Top Banner
PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN (1): MENCERMATI PENGELOLAAN ANGGARAN KEMENDIKBUD DAN PAREKRAF PAPER BRIEF KOALISI SENI INDONESIA
29

mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

Dec 16, 2016

Download

Documents

dinhnguyet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN (1): MENCERMATI PENGELOLAAN ANGGARAN KEMENDIKBUD DAN PAREKRAF

PAPER BRIEF

KOA L I S I S E N I I N D O N ES I A

Page 2: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 01

PENDAHULUAN

Sektor kebudayaan sebagai kesatuan kerangka pembangunan

nasional hingga sampai saat ini belum mendapatkan perhatian

serius dari pemerintah dalam hal kebijakan dan infrastruktur.

Penyelenggaraan aktivitas seni budaya oleh masyarakat yang

berbentuk organisasi maupun komunitas adat masih menyisakan

masalah di lapangan seperti kesulitan mengakses fasilitas,

regulasidan perlindungan hukum,1) serta siasat keberlangsungan

organisasi melalui swasembada pribadi. Permasalahan tersebut

menggambarkan bahwa lingkungan infrastruktur di bidang seni

budaya belum optimal dan belum mewadahi besar potensi

keseniannya.

Seni budaya tidak lepas dari sistem regulasi negara, yakni

kementerian. Tugas kementerian secara umum adalah membidani

bidang-bidang tertentu dengan mencanangkan visi dan misi demi

tercapainya pembangunan bidang yang merata. Di bidang seni

budaya, kementerian yang mengemban tugas tersebut jatuh kepada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf). Secara garis

besar, kedua kementerian tersebut berlaku sebagai lembaga induk

pengelola dan pembuat kebijakan kebudayaan di Indonesia.

1) Hambatan penyelenggaraan kesenian dalam “Kajian Kerangka Hukum Untuk KegiatanKesenian dan Kebudayaan” oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2009, hal. 33-35

Page 3: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 02

Salah satu instrumen penting untuk melihat strategi

dan arah pengembangan seni budaya Kemendikbud

dan Parekraf adalah pembacaan anggaran di

kedua kementerian. Menurut Glenn A Welsch

(2000), anggaran berkaitan dengan fungsi-fungsi

dasar manajemen yang meliputi perencanaan,

pengkoordinasian, dan pengawasan suatu unit

organisasi. Anggaran dipakai sebagai sumber daya

dalam pelaksanaan aktivitas dan rencana kerja yang

telah ditetapkan selama periode setahun. Dengan kata

lain, anggaran suatu kementerian berlaku sebagai

proyeksi tata pemerintahan atas pelayanannya kepada

masyarakat luas. Pengkajian anggaran Kemendikbud

dan Parekraf pun dapat menggambarkan kerangka,

peruntukkan, falsafah manajemen, dan landasan

operasional program-program kerja tahunan yang

berhubungan dengan tujuan strategis di kedua

kementerian tersebut.

PENDAHULUAN

Page 4: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 03

PENDAHULUAN

Penelitian ini mengambil studi kasus APBN

Kementerian/Lembaga antara tahun 2012-2013 dari

Kemendikbud dan Parekraf. Pemilihan periode dua

tahun terakhir tersebut dilatarbelakangi oleh terjadinya

perubahan struktur kementerian atas hasil reshuffle

Kabinet Indonesia Bersatu II Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono 18 Oktober 2011, yang berujung pada

pembentukan strategi dan arah kebijakan di bidang

seni budaya hingga sekarang. Kementerian Pendidikan

Nasional berubah nama menjadi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Budaya

dan Pariwisata berubah nama menjadi Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Melalui perubahan

tersebut, terjadi perpindahan mendasar atas fungsi,

tugas, dan kebijakan induk pada masing-masing

kementerian, tak terkecuali alokasi anggaran.

Page 5: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 04

PENDAHULUAN

Secara khusus, penelitian ini akan memaparkan dua hal. Pertama, menggambarkan daya kapital (budget estimates) Kemendikbud dan Parekraf untuk pengembangan seni budaya dan kedua, mencermati kinerja Kemendikbud dan Parekraf melalui instrumen anggaran dalam dua tahun terakhir.

