MEMODERNKAN PETANI DAN PERTANIAN DI PEDESAAN (SUATU KASUS DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI) Oleh: RENY SUKMAWANI ABSTRAK Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Profesi petani digambarkan sebagai profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan tidak bergengsi. Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Namun disisi lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi oleh petani. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat penting untuk dilaksanakan. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke tingkat konsumen di dalam dan luar kota. Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MEMODERNKAN PETANI DAN PERTANIAN DI PEDESAAN
(SUATU KASUS DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI)
Oleh:
RENY SUKMAWANI
ABSTRAK
Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Profesi petani digambarkan sebagai profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan tidak bergengsi. Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Namun disisi lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi oleh petani. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat penting untuk dilaksanakan. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke tingkat konsumen di dalam dan luar kota.
Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis berbasis inovasi. Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM yang handal. Kualitas SDM merupakan hal yang esensial. Kecamatan Surade membutuhkan konsultan-konsultan bisnis yang handal, serta ketua-ketua kelompok tani yang bersosok “manajer”. Kecamatan Surade membutuhkan petani-petani yang secara individual berjiwa pioneer, kreatif dan juga mandiri sebagai cerminan jiwa manusia dengan karsa yang kuat.
Kata Kunci: petani, pertanian, modern, SDM
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1
Paper ini merupakan interpretasi penulis tentang kondisi pertanian saat ini
yang mengalami kemunduran. Khususnya apabila melihat fenomena langsung di
lapangan, dimana sektor pertanian saat ini semakin terpinggirkan. Mantan
menteri Pertanian, Dr.Ir . Anton Apriyantono, MS dalam salah satu konsep
pembangunan pertanian pada masa jabatannya menggambarkan bahwa kondisi
pertanian saat ini berada di persimpangan jalan. Sementara menurut Agus
Pakpahan (2004), gambaran masa depan pertanian sering dilihat sebagai
gambaran yang suram, tak memberikan harapan. Herman Soewardi (2004)
berpendapat bahwa pembangunan pertanian sebagaimana berjalan di negara-
negara berkembang, ternyata tidak berjalan sebagaimana yang telah terjadi di
negara-negara maju. Adapun teorinya adalah dengan berjalannya industrialisasi,
sektor pertanian akan menciut . Penulis sendiri dalam salah satu artikel yang
diterbitkan di salah satu surat kabar harian merasa bahwa dari dulu (sepanjang
ingatan kita) hingga kini gambaran seorang petani tidak mengalami perubahan.
Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian
memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Petani identik dengan kesan
kumuh, lusuh, kotor dan masa depan suram. Profesi petani digambarkan sebagai
profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan
tidak bergengsi. Kalau demikian, apa yang telah dilakukan pemerintah selama ini
sehingga dari tahun ke tahun persepsi terhadap petani dan nasib petani tidak
berubah? Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan.
Generasi muda di pedesaan lebih memilih menjadi buruh pabrik, menarik ojeg
atau mengadu nasib di negeri orang daripada menjadi petani di desanya. Maka
2
bukanlah hal yang tidak mungkin bahwa pada suatu saat nanti Negara kita akan
kekurangan bahkan kehilangan petani.
Hasil penelitian Nunu, dkk (2009) menyimpulkan bahwa mandeknya
sektor pertanian ini berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah terhadap sektor
industri sejak pertengahan tahun 1980-an. Pada dekade sebelumnya terjadi
peningkatan yang luar biasa pada sektor pertanian. Pemerintah menganggap
pembangunan pertanian dapat bergulir atau berjalan dengan sendirinya, asumsi ini
membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam strategi pembangunannya.
Sebetulnya hal ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan saat itu yang lebih
menekankan pada industrialisasi. Sedangkan menurut Iskandar Andi Nuhung
(2003), penyebab lambatnya pembangunan pertanian di Indonesia disebabkan
karena :(1) masalah teknologi; (2) masalah kelembagaan; (3) masalah pengolahan
dan pasca panen; (4) masalah permodalan; (5) masalah pemasaran; (6) masalah
kualitas sumberdaya manusia; (7) masalah koordinasi; (8) masalah insfrastruktur;
(9) masalah informasi; (10) masalah perijinan; (11) masalah lahan dan (12)
masalah pembinaan serta penyuluhan. Lain halnya dengan pendapat Jamil
Musanif (2005) yang lebih menyoroti rpada sumberdaya manusianya sebagai
penyebab kondisi pertanian saat ini yaitu masalah rendahnya kreatifitas dan
ketidak sanggupan bekerja keras.
Terlepas dari banyaknya permasalahan di sektor pertanian, penulis dalam
paper ini akan mencoba mengkaji mendalam terkait dengan masalah aspek
sumberdaya manusia. Sebab penulis berpendapat bahwa kunci utama
keberhasilan (apapun) terletak pada pelakunya. Suatu usaha atau kegiatan sebaik
3
apapun program dan perencanaannya tidak akan berhasil apabila SDM nya tidak
siap. Demikian pentingnya aspek SDM di dalam peningkatan pembangunan
pertanian inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam
tentang penyebab semakin terpuruknya kondisi pertanian saat ini berdasarkan
kondisi real yang ada dengan sorotan utama pada faktor perilaku pelaku utamanya
di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, yaitu kabupaten terluas se-Jawa dan
Bali. Sektor pertanian di Kabupaten Sukabumi merupakan sektor atau lapangan
usaha yang menjadi prioritas dalam tahun 2011 karena memiliki kontribusi
terbesar bagi Kabupaten Sukabumi yakni rata-rata sebesar 38,72 % (Bappeda,
2009).
Berdasarkan karakteristik wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki
potensi yang baik untuk pengembangan agribisnis. Sebagian besar mata
pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan
Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Disisi
lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi
oleh petani. Berdasarkan data BPS (2009), distribusi keluarga miskin secara
keseluruhan berjumlah 3.417 KK dengan proporsi 30.65 % dari jumlah KK
seluruhnya 11.148 KK . Dari jumlah keluarga miskin tersebut anggota keluarga
miskin seluruhnya sebanyak 13.975 orang. Berdasarkan hal itulah maka
Kecamatan Surade dipilih untuk kajian ini.
II. Karakter Wilayah Studi
2.1 Geografis
4
Kecamatan Surade merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Secara
administratif batas Kecamatan Surade adalah :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibitung
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciracap
- Sebelah Utara berbatasan denganKecamatan Jampang Kulon dan Kecamatan
Waluran
- Sebelah Selatan Samudra Indonesia
Kecamatan Surade terdiri dari 11 Desa, 96 RW dan 423 RT. Adapun desa
– desa tersebut adalah sebagai berikut : Desa Pasiripis, Desa Buniwangi, Desa
Cipendeuy, Desa Gunung Sungging, Desa Citanglar, Desa Jagamukti, Desa
Swakarya, Desa Kadaleman, Desa Wanasri, Desa Sirnesari dan Desa Sukatani.
Jarak Kecamatan Surade ke Ibukota Kabupaten Sukabumi (Pelabuhan ratu) adalah
74 km. Ketinggian tanah Kecamatan Surade bervariasi antara 0 – 500 dpl (di atas
permukaan laut). Berdasarkan geografis keadaan topografi pada umumnya
merupakan dataran 70 %, berbukit- bukit 30 % dengan kemiringan antara 150 -
250 dan mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 15 – 300 meter,
dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm / tahun. Suhu minimum 17,2oC dan
suhu maksimum 32,8oC.
II.2. Potensi Pertanian
Penggunaan lahan di Kecamatan Surade hingga tahun 2007 mayoritas
adalah lahan sawah, setelah itu adalah hutan negara (Gambar 1). Sedangkan pada
5
Gambar 2 terlihat bahwa luasan lahan sawah yang ada di Kecamatan Surade
LSM, organisasi sosial pedesaan dan masyarakat) perlu digiatkan/diaktifkan dan
13
dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
pedesaan dan mengurangi pengangguran (menyerap tenaga kerja) yang akhirnya
tingkat produktivitas masyarakat di pedesaan akan semakin meningkat dan
kemiskinan akan semakin berkurang, sehingga diharapkan peningkatkan kualitas
hidup petani dan masyarakat pedesaan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas
dan profesionalitas sumberdaya manusia (human capital) disertai peningkatan aset
produktif pertanian dan dapat berperan sebagai pelaku aktif pembangunan,
sehingga mereka mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal
berkelanjutan melalui inovasi teknologi maju disertai penataan dan
pengembangan kelembagaan pertanian dan pedesaan, sehingga dapat memperluas
spektrum pembangunan pertanian dan pedesaan (broad based agricultural
diversification) untuk itu diperlukan investasi dan inovasi teknologi maju dan
seperangkat kebijakan pemerintah. Untuk dapat mempercepat proses modernisasi
dan diversifikasi pertanian berspektrum luas ini diperlukan investasi pemerintah
pada pengembangan sarana dan prasarana pertanian modern dan fleksibel disertai
pengembangan pascapanen dan agroindustri pedesaan.
Namun agar semua itu dapat terwujud, tetap SDM yang siap menjadi salah
satu faktor penentu. Menurut James Scott (1993), petani adalah orang yang hidup
dengan basis moral tertentu yang disebut “moral ekonomi petani”. Menurutnya
petani sangat memegang teguh norma, mendahulukan selamat dan enggan
mengambil resiko. Sifat inilah yang mungkin menjadi penyebab munculnya
mentalitas petani di Kecamatan Surade seperti: lemah dalam memperjuangkan
haknya, Lemahnya kewirausahaan, masih percaya mitos dan moral hazard.
14
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa semua mentalitas petani
Surade tersebut juga disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah.
Berkenaan dengan kondisi yang demikian maka upaya yang dianggap ampuh
untuk merubahnya adalah dengan cara memodernkan petani.
Menurut Triyanto dan Syahyuti (2007), Petani modern pada hakikatnya
adalah petani yang menjalankan konsep dan prinsip pertanian modern (saat ini
berupa pertanian yang sehat, ramah lingkungan dan berkelanjutan). Petani
tersebut terbuka terhadap teknologi, akses kepada informasi secara luas, serta
memiliki jariangan yang tidak terbatas secara geografis (Tabel 5). Prinsip-prinsip
dalam pertanian modern sendiri adalah efisiensi, kesetaraan dan kesinambungan
yang merupakan suatu “guarantee” terhadap paradigma pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), dengan kata kunci bahwa, “manusia
adalah kunci keberhasilan pembangunan”. Pertanian berkelanjutan akan terwujud
bila manusia bersungguh-sungguh memahami bahwa cita-cita pertanian
berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila dilandasi suatu pembaruan atau
reformasi atas sumberdaya-sumberdaya (baik alam maupun manusia)
. Tabel 5. Perbedaan karakteristik Petani Tradisional dan Modern
Atribut Petani Tradisional Petani Modern
Rasionalitas
- Landasan berpikir- Pengambilan keputusan
Kepercayaan duniawi IlmiahAcak Sistemik
Antisipsi
- Perspektif bertindak- Kemampuan produksi- Kemampuan
penyesuaian
Jangka pendek Jangka panjangRendah TinggiRendah Tinggi
Empati Rendah TinggiMobilitas Rendah TinggiPartisipasi Rendah Tinggi
15
Sikap dan nilai (motivasi kerja)
Rendah Tinggi
Sumber: Triyanto dan Syahyuti, 2007.
Bila menilik pada Tabel di atas, terdapat banyak kesamaan antara
karakteristik petani tradicional dengan karateristik SDM yang lemah karsa seperti
yang digambarkan oleh Herman Soewardi (2004). Kemudian bila bandingkan
dengan permasalahan pertanian di kecamatan Surade terkait dengan mentalitas
petaninya, akan ditemukan pula kesamaan karakteristik sehingga sampai pada
kesimpulan bahwa petani Surade sebagian besar adalah petani tradisional yang
lemah karsa. Salah satu buktinya adalah data hasil penelitian Nunu, dkk (2009),
yang menunjukkan bahwa keterlibatan petani Surade dalam kelompok tani hanya
24,9% (8481 yang aktif) dari terdaftar 42% (14375 yang terdaftar) mengikuti
kelompok tani,
Berdasarkan kasus pada petani di Kecamatan Surade kabupaten Sukabumi,
kiranya perlu dilakukan upaya-upaya yang sifatnya “penyembuhan” khususnya
terhadap mentalitas petani di sana. Diharapkan melalui “penyembuhan ini akan
tercipta petani –petani modern di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.
Herman Soewardi dalam salah satu bukunya menyatakan bahwa penyembuhan
penyakit leah karsa harus melalui pelurusan pandangan tentang islam sebagai
dasarnya. Kita harus meneladani karsa Nabi Muhammad s.a.w yang sangat kuat
dan berlandaskan pada ketulus iklasan. Nabi Muhammad s.a.w beserta leluhurnya
pantang menyerah untuk mencapai satu tujuan yang diperintahkan Allah SWT dan
karena itu selalu dikaruniai keberhasilan. Salah satu hadist nabi menganjurkan
umatnya untuk, “Belajarlah seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya,
dan beribadahlah seolah-olah kamu akan mati besok”, merupakan motivasi
16
yang tiada duanya. Dalam salah satu firmannya Allah SWT pun memotivasi kita
untuk berusaha merubah nasib, karena Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum apabila kaum itu tidak mau berusaha. Penulis sangat sependapat dengan
Herman Soewardi, karena menurut penulis apabila seseorang memahami agama
(islam) dan beriman, maka dia akan menerapkannya dalam setiap aspek
kehidupan secara sungguh-sungguh. Karena budaya apatis, mudah menyerah,
tidak mau berusaha, dan lain-lain tidak dibenarkan dalam islam.
Disamping dari sisi agama, upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
memoderenkan petani adalah melalui :
1. Pendekatan individual dengan peningkatan SDM petani yaitu dalam bentuk
pengembangan sumberdaya manusia (HRD). Salah satunya melalui metode
andragogi. Contoh: LaKu (langkah dan Kunjungan)
2. Pendekatan pengembangan SDM petani melalui penyuluhan. Ada tiga objek
yang diubah dalam kegiatan penyuluhan, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik, dimana perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari seluruh
rangkaian kegiatan, yaitu bertambahnya informasi, tumbuhnya keterampilan,
serta timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat.
3. Pendekatan kelembagaan, misalnya melalui kelompok tani, koperasi, P3A,
KTNA, HKTI dan lain-lain.
4. Pembangunan pertanian dengan strategi pemberdayaan. Pemberdayaan
mengacu pada pentingnya proses sosial selama program berlangsung. Untuk
itu partisipsi harus berlangsung. Tujuan filosofisnya adalah untuk
memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat dan individu agar
17
menggali potensi yang ada pada dirinya untuk ditingkatkan kualitasnya,
sehingga akhirnya mampu mandiri.
Ke-empat upaya di atas selama ini sudah banyak diterapkan di berbagai
daerah, tetapi sampai sejauh mana tingkat implementasinya di lapangan belum
terukur. Oleh sebab itu agar upaya ini dapat efektif dan efisien, diperlukan ada
komitmen yang kuat dari pemerintah dan peran stakeholders dalam rangka
pencapaian tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun secara khusus solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi
permasalahan pertanian di Kecamatan Surade menurut penulis seperti yang pernah
dicanangkan oleh menteri pertanian Anton Apriyantono dalam program 100 hari
masa jabatannya, adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Solusi Mengatasi Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade
No Indikator Solusi(1) (2) (3)1 Lahan Pembangunan agroindustri di pedesaan dalam rangka
merasionalisasi jumlah petani dengan lahan yang ekonomis
Penggalakkan sistem pertanian berbasis konservasi lahan Dikembangkan sistem pertanian ramah lingkungan
(organik) Perencanaan dan implementasi RTRW yang konsisten Pemanfaatan lahan tidur untuk pemberdayaan masyarakat
2 Status Kepemilikan Tanah
Reformasi pertanahan berpihak pada petani, mudah, dan murahnya sertifikasi tanah
Mendorong tumbuhnya LSM dan advokasi untuk petani
(1) (2) (3)3 Petani (SDM
Pertanian) Sistem pendidikan rendah-menengah yang berbasis
kompetensi daerah Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Dukungan sistem insentif dalam implementasi produksi
komoditas unggulan daerah4 Mentalitas
petani Sistem pendidikan rendah-menengah yang berbasis
kompetensi daerah
18
Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Penumbuhan kesadaran petani melalui pembinaan yang
berkelanjutan Penggalakkan sistem alih teknologi melalui
pendampingan, diklat lapangan bagi petani Pembinaan motivasi, etos, dan kewirausahaan
5 Keterampilan Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Penggalakkan sistem alih teknologi melalui
pendampingan, diklat lapangan bagi petani Pembinaan motivasi, etos, dan kewirausahaan
6 Modal Mendorong peran lembaga keuangan (Bank dan Non Bank) untuk masuk sektor pertanian dengan skema yang menguntungkan petani
Mendorong penguatan model kolektif petani Mendorong peran tengkulak untuk membangun kemitraan
yang adil dan peduli petani Merealisasikan subsidi pertanian yang yang tepat sasaran
dan bersifat produktif7 Pasar dan
tataniaga Menciptakan pasar alternatif dengan rantai tata niaga
pendek Terwujudnya organisasi tani yang kuat dan berakar Meningkatkan layanan informasi bagi petani
Sumber: Reny Sukmawani. 2009.
Pertanian merupakan salah satu program unggulan untuk pembangunan
Kecamatan Surade. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus
dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada
yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri
hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan
hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke
tingkat konsumen di dalam dan luar kota.
Kebijakan pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian Kecamatan
Surade hendaknya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat pedesaan umumnya.
19
V. Penutup
Wilayah perdesaan dengan berbagai kenyamanan dan daya tarik
tersendiri telah diperlakukan secara tidak adil dalam berbagai kebijakan
pemerintah di masa lalu. Pengurasan sumberdaya yang berlebihan tanpa adanya
pembagian yang adil terhadap manfaat dan hasil-hasil pembangunan, telah
membuat ketimpangan spasial dan ketimpangan dalam berbagai bidang
kehidupan. Penyebab kondisi ini diantaranya adalah masyarakat perdesaan tidak
mempunyai posisi tawar yang kuat, sehingga hak-hak kehidupan masyarakat
yang lebih baik tidak diperolehnya.
Kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat perdesaan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan mereka. Hal ini
merupakan salah satu kegagalan kebijakan pemerintah dimasa lalu karena
seringkali kebijakan yang ditempuh tidak sesuai dengan kondisi ekosistim
wilayah, keinginan serta nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat.
Kebijakan pemerintah tersebut hanya didasarkan kepada tujuan meningkatkan
kapital dan kepentingan segolongan tertentu saja yang merugikan golongan
masyarakat yang lain, tidak memperhatikan keberagaman wilayah yang ada
serta tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.
Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang
yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis
sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis berbasis inovasi.
Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM yang handal. Kualitas SDM merupakan
hal yang esensial. Kecamatan Surade membutuhkan konsultan-konsultan bisnis
20
yang handal, serta ketua-ketua kelompok tani yang bersosok “manajer”.
Kecamatan Surade membutuhkan petani-petani yang secara individual berjiwa
pioneer, kreatif dan juga mandiri sebagai cerminan jiwa manusia dengan karsa
yang kuat.
VI. Daftar Pustaka
Agus Pakpahan. 2004. Masa Depan Petani dan Pertanian (Makalah Pembanding). KONPERNAS XIV PERHEPI. Jakarta 28 – 30 mei 2004.
Anton Apriyantono. 2008. Pembangunan Pertanian Indonesia.
www.Deptan.go.id. Diakses tanggal 14 April 2008. Waktu: 14.33 wibb. A.T. Mosher. 1965. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-
Syarat Mutlak Pembangunan Pertanian. Disadur oleh S. Krisnandhi, diperiksa dan diperbaiki oleh Bahrin Samad. CV. Yasaguna. Djakarta.
Bungaran Saragih. 2001. Agribisnis: Paradigma baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor.
Clifford Geertz. 1983. Involusi Pertanian. Diterjemahkan oleh S. Supomo dari
Agriculture Involution (1965). Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Herman Soewardi. 2004. Nasib Sektor Pertanian Sebagai Tumpuan
Pembangunan. Bakti Mandiri. Bandung.
Herman Soewardi. 2004. Sosiologi: Membangkitkan Karsa Umat. Tumpuan Utama Bagi Pembangunan. Bakti Mandiri. Bandung.
Herman Soewardi. 2004. Sosiologi Agama: Perpaduan Empirik dan Normatif. Bakti Mandiri. Bandung.
Nunu Nugraha, Reny Sukmawani, Asep Ramdhan, Dede dan Gunawan. 2009. Identifikasi Ruang Kawasan Strategis Pengembangan Pertanian Kecamatan Surade kabupaten Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian. (tidak dipublikasikan)
Reny Sukmawani. 2009. Model Pengembangan Pembangunan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian. (tidak dipublikasikan)
21
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. PT. Bina Rena pariwara. Jakarta.
Triyanto dan Syahyuti. 2007. Memodernkan Petani Indonesia. Kajian Konsep dan Praktek Pembanguan Pertanian dan Pedesaan. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta Selatan.
_______. 2008. Programa Penyuluhan Pertanian. BP3K. Kecamatan sagaranten. Kabupaten Sukabumi