Top Banner
Arief Daryanto 26 MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL Well Positioning Agricultural Development in The Perspective of National Development Arief Daryanto Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor Jl. Dramaga Bogor PENDAHULUAN Latar Belakang Topik pertanian untuk pembangunan (agriculture for the development) menjadi isu hangat sepanjang sejarah kehidupan manusia. Urgensi pembangunan pertanian untuk pembangunan nasional suatu negara secara teoritis telah teruji dan tidak terbantahkan lagi, namun dalam tataran impelementasi kebijakan terutama di negara-negara berkembang sering terjadi kebijakan yang salah sehingga sektor pertanian terabaikan atau ditinggalkan. Kebijakan pembangunan ekonomi di sebagian besar negara berkembang termasuk di Indonesia seringkali terdapat ketidakkonsistenan antara apa yang secara formal tertuang dalam dokumen perencanaan dengan tataran implementasi dalam pelaksanaan strategi pembangunan ekonomi. “Indonesia adalah negara agraris” ternyata bukan sekedar gelar kosong atau nostalgia. Dari waktu ke waktu terbukti sektor pertanian selalu menjadi andalan dalam pembangunan perekonomian nasional, dulu, sekarang, dan diyakini untuk masa yang akan datang. Terlepas dari itu, memang harus diakui bahwa sektor pertanian menghadapi tantangan yang semakin besar, seperti globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan, desentralisasi atau otonomi daerah, serta krisis pangan dan finansial. Sementara itu, di dalam negeri sendiri masih dirasakan kurangnya keberpihakan pengambil kebijakan terhadap pembangunan sektor pertanian dalam perspektif pembangunan nasional. Dalam era globalisasi, bahasa yang dikenal dalam pergaulan antarnegara adalah membangun kerja sama ekonomi atau menghadapi persaingan antar- negara. Untuk memenangkan persaingan, mau tidak mau harus memiliki daya saing yang unggul, yaitu terbangunnya efisiensi yang tinggi pada seluruh tingkatan pelaku ekonomi. Sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) bagi masyarakat tidak terkecuali dari keharusan membangun daya saing yang tangguh untuk bertahan menghadapi persaingan global yang semakin dinamis. Sektor pertanian telah diakui memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yang dapat dilihat dari kemampuannya berkontribusi
21

MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Apr 26, 2018

Download

Documents

vanque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

26

MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN PERTANIANDALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL

Well Positioning Agricultural Development in The Perspectiveof National Development

Arief Daryanto

Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian BogorJl. Dramaga Bogor

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Topik pertanian untuk pembangunan (agriculture for the development)menjadi isu hangat sepanjang sejarah kehidupan manusia. Urgensi pembangunanpertanian untuk pembangunan nasional suatu negara secara teoritis telah terujidan tidak terbantahkan lagi, namun dalam tataran impelementasi kebijakanterutama di negara-negara berkembang sering terjadi kebijakan yang salahsehingga sektor pertanian terabaikan atau ditinggalkan. Kebijakan pembangunanekonomi di sebagian besar negara berkembang termasuk di Indonesia seringkaliterdapat ketidakkonsistenan antara apa yang secara formal tertuang dalamdokumen perencanaan dengan tataran implementasi dalam pelaksanaan strategipembangunan ekonomi.

“Indonesia adalah negara agraris” ternyata bukan sekedar gelar kosongatau nostalgia. Dari waktu ke waktu terbukti sektor pertanian selalu menjadiandalan dalam pembangunan perekonomian nasional, dulu, sekarang, dan diyakiniuntuk masa yang akan datang. Terlepas dari itu, memang harus diakui bahwasektor pertanian menghadapi tantangan yang semakin besar, seperti globalisasiekonomi dan liberalisasi perdagangan, desentralisasi atau otonomi daerah, sertakrisis pangan dan finansial. Sementara itu, di dalam negeri sendiri masih dirasakankurangnya keberpihakan pengambil kebijakan terhadap pembangunan sektorpertanian dalam perspektif pembangunan nasional.

Dalam era globalisasi, bahasa yang dikenal dalam pergaulan antarnegaraadalah membangun kerja sama ekonomi atau menghadapi persaingan antar-negara. Untuk memenangkan persaingan, mau tidak mau harus memiliki dayasaing yang unggul, yaitu terbangunnya efisiensi yang tinggi pada seluruh tingkatanpelaku ekonomi. Sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki nilai strategisdalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) bagi masyarakat tidak terkecualidari keharusan membangun daya saing yang tangguh untuk bertahan menghadapipersaingan global yang semakin dinamis.

Sektor pertanian telah diakui memiliki peranan penting dalamperekonomian nasional yang dapat dilihat dari kemampuannya berkontribusi

Page 2: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

27

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan penciptaankesempatan kerja/berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, serta sumberperolehan devisa. Pertanian untuk pembangunan nasional juga dipandang sebagaisuatu sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam menghasilkan pertumbuhanyang berkualitas (growth with equity). Semakin besarnya perhatian terhadapmelebarnya perbedaan pendapatan memberikan stimulan yang lebih besar untuklebih baik memanfaatkan kekuatan pertanian bagi pembangunan. Kontribusi besaryang dimiliki sektor pertanian tersebut memberikan sinyal bahwa sudah saatnyakembali ke khitah sebagai negara agraris untuk lebih serius membangunpertanian. Pertanian di Indonesia sudah selayaknya dijadikan sebagai suatu sektorekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya. Sektor ini tidak lagi hanya berperansebagai aktor pembantu apalagi figuran bagi pembangunan nasional, tetapi harusmenjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri.

Setelah tercapainya swasembada beras pada tahun 2008, tantanganberikutnya bagi rakyat Indonesia adalah bagaimana agar dapat semakin mandiridalam memenuhi kebutuhan pangan sumber nabati nonkarbohidrat dan panganhewani. Untuk itu, subsektor hortikultura dan peternakan akan menjadi semakinstrategis di masa yang akan datang. Jika melihat lebih dalam kandungan giziproduk-produk peternakan seperti telur dan daging memiliki kadar protein yanglebih tinggi dibandingkan dengan tempe dan tahu. Protein telur dan daging ayammasing-masing mencapai sekitar 12,5 persen dan 18,5 persen per gram.Sementara, protein tempe dan tahu masing-masing hanya 11 persen dan 7,5persen per gram. UNICEF pun mengakui bahwa perbaikan gizi berlandaskanpemenuhan kebutuhan protein memiliki andil sekitar 50 persen dalampertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa Barat seabad terakhir. Terlebihproduk hortikultura (sayur dan buah) dan peternakan (susu) memiliki kandungangizi utama yang sangat penting bagi kesehatan yang tidak dapat digantikan olehproduk-produk pangan lain.

Selain dinilai strategis dari segi perannya, sektor pertanian di Indonesiajuga memiliki potensi besar sekaligus prospek yang cerah untuk dikembangkan.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Indonesia memiliki keunggulan(comparative advantage) yang tinggi di masing-masing subsektor di sektorpertanian sebagaimana dicerminkan dari potensi sumber daya pertanian danindustri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) berbasis sumber daya lokal ataudikenal dengan istilah resources based industries. Maka dari itu, pembangunanpertanian merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mewujudkanpembangunan nasional yang berkualitas dan seyogianya sektor ini layak puladitempatkan pada posisi strategis dalam pembangunan nasional.

Beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi Indonesia dalammemposisikan secara tepat sektor pertanian dalam pembangunan nasional adalah: (1) masalah pentingnya ketahanan pangan dan energi, (2) masalah stagnan ataumenurunnya nilai tukar petani (term of trade) dari waktu ke waktu, (3)kecenderungan makin tingginya tingkat pengangguran dan jumlah pendudukmiskin di perdesaan, dan (4) masalah keberlanjutan pembangunan dan pelestarianlingkungan.

