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang. Contohnya adalah siswa dibiasakan untuk mengucap salam, membaca doa sebelum melakukan kegiatan, ataupun dibiasakan untuk memanggil ibu guru dengan sebutan “Ustadzah”. Agar pembiasaan ini menjadi efektif, perlu dilakukan secara konsisten dan jika perlu dibantu dengan reward. Metode peneladanan, Metode ini mengharuskan guru untuk melakukan sendiri perilaku untuk dicontoh oleh anak-anak yang menjadi peserta didiknya. Metode ini sangat tepat digunakan utamanya untuk menanamkan nilai-nilai agama seperti halnya metode pembiasaan. Guru-guru di RA Masyitoh Hj. Maryam biasa mencontohkan perilaku yang hendak ditanamkan pada anak didiknya dengan melakukan sendiri perilaku tersebut, semisal berdoa, membalas salam, dan semacamnya. Secara psikologis, anak-anak yang

153 Muhtadi, Ali. Penanaman nilai-nilai agama Islam dalam pembentukan sikap dan perilaku

Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman al-Hakim, Yogyakarta. Artikel Penelitian,

(Yogyakarta: Tidak Diterbitkan, 2005), Hal 12

Page 56: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

berada pada kelompok usia dini cenderung suka mengamati suatu perilaku dan mudah menirunya.

Metode demonstrasi, Metode demonstrasi dilakukan dengan memperagakan atau mempertunjukkan perilaku yang hendak diajarkan/ditanamkan pada anak didik di depan mereka sendiri. Selain bermanfaat memberikan ilustrasi dalam menjelaskan suatu informasi, metode ini juga dapat membantu meningkatkan daya pikir mereka dalam mengenali mengingat, dan berpikir evaluatif. Contohnya adalah saat guru di RA Masyitoh Hj. Maryam mengajarkan tata cara wudhu dan shalat dengan meminta salah seorang anak didiknya untuk mempraktekkannya di hadapan teman-temannya di bawah bimbingannya. Apabila ada yang keliru, maka akan dikoreksi oleh s guru dengan memberi penjelasan-penjelasan sehingga peserta didik tidak akan salah mengambil kesimpulan.

Metode tanya jawab, Metode tanya jawab sebenarnya adalah metode yang paling umum dalam semua proses pembelajaran, mulai dari tingkat yang paling dasar hingga ke tingkat yang tinggi. Tanya jawab sendiri bersifat spontan, selain dapat mengarahkan perhatian anak didik, juga dapat langsung mengetahui penguasaannya terhadap materi yang diajarkan. Contohnya adalah saat guru di RA Masyitoh Hj. Maryam mengajarkan materi ajar Kompetensi Dasar Islam seperti yang berkaitan dengan keimanan, dimana ia mengajarkan bahwarukun iman itu intinya iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan seterusnya. Setelah menyebutkan/menjelaskan hal tersebut, sang guru langsung menanyakan kepada anak didiknya tentang apa inti rukun iman itu. Maka si anak didik secara bersamaan menjawab bahwa inti rukun iman itu ialah iman kepada Allah dan seterusnya.

Metode bermain Metode yang jamak dalam pembelajaran di sekolah-sekolah PAUD karena anak-anak yang berada pada kelompok usia dini senang bermain dan sering menghabiskan waktunya dengan permainan. Bermain akan melatih anak untuk menggunakan kemampuan kognitifnya dan mengembangkan kreativitasnya dengan melakukan eksplorasi. Bermain umumnya menggunakan alatalat permainan. Permainan mengajarkan banyak nilai-nilai agama/moral, seperti tolong menolong, bersedia mengalah dan mau menerima kekalahan. Seperti di RA Masyitoh Hj. Maryam, terdapat sejumlah sarana dan alat-alat bermain baik indoor maupun outdoor yang biasa digunakan oleh anak didik dalam melakukan sebuah aktivitas permainan.

Metode bercerita, Bercerita adalah salah satu metode yang paling menarik dan umumnya disukai oleh anakanak usia dini. Lewat suatu cerita, guru dapat menyisipkan pesan-pesan yang mengandung nilainilai agama dan moral, seperti kejujuran. Cerita yang disampaikan dapat berupa kisah-kisah nyata ataupun dongeng. Yang penting adalah guru harus mampu mengemas dan menyampaikan cerita tersebut dengan cara yang menarik dan bahasa yang sederhana dan jelas sehingga dapat mengundang perhatian anak dan mudah dicerna. Contohnya adalah cerita tentang Nabi Muhammad SAW dan cerita tentang anak saleh yang biasa dituturkan oleh guru di RA Masyitoh Hj. Maryam. Seringkali guru menggunakan alat bantu seperti boneka dan benda tiruan agar lebih mudah dicerna anak, seperti saat menceritakan dongeng-dongeng dalam dunia margasatwa. SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Page 57: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan untuk anak usia dini perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih khusus. Pendidikan yang diberikan untuk anak usia dini lain dengan pendidikan yang diberikan untuk orang dewasa. Kekhususan yang perlu mendapatkan perhatian, misalnya dalam merapkan metode pembelajaran, termasuk di dalamnya pemilihan metode penanaman nilai Agama. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode penanaman nilai Agama yang digunakan RA Masyitoh Hj. Maryam meliputi: Metode pembiasaan, Metode peneladanan, Metode demonstrasi, Metode tanya jawab, Metode bermain, Metode bercerita.

Dari beberapa metode tersebut yang paling sering digunakan adalah metode bercerita dan pembiasaan perilaku. Metode penanaman nilai Agama yang diterapkan banyak membawa pengaruh positif terhadap perkembangan moral anak. Melalui penghayatan isi cerita, lambat laun anak akan merubah perilakunya yang semula tidak sesuai dengan nilai yang ada menjadi lebih baik sesuai dengan tokoh yang diperankan dalam cerita. Dengan pembiasaan-pembiasaan berperilaku juga lambat laun anak akan merubah perilaku kurang baik yang kadang-kadang dibawa dari lingkungan rumahnya menjadi perilaku yang baik sesuai dengan nilai moral yang diharapkan. Adapun kendala yang dihadapi oleh guru-guru RA di lapangan ketika akan menerapkan metode penanaman nilai Agama sangat beragam. Ada kendala yang datang atau berasal dari guru itu sendiri (faktor internal) dan ada juga kendala yang datang dari luar (faktor eksternal).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan agar guru dan orang tua memperhatikan kebutuhan siswa/anak berkaitan dengan media ataupun metode yang dipakai dalam menanamkan nilai agama pada anak. Guru sebaiknya menggunakan media untuk menarik minat siswa dan memudahkan pemahaman siswa

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, L.J.. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-25. Bandung: Rosda Karya. Muhtadi, Ali. 2005. Penanaman nilai-nilai agama Islam dalam pembentukan sikap dan

perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman al-Hakim, Yogyakarta. Artikel Penelitian, Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris dan Aplikatif, E. 1., Cet. 1, Jakarta: Kencana.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yasmin, Martinis, dan Jamilah Sabri Sanan. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD,

Cet. I, Jakarta: GP Press.

Page 58: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PENGEMBANGAN PENDIIKAN KARAKTER BERBASIS MADRASAH (Study Kasus Di Madrasah Ibtiaiyah Nurus Salam Dadung, Mantingan, Ngawi)

Roni Muslikah154

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan fenomenologis di MI Nurus Salam Dadung.MI Nurus Salam merupakan Madrasah binaan Pondok Gontor Putri, staf pengelola Madrasah pun merupakan staf pengelola dan pengajar dari Pondok Gontor Putri, sekalipun MI Nurus Salam bukan merupakan cabang dari Pondok Gontor. Dengan latar belakang MI yang merupakan MI binaan dan seluruh stafnya merupakan staf pengajar pula di Pondok Gontor Putri, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa Pondok dan motto Pondok turut serta mewarnai pola pendidikan karakter yang ada di MI Nurus Salam.

Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai karakter yang ditamanamkan MI Nurus Salam melalui Pendidikan Karakter adalah nilai-nilai yang direduksi dari panca jiwa Pondok Modern Gontor yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah islamiyah, dan jiwa kebebasan. Serta nilai-nilai yang direduksi dari Motto Pondok Modern Gontor yakni: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas.

Pendidikan Karakter yang dilaksanakan di MI Nurus Salam merupakan sebuah pendekatan yang menyertai kurikulum yang di gunakan di MI Nurus Salam. Pendidikan Karakter di MI Nurus Salam pada hakikatnya masuk ke dalam hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi. Implementasi penanaman nilai-nilai pendidikan karakter terdapat pada berbagai kegiatan rutin Madrasah baik kegiatan intrakuriluler maupun kegiatan ekstrakulrikuler.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi berharga bagi para praktisi pendidikan, baik lembaga yang diteliti maupun pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Juga penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi baru dalam penerapan Pendidikan Karakter pada pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional yang seutuhnya dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa.

Kata kunci :pendidikan karakter, madrasah

Abstrak

154 Dosen FITK UNSIQ Wonosobo Jawa Tengah

Page 59: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

This research is a field with a phenomenological approach in MI Nurus Nurus Dadung.MI Salam Salam is Madrasah built cottage Gontor daughter, also a Madrasah management staff management staff and faculty from Pondok Gontor daughter, though MI Nurus Salam is not a branch of Pondok Gontor. With a background MI MI which is built and the entire staff is also teaching staff at Pondok Gontor daughter, so that the values contained in the five spirit and motto Pondok Pondok participate coloring pattern of character education in MI Nurus Salam. The results showed character values that ditamanamkan MI Nurus Salam through Character Education is a values reduced from five Pondok Modern Gontor soul is the soul of sincerity, simplicity of life, self-sufficient spirit, soul-Islamic brotherhood, and the spirit of freedom. As well as the reduced values of Motto Pondok Modern Gontor namely: virtuous, able-bodied, knowledgeable and independent-minded. Character Education held in MI Nurus Salam is an approach that accompanies the curriculum in use at MI Nurus Salam. Character Education in MI Nurus Salam essentially enter into hidden or hidden curriculum vitae. Implementation of value investment character education is available from both routine activities Madrasah intrakuriluler activities and the activities of ekstrakulrikuler. The results of this study can be used as valuable information for practitioners of education, both researched and government agencies in an effort to improve the quality of education, especially quality education Government Elementary School. Also this study can be used as a new reference in the application of learning in Character Education in Islamic elementary schools to achieve the goal of complete National Education in developing abilities and shape the character of the nation.

Keywords: character education, madrasah

A. Latar Belakang Masalah

Page 60: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan sumber daya manusia yang bermutu maka diharapkan dapat mendukung lajunya perkembangan pembangunan bangsa dan negara.Menjadi negara yang maju tentu menjadi dambaan bagi setiap negara. Fungsi pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3155, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan isi dari UU tentang Sisdiknas, jelas kiranya bahwa pendidikan nasional diselenggarakan untuk mencapai tujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Tidak hanya sekedar mengembangkan kemampuan penguasaan pengetahuan dan kemampuan teknis, namun juga membentuk karakter seperti kemampuan mengelola diri, mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Namun apa yang terlihat pada dunia pendidikan kita saat ini, sungguh sebuah keprihatinan yang mengiris hati sanubari bagi orang-orang yang merindukan keluhuran moralitas, akhlak dan harga diri yang bernilai bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Tidak hanya tawuran antar sekolah, bahkan beredar video perkelahian antar siswi yang saling jambak, seorang guru yang tega menganiaya siswanya, bahkan pelecehan seksual pun terjadi, kecurangan UN, menyontek, kasus bullying di dalam sekolah, nepotisme pada penerimaan siswa baru, dan berbagai persoalan lain yang terkait dengan dunia pendidikan.

Kegagalan pendidikan nasional kita adalah gagal menghasilkan kepribadian yang berkarakter.Namun kritik yang ada terhadap sistem pendidikan nasional sering hanya dititik beratkan pada minimnya anggaran pendidikan dari pemerintah.

Hal ini disebabkan pemahaman “runtuhnya pendidikan” hanya terletak pada menterengnya gedung dan kelengkapan fasilitas sekolah, bukan pada perilaku dan sikap siswa, pendidik, para pemegang kekuasaan, dan seluruh bangsa ini yang sudah melenceng dari nilai-nilai kemanusiaan.

Indonesia mengalami kemerosotan moral dan degradasi mental. Upaya memperbaiki kualitas pendidikan nasional paling vital bukan terletak pada memperbaiki sarana dan fasilitas, melainkan perbaikan internal sekolah. Proses pembelajaran menjadi poin utama untuk menghasilkan siswa yang berkualitas dan bermanfaat bagi perkembangan bangsa. Seiring pro dan kontra atas diselenggarakannya Ujian Nasional saat ini menjadi bukti bahwa pendidikan nasional kita masih cenderung mengutamakan pembentukan kecerdasan berpikir, dan masih mengabaikan pada kecerdasan rasa, kecerdasan budi, dan kecerdasan batin.

Untuk menuju Indonesia yang maju, bangsa ini membutuhkan generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara kognitif melainkan juga harus memiliki militansi yang kuat, mental yang tangguh, berwatak mandiri, disiplin tinggi, bertanggung jawab, dan berbudi pekerti yang luhur. Untuk itu, upaya perbaikan pendidikan pada proses pembelajaran menjadi sangat penting. Karena untuk mencetak generasi yang memiliki karakteristik tersebut bukan dipengaruhi oleh kelengkapan fasilitas, melainkan

155 Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia 2003, Undang-Undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem Penidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas

Page 61: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

pembentukannya melalui proses pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan kognitif siswa, melainkan juga meliputi pembinaan kepribadian pada siswa sehingga siswa memiliki karakter yang kuat.

Dalam membina kepribadian siswa dibutuhkan suatu bentuk pendidikan yang memiliki misi membentuk kepribadian anak didik. Yang saat ini telah banyak pakar pendidikan rumuskan adalah mengenai pendidikan karakter, sebagian merumuskan konsep-konsep pendidikan karakter, dan sebagian telah melangkah jauh dalam mempraktekannya. Seperti BPK PENABUR Jakarta sejak tahun1996 telah memberikan program pendidikan karakter kepada siswanya secara khusus, saat itu program tersebut bernama Program Pembinaan Kepribadian kemudian berubah menjadi Program Bina Pribadi, lalu Character Building, dan terakhir bernama Character Formation.156 Seperti juga sekolah-sekolah binaan Indonesia Heritage Fondation (IHF) yang didirikan oleh Dr. Ratna Megawangi telah melaksanakan model pembelajaran dengan “Pendidikan Holistik Berbasis Karakter” dari tingkat TK, SD, dan SMP.157 Bahkan pendidikan karakter juga telah mendapatkan perhatian dari pemerintah, hal ini terwujud pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2010 lalu menitikberatkan atau mengambil tema pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa.158Pendidikan karakter pada dasarnya berorientasi pada pembentukan peserta didik yang bermartabat dan berbudaya luhur.Setiap karakter yang dimiliki oleh semua orang dapat berubah, dan untuk mengubah karakter diperlukan pendidikan.159

Pendidikan di Indonesia secara historis mengalami pasang surut dan perubahan (transformasi), baik mengenai kelembagaan, system pendidikan, maupun operasionalisasinya.Pendidikan Islam sendiri dilihat dari kelembagaannya, mula-mula berupa pesantren (Jawa), atau dayah/rangkang (Aceh), atau surau (Minangkabau).160 Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak Islam masuk ke Indonesia, sejak pembawa ajaran Islam menyampaikan atau mendakwakan ajaran agama Islam yang mana didalamnya telah tercakup pendidikan Islam dalam pengertian umum, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.161 Madrasah sendiri dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia tergolong fenomena modern, yang dimulai sekitar abad 20 M, kehadiran madrasah merupakan bentuk usaha modernisasi lembaga pendidikan Islam.162

Madrasah merupakan kelembagaan pendidikan Islam di Indonesia dengan mengadopsi system lembaga pendidikan modern dengan tetap mempertahankan kandungan kurikulum Islam.Istilah “madrasah” juga diadopsi oleh umat Islam di Indonesia dari Timur Tengah. Di Timur Tengah, madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional, seperti suarau, dayah, atau pesantren yang tidak mengenal system klasikal dan penjenjangan. Akan tetapi, kehadiran madrasah di Indonesia menunjukkan fenomena modern dalam system pendidikan Islam di

156 Djudjun Djaenudin Supriadi, Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

Jakarta, http://www.bpkpenabur.or.id/files/08_0.pdf, diakses 22 oktober 2016 157 Antara News, Pemerhati: Pendidikan Karakter Solusi Pendidikan Moral Efektif,

http://www.antaranews.com/berita/1282140036/pemerhati-pendidikan-karakter-solusi-pendidikan-moral-efektif, diakses pada hari Minggu tanggal 17 Oktober 2016

158Riz Raharyan, Pendidikan Indonesia; Pentingnya Pendidikan.http://coratcoret-kehidupan.blogspot.com/2010/05/pendidikan-indonesia-part-1-pentingnya.html, diakses pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2016

159 Maksudin, Pendidikan Islam Alternatif: Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding School, (Yogyakarta: UNY Press, 2010), hal. 30

160 Djumhur, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu, 1976), hal. 10 161 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1979), hal. 10 162 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, penerjemah: Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 2000),

hal. 53

Page 62: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Indonesia.163Adapun system penyelenggaraan, penjenjangan, dan kurikulum pengetahuan agama dan umum pada madrasah-madrasah negeri disamakan dengan sekolah-sekolah umum yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, madrasah dituntut tidak hanya mampu memperbaiki mutu pendidikan umum sehingga setaraf dengan standar yang berlaku di sekolah-sekolah umum, tetapi juga harus menjaga mutu pendidikan agama sebagai ciri khas madrasah.

Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama, pada SKB 3 Menteri yang berusaha mensejajarkan kualitas madrasah dengan non madrasah, dengan porsi kurikulum 70% umum dan 30% agama. Pada periode Menteri Agama RI Munawar Sadzali menawarkan konsep Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), dan diperiode Menteri Agama RI Tarmizi Taher menawarkan konsep Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam, dan sedang berjalan hingga sekarang.164Seperti yang diungkapkan Muhaimin bahwa untuk melihat perbedaan Madrasah dengan sekolah umum jangan terjebak pada perbedaan simbolik saja seperti siswa Madrasah menggunakan seragam berjilbab dan siswa dari sekolah umum berseragam tidak berjilbab. Namun untuk melihat ciri khas Madrasah harus lebih dalam lagi: (1) mata pelajaran keagamaan dari Pendidikan Agama Islam dijabarkan menjadi al-Qur’an-hadits, Aqidah-Akhlak, Fiqih, SKI, dan Bahasa Arab, (2) suasana keagamaannya, berupa suasana kehidupan Madrasah yang agamis dalam penyajian bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang memungkinkan, dan kualifikasi guru yang harus beragama Islam dan berakhlak mulia, disamping memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar berdasar ketentuan yang berlaku.165

Dengan demikian sesungguhnya Madrasah memiliki kelebihan yang khas dibanding sekolah-sekolah umum. Madrasah dengan ke-khasan-nya dirancang untuk membantu, membimbing, melatih peserta didik menjadi manusia muslim yang berkualitas agar mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup yang berperspektif Islami. Dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai pendidikan tingkat dasar memegang peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian dasar bagi peserta didik, baik yang bersifat internal (mempersepsi dirinya), eksternal (mempersepsi lingkungannya), dan suprainternal (mempersepsi sebagai ciptaan-Nya).

Oleh karena hal tersebut diatas, penulis akan memaparkan bagaimana pola

pendidikan karakter di Madrasah dan bagaimana internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah. Pemaparan dalam tulisan ini merupakan study kasus di Madrasah Ibtidaiyah Nurus Salam Dadung, Sambirejo, Mantingan, Ngawi. Yang mana MI Nurus Salam ini merupakan Madrasah binaan yang berada dibawah bimbingan Pondok Modern Gontor Putri secara langsung.

B. Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah di atas, maka disusun rumusan masalah sebagai

berikut: 1. Nilai-nilai Karakter apa sajakah yang ditanamkan pada siswa MI Nurus Salam

Dadung, Sambirejo, Mantingan, Ngawi? 2. Bagaimanakah internalisasi Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran di

Madrasah Ibtidaiyah Nurus Salam Dadung, Sambirejo, Mantingan, Ngawi?

C. KAJIAN TEORI

163 Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 192 164 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 175 165Muhaimin, Wacana Pengembangan…., hal. 178

Page 63: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

1. Konsep Pendidikan Karakter Situasi sosial, kultural masyarakat kita akhir-akhir ini memang semakin

mengkhawatirkan. Ada berbagai macam peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, tipisnya rasa solidaritas, dan sebagainya telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita. Sekolah telah lama dianggap sebagai sebuah lembaga sosial yang memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi siswanya.

Namun tampaknya, masih banyak sebagian orang yang melihat sekolah secara parsial, melihat mutu dari salah satu sisi semata yakni sisi akademis. Bertambah parah lagi bila hal ini juga ada dalam pikiran para pelaku pendidikan. Sementara data empiris menunjukkan bahwa mutu akademis akan mudah patah jika tidak dibarengi dengan karakter secara utuh. Dan saat banyak kasus bermunculan di kalangan masyarakat, khususnya penyimpangan moral yang bertolak belakang dengan fitrah manusia, tidak jarang sekolah menjadi kambing hitamnya.Sekolah dinilai gagal malaksanakan tugasnya sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas membangun intelektualitas dan moralitas anak bangsa.

Oleh sebab itu, sekolah harus mulai merekonstruksi ulang pola pendidikan

yang diterapkan.Karena jelas terbukti bahwa pendidikan yang berkualitas tidak cukup hanya mengedepankan kualitas akademik semata, namun pembentukkan moral dan pembangunan karakter bagi anak didik juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itulah, perlunya membangun kultur sekolah dengan landasan yang kokoh, yaitu dengan pendidikan karakter.

Keluaran institusi pendidikan seharusnya dapat menghasilkan orang “pandai” tetapi sekaligus juga orang “baik” dalam arti luas. Pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “pandai” tetapi “tidak baik”, sebaliknya juga pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “baik” tetapi “tidak pandai”. Pendidikan tidak cukup hanya untuk membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai luhur atau karakter. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai luhur harus dilakukan sejak dini.166

Pendidikan karakter pada dasarnya berorientasi pada pembentukan peserta didik yang bermartabat dan berbudaya luhur. Beberapa karakter yang orientasi pendidikannya pada pembentukan peserta didik yang bermartabat dan berbudaya luhur itu diantaranya berkenaan dengan sifat-sifat berikut ini: baik hati, terus terang, bernalar, ksatria, bersahabat, percaya diri, belas kasih, suka kerjasama, terampil, mandiri, berani, adil, bijaksana, santun, setia, berkepedulian, tunduk dan toleran.167

Sekolah telah lama dianggap sebagai sebuah lembaga sosial yang memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi siswanya. Pengembangan karakter di tingkat sekolah tidak dapat melalaikan dua tugas khas ini. Oleh karena itu, pendidikan karakter di dalam sekolah memiliki sifat bidereksional, yaitu pengembangan kemampuan intelektual dan kemampuan moral. Dua arah pengembangan ini diharapkan menjadi semacam idealism bagi para siswa agar mereka semakin mampu mengembangkan ketajaman intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter kuat.168

166 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter…, hal. 18 167 Maksudin, Pendidikan Islam Alternatif: Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding School,

(Yogyakarta: UNY Press, 2010), hal. 30 168 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter…, hal. 115

Page 64: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan karakter yang diterapkan dalam lembaga pendidikan kita bisa

menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Kita ingin menciptakan sebuah lingkungan hidup yang menghargai hidup manusia, menghargai keutuhan dan keunikan ciptaan, serta menghasilkan sosok pribadi yang memiliki kemampuan intelektual dan moral yang seimbang sehingga masyarakat akan menjadi semakin manusiawi.169

Manusia secara natural memang memiliki potensi di dalam dirinya untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan dirinya dan keterbatasan budayanya. Dilain pihak manusia juga tidak dapat abai terhadap lingkungan sekitar dirinya. Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak dinamis dialektis, berupa tanggapan individu atas impuls natural (fisik dan psikis), social, cultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa diri menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada di dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi. Semakin menjadi menusiawi berarti ia juga semakin menjadi makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya sehingga ia menjadi manusia yang bertanggung jawab. Untuk ini, ia perlu memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan penghargaan harkat dan martabat manusia yang tercermin dalam usaha dirinya untuk menjadi sempurna melalui kehadiran orang lain dalam ruang dan waktu yang menjadi ciri drama singularitas historis tiap individu.170

2. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Karakter Meskipun sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan prioritas nilai-

nilai bagi pendidikan karakter, pada akhirnya individu sendirilah yang mengolah nilai-nilai itu selaras dengan pengalaman pribadinya sebagai individu yang beriman dan memiliki kehendak baik untuk hidup bersama di dalam sebuah masyarakat yang plural. Dengan demikian, pendidikan karakter tetap memberikan tempat bagi kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai yang dianggapnya sebagi baik, luhur, dan layak diperjuangkan sebagi pedoman perilaku bagi kehidupan pribadi berhadapan dengan dirinya, sesama, dan Tuhan.171

Menentukan nilai-nilai yang relevan bagi pendidikan karakter tidak dapat dilepaskan dari situasi dan konteks historis masyarakat tempat pendidikan karakter itu diterapkan. Sebab, nilai-nilai tertentu mungkin pada masa tertentu lebih relevan dan dalam situasi lain, nilai lain akan lebih cocok. Oleh karena itu, kriteria penentuan nilai-nilai ini sangatlah dinamis, dalam arti, aplikasi praktisnya di dalam masyarakat yang akan mengalami perubahan terus-menerus, sedangkan jiwa dari nilai-nilai itu sendiri tetap sama.

Doni sependapat dengan gagasan Komensky, bahwa kepada anak didik semestinya diajarkan seluruh keutamaan tanpa mengecualikannya.Ini adalah prinsip dasar pendidikan karakter, sebab sekolah merupkan sebuah lembaga yang dapat manjaga kehidupan nilai-nilai sebuah masyarakat. Oleh karena itu, bukan sembarang cara bertindak, pola perilaku, yang diajarkan di dalam sekolah, melainkan nilai-nilai yang semakin membawa proses membudaya dan manusialah yang boleh masuk di dalam penanaman nilai di sekolah. Sikap-sikap anti demokrasi seperti pemaksaan kehendak, tirani mayoritas, penindasan terhadap manusia lain, dan lain-lain, tidak pernah boleh masuk dalam lembaga pendidikan sekolah.Untuk

169Ibid, hal. 116 170 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter…, hal. 134 171 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter…, hal. 207

Page 65: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

itu ada beberapa kriteria nilai yang bisa menjadi bagian dalam kerangka pendidikan karakter yang di laksanakan di sekolah. Nilai-nilai ini diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka, masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi kelembagaan pendidikan tempat setiap individu bekerja, nilai-nilai tersebut antara lain:172 1) Nilai Keutamaan Manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-

tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. 2) Nilai Keindahan Pengembangan nilai-nilai keindahan bukan hanya merupakan sebuah proses

berproduksi, dalam artian menghasilkan sebuah objek seni saja, namun juga pengembangan dimensi interioritas manusia sebagai insan yang memiliki kesadaran religiusitas yang kuat.

3) Nilai Kerja Menjadi manusia utama adalah menjadi manusia yang bekerja.Untuk itu butuh

kesabaran, ketekunan, dan jerih payah. Jika lembaga pendidikan kita tidak menanamkan nilai kerja ini, individu yang terlibat didalamnya tidak akan dapat mengembangkan karakter dengan baik. Budaya mencontek, tidak jujur, mencari bocoran soal, beli kunci jawaban ulangan dan lain-lain yang bertentangan dengan penghargaan atas nilai kerja ini.

4) Nilai Cinta Tanah Air Meskipun masyarakat kita menjadi semakin global, rasa cinta tanah air ini tetap

diperlukan, sebab tanah air adalah tempat berpijak bagi individu secara cultural dan historis. Pendidikan Karakter yang menanamkan nilai-nilai patriotisme secara mendalam tetaplah relevan, mengingat ikatan batin seseorang senantiasa terpaku pada tanah tumpah kelahirannya dan ibu pertiwi yang membesarkannya.

5) Nilai Demokrasi Kehidupan social menjadi lebih baik dan beradab ketika terdapat kebebasan untuk

berpikir dan menyampaikan pendapat. Dua hal inilah yang menimbulkan sikap kritis.Sikap kritis menjaga dinamika masyarakat agar tetap stabil dan terarah dalam menggapai cita-citanya.

6) Nilai Kesatuan Dalam konteks berbangsa dan bernegara, terutama di Indonesia nilai kesatuan ini

amat penting. Mengingat begitu pluralnya masyarakat Indonesia, untuk itu nilai kesatuan menjadi dasar pendirian bagi negara Indonesia.

7) Menghidupi Nilai Moral Jiwa adalah yang menentukan apakah seseorang itu sebagai individu merupakan

pribadi yang baik atau tidak. Maka nilai-nilai moral sangat vital bagi sebuah pendidikan karakter. Tanpa menghormati nilai-nilai moral ini, pendidikan karakter akan bersifat superficial.

8) Nilai-nilai Kemanusiaan Menghayati nilai-nilai kemanusiaan mengandaikan sikap keterbukaan terhadap

kebudayaan lain, termasuk disini kultur agama dan keyakinan yang berbeda. Yang menjadi nilai bukanlah kepentingan kelompokku sendiri, melainkan kepentingan setiap orang, seperti keadilan, persamaan di depan hukum, kebebasan dan lain-lain.

172Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter…., hal. 208

Page 66: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

3. Metode Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter di sekolah banyak berkaitan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh mesti juga menentukan metode yang akan dipakainya, sehingga tujuan pendidikan karakter akan semakin terarah dan efektif. Metode yang disampaikan oleh Doni Koesoema terdapat lima unsur yang dapat dipertimbangkan bagi sebuah proyek pendidikan karakter di sekolah, berikut metodologi tersebut:173

1) Mengajarkan Mengajarkan nilai-nilai merupakan unsur penting dalam pendidikan karakter,

karena dengan mengajarkan anak didik akan memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan kerakter pribadinya.

2) Keteladanan Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Kata-kata memang dapat

menggerakkan orang, namun teladan itulah yang menarik hati. Untuk itu, pendidikan karakter sesungguhnya lebih merpakan tuntutan terutama bagi kalangan pendidik sendiri.

3) Menentukan Prioritas Lembaga pendidikan haruslah memiliki prioritas dan tuntutan dasar atas karakter

yang ingin diterapkan di lingkungan mereka. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi visi lembaga pendidikan.

4) Praksis Prioritas Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti

dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut. Berkaitan dengan tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja pendidikannya, lembaga pendidikan mesti mampu membuat verivikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur yang ada di dalam lembaga pendidikan itu sendiri.

5) Refleksi Karakter yang ingin dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam

program dan kebijakan senantiasa dievaluasi dan direfleksikan secara berkesinambungan dan kritis. Tanpa ada usaha untuk melihat kembali sejauh mana proses pendidikan karakter ini direfleksi, dievaluasi, maka tidak akan pernah terdapat kemajuan.

D. PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum MI Nurus Salam Dadung

MI Nurus Salam terletak di desa Dadung, kelurahan Sambirejo, kecamatan Mantingan, kabupaten Ngawi, propinsi Jawa Timur.MI Nurus Salam menempati lahan seluas 620 m2, dengan status tanah milik yayasan merupakan tanah wakaf. Berada dalam satu lahan dengan masjid An-Nur, tepat berada di kiri jalan dari arah Solo jalur utama jalan raya Solo-Surabaya. Sehingga MI Nurus Salam ini mudah dijangkau baik

173 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter…, hal. 212

Page 67: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

menggunakan transportasi angkutan umum seperti bus maupun dengan kendaraan pribadi karena letaknya yang sangat strategis.

Visi yang diemban oleh MI Nurus Salam adalah mempersiapkan generasi Islam yang berbudi dan berprestasi. Sedang misi yang dibawa MI Nururs Salam dalam memainkan peranannya dalam dunia pendidikan adalah:174

1. Membentuk generasi yang unggul dalam rangka menuju khoirul ummah. 2. Mendidik dan mengembangkan generasi yang sehat jasmani dan rohani. 3. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju

keseimbangan antara fikir dan dzikir dalam rangka keislaman dan keilmuan. 4. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian indonesia yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah swt. Dan MI Nurus Salam didirikan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Terbentuknya generasi yang unggul dalam terwujudnya khoirul ummah. 2. Terwujudnya generasi yang sehat jasmani dan rohani. 3. Tercpainya ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju

keseimbangan antara fikir dan dzikir dalam rangka keislaman dan keilmuan. 4. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian indonesia yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah swt.