Data yang dipakai berasal dari DIPA K/L (Daftar Isian

Perencanaan Anggaran Kementerian/Lembaga) dan

Audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di tahun yang

bersangkutan.

Paper “Pembangunan Kebudayaan: Pengelolaan

Anggaran Kemendikbud dan Parekraf” merupakan

wacana pembuka dari rangkaian penelitian Koalisi

Seni Indonesia mengenai kajian anggaran dengan

tujuan melihat orientasi kebijakan kebudayaan nasional.

Diharapkan paper ini dapat digunakan sebagai

alat pemantau kinerja pemerintah dan mendorong

perbaikan pengelolaan anggaran dan kebijakan di

sektor seni budaya.

Page 6: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 05

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Nomenklatur Kemendikbud dan Parekraf

dicatat dalam PerPres No. 92/2011 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian

Negara. Perubahan dalam struktur Kemendikbud

terletak pada kehadiran dua wakil menteri, yakni Wakil

Menteri Pendidikan dan Wakil Menteri Kebudayaan

(Pasal 433A), serta pembentukan Direktorat Jenderal

Kebudayaan di tataran Eselon I (Pasal 436). Sementara

Parekraf menambah dua pejabat Eselon I setingkat

Direktorat Jendral, yakni Ditjen Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan Budaya yang menggantikan Ditjen

Nilai Budaya, Seni, dan Film, serta Ditjen Ekonomi

Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi yang menggantikan Ditjen Sejarah dan

Purbakala (Pasal 500).

Setelah peresmian nomenklatur pada 21 Desember

2011, APBN K/L 2012 Kemendikbud dan Parekraf

yang diatur dalam UU No. 22/2011 turut mengalami

penyesuaian. Hal tersebut jatuh pada alokasi anggaran

yang akan diberlakukan setelah pembentukan struktur

organisasi baru dan konsolidasi laporan keuangan

antar dua kementerian.

Page 7: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 06

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Perubahan tataran Eselon I dengan satu Ditjen

baru di Kemendikbud dan dua Ditjen baru di

Parekraf menimbulkan permasalahan administrasi

dan pembagian birokrasi. Pengembangan sektor

kebudayaan yang dahulu dikelola oleh Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata—kini diganti menjadi

Parekraf—berpindah ke Kemendikbud. Salah satu

contohnya adalah pengelolaan cagar budaya, museum,

dan warisan budaya lain—yang merupakan aset tetap

negara—berpindah menjadi di bawah kewenangan

Kemendikbud. Ditjen Sejarah dan Purbakala di

Parekraf kemudian dihilangkan dan diganti dengan

pembentukan direktorat-direktorat bersifat sejenis di

Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, antara lain Direktorat

Sejarah dan Nilai Budaya dan Direktorat Pelestarian

Cagar Budaya dan Permuseuman.

SETDITJENUPT(BPCB, BPNB, MUSEUM

NASIONAL DAN MUSEUM KHUSUS)

DITJEN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT PEMBINAAN KEPERCAYAAN THDP TUHAN

YME DAN TRADISI

DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN

DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI BUDAYA

DIREKTORAT PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN

PERMUSEUMAN

DIREKTORAT INTERNALISASI NILAI DAN DIPLOMASI BUDAYA

Bagan - Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud

Page 8: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 07

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Masa transisi ini memakan waktu yang tidak sedikit dan

menimbulkan permasalahan mendasar.

Berdasarkan LK BPK 2012 terdapat kelemahan sistem pengendalian internal, seperti tidak tertibnya pencatatan dan pelaporan aset, serta terbengkalainya inventarisasi fisik (stock opname) sejumlah satker di direktorat lama hingga akhir tahun.

Hal ini kemudian berdampak pada alokasi anggaran

untuk masing-masing direktorat baru yang bertumpu

pada pencairan APBN-P (APBN-Perubahan) 2012.

Selama masa inventarisasi tersebut, terjadi kebijakan

konsolidasi laporan keuangan antar Kemendikbud

dan Parekraf. Konsolidasi tersebut jatuh pada satker

Ditjen Kebudayaan yang pada APBN K/L 2012 berada

di laporan keuangan Parekraf dan pada APBN-P 2012

berada di laporan keuangan Kemendikbud.

