Top Banner
27 Januari 2015 SEKOLAH MENENGAH ATAS SMA NEGERI 1 JONGGOL Jalan Sukasirna Nomor 36 Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor (16830) Telp/Fax (021) 89931158 www.sman1jonggol.sch.id 2015 Disusun Oleh Kelompok VI Alfiandi Ramadhan Anisa Kusumawardani Dini Nurislami Komarudin M Zaelani Wibie Rivaldi Ramadhan Zhara Yugnie C XII IPA 5 Pembimbing Deddy Junaedi, Sp.d M.M. MEKANISME EVOLUSI
12

Mekanisme Evolusi

Aug 04, 2015

Download

Science

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mekanisme Evolusi

27 Januari 2015

SEKOLAH MENENGAH ATAS

SMA NEGERI 1 JONGGOL

Jalan Sukasirna Nomor 36 Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor (16830)

Telp/Fax (021) 89931158 www.sman1jonggol.sch.id

2015

Disusun Oleh

Kelompok VI

Alfiandi Ramadhan

Anisa Kusumawardani

Dini Nurislami

Komarudin M Zaelani

Wibie Rivaldi Ramadhan

Zhara Yugnie C

XII IPA 5

Pembimbing

Deddy Junaedi, Sp.d M.M.

MEKANISME EVOLUSI

Page 2: Mekanisme Evolusi

1 | P a g e

MEKANISME EVOLUSI

Tidak ada makhluk hidup yang sama persis meskipun berada dalam satu spesies.

Keberadaan macam-macam karakteristik yang dimiliki individu berperan sebagai pembeda

antara individu yang satu dengan yang lain. Sifat-sifat yang berbeda yang terdapat pada

individu-individu dalam satu spesies disebut variasi. Individu yang mengalami variasi

disebut varian. Jika satu spesies hidup pada suatu tempat yang berbeda dari asal-

usulnya,keturunan-keturunan berikutnya akan mengalami perubahansehingga spesies

tersebut tidak sama dengan spesies dari asalusulnya,dengan demikian muncul varian.

1. HUKUM HARDY – WEINBERG

Hukum Hardy – Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel atau gen dalam populasi

dapat tetap stabil dan tetap berada dalam keseimbangan dari satu generasi ke generasi

dengan syarat:

a. Jumlah populasi besar

b. Perkawinan secara acak atau random

c. Tidak ada seleksi

d. Tidak ada migrasi.

Frekuensi gen adalah perbandingan antara suatu gen atau genotipe dengan gen atau

genotipe yang lain di dalam suatu populasi. Menurut Hukum Hardy – Weinberg

perbandingan antara alel A dan a di dalam suatu populasi misalnya, tidak akan berubah dari

satu generasi ke generasi. Andaikan frekuensi alel A di dalam populasi di umpamakan p,

sedangkan frekuensi alel a diumpamakan q, maka kemungkinan kombinasi spermatozoa

dan ovum pada perkawinan individu heterozigot Aa x Aa ialah sebagai berikut :

(p+q)2 = 1, maka p+q = 1 sehingga p = 1 – q.

Ovum/sperma A (p) a (q)

A (p)

a (q)

AA (p2)

Aa (pq)

Aa (pq)

Aa (q2)

Jumlah = p2(AA) + 2pq (Aa) + q2 (aa)

Jadi untuk mencari frekuensi dari dua buah alel di dalam suatu populasi dapat digunakan

Hukum Hardy – Weinberg yang rumusnya:

p2(AA) + 2pq (Aa) + q2 (aa)

Page 3: Mekanisme Evolusi

2 | P a g e

(p + q)2 = 1 sehingga, (p + q) = 1, p = 1-q.

Dari penjelasan rumus tersebut sangat jelas bahwa Hukum Hardy-Weinberg sangat berguna

untuk menghitung frekuensi gen serta frekuensi homozigot maupun heterpzigot di dalam

suatu populasi.

Contoh penerapan Hukum Hardy – Weinberg.

1. Menghitung frekuensi gen kodominan

Dari 1000 orang yang diperiksa golongan darahnya berdasarkan sistem MN,

didapatkan 640 orang bergolongan M, 320 orang MN, dan 40 0rang N. berapakah

frekuensi alel LM dan LN dalam populasi itu?