Guru-guru di MI Nurus Salam merupakan Ustadz-ustadzah dari Pondok Gontor Putri, selain mengajar di Pondok Gontor Putri juga menjadi staff pengajar di MI Nurus Salam. Ustadz-ustadzah merupakan alumnus Pondok Gontor, dan MI Nurus Salam tidak merekrut guru dari luar alumni Pondok Gontor. Menurut penuturan Ustadz M. Ilyas, hal ini dikarenakan pihak pengelola mengharapkan agar jiwa Pondok Gontor turut mewarnai pola pendidikan di MI nurus Salam.Bila Ustadz-ustadzah kurang menguasai dalam suatu mata pelajaran tertentu, maka langkah yang diambil adalah mengirim Ustadz-ustadzah untuk mengikuti pelatihan atau mendatangkan tutor ahli bagi Ustadz-ustadzah. Sehingga Ustadz-ustadzah menjadi lebih ahli, hal ini selain dilakukan demi kelancaran pembelajaran juga merupakan pembelajaran dan pembekalan bagi Ustadz-ustadzah dalam menyelesaikan pengabdiannya di Pondok Gontor.

2. Nilai-Nilai Karakter di MI Nurus Salam Dadung

MI Nurus Salam didirikan dengan mengemban visi mempersiapkan generasi Islam yang berbudi dan berprestasi. Tidak hanya intelektualitas yang dikedepankan MI Nurus Salam dalam mendidik para siswanya akan tetapi juga mengedepankan pembentukan budi luhur pada para siswa. Nilai-nilai luhur dalam pembentukan karakter di MI Nurus Salam, terwujud dalam kegiatan rutin siswa, kurikulum, dan materi spesifik yang mengacu pada pembentukan karakter. Menurut Doni Koesoema175, nilai-nilai yang diambil dalam pendidikan karakter tergantung pada lembaga pendidikan masing-masing tidak baku pada patokan tertentu dapat disesuaikan dengan situasi lembaga pendidikan tertentu agar relevan. Ada delapan nilai karakter yang telah dipaparkan oleh Doni Koesoema, nilai-nilai karakter tersebut antara lain adalah; nilai keutamaan, nilai keindahan, nilai kerja, nilai cinta tanah air, nilai demokrasi, nilai kesatuan, nilai moral, dan nilai kemanusiaan.

MI Nurus Salam merupakan Madrasah binaan Pondok Gontor Putri, staf pengelola Madrasah pun merupakan staf pengelola dan pengajar dari Pondok Gontor Putri, sekalipun MI Nurus Salam bukan merupakan cabang dari Pondok Gontor. Dengan latar belakang MI yang merupakan MI binaan dan seluruh stafnya

174 Dokumentasi Visi Misi MI Nurus Salam Dadung, Sambirejo, Mantingan, Ngawi 175 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter…, hal. 208

Page 68: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

merupakan staf pengajar pula di Pondok Gontor Putri, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam panca jiwa Pondok dan motto Pondok turut serta mewarnai pola pendidikan karakter yang ada di MI Nurus Salam.

Nilai-nilai kerakter di MI Nurus Salam Dadung sebagai berikut: 1. Jiwa keikhlasan

Jiwa keikhlasan didefinisikan oleh pendiri Gontor sebagai jiwa yang sepi ing pamrih (tidak didorong oleh keinginan-keinginan tertentu).Semata-mata karena dan untuk ibadah. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pondok Pesantren. Kyai ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam belajar, lurah pondok juga ikhlas dalam membantu (asistensi).Segala gerak-gerik dalam Pondok Pesantren maupun Madrasah yang dibina berjalan dalam suasana keihlasan yang mendalam. Dengan demikian terdapat suasana yang hidup yang harmonis, antara Kyai yang disegani, dan santri yang taat dan penuh cinta dan hormat.176

Dalam jiwa keikhlasan mengandung unsur nilai sifat ikhlas dan sifat tulus yang diwujudkan dengan tidak mengeluh, sedangkan dalam jiwa kesederhanaan mengandung unsur kekuatan atau ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Karena keikhlasan yang dimaksud bukan berarti pasif (nerimo) dan bukanlah artinya itu karena kemelaratan atau kemiskinan, tetapi dibalik kesederhanaan itu terpancar jiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundurdalam segala keadaan.177Sehingga nilai keutamaan dari aspek kekuatan fisik berupa kekuatan dan keuletan terbentuk melalui penanaman jiwa keikhlasan. Selin itu nilai kemurahan hati juga terbentuk melalui penanaman jiwa keikhlasan yang terkandung nilai ketulusan hati.

2. Jiwa kesederhanaan Kehidupan yang diliputi suasana kesederhanaan, tetapi

agung.Sederhana bukan berarti pasif (nrimo), dan bukanlah itu artinya untuk dan karena kemelaratan atau kemiskinan.Bukan, tetapi mengandung unsur-unsur kekuatan dan ketabahan hati dalam menghadapi segala kesulitan.178Maka dibalik kesederhanaan itu, terpancarlah kebesaran jiwa; berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan disinilah hidup tumbuhnya mental/karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi suksesnya bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan.

3. Jiwa berdikari Berdikari merupakan istilh pendek dari berdiri diatas kaki sendiri

atau sering disebur mandiri (kesanggupan menolong diri sendiri) Didikan

176https://walisantrigontor.wordpress.com/2012/05/04/definisi-dan-isi-panca-jiwa-pondok-

pesantren-by-kh-imam-zarkasi/4mei2012, diakses pada 22 oktober 2016 177 Buku Diktat “Pekan Perkenalan” Kuliyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyah Pondok Modern Darussalam

Gontor di kutip dari prasaran K.H. Imam Zarkasyi dalam Seminar Pondok Pesantren seluruh Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 4-7 Juli 1965, hal. 12 178ibid

Page 69: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

inilah merupakan senjata yang ampuh. Berdikari bukan saja dalam arti bahawa para santri selalu belajar dan berlatih mengurus kepentingannya sendiri. Tetapi Pondok dan Madrasah itu sendiri sebagai Lembaga Pendidikan tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasihan orang lain. Itulah self bedruiping system (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai).

4. Jiwa ukhuwah islamiyah Kehidupan di pondok dan Madrasah meliputi suasana persaudaraan

yang akrab, suasana persatuan dan gotong royong, sehingga segala kesenangan dirasakan bersama, dengan jalinan perasaan keagamaan, ukhuwah (persaudaraan) ini, bukan saja didalam pondok itu sendiri, tetapi juga dibawa sampai mereka keluar, bahkan sampai mempengaruhi pula ke arah persatuan ummat dalam masyarakat.

5. Jiwa kebebasan Jiwa bebas diartikan bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam

menentukan masa depannya, dalam memilih jalan hidup didalam masyarakat; dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan.Kebebasan itu bahkan sampai kepada bebas dari pengaruh asing/colonial (disinilah harus dicari sejarah Pondok Pesantren yang mengisolir dari kehidupan Barat yang dibawa oleh penjajah).

Nilai-nilai pendidikan karakter yang diimplementasikan di MI Nurus Salam Dadung juga merupakan nilai-nilai yang terkandung pada Motto Pondok Modern Gontor, yakni:

1. Berbudi tinggi Berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang ditanamkan oleh

Pondok ini kepada seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Realisasi penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.

2. Berbadan Sehat Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam

pendidikan di Pondok ini. Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui berbagai kegiatan olahraga, dan bahkan ada olahraga rutin yang wajib diikuti oleh seluruh santri sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

3. Berpengetahuan Luas Para siswa ini dididik melalui proses yang telah dirancang secara sistematik

untuk dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. Siswa tidak hanya diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka gudang pengetahuan. Kyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang itu tahu untuk apa ia belajar serta tahu prinsip untuk apa ia manambah ilmu.

4. Berpikiran Bebas Berpikiran bebas tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya (liberal).

Kebebasan di sini tidak boleh menghilangkan prinsip, teristimewa prinsip sebagai muslim mukmin. Justru kebebasan di sini merupakan lambang kematangan dan kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah diterangi petunjuk ilahi (hidayatullah). Motto ini ditanamkan di Pondok Gontor sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas. Bila di Marasah sendiri untuk Motto

Page 70: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

ini iimplementasikan dengn cara siswa dilatih untuk dapat secara bebas dan santun dalam mengungkapkan pendapat, argument, dan kesulitan belaj

3. Internalisasi Pendidikan Karakter di MI Nurus Salam

a. Mengajarkan

Dalam internalisasi nilai-nilai karakter yang di ilhami dari Panca jiwa dan Motto Pondok Modern Gontor menyatu dengan kurikulum, dan kegiatan pembelajaran.Pendidikan Karakter di MI Nurus Salam pada hakikatnya masuk ke dalam hidden curriculum/kurikulum tersembunyi. Yang dimaksud dengan kurikulum tersembunyi adalah kurikulum yang menyertai kurikulum verbal atau kurikulum tertulis pada umumnya.Jadi, Pendidikan Karakter yang dilaksanakan di MI Nurus Salam merupakan sebuah pendekatan yang menyertai kurikulum yang di gunakan di MI Nurus Salam.Pada setiap bidang studi maupun dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler didalamnya terkandung nilai-nilai karakter (inheren).

Pendidikan karakter di MI Nururs Salam menyatu (inheren) dengan kurikulum yang digunakan. Merupakan pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan kurikulum yang ada, melalui muatan mata pelajaran baik dalam pelajaran umum maupun pelajaran muatan lokal, juga dalam kegiatan rutin Madrasah yang sarat dengan penanaman nilai-nilai karakter, serta terdapat dalam materi pelajaran spesifik yang materinya mengacu pada pembentukan adab peserta didik.

Khususnya pada mata pelajaran Mahfudzot tidak semua Madrasah memuat mata pelajaran ini. Mata pelajaran Mahfudzot merupakan mata pelajaran muatan lokal untuk semua siswa MI Nurus Salam mulai dari kelas 1-kelas 6.Isi materi direduksi dari materi Mahfudzot di Pondok Modern Gontor. Mahfudzot merupakan materi pelajaran yang berisi tentang kata-kata bijak yang didalamnya terkandung banyak pelajaran yang bermakna.Isi materi menggunakan dua bahasa yakni dengan Bahasa Arab dan artinya dengan Bahasa Indonesia.Siswa menghafal kata-kata bijak tersebut dengan Bahasa Arab lengkap dengan artinya.

Dari kata-kata bijak tersebut, peserta didik diajarkan mengenai budi pekerti yang baik. Banyak pelajaran yang dapat diambil mengenai perbuatan dan adab terhadap orang lain/sesama. Pada tiap bait mahfudzat terkandung nilai-nilai keutamaan dalam pembentukan sikap berbudi tinggi. Nilai-nilai yang terkandung dalam tiap maknanya sangat dekat dengan sisi kehidupan, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman atau pondasi dalam bertingkah laku. Dengan demikian terbentuk dalam diri siswa jiwa yang kuat dan teguh dalam berpendirian.

Pelajaran Tafsir merupakan pelajaran muatan lokal untuk kelas 4-kelas 6 MI Nurus Salam. Materi pada mata pelajaran Tafsir ini juga direduksi dari mata pelajaran Tafsir di KMI Pondok Modern Gontor. Yakni materi Tafsir bagi santri kelas 1 KMI, dan di MI Nurus Salam ditempuh untuk 3 tahun jenjang kelas yakni kelas 4, 5, dan kelas 6. Ayat-ayat yang ditafsirkan juga masih berkaitan dengan pembentukan adab, dengan tafsir yang ringan disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.

Pelajaran Hadist ini merupakan pelajaran muatan lokal juga di MI Nurus Salam untuk kelas 4-kelas 6. Isi dari materi dari mata pelajaran hadist ini juga direduksi dari materi pelajaran Hadist di Pondok Modern Gontor.Hadist-hadist yang diajarkan sebagai materi pembelajaran di MI Nurus Salam ini merupakan hadist-hadist yang berhubungan dengan adab, sehingga isinya sarat dengan nilai-nilai akhlak islami.

Page 71: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dalam pengajarannya masih sederhana sebatas konten dari hadist tersebut, belum menyangkut mengenai periwayat hadist dan lain sebagainya.

Metode-metode yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai karakter sebagai

berikut alam pembelajaran: 1. Metode pembelajaran AMBAK

Metode pembelajaran “AMBAK” (apa manfaat bagiku).Untuk mencapai pembelajaran bermakna, banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru.Mulai dari apersepsi, motivasi, menumbuhkan minat anak didik, sampai melibatkan anak didik dalam pembelajaran, dan banyak hal lainnya. Dan salah satu yang dilakukan adalah melakukan apersepsi dengan motivasi “AMBAK” guna menumbuhkan minat anak didik. AMBAK adalah akronim dari ‘apa manfaat bagiku’, menurut Hernowo AMBAK yang sangat jelas dan spesifik akan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara hebat.179

2. Metode Literasi Metode pembelajaran lain yang digunakan adalah metode

pembelajaran literasi yang dilakukan pada mata pelajaran Mahfudzot di kelas 6. Najib Sulhan mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran literasi menggunakan pendekatan whole language, yaitu keyakinan bahwa anak belajar sesuatu dengan cara menyeluruh dan dengan menggunakan seluruh kemampuannya untuk belajar. Dalam pendekatan ini, yang terpenting adalah bahwa anak tidak diajarkan cara membaca, tetapi lebih diutamakan dapat memaknai (making meaning) suatu kata dalam kegiatan membaca yang sesungguhnya.180 Dalam pembelajaran mahfudzot tidak hanya diutamakan siswa menulis mahfudzot yang diberikan kemudian menghafalnya, akan tetapi memahami tiap kosa kata sehingga tersusun makna yang utuh. Pemahaman mengenai isi dari suatu mahfudzot lebih diutamakan dari pada sekedar hafalan (making meaning), sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning).

3. Metode pembelajaran Quantum Learning Metode pembelajaran selanjutnya yang digunakan adalah metode

pembelajaran Quantum yakni dengan menciptakan suasana dan kondisi pembelajaran yang fun (menyenangkan). Bobbi De Porter mengungkapkan bahwa learning is most effective when it’s fun.Salah satu hal yang dilakukan dalam pembelajaran Quantum di MI Nurus Salam diantaranya adalah kelas bentuk kelompok, meja tertata dalam kelompok-kelompok dengan berbagai bentuk. Hal tersebut dilakukan terutama pada masa kelas 1, 2, dan 3 merupakan masa transisi dari pra-sekolah sehingga perlu mendapat sentuhan yang halus dan tepat agar dapat terhindar dari kejenuhan dan rasa takut pada diri siswa.

4. Metode Pembelajaran Kolaboratif

179Hernowo, Menjadi Guru Yang Mau Dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan, (Bandung: MLC,

2007), hal. 46 180 Najib Sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter: Sinergi Antara Sekolah dan Rumah Dalam Membentuk

Karakter Anak, (Surabaya: PT. JePe Press Media Utama, 2010), hal.137

Page 72: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Juga diterapkan metode pembelajaran kolaboratif (collaborative learning), yaitu suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam metode pembelajaran kolaboratif ini siswa dimungkinkan untuk saling kooperatif, anak dapat saling berkolaborasi dan bekerjasama dengan teman yang lain.

2. Keteladanan Baik Kepala Madrasah, Ustadz-Ustadzah, serta seluruh staf pengelola

dituntut untuk selalu mamberikan teladan yang baik bagi siswa-siswi. Seperti manjaga lisan, menjaga perbuatan baik, jujur, disiplin, selalu tepat waktu, amanah dalam mengemban tugas bahkan ikhlas. Ya, keikhlasan merupakn nilai yang paling utama, karena seluruh staf pengelola baik Kepala Madrasah maupun Ustadz-Ustadzah tidak menapat bayaran sepeserpun, lillahita’ala mereka mengabdi kepada almamaternya Gontor.

3. Pembiasan Dalam membentuk kebiasaan baik pada siswa MI Nurus Salam

mengutamakan keseimbangan pada dimensi interioritas manusia antara nilai estetis dan religiusitas, di MI Nurus Salam tertanam salah satunya melalui pembiasaan melaksanakan ibadah sholat dhuha dan ibadah sholat dhuhur secara berjamaah. Melalui pembiasaan melaksanakan ibadah sholat dhuha dan ibadah sholat dhuhur secara berjamaah, nilai estetis terbentuk melalui menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat dalam beribadah. Nilai religiusitas tertanam melalui ketaatan dalam beribadah kepada Allah swt dengan menjalankan ibadah tepat waktu.