Page 9: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 08

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Pemindahan satker Ditjen Kebudayaan yang dilaporkan dalam

neraca sistem akuntansi Parekraf ke neraca sistem akuntansi

Kemendikbud diharapkan dilakukan pada tahun 2013. Dengan

kata lain, pelaksanaan satker Ditjen Kebudayaan dengan sejumlah

direktoratnya hingga kuartal terakhir 2012 masih memakai “kertas

kerja” DIPA Parekraf, yang kemudian baru mulai berjalan mandiri di

bawah kewenangan Kemendikbud setelah realisasi APBN-P.

Secara garis besar, sepanjang 2012 penyelenggaraan sektor kebudayaan terarah ke dalam DIPA Parekraf yang diwakili oleh Ditjen Nilai Budaya, Seni, dan Film (43 satker), Ditjen Sejarah dan Purbakala (33 satker), dan Ditjen Pemasaran (34 satker).

Penjumlahan satker tersebut berkapasitas anggaran 845 M dengan

perbandingan program Kesejarahan, Purbakala, dan Permuseuman

(48%), Pengembangan Nilai Budaya, Seni, dan Perfilman (37%), Ditjen

Pemasaran khusus ajang promosi budaya (6%), serta Penelitian dan

Pengembangan Arkeologi dan Kebudayaan (8%).

Page 10: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 09

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

55,21 % 228 M

12,11% 50 M

1,34% 5.5 M

1,33% 5.4 M

1,55% 6.4 M

2,47% 11.3 M

17.24% 71 M

8,47% 35 M

Diagram 1 - Alokasi Anggaran untuk Program Kesejarahan, Kepurbakalaan, dan Permuseuman

55,21% 228M Pelestarian Peninggalan Sejarah dan Purbakala17.24% 71M Pengembangan Pengelolaan Permuseuman12,11% 50 M Dukungan Management dan Dukungan Teknis Lainnya8,47% 35M Pengembangan Pengelolaan Museum Nasional2,47% 11.3 M Pengembangan Pengelolaan Peninggalan Kepurbakalaan1,55% 6.4 M Pengembangan Pengelolaan Peninggalan Bawah Air1,34% 5.5 M Pengembangan Geografi Sejarah1,33% 5.4 M Pengembangan Nilai Sejarah

TOTAL: 413M

Page 11: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 10

Diagram 2 - Alokasi Anggaran untuk Program Pengembangan Nilai Budaya, Seni, dan Perfilman

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

25.82% 82 M Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya20,70% 65 M Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional19,65% 62 M Pelestarian dan Pengembangan Kesenian10,56% 33 M Pengembangan Perfilman Nasional6,81% 21 M Peningkatan Sensor Film5,48% 17 M Pelestarian dan Pengembangan Nilai-Nilai Tradisi4,77% 15 M Pengembangan Karakter dan Pekerti Bangsa3,65% 65 M Pengembangan Galeri Nasional2,56% 8 M Pengembangan Masyarakat Adat

25.82% 82 M

6,81% 21 M

3,65% 65 M

5,48% 17 M

10,56% 33 M 4,77% 15 M

2,56% 8 M

20,70% 65 M

19,65% 62 M

TOTAL: 317M

Page 12: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 11

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Periode penyelenggaraan sektor seni budaya di

DIPA Kemendikbud baru kemudian berubah setelah

APBN-P direalisasikan pada bulan Oktober 2013.

Jumlah suntikan dana yang diterima Kemendikbud

adalah Rp 12,828 T. Hal ini menandai Ditjen

Kebudayaan akan mendapatkan alokasi anggaran

atas perumusan DIPA APBN-P mereka senilai Rp

1,127,100,000,000. Namun kenyataannya, realisasi

APBN-P untuk Ditjen Kebudayaan kembali terjerat

dengan permasalahan administrasi. BPK mencatat

keterlambatan Kemendikbud dalam melakukan DIPA

APBN-P yang baru diterbitkan satu bulan sebelum

akhir tahun anggaran sehingga berdampak pada

pelaksanaan satker di berbagai unit Eselon I-nya.