Penyelesaian :

Misal p = frekuensi alel LM

q = frekuensi alel LN

menurut Hukum Hardy – Weinberg:

(p2 LM LM ) + (2pq LM LN) + (q2 LN LN)

q2 = 40

1000 = 0.04 q = √0.04 = 0.2

p + q = 1 p = 1 – 0.2 = 0.8

Jadi frekuensi alel LM = p = 0.8

frekuensi alel LN = q = 0.2

2. Menghitung frekuensi gen jika ada dominansi

Di dalam populasi, didapatkan 64% perasa PTC dan 36% bukan perasa PTC.

Berapakah rasio frekuensi genotipe yang terdapat dalam populasi tersebut.

Penyelesain :

Genotipe kelompok bukan perasa PTC diberi symbol tt. Genotipe kelompok perasa PTC

diberi symbol TT dan Tt.

Frekuensi genotipe tt = 36% atau 0.36

Jadi frekuensi gen t dalam populasi tersebut √0.36 = 0.6.

Karena T + t = 1, maka T = 1 – 0.6 = 0.4.

Dengan mengetahui frekuensi gen T dan t, maka frekuensi genotipe dapat dihitung sebagai

berikut:

0.4 T 0.6 t

0.4 T 0.16 TT 0.24 Tt

0.6 t 0.24 Tt 0.36 tt

Page 4: Mekanisme Evolusi

3 | P a g e

Jadi rasio frekuensi genotipe yang terdapat di dalam populasi adalah

TT : Tt : tt = 16 : 48 : 36

= 4 : 12 : 9

3. Menghitung frekuensi alel ganda

Persamaan (p+q) = 1 hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada lokus dalam

autosomal. Apabila lebih banyak alel ikut mengabil peranan, maka dalam persamaan

harus digunakan lebih banyak symbol, misalnya pada golongan darah sistem ABO

dikenal juga tiga alel yaitu, IAIBIO.

Misal : p = frekuensi alel IA

q = frekuensi alel IB

r = frekuensi alel IO

maka persamaannya menjadi (p+q+r) = 1

berdasarkan Hukum keseimbangan Hardy – Weinberg untuk golongan darah sistem ABO,

maka rumusnya :

(p2 IA IA) + (2pr IA IO) + (q2 IB IB) + (2qr IB IO) + (2pq IA IB) + (r2 IO IO)

Contoh :

1000 orang siswa di salah satu SMA diperiksa golongan darahnya menurut sistem ABO, dan

diperoleh 320 siswa golongan A, 150 golongan B, 40 golongan AB dan 490 golongan O.

a. Berapakah frekuensi alel IA, IB, dan IO?

b. Berapakah jumlah siswa golongan darah A homozigot?

c. Berapakah jumlah siswa golongan darah B heterozigot?

Jawab :

Misal : p = frekuensi alel IA

q = frekuensi alel IB

r = frekuensi alel IO

Menurut Hukum Hardy – Weinberg

a. (p2 IA IA) + (2pr IA IO) + (q2 IB IB) + (2qr IB IO) + (2pq IA IB) + (r2 IO IO)

r2 = frekuensi golongan darah O

= 𝟒𝟗𝟎

𝟏𝟎𝟎𝟎= 0.49

r = √0.49 = 0.7

(p+q)2 = frekuensi golongan A dan O

= 𝟑𝟐𝟎+𝟒𝟗𝟎

𝟏𝟎𝟎𝟎 = 0.81

(p+q) = √0.81 = 0.9

p = 0.9 – 0.7 = 0.2

Page 5: Mekanisme Evolusi

4 | P a g e

oleh karena (p + q + r) = 1, maka

q = 1 – (p + r)

= 1 – (0.2 + 0.7)

= 0.1

Jadi, frekuensi alel IA = p = 0.2

frekuensi alel IB = q = 0.1

frekuensi alel IO = r = 0.7

b. Frekuensi genotipe IA IA = p2 = (0.2)2 = 0.04.

Jadi, dari 320 orang siswa golongan darah A diperkirakan yang homozigot

IA IA = 0.04 x 1000 = 40 siswa.

c. Frekuensi genotipe IB IO = 2qr = 2 (0.1 x 0.7) = 0.14

Jadi, dari 150 siswa yang bergolognan darah B diperkirakan yang heterozigot

IB IO = 0.14 x 1000 = 140 siswa

4. Menghitung frekuensi gen terangkai –X

Lelaki hanya mempunyai sebuah kromosom X, maka tidak dapat menunjukan distribusi

binomium untuk kombinasi secara random dari sepasang gen terangkai X seperti pada seorang

perempuan.