Selain penanaman melalui pembiasaan tersebut, keseimbangan nilai estetis dan nilai religiusitas tertanam melalui kata-kata bijak yang ditanamkan seperti “An-nadhofatu minal iman”, bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Siswa diajarakan untuk selalu menjaga kebersihan, karena di dalam kebersihan menggambarkan keimanan seseorang.kata bijak tersebut diukir dengan rapi menggunakan bahan stereofoam dan di pajang di dinding Madrasah. atau kata bijak lain seperti ”Innallaha jamilun wa yuhibbul jamal” untuk menghidupkan rasa dalam diri siswa agar selalu menjaga kerapian dan kebersihan dalam segala hal.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengembangan pendidikan karakter berbasis Madrasah di MI Nurus Salam Dadung dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama: MI Nurus Salam Dadung memiliki ciri khas Pendidikan Karakter adalah nilai-nilai yang direduksi dari panca jiwa Pondok Modern Gontor yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah islamiyah, dan jiwa kebebasan. Serta nilai-nilai yang direduksi dari Motto Pondok Modern Gontor yakni: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas.

Kedua: Pendidikan Karakter yang dilaksanakan di MI Nurus Salam merupakan sebuah pendekatan yang menyertai kurikulum yang di gunakan di MI Nurus Salam. Pendidikan Karakter di MI Nurus Salam pada hakikatnya masuk ke dalam hidden curriculum/kurikulum tersembunyi.Implementasi penanaman nilai-nilai pendidikan karakter terdapat pada berbagai kegiatan rutin Madrasah baik kegiatan intrakuriluler maupun kegiatan ekstrakulrikuler.

Ketiga: metode yang digunakan dalam menginternalisasi nilai-nilai kerakter melalui beberapa metode yaitu: (1) mengajarkan, (2) keteladanan, dan (3) pembiasaan.

Page 73: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Page 74: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DAFTAR PUSTAKA Antara News, Pemerhati: Pendidikan Karakter Solusi Pendidikan Moral Efektif,

http://www.antaranews.com/berita/1282140036/pemerhati-pendidikan-karakter-solusi-pendidikan-moral-efektif, diakses pada hari Minggu tanggal 17 Oktober 2016

Buku Diktat 1965. “Pekan Perkenalan” Kuliyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyah Pondok Modern Darussalam Gontor di kutip dari prasaran K.H. Imam Zarkasyi dalam Seminar Pondok Pesantren seluruh Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 4-7 Juli.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia 2003, Undang-Undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem Penidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas

Djudjun Djaenudin Supriadi, Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR Jakarta, http://www.bpkpenabur.or.id/files/08_0.pdf, diakses 22 oktober 2016 Djumhur, 1976.Sejarah Pendidikan, Bandung: CV Ilmu.

Fazlur Rahman, 2000. Islam dan Modernitas, penerjemah: Ahsin Mohammad, Bandung: Pustaka. Hanun Asrahah, 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos.

Hernowo,2007. Menjadi Guru Yang Mau Dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan, Bandung: MLC.

https://walisantrigontor.wordpress.com/2012/05/04/definisi-dan-isi-panca-jiwa-pondok-pesantren-by-kh-imam-zarkasi/4mei2012, diakses pada 22 oktober 2016 Mahmud Yunus, 1979Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara. Maksudin, 2010.Pendidikan Islam Alternatif: Membangun Karakter Melalui Sistem

Boarding School, Yogyakarta: UNY Press. Muhaimin, 2003.Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar. Najib Sulhan, 2010. Pendidikan Berbasis Karakter: Sinergi Antara Sekolah dan Rumah

Dalam Membentuk Karakter Anak, Surabaya: PT. JePe Press Media Utama. Riz Raharyan, Pendidikan Indonesia; Pentingnya Pendidikan.http://coratcoret-

kehidupan.blogspot.com/2010/05/pendidikan-indonesia-part-1-pentingnya.html, diakses pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2016

Page 75: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KARAKTER KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM TAFSIR AL-MISBAH

Salis Irvan Fuadi, M.Pd.I

Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UNSIQ

ABSTRAK

Paper ini mendiskusikan Karakter kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah buah karya M.Quraish Shihab. Paper ini bertujuan untuk mengetahui makna pemimpin dan kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah. Disamping itu, redaksi ayat dan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan karakter kepemimpinan akan dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan tafsiral-Misbah . Ditemukan Karakter kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah yaitu 1) pemimpin harus bertakwa kepada Allah SWT, 2) pemimpin harus mempunyai pengetahuan dan 3) pemimpin harus berlaku adil. Nilai edukasi dari kepemimpinan dalam Islam adalah memberi contoh atau teladan yang baik bagi yang dipimpinnya kelak.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Tafsir al-Misbah

ABSTRAK

This paper discusses the leadership character of Islam in Tafsir al-Misbah brainchild M.Quraish Shihab. This paper aims to determine the meaning of the leader and the Islamic leadership in the Tafsir al-Misbah. In addition, the editorial verses and words that are meaningful and relates to the character of the leadership will be collected and analyzed using Tafsir al-Misbah. Found Characters Islamic leadership in Tafsir al-Misbah, namely 1) the leader must fear Allah SWT, 2) the leader must have the knowledge and 3) the leader must be fair. Educational value of leadership in Islam is to give an example or a good example for the future leads.

Keywords: Leadership, Tafsir al-Misbah

Page 76: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan Islam adalah agama yang komprehensif, ia tidak hanya mengatur cara manusia

menyembah Tuhannya, tetapi juga mengatur segala sendi kehidupan. Mulai dari tata cara hidup bermasyarakat, menuntut ilmu, bahkan juga mengatur tata negara dan kepemimpinan.181Pemimpin dan kepemimpinan dalam Islam telah diatur dalam hukum Syari’at Islam.

Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para Shahabat dan Al-Khulafa' Al-Rasyidin. Pijakan kuat yang bersumber dari Al-qur'an dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia internasional.

Pemimpin dalam perspektif Al-Qur’an sebenarnya adalah pilihan Allah swt, bukan pilihan dan kesepakatan manusia sebagaimana yang dipahami dan dijadikan pijakan oleh umumnya umat Islam. Namun dalam perkembangannya, aplikasi kepemimpinan Islam saat ini terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat. Para tokohnya terlihat dengan mudah kehilangan kendali atas terjadinya siklus konflik yang terus terjadi. Harapan masyarakat akan munculnya seorang tokoh muslim yang mampu dan bisa diterima oleh semua lapisan dalam mewujudkan Negara yang terhormat, kuat dan sejahtera nampaknya masih harus melalui jalan yang panjang.

Tokoh pemimpin (imam) menjadi harapan dalam penciptaan masyarakat adil dan makmur sebagai salah satu tujuan terbentuknya Negara. Karena itu pergeseran dari harapan atau penyimpangan dari makna hakiki kepemimpinan dan sikap keteladanan, menjadi sumber pemuasan ambisi, akan mengakibatkan munculnya pemerintahan tirani.182 Keberhasilan seseorang dalam memimpin tidak saja ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat kepemimpinannya, tetapi yang paling penting adalah seberapa besar pengaruh baik yang dapat diberikan kepada orang lain.

Oleh karena itu, Islam memandang kepemimpinan memiliki posisi yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada Baldatun Thoyibatun Wa Robbun Ghofur, 183 yaitu masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam sehingga mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang merata dengan keadilan bagi seluruh masyarakatnya.

Banyak teori yang membahas tentang kepemimpinan, organsisasi dan manjemen. Oleh karena itu dalam paper ini akan dikerucutkan bagaimana kepemimpinan yang ideal dalam sebuah organisasi manjerial dalam konsepsi Islam. Pendekatan yang yang digunakan dengan menggunakan pendekatan Tafsir Al-Qur’an dan obyek kajian pustaka inti pada Tafsir al-Misbah.

Tafsir al-Misbah merupakan karya Prof. Dr. K.H. Muhammad Quraish Shihab.Tafsir ini ditulis pada saat Indonesia mengalami persoalan bangsa yang cukup kompleks. Pada masa penyusunannya pun diantaranya terjadinya tiga kali pergantian kepala Negara Republik Indonesia atau pergantian kepeimpinan tertinggi dalam tatanan pemerintahan.

Saat ini banyak pemimpin muslim, bahkan tidak sedikit yang menggunakan Islam sebagai identitas khasnya,tetapi hanya menjadi petualang politik yang kurang berakhlak islami. Tidak sedikit pemimpin kita yang tampil ke tengah-tengah masyarakat dengan slogan memperjuangkan Islam dan kaum muslimin, namun nyatanya bertindak korup dan memalukan umat Islam sendiri ditengah-tengah

181 Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah, (Bogor: Pustaka Al-kautsar, 2009), hal. IX. 182 Ernita Dewi, Menggagas Kriteria Pemimpin Ideal, cet 1, (Yogyakarya: AK Group, 2006), hal. 5. 183 Dijelaskan dalam (Q.S. Saba’[34]:15)

Page 77: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

public. Seperti contoh kasus korupsi yang baru baru ini menjerat Bupati Klaten Jawa Tengah yang banyak diberitakan dalam pemberitaan media masa.

Meskipun di Indonesia kaum muslimin merupakan mayoritas, namun sikap islami dalam kepemimpinan belumlah tampak dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat dengan mudah melihat tampilannya pemimpin muslimin yang tidak amanah, bahkan terseret dalam pola politik “menghalalkan segala cara”.184 Dengan demikian karakter seorang pemimpin harus menjadi salah satu yang menjadi keutamaan.

B. Kajian Literatur

Dalam bahasa Inggris, kepemimpinan disebut dengan leadership, sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah khalifah, imarah, zianah atau imamah. Secara etimologi pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapain tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.185

Secara terminology, terdapat beberpa definisi tentang kepemimpinan. Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang banyak dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian orang tersebut mempunyai wibawa kekeuasaan ataupun pengaruh (terjemah dari authority, power, influence).186

Para ahli manajemen biasanya mendefinisikan pemimpin menurut perspektif pribadi mereka, dan aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi mereka yang bersangkutan sehingga Stodgil membuat sebuah kesimpulan bahwa “there are almost as many definitions of leadership as there are persons who have attemptted to define the concept”.187

Beberapa ahli menjelaskan pengertian kepemimpinan, antara lain: 1. Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo dalam bukunya yang berjudul

Kepemimpinan dalam Pendidikan mengatakan: “kepemimpinan merupakan suatu fungsi dari pada interaksi manusia. Seseorang tidak dapat melaksanakan kepemimpinan seorang diri. Tindakan kepemimpinan harus mempengaruhi orang lain.”188

2. Imam Suprayogo juga mengatakan: “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi individu atau group untuk mencapai tujuan-tujuante rtentu dalam situasi yang telah ditetapkan.”189

3. Mochtar Effendy dalam bukunya Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam menyatakan: “kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendak atau gagasannya.”190

Batasan-batasan diatas mencermikan bahwa kepemimpinan berhubungan dengan seduah proses pengaruh social (Process of Influence) yaitu pengaruh yang sengaja dijalankan seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan dalam sebuah kelompok atau organisasi. Dengan demikian,

184 Mahdi Zainudin, Studi Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: al-Muhsin 2002), hal. 7. 185 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III Cet. II (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 874. John M. Echols dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, Cet. XXV (Jakarta: PT. Gramedia, 2003), hal. 351. 186 Budi Santoso, Politik Penguasa dan Siasat Pemuda, (Yogyakarta: Kanisius. 1984), hal. 5 187 Gary A. Yulk, Leaderhip in Organizations (Cliffs:Prentice-Hall, 1981), 2. 188 Wasty Soemanto dan Hedyat Soetopo, Kepemimpinan Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 25. 189 Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam, (Malang: STAIN Press, 1998), hal. 161. 190 Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bratara Karya Ilmiah, 1986), hal. 207

Page 78: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pimpinan dengan yang dipimpin.191 Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari komunikasi interaktif (interactif communication) antara pimpinan dan yang dipimpin. Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesimpulan pokok dari kepemimpinan adalah kemampuan memimpin seseorang yang diproyeksikan dalam bentuk kegiatan atau proses mempengaruhi, mengorganisir, menggerakkan, mengarahkan atau memotivasi orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kepemimpinan dalam Islam secara umum tidak jauh berbeda dengan metode kepemimpinan pada umumnya. Artinya bahwa dalam prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan dalam kepemimpinan Islam terdapat persamaan dengan kepemimpinan pada umumnya. Kepemimpinan Islam lebih tepat jika didasarkan pada sistem dan cara yang dipraktekan dalam memimpin. Secara hakikatnya kepemimpinan Islam adalah sebuah kepemimpinan yang menjalankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran agama Islam, terlepas apakah pelakunya seorang muslim atau tidak.192

Dengan demikian kepemimpinan Islam sangat erat hubungannya dengan sifat dan karakter seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal merupakan dambaan bagi setiap orang, sebab pemimpin itulah yang akan membawa maju-mundurnya suatu organisasi, lembaga, negara dan bangsa. Oleh karenanya, pemimpin mutlak dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan umat. Tidaklah mengherankan jika ada seorang pemimpin yang kurang mampu, kurang ideal misalnya cacat mental dan fisik, maka cenderung akan mengundang kontroversi, apakah tetap akan dipertahankan atau di non aktifkan.193

Imam Al-mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyah menyinggung mengenai hukum dan tujuan menegakkan kepemimpinan. beliau mengatakan bahwa menegakkan kepemimpinan dalam perspektif Islam adalah sebuah keharusan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa keberadaan pemimpin (imamah) sangat penting, artinya, antara lain karena imamah mempunyai dua tujuan: pertama: Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai pengganti misi kenabian untuk menjaga agama. Dan kedua: Wa sissati ad-Dunnya, untuk memimpin atau mengatur urusan dunia. Dengan kata lain bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman, keadilan, kemaslahatan, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, mengayomi rakyat, mengatur dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat194.

Dalam Al-Qur’an, kepemimpinan menurut perspektif Islam sering di istilahkan dengan beberapa kata, yaitu: imamah, khilafah, ulul amri, amir, wali, dan ra’in. Istilah tersebut yang kemudian dalam ayat Al-Qur’an akan dibedah menggunakan Tafsir Al-Misbah. Hanya saja penulis akan menitikberatkan untuk mengkaji karakter kepemimpinan atau pemimpin yang ideal menurut perspektif Islam dalam tafsir tersebut.

191 Kartini Kartono, Pimpinan dan Kepemimpinan. (Jakarta: Rajawali Pers. 1990), hal. 5 192 Mahdi Zainuddin, Studi…, hal. 15-16. 193 Ernita Dewi, Menggagas Kriteria Pemimpin Ideal, cet 1, (Yogyakarya: AK Group, 2006), hal. 14. 194 Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, (Bairut: Dar Al-Fikr, 1980), hal. 6.

Page 79: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

C. Metode Metode yang digunakan adalah metode analisis isi (content analysis),195 yaitu

menarik kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik pesan atau konsep yang terdapat dalam data atau informasi. Seperti dikemukakan Earl Babbie,196 analisis isi (content analysis) dapat diterapkan pada berita surat kabar, majalah, pidato, surat-surat, hukum dan konstitusi, bahkan platform partai politik. Dalam hal ini rujukan utama penulis untuk di analisis isinya adalah Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. K.H. Muhammad Quraish Shihab.

D. Hasil dan Diskusi

1. Karakter kepemimpinan Islam yang ideal dalam Tafsir al-Misbah

Terwujudnya kemaslahatan umat sebagai tujuan pendidikan Islam sangat tergantung pada gaya dan karakteristik kepemimpinan. Dengan demikian kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin mencakup semua karakteristik yang mampu membuat kepemimpinan dapat dirasakan manfaat oleh orang lain.

Dalam Tafsir al-Misbah, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut a) Pemimpin harus teguh memegang hukum Allah SWT

Senantiasa menggunakan hukum yang telah ditetapkan Allah, seperti yang Allah jelaskan dalam al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Ayat di atas merupakan perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri (ulama dan umara). Oleh karena Allah berfirman “Taatlah kepada Allah”, yakni ikutilah kitab-nya, “dan taatlah kepada Rasul”, yakni pegang teguhlah sunnahnya, “dan kepada Ulim Amri di antara kamu”, yakni terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan ketaatan kepada kemaksiatan terhadap-Nya. Kemudian apabila kamu berselisih tentang suatu hal maka kembalilah kepad al-Qur’an dan hadits.197

b) Pemimpin harus memiliki Pengetahuan

Seorang pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan, kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda kepemimpinan dan memikul tanggungjawab. Seorang pemimpin juga harus memiliki sifat fathonah, artinya memiliki kemampuan untuk menggunakan segenap potensi yang dimiliki untuk menghadapi dan menanggulangi persoalan yang mungkin muncul. Kecerdasan yang dimaksudkan

195 Alan D. Monroe, Essentials of Political Research (Oxford: Westview Press, 2000), 58; Bruce L. Berg, Qualitative Research Methods for the Social Sciences (Boston-London: Allyn and Bacon, 1995), 175; Earl Babbie, The Practice of Social Research (Westford: Wadsworth Publishing Company, 1998), 309; Royce A. Singleton, Jr dan Bruce C. Straits, Approaches to Social Research (New York-Oxford: Oxford University Press, 1999), 384. 196 Earl Babbie, The Practice of Social Research, 308; Royce A. Singleton, Jr dan Bruce C. Straits, Approaches to Social Research, 384. 197 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 2, Cet V, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), hal. 587-588.

Page 80: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

disini tidak hanya cerdas secara intelektual saja, tetapi secara emosional maupun spiritual

Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah An-Nisa’: 83 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun

ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”

Maksud ayat di atas adalah kalau mereka menyerahkan informasi tentang

keamanan atau ketakutan itu kepada Rasulullah Saw apabila bersama mereka, atau kepada pemimpin-pemimpin mereka yang beriman, niscaya akan diketahui hakikatnya oleh orang-orang yang mampu menganalisis hakikat itu dan menggalinya dari celah-celah informasi yang saling bertentangan dan tumpang tindih.198

c) Pemimpin harus adil.

Keadilan menjadi suatu keniscayaan dalam organisasi maupun masyarakat, dan pemimpin sudah sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sepihak dan tidak memihak. Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang adil, seperti firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 8 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam hal ini Quraish Shihab berpenapat bahwa dengan berbuat adil,

terutama bagi seorang pemimpin akan lebih mendekatkan kepada ketakwaan kepada Allah SWT.199

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Dawud AS, untuk menjadi khalifah, menjadi hakim di antara manusia, karena beliu mempuyai kekuasaan. Untuk itu manusia wajib mendengarkan dan mentaatinya. Kemudian Allah menjelaskan kepada Nabi Dawud kaidah-kaidah hukum untuk diajarkan kepada manusia.

Pertama, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan dalil artinya hukumilah manusia dengan seadil-adinya sebagaimana berdirinya langit dan bumi. Ini merupakan kaidah-kaidah hukum yang paling utama dan penting dalam penegakan hukum.

Kedua, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, artinya jangan condong dengan hawa nafsumu ketika memutuskan suatu perkara atau karena asanya kepentingan duninya ketika sedang menghukumi, maka sesunggunya mengikuti hawa hafsu akan lebih menjerumuskan keapi neraka sebagai mana berfirman: “Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah” artinya

198Ibid.,, hal. 642. 199 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 3, Cet V, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), hal. 50..

Page 81: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

sesungguhnya mengikuti hawa nafsu menjadi sebab terjerumus kepada kesesatan dan melenceng dari kebenaran yang haqiqi dan akibatnya adalah, kedhaliman, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an “Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” artinya sesungguhnya mereka yang melenceng dari jalan kebenaran dan keadilan, dan mereka akan mendapatkan siksa yang amat besar dan pedinya dihari kiamat nanti.200

Ayat ini mengisyaratkan bahwa, salah satu tugas dan kewajiban utama seorang khalifah (pemimpin) adalah menegakkan supremasi hukum secara adil (al haq). Artinya tidak membedakan golongan, dan juga seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawanafsu. Tugas kepemimpinan adalah tugas fisabilillah (jalan allah) dan karenanya mulia.

Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa yang adil. Maksud adil adalah lawan dari kata dzalim, sebagaimana yang tercantum dalam QS. An Nisa’ 4 ayat 58 yang artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”

Pada ayat ini, yang dimaksud dengan adil adalah masih umum. Bisa saja

pemimpin dari orang non muslim yang mempunyai sifat yang adil, sebagaimana yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab, ”Kita berhak berlaku adil dari pada sang kaisar.” Adil yang merupakan lawan dari fasiq, sebagimana yang tercantum dalam QS. Ath-Thalaq: 65 ayat 2 yang artinya: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.” Dalam ayat ini adil yang dimaksud adalah lebih khusus yang dimiliki oleh sosok seorang yang beriman.201

2. Nilai-Nilai Edukatif di Dalamnya

Rasulullah SAW, adalah teladan hidup atau pemimpin yang hebat bagi umat Islam bahkan umat selain agama Islam. Pasalnya, dalam diri Rasulullah Saw, terdapat keteladanan nyata yang dapat memancarkan cahaya hidayah. Menerangi kehidupan umat manusia menuju cahaya kebenaran dan kemenangan. Sungguh, pribadi Rasulullah sangat menggagumkan dan penuh pesona. Hal ini disebabkan karena keteladanan indah yang menghiasi hidupnya. Oleh karena itu kita harus mempelajari sejarah panjang kehidupan Rasulullah dan berusaha menemukan mutiara indah yang penuh pesona dari kepribadiannya. Yang terpenting lagi bagaimana kita mampu menerapkan nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kehidupan kita.

Jadi salah satu nilai inti dari kepemimpinan dalam Islam adalah memberi contoh atau teladan yang baik bagi yang dipimpinnya kelak. Baik itu dimulai dari keluarga, masyarakat bahkan dalam dunia pemerintahan.

200 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir Fli aqidah Wa syariah Wal Minha, Beirut: Darul Al-Fikri Al- Ma’sir, jus 23,

t.th, hal. 187

201 M. Din Syamsuddin,Usaha Pencarian Konsep Negara dalam Sejarah Politik Islam

dalam Asep Gunawan (ed) Artikulasi Islam Kultural, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 118.

Page 82: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

E. Kesimpulan

Pemimpin adalah orang yang mempunyai kelebihan dari orang-orang yanglain, seperti orang yang terkuat, terpandai, dan paling banyak makan asam garamnya.Sifat-sifat inilah yang diidentikkan melekat pada diri seorang manajer. Dalam proses menjalankan kepemimpinan, manajer diharapkan memiliki sifat dan karakteristik yang dijiwai oleh nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah saw. melalui sifat mulia Rasulullah saw.yang terdapat dalam sifat wajib Rasul.

Dalam tafsir al-Misbah karya M. Quriash Shihab, bahwa kepemimpinan Islam menitikberatkan pada esensi subatansial keislaman, walaupun hal tersebut tidak terbungkus dalam kemasan yang Islami, bahkan pelaku bukan Muslim sekalipun. Karakter kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Misbah yaitu 1) pemimpin harus bertakwa kepada Allah SWT, 2) pemimpin harus mempunyai pengetahuan dan 3) pemimpin harus berlaku adil.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, Beirut: Dar Al-Fikr, 1980. Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Bastoni, Hepi Andi, Sejarah Para Khalifah, Bogor: Pustaka Al-kautsar, 2009. Berg, Bruce L., Qualitative Research Methods for the Social Sciences, Boston-London: Allyn

and Bacon, 1995 Covey, S.R. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa aksara,1997.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III Cet. II Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Dewi Ernita, Menggagas Kriteria Pemimpin Ideal, cet 1,Yogyakarya: AK Group, 2006. Echols ,John M. dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, Cet. XXV Jakarta: PT.

Gramedia, 2003. Effendy, Mochtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Jakarta:

BrataraKarya Ilmiah, 1986. Hadfield, S dan Hasson, G. Bersikap Tegas dalam Segala Situasi. Jakarta: BIP Kelompok

Gramedia, 2013. Kartono, Kartini, Pimpinan dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Pers. 1990.. Maxwell, J.C. Time Out. Penyegaran Spiritual bagi para pemimpin. Mitra Media, 2003 Monroe , Alan D., Essentials of Political Research, Oxford: Westview Press, 2000.

Murdoko, E.W.H. The Leader in You. Jakarta: ElexMedia Komputindo, 2003. Santoso, Budi, Politik Penguasa dan Siasat Pemuda,Yogyakarta: Kanisius, 1984. Setiawan, I. Kitab Motivasi. Inspirasi dalam Meraih Sukses sejati. Jakarta: Nuansa Cendika,

2012. Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Jilid 2 (Memfungsikan Wahyu Dalam

Kehidupan), Tangerang: Lentera Hati, 2012. ____________, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 2, Cet V,

Jakarta: Lentera Hati, 2012. ____________, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 3, Cet V,

Jakarta: Lentera Hati, 2012.

Page 83: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

____________, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 5, Cet V, Jakarta: Lentera Hati, 2012.

____________, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 7, Cet V, Jakarta: Lentera Hati, 2012.

____________, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 8, Cet V, Jakarta: Lentera Hati, 2012.

____________, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Volume 13, Cet V, Jakarta: Lentera Hati, 2012.

____________,Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996.

Soemanto, Wasty dan Hedyat Soetopo,Kepemimpinan Dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Suprayogo, Imam, Reformasi Visi Pendidikan Islam, Malang: STAIN Press, 1998. Surakhmad, Winarno,Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsino, 1990.

Syamsuddin , M. Din,Usaha Pencarian Konsep Negara dalam Sejarah Politik Islam dalam Asep Gunawan (ed) Artikulasi Islam Kultural, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Tusriyanto, Kepemimpinan Spiritual Menurut M. Quraish Shihab, jurnal AKADEMIKA, Vol. 19, No. 01, Januari -Juni 2014

Yulk, Gary A., Leaderhip in Organizations, Cliffs: Prentice-Hall, 1981. Zainudin, Mahdi, Studi Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: al-Muhsin, 2002. Zuhaili, Wahbah, Tafsir Munir Fli aqidah Wa syariah Wal Minha, Beirut: Darul Al-Fikri Al-

Ma’sir, jus 23

Page 84: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MAMPUKAH INDONESIA MENJADI

THE CORE STATE OF ISLAMIC CIVILIZATION

Nur Farida, M.Pd.I

Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo

Abstrak

Indonesia adalah Negara yang terletak di benua Asia sebelah tenggara. Meskipun jauh dari negara asal agama Islam, namun penduduk yang menganut agama Islam di Indonesia sangatlah besar, yaitu sekitar 12,7 persen dari total Muslim dunia. Pada tahun 2010, penganut Islam di Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk. Perkembangan islam di Indonesia sangatlah pesat, itu semua berkat kegigihan para wali yang menyebarkan agama islam melalui berbagai cara seperti pendekatan budaya dan pendidikan. Model pendidikan dalakukan dengan cara mendirikan pondok pesantren, sehingga para murid bisa leluasa mendalami agama islam secara mendalam. Pendidikan pesantren merupakan salah satu modal strategis dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Keterkaitannya secara kontruktif dengan pendidikan formal menunjukkan vitalnya integrasi dua sistem pendidikan yang sangat tinggi. Sesuai dengan berjalannya waktu pesantren menjadi media belajar islam yang paling efektif sehingga banyak para ulama besar muncul dari pesantren. Peran pesantren tentu sangat membantu masyarakat dalam menimba ilmu agama secara lengkap. Indonesia memiliki ribuan pesantren yang terletak diberbagai penjuru daerah. Untuk itu sudah selayaknya umat islam Indonesia ini menjadi kekuatan besar besar umat islam dunia. Bahkan ada hadits nabi yang mengatakan bahwa peradaban islam akan bangkit kembali dari timur. Besar kemungkinan Timur yang dimaksud dalam hadist adalah Timur jauh (Asia Tenggara). Guru Besar Universitas Al Azhar Kairo, Prof. DR. Syeikh Abdul Hayyi Al-Farmawi, menegaskan bahwa kebangkitan Islam di masa depan akan dimulai di Indonesia. Perlu menjadi sebuah komitmen kita bersama bagi seluruh komponen bangsa untuk satu kata dan langkah untuk menjadi sebuah Negara Super Power.

Kata kunci: kebangkitan islam, peradaban islam, pondok pesantren, pendidikan pesantren

Abstract

Indonesia is a country located in Asia southeast. Although far from the country of origin of the religion of Islam, but the people who embraced Islam in Indonesia is enormous, which is about 12.7 per cent of the total Muslim world. In 2010, followers of Islam in Indonesia around 205 million people or 88.1 percent of the population. The development of Islam in Indonesia is very rapid, it's all thanks to the persistence of the saints who spread the religion of Islam through various means such as cultural and educational approaches. Model dalakukan education by establishing boarding schools, so that students can freely explore the religion of Islam in depth. Pesantren

Page 85: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

education is one of the strategic capital in the implementation of national education. Be constructive linkages with formal education shows the vital integration of the two systems of education is very high. In accordance with the passage of time studying Islam pesantren media most effectively so many great scholars emerged from boarding. The role of the public schools would be very helpful in studying religion in full. Indonesia has thousands of schools located in different parts of the region. It is only fitting for Indonesian Muslims have become a major force major world Muslims. There is even a prophet hadith which says that the Islamic civilization will rise again in the east. East likely intended in the Hadith is the Far East (East Asia). Professor of University of Al Azhar in Cairo, Prof. DR. Sheikh Abdul Al-Farmawi Hayyi, asserted that the rise of Islam in the future will begin in Indonesia. We need to be a shared commitment for all societies to one word and the steps to become a State Super Power.

Keywords: the rise of Islam, the Islamic civilization, boarding schools, pesantren

Page 86: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Pesantren merupkan institusi yang banyak dipuji orang, khususnya masyarakat muslim,

demikian juga dengan keberadaan Madrasah dan sekolah Islam di Indonesia. Namun

disaat yang sama sering pula mendapat kecaman dan dilabelkan sebagai institusi yang

banyak “menghambat” kemajuan Islam. Kontroversi mengenai pesantren seperti itu

secara tidak langsung telah menempatkan pesantren sebagai institusi yang cukup penting

untuk selalu diperhatikan. Pandangan positif akan menempatkan kontroversi tersebut

sebagai peluang untuk memperkuat peran pesantren.202(Hanun Asrohah, 1999, hal.95).

Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam dan penyangga utama syiar Islam

di Nusantara, kini tengah dihadapkan pada ujian berat. Pesantren dituduh telah mendidik

para santrinya untuk melakukan aksi radikal. Tentu saja, tuduhan buruk itu membuat

masyarakat muslim resah. Pada hal sebenarnya pondok pesantren pada umumnya

menganut paham moderat (ahl-Assunnah Wa-Aljama’ah), hanya sebagian kecil pondok

pesantern yang menganut paham radikal. Oleh sebab itu sebenarnya pondok pesantren

mempunyai posisi yang sangat strategis untuk menaggulangi paham radikal dalam

masyarakat.

Sejak era reformasi kita menyaksikan banyak muncul kelompok-kelompok keagamaan

yang dalam memperjuangkan aspirasinya menggunakan kekerasan bahkan, lebih keras

lagi melakukan teror dibeberapa tempat dengan meledakkan bom di tempat-tempat yang

ada hubungannya dengan Amerika yang dianggap musuh besar umat Islam dunia.

Kegiatan tersebut dimaknai dengan jihad melawan musuh-musuh Islam, dan mereka mati

dalam aksi tersebut dianggap sebagai mati syahid. Tumbuhnya berbagai gerakan radikal

tersebut mempunyai dampak terhadap kerukunan umat beragama.203

Sejalan dengan perkembangan global, Pendidikan Islam mengahadapi tantangan

manajerial yang cukup mendasar. Harapan dari berbagi pihak agar pendidikan diklola

dengan pola “industry Pendidikan” merupakan salah satu perkembangan yang muncul

dalam era kompetitif saat ini. Manajemen pendidikan tidak lagi bisa dianggap sebagai “

manajemen social” yang bebas dari keharusan pencapaian tarjet dan dikendalikan oleh

subyek yang berwawasan “sempit”, misalnya dengan pendekatan kekeluargaan seperti

penulis jumpai di sebagian pesantren di Indonesia

Pada awal abad ke-20 umat islam Indonesia mengalami beberapa perubahan dalam

bentuk kebangkitan, agama perubahan dan pencerahan. Di antaranya adalah dorongan

untuk mengusir penjajah. Meskipun ada dorongan kuat untuk melawan penjajah, akan

tetapi umat Islam sadar bahwa tidak mungkin melawan penjajah.

202 Hanun Asrofah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalimah 1999, hal.95 203 Nurhrison M. Nuh, Peranan Pesantren Dalam Mengembangkan Budaya Damai, Jakarta, Hal i

Page 87: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Faham Ahlussunnah wal-Jama’ah adalah buah paling penting peradaban Islam yang

berkembang muali abad ke 7 dan mencapai bentuk final formulasinya pada abad ke-7 dan

mencapai bentuk final formasinya pada abad ke 13. Formulasi faham sunni di negeri-

negeri Muslim pada umumnya disebut dengan istilah Ahlussunnah (tradisi sunni) yang

diartikan sebagai faham yang mengikuti pikiran-pikiran ulama ahli Fiqih (hukum Islam),

hadits, tafsir, tauhid (teologi Islam) dan tasawuf dengan memilih salah satu dari Imam

Empat pendiri madzhab yang dianggap pendapatnya paling baik. Empat pendiri madzhab

itu ialah: Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali.

Dengan proses seleksi yang sangat teliti para ulama Indonesia sampai dengan awal abad

21 mengikuti ajaran empat imam sebagaimana disebutkan di atas. Definisi faham

Ahlussunnah wal-Jama’ah di Indonesia juga lebih lengkap, yaitu:

1. Dalam bidang hokum Islam, manganut ajaran-ajaran salah satu madzhab empat.

Sebenarnya dalam Qaidah (rumusan dasar) hukum Islam, pengikut madzhab hanafi,

maliki, hanbali, dan bahkan aliran syi’ah bertumpu juga kepada kitab ar-Risalah Imam

Syafi’I perbedaan terletak pada sejumlah perumusan fatwa (hukum positif`). Mereka

mengikuti keputusan ulama kelompoknya. Para kyai selain taat kepada teori hukum

dalam ri-salah juga memilih tuntunan fatwa dalam al-Um (hukum positif) Imam Syafi’i.

2. Dalam bidang tauhid, menganut ajaran-ajaran Imam Abu Hassan Al-Asy”arid an Imam

Abu Mansur al-Maturidi.

3. Dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim Al-Junaid.

Penganut madzhab lain mengikuti pandangan tasawuf masing-masing pendiri madzhab,

mereka menolak praktik tarekat yang tidak melanggar aturan-aturan syari’ah.

Indonesia termasyhur sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar penduduk di dunia

dengan jumlah mencapai lebih dari 2014 juta pada tahun 2011 dan kecil sekali dari

mereka itu yang tidak menganut tradisi Sunni. Indonesia juga terkenal pandangan

keislamannya yang sangat homogeny. Para kyai sering mengungkapkan bahwa ajaran

Imam Syafi’I, Al-Asy’ari-Maturidi, dan Imam Junaid sangat cocok dengan watak bangsa

Indonesia karena mereka mengajarkan “tasawuh” (toleran), dan “tawazun” (menjaga

keseimbangan).

Tafsir dan aplikasinya dapat dilaksanakan selaras dengan perkembangan masyarakat

Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, pada setiap periode sejarah

bangsa Indonesia, Tradisi pesantren selalu dapat mengambil peran yang penting. Bagi

kyai, upaya menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk pikiran dan aspirasi yang

berkembang dalam masyarakat dari abad ke 13 sampai abad ke-13 sampai abad ke abad

ke 21 sangatlah mudah.

Faham ahlussunnah wal-Jamaah umat Islam Indonesia memasuki millennium ketiga saat

ini tetap kuat dan memiliki dinamika yang tinggi. Dalam kaitan ini, kesimpulan HAR

Gibb benar bahwa:

(There is) no great organization of human belief, thought, and will really

stands still over a period of six centuries. It is true that the external

formulation of the Muslim faith have shown little development during the

whole of these six centuries. Yet, in fact, the inner structure of Muslim

religious life was being profoundly readjusted and, as in other religious

communities in several different kind of activity.

Page 88: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pandangan Gibb tersebut sungguh benar bahwa, tidak ada satupun aliran-aliran

dalam filsafat dan agama yang betul betul mandeg dalam 6 abad . Memang betul bahwa

perumusan resmi faham para kyai sedikit sekali berubah dari abad ke 23 sampai akhir

abad ke 21. Namun demikian, dalam kenyaatan, struktur dasar kehidupan keagamaan

orang-orang Islam Indonesia telah mengalami perubahan yang mendalam, dan

sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat agama, proses perubahan itu telah

melahirkan suatu kekuatan ekspansi yang tersalur dalam berbagai bentuk aktivitas.

Demikian pula yang terjadi dengan pemikiran Islam para Kyai di Indonesia.

Semakin besarnya jumlah pengikut para kyai sejak masuknya Islam ke Indonesia sampai

dengan awal millennium ketiga ini adalah merupakan salah satu bukti bahwa para kyai di

Indonesia memiliki vitalitas. Suatu kekuatan social, cultural, dan keagamaan yang

mempunyai vitalitas tidak mungkin beku tanpa mengalami perubahan. Perubahan

pandangan “yang lamban” para kyai bukannya menghasilkan system yang statis, tetapi

suatu system dimana perubahan yang dilakukan terjadi secara pelan-pelan dan melalui

tahab yang tidak mudah diamati.204

BATU NISAN HAMZAH FANSURI

Untuk dapat mengetahui sejauh mana kualitas Islam serta lembaga pesantren pada

periode antara tahun 1200 dan 1650 sangat berkualitas dapat dijelaskan melalui suatu

rekontruksi sebagai berikut.

Pertama, Eropa pada abad ke 14 dan ke 15, bukanlah kawasan yang paling maju

di dunia. Bahkan kekuatan besar yang sedang berkembang di India dan Asia Tenggara

pada abad ke 15, 16 dan awal 17 adalah Islam. Sementara itu, catatan-catatan harian para

pengelana Portugis, Spanyol, Inggris dan belanda perlu dikritisi karena pada abad ke 16

dan ke 17 tersebut mereka sedang mabuk kemenangan menikmati keunggulan teknologi

persenjataan dan taktik-taktik peperangan mengalahkan kesulitan-kesulitan di Nusantara.

Kedua, Kualitas Islam dan kualitas lembaga pendidikan yang tinggi dimulai

pertengahan abad ke-10, tetapi tradisi menulis menulis di wilayah Indonesia masih sangat

lemah. Baru antara pertengahan abad ke-9 dan akhir abad ke 14, merupakan Bandar

metro politan yang menjadi awal terbangunnya pusat pendidikan Islam.

Ketiga, Proses terpilihnya Islam sebagai agama baru di Nusntara setelah rakyat

kecewa atas melemahnya Imperium Majapait setelah ditinggalkan oleh Patih Gadjah

Mada pada tahun 1356. Di samping itu, peralihan ke agama dan peradaban baru tidak

mungkin dapat dilakukan bila para penganjur agama Islam dan pemimpin-pemimpin

pendiri kesultanan di berbagai kota-kota pantai bukan pemikir-pemikir itu kini mulai

terungkap sebagai berikut:

Tim arkeologi Indonesia-Prancis selama lima tahun (1998-2003), telah melakukan

penggalian dan penelitian situs Barus di Sumatra Utara dan diketahui bahwa antara abad

ke-9 dan 14, Barus menjadi Bandar metropolitan.205

Dalam tiap-tiap masyarakat dikembangkan serentetan pola-pola budaya ideal

dan pola-pola itu cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan

kebudayaan. Pola-pola budaya yang ideal itu memuat seperti hal-hal yang oleh sebagian

204

4. Zamakhsyari Dhofier Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan

Indonesia, Jakarta 2011, hal.1-30

Page 89: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

besar dari suatu masyarakat. Diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukannya dalam

keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola ideal seperti itu sering disebut norma-norma. Kita

semua tahu, bahwa orang tidak selalu berbuat sesuai dengan patokan-patokan yang

mereka akui. Andaikata para warga masyarakat memang selalu mengikuti norma, maka

tidak perlu ada pembatasan-pembatasan langsung atau tidak langsung. Sebagian dari

pola-pola kita yang ideal berbeda dari prilaku sebenarnya, karena yang idial itu

dikesampingkan oleh cara yang telah dibiasakan oleh masyarakat. Pola-pola yang lain

mungkin belum pernah menjadi pola kelakuan yang diikuti dan arena itu mungkin hanya

menggambarkan apa yang digambarkan oleh warga masyarakat.

Antropologi adalah yaitu suatu ilmu yang mempelajari manusia. Disinggung

bahwa sifat khas yang membedakan antropologi dari disiplin yang lain yang juga

mempelajari manusia. Adalah bahwa ilmu ini mempunyai perhatian terhadap manusia

yang mendiami tempat mana pun dari bumi ini dan yang pernah hidup pada jaman mana

pun.

Suatu cara pendekatan yang khas bagi antropologi adalah apa yang dinamakan

pendekatan menyeluruh (holistic approach) terhadap manusia, artinya yang dipelajari

bukanlah beberapa segi tertentu dari kehidupan manusia, seperti misalnya segi politik,

segi ekonomi. Dalam pendekatan antropologi dipelajari dan saling dikaitkan semua

aspek dari pengalaman manusia.

Dewasa ini hanya sedikit ahli antropologi yang melakukan kegiatan dalam bidang

antropologi terapan. Di tahun 1969 jumlah ahli antropologi yang dipekerjakan dalam

program-program bantuan

Teknik Amerika misalnya lebih sedikit dari pada waktu dari pada waktu manapun

dalam 15 tahun sebelumnya. Dan hal ini pun sama pada badan-badan Internasional utama

yang berhubungan dengan jenis-jenis program pembengunan yang umumnya

menggunakan tenaga ahli antropologi. Mungkin karena salah satu sebabnya adalah

karena badan-badan Internasional dan lembaga-lembaga pemerintahan yang mempunyai

dana untuk melaksanakan sering tidak merasa kebutuhan untuk berkonsultasi dengan atau

mempekerjakan ahli antropologi. Memang Suatu kepercayaan yang diidealiser dan sudah

lama diidam-idamkan di Amerika. Misalnya adanya dokter-dokter merupakan orang-

orang yang tidak mementingkandiri dan ramah tamah dan orang yang memilih ilmu

kedokteran sebagai profesi karena merasa “terpanggil” untuk melayani kemanusiaan dan

yang tidak begitu mementingkan keuangan atau prestise kedudukannya. Tentu saja

banyak dokter yang tidak sesuai dengan gambaran ideal ini. Walau demikian sukses,

terus menerus dari program-program televisi yang menggambarkan seorang dokter

sebagai contoh kebajikan menunjukkan bagaimana berkarya dalam jiwa orang Amerika

citra tentang seorang dokter Yang baik.

Persoalan pertama yang dihadapi oleh antropologi terapan dalam menghadapi

proyek baru adalah bagimana memutuskan apakah suatu perbuatan yang direncanakan

akan bermanfaaat bagi penduduk yang hendak dicapai. Memang mengherankan juga

bahwa keputusan ini sering sukar membuatnya. Agaknya dalam beberapa hal yang

mencakup kemajuan cara pengobatan. Manfaat bagi penduduk sasaran tak perlu

diragukan lagi. Kita semua merasakan bahwa selalu benar. Coba ambil suatu penemuan

baru untuk memajukan kesehatan umum, seperti suntikan pencegahan penyakit 206

206 T. O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta 2006, hal. 1

Page 90: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Seorang ahli etnologi berusaha untuk memahami bagaimana dari cara berfikir

dan cara berlaku yang sudah membaku pada orang-orang masa sekarang dan masa lalu.

Dan juga memahami sebab dari perbedaan itu. Dengan kata lain. Etnologi mempelajari

pola-pola kelakuan seperti adat istiadat perkawinan, struktur kekerabatan system politik

dan ekonomi, agama cerita-cerita rakyat kesenian dan musik dan bagaimana perbedaan di

antara pola-pola itu dalam berbagai masyarakat pada masa ini. Ahli etnologi juga

mempelajari dinamika kebudayaan berkembang dan berubah dan bagaimana kebudayaan

tersebut dan kebudayaan lain saling mempengaruhi termasuk saling mempengaruhi

termasuk juga interaksi antara berbagai kepercayaan dan cara-cara melaksanakannya di

dalam suatu kebudayaan dan efeknya pada kepribadian perorangan, Jadi maksud dan

tujuan seorang ahli etnologi sebagian besar sama dengan tujuan seorang ahli arkeologi.

Namun seorang ahli etnologi mempergunakan data yang dikumpulkan sendiri oleh para

peneliti lapangan sedang kan seorang ahli prasejarah harus bekerja dengan kepingan-

kepingan sisa kebudayaan zaman dulu – dan itu merupakan dasar baginya untuk

mengadakan untuk mengadakan perkiraan akademis tentang kebiasaan-kebiasaan orang-

orang di zaman prasejarah207(Footnote)

Peniggalan dalam kehidupan akademik juga jelas spektakulerz; zislamisasi

penduduk jawa barat (yang diawali oleh Syeikh Nurullah dari banten, sunda kelapa dan

selanjutnya Cirebon), kini wilayah Jawa Barat juga memiliki jumlah pesantern dan

madrasah yang secara propoorsional dengan rasio jumlah penduduk terbesar nomor dua

setelah aceh; dan pada abad ke-19 melahirkan seorang Syeikh Nawawi al-Banteni, yang

pada buku-buku karangannya, khususnya kitab tafsirnya yang berjudul Maroagh Labib di

sampulnya tertulis: Atta’lif, Syeikh Nawawi al-Banteni, Sayyid Ulama al-Hijaz yang

terbit di Kairo. Dengan demikian, murid Syeikh Nurullah dari generasi antara tahun1525

sampai dengan tahun 1552 di Banten secara turun temurun sampai abad ke-19 ada yang

muncul menjadi gurunya para ulama di Hijaz

Intelektualisme Islam yang dimiliki oleh para ulama hanya akan berkualitas tinggi

bila terpadu sepenuhnya dengan intelektualisme keduniawian. Artinya, ulama juga harus

menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan bila ingin berperan secara maksimal dalam

penentuan arah aktivitas dan kehidupan pemerintahan. Kedua, upaya arah aktivitas dan

kehidupan pemerintahan. Kedua, upaya kearah sana tidak sulit dicapai bila sejumlah

pesantren dapat memadukan kedua jenis ilmu pengetahuan dalam satu kesatuan. Hal ini

sejalan dengan hadits Rasulullah: “Man arada al dunya fa ‘alaihi bil ‘ilmy. Wa man

arada al akhirata fa ‘alaihi bil ilmy Wa man aradahuma fa’alaihi bil ‘ilmy”.

Barang siapa menghendaki dunia, maka ia harus meraihnya dengan ilmu. Barang

siapa menghendaki akhirat, maka ia harus meraihnya dengan ilmu. Demikian pula barang

siapa menghendaki dunia dan akhirat sekaligus, maka ia pun harus meraihnya dengan

ilmu).

Apakah keinginan itu dapat dicapai? dapat, kuncinya adalah pesantren yang telah

mampu berkembang dengan kualitas pemedu 2 jenis ilmu pengetahuan itu. Bagaimana

memperlakukan murid yang pintar, sangat pintar, pintar juga agak pintar dan sekedar

dapat menyelesaikan pendidikan. Yang pintar-pintar itu diberlakukan tersendiri di kelas

khusus di pesantren yang memiliki sumber-sumber pendidikan yang maksimal.

Kaderisasi keulamaan harus menekankan strategi bahwa trugas-tugas keulamaan itu

207 Ibid hal,10

Page 91: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

sangat mulia dan harus dicapai oleh murid yang paling dan sangat pintar. Murid yang

pintar akan dapat menguasai bahasa Arab. Memahami nahwu dan sorof sebagai bekal

untuk mampu mencari arti kata di kamus munjid, sehingga mampu membaca kitab-kitab

ulama setebal apapun. Memahami prinsip-prinsip usul fiqh dan ilmu-ilmu keislaman

yang lain. Idealnya di universitas yang sudah maju yang memiliki pusat studi dan sejarah

peradaban Melayu Nusantara. Hal itu berarti proses modernisasi pesantren harus

dilakukan secara maksimal dan tidak perlu meninggalkan tradisi keulamaan masa lalu.208

Pada 2-3 Juni 1997, ISEAS (The Institut of South-East Asian Studies-

Lembaga Studi Asia Tenggara menyelenggarakan lokakarya (workshop)

tentang “Islamic Revivalism and State Response: The Experiences of

Malaysia, Indonesia, and Brunei” Hadir dalam pertemuan itu adalah

penilaian, bahwa dalam dua dasawarsa ini telah muncul kembali

kepermukaan interplay antar Islam dan Negara dalam bentuknya yang lebih

integrative oleh Naimah Talib, penanggung jawab lokakarya, Islam ikut

berperan sebagai sumber legitimasi bagi pemerintah dan pembangunan

nasional. Dalam kerangka seperti itu interplay antara Islam dan Negara

sebagaimana yang terjadi 209

B. SEJARAH PERADABAN INDONESIA

Peradaban (Hadharah) dalam term bahasa Arab adalah antitesis dari keprimitifan

(badawah). Dalam peradaban terdapat sifat akomodatif terhadap perkembangan, yang

menetap dalam wilayah tertentu serta berada dalam tatanan sosial yang stabil. Sifat

akomodatif orang-orang yang menetap dalam suatu kota terhadap suatu kemajuan

menghasilkan halus realitas yang ada. Dengannya manusia dapat memeperhalus realitas

yang ada. Dengan adanya akumulasi peradaban dan pertumbuhan budaya, yang

dengannya jiwa manusia menjadi halus, peradaban dan pembangunan manusia dapat

berdiri.

Peradaban adalah pembangunan dengan dua sayapnya: “berperadaban” yang

dengannya realitas materiil menjadi terhaluskan dan “budaya” yang dengannya jiwa

manusia menjadi halus. Peradaban merupakan hasil akomodatif terhadap kemajuan yang

menetap dalam perkotaan, perkampungan, dan perumahan.

Dalam Al-Qur’an-ul-Karim disebutkan

“Dan Tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut

ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-

ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari

yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami

mencoba mereka disebabkan mereka Berlaku fasik”. (Al- A’raf: 163)

Dalam hadits Nabi SAW., juga dalam syair Arab terdapat pembandingan antara

al-hadhir’ menetap di perkampungan dan kota’ dan al-badi’ yang tinggal di padang pasir

208 Dr. H. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Memadu Modernitas untuk kemajuan Bangsa, Jakart Hal241-

243 209 Dr. Muhammad Imarah Islam dan Pluralitas(Peradaban dan kemajemukan dalam bingkai persatuan, Jakarta:

Gema Insani Press 1999, hal.221

Page 92: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

dan nomade’. Serta antara peradaban dan keprimitifan. Dalam haditsnya Rasulullah saw.

Bersabda

“Hendaknya orang kota tidak menjadi pembeli orang desa.”

Artinya, hendaklah orang yang tinggal di perkotaan tidak menjadi tengkulak

(perantara) bagi penjual yang datang dari desa. Ingin menjual dengan cepat, sehingga ia

dapat segera kembali ke kampungnya210 Bagaimana masa depan multikulturalisme dan

pluralism di Indonesia yang multi etnik dan agama? Akankah toleransi, kebersamaan,

gerakan kebudayaan keagamaan dan kemanusiaan kian meredup? Di tengah zaman yang

tidak adanya kepastian nilai akibat gempuran pragmatisme, radikalilsme, dan dominasi

kekuasaan kepentingan yang mengikikis martabat manusia yang beradab, akankah bangsa

ini menjadi bak sebuah tanah kaplingan yang terpetak-petak alam sekte-sekte yang pada

akhirnya bercerai berai? Jawabannya kembali kapada kepada bangsa Indonesia itu sendiri

sejauh manakah bangsa ini menerapkan prinsip-prinsip kebersamaaan, toleran, unity,

equality dan menjunjung tinggi kebutuhan-kebutuhan pokok yang dalam istilah usul fikih

disebut Dloruriyat khomsah (agama, jiwa, akal, keteurunan, dan harta manusia).

Dalam sejarah islam sebenarnya persoalan multicultural dan pluralitas dalam suku

bangsa, agama sudah terjadi akulturasi dan asimilasi budaya. Dalam kehidupan

Rasulullah di Madinah bangsa Yahudi dan bangsa arab melakukan sebuah perjanjian dan

Memorandum of Understanding diantara kaum muslimin dan kaum yahudi yang sering

disebut dengan istilah Piagam Madinah yang diantaranya kaum muslimain dan kaum

yahudi yang disebut dengan istilah Piagam Madinah yang diantaranya berisi:

1. Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain (Pasal 1)

2. Kaum Muhajirin (pendatang) dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka,

bahu membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar

tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin (pasa 2).

3. Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan

santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan tentang olehnya. (pasal

16)

4. Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin. Bagi kaum Yahudi agama

mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku)

bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat

(Pasal 25).

5. Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum

Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka sendiri,

kecuali bagi yang zalim dan jahat ( Pasal 25).

Diantara sebagian pasal-pasal Piagam Madinah yang sengaja penulis angkat

sebagai refleksi sejarah Akulturasi dan asimilasi budaya dan sikap toleran

antara masyarakat muslim dan yahudi Madinah. Ada fenomena menarik yang

perlu kita cermati bersama bahwa dalam beberapa tahun belakangan, tingkat

kebebasan beragama telah menurun.211 Clifford Geertz dalam bukunya Islam

Observed: Religious Development in Marocco and Indonesia mencatat empat

kali pemberontakan santri (santri insurrection) melawan imperialis Belanda

pada abad ke 19 ini.

210 Ibid hal 225 211 Http://www.facebook.com/

Page 93: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pertama, di Sumatra Barat (1821-1828). Dalam hal ini, Clifford Greetz tidak

menampakkan pemberontakan santri itu sebagai perang Padri. Hanya

disebutkan timbulnya pemberontakan santri di Sumatra Barat sebagai akibat

haji-haji yang menentang golongan adat. Pemberontakan ini diakhiri setelah

adanya invasi militer Belanda. Selain adanya perbedaaan penamaan

pemberontakan itu, ada pula pemberontakan itu yang disebut berakhir pada

1828, sedangkan sebenarnya pada 1837.

Kedua, di Jawa Tengah 1826-2830. Dalam pemberontakan santri Jawa Tengah

ini, C. Geertz tidak menyebut-nyebut nama pangeran Diponegoro. Hanya

dijelaskan pemberontakan santri ini timbul akibat tumbuhnya gerakan Mahdi

yang melancarkan Perang Sabil terhadap imperialis Belanda dan pembantu-

pembantunya.

Ketiga, di Barat Laut Jawa pada 1840 dan 1880. Di sini tidak dijelaskan dengan

tegas nama daerah dan tokoh ulama yang memimpin. Pemberontakan santri

itu menghancurkan rumah orang-orang Eropa dan Pamong Praja. Sebenarnya,

pemberontakan ini merupakan respons dari umat Islam Banten yang berusaha

untuk melepaskan diri mereke dari tindakan tanaman paksa. Pemberontakan

Sanrti ini terjadi pada tahun 1834, 1836, 1842, dan 1849 kemudian bangkit

kembali pada tahun 1880 dan 1888.

Keempat, di Aceh pada 1837-1903. Di sini C. Greertz tidak menyebutkan nama-

nama tokoh ulama yang memimpin Pemberontakan Santri Aceh dan hanya

menyebutkan bahwa pemberontakan ini berhasil mengacaukan imperialis

Belanda selama tiga puluh tahun.212

C. PEMIKIRAN ALI SYARI’ATI TENTANG REVOLUSI ISLAM

Sebelum pembahasan pada konstruk pemikiran Ali Syari’ati tentang revolusi

Islam perlu disampaikan pernyataan-pernyataan kunci Ali Syari’ati:

1. “Agama adalah fenomena yang mencengangkan yang memainkan petanan-

petanan bertentangan dengan kehidupn umat manusia. Ia menghancurkan dan

menghidupkan kembali, menidurkan dan membangunkan, memperbudak dan

membebaskan, mengajarkan kepatuhan dan revolusi intelektual dan

kebangkitan Islam, gerakan budaya dan idiologis yang didasarkan pada

keyakinan.”

2. “Seorang pemikir yang kreatif dan sadar diri, berusaha menciptakan revolusi

mendasar dalam cara berfikir, pandangan, kesadaran, dan idiologi masyarakat”.

3. “Banyak pemimpin revolusioner setelah mendapatkan kekuasaan berubah

menjadi penguasa dan pelindung yang konservatif dan mandek diperlukan

seorang pemikir yang revolusioner dengan misi “Revolusi permanen” yang

dalam Islam ijtihad telah menjamin revolusipermanen”

4. “Ada dua jenis agama dalam kehidupan sejarah, yaitu agamasebagai idiologi

dan agama sebagai semangat kolektif. Agama sebagai idiologi dan agama

kumpulan tradisi atau konversi social, atau sebagai semanagat kolektif. Agama

212 H. Endang Saifuddin Anshari, M.A., Wawasan Islam Pikiran tentang Paradigma & Sistem Islam, Jakarta 2004,

hal.200-201

Page 94: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

sebagai idiologi adalah suatu keyakinan yang dipilih secara sadar untuk

menjawab keperluan-keperluan yang timbul dan memecahkan masalah dalam

suatu masyarakat.”

Baru Ali Syari’ati banyak menggunakan paradigma kerangka dan analisis

Marxisme dalam menjelaskan perkembangan masyarakat. Perlawanan dan kristisme

terhadap kemapanan politik dan agama hampir seluruhnya didasarkan pada pendekatan

dan analisis Marxisme. Bahkan, Ali syari’ati pernah menyampaikan, orang tidak akan

mengerti sejarah tanpa mengetahui Marxisme. Ia terkadang juga membela Marxisme

sekaligus membenci Marxisme. Salah satu pembelaan Ali Syari’ati terhadap Marxisme,

ia membantah anggapan orang bahwa Marx seorang materialis tulenyang memandang

manusia sebagai makhluk yang hanya tertarik kepada hal-hal yang bersifat materi, tidak

hal-hal yang idialis dan spiritualis. Ali Syari’ati beralasan justru Marx jauh dari

‘materialistik” ketimbang orang yang mengaku “idialis” atau orang yang memandang diri

orang beriman dan relegius”. 213Menurut Zamahsyari Dhofirer dalam bukunya “Tradisi

Pesantren memadu Modernitas untuk kemajuan Bangsa “menyatakan bahwa pada saat

sekarang ini bangsa kita sedang giat membangun peradaban Indonesia modern yang

pelakunya adalah seluruh rakyat Indonesia. Lembaga Negara dari pusat sampai daerah

membuat rencana strategis untuk kesuksesan pembangunan peradaban modern ini dengan

mengoptimalkan segala sumber kekuatannya. Menurut sumber kekuatan yang paling

utama dari pembangunan peradaban modern itu ialah rakyat yang berkualitas dalam

segala aspek kehidupan yakni ilmu pengetahuan, moral, semangat, integritas, kreatifitas

Profesionalltas,imajinasi, kecintaan kepada tanah air, produktif dan bertanggung jawab.

Namun sejalan dengan rencana strategis bangsa untuk membangun peradaban

modern ini, terdapat berbagai tantangan berat yang dihadapi bangsa ini diantaranya masih

adanya kesenjangan social ekonomi pertumbuhan GDP sebesar US$533 Milyar baru

dinikmati oleh 93 juta penduduk yang berpenghasilan tinggi dan menengah (40%)

dengan porsi US$92 milyar. Distribusi kenikmatan keberhasilan pembangunan

pendidikan lebih parah lagi, bagi kalangan menengah ke bawah belum dapat menikmati

keberhasilan pendidikan sehingga diperlukan pemerataan distribusi pendidikan, selain itu

masalah investasi juga masih menjadi permasalahan serius yang bangsa ini harus mampu

memperkuat daya tarik investasi baik dengan memperbaiki infa struktur jalan, pelabuhan,

peningkatan pasokan listrik keberpihakan terhadap para investor.214 Selain masalah

ekonomi Negara juga berkewajiban untuk mencerdaskan generasi muda (-+ 25 juta)

terutama yang ada di pedesaan yang masih berpendidikan rendah. Kalau kita

klasifikasikan tantangan-tantangan bangsa ini meliputi bidang:

1. Munculnya terorisme adalah sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa bangsa

ini memang sedikit bnanyak terjadi konflik dalam masalah idiologi. Sejak

persoalan Jakarta Charter yang menimbulkan polemic berkepanjangan

diantaranya adalah DI/TII, GAM dan NII. Azas tunggal pancasila juga tidak

semuanya warga bangsa ini setuju dan ikhlas menerimanya sebagai satu-satunya

landasan idiologis Negara. Menurut Zamkhsyari Dhofier para teroris merupakan

reinkarnasi Darul Islam (DI) yang pada tahun 1948 yangberimaksud mendirikan

213 Sarbini Islam ditepian Revolusi Nuansa Aksara Yogyakarta 2005,hal 59 214 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Memadu Modernitas untuk kemajuan Bangsa, Yogyakarta: Pesantren

Nawesea Press, 2009 hal 26

Page 95: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Negara Islam Indonesia (NII). Darul Islam (DI) memang sudah berhasil ditumpas

dan tokoh-tokohnya berhasil dibui namun gerakan DI terus bertahan hidup dan

berlanjut pada generasi berikutnya dan perencanaan baru yang disesuaikan dengan

suasana politik dan social dengan semangat jihad yang baru.215 Menurut William

Liddle dalam Zurqoni dan Muhibat sejak zaman kemerdekaan idiologi tentang

Islam sangat kaya dengan polarisasi yang menunjukkan wajahnya yang beraneka

ragam yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam. Jika ditarik

dari label yang inheren di dalam komunikasi Islam ada Islam tradisionalis, Islam

modernis, Islam abangan, Islam puritan, Islam skriptualis, Islam subtantif, Islam

literal, dan Islam militant, Hal ini tentunya dengan berbagai falsafahnya mengenai

idiologi keislaman yang menyebabkan terjadinya Conflict of idiologi Martin E

Marty dalam Zurqoni dan Muhibat menguraikan cirri-ciri fundamentalisme

sebagai berikut:

2. Mengembangkan sikap perlawanan yang bersifat radikal terhadap ancaman yang

dipandang akan membahayakan eksistensi agama, baik dalam bentuk modernism,

sekularisme, maupun tanan nilai barat.

3. Penolakan terhadap Hermeneutika, karena nalar tidak mampu memberikan

interpretasi terhadap teks dalam kitab suci.

4. Penolakan terhadap pluralism dan relativisme.

5. Penolakan terhadap Perkembangan historis dan sosiologis, karena perkembangan

tersebut telah membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci.216

Jadi kalau kita analisa tantangan idiologi bangsa kita ini sedemikian ragamnya

sehingga memerlukan proses minimalisasi pertentangan-pertentangannya yang salah

satunya dengan mengintegrasikan nilai-nilai pluralitas dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

1. Politik

Indonesia selalu memainkan peranan penting dalam percaturan politik dunia.

Sejak dulu bangsa kita muncul dalam era perpolitikan dunia, memprakarsai konfrensi

Asia Afrika tahun 1955, pencetus berdirinya kelompok Negara-Negara non blok

untuk meredam ketegangan cold war antara kelompok Negara-negara kapitalis

dibawah komando Amerika serikat dan Negara-negara komunis dibawah komando

Uni Sovyet Sosialis Rusia (USSR). Di GNB ini Indonesia berperan aktif bahkan

pada zaman presiden Sukarno Negara-Negara non blok diganti namanya dengan

istilah “The New Emerging Forcec “dan merancang” The Conference of the new

emerging Force” meskipun tidak terlaksana lantaran memudarnya pamor bungkarno,

selanjutnya peta politik Indonesia berubah setelah Indonesia mengalami perubahan

kepemimpinan Nasional dari Presiden Sukarno ke Presiden Suharto, ini

menyebabkan arah kehidupan dan perkembangan politik dan ekonomi internasional.

Pak Harto mengupayakan ekonomi Indonesia cepat maju agar Indonesia agar bangsa

Indonesia terlepas ddari kemiskinan, sehingga memaksa Indonesia mencari modal

dari Negara-Negara kapitalis. Dampak dari hal ini adalah didapatkannya kekuatan

baru bagi Negara-Negara Kapitalis dan ketergantungannya bangsa ini kepada mereka

215 Ibid hal 148 216 . Zurqoni dan Muhibat, Menggali Islam membumikan Pendidikan, (yogyakarta : ARRUZmedia, 2011)

Page 96: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

yang pada akhirnya Indonesia mengurangi aktifitasnya dalam panggung politik

dunia, masyarakat dunia kehilangan Indonesia Indonesia sebagai pengkritik dunia.

Sementara Negara-Negara Kapitalis khususnya Amerika Serikat mampu

memaksakan dolar sebagai sarana transaksi perdagangan internasional mulai tahun

1976.

2. Ekonomi

Dalam bidang ekonomi bangsa kita sudah berulang mengalami krisis ekonomi

sehingga mengakibatkan krisis politik, tahun 1965/1966 terjadi krisis ekonomi

karena rakyat sudah tidak tahan lagi menanggung beban kemiskinan yang

menyebabkan rakyat tidak mudah memperoleh bahan makanan. Sementara krisis

ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 juga disebabkan karena belum

meratanya kamajuan bidang ekonomi denagan hanya dinikmati oleh sekitar 20 %

penduduk sementara yang 80 % belum tersentuh, sehingga kelompok penduduk 80

% yang kecewa ini melancarkan demokrasi besar-besaran dan mengganggu stabilitas

politik yang pada akhirnya berbuah krisis moneter dengan melambungnya dolar dari

Rp 2.200 (juli 1997) mencapai Rp 16.000 (Mei 1998).217

Ini merupakan sejarah bagi bangsa Indonesia untuk senantiasa bangkit dari krisis

dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan konsekuensinya

memerlukan modal yang sangat besar. Inilah tantangan bangsa kita pada

permasalahan ekonomi.

3. Sosial Budaya

Arus budaya global yang sering dikaitkan dengan kamajuan di bidang komunikasi

mencakup juga penyebaran informasi secara mendunia melalui media cetak dan

elektronik yang berdampak pada idiologi, agama, budaya dan nilai-nilai yang dianut

oleh masyarakat Indonesia. Pengaruh arus deras budaya global yang negative

menyebabkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya dirasakan semakin memudar.

Hal ini tercermin dari prilaku masyarakat Indonesia yang lebih menghargai budaya

asing disbanding budaya bangsa, baik dalam cara berpakaian, bertuturkata, pergaulan

bebas, dan pola hidup konsumtif, serta kurangnya apresiasi terhadap produk-produk

dalam negeri.

4. Pendidikan

Program pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia

pembangunan harus diagendakan secara tepat jalur dan menjadi prioritas dalam

program pembangunan nasional. Bila agenda pembangunan pendidikan berada pada

jalur kurang tepat maka dikhawatirkan upaya menjadikan bangsa yang mandiri dan

berdaya saing tinggi tidak akan terwujud. Tantangan-tantangan pembangunan

pendidikan yang ada pada saat ini masih banyak sekali diantaranya adalah

menyediakan pelayanan pendidikan berkualitas untuk meningkatkan jumlah porposi

penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara, serta menurunkan

kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup tinggi antara kelompok masyarakat,

217 . ibid hal 73

Page 97: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

antara penduduk yang kaya dan miskin, antara penduduk perkotaan dan penduduk

pedesaan, antara penduduk wilayah maju dan tertinggal, meningkatkan kualitas dan

relevansi termasuk mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan daerah, antara jenis

kelamin sehingga dengan itu semua pembangunan pendidikan dapat berperan dalam

mendorong pembangunan nasional secara menyeluruh sepanjang hayat dan mampu

memanfaatkan keunggulan dari sisi demografi.218

5. Pertahanan dan Keamanan

Pembangunan dan pertahanan dan keamanan nasional merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional. Berhasilnya pembangunan akan meningkatkan

ketahanan dan selanjutnya ketahanan nasional yang tangguh akan lebih mendorong

lagi pembangunan nasional yang tangguh akan lebih mendorong lagi pembangunan

nasional haruslah menjamin tercegahnya atau teratasinya hal-hal yang langsung atau

tidak langsung dapat mengganggu jalannya pembangunan nasional. Hal-hal yang

langsung dapat menggangu jalannya pembangunan nasional, adalah ganguan

keamanan dalam negeri semacam gangguan teroris-teroris ataupun yang mengancam

kedaulatan NKRI semacam GAM, RMS, papua Merdeka, sedangkan hal-hal yang

bersifat tidak langsung adalah keamanan dunia umumnya dan keamanan di kawasan

Asia Tenggara khususnya. Kelangsungan hidup Bangsa dan Negara ditentukan oleh

keberhasilan pembangunan nasionalnya, Ancaman dan gangguan oleh lawan dari

dari dalam dan luar negeri, merupakan hal yang tidak dapat begitu saja diserahkan

kepada nasib, ataupun dipercayakan kepada kekuatan-kekuatan lain di dunia. Oleh

karena itu upaya dan cara penyelenggaraan pertahanan dan keamanan nasional

ditentukan dalam kebijaksanaan Hankamnas.

D. MAMPUKAH INDONESIA MENJADI SALAH SATU DARI 6 SUPER

POWER DUNIA?

Karakteristik masyarakat Indonesia, baik dari segi agama maupun latar belaknag

sosial-budaya, yang plural dan heterogen tidak memungkinkan adanya sebuah model

hubungan antara agama dan pembangunan secara legalistik dan formalistic. Sebab

hubungan semacam ini dapat mendatangkan semangat ekslusivitas keagamaan, yang pada

gilirannya akan menghasilkan sebuah pola partisipasi masyarakat dalam pembangunan

yang sifatnya zero sumgame-ada yang dimenangkan dan ada yang dikalahkan. Dalam

masyarakat yang majemuk, pola yang dikembangkan hendaknya bersifat partisipatoris:

masing-masing agama mempunyai hak dan kewajiban yang sama (dengan tetap

berpegang pada prinsip keadilan) dalam hubungannya dengan masalah pembangunan.219

(Menyambung dari 18 ke 19 Foot Note Jurnal Studi Agama dan Budaya Manarul

Qur’an /teologi multikultura (makalah Nurul Mubin hal 91)** Wacana multikultural

yang disebut sebagai universal yang memungkinkan antara agama dan keyakinan untuk

berbicara segala sesuatu dalam bingkai universalitas, bukan sesuatu yang partikular dan

eklucif. Wacana multikulturalisme sebenarnya tidak berpretensi menghilangkan nilai-

nilai partikular dari agama karena upaya seperti itu merupakan hal yang imposible.

218 . Muhammad Ali, Pendiddikan Pembangunan Nasional, Menuju Bangsa Indonesia Yang Mandiri dan Berdaya

Saing Tinggi, (Bandung: PT IMTIMA, 2009) 219 .Bahtiar Effendy, (Re) Politisasi Islam Pernahkah Islam berhenti Berpolitik ?Mizan Bandung 2000, hal.73

Page 98: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Terlebih jika kita mengamati realitas sosial budaya dan politik tersebut, yang tidak

jarang memicu konflik sosial yang sangat laten dan turun temurun. Maka wacana tentang

teologi multikultural adalah sesuatu yang diniscaya untuk diperbincangkan untuk

menghadirkan sebuah solusi ditengah semakin kuatnya revitalitas masyarakat dalam

berbagai kepentingan. Pendekatan dengan melakukan interpretasi secara normatif-

religius. Normatif merupakan aturan atau ketentuan yang mengingat warga kelompok

dalam masyarakat, dipakai sebuah panduan tatanan dan kendalian tingkah laku yang

sesuai dan diterim. Pendekatan untuk melakukan interpretasi sosiologi agama dan

antropologis. Hal ini digunakan untuk memahami realitas sosial kehidupan masyarakat

dewasa ini dan sekaligus pola relasi yang ada pada masyarakat guna menemukan suatu

yang nyata dan jelas serta sesuatu yang tidak tampak di permukaan guna menemukan

kebenaran data, informasi dan fenomena masyarakat multikultural. Sementara

pendekatan dan interpretasi secara antropologis berkaitan dengan soal upacara

keagamaan, kepercayaan, tindakan dan kebiasaan. Pendekatan antropologis pada awalnya

digunakan dalam masyarakat primitif atau masyarakat sebelum mengenal tulisan tetapi

pendekatan ini kini banyak digunakan juga karena antropologi memandang agama

sebagai fenomena kultural.

Visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (2005-2025) sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17

tahun 2007 disebutkan visinya yaitu menjadikan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang

mandiri, maju, adil, dan makmur. Tercapainya hal ini jelas memerlukan perjuangan dan

perhatian seluruh komponene bangsa untuk berusaha sekuat tenaga untuk mencapai visi

Indonesia 2025. Malaysia dengan visi 2020 nya sselalu mensosialisasikan visiny

atersebut dengan gagap gempita mengajak seluruh rakyatnya menuju Malaysia 2020.220

Bagaimana dengan Negara kita?

Perlu kita kaji bersama betapa mengecewakan hasil yang disampaikan dari

penellitian the political and Economic Rick Consultancy (PERC) yang menyebutkan

birokrasi Indonesia terburuk kedua di Asia (Sebagaimana dikutip oleh A. Qodry azizy

dari kompas tanggal 26 Mei 2006), betapa menjadi keprihatinan kita bersama untuk

menjadi Negara super power harus memperbaiki semua sector kehidupan yang didukung

oleh tiga pilar yaitu pemerintahan, dunia usaha, swasta dan masyarakat). Indikator

terwujudnya bangsa yang mandiri dan berdaya saing, maju, adil, dan makmur

ditunjukkan oleh:

1. Meningkatnya kualitas daya manusia, termasuk peran perempuan dalam

pembangunan dengan ditandai meningkatnya indeks Pembangunan manusia

(IPM) atau HDI dan Indeks Pembangunan Gender (IPG).

2. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandskan keunggulan

kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian dalam arti luas, dan

pertambangan menjadi basisi aktivetas ekonomi yang dikelola secara efisien

sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industry manufaktur yang berdaya

saing global.

3. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan

sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat kesejahteraan

setara dengan Negara-Negara berpenghasilan menengah dengan tingkat

220 .A. Qodri Azizy, Change Management dalam Reformasi Birokrasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007)

Page 99: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5 % dan jumlah penduduk miskin

tidak lebih dari 5 %.

4. Meningkatnya profesionalisme aparatur Negara pada tingkat pusat dan daerah

puntuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan

bertanggung jawab, serta professional yang mampu mendukung pembangunan

nasional.

5. Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi satu

sama lain. Terpenuhinya pasokan listrik yang andal dan efisien sesuai kebutuhan,

termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi

pedesaan dapat terpenuhi. Terslenggaranya pos dan telematika yang efisien.221

Benarkah bangsa kita akan mampu mencapainya pada tahun 2025? Sementara

waktu tinggal 13 tahun lagi. Jawabannya berpulang kepada bangsa Indonesia itu sendiri.

Memang menurut The National Intelligence Council Amerika serikat dalam melaporkan

kepada Barack Obama Indonesia akan muncul sebagai salah satu dari enam Negara

“Super Power” pada tahun 2025.

Menurut hemat penulis itu tergantung pada ujung tombak kualitas generasi

penerus bangsa Indonesia ini mission of religious and mission of country terutama pada

generasi muda yang bakal menerima tonggak estafet kepemerintahan yang akan datang.

Sejauh mana para penerus bangsa ini berusaha untuk mewujudkan hal itu. Untuk

mencapai itu semua seluruh sector kehidupan berbangsa dan bernegara ini dalam

pengelolaannya harus melakukan Cgange management meminjam bahasanya A. Qodri

Azizy dengan menerapkan 14 prinsip tata pemerintahan yang baik, yaitu:

1. Wawasan ke depan

2. Keterbukaan dan Transparansi

3. Partisipasi masyarakat

4. Tangung Jawab

5. Supremasi Hukum

6. Demokrasi

7. Profesionalisme dan Kompetensi

8. Daya tanggap

9. Keefisienan dan keefektifan

10. Desentralisasi

11. Kemitraan dengan dunia Usaha Swasta dan Masyarakat

12. Komitmen pada pengurangan kesenjangan

13. Komitmen pada perlindungan Lingkungan Hidup

14. Komitment pada pasar yang fair.

Power trends to Corrupt juga hendakya harus diatasi dengan membentengi para

pemegang kekuasaan untuk tidak keseret ke arus itu , dengan memaksimalkan fungsi

control bagi lembaga legislative. Hal ini dapat terbangun denagan pemerintahan yang

benar-benar demokratis dengan prinsip trias politika yang benar. Sementara gangguan

keamanan , gerakan sparatisme, primordialisme, konflik horizontal, niscaya akan

berkurang bahkan hilang manakala kemiskinan di Indonesia ini hilang serta

221 . Muhammad Ali, Op,cit hal. 38

Page 100: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan seadil-adilnya. Mungkinkah hal ini

terlaksana dalam kurun waktu 1 tahun?.222

Pancasila sebagai falsafah bangsa, secara langsung, merupakan idiologi nasional.

Sebagai dasar pendidikan nasional, Pancasila merupakan nilai idial yang mewarnai

proses pendidikan secara umum. Sementar itu, Pendidikan pesantren dan pendidikan

sekolah sebagai bagian dari system pendidikan nasional merupakan dua lembaga yang

secara konsisten mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila melalui cara-cara yang

persuasif-edukatif. Dilihat dari sudut ini, jelas bahwa keterkaitan antara kedua lembaga

itu dalam sistem pendidikan nasional karena fungsinya yang kreatif dalam penjabarakan

nilai-nilai luhur, baik untuk kepentingan pembinaan moral (pendidikan pesantren)

maupun intelektual (pendidikan formal)

E. PENUTUP

Pendidikan pesantren merupakan salah satu modal strategis dalam pelaksanaan

pendidikan nasional. Keterkaitannya secara kontruktif dengan pendidikan formal

menunjukkan vitalnya integrasi dua sistem pendidikan yang sangat tinggi. Dominasi

Pendidikan formal dalam sistem pendidikan nasional sampai waktunya nanti akan

dihadapkan dengan dilema yang cukup kritis antara aspek idiologis dan teknologis.

Memang merupakan perjuangan yang cukup berat bagi pesantren untuk mengembangkan

eksistensinya, sehingga tidak mungkin dibiarkan sendiri tanpa kepedulian dari berbagai

elemen masyarakat dan pemerintahan dengan mengadfokasikan untuk memperkuatnya

menjadi organisasi pesantren dan memberikan akses bagi mereka dalam mengembangkan

komunikasinya ke berbagai aspek pendidikan, teknologi informatika, ekonomi, social

cultural hingga politik. Sehingga dapat:

1. Membangun jaringan kerjasama antara pondok pesantren dalam

mengembangakan budaya damai.

2. Merumuskan pandangan pondok pesantren tentang radikalisme keagamaan.

3. Mencarai cara-cara terbaik dalam menanggulangi paham radikal.

Multikulturalisme sebagaimana dijelaskan di atas mempunyai peran yang besar

dalam pembangunan bangsa. Indonesia suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman

kebudayaan meniscayakan pentingnya multikulturalisme dalam pembangunan bangsa.

Dengan multikularisme ini maka prinsip “bhineka tunggal ika” seperti yang tercantum

dalam dasar negara akan menjadi terwujud. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia akan menjadi inspirasi dan potensi bagi pembangunan bangsa sehingga

cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera

sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dapat

tercapai.

Dan perlu menjadi sebuah komitmen kita bersama bagi seluruh komponen bangsa

untuk satu kata dan langkah untuk menjadi sebuah Negara Super Power. Dalam pepatah

Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, yakni ketika seluruh komponen bangsa ini dari

pemerintah rakyat, dan dunia usaha gaung bersambut berusaha dengan sungguh-sungguh

menuju Indonesia 2025 niscaya akan benar-benar terwujud The National Intelligence

Council Amerika serikat Insya-Allah.

222 Zamahsyari Dhofier Op.cit hal 143

Page 101: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Page 102: MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAMabcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul Quran/2016/Desember... · MENGGAGAS KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Pendiddikan Pembangunan Nasional, Menuju Bangsa Indonesia Yang Mandiri dan

Berdaya Saing Tinggi, Bandung: PT IMTIMA, 2009.

Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam Pikiran tentang Paradigma & Sistem Islam, Jakarta: 2004

Asrofah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalimah 1999.

Azizy, A. Qodri. Change Management dalam Reformasi Birokrasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2007.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Memadu Modernitas untuk kemajuan Bangsa, Jakarta: Nawesea

Press, 2009.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa

Depan Indonesia, Jakarta: 2011.

Effendy, Bahtiar. (Re) Politisasi Islam Pernahkah Islam berhenti Berpolitik. Bandung: Mizan, 2000.

Ihromi, T. O. Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: 2006.

Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas(Peradaban dan kemajemukan dalam bingkai persatuan,

Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Nurhrison, M. Nuh. Peranan Pesantren Dalam Mengembangkan Budaya Damai, Jakarta

Sarbini. Islam ditepian Revolusi Nuansa, Yogyakarta: Aksara, 2005.

Zurqoni dan Muhibat. Menggali Islam membumikan Pendidikan, Yogyakarta: ARRUZmedia, 2011.