Dengan singkatnya waktu yang tersedia, beberapa

satker gagal dilaksanakan. Di sisi lain, satker yang

berhasil dilaksanakan harus “bekerja keras” mengejar

jangka waktu kontrak yang terbatas, yakni 20 s.d 35

hari kalender, sehingga menyebabkan “realisasi yang

memaksa”. Kasus ini sebagian besar terjadi pada

satker PTN di Direktorat Perguruan Tinggi yang harus

menuntaskan 92 kontrak hingga akhir periode 31

Desember 2012.

Page 13: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 12

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Persentase penyerapan Ditjen Kebudayaan dalam tahun anggaran 2012 berjumlah 57,04% dari besar anggaran Rp 1,127 T dan menyisakan saldo Rp 488 M. Hal ini membuat Ditjen Kebudayaan menjadi unit Eselon I dengan penyerapan anggaran terendah,

diikuti oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (64%,34%

bersaldo Rp 91 M) dan Inspektoriat Jenderal (72,86%; bersaldo Rp 50 M).

Kasus yang sama juga terjadi di Parekraf. Unit organisasi yang mengurus

kebudayaan menempati penyerapan dua terendah, yakni yang pertama

Ditjen Sejarah dan Purbakala dengan daya serap 74,22% atau senilai

realisasi Rp 304 M dan kedua, Ditjen Pengembangan Nilai Budaya,

Seni, dan Film (85,04%; realisasi Rp 235 M). Meskipun terjadi keputusan

tentang Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya (EKSB) dan

Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Informasi (EKMDI)

yang baru aktif tahun 2013, dua ditjen baru tersebut telah mendapatkan

suntikan anggaran lewat APBN-P 2012. Ditjen EKSB mendapat alokasi

Rp 189.547.619.000 dari DIPA yang terbit November 2012 dan menyerap

47,2% anggaran, sedangkan Ditjen EKMDI mendapat alokasi Rp

119.650.000.000 dan menyerap 43,62% anggaran. Masing-masing

direktorat merealisasikan satu satker.

Page 14: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 13

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi

Temuan-temuan di atas menggambarkan konsekuensi

dari nomenklatur Kemendikbud dan Parekraf yang jatuh

pada permasalahan manajemen birokrasi. Inventarisasi

atau pemindahan aset memakan waktu hingga akhir

tahun, dan pembagian fungsi atas direktorat lama-

baru dengan laporan keuangan konsolidasi turut

memunculkan kesangsian terhadap akuntabilitas

anggaran selama periode 2012.

Page 15: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 14

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

Setelah setahun periode terkuras untuk menata manajemen

internal,anggaran 2013 sudah mencerminkan pembagian

yang jelas pada tiap unit organisasinya. Hal ini terlihat pada

terbitan DIPA K/L Kemendikbud dan Parekraf yang sudah mempunyai

alokasi anggaran tiap Direktorat Jenderal baru dan sejumlah satker di

dalamnya.

Pada belanja pemerintah pusat untuk APBN K/L 2013, terjadi kenaikan

8,5% dari tahun 2012, yakni dari Rp 547 T menjadi Rp 594 T 2) . Dari

total keseluruhan belanja K/L, Kemendikbud mendapatkan alokasi

12,2% anggaran (Rp 73 T) dan Parekraf hanya mendapat 0,34%

anggaran (Rp 2,053 T), turun -24,6% dari tahun sebelumnya.

2) “Data Pokok APBN 2007-2013”, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Page 16: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 15

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mendapatkan alokasi

anggaran sebesar Rp 1.254.624.997.000, yang berarti

naik sebesar 10,1% dari tahun 2013. Alokasi tersebut

hanyalah bernilai 1,64% jika disejajarkan dengan unit

Eselon I Kemendikbud lain, berada di tingkat ketujuh

dari sepuluh unit eselon yang mayoritas anggarannya

didahulukan untuk sektor pendidikan.

Ditjen Kebudayaan terbagi atas lima direktorat:

1) Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan

Permuseuman, 2) Direktorat Pembinaan Kesenian dan

Perfilman, 3) Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya,

4) Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, dan 5) Direktorat

Internalisasi dan Nilai Budaya. Masing-masing

direktorat mengemban sembilan program bertajuk

Pelestarian Budaya.