Untuk laki-laki = p + q, karena genotipe laki laki XAY dan XaY

Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2, karena genotipenya XAXA, XAXa dan XaXa

Contoh :

Diketahui 6% dari laki-laki di suatu daerah menderita penyakit buta warna merah hijau.

a. Berapakah frekuensi dari perempuan di daerah itu yang diduga normal?

b. Berapakah frekuensi dari perempuan yang diduga buta warna?

Penyelesaian:

Menurut Hukum Hardy-Weinberg, untuk menghitung frekuensi gen yang terangkai pada

kromosom –X

Frekuensi buta warna (c) = q = 0.06

Frekuensi gen normal (C) = p = 1 – 0.06 = 0.94

a. Frekuensi dari perempuan di daerah itu yang diduga normal adalah (CC dan Cc)

= p2 + 2pq + q2

= (0.94)2 + 2(0.94 x 0.06) + (0.06)2

= 0.9964

b. Frekuensi dari perempuan yang diduga buta warna (cc)

= q2

= (0.06)2 = 0.0036

2. SELEKSI ALAM DAN ADAPTASI

Pelapukan maupun penambahan unsur hara mengakibatkan terjadinya perubahan

kondisi fisik lingkungan. Perubahan itu memungkinkan hidupnya spesies-spesies baru yang

lebih cocok untuk adaptasi terhadap lingkungan tersebut. Sama halnya dengan evolusi,

Page 6: Mekanisme Evolusi

5 | P a g e

munculnya mutasi gen yang menguntungkan akan muncul pula individu-individu baru

dengan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Adanya

perubahan lingkungan yang terjadi dari masa ke masa, mengakibatkan individu-individu

yang hidup pada masamasa tersebut mengalami perubahan pula. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa spesies-spesies yang hidup dari masa ke masa mengalami

perubahan-perubahan. Demikianlah yang menjadi dasar terjadinya evolusi. Proses adaptasi

akan diikuti dengan proses seleksi. Individu yang memiliki adaptasi yang baik akan dapat

mempertahankan hidupnya, memiliki resistensi yang tinggi dan dapat melanjutkan

keturunannya. Sedangkan individu yang tidak dapat beradaptasi akan mati selanjutnya

akan punah. Terjadinya perubahan pada suatu lingkungan hidup menyebabkan terjadinya

dua hal:

a. Organisme yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru akan

mendapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

b. Organisme yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru

akan mati atau pindah ke daerah lain yang tidak mengalami perubahan

lingkungan.

Suatu organisme dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya jika memiliki fenotipe

yang sesuai untuk melangsungkan proses kehidupannya dengan lancar dan aman. Contoh

adaptasi terjadi pada populasi ngengat malam Biston betularia di Inggris sebelum terjadi

revolusi industri dan sesudah terjadi revolusi industri.

Adaptasi Biston betularia di Inggris

Periode Biston betularia bersayap

cerah

Biston betularia bersayap

gelap

Sebelum Revolusi Industri Populasi besar Populasi kecil

Sesudah Revolusi Industri Populasi kecil Populasi besar

Menurut dugaan hal tersebut terjadi karena sebelum revolusi industri, lingkungan masih

bersih sehingga ngengat bersayap cerah lebih adaptif (tidak mudah tampak oleh predator)

daripada ngengat bersayap gelap. Sebaliknya, setelah revolusi industry, lingkungan lebih

gelap oleh jelaga sehingga ngengat bersayap gelap lebih adaptif dengan lingkungannya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi terhadap lingkungan

merupakan salah satu mekanisme seleksi alam. Seleksi alam jiga dapat berlangsung melalui

Page 7: Mekanisme Evolusi

6 | P a g e

resistensi (daya tahan) suatu organisme terhadap faktor tertentu. Penggunaan obat-obatan

antibiotic dan insektisida yang semakin meningkat menimbulkan dampak negatif yaitu

kenaikan resistensi organisme. Jika resistensi organisme meningkat terus, maka penggunaan

obat-obatan akan meningkat pula. Koloni bakteri merupakan salah satu contoh terjadinya

seleksi alam berdasarkan resistensi, secara alamiah ada bakteri yang resisten (bersifat resesif)

dan ada yang tidak resisten (bersifat dominan) sehingga populasi yang tidak resisten

mendesak yang resisten. Dengan pemberian antibiotic, populasi bakteri yang tidak resisten

menurun, sedangkan bakteri yang resisten tetap hidup dan menghasilkan keturunan yang

resistensinya lebih tinggi.