Page 3: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

28

Tujuan

Tulisan ditujukan untuk: (1) membahas perspektif historis pentingnyapertanian untuk pembangunan; (2) membahas mutlak kembali ke negarapertanian; (3) membahas peranan baru dan tantangan pembangunan pertanian;(4) membahas pentingnya paradigma baru pertanian untuk pembangunannasional; dan (5) kondisi untuk mendukung keberhasilan strategi pertanian untukpembangunan

PERSPEKTIF SEJARAH : Pertanian untuk Pembangunan

Sejarah pada hakekatnya adalah suatu rangkaian sebab akibat dari niatdan ikhtiar manusia, dalam konteks ini adalah dalam melaksanakan pembangunanpertanian dalam kerangka pembangunan nasional. Artinya, apa yang dicapaidalam pembangunan pertanian saat ini sebenarnya merupakan hasil daripembangunan pertanian yang dilakukan pada masa lalu, dan pembangunanpertanian yang dilakukan saat ini akan berakibat pada kinerja pembangunanpertanian pada masa yang akan datang. Krisnamurthi (2006) mengungkapkanpentingnya sejarah dalam konteks revitalisasi pertanian, dikatakan bahwa sejarahmenjadi penting bukan karena romantisme nostalgia atau mengagungkankebanggaan prestasi, tetapi justru karena dapat menjadi cermin untuk mengenaljati diri dan untuk memperbaiki hari esok dalam lintasan sejarah itu sendiri. Lebihlanjut dikatakan bahwa cermin itu bukan untuk mencari kekurangan dankesalahan, tetapi sebagai modal untuk melangkah ke depan.

Pembahasan perspektif sejarah dalam konteks pertanian dalam kerangkapembangunan (agriculture for the development) akan dikemukakan secara singkat(WDR, 2008) : Pertama, periode tahun 1960-an, pada periode ini didefinisikandengan baik tentang paradigma klasik peranan pertanian dalam pembangunan.Beberapa aspek yang membumi pada periode ini adalah aspek sejarah (groundedin history), teori (grounded in theory), regulasi-regulasi empiris (grounded inempirical regularities), dan perilaku (grounded in behavior). Aspek sejarah yangtercatat dan membumi (grounded in history) adalah seperti pengalamankeberhasilan Eropa Barat dalam menerapkan pertanian untuk pembangunan(Western experience) dan keajaiban asia (Asian miracles). Aspek teori yangmembumi (grounded theory) pertanian dalam pembangunan adalah pertanianmenuju industrialisasi (agricultural on the road to industrializatiaon). Selanjutnya,regulasi-regulasi empiris (grounded in empirical regularities) adalah transformasipertanian. Terakhir, perilaku (grounded in behavior) adalah bahwa pertanianternyata responsif terhadap insentif-insentif. Pada periode (1960-1965) Indonesiadi bawah pemerintahan dengan model ekonomi terpimpin dan pada periode (1965-1968) di bawah pemerintahan transisi ke pemerintah orde baru.

Kedua, periode tahun 1970-an, pada periode ini banyak dijumpaikeberhasilan pertanian dalam pembangunan, tetapi banyak implementasi yangmengalami kegagalan. Kebijakan bias perkotaan (urban bias) melalui strategisubstitusi impor (SI) untuk industrialisasi. Strategi substitusi impor oleh Bhagwati

Page 4: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

29

(1987) ditandai oleh Nilai Tukar Efektif Impor (NTEm) yang lebih besar dari NilaiTukar Efektif Ekspor (NTEx). Lahirnya strategi SI dipicu adanya fakta yangmenunjukkan terjadi kecenderungan menurunnya nilai tukar komoditas pertanianyang dihasilkan oleh negara-negara berkembang (Selatan) dengan produk yangdihasilkan oleh negara-negara industri atau maju (Utara). Pada periode ini jugaditandai adanya pembangunan perdesaan secara terpadu (integrated ruraldevelopment) namun terdapat beberapa kelemahan, meliputi: (1) adanyaoverestimated kapasitas negara dalam mengkoordinasikan, (2) adanyaunderestimated terhadap munculnya peran sektor swasta, dan (3) adanyaunderestimated terhadap organisasi koperasi produsen. Di samping itu, jugabanyak dijumpai kesalahan-kesalahan dalam proyek berbasis pertanian, sehinggamenimbulkan komplikasi dan dukungan yang tidak memadai. Pada periode (1970-1985) di bawah pemerintahan Orde Baru dengan berbagai keberhasilan baikdalam pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Keberhasilan dalammeningkatkan produksi pangan melalui pengembangan infrastruktur irigasi, benihunggul bermutu, penggunaan pupuk kimia, pestisida kimia, mekanisasi pertanian,serta bimbingan dan penyuluhan. Puncaknya adalah tercapainya swasembadaberas pada tahun 1984.

Ketiga, kepemimpinan selama 20 tahun (1985-2005) di bawah pengaruhKonsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakanpada periode ini antara lain adalah : (1) melakukan penyesuaian fundamentalmakroekonomi, tetapi tidak melakukan penyesuaian kebijakan sektoral; (2)kebijakan industrialisasi melalui ekonomi terbuka, tetapi tidak melalui kebijakanpertanian yang tangguh; (3) kebijakan atau intervensi pemerintah di sektorpertanian, namun banyak menimbulkan kegagalan pasar (market failures); (4)penurunan kemiskinan di perdesaan melalui transfer, justru meningkatkanautonomous income; (5) investasi di bidang pertanian berdampak pada hargakomoditas di pasar internasional rendah dan berdampak negatif terhadaplingkungan.

Pada periode (1985-1997) ditandai dengan mulai melambatnyapembangunan pertanian yang ditunjukkan melambatnya pertumbuhanproduktivitas padi. Hingga tahun 1996, pembangunan ekonomi yang dilaksanakanrezim Orde Baru menunjukkan keberhasilan yang nyata : (1) pertumbuhanekonomi khususnya sektor industri manufaktur sangat tinggi yaitu rata-rata 7persen pertahun selama periode (1968-1996); (2) jumlah penduduk miskin secaraabsolut turun tajam dari 54,2 juta orang (40,1 persen) dari total penduduk padatahun 1976 menjadi 22,5 juta (11,4 %) dari total penduduk tahun 1996 (Irawan danRosmiati, 1999); (3) ketahanan pangan secara nasional cukup kuat, dimanaketersediaan pangan dan akses pangan cukup terjamin; (4) pangsa pertanianterhadap GDP telah menurun secara signifikan meskipun secara absolut GDPyang bersumber dari pertanian tetap meningkat; dan (5) Stabilitas makroekonomidan perdagangan internasional cukup stabil, masalah hiperinflasi dan kontraksiekonomi tidak pernah terjadi, serta perdagangan luar negeri mengalami surplusekonomi.

Pada periode (1998-2004) adalah periode transisi reformasi. Keberhasilanpembangunan yang dicapai bangsa Indonesia di bawah pemerintahan Orde Baruternyata tidak berkelanjutan (unsustainable). Pada pertengahan tahun 1997 hingga

Page 5: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

30

pertengahan 1999 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang akut yang kemudianberkembang menjadi krisis multidimensi sosial-ekonomi-politik, yangmenumbangkan rezim Orde Baru. Perekonomian mengalami hiperinflasi, kontraksiekonomi, serta pengangguran terbuka dan meningkatnya penduduk miskin.Insiden kemiskinan meningkat tajam menjadi 24,2 persen pada tahun 1998 dan 18persen tahun 1999 (Irawan dan Rosmiati, 1999). Kondisi ini membalikkan kondisiIndonesia seperti pada awal 1980-an. Bahkan krisis pangan akut sehinggadikhawatirkan menimbulkan sindrom kehilangan generasi di masa datang. Imporberas meningkat tajam hingga 6 juta ton dan menempatkan Indonesia kembalimenjadi negara importir terbesar dunia.

MUTLAK KEMBALI KE SEKTOR PERTANIAN

Pertanian memiliki peranan yang sangat strategis dalam kehidupansepanjang kehidupan manusia. Xenophon, filsuf dan sejarawan Yunani yang hidup425-355 SM mengatakan bahwa “Agriculture is the mother and nourishes of allother arts”, Pertanian adalah ibu dari segala budaya. “Jika pertanian berjalandengan baik, maka budaya-budaya lainnya akan tumbuh dengan baik pula, tetapimanakala sektor pertanian diterlantarkan, maka semua budaya lainnya akanrusak”. Pentingnya pertanian juga dinyatakan oleh filsuf terkenal Lao Tze, yanghidup sekitar 600 tahun SM. Dikatakan bahwa “There is nothing more importantthan agriculture in governing people and serving the Heaven”. Tidak ada suatu punyang lebih penting di dunia ini selain pertanian, jika ingin masuk surga.

Walaupun kedua pernyataan tersebut telah berusia lebih dari duamilenium, pernyataan ini masih relevan dengan kondisi yang dihadapi Indonesiadewasa ini. Bahkan di banyak negara, pernyataan ini masih dipegang, termasuk dinegara-negara yang industrinya sudah maju. Bahkan banyak yang meyakiniprinsip bahwa tidak ada negara maju yang tidak diawali oleh pertanian yang kuat.Pakar pembangunan ekonomi meyakini bahwa pertanian tetap menjadi penyediasumber utama bahan pangan dan bahan baku industri, penyedia lapangan kerjadan kesempatan berusaha, penghasil devisa negara, dan sumber permintaan bagiproduk-produk industri dan jasa dalam negeri. Mengingat pertanian merupakanpenyedia bahan makanan, maka ketersediaan pangan menjamin stabilitas sosial,ekonomi dan politik. Keamanan pangan menjamin ketahanan bangsa dan negara.

Laporan Pembangunan Dunia (World Development Report/WDR), yangbertemakan ”Agriculture for the Development” menyatakan bahwa investasi yanglebih besar dan lebih baik dalam bidang pertanian (dalam arti luas termasukagribisnis) di negara-negara berkembang, yang sebagian besar berada di Asia,merupakan langkah vital dan strategik bagi kesejahteraan 600 juta pendudukmiskin yang hidup di negara-negara tersebut. Negara-negara berkembang akangagal mencapai targetnya untuk mengurangi sampai setengah penduduk duniadari tingkat kemiskinan dan kelaparan yang parah pada tahun 2015 kecuali jikasektor pertanian dan perdesaan tidak diabaikan. Pertumbuhan pertanianberdasarkan penelitian-penelitian yang sangat ekstensif (lebih dari 700 studi)sangat diyakini masih merupakan cara paling efektif untuk meningkatkanpendapatan masyarakat miskin di perdesaan.

Page 6: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

31

Kembali ke Pertanian

Kenaikan kinerja sektor pertanian yang menyumbang 4,3 persen terhadappertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebenarnya menimbulkan pertanyaanbagaimana sektor pertanian bisa tumbuh secepat itu mengingat tidak banyaknyainvestasi yang ditanamkan di bidang ini. Bahkan infrakstruktur di bidang pertanian(bendungan, saluran irigasi dan lain-lain) masih berbasis investasi pada tahun1970-an. Hingga kini belum ada investasi yang signifikan untuk memperbaiki danmemperluas infrastruktur pertanian yang telah berumur sekitar 20 sampai 30tahun.

Pertumbuhan tanpa didukung investasi merupakan pertumbuhan yangtidak berkualitas karena mengandalkan sumber pertumbuhan eksternal, yaituharga beberapa komoditas ekspor, seperti harga CPO, karet alam, dan kakao naikdengan sangat tajam. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanamempertahankan kinerja sektor pertanian tersebut ke depan agar pertumbuhanyang terjadi berkelanjutan. Jika ingin mempertahankan dan memperbaiki kinerjasektor pertanian secara berkelanjutan, maka peningkatan investasi dan ikliminvestasi merupakan faktor yang sangat krusial yang harus segera ditanganisecara serius. Peningkatan investasi untuk mendorong peningkatan produksidalam negeri, memperbaiki tataniaga pertanian, memperkuat stok penyanggamerupakan suatu keharusan. Pertanian kita tidak tumbuh dengan baik danberkelanjutan jika infrastruktur, transportasi, pendidikan, perbankan, energi, tidakberkembang. Pertanian sulit maju dalam lingkungan iklim investasi yang tidakkondusif dan tidak mendukung.

Peranan Investasi Pertanian

Menurut WDR, di dunia ini ada tiga kelompok negara, yaitu agriculturalbased countries (ABC), transforming countries (TC) dan urbanized countries (UC).Indonesia dikelompokkan sebagai transforming countries. Semakin tinggipendapatan per kapita, kontribusi relatif sektor pertanian terhadap GDP dan jugasumbangan relatif pertumbuhan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomisecara keseluruhan akan semakin rendah. Sebagai contoh di kelompok negaraABC, TC, dan UC, rata-rata sumbangan sektor pertanian berturut-turut sebesar 31persen, 15 persen dan 6 persen. Sumbangan pertumbuhan sektor pertanianterhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di masing-masing kelompoknegara adalah 27 persen (ABC), 8 persen (TC), dan 4 persen (UC). Fenomena inidisebut sebagai paradoks investasi di bidang pertanian untuk mempercepatterjadinya transformasi struktural (paradox of investing in agriculture to fosterstructural transformation).

Indonesia, sebagai negara transforming countries dicirikan bahwasebagian besar petani menggarap kurang dari setengah hektar lahan dan hasilpanen tradisional hanya menyediakan sedikit peluang penciptaan lapangan kerjadan pertumbuhan pendapatan. Strategi baru yang seyogyanya diadopsi olehpemerintah kita adalah perubahan orientasi pembangunan pertanian yang selamaini terfokus pada tanaman dan ternak bernilai rendah (low-value commodities) keyang bernilai tinggi (high-value commodities), dari orientasi pasar domestik ke

Page 7: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

32

pasar internasional, dari pertanian ke agroindustri dan sektor nonpertanian(agribisnis) di perdesaan yang menciptakan nilai tambah (value added) yang lebihtinggi. Kehidupan para petani tradisional dapat ditingkatkan dengan meningkatkanproduktivitas yang membutuhkan investasi besar dalam perbaikan infrastrukturpertanian, pengelolaan lahan dan air, serta penelitian pertanian. Hal ini jugamembutuhkan peningkatan iklim investasi untuk sektor pertanian dan agribisnis.

Menarik pula untuk dikemukakan di sini bahwa semakin maju suatu negara(semakin tinggi pendapatan per kapita-nya), maka sumbangan relatif sektoragribisnis (agro-manufacturing dan agroservices) terhadap GDP juga semakinbesar, sementara sumbangan relatif sektor pertanian terhadap GDP semakin kecil.Ke depan, Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor, denganlebih banyak mengekspor produk-produk pertanian olahannya, dan eksporkomoditas pertanian tidak lagi didominasi bahan baku. Gambar 1 memperlihatkanarah perkembangan agribisnis yang harus diikuti Indonesia. Gambar 1 jugamemperlihatkan potensi dan arah investasi pertanian ke depan. Indonesia memilikipeluang yang sangat besar (room for improvement) untuk meningkatkan kinerjaagribisnisnya.

Gambar 1. Kontribusi Relatif Pertanian dan Agribisnis (Agro-industry dan Agro-services) seiring dengan Peningkatan Pendapatan

Laporan Bank Dunia tersebut sebenarnya mempertegas bahwa peranpertanian dalam perspektif pembangunan nasional, sektor pertanian dapatdijadikan sektor andalan perekonomian bagi Indonesia yang kaya dengan sumberdaya alam. Rekomendasi Bank Dunia bahwa Indonesia perlu merevitalisasipertanian untuk menciptakan pembangunan nasional yang mampu menciptakanpertumbuhan sekaligus pemerataan (growth with equity). Pertumbuhan pertanianyang berkelanjutan membutuhkan dukungan investasi yang lebih baik dan lebihbesar. Selama ini pembangunan pertanian kita tidak ditopang dengan tingkat

Page 8: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

33

investasi yang memadai (underinvestment). Bahkan investasi di bidang pertanianyang sangat terbatas tersebut dialokasikan secara tidak benar pula(misinvestment).

PERANAN BARU DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PERTANIANKE DEPAN

Peranan Baru Sektor Pertanian

Pertanian dijadikan sebagai way of life dan sumber kehidupan sebagianbesar masyarakat pertanian di perdesaan. Sekitar 45 persen tenaga kerja masihmenggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, diperkirakan pada daerah-daerah tertinggal proporsinya lebih besar lagi. Peranan sektor pertanian selama inidalam perekonomian nasional secara tradisional kerap hanya dilihat melaluisejauhmana kontribusinya dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatankerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan barusektor pertanian sekarang ini dapat diletakkan dalam kerangka ”3 F contribution inthe economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan bakar)(Daryanto, 2009). Namun, apabila kita tidak mampu mengelola pertanian denganbaik, maka akan dapat menciptakan Jebakan Sindrom 3 F, yaitu Food, Feed, andFuel, karena adanya trade off antara ketahanan pangan dan produksi energi (Putri,2009). Selanjutnya Syaukat (2009) mengemukakan agar tidak terjadi trade offmaka produk-produk pertanian yang dikembangkan harus dipilih secara selektifdengan mempertimbangkan potensi supply dan demand produk tersebut, waste(by product) yang dihasilkan dikelola dengan baik, serta kapasitas energi yangakan dihasilkan.

Peranan pertanian kaitannya dengan ”food” adalah sektor pertanianmenjadi leading sector dalam pembangunan ketahanan pangan. Artinya peranansektor pertanian sangat menentukan terwujudnya sumber daya manusia (SDM)yang berkualitas melalui ketersediaan dan kecukupan pangan baik nabati maupunhewani. Kaitannya dengan “feed”, sektor pertanian memiliki peranan sebagaipemasok terbesar bahan baku utama pakan ternak. Jagung merupakan komoditaspertanian terbesar yang digunakan untuk pakan ternak unggas. Pakan ternakunggas menggunakan bahan baku yang berasal dari jagung sebesar ± 60 persen.Selama beberapa tahun terakhir ini, jagung digunakan sebagai penghasil sumberenergi terbarukan (renewable) untuk keperluan bahan bakar (fuel). Hal inimenunjukkan bahwa sektor pertanian telah berperan sebagai penghasil energi,biofuel. Industri etanol (biofuel) di Amerika Serikat (AS) meningkat tajam, dari 166pabrik pada tahun 2006, sekarang meningkat tajam menjadi 429 pabrik biofuel.Naiknya harga minyak dunia mendorong riset dan pembangunan pabrik biofuelmenjadi feasible.

Pasar jagung dunia telah mengindikasikan bahwa alokasi jagung bagikebutuhan pakan ternak akan berkurang karena tersedotnya jagung untukkeperluan bahan baku etanol (biofuel). Konsumsi jagung yang meningkat untukpengembangan biofuel sebagai salah satu alternatif bahan bakar di negara-negara

Page 9: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

34

maju, terutama Amerika Serikat (AS) akan mengurangi pasokan jagung untukpakan ternak. AS telah mengalokasikan 55 juta ton jagung untuk industri etanol(biofuel) dalam negeri pada tahun 2006 dan diperkirakan tahun 2008 meningkatmenjadi 82 juta ton. Perkembangan industri biofuel akan diikuti oleh China yangmemasok 20 persen jagung dunia. Kecenderungan permintaan jagung yangmeningkat baik untuk pemenuhan industri pakan ternak maupun pengembanganenergi alternatif bahan bakar (biofuel) akan diikuti oleh naiknya harga jagung dipasar dunia. Peluang pasar ini tentunya dapat ditangkap untuk pengembanganjagung baik di daerah sentra produksi lama maupun daerah pengembangan baru.

Besarnya peranan sektor pertanian termasuk di dalamnya aspek food(pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan bakar) menunjukkan bahwa eksistensisektor pertanian telah mampu menciptakan rantai nilai tambah bisnis yang berasaldari lahan usaha hingga makanan yang siap saji (from farm to table business).Sektor pertanian tidak hanya berkaitan dengan on-farm saja. Namun, lingkupsektor pertanian juga berkaitan dengan off-farm, baik hulu hingga hilir. Sektorpertanian memiliki peran yang strategis untuk mewujudkan pertumbuhan yanginklusif dan efektif untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran diperdesaan.

Tantangan Sektor Pertanian

Tidak dapat dielakkan sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan.Pertama, belum terciptanya tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi sehinggamemiliki daya saing yang rendah. Kedua, kondisi sosial, ekonomi, politik, dankeamanan yang masih belum stabil sehingga kurang kondusif untuk menarikinvestasi pada sektor pertanian. Ketiga, kondisi infrastruktur yang kurang memadaidi daerah-daerah sentra produksi. Keempat, kualitas sumber daya manusia (SDM)yang relatif rendah. Kelima, kebijakan pemerintah belum berpihak pada sektorpertanian. Walaupun Revitalisasi Pertanian sudah dicanangkan, tetapi di lapanganmasih terlihat adanya inkonsistensi kebijakan (policy inconsistency).

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, tampaknyasemakin rumit. Kenaikan harga beras, kedelai, jagung, gula dan minyak goreng didalam negeri melonjak tinggi dan hingga saat ini belum dapat diatasi secaratuntas. Jika kenaikan harga produk-produk pertanian ini yang memiliki dampakpengganda (multiplier effects) yang sangat tinggi, maka dikhawatirkan dalam waktudekat akan menimbulkan gejolak sosial, dan politik. Pemerintah dinilai gagalmenempatkan secara tepat pembangunan pertanian dalam perspektifpembangunan nasional. Walaupun Indonesia memiliki potensi sumber dayapertanian, tetapi hingga saat ini kita masih mengimpor kedelai sebesar 70 persen,daging sapi 25 persen, jagung 10 persen, kacang tanah 15 persen, susu 90persen, dan gula 30 persen dari kebutuhan nasional.

Sayangnya, peranan sektor pertanian yang besar belum dapatdimanfaatkan secara optimal baik di daerah sentra produksi lama maupun daerah-daerah sentra produksi pertumbuhan baru. Permasalahan sektor pertanian diIndonesia tidak terlepas dari beragam isu dan tantangan yang dihadapi dalampengembangan pertanian global. Beragam isu dan tantangan dalam

Page 10: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

35

pembangunan pertanian ke depan meliputi: pertama, penerapan teknologi yangmasih rendah, hal ini membawa implikasi rendahnya produktivitas dan daya saingproduk-produk pertanian di pasar baik pasar domestik maupun pasar dunia. Kedepan harus disadari bahwa perubahan teknologi (technological change) danaplikasinya di tingkat petani pengguna adalah sumber pertumbuhan produktivitasdan daya saing.

Kedua, biaya yang tidak efisien dan isu-isu rantai pasok. Ketidakefisienanbiaya dalam seluruh mata rantai sistem dan usaha agribisnis menyebabkan biayaekonomi tinggi. Ke depan integrasi antarpelaku usaha dalam menghasilkan produkmelalui managemen rantai pasok dan rantai nilai akan mampu menekan biaya danmeningkatkan efisiensi dalam keseluruhan rantai pasok dalam menghasilkanproduk pertanian yang berdaya saing.

Ketiga, perubahan preferensi konsumen dan prasyarat kesehatan pangan.Ke depan masyarakat konsumen semakin cerdas terutama konsumen di negara-negara maju. Kalau dahulu tuntutan konsumen hanya pada atribut jumlah danharga, maka ke depan konsumen menuntut atribut yang lebih lengkap, sepertikualitas produk, kemanan pangan, kualitas produk, kandungan zat gizi, danecolabeling.

Keempat, biaya inovasi teknologi baru yang mahal. World EconomicForum (WEF, 2009), sebuah lembaga pemeringkatan daya saing ternama,memasukan kelompok inovasi dan kecanggihan (innovation and sophistication)yang terdiri dari pilar kecanggihan bisnis (business sophistication) dan pilar inovasi(innovation) sebagai penentu daya saing suatu bangsa. Artinya adalah hanyabangsa-bangsa yang memberikan perhatian dan penghargaan yang tinggiterhadap IPTEK yang akan mampu bersaing di kancah pergaulan global.

Kelima, investasi sektor swasta asing atau (foreign direct invesment).Kekurangan modal dalam melaksanakan pembangunan dialami tidak hanya olehnegara-negara berkembang seperti Indonesia, namun juga oleh negara-negaramaju. Untuk memenangkan persaingan dalam mendapatkan modal atau investasiasing (FDI) maka diperlukan iklim investasi yang kondusif. Beberapa faktor yangsangat berpengaruh pada baik-tidaknya iklim berinvestasi di Indonesia adalahtidak hanya menyangkut stabilitas sosial dan politik, tetapi juga stabilitas ekonomi,kondisi infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan danpelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasukisu-isu ketenagakerjaan), regulasi, perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biayayang diciptakan), masalah good governance termasuk korupsi, konsistensi dankepastian dalam kebijakan pemerintah, hak milik (property rights) mulai dari tanahsampai kontrak dan penegakan hukum (law enforcement).

Keenam, globalisasi ekonomi dalam kerangka AFTA dan ACFTA. Palingtidak ada tiga fenomena yang berada dibawah regionalisasi: (a) persetujuanperdagangan bebas bilateral, seperti AFTA dan ACFTA; (b) kesepakatandiskriminasi berdasarkan kawasan atau daerah; dan (c) kelompok negara yangingin bersatu satu sama lainnya.

Beberapa alasan pentingnya ACFTA bagi China, antara lain adalah(Hakim, 2010) : (a) ASEAN kaya dengan sumber daya alam dan minyak bumi; (b)

Page 11: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

36

ASEAN merupakan emerging market dengan pasar sekitar 500 juta pendudukdengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; dan (c) Counter balancedominasi ekonomi Jepang dan Amerika Serikat.

Bagi ASEAN beberapa alasan pentingnya melakukan perdagangandengan China antara lain adalah : (a) China merupakan pasar dinamis dengan 1,5miliar penduduk dan merupakan sumber pertumbuhan baru, produk peternakanyang memiliki prospek pasar ke China adalah ternak babi dan produk unggas; (b)wisatawan China merupakan kunci utama perkembangan pasar wisata di kawasanASEAN; (c) mengurangi ketergantungan kepada pasar tradisional ASEAN:Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang; dan (d) lambatnya perundingan WTOdalam bidang pertanian di mana China menawarkan produk temperate zonesedangkan ASEAN memiliki komparatif advantage untuk produk tropis sehinggabersifat komplemen.

MUNCULNYA PARADIGMA BARU PERTANIAN UNTUKPEMBANGUNAN NASIONAL

Pelajaran Strategi Pembangunan Rezim Orde BaruApabila penelaahan pembangunan pertanian dilakukan dalam ruang

lingkup pembangunan ekonomi, yang berarti dalam ruang lingkup perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi, maka penelaahannya akan mencakupkomposisi permintaan, kesempatan kerja, dan struktur perdagangan serta aruskapital atau modal. Dengan demikian, maka perubahan struktural dapat diartikansebagai perubahan sistem ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern.Analisis tentang struktur pertanian yang dualistik dalam pembangunan telahbanyak dibahas, yang di satu sisi memperlihatkan kemandegan sektor pertaniantradisional dan dipihak lain pertumbuhan sektor modern di bidang industri. Halyang sama terjadi di sektor pertanian, yaitu pertanian tradisional, subsisten, petanikecil dan buruh tani di satu pihak dan dipihak lain terdapat perusahaan pertanianbesar, perkebunan besar, komersial, dan efisien. Meskipun badai krisis ekonomitelah menyebabkan ambruknya industri dalam negeri khususnya industri substitusiimpor yang sangat tergantung pada bahan baku impor, namun pertanian yangdikelola secara industri mengalami booming dan terjadi ekspansi usaha yangcukup besar.

Dalam melaksanakan rencana dan program pembangunan ekonomiselama pemerintahan Orde Baru Indonesia nampaknya mengikuti teoripembangunan ekonomi dari Rostow. Sebagai pengamat sejarah ekonomi danpertumbuhan ekonomi, Rostow (1971) mengidentifikasikan lima tahapan transisidalam proses pertumbuhan ekonomi dari primitif ke ekonomi modern. Pertama,masyarakat tradisional, yaitu masyarakat yang strukturnya dibangun dalam fungsiproduksi terbatas, karena hambatan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.Pada masa ini, produksi pertanian masih mengandalkan kelimpahan sumber dayadan tenaga kerja tidak terampil.

Kedua, masyarakat peralihan atau transisi sebagai prasyarat tinggallandas. Pada masa ini masyarakat telah menerapkan konsep-konsep ilmu

Page 12: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

37

pengetahuan dan teknologi modern dalam fungsi produksi pertanian dan industri,seperti di Eropa Barat pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 dan pada abadakhir abad 19 dan awal abad 20. Perubahan-perubahan terjadi baik oleh faktordari dalam maupun dari luar. Pada masa peralihan ini terjadi perubahan-perubahan ekonomi, sosial, maupun politik menuju masyarakat modern. Padamasa ini, produksi pertanian pada transisi di antara mengandalkan kelimpahansumber daya dan tenaga kerja kurang terampil ke arah penggunaan input-inputproduksi modern dan tenaga kerja cukup terampil.

Ketiga, masyarakat tinggal landas. Masyarakat tersebut telah mampumengatasi hambatan-hambatan terhadap pertumbuhan, kemajuan ekonomimelalui perubahan teknologi menciptakan kegiatan yang terbatas dan kelompokelit terbatas yang mendukungnya. Tingkat investasi berkisar 5-10 persen; imporkapital merupakan sebagian besar investasi. Industri baru berkembang cepat,keuntungan diinvestasikan kembali pada industri baru yang menimbulkan dampakberganda dan akseleratif. Kelas pengusaha baru bertambah banyak, perananswasta makin besar, para petani responsif terhadap perubahan teknologi,produktivitas pertanian tinggi dan permintaan terhadap hasil pertanian meningkat.Dalam 10-20 tahun mendatang struktur dasar ekonomi, sosial, politik masyarakatdiubah untuk mempertahankan yang terus-menerus dan teratur. Pada masa ini,produksi pertanian sudah menggunakan input-input produksi modern dan tenagakerja cukup terampil.

Keempat, masyarakat berada dalam masa kecenderungan kemajuan yangberkesinambungan jangka panjang, meskipun terdapat fluktuasi. Kondisiperekonomian tumbuh secara teratur dengan meluasnya teknologi dan 10-20persen pendapatan nasional diinvestasikan secara terus-menerus yangmenyebabkan produksi meningkat lebih besar dari pertumbuhan penduduk.Terintegrasinya pembangunan sektoral ke dalam perekonomian nasional danterintegrasinya perekonomian nasional ke dalam perekonomian internasional,melalui kegiatan ekspor-impor. Tuntutan terhadap sistem produksi modern yangefisien diimbangi terbangunnya kelembagaan, organisasi dan sistem nilai baru.Pada awal kematangan, industri dan teknologi terbatas tetapi pada masakematangan industri teknologi meluas pada berbagai bidang usaha, canggih danmasyarakat mampu menyerap dan menerapkan teknologi modern dengan lebihefisien. Perkembangan ekonomi ditandai dengan adanya teknologi dan wiraswastayang mampu menghasilkan produksi selektif dan mampu bersaing di pasar.Diperlukan waktu lebih kurang 60 tahun untuk beralih dari awal tinggal landassampai akhir kematangan. Pada masa ini, produksi pertanian sudah berbasisIPTEK dan tenaga kerja berketerampilan tinggi.

Kelima, masyarakat pada zaman konsumsi tinggi. Masyarakat beradapada keadaan ekonomi yang sektor-sektor utamanya secara bersama beralihbarang-barang konsumsi awet dan jasa, seperti yang telah dilampaui olehAmerika. Pendapatan perkapita naik, yang mengakibatkan konsumsi barang-barang lebih tinggi daripada kebutuhan pokok, dan struktur tenaga kerja berubahdengan rasio penduduk kota terhadap penduduk secara keseluruhan menjadi lebihbesar serta terjadi pergeseran struktur tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektorindustri dan jasa. Eropa Barat dan Jepang berusaha dan telah mencapai tahap ini,

Page 13: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

38

sedangkan Rusia masih perlu menyesuaikan politik. Timbul negara kesejahteraan(welfare state) sebagai manifestasi masyarakat yang telah melampaui masakematangan teknik.

Berdasarkan dokumen GBHN, Rejim Orde Baru telah menyusun duatahapan strategi besar pembangunan berupa Pola Umum Pembangunan JangkaPanjang (PU-PJP) yaitu PU-PJP1 (1969-1994) dan PU-PJP2 (1994-2019). Dimana PJP I diarahkan untuk menciptakan landasan yang kuat memasuki prosestinggal landas (take-off), sementara PJP2 merupakan masa tinggal landas, sesuaiproses tahapan pembangunan Rostow, yang disebut sebagai era kebangkitannasional kedua. Baik PU-PJP I maupun PU-PJP II menitik beratkan padapembangunan ekonomi dan sama-sama bertumpu pada Trilogi Pembangunan:stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan. Ketiga tujuan pembangunan tersebutpada dasarnya dapat dipandang sebagai tujuan antara dalam rangka mewujudkanmasyarakat adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam GBHN.

Dalam konsep PU-PJP I (1969-1994) dengan jelas dikemukakan visipembangunan ekonomi yaitu terwujudnya landasan memasuki era tinggal landas(take-off). Pada periode ini, diharapkan terciptanya struktur ekonomi yang kokohdan berimbang yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industri yang majudidukung oleh pertanian yang tangguh. Di samping itu, juga terpenuhinyakebutuhan pangan pokok rakyat. Strategi pembangunan dilaksanakan melalui limaserangkaian Repelita yang semuanya dititikberatkan pada sektor pertanian dansektor industri yang mengalami pergeseran secara bertahap:

1. Repelita 1: titik berat pada sektor pertanian dan industri pendukung sektorpertanian

2. Repelita 2: titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industripengolah bahan mentah menjadi bahan baku

3. Repelita 3: titik berat pada sektor pertanian menuju swasembanda pangan danmeningkatkan industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi

4. Repelita 4: titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menujuswasembada pangan dengan meningkatkan industri penghasil mesin-mesin

5. Repelita 5: melanjutkan Repelita 4. Pada akhir Pelita 5, terbangunnya strukturperekonomian yang kokoh yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industriyang maju dan didukung oleh pertanian yang tangguh dan siap memasuki fasetinggal landas.

Secara formal, PU-PJP I mengandung visi, arah, dan strategipembangunan yang jelas dan disusun dengan perencanaan jangka panjang.Implementasinya dilaksanakan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun(Repelita). Dengan demikian nampak jelas strategi pembangunan disusunberdasarkan teori transformasi ekonomi bertahap dan berimbang yang dipeloporioleh Rostow (1960).

Simatupang (2000) melalui kajian terhadap dokumen PU-PJP Imengemukakan bahwa pembangunan sektor industri dilakukan secara bertahapmengikuti pola membalik arus yaitu diawali dari industri hilir (pengolah bahan

Page 14: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

39

mentah menjadi bahan baku) dan selanjutnya secara bertahap ke industri hulu(industri dasar penghasil mesin-mesin industri). Hal ini berarti industrialisasidirancang secara bertahap, diawali dengan pembangunan industri sederhanapadat tenaga kerja yang selanjutnya diikuti pembangunan industri yang semakinmaju hingga industri padat modal berbasis ilmu pengetahuan dan teknologicanggih. Strategi industrialisasi dalam dokumen PU-PJP I menekankan prioritaspembangunan industri skala kecil-menengah yang padat tenaga kerja. Dalam halinipun, gagasan populer akhir-akhir ini untuk menitikberatkan pengembanganindustri/usaha kecil menengah sesungguhnya sudah dicanangkan oleh parapenyusun PU-PJP I lebih dari 30 tahun lalu.

Simatupang (2000) menyimpulkan bahwa secara formal grand strategypembangunan ekonomi rejim Orde Baru ialah industrialisasi bertahap, artikulatifdan berimbang berbasis pertanian. Secara implisit, ini dapat diartikan sebagaiindustrialisasi dengan pendekatan sistem agribisnis. Selanjutnya dikatakan bahwagrand strategy pembangunan ekonomi tersebut ialah pembangunan denganpendekatan sistem agribisnis atau pembangunan berbasis pertanian. Padapendekatan ini, sektor kunci (key sector) atau sektor pemimpin (leading sector)bergeser secara bertahap, diawali oleh sektor pertanian lalu kemudian bergeser kesektor industri.

Suatu hal yang mungkin dapat dinilai sebagai salah satu kekurangankonseptual dari PU-PJP1 ialah tidak dimasukkannya secara eksplisitpembangunan infrastruktur (social overhead capital) sebagai salah satu prioritasutama pembangunan. Secara teoritis, infrastruktur yang memadai merupakansalah satu prasyarat esensial bagi pembangunan ekonomi secara umum lebih-lebih pada masa transisi menuju tahap tinggal landas sebagaimana dikemukakanoleh Rostow (1960). Secara obyektif, pada awal pelaksanaan PJP1 kondisiinfrastruktur ekonomi maupun sosial masih sangat kurang, berkualitas buruk danpenyebaran regionalnya timpang, sehingga merupakan salah satu kendala utamapembangunan.

Krisis ekonomi yang menjadi krisis multidimensi menunjukkan bahwarezim Orde Baru gagal menciptakan struktur ekonomi berimbang dan tangguhsebagaimana diamanatkan dalam GBHN dan tertuang dalam Pola Umum-Pembangunan Jangka Panjang I (PU-PJP I). Dengan demikian, pembangunanekonomi yang secara de facto memprioritaskan pembangunan sektor industri yangtidak berbasis pada pertanian telah gagal menciptakan pembangunan secaraberkelanjutan (sustainable development).

Simatupang (2000) mengemukakan bahwa perekonomian Indonesiamenghadapi berbagai masalah struktural: (1) sindroma pertumbuhan tanpatransformasi struktural (growth without structural transformation); (2) sindromakemunduran ketahanan pangan (food security backwarddation); dan (3) sindromaketergantungan ekonomi eksternal (external economy dependency). Ketigapenyakit struktural inilah yang ditengarai menjadi penyebab perekonomianIndonesia sangat rapuh terhadap gejolak eksternal. Adalah fakta sejarah pertaniandan pembangunan nasional ditandai dengan berbagai keberhasilan dan kegagalanyang telah membawa masyarakat Indonesia pada kondisi saat ini.

Page 15: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

40

Paradigma Baru Pertanian untuk Pembangunan

Paradigma adalah model atau pola yang diterima (Kuhn, 1989).Memposisikan secara tepat pembangunan pertanian dalam perspektifpembangunan nasional seharusnya diletakkan dalam kerangka yang lebih luas(paradigma), karena dalam prosesnya terjadi interaksi yang kompleks dalamperkembangan teori ilmiah (alam, fisik, dan sosial) serta tatanan sosial dan politikdalam implementasinya.

Wong (2007) mengemukakan tiga argumen penting kembalinya minatpada pertanian untuk pembangunan, yaitu: (1) revolusi di bidang bioteknologipertanian, terutama dipicu oleh pengembangan ilmu genetika dan mikrobiologi, (2)tumbuh pesatnya pasar modern seperti supermarket dan hipermarket yangmentransformasikan rantai pasokan pertanian ke makanan, dan (3) penurunankemiskinan dan pelestarian lingkungan, dimana sektor pertanian menjadikendaraan utama untuk menurunkan kemiskinan dan pelestarian lingkungan dikawasan perdesaan.

Pada “Forum on How to Feed the World in 2050” FAO, Rome October2009” membahas urgensi paradigma baru pertanian untuk pembangunan. Hal inidilandasi beberapa argumen : (1) terjadinya krisis ekonomi, mendorong adanyapermintaan menggunakan pertanian untuk pembangunan, tetapi adalah tidakmungkin untuk kembali kepada paradigma klasik; dan (2) diperlukan paradigmabaru pertanian untuk pembangunan untuk menggantikan atau memperbaharuhiparadigma klasik (FAO, 2009).

Terjadinya krisis ekonomi yang cenderung menjadi krisis multidimensional,mendorong adanya permintaan menggunakan pertanian untuk pembangunan,tetapi adalah tidak mungkin untuk kembali kepada paradigma klasik. Paling tidakada 2 (dua) argumen: (1) “Pembangunan” adalah tidak lebih dari hanyaindustrialisasi (1950-1960), tetapi pembangunan bersifat multidimensional,mencakup aspek pertumbuhan (growth), keadilan (equity), keberlanjutan(sustainability), serta kemiskanan (poverty) dan kerentanan (vulnerability); dan (2)dalam kontek struktural, pertumbuhan pertanian telah berubah secara drastis, halini antara lain dipengaruhi oleh globalisasi ekonomi, rantai nilai terpadu (integratedvalue chains), inovasi teknologi (technological innovation), inovasi kelembagaanatau rekayasa sosial kelembagaan (institutional innovation), serta kendala-kendalalingkungan (environmental constraints).

Oleh karena itu, diperlukan paradigma baru pertanian untuk pembangunanuntuk menggantikan atau memperbaharuhi paradigma klasik. Dua karakteristikparadigma baru pertanian untuk pembangunan adalah: (1) mengingat bahwapembangunan adalah bersifat multidimensional, maka diperlukan : (a) win-winsexist, but trade-offs are expected; dan (b) diperlukan penyusunan skala prioritaspada tingkat nasional (need priority setting at the national level); dan (2)pembangunan membutuhkan keduanya, yaitu proses (process) dan keluaran(outcome) bahwa pertumbuhan pertanian ditujukan untuk mencapai tujuanpembangunan yang bersifat multidimensional. Bagaimana peranan usaha tanikecil dalam pembangunan pertanian.

Page 16: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

41

KONDISI-KONDISI UNTUK KEBERHASILAN DALAM MENGGUNAKANPERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

Terdapat dua proposisi kondisi yang diperlukan untuk keberhasilan dalammenggunakan pertanian untuk pembangunan, yaitu kondisi pertama, diperlukanadanya re-konseptualisasi tentang peranan pertanian untuk pembangunan dalamparadigma yang baru dan kondisi kedua, diperlukan redesign pendekatan untukefektivitas implementasi dalam paradigma baru (FAO, 2009).

Dalam melakukan rekonseptualisasi tentang peranan pertanian untukpembangunan dalam paradigma yang baru maka diperlukan : (1) harusmempertimbangkan adanya aspek komplementer (complementarities) dan (trade-offs) dalam fungsi yang bersifat multidimensional dalam menggunakan pertanianuntuk pembangunan, dalam hal ini penting mendefinisikan secara jelas tentangprioritas dan strategi negara; (2) dalam mendesain proses tentang bagaimanapertumbuhan pertanian untuk mencapai pembangunan nasional ditengah tekananpasar, pada akhirnya diperlukan biaya imbangan untuk pertumbuhan (debate onfarm size); (3) redefinisi tentang bagaimana peran pemerintah dalam mendukungpertanian, pemerintah harus menyusun skala prioritas sosial di antara konflikkepentingan, bagaimana pemerintah mengatasi kegagalan pasar, regulasi, danmengikutsertakan sektor swasta melalui kemitraan usaha (partnership).

Sementara itu, dalam melakukan redesign pendekatan untuk efektivitasimplementasi dalam paradigma baru maka diperlukan : (1) percobaan (experiment)dengan pendekatan baru dan belajar menginternalisasi untuk perluasan untukkesuksesan dalam kebijakan dan implementasi praktis, harus mau belajar darikesalahan-kesalahan sebelumnya dan melakukan identifikasi dampak dalampilihan-pilihan baru; (2) kepastian struktur tatakelola (governance structure) untukpemerintah untuk memahami peran baru pertanian dalam pembangunan, perlunyaredesign Kementerian Pertanian untuk menggunakan pertumbuhan pertanianuntuk pembangunan dengan perspektif teritorial dan menggerakkan peranorganisasi produsen; (3) membangun keahlian atau kepakaran (expertise) dalammenggunakan pertanian untuk pembangunan, baik tingkat lokal, nasional daninternasional. Peran kunci lembaga FAO sebagai narasumber dalammenggunakan pertanian untuk pembangunan.

STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNANNASIONAL

Reorientasi Pembangunan dari Pembangunan Ekonomi Konvensional keArah Pembangunan Ekonomi Secara Berkelanjutan

Pendekatan pembangunan ekonomi konvensional yang dikenal denganantropocentrism memiliki cara pandang bahwa manusia adalah pemilik yang ada dibumi ini, oleh karena itu setiap keputusan atau pilihan ekonomi harusmengedepankan kepentingan manusia di atas kepentingan elemen alam lainnya.Sementara itu, ekonomi ekologi (ecocentrism) memiliki cara pandang bahwa

Page 17: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

42

setiap elemen ekosistem (manusia, hewan, dan tumbuhan) memiliki kedududukan/hak derajat dalam memperjuangkan/mendapatkan kepentingan yang sama(Diesendorf dan Hamilton, 1997). Dengan adanya reorientasi pembangunan daripendekatan ekonomi konvensional yang hanya berdasarkan pertimbangkanekonomi semata ke arah pembangunan ekonomi berkelanjutan yang didasarkanpada pertimbangan aspek (profit, people, dan planet) serta memperhatikan aspekkemiskinan (poverty) dan kerentanan (vulneralibity) dapat menjaga tingkat,stabilitas, dan keberlanjutan dalam menerapkan strategi pertanian untukpembangunan.

Memposisikan Pertanian sebagai Sektor Andalan dalam PembangunanNasional

Peran baru sektor pertanian dalam menyediakan pangan (food), pakan(feed), dan enegri (biofuel) menjadikan sektor pertanian layak dijadikan sektorandalan dalam pembangunan nasional. Demikian juga halnya, tujuanpembangunan yang bersifat multidimensional (growth, equity, sustainability,poverty, and vulnarebility) juga menjadikan sektor pertanian layak dijadikan sektorandalan dalam pembangunan nasional. Secara umum, politik pertanian diIndonesia dalam kondisi lemah. Walaupun semua komponen bangsa (academicion,business man, government, and community) menyadari akan pentingnnya sektorpertanian dalam memperkuat struktur perekonomian nasional, perhatianpemerintah dan elit politik belum sebesar peran sektor pertanian itu sendiri.

Mewujudkan Kemandirian Pangan Secara Berkelanjutan

Kecukupan pangan adalah masalah hidup dan matinya suatu bangsa,sehingga kemandirian pangan secara berkelanjutan merupakan prioritas tujuanpembangunan pertanian. Dalam kondisi saat ini, sektor pertanian memiliki tigaperan baru atau dikenal dengan”3 F contribution in the economy”, yaitu food(pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan bakar). Peranan pertanian kaitannyadengan ”food” adalah sektor pertanian menjadi leading sector dalampembangunan ketahanan pangan. Kaitannya dengan “feed”, sektor pertanianmemiliki peranan sebagai pemasok terbesar bahan baku utama pakan ternak.Pasar pangan dunia telah mengindikasikan bahwa alokasi pangan (biji-bijian) bagikebutuhan pangan dan pakan ternak akan berkurang karena tersedot untukkeperluan bahan baku etanol (biofuel). Kemandirian pangan dapat dilakukandengan meningkatkan produksi pangan secara berkelanjutan, yaitu melalui: (1)upaya meningkatkan kesejahteraan petani pangan melalui peningkatan produksi,kualitas hasil, dan pengembangan komoditas pangan bernilai ekonomi tinggi(hortikultura dan peternakan); (2) upaya mempertahankan momentumpertumbuhan tinggi produksi pangan dan menjaga stabilitasnya melaluipendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan, (3) upaya mengatasifenomena ketidakstabilan produksi melalui perbaikan kualitas sumber dayapertanian; dan (4) upaya meningkatkan daya saing produk pangan melaluipeningkatan efisiensi, pengembangan produk, dan promosi produk pertanianramah lingkungan.

Page 18: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

43

Mengurangi Jumlah Petani Miskin dan Membangun Partisipasi Petani

Strategi pertanian untuk pembangunan memiliki tujuan yang bersifatmultidimensional. Salah satunya adalah mengurangi jumlah petani miskin.Pembangunan pertanian berperan strategis dalam pengentasan penduduk miskindi wilayah perdesaan, karena sebagian besar penduduk miskin di Indonesiaterkonsentrasi di wilayah perdesaan. Pertumbuhan sektor pertanian akanmemberikan kontribusi besar dalam penurunan jumlah penduduk miskin danpengangguran di wilayah perdesaan. Pelaksanaan pembangunan pertanian harusmenjadi basis bagi partisipasi petani sehingga petani mampu mengaktualisasikankegiatan usaha taninya secara optimal untuk meningkatkan pendapatannya. Hasil-hasil pembangunan harus terdistribusi makin merata antar sektor, antarsubsektordalam sektor pertanian dan antar lapisan masyarakat agar tidak ada lagi lapisanmasyarakat yang tertinggal dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhanmeningkat.

Pertanian untuk Pembangunan Mampu Memadukan Pertumbuhan,Pemerataan dan Keberlanjutan

Pertumbuhan sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk mengakselerasiperekonomian di wilayah perdesaan. Sektor pertanian Indonesia, hingga saat inimasih sangat tergantung pada hasil produksi primer bertumpu pada komoditaspangan beras, sehingga memiliki nilai tambah yang rendah dan kurang memilikidaya saing. Ke depan, pemerintah harus dapat mendorong perkembangan produk-produk pertanian bernilai ekonomi tinggi, produk-produk olahan untukmeningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan serta memperluas pangsa pasar.Pertumbuhan sektor pertanian secara berkelanjutan akan memacu pertumbuhansektor-sektor lain secara serasi dan seimbang, sehingga dapat memperluaskesempatan kerja dan kesempatan berusaha melalui kaitan ke belakang dan kedepan dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Salah satu model baru dalampembangunan pertanian berkelanjutan adalah SCPI (Sustainable Crop ProductionIntensification) atau dikenal dengan Save and Grow (FAO, 2011). Model Save andGrow merepresentasikan pergeseran besar dari model homogen produksi pangan(the homogeneous model of crop production) ke arah padat pengetahuan(knowledge-intensive), sering berkaitan dengan lokasi spesifik dan sistem usahatani.

Membangun Sistem Agribisnis Berdaya Saing dan Berkelanjutan

Berdasarkan kriteria di atas maka pelaksanaan pembangunan pertanianberkelanjutan dapat dilakukan dengan pendekatan agribisnis berdaya saing secaraberkelanjutan. Dilihat dari basis sumber daya yang digunakan, agribisnis sangattergantung dengan faktor ekosistem atau lingkungan. Dengan demikianpembangunan pertanian yang dilakukan dengan pendekatan agribisnis dapat terustumbuh secara berkelanjutan, seharusnya dapat diarahkan agar memilikikompabilitas yang tinggi terhadap SDAL di mana agribisnis tersebutdikembangkan. Hal tersebut akan berhasil apabila pada setiap lini subsistemagribisnis dapat menetapkan tujuan yang ingin dicapainya tidak hanya didasarkanpada keuntungan saja tetapi juga memperhatikan aspek sosial (pemerataan) dan

Page 19: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

44

ekologi (lingkungan). Strategi pembangunan pertanian berkelanjutan padasubsistem produksi dilakukan dengan pendekatan pertanian secara berkelanjutan.

Pada subsistem lainnya yang pada dasarnya masuk dalam kegiatanagroindustri, maka dalam proses pengolahannya dilakukan dengan melakukanpengolahan limbah secara baik. Artinya bagi limbah yang dapat digunakan sebagaimasukan pada proses produksi pertanian dapat saling mendukung, sebagaiilustrasi pemanfaatan ampas tahu dapat digunakan sebagai bahan makanan untuksapi potong dan ampas industri gula (blotong) dapat digunakan sebagai pupukpada kegiatan usaha tani. Sementara itu untuk limbah yang bersifat merusaklingkungan dapat dikelola secara lebih baik melalui analisis dampak lingkungan.

Melalui pembangunan sistem agribisnis berdaya saing dan berkelanjutanmemberikan beberapa manfaat, yaitu: (1) pengembangan agribisnis berbasisSDAL yang dapat diperbaharui (renewable) dan secara kuantitas tidak akanpernah habis, (2) kegiatan agribisnis dapat dengan mudah diintegrasikan denganproses daur ulang alam, sehingga mutu interaksi masyarakat agribisnis danlingkungan dapat dipertahankan, (3) kegiatan agribisnis sangat fleksibel diinte-grasikan dengan setiap tahap perkembangan pembangunan, apakah sebagaisumber pertumbuhan ekonomi lokal, regional, atau nasional, (4) pembangunanpertanian yang dilakukan dengan pendekatan agribisnis berkelanjutan jugamembuka peluang kesempatan kerja secara ekstensif dan peningkatan pendapat-an dengan adanya nilai tambah, (5) Hasil produk yang dilakukan melalui agribisnisberkelanjutan akan bersifat standar, berkualitas baik (higienis), dan berdaya saingtinggi.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Pergeseran paradigma pertanian untuk pembangunan dari paradigmaklasik ke paradigma baru mulai banyak diterima oleh banyak negara, sebagaikonsekuensi logis dari peran baru sektor pertanian dalam pembangunan nasionaldan tujuan pembangunan yang bersifat multidimensional.

Kembalinya minat pertanian untuk pembangunan dipicu oleh : (1) revolusibioteknologi terutama pengembangan ilmu genetika dan mikrobiologi; (2) pesatnyapertumbuhan pasar modern yang mampu mentransformasikan rantai pasokan darikomoditas pertanian ke produk pangan; dan (3) tuntutan penurunan jumlahpenduduk miskin dan pelestarian lingkungan.

Pembangunan sektor pertanian dalam perspektif pembangunan nasionalharus diletakkan dalam kedudukan yang seimbang dengan pembangunan sektorekonomi lain dalam kerangka industrialisasi secara bertahap, artikulatif, danberimbang berbasis pertanian.

Pertanian untuk pembangunan dalam implementasinya dapat dilakukandengan pengembangan agribisnis berdaya saing dan berkelanjutan. Hal inimembawa beberapa implikasi: (1) terpenuhinya secara berkesinambungankebutuhan dasar nutrisi bagi masyarakat dari generasi ke generasi, pakan bagi

Page 20: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalamPerspektif Pembangunan Nasional

45

industri peternakan, dan kebutuhan energi terbarukan; (2) menyediakankesempatan kerja dan pendapatan yang memadai; (3) dapat memelihara tingkatkapasitas produksi sumber daya alam dan lingkungan; (4) mengurangi timbulnyapencemaran dan degradasi lingkungan; (5) dapat menghasilkan berbagai produkpertanian baik primer maupun hasil olahan yang berkualitas, sehat (aman), danberdaya saing tinggi; dan (6) berkurangnya jumlah penduduk miskin danvulnerability-nya.

Strategi implementasi pembangunan pertanian berkelanjutan dapatdilakukan melalui: (1) reorientasi pembangunan dari pembangunan ekonomikonvensional ke arah pembangunan ekonomi secara berkelanjutan; (2)memposisikan pertanian sebagai sektor andalan dalam pembangunan nasional;(3) mewujudkan kemandirian pangan secara berkelanjutan; (4) mengurangi jumlahpetani miskin dan membangun partisipasi petani; (5) pertanian untukpembangunan mampu memadukan pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan;dan (6) membangun sistem agribisnis berdaya saing dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Bhagwati, J.N. 1987. Memikirkan Kembali Strategi Perdagangan dalam Mengkaji Strategi-Strategi Pembangunan, diterjemahkan oleh Pandam Guritno. Penerbit UniversitasIndonesia. Jakarta.

Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press.

Diesendorf, M and Hamilton, C, 1997. Human Ecology, Human Economy. Allen and Unwin,Sydney.

FAO. 2011. Save and Grow. A Policy Maker’s Guide to the Sustainable Intensification ofSmallholder Crop Production. Food and Agriculture Organization. Rome.

FAO. 2009. Agiculture for Development : Toward a New Paradigm and Guidlines forSuccess A Sequel to the World Development Report 2008. Forum on How to Feedthe World in 2050, FAO, Rome Oct. 2009.

Hakim, D. B., 2010. China-ASEAN Free Trade Area. Institut Pertanian Bogor.

Khun, T.S., 1989. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Diterjemahkan oleh TjunSurjaman dari Judul Asli The Structure of Scientific Revolution Edisi Kedua.Penerbit Remadja Karya CV-Bandung.

Krisnamurthi, B. 2006. Revitalisasi Pertanian : Sebuah Konsekuensi Sejarah dan TuntutanMasa Depan. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit BukuKompas. Jakarta.

Putri, E. I. K. 2009. Ancaman dan Solusi atas Krisis Pangan, Energi dan Air serta PeranKeilmuan Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan dalam Mengatasi KrisisTersebut. Orange Book : Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalamMenghadapi Krisis Global.

Simatupang, P. dan N. Syafaat. 2000. Industrialisasi Berbasis Pertanian sebagai GrandStrategy Pembangunan Ekonomi Nasional. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 18(1dan 2):1-15.

Page 21: MEMPOSISIKAN SECARA TEPAT PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_02_MU_Arief.pdf · Konsensus Washington telah mengabaikan sektor pertanian. Beberapa kebijakan

Arief Daryanto

46

Syaukat, Y. 2009. Ketahanan Pangan dan Energi : Trade Off?. Orange Book :Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Global.

WDR. 2008. World Development Report 2008: Agriculture for Development. PermanentURL for this page: http://go.worldbank.org/ZJIAOSUFU0.

WEF. 2009. The Global Competitiveness Report 2009-2010. World Economic Forum.Geneve.

Wong, L.C. Y. 2007. Development of Malaysia’s Agricultural Sector : Agriculture as anEngine Growth?. Presented at the ISEAS “Conference on the Malaysia’s Economy:Development and Challenges”, 25-26 January 2007. ISEAS, Singapura.