Page 17: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 16

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

75M

111M

72M

225,7M

195M

295M

70,5M

85M

125,4MPembinaan

Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan

Tradisi 6%

Pembinaan Kesenian dan

Per fi lman 18%

Pelestar ian Cagar

budaya dan Permuseuman

15%

Pelestar ian dan Pengelolaan Peninggalan

Purbakala 23%

Pengelolaan Permuseuman

10%

Pelestar ian Sejarah

dan Nilai Tradisional

7%

Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Dit jen Kebudayaan

6%

Pengembangan Sejarah dan Nilai Budaya

9%

Internalisasi Nilai dan Diplomasi

Budaya 6%

TOTAL : 1,25 T

Diagram 3 - Program Pelestarian Budaya oleh Ditjen Kebudayaan

Page 18: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 17

Sementara itu, Ditjen EKSB Parekraf mendapat

alokasi anggaran sebesar Rp 321.048.400.000, naik

69,37% dari APBN-P 2012 dan memakan 16,25%

dari total APBN K/L Parekraf 2013. Sedangkan Ditjen

EKMDI mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp

149.203.731.000, naik 24,7% dari APBN-P 2012 dan

memakan 7,2% dari total APBN K/L Parekraf 2013.

Kedudukan antar kedua kementerian tersebut jika

dibentangkan secara seksama akan memperlihatkan

dua jalur pengembangan seni budaya, yakni

pembinaan nilai di Kemendikbud dan pembangunan

industri kreatif di Parekraf. Sebagai suatu keutuhan,

Kemendikbud selaku “hulu” berperan menciptakan

suatu sistem yang kondusif untuk menunjang dinamika

kreasi mulai dari materi pendidikan, regulasi, hingga

perlindungan hukum, sedangkan Parekraf selaku “hilir”

membangun lingkungan infrastruktur untuk ajang

promosi dan apresiasi karya.

Page 19: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

Posisi Ditjen Kebudayaan yang berada di bawah

payung Kemendikbud memungkinkannya masuk ke

dalam arena institusi pendidikan, sebuah ruang yang

strategis untuk pembinaan nilai-nilai kebudayaan.

Namun jika melihat diagram program Pelestarian

Budaya di atas, lingkup penanganan ditjen ini begitu

luas.

Kewenangannya atas aset budaya seperti cagar budaya, museum, dan benda purbakala lain telah menyita komposisi 48% program kerja, belum termasuk tugasnya yang lain seperti internalisasi nilai budaya, sejarah, dan Ketuhanan (22%), serta pengakomodir kesenian dan perfilman (18%).

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 18

Page 20: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 19

Sebagai ilustrasi, kewenangan atas warisan budaya yang dapat

disebut sebagai “proker utama” Kemendikbud membutuhkan tindak

penanganan yang bersifat pemeliharaan, inventarisasi, dan dokumentasi

terpadu. Menariknya, pos belanja untuk program warisan budaya justru

terkuras ke dalam layanan perkantoran (143,75 M) yang bersaing ketat

dengan pemeliharaan rutin (143,045 M). Agenda penyuluhan dalam

rangka memperkenalkan warisan budaya hanya ditargetkan 6 kegiatan

dalam satu tahun, jumlah yang tidak sebanding untuk mencetak

hasil (outcome) yang simetris dari pengeluaran yang telah diusahakan.

Mayoritas keluaran (output) agenda internalisasi nilai budaya, sejarah,

dan Ketuhanan juga masih berbentuk kegiatan penyuluhan/seminar

(65,1 M) dan kegiatan pergelaran (99,08 M), maupun kegiatan khusus

untuk pencatatan warisan budaya yang bekerja sama dengan UNESCO

(20,3 M). Agenda publikasi sebagai medium distribusi ilmu pengetahuan

terhadap bidang ini mempunyai alokasi 5,8%, dengan anggaran

publikasi (19,9 M untuk 176 dokumen dan buku) dan naskah kajian

(11,2 M untuk 129 naskah) yang dipertanyakan transparasi terbitan,

distribusi, dan jalur aksesnya.

Sementara itu, Parekraf yang mengemban pengembangan infrastruktur

ekonomi kreatif masih berjalan tertatih-tatih. Beberapa hal yang

menghambat adalah pemetaan entitas produk kreatif sejumlah 15 buah

yang membutuhkan kemapanan infratruktur per entitas

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

Page 21: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 20

(arsitektur, desain, film-video-fotografi, mode, musik, kerajinan,

kuliner, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif,

riset dan pengembangan, seni dan pertunjukan, seni rupa, teknologi

informasi, dan televisi dan radio), serta sulitnya untuk tidak direduksi

menjadi agenda pariwisata belaka, jika dilihat dari alokasi anggaran

sektor pariwisata yang berjumlah dua kali lipat (970 M).

Pos belanja di Parekraf mayoritas mempunyai indikator pengembangan berbentuk individual/organization grants melalui realisasievent (pagelaran, pameran, lomba, festival, dan penganugrahan) dan kompetensi SDM (workhop dan seminar).

Pada Ditjen EKSB, target pencapaian grants tersebut mencapai

8800 orang dan pada Ditjen EKMDI 4452 orang. Sebagai

perannya untuk industri kreatif, belum tercatat agenda semacam

pembangunan fisik untuk sebuah ruang kerja kreatif, namun program

aktivasi Taman Budaya—yang sudah ada sejak tahun`70an dan

tidak terurus—setidaknya memunculkan suatu potensi tersendiri.

Program pendukung lainnya adalah perumusan kebijakan NSPK

(Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) sebagai pijakan awal

penyelenggaraan kesenian ke depan.

Page 22: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 21

Direktorat Desain dan Arsitektur dan Direktorat Pengembangan

Kerjasama dan Fasilitasi Ditjen EKMDI dalam praktiknya memiliki

banyak program kerja yang serupa di lingkup kesenian di kedua

kementerian. Baik Direktorat Kesenian dan Perfilman di Ditjen

Kebudayaan Kemendikbud maupun Ditjen EKSB dan EKMDI Parekraf

mempunyai agenda pengembangan berbentuk project grants (Rp

57,9 M) dan Rp 84,4 M) dan revitalisasi Taman Budaya (Rp 20 M dan

Rp 27,1 M).

Dilihat dari struktur organisasi tiap direktorat, koordinasi antar

keduanya untuk tiap pengembangan ragam seni juga dicurigai

tumpang tindih, yang kemudian berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan dan kekuatan hukum untuk naskah kebijakan yang

dirumuskan kedua belah pihak. Direktorat Kesenian dan Perfilman

(Eselon II) - Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mempunyai unit turunan

(Eselon III) yang terdiri atas Subdirektorat Program dan Evaluasi,

Subdirektorat Seni Pertunjukkan, Subdirektorat Literasi dan Apresiasi

Film, dan Subdirektorat Dokumentasi dan Publikasi. Sedangkan

di Ditjen EKSB dan EKMD Parekraf, ragam seni telah mempunyai

institusi masing-masing di tingkat Eselon II yakni Direktorat

Pengembangan Industri Perfilman, Direktorat Pengembangan Seni

Pertunjukkan dan Seni Musik, Direktorat Pengembangan Seni Rupa,

Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Direktorat

Desain dan Arsitektur, dan Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi.

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

Page 23: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 22

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif

Paper penelitian ini berhenti pada DIPA Kemendikbud dan Parekraf

2013 karena belum terbitnya dokumen audit BPK K/L 2013 untuk

membantu analisa akuntabilitas dan efisiensi anggaran. Kinerja kedua

kementrian yang memiliki bidang kerja beririsan ini tampak belum

kompak dan berkesinambungan. Irisan antar keduanya berada di

lingkup kesenian, namun cakupan tugas Kemendikbud yang begitu

luas berpengaruh kepada Parekraf yang seyogyanya mendapatkan

peralihan guna dari apa yang dijalankan Kemendikbud. Persoalan lain

adalah

Status kedudukan unit pengelolaan seni budaya bagaikan “anak tiri” dari payung besar sektor pendidikan dan sektor pariwisata: Ditjen Kebudayaan mendapatkan alokasi 1,64% anggaran (Rp 1,25 T) dan Ditjen EKSB - EKMD sebesar 23,45% anggaran, namun dengan daya kapital yang tidak banyak (Rp 470,2 M).

Page 24: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 23

Data budget estimates Kemendikbud dan Parekraf yang terdiri

dari rencana program dan alokasi anggaran tiap direktorat

dapat diperiksa dalam lampiran di bawah. Inilah agenda

pemerintah dalam pengembangan sektor seni budaya kita melalui

pembacaan instrumen anggaran. Sudah idealkah?

LAMPIRAN

Direktorat Pengembangan Film dan Kesenian

DITJEN KEBUDAYAAN

67,9 M

34 M

23,59 M

66 M

Fasilitas Kesenian

di Sekolah 30.12%

Fasilitas Produksi

Karya Film Pendek dan Dokumenter

15.06%

Fasilitas Kesenian dan

Perfiman 10.59%

Event Kesenian

dan Perfilman 29.24%

Total: 225,72 M

Page 25: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 24

LAMPIRAN

Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya

balai PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL

66 M

31,5 M

3,4 M

Event Sejarah dan

Pemberdayaan Nilai Budaya

59.46%

Layanan Perkantoran

43.49%

Peserta Internalisasi Nilai Budaya

25.42%

Naskah hasil kajian pelestarian nilai budaya

13.18%

Peserta Apresiasi

Sejarah dan Nilai Budaya

28.83%

Buku Sejarah dan Nilai Budaya 3.06%

Total: 111 M

Total : 85 M

36,96 M

11,25 M

21,6 M

Page 26: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 25

LAMPIRAN

Direktorat Nilai dan Diplomasi Budaya

Event Diplomasi Budaya 32.38%

Event pemberdayaan Kepercayaandan Tradisi

12.22%

Dokumen Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Kepercayaan dan

Tradisi 14.86%

Fasilitas Kantong Budaya

54%

PencatatanKekayaan

Budaya 13.33%

Peserta Internalisasi Nilai Budaya

16%

Pengelolaan Warisan Budaya

Nasionaldan Dunia

11.47%

10 M

24,28 M8,6 M

12 M

Total: 75 M

Total: 72 M

Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi

38,6 M

8,8 M 10,7 M

Page 27: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 26

LAMPIRAN

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman

Total: 195 M

Total: 295 M

Alokasi Anggaran untuk Pelestarian Cagar budaya dan Permuseuman

Pengelolaan Permuseuman

Alokasi Anggaran untuk Pelestarian dan Pengelolaan Peninggalan Purbakala

Revitalisasi Cagar Budaya

20.26%

Event Cagar Budaya dan

Museum 7.13%

Pembangunan Museum

58%

39,5 M

113,1 M

13,9 M

Layanan Perkantoran

47%

Peserta internalisasi

Cagar Budaya 5%

Pelestarian Cagar Budaya

30%

Masyarakat yang

MengapresiasiMuseum

36%

LayananPerkantoran

40.41%

RevitalisasiMuseum

5.86%

138 M 113,1 M

113,1 M

44,73 M

7,35 M

50,67 M

bAlai PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA

Page 28: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 27

LAMPIRAN

PAREKRAF

Commercial Grants20,32%

Project Grants14,52%

pengembangan sistem industri

budaya2%

AktivasiTaman Budaya

26,86%

Networking & Travel Grants

20,5 M

27,1 M

14,65 M

779 jt

23,5 M

Page 29: mencermati pengelolaan anggaran kemendikbud dan parekraf

PAPER BRIEFPembangunan Kebudayaan (1):

Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 28

1. ARAH PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN BERSIFAT KONSERVASI DENGAN BERBAGAI AGENDA PELESTARIAN.

4. KURANGNYA PENDEKATAN OUTCOME YANG DAPAT MENJABARKAN PRINSIP EFEKTIVITAS DAN EFESIENSI ANGGARAN TERHADAP EVENT-EVENT YANG DISELENGGARAKAN

2. KETERSEDIAAN GRANT (PROJECT, COMMERCIAL, DAN NETWORKING & TRAVEL) UNTUK PELAKU SENI YANG MENCAPAI 16% TOTAL ANGGARAN ATAU +/- RP 268,22 M

3. PENGGANDENGAN RUANG PUBLIK SELAIN KEBERADAAN LEMBAGA SENI SWASTA MELALUI AKTIVASI TAMAN BUDAYA DAN PEMBANGUNAN MUSEUM

SIMPULAN