Pengaruh antibiotic pada resistensi bakteri.

Perlakuan Koloni bakteri resisten Koloni bakteri tidak resisten

Sebelum pemberian antibiotik Jumlah populasi kecil Jumlah populasi besar

Setelah pemberian antibiotik Tetep hidup, keturunannya

lebih resisten.

Jumlah populasi berkurang

Untuk memperoleh gambaran bagaimana seleksi alam mempengaruhi keseimbangan

frekuensi dalam populasi, seperti contoh berikut, suatu populasi melakukan perkawinan

secara acak, 50% dari individu memiliki sifat resesif. Distribusi fenotipe, genotipe dan

frekuensi sebagai berikut:

Fenotipe AA dan Aa

Frekuensi fenotipe 0.5

Genotipe AA Aa aa

Frekuensi genotipe ±0.09 ±0.42 ±0.5

Missal:

p = frekuensi gen A

q = frekuensi gen a, maka

q2 = 0.5, sehingga q = √0.5 ≈ 0.7

p = 1 – q = 1 – 0.7 = 0.3.

Misalkan individu-individu dari genotipe aa tidak dapat memperbanyak diri di

dalam lingkungan tertentu, maka individu yang dapat memperbanyak diri akan terdiri dari

dua genotipe yaitu AA dan Aa. Rasio genotipe yang dapat memperbanyak diri adalah 0.09

AA : 0.42 Aa. Frekuensi di dalam populasi yang dapat memperbanyak diri ialah :

Page 8: Mekanisme Evolusi

7 | P a g e

Untuk AA = 0.09

0.09 +0.42 = 18

Untuk Aa = 0.42

0.09 +0.42 = 0.82

Apabila terjadi perkawinan antara individu-individu tersebut, distribusinya seperti berikut

Frekuensi keturunan dari perkawinan individu-individu AA dan Aa

Perkawinan Frekuensi Frekuensi

keturunan

Frekuensi

keturunan

Frekuensi

keturunan

AA Aa Aa

AA X AA (0.18)2 = 0.03 0.03

AA X Aa 2(0.18)(0.82) = 0.30 0.15 0.15

Aa X Aa (0.82)2 = 0.67 0.17 0.34 0.17

Jumlah = 1.00 0.35 0.49 0.17

Dapat dilihat bahwa distribusi genotipe generasi baru ini mendekati dan seolah-olah

seimbang dengan distribusi genotipe perkawinan secara acak. Akan tetapi sesungguhnya

terdapat perubahan fundamental di dalam populasi ini, yaitu frekuensi gen a berkurang dari

0.7 dalam generasi sebelumnya menjadi 0.4 dalam generasi ini (q2 = 0.17, sehingga q = √0.17

= 0.4123). frekuensi gen A bertambah dari 0.3 dalam generasi sebelumnya menjadi menjadi

±0.6 dalam generasi ini (p = 1 – q = 1 – 0.4 = 0.6). karena frekuensi gen berubah, maka frekuensi

fenotipe mengalami perubahan.

3. MUTASI

Sifat dan karakteristik yang dimiliki suatu individu ditentukan oleh gen. Perubahan

yang terjadi pada gen menyebabkan terjadinya perubahan sifat pada individu. Perubahan

gen disebabkan adanya mutasi gen dan rekombinasi gen. Mutasi gen adalah perubahan

susunan kimia dari suatu gen. Mutasi gen merupakan mekanisme evolusi yang sangat

penting. Pewarisan sifat dari induk ke generasi berikutnya terjadi melalui gamet induk.

Kenyataan itu menyebabkan setiap gamet mengandung beribu-ribu gen, setiap individu

menghasilkan beribu-ribu gamet, sehingga jumlah generasi yang terjadi sedemikian banyak

selama masih adanya spesies tersebut. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat diprediksi

jumlah mutasi gen melalui laju mutasi gen dari suatu spesies.

Pemunculan mutasi gen seakan-akan terjadi secara spontan, misalnya di antara

seribu biji yang normal ditemukan satu biji yang tidak normal. Biji yang tidak normal

Page 9: Mekanisme Evolusi

8 | P a g e

tersebut menghasilkan embrio yang abnormal. Hal ini terjadi melalui mutasi gen sehingga

laju mutasi spontan pada biji tersebut dikatakan 1 : 1.000 atau 10–3. Laju mutasi suatu spesies

adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah gen-gen yang bermutasi di antara seluruh

gamet yang dihasilkan oleh satu individu dari suatu spesies. Angka laju mutasi gen yang

menguntungkan sangat kecil, yaitu sekitar 1 : 1.000. Akan tetapi, karena jumlah generasi

selama spesies tersebut hidup cukup besar, maka jumlah mutasi yang menguntungkan

mencapai angka yang cukup besar pula. Misalnya terdapat data sebagai berikut.

1) Angka laju mutasi per gen adalah 1 : 200.000.

2) Jumlah gen dalam individu yang mampu bermutasi sebesar 1.000.

3) Rasio antara mutasi gen yang menguntungkan dengan mutasi yang terjadi adalah 1 : 1.000.

4) Jumlah populasi spesies 100.000.000. Jumlah generasi selama spesies itu ada sebesar 5.000.

Untuk mengetahui mutasi gen yang menguntungkan selama spesies itu masih ada adalah

sebagai berikut.

1) Jumlah gen yang bermutasi = 1

200.00 x 1.000 =

1

200 gen

Jumlah mutasi yang menguntungkan dari gen yang bermutasi = 1

200 x

1

1.000 =

1

200.000

2) Dalam setiap generasi mutasi gen yang menguntungkan = 1

200.000 x 100.000.000 = 500 gen

3) Selama spesies itu ada (5.000 generasi) akan terjadi mutasi gen yang menguntungkan

sebesar = 500 x 5.000 = 2.500.000 gen.

Contoh mutasi yang merugikan yaitu penyakit molekuler Hb yang paling umum adalah

penyakit anemia sel sabit, penyakit ini ditentukan oleh gen resesif autosomal yang dapat

menyebabkan kelainan darah yang fata jika dalam keadaan homozigot. Hb normal (HbA)

sementara Hb abnormal (HbS), HbA terdiri atas 4 rantai polipeptida, yaitu 2 rantai

polipeptida a dan 2 rantai polipeptida b disingkat (a2b2). Susunan kedua rantai polipeptida a

selalu sama, juga b. Hb mengandung 574 asam amino.

Hbs terbentuk jika asam amino dan pada urutan ke-6, yaitu asam glutamat diganti

dengan valin pada kedua rantai polipeptida b.

Page 10: Mekanisme Evolusi

9 | P a g e

Jika diruntut dalam sintesis protein, asam amino glutamat merupakan translasi dari kodon

GAA, GAG, dan asam amino valin dari kodon GUA, GUG, GUU, GUC, jika kita ambil kodon

untuk asam glutamat GAA dan kodon untuk valin GUA, maka DNA sense HbA adalah CTT

dan HbS adalah CAT. Apabila mutasi yang menguntungkan cukup besar, hal ini memberi

peluang munculnya spesies yang adaptif menjadi besar pula. Adanya peristiwa mutasi gen

yang menguntungkan, memunculkan spesies dengan sifat:

a. lebih adaptif;

b. daya fertilitas dan daya ketahanan spesies meningkat;

c. sifat baru yang menguntungkan.

Evolusi terjadi lebih berpeluang disebabkan adanya mutasi gen yang menguntungkan pada

individu setiap spesies. Seperti halnya suksesi (persebaran kronologi makhluk dalam suatu

daerah), evolusi memunculkan individu-individu (spesies-spesies) yang berbeda pada

setiap masanya. Awal mula suksesi, spesies yang hidup pada suatu tempat dan waktu

tertentu hanya dihuni oleh beberapa spesies yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan

awalnya. Pada tahap berikutnya, spesies-spesies yang lama akan mati meninggalkan materi-

materi fisik tertentu.

