-
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PEWARNAAN TAHAN ASAM
Rabu, 11 Maret 2015
Kelompok I
Rabu , Pukul 13.30 16.30 WIB
Nama NPM
MEGA TRINOVA DURIKA 260110130098
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai TTD
(Shintya) (Benedictus)
-
PEWARNAAN TAHAN ASAM
I. Tujuan
1. Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan
bakteri tak
tahan asam dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam
(Ziehl-
Neelsen)
2. Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
dalam
prosedur tersebut.
II. Prinsip
1. Penetrasi zat warna
Perbedaan sifat antara mycobacterium dengan mikroorganisme
lainnya
adalah dengan adanya suatu dinding tebal yang berlilin
(lipoidal) yang
menyebabkan penetrasi oleh zat warna menjadi sulit. Akan tetapi,
apabila
zat warna sudah dapat masuk, zat warna terssebut jadi tidak
mudah
dibuang meskipun dengan penggunaan asam alcohol yang kuat
sebagai zat
pelarutnya.
2. Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan tahan asam adalah tipe pewarnaan diferensial lebih
dari satu
pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan
kandungan
dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid
kompleks
yang tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam.
3. Pemanasan
Pemanasan biasanya diperlukan untuk memperkuat penetrasi
pewarna
dasar ke dalam sel bakteri.
4. Impermeabilitas dinding sel bakteri tahan asam
Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan
bahan
kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses
pewarnaan,
bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga
bakteri
tersebut disebut bakteri tahan asam.
-
III. Teori Dasar
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki
ciri-ciri
yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki
dinding sel
yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang
ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang
termasuk BTA
antara lain Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia
gonorrhoeae.
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen yang dapat
menyebabkan
penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga
digolongkan sebagai
bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculosis
terjadi
melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat
diwarnai
dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol
dan dengan
pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena
mengandung
sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya
dapat diwarnai
dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik
dan
impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan
atau larutan
encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan
dekolorisasi
dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam
(Ball, 1997).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya.
Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat
mempertahankan zat warna
pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat
(alkohol
asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada
bakteri yang
tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan
melakukan
reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri
tidak berwarna
(Lay, 1994).
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk
batang
panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,
pertumbuhan sangat
lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-380C yang merupakan suhu
normal
manusia. Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti
darah,
-
egg yolk, serum, dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan, basil
tuberkel
adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 3 m. Pada
media
buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari
satu spesies ke
spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar
mereka tidak
dapat didekolorisasi oleh alkohol, tanpa memperhatikan
pengobatan dengan
iodine. Basil tuberkel secara umum dapat diwarnai dengan
pewarnaan Ziehl-
Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria adalah media
nonselektif dan
media selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk mencegah
pertumbuhan
kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada tiga formulasi
umum yang
dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif,
yaitu media agar
semisintetik (middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur
inspisasi
(Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media) (Jawetz et al.,
2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi
dari
oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2
meningkatkan
pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan
kecepatan
pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu
untuk
menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit
cenderung
tumbuh lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23C,
untuk
menghasilkan pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk
cepat asam
daripada bentuk patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten
terhadap
agen kimia daripada bakteri lain karena sifat hidrofobik
permukaan sel dan
pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten terhadap kekeringan dan
bertahan
hidup selama periode waktu yang lama dalam sputum kering.
Variasi dapat
terjadi dalam koloni, pigmentasi, virulensi, temperatur
petumbuhan yang
optimal dan beberapa tanda pertumbuhan atau seluler lainnya
(Fardiaz, 1992).
-
IV. Alat dan Bahan
5.1. Alat
1. Botol semprot
2. Bak pewarna
3. Kaca preparat
4. Kapas
5. Kertas saring
6. Korek
7. Mikroskop
8. Ose
9. Spirtus
-
5.2. Bahan
1. Air suling
2. Alkohol 70%
3. Asam alcohol (3% HCl dalam alcohol 95%)
4. Emerge oil
5. Suspensi bakteri (Tuberculosis)
6. Zat warna karbol fuksin
7. Zat warna biru metilen
V. Prosedur
Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kaca
preparat direndam didalam larutan alcohol 70% dan kaca preparat
dikeringkan
dengan menggunakan kapas. Kemudian pada salah satu sisi kaca
preparat
dibuat lingkaran menggunakan spidol. Lalu nyalakan spirtus
dengan korek api
dan ose di fiksasi diatas api hingga kawat ose berubah menjadi
merah.
Kemudian ose didinginkan di dekat api. Setelah itu, tabung
reaksi yang berisi
campuran suspensi bakteri (Tuberculosis) dibuka didekat api dan
suspensi
bakteri diambil dengan menggunakan ose. Kemudian penutup tabung
dan
mulut tabung difiksasi dan tabung ditutup kembali. Lalu olesan
bakteri di
oleskan secara merata diatas kaca preparat, ose dan kaca
preparat difiksasi.
Setelah itu, kaca preparat diletakkan diatas bak warna. Olesan
bakteri
digenangi dengan pewarna karbol fuksin selama 5 menit, sambil
dipanaskan di
atas penangas air. Jaga jangan sampai terlalu panas, mendidih
atau kering..
Lalu zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas degan air
suling. Kemudian
bilas dengan zat pewarna alcohol-asam selama 15 detik atau
sampai belakang
olesan berwarna merah muda pucat. Setelah itu, olesan bakteri
digenangi
dengan pewarna tanding biru metilen selama 2 menit. Lalu zat
warna berlebih
dibuang dan olesan dicuci dengan air suling ,kemudian
dikeringkan
menggunakan kertas saring. Lalu ditetesi dengan sedikit minyak
imersi pada
kaca preparat. Kemudian preparat olesan bakteri diamati dibawah
mikroskop.
-
VI. Data Pengamatan
Pewarna : karbol fuksin, metilen blue
Preparat : Suspensi bakteri Mycobacterium tuberculosis
Perbesaran : 10 x 100 kali
Identifikasi bakteri :
SAMPEL LITERATUR
Bentuk dan warna bakteri tidak
terlihat jelas
(http://textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html)
Bentuk Bakteri teramati,yaitu batang
Warna bakter teramati yaitu merah
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum
pewarnaan
tahan asam. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengamati dua
kelompok
bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak tahan asam
dengan
menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam (Ziehl-Neelsen) dan
dapat
memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
dalam prosedur
tersebut. Adapun prinsip yang mendasari praktikum ini yaitu
penetrasi zat
warna, pewarnaan tahan asam, pemanasan, dan impermeabilitas
dinding sel
bakteri.
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan
alat
dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya kaca preparat
direndam didalam
-
larutan alkohol 70%, perendaman kaca preparat ini bertujuan agar
kaca
preparat bebas dari mikroorganisme dan lemak yang menempel pada
kaca
preparat. Setelah itu kaca preparat dikeringkan dengan
menggunakan kapas
sampai berbunyi yang menandakan bahwa kaca preparat sudah bisa
digunakan.
Lalu pada salah satu sisi kaca preparat dibuat lingkaran
menggunakan spidol,
lingkaran ini dibuat untuk media pengamatan materi supaya pada
saat
mengamati dibawah mikroskop akan lebih mudah.
Selanjutnya, spirtus dinyalakan menggunakan korek api,
spirtus
berguna untuk fiksasi. Fiksasi adalah proses pengawetan dan
pelekatan atau
penempelan suatu struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi.
Hal yang
harus diperhatikan dalam proses fiksasi adalah kita hanya
melewatkan objek
diatas api bukan membiarkan dia terbakar karena akan
mengakibatkan
bakterinya mati dan tujuan fiksasi untuk pelekatan bakteri
supaya pada saat
pencucian bakteri tidak hilang tercuci dan bakteri tidak berubah
bentuk pada
saat diamati pada mikroskop. Kemudian ose difiksasi dengan
melewatkannya
diatas api sampai berubah menjadi merah yang menandakan bahwa
ose sudah
bebas dari kontaminasi. Ose adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan
atau mengambil koloni suatu mikroba ke media yang akan digunakan
kembali.
Lalu ose didinginkan didekat api, ose yang digunakan harus
dingin karena
apabila ose masih panas maka akan mengakibatkan sel bakteri yang
akan diuji
mati.
Selanjutnya tabung reaksi yang berisi campuran suspensi bakteri
(
Tuberculosis) dikocok dan dibuka dekat api untuk mengurangi
kontaminasi.
Pengocokan ini bertujuan agar suspensi bakteri tercampur secara
merata tidak
ada endapan bakteri di bagian bawah tabung. Lalu sampel
diambil
menggunakan ose, ose dan tabung difiksasi. Kemudian oleskan
bakteri diatas
kaca preparat secara merata. Setelah rata, kaca preparat
diletakkan diatas bak
pewarna. Olesan bakteri digenangi dengan pewarna karbol fuksin
dan
dibiarkan selama 5 menit, sambil dipanaskan di atas penangas
air. Jaga jangan
sampai terlalu panas, mandidih atau kering. Tujuan pemberian
carbol fuchsin
0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Biar sulit
menembus dinding
-
dari bakteri tahan asam dilakukan pemanasan untuk memuaikan
dinding sel
bakteri tersebut sehingga warna carbol fuchsin ini mampu diserap
oleh sel-sel
bakteri. Namun perlu diperhatikan, pemanasan dilalukan jangan
sampai
mendidih cukup samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut
tidak rusak.
Lalu,zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas dengan air
suling. Kemudian
dibilas dengan zat pemucat alcohol-asam selama 15 detik atau
sampai latar
belakang olesan berwarna merah muda pucat. Penambahan alkohol
berfungsi
untuk membilas atau melunturkan zat warna (decolorization) pada
sel bakteri
(mikroorganisme). Saat sel-sel bakteri sudah mampu menyerap
warna carbol
fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali tertutup dalam
pada suhu
semula. Sehingga sebelum dilakukan penambahan asam alcohol
ditunggu
samapai 5 menit. Saat penambahan asam alcohol ini, maka bakteri
yang bukan
BTA akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut
karena tidak
mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA.
Setelah itu, olesan bakteri digenangi dengan pewarna tandingan
biru
metilen selama 2 menit. Methylene Blue merupakan pewarna
tandingan atau
pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali
sel-sel yang telah
kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam alkohol.
Zat warna
methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang
permeabilitas
dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non
BTA
terekstraksi oleh asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri
non BTA
tersebut menjadi berwarna biru. Pada bakteri BTA dinding selnya
sudah
terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya
rembes
dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene