Top Banner
MENENTUKAN NILAI MIC (MINIMAL INHIBITORY CONCENTRATION) DAN MENENTUKAN NILAI KOOFISIEN FENOL DARI DESINFEKTAN TERHADAP BAKTERISALMONELLA THYPOSA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme hidup dan berkembangdengan cepat disekitar kita, ada mikroorganisme yang menguntungkan namun tak sedikit pula yang dapat sangat merugikan manusia maupun makhluk hidup lainnya.Oleh karena itu, dibutuhkan adanya bahan antimikroba untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme patogen tersebut. Antimikroba yang umumnya digunakan adalah antiseptika dan desinfektansia. Namun, yang menjadi kendala dalam penggunaannya adalah kita tidak mengetahui kadar dimana antimikroba tersebut dapat menghambat dan melawan mikroorganisme. Untuk menganalisa kadar desinfektan dan antiseptik ini maka perlu diadakan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar minimal suatu bahan yang masih dapat menghambat pertumbuhan
48

Menentukan Nilai Mic

Jan 19, 2016

Download

Documents

Mary Hardy

Menentukan Nilai Mic
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Menentukan Nilai Mic

MENENTUKAN NILAI MIC (MINIMAL INHIBITORY CONCENTRATION) DAN MENENTUKAN NILAI KOOFISIEN FENOL DARI DESINFEKTAN TERHADAP

BAKTERISALMONELLA THYPOSA.

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Mikroorganisme hidup dan berkembangdengan cepat disekitar kita, ada mikroorganisme

yang menguntungkan namun tak sedikit pula yang dapat sangat merugikan manusia maupun

makhluk hidup lainnya.Oleh karena itu, dibutuhkan adanya bahan antimikroba untuk

menghambat atau membunuh mikroorganisme patogen tersebut.

Antimikroba yang umumnya digunakan adalah antiseptika dan desinfektansia. Namun,

yang menjadi kendala dalam penggunaannya adalah kita tidak mengetahui kadar dimana

antimikroba tersebut dapat menghambat dan melawan mikroorganisme.

Untuk menganalisa kadar desinfektan dan antiseptik ini maka perlu diadakan uji

kuantitatif untuk mengetahui kadar minimal suatu bahan yang masih dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme. Uji tersebut dinamakan Berdasarkan hal tersebut maka

dilakukanlah suatu uji konsentrasi hambat minimal atau minimal inhibitory concentration (MIC),

Page 2: Menentukan Nilai Mic

untuk menguji secara kuantitatif konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat

pertumbuhan suatu mikroba atau bakteri uji.

Hasil pengujian konsentrasi hambat minimal dilanjutkan dengan suatu uji yang disebut

koefisien fenol, dimana bahan desinfektan yang digunakan akan dibandingkan dengan baku fenol

5%.

B.   Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu :

1.    Mengetahui dan memahami cara- cara penentuan nilai MIC dari suatu desinfektan

2.    Mengetahui dan memahami cara – cara pengujian koofisien fenol dari suatu desinfektan

C.   Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1.    Untuk menentukan nilai MIC (Minimal Inhibitory Concentration) dari desinfektan terhadap

bakteriSalmonella thyposa.

2.    Untuk menentukan nilai koofisien fenol dari desinfektan terhadap bakteri Salmonella thyposa.

D.   Rumusan Masalah

Page 3: Menentukan Nilai Mic

Adapun rumusan diadakan percobaan ini yaitu;

1.    Berapa nilai Minimal Inhibitor Concentration (MIC) dari desinfektan

2.    Berapa nilai koefisien fenol dari desinfektan  

E.   Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah untuk mengetahui mutu suatu desinfektan dengan

menggunakan metode MIC (Minimal Inhibitory Concentration) dan koofisien fenol, sebagai

sumber informasi kepada masyarakat atau konsumen.

Page 4: Menentukan Nilai Mic
Page 5: Menentukan Nilai Mic
Page 6: Menentukan Nilai Mic
Page 7: Menentukan Nilai Mic

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.   TEORI UMUM

Pada saat telah banyak beredar dan ditawarkan berbagai macam desinfektansia kepada

konsumen.Desinfektansia secara umum diartikan sebagai pembasmi mikroorganisme terutama

ditujukan pada benda mati. Pada penandaannya, yang memenuhi persyaratan telah dicantumkan

cara penggunaan produk yang sesuai sebagai bahan untuk desinfeksi. Namun demikian banyak

pula produk disinfektansia yang memuat cara-cara penggunaannya dan komposisinya (Djide,

2003).

Desinfektansia adalah bahan atau zat yang digunakan untuk menghilangkan atau

menghancurkan bakteri baik bakteri patogen atau non patogen, terutama bakteri yang

membhayakan (patogen). Istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses membebaskan

benda-benda mati atau infeksi, dan aman untuk dipakai dalam bidang industri atau pada rumah

sakit, atau industri-industri makanan/ minuman dan industri farmasi lainnya       (Rusli , 2008).

Page 8: Menentukan Nilai Mic

Nilai koefisien fenol adalah perbandingan pengeceran tertinggi desinfekstansi dengan

pengenceran tertinggi baku fenol 5%,dimana pengenceran tersebut dapat mematikan bakteri uji

dalam kontak waktu  10 menit,tetapi tidak mematikan bakteri uji dalam kontak waktu 5

menit.mikroorgarnisme yang di pakai, menurut FDA adalah galur salmonella thyposa dan

staphylococcus aureus yang khas. Galur-galur tersebut dapat di peroleh dari American Type

culture collection rockville,maryland .Tetapi untuk desinfekstansi yang baru perlu di uji terhadap

mikoorganisme yang lebih luas (Djide,2003).

Selain dari pada itu menurut AOAC,1984, bahwa mikroorganisme uji untuk pengujian

koefisien fenol dapat di gunakan bakteri-bakteri pseudomonas aeruginosa, salmonella typhosa

dan staphylococcus. Namun bakteri salmonella thyposa yang di gunakan sebagai bakteri uji

koefisien fenol di indonesia (SNI 06-1872-1990) (Djide,2003).  

Perlu di ketahui bahwa pada awal dan akhir dari pengujian kofisien fenol selalu di

lakukan uji kemurnian bakteri uji .pengujian kemurnian bakteri tersebut pada akhir pengujian

kofisien fenol di lakukan pada hari ketiga inkubasi pada suhu 370 C (AOAC,1984)

(Djide,2003).  

Fenol merupakan salah satu salah satu antiseptikum tertua (Lister,1870) dengan khasiat

bakterisid dan fungisid, juga terdapat basil dan spura, walaupun memerlukan waktu yang lebih

lama. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi protein sel bakteri, yakni perubahan rumus

Page 9: Menentukan Nilai Mic

bangunnya hingga sifat khasnya hilang. Khaistnya dikurangi oleh zat organis dan ditiadakan oleh

sabum, karena dengan alkali terbentuk fenolat inaktif, karena sefat mendenaturasi juga berlaku

untuk jaringan utuh manusia fenol berdaya korosit (membakar) terhadap kulit dan sangat

merangsang sehingga jarang digunakan sebagai antiseptikum kulit, berdasarkan sifat anestetik

likjalonya adakalanya senyawa ini digunakan dalam lotion antigatal misalnya lotion alba

(Tjay,2002).

Sebagian besar Salmonella sp bersifat pathogen pada binatang dan merupakan sumber

infeksi bagi manusia. Binatang-binatang itu, antara lain tikus, unggas, ternak, anjing dan kucing.

Di alam bebas Salmonella thypi dapat tahan hidup lama dalam air, tanah atau pada bahan

makanan. Dalam feces di luar tubuh manusia tahan hidup 1-2 bulan. Dalam air susu dapat

berkembang hidup dan hidup lebih lama sehingga sering merupakan batu loncatan untuk

penularan penyakitnya (Entjang, 2003).

Ciri – ciri ideal suatu desinfektansia (Djide,2003):

1.    Aktivitas antimikrobialnya

persyaratan ini adalah kemampuan bahan kimia tersebut mematikan mikroorganisme. Pada

konsentrasi rendah,bahan tersebut harus mempunyai aktivitas antimikroba dengan spectrum

luas,artinya harus dapat mematikan berbagai macam mikroorganisme.

2.    Kelarutan

Page 10: Menentukan Nilai Mic

Bahan kimia tersebut harus dapat larut didalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf

yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.

3.    Stabilitas

perubahan yang terjadi pada bahan kimia tersebut,apabila dibiarkan beberapa lama harus

seminimal mungkin atau tidak boleh mengakibatkan kehilangan sifat antimikrobanya dengan

nyata

4.    Tidak toksik bagi manusia dan hewan

idealnya senyawa tersebut hanya bersifat letal bagi mikroorganisme sasarannya

5.    Homogenitas (keserbasamaan)

terutama dalam penyimpanan juga komposisinya harus seragam,sehingga bahan aktifnya selalu

ada dalam setiap aplikasi

6.    Tidak terikat dengan bahan – bahan organic

hal tersebut, katena banyak bahan kimia dapat berikatan dengan protein atau bahan organic

lainnya.

7.    Pengaruh suhu

aktivitas antimikrobanya tetap aktiv pada suhu kamar atau pada suhu tubuh.

Page 11: Menentukan Nilai Mic

8.    Kemampuan penembusan

tidak menimbulkan karat dan warna sehingga dapat merusak pakaian,kain dan sebagainya]

9.    Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap

10. Berkemampuan sebagai detergen

11. Ketersediaan dan biaya bahan kimia tersebut harus tersedia dalam jumlah yang besar dan dengan

harga yang pantas

Faktor utama yang menentukan bekerja sama suatu disinfektan adalah potensi, kadar,

waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu disinfektansia, jumlah dan tipe

mikroorganisme yang ada bahan yang disinfeksi. Untuk bekerjanya suatu desinfektansia harus

mempengaruhi beberapa bagian dari sel yang vital dari mikroorganisme. Bagian sel yang peling

rentang terhadap cara kaerja desinfektansia adalah pada membran sitoplasma, enzim tertentu,

dan protein struktual seperti yang terdapat pada dinding sel. Adanya perbedaan dasar

mendesinfektansia dari setiap bahan kimia terhadap tipe mikroorganisme, apabila ditunjukan

pada proses disinfeksi terhadap mikroorganisme pathogen tertentu, maka bahan yang dipilih

adalah desinfektansia harus membunuh mikroorganisme, misalnya untuk

membunuhMycobacterium tubercolosis maka digunakan larutan yodium atau fenol, bukan

benzalkonium cair. Adapun beberapa fakto-faktor yang berpengaruh tersebut adalah:

1.  Konsentrasi (kadar)

Page 12: Menentukan Nilai Mic

       Konsentrasi disinfektansia yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan

digunakan untuk desinfektansia dan mikroorganisme yang akan dimusnakan. Pada umumnya

pada konsentrasi yang tinggi akan bersifat bakterisida, sedangkan yang bersifat lemah akan

bersifat bakteriostatika, kecuali terhadap alkohol, karena alkohol efektiff pada konsentrasi 70%

dan propel alkohol pada konsentrasi 50-80%

2.   Waktu

Perusakan mikroorganisme untuk desinfektan kelihatannya merupakann uatu proses yang teratur.

Waktu sangat berpengaruh oleh berbagai variable. Pada umumnya dengan batas keselamatan

yang lebar dapat dipastikan akan memberikan waktu yang cukup suatu disinfektansia untuk

bekerja.

3.   Suhu

Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa dengan peningkatan suhu akan mempercepat laju rekasi

kimia. Dengan demikiann disinfektansia juga berlaku yaitu naiknya suhu akan mempercepat

proses tersebut. Tidak jarang dengan kenaikan suhu 10o C dapat mengandakan laju pemusnahan

suatu desinfektansia.

4.   Keadaan sekitar media

Page 13: Menentukan Nilai Mic

pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat berpengaruhi proses desinfektansia. pH

dapat menentukan apakah suatu zat kimia tersebut dapat bersifat sebagai disinfektansia atau

tidak. Demikian pula adanya benda asing dapat membantu kemampuann atau mengurangi

aktivitas duatu desinfektansianya (Natsir,2003).

Adanya beberapa kelompok utama bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai

bahan disinfektansia antara lain fenol an persenyawaan fenolik, alkohol, halogen, loham berat

dan persenyawaannya, deterjen, aldehida, dan kemosterilitas gas (Djide, 2003).

Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari

unsur logam berat seperti perak sampai tembaga kepada molekul organik seperti persenyawaan

ammounium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukan efek antimiroba dengan cara

terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efek terhadap permukaan benda atau bahan juga

berbeda-beda, ada yang serasi dan ada yang bersifat merusak, karena ini juga variabel, maka

perlu sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk

penerapan praktis tertentu. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan memilih bahan

antimikrobiol untuk tujuan praktis yaitu (Zaraswati, 2004):

1.   Sifat bahan yang akan diberi perlakuan

Page 14: Menentukan Nilai Mic

Suatu zat kimia yang digunakan untuk mendefinisikan perabotan terkontaminasi mungkin tidak

baik bila digunakan untuk kulit karena dapat amat merusak sel-sel jaringan kulit. Dengan

demikian maka harus dipilih zat yang serasi dengan bahan yang dikenainya.

2.  Tipe mikroorganisme

Tidak semua mikroorganisme sama rentannya terhadap sifat menghambat atau mematikan suatu

zat kimia tertentu. Karena itu harus dipilih zat yang telah diketahui efektif terhadap suatu tipe

mikroorganisme yang akan dibasmi. Sebagai contoh, spora bersifat lebih resisten dari pada sel-

sel vegetatif. Bakteri gram positif dan gram negatif memiliki kerentangan yang berbeda, jauh

lebih resisten terhadap disinfektan kationik dari pada gram positif. Galur-galur yang berbeda dari

spesies yang sama juga memiliki kerentangan berbeda terhadap suatu zat antimikrobial tertentu.

3.   Keadaan Lingkungan

Yaitu suhu, pH, waktu, konsentrasi, dan adanya bahan organik asing kesemuanya itu mungkin

turut mempengaruhi laju adan efisiensi penghancuran mikroba. Berhasilnya penggunaan suatu

bahan antimikrobiol menyaratkan dipahaminya pengaruh kondisi-kondisi tersebut

terhadap  bahan yang dimaksud sehingga bahan itu dapat dipergunakan didalam keadaan yang

paling menguntungkan. 

B.   URAIAN BAKTERI UJI

Salmonella thyposa

Page 15: Menentukan Nilai Mic

A.   Klasifikasi

Kingdom                    :   Protista

Divisi                          :   Schizophyta

Class                         :   Bakteria

Ordo                           :   Eubacteriales

Familia                       :   Enterobacteriaceae

Genus                            :             Salmonella

Spesies                      :   Salmonella thyposa

B.   Morfologi :

                  Termasuk kuman gram negatif, tidak berspora banyak, berbentuk batang yang lurus,

terpisah-pisah, kadang-kadang mebentuk koloni berupa rantai.Bergerak dengan flagel yang

peritrik atau tidak bergerak.Menimbulkan fermentasi anaerobik pada glukosa, kadang-kadang

juga laktosa. Seringkali terdapat pada saluran pernafasan dan saluran kencing Vertebrata,

lainnya hidup bebas, lain lagi bersifat pathogendan bahkan dapat tersusun seperti rantai, pendek.

Susunan gerombol yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari

pembenihan padat, sedangkan dari pembenihan kaldu biasanya ditemukan tersendiri atau

tersusun sebagai rantai pendek.Kumain ini tidak bergerak, tidak berspora dan positif gram.Hanya

Page 16: Menentukan Nilai Mic

kadang-kadang yang gram (-) dapat ditemukan pada bagian tengah gerombolan kuman, pada

kuman yang telah difagositosis dan pada biakan tua yang hampir mati.

C.   Uraian Bahan

a.    Fenol (Ditjen POM : 484)

Nama resmi                 :   Phenolum

Nama lain                    :   Fenol

RM/BM                         :   C6H5OH / 94,11

Rumus Bangun         :               OH

           

                           Pemerian                     :  Hablur berbentuk jarum atau massa hablur; tidak

                                                                    berwarna atau merah jambu, bau   khas,   kaustik.

                           Kelarutan                    :   Larut dalam 12 bagian air ;   mudah   larut   dalam

                                                                    etanol (95 %) P, dalam kloroform P, dalam eter P,

                                                                    dalam gliserol P dan  dalam    minyak   lemak.

                           Penyimpanan             :   Dalam  wadah    tertutup   rapat    terlindung   dari

                                                                    cahaya, di tempat sejuk.

Page 17: Menentukan Nilai Mic

                           Khasiat                        :  Antiseptikum ekstern

            Kegunaan                    : Sebagai desinfektan

b.    Alkohol (Ditjen POM, 65)

Nama resmi                  :  Aethanolum.

Nama lain                     :  Etanol/Alkohol.

RM/BM                          :  C2H5OH/46,07

                           Pemerian                      : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

                                                                    mudah bergerak; bau khas;  rasa   panas.   Mudah

                                                                    terbakar dengan memberikan nyala  biru   yang                      tidak

berasap.

                           Penyimpanan             :   Dalam wadah  tertutup    rapat,     terlindung    dari

                                                                    cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan                   :   Sebagai antiseptik.

c.    Air Suling (Ditjen POM, 96)

Nama resmi                : Aqua destillata

Nama lain                   : Aquades, air suling

RM/BM                        : H2O/18,02

                           Pemerian                      : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak

Page 18: Menentukan Nilai Mic

                              mengandung    bahan      kimia      yang     dapat    

                              membahayakan tubuh

   Kegunaan                 : Sebagai pelarut

d.    Pepton (Ditjen POM,1979)

Nama Resmi             :  Pepton

Sinonim                    :  Pepeton Kering

Pemerian                   :  Serbuk,kuning kemerahan  sampai    coklat;   bau

                                       khas, tidak busuk.

Kelarutan                  :  Larut  dalam  air;  memberikan   larutan    berwarna

                                       coklat   kekuningan  yang   bereaksi   agak    asam;

                                       praktis tidak larut dalam etanol (95 %) P dan dalam

                                       eter P.

Penyimpanan           :  Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan                 :  Sebagai komposisi.

e.    Ekstrak Beef (Ditjen POM,1979)

Nama resmi               : Beef ekxtrak

Sinonim                     : Kaldu nabati dan kaldu hewani.

Pemerian                   : Berbau dan berasa pada lidah.

Page 19: Menentukan Nilai Mic

Kelarutan                  : Larut dalam air dingin.

Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan                 : Sebagai komposisi medium

D.   Prosedur Kerja (Djide, 2003 )

a.    Uji Minimum Inhibition Concentration (MIC)

1.  Sediakan 10 buah tabung steril, dan isi 9,5 ml medium NB steril kedalam tabung pertama dan 5

ml kedalam tabung lainnya.

2.  Tambahkan ke dalam tabung pertama 0,5 ml anti mikroba yang akan di uji , sehingga di peroleh

pengenceran 1:20.

3.  Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan masukkan ke dalam tabung ke dua,

campurkan sampa homogen.

4.  Kemudian di ambil lagi 5 ml dari tabung kedua ini dan di masukkan ke dalam tabung ketiga dan

seterusnya sampai pada tabung kesepuluh , setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung

terakhir dan dibuang. Sebaiknya untuk pemindahan cairan dari tabung ke tabung digunakan pipet

tersendiri.

5.  Ditanam kedalam tiap-tiap tabung 0,02 ml suspensi biakan yang telah berumur 24 jam.

6.  Diinkubasikan semua tabung pada suhu 370 C dan diperiksa pertumbuhan bakteri setelah 24-72

jam.

Page 20: Menentukan Nilai Mic

7.  Untuk memastikan bahwa bakteri yang tumbuh adalah bakteri yang diinokulokasikan, maka

adanya pertumbuhan di periksa dengan penanam kembali dalam medium pembenihan.

Konsentrasi tertinggi yang masih memperlihatkan penghambatan pertumbuhan mikroba adalah

nilai MIC-nya.

b.    Uji Koefisien Fenol

1.     Ditentukan milai MIC desinfektan yang akan diuji.

2.     Buatlah 5 pengenceran desinfektansia yang akan diuji, dengan perbedaan konsentrasi masing-

masing 1: 20.

3.     Tempatkan MIC pada pengenceran kedua, misalnya nilai MIC hasil uji sebelum adalah 1:20,

maka deret pengeceran itu akan menjadi 1:20,1:40, 1:60, 1:80, dan 1:100.

4.     Buatlah larutan murni fenol dengan konsentrasi 5 % dan buat dari larutan ini 3 pengenceran

yaitu 1:80, 1:90, dan 1:100.

5.     Sediakan 4 deret tabung buylon masing-masing deret sebanyak 5 tabung.

6.     Didepan deret tabung buylon itu diletakkan desinfektansia dari ke lima pengenceran tersebut di

atas sebanyak 5 ml tiap tabung. Tabung-tabung itu sebaiknya direbdam dalam air dingin dengan

suhu 5-100C.

7.     Selang tiap 30 detik masukkan 0,2 ml biakan 24 jam bakteri uji kedalam masing-masing tabung

desinfektansia dimilai dari pengenceran terendah sampai tertinggi.

Page 21: Menentukan Nilai Mic

8.     penanaman ini memerlukan waktu 2 menit, sehinga waktu kontak untuk tiap tiap tabung adalah

2 menit  sebelum melakukan proses inokulasi pada tabung deret kedua, lakukan proses istirahat

selama tiga menit.

9.     Pada menit ke 5 detik nol (0) pindahkan 1 ose bulat (diameter 4 mm) dari tabung pengenceran

pertama (1) deret pertama(1), ke tabung pertama deret buylon ke dua.

10.  Tiga puluh (30) detrik kemudian dipindahkan 1 ose bulat (dameter 4 mm) dari pngenceran kedua

deret buylon pertama kedalam tabung kedua dari deret buylon kedua.

11.  Tiga puluh (30) detik kemudian tanam dengan cara yang sama pada tabung ke tiga, demikian

seterusnya sampai deret buylon tertanam dengan masing-masing pengenceran desinfektansia,

sehingga waktu kontak bakteri uji dalam desinfektansia itu untuk tiap-tiap pemgenceran adalah 5

menit.

12.  Ulangi perlakuan ini pada tabung buylon deret buylon ke tiga, masing-masing selang 30 detik

tetapi setelah bakteri uji berada 10 menit dalam tiap-tiap pengenceran desinfektansia.

13.  Ulangi dengan cara yang sama pada larutan embanding fenol 5%.

14.  Lakukan dengan cara yang sama pada larutan pembanding fenol 5%.

15.  Inkubasi tabung-tabung buylon tersebut pada suhu   370C selama 48 jam.

16.  Amati hasil percobaan, catat dan hitung koefisien fenol desinfektansia tersebut.

Page 22: Menentukan Nilai Mic

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

Page 23: Menentukan Nilai Mic

A.   Alat yang Dipakai

Alat-alat yang dipakai pada saat praktikum adalah: autoklaf, bunsen, botol steril,

erlenmeyer, inkubator,karet, korek api, ose bulat, oven, rak tabung, spoit 1 ml, spoit 5 ml,

stopwatch, dan tabung reaksi.

B.   Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah: air es / air dingin, air steril,

alkohol, biakanSalmonella thyposa, dettol, fenol 5 %, kapas, kertas pembungkus, kertas

label, medium NB (Nutrient Broth),dan tissue.

C.   Cara Kerja

1.    Penyiapan Bahan Praktikum

a.    Pembuatan larutan baku fenol 5%

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang fenol sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 ml, lalu  ditambahkan air suling steril ke dalam labu hingga tanda kemudian

dihomogenkan

b.    Pembuatan larutan uji baku fenol 5%

Disiapkan alat dan bahan kemudian dibuat pengenceran baku fenol dalam tabung reaksi

dengan perbandingan 1:80, 1:90, dan 1:100.

Page 24: Menentukan Nilai Mic

c.    Pembuatan larutan uji  desinfektan

            Disiapkan Alat dan bahan, dibuat pengenceran dettol® dalam tabung reaksi dengan

perbandingan 1:15, 1:20, 1:25, 1:30, 1:35.

2.    Pengujian Sampel

Ø  Uji MIC (Minimal Inhibitory Concentration)

Disediakan 10 buah tabung reaksi steril, dan diisi 9,5 ml medium NB steril ke dalam

tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung lainnya, kemudian ditambahkan ke dalam tabung

pertama 0,5 ml antimikroba yang akan diuji, sehingga diperoleh pengenceran 1:640. Diambil

dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan dimasukkan ke dalam tabung ke dua,

dicampurkan sampai homogen kemudian diambil lagi 5 ml dari tabung ke dua ini dan

dimasukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai ada tabung ke sepuluh, setelah

dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang. Dimasukkan ke dalam tiap-tiap

tabung 0,02 ml suspensi biakan bakteri. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 37OC dan

diamati pertumbuhan bakteri setelah 1 x 24jam.

Ø  Uji Fenol

a.   Dettol®

Page 25: Menentukan Nilai Mic

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu  5 tabung reaksi yang berisi

pengenceran sampel  1:15, 1:20, 1:25, 1:30, dan 1:35 (deret I), dan 15 tabung yang berisi 5 ml

medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi 3 seri (deret II, deret III, dan deret IV) masing-

masing 5 tabung dimasukkan ke dalam tabung ke-1 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri

sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret I dimasukkan

suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik .

Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret I, kemudian

diistirahatkan selama 3 menit dan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air es, pada lama

kontak 5, 10, 15 menit.  Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1 ose larutan dari tabung

ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.Ke dalam tabung ke-2 dari deret II,

dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.

Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret II, kemudian

diistirahatkan selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari

tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret III,

dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal

yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret III, Kemudian diistirahatkan

selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1

deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret IV, dimasukkan 1

Page 26: Menentukan Nilai Mic

ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama

dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret  IV, Kemudian diistirahatkan selama 3

menit. Semua tabung dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam inkubator pada suhu

37oC selama 1 x 24 jam. Diamati perubahan yang terjadi berupa kekeruhan medium.

b.   Larutan baku fenol 5%

            Disiapkan alat dan bahan yaitu 3 tabung reaksi yang berisi pengenceran sampel 1:80,

1:90, dan 1:100 (deret I), dan 9 tabung yang beirisi  5 ml medium Nutrien Broth (NB) yang

dibagi menjadi 3 deret (deret II, III, dan IV) masing-masing 3 tabung lalu dimasukkan ke dalam

tabung ke-1 dari deret i dimasukkan suspensi baktrei sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30

detik, ke dalam tabung ke-2 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian

didiamkan 30 detik, ke dalam tabung ke-3 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1

ose ml kemudian diistirahatkan 4 menit dan dimasukkan ke dalam wadah berisi air es, ke dalam

tabung ke-1 dari deret ii, dimasukan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan

selama 30 detik, ke dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2

deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik , ke dalam tabung ke-3 dari deret II, dimasukkan 1

ose larutan dari tabung ke-3 deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit, ke dalam tabung ke-1 dari

deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30

detik, ke dalam tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I,

Page 27: Menentukan Nilai Mic

kemudian didiamkan selama 30 detik, ke dalam tabung ke-3 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari

larutan tabung ke-3 deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit, ke dalam tabung ke-1 dari deret IV,

dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik, ke

dalam tabung ke-2 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian

didiamkan selama 30 detik, ke dalam tabung ke-3 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan

tabung ke-3 deret  I, kemudian diistirahatkan 4 menit. semua tabung dari deret  II, deret III, dan

deret IV diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oc selama 2 x 24 jam. diamati perubahan yang

terjadi berupa kekeruhan medium atau terbentuknya endapan.

Page 28: Menentukan Nilai Mic

D. Pembahasan

MIC atau Minimum Inhibitori Consentration merupakan konsentrasi terendah dari

suatu desinfektan atau zat antimikroba yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba

atau bakteri uji.Tujuan dilakukannya uji MIC adalah untuk mengetahui apakah suatu desinfektan

tertentu baik atau tidak untuk digunakan.

Desinfektan adalah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan mematikan

mikroba misalnya sterilisasi alat kedokteran.Sterilisasi ditujukan untuk membunuh semua

mikroorganisme.Obat ini dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatika sedangkan antiseptik

Page 29: Menentukan Nilai Mic

adalah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme,

biasanya merupakan sediaan yang yang digunakan pada jaringan hidup.

Dalam percobaan ini digunakan medium NB (Nutrien Broth) karena medium ini

mengandung senyawa karbohidrat dan protein sebagai nutrisi yang dubutuhkan oleh bakteri

untuk pertumbuhannya.

Dilakukan pengenceran dari 1 : 10 hingga 1 : 9440 pada desinfektan yang diuji untuk

meminimalkan atau mengurangi jumlah pengawet sehingga hasil yang diperoleh maksimal,

untuk mendapatkan jumlah mikroba yang masuk dalam range dan untuk mengatur pH dari

medium agar mikroba yang  dapat tumbuh dengan maksimal.

Digunakan kontak berbeda-beda 5, 10, dan 15 menit yakni untuk melihat bahwa pada

kontak atau menit keberapa yang dapat mematikan bakteri uji dimana kontak 5 menit belum

dapat mematikan bakteri uji, dan pada kontak 10 menit sudah dapat mematikan bakteri uji dan

dilakukan pada kontak 15 menit hanya untuk memastikan bahwa pengerjaannya telah aseptis.

Semakin lama waktu kontak maka semakin cepat kerja desinfektan untuk membunuh mikroba

dan berarti akan cepat mati.

Pada percobaan ini akan dipelajari cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory

Concentration serta menentukan daya hambat terkecil dari suatu desinfektan yaitu  Garlin.

Penentuan nilai MIC didasarkan pada pengamatan pertumbuhan bakteri dalam hal ini bakteri

Page 30: Menentukan Nilai Mic

yang digunakan adalah Salmonella thyposa.Digunakan mikroba ini karena banyak terdapat di

Indonesia dan dapat mengkontaminasi udara dengan benda-benda mati.

Tujuan dilakukan uji kofisien fenol untuk melihat turunan-turunan fenol yang berada di

pasaran apakah dapat membunuh bakteri atau tidak dan karena yang diuji adalah turunan-turunan

fenol dan dibandingkan dengan fenol itu sendiri.

Untuk melihat nilai MIC pada sampel uji yaitu dengan melihat pada tabung

pengenceran keberapa yang tidak terjadi kekeruhan (jernih) dimana akhir dari kejernihan itu

yang diambil sebagai nilai MIC. Pada percobaan ini diperoleh nilai MIC untuk  Garlin  yaitu pada

pengenceran1 : 20 dimana tidak terjadi pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan tidak

terjadinya kekeruhan (jernih) pada tabung yang berisi sampel dan medium NB, sedangkan untuk

pengenceran selanjutnya terjadi kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba.

Hasil dari uji MIC diteruskan ke uji koefisien fenol agar dapat dilihat apakah desinfektan

tersebut baik atau tidak berdasarkan persyaratan yang ada.

Suatu desinfektan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1.    Dalam waktu yang singkat mendesinfeksi dengan baik

2.    Sebaiknya dapat digunakan untuk banyak jenis mikroorganisme artinya sedapat mungkin

mempunyai spektrum yang luas

3.    Dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit dan mukosa

Page 31: Menentukan Nilai Mic

4.    Mempunyai daya tahan yang lama

5.    Jika terabsorbsi mempunyai toksisitas yang rendah

6.    Tidak menyebabkan bau yang mengganggu

Nilai MIC diletakkan pada tabung kedua yaitu sebagai tolak ukur dimana ditakutkan

bahwa hasil yang diperoleh dari pengujian MIC tidak sesuai dengan nilai MIC sebagai

desinfektan sehingga pada uji koefisien fenol kita mengambil nilai pengenceran di bawah dari

nilai MIC yang diperoleh.

Digunakan fenol 5%  karena dengan pengenceran 5% sudah dapat mematikan bakteri

uji. Digunakan fenol sebagi pembanding supaya dapat melihat mana yang lebih bagus apakah

fenol atau turunan-turunannya.

Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik

dinyatakan dengan koefisien fenol. Dalam kadar 0,01 – 1%,fenol bersifat bakteriostatik, larutan

1,.6% bersifat bakterisid yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan fenol dengan protein

mudah lepas sehingga fenol daopat berpenetrasi kedalam kulit utuh. Larutan 1,3 % bersifat

fungisid berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran.

Faktor utama yang menentukan bekerjanya suatu desinfektan adalah potensi, kadar,

waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektansia, jumlah dan tipe

mokroorganime yang ada dalam bahan yang didesinfeksi.Untuk bekerjanya suatu desinfektansia

Page 32: Menentukan Nilai Mic

harus mempengaruhi beberapa bagian dari sel yang vital dari mikroorganisme. Bagian sel yang

paling rentan terhadap cara ketja desinfektan adalah pada membrane sitoplasma, enzim tertentu

san protein structural seperti yang terdapat pada dinding sel.

Daya kerja antimikrobial bahan kimia seringkali disetarakan dengan fenol.Kemampuan

bahan kimia dibandingkan dengan fenol disebut koefisien fenol. Nilai ini diperoleh dengan

membagi pengenceran tertinggi bahan kimia yang mematikan mikroorganisme dalam waktu 10

menit, namun tidak mematikan dalam waktu 5 menit dibagi dengan pengenceran tertinggi fenol

yang mematikan mikroorganisme dalam waktu 5 menit. Bahan kimia yang mempunyai koefisien

fenol lebih dari 1 mempunyai daya kerja antimikrobial yang lebih baik dibanding dengan fenol.

Begitupun sebaliknya jika koefisien fenol kurang dari 1 berarti bahan antimikrobial tersebut

kurang efektif dibandingkan fenol..

Faktor – faktor yang mempengaruhi desinfektan yaitu :

1.    Konsentrasi

Umumnya berkhasiat fungisid pada konsentrasi yang sedikit lebih tinggidari pada kadar

untuk kerja pada bakterisid. Begitu pula efek bakteriostatik dibutuhkan kadar yang lebih rendah

Page 33: Menentukan Nilai Mic

lagi. Misalnya larutan fenol dibawah 1 % bekerja bakteriostatis, tetapi diatas 1,5 % bersifat

bakterisid.

2.   Waktu

Larutan iod 4 % mematikan kuman dalam 1 menit sedangkan laruta 1 % memerlukan 4

menit dan spora baru musnah setelah 2 – 3 jam.

3.   pH

Khasiat klor 10 kali lebih kuat pada pH 6 dari pada Ph 9 juga asam benzoat dan ester-

esternya lebih aktif pada pH asam.

4 .  Zat pelarut

Page 34: Menentukan Nilai Mic

Khlorhiksidin dalam laritan alkohol bekerja fungisid, sedangkan larutan dalam air hanya

berdaya fungistatis lemah.Pada tingtur klorheksidin efek antiseptis awalnya adalah pelarit

alkohol 70 % sedngkan klorheksidin sendiri bertanggung jawab atas kerja panjangnya. Begitu

pula dengan iodium pada tingtur iodium

Berdasarkan hasil pengamatan pada uji MIC didapatkan hasil dengan

menggunakan  sampel garglin yaitu  pada pengenceran 1 : 20 memberikan hasil negatif (+)

bening atau tidak ada pertumbuhan sedangkan pada pengenceran 1 : 40  1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1

: 640 dan 1 : 1280 hasilnya positif (-) keruh atau terdapat pertumbuhan mikroorganisme.

Untuk hasil pengamatan pada uji disinfektan didapatkan hasil dengan menggunakan

sampel uji yaitu pada menit ke 5 memberikan hasil negatif (-) untuk pengenceran 1 : 15, 1 : 20, 1

Page 35: Menentukan Nilai Mic

: 25, dan 1 : 35,sedangkan pada pengenceran 1 : 30 hasilnya positif (+). Pada menit ke 10 untuk

semua pengenceran  hasilnya positif (-) dan pada menit ke 15 pada pengenceran 1 : 15, 1 :

20 dan 1 : 35 memberikan hasil positif (-)sedangkan pada pengenceran 1 : 25 dan

1 : 30memberikan hasil negatif (-).

Untuk pengamatan pada uji koefisien fenol dengan perbandingan 1:80, 1:90 dan 1:100

hasilnya semua positif (-) pada lama kontak 5, 10 dan 15 menit, yang artinya terdapat

pertumbuhan mikroorganisme.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh antara lain

pengerjaan yang kurang aseptis, ketidaktelitian praktikan dalam pembuatan pengenceran

dan  pengamatan hasil percobaan serta faktor-faktor lain yang secara tidak langsung

mempengaruhi hasil percobaan.

Page 36: Menentukan Nilai Mic

BAB V

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa

a.    Nilai MIC dari sampel Garlin adalah 1 : 20.

b.    Nilai koefisien fenol sampel Garlin sebesar 0,28125yang berarti sampel tersebut kurang efektif

sebagaidesinfektan dibandingkan dengan fenol.

B.   SARAN

Sebaiknya asisten mendampingi masing-masing kelompok pada saat pengamatan, agar

tidak terjadi kekeliruan pada hasil pengamatan.

Page 37: Menentukan Nilai Mic
Page 38: Menentukan Nilai Mic

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia”. Depkes RI : Jakarta.

Djide, Natsir., Sartini., Kadir, Syahrudin., 2003,“Mikrobiologi Farmasi Terapan”, Laboratorium

Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi Universitas Hasanudin : Makassar.

Entjang, Indan. 2003. ”Mikrobiologi dan Parasitologi”. PT.CITRA ADITYA BAKRI : Bandung .Rusli, dan Fitriana.2008. ”Tuntunan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Terapan”. Universitas Muslim

Indonesia : Makassar.

Tjay,Tan Hoan dkk. 1978. ”OBAT-OBAT PENTING”. edisi 5 cet.Pertama, PT Elenmedia Kompetindo : Jakarta.

Zaraswati. Dwyana. As’adi Abdullah, Nurhaedar. 2004.“Bahan Kuliah Mikrobiologi Dasar”.Universitas

Hasanudin : Makassar.