Page 11: Mekanisme Evolusi

10 | P a g e

4. ALIRAN GEN (GEN FLOW)

Dengan adanya aliran gen maka akan terjadi perpindahan alel di antara populasi-

populasi melalui migrasi dan individu yang kawin. Individu yang meninggalkan populasi

(emigrasi), akan membawa alel keluar. Sebaliknya individu yang masuk ke dalam populasi

(imigrasi) akan membawa alel yang berpotensi menjadi alel baru. Pergerakan alel antar

populasi ini disebut Aliran Gen atau Arus Gen (Gen Flow). Migrasi menyebabkan

bertambahnya sifat dalam suatu populasi.

Tidak adanya migrasi dapat menyebabkan perbedaan frekuensi gen antarpopulasi.

Species yang terpisah oleh letak geografis atau fisis tertentu, seperti jarak yang berjauhan

atau populasi yang terpisah oleh samudra atau pegunungan tidak mungkin mengadakan

perpindahan secara normal dari daerah yang satu ke daerah lain atau sebaliknya. Species

pada kedua populasi yang terpisah itu saling terisolir. Melalui proses evolusi maka akan

terjadi perubahan frekuensi gen pada kedua populasi tersebut. Perubahan yang terjadi bisa

sama atau berbeda, tergantung pada keadaan lingkungan masing-masing. Jika lingkungan

berbeda, perubahan dapat mengarah pada terbentuknya dua species yang berbeda.

Contoh species yang mengalami perubahan frekuensi gen adalah Xylocopa nobilis

(kumbang kayu). Xylocopa nobilis yang terdapat di pulau Sangihe memiliki ciri-ciri yang

berbeda dengan Xylocopa nobilis di daerah Manado. Apabila kumbang kayu dari Sangihe

bermigrasi ke Manado akan terjadi interhibridasi, maka akan timbul perubahan frekuensi

gen pada generasi berikutnya.

5. PERKAWINAN TIDAK ACAK

Perkawinan tak acak dapat mengakibatkan alel yang membawa sifat lebih disukai

akan menjadi lebih sering dijumpai dalam populasi, sedangkan alel dengan sifat yang tidak

disukai akan berkurang dan mungkin akan hilang dari populasi. Perkawinan yang terjadi

antar keluarga dekat dapat mengakibatkan frekuensi gen abnormal atau gen resesif.

6. HANYUTAN GENETIK (GENETIC DRIFT)

Genetik Drift merupakan perubahan secara acak pada frekuensi gen dari populasi

kecil yang terisolasi. Keadaan ini dapat Anda jumpai pada populasi terisolir kaum Amish di

Page 12: Mekanisme Evolusi

11 | P a g e

Amerika, ternyata ada yang membawa alel yang menyebabkan sifat cebol satu dari setiap

seribu kelahiran. Jika ada sebagian anggota populasi yang terpisah dari populasi besar atau

kawin hanya antarpopulasi mereka, frekuensi alel akan berubah. Perubahan frekuensi alel

akibat adanya populasi kecil yang memisah dari populasi besar.

Salah satu sebab dari hanyutan genetik adalah founder effect. Founder yang dalam arti

bahasa Inggris berarti penemu atau pendiri mengacu pada sekelompok individu yang

menempati tempat baru dan membentuk koloni tersendiri. Koloni baru ini dapat memiliki

frekuensi alel yang berbeda denga populasi induknya karena mereka menikah dengan

sesama anggota koloninya. Alel tertentu bisa menjadi lebih umum, sedangkan alel yang lain

bisa menjadi berkurang frekuensinya atau bahkan menghilang. Frekuensi gen akibat

hanyutan genetik amat sulit diprediksi karena acak.

Bottleneck effect juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya hanyutan genetik.

Hal ini terjadi jika banyak anggota populasi yang mati dan sisanya saling kawin hingga

jumlah populasinya kembali seperti semula.

Hanyutan genetic hanya dapat berakibat buruk jika terjadi penurunan variasi gen.

penurunan variasi gen menyebabkan suatu populasi menjadi rentan terhadap kepunahan

apabila terjadi perubahan lingkungan atau gaya hidup.

DAFTAR PUSTAKA

D.A, Pratiwi. Dkk. 2007. Biologi : untuk SMA jilid 3 untuk kelas XII. Erlangga. Jakarta.

Kistinnah, Idun & Sri Lestari, Endang. 2009. Biologi : Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Subardi. Nuryani. & Pramono, Shidiq. 2008. Biologi 3 untuk SMA/MA kelas XII. Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

GAMBAR:

Campbell jilid 2 edisi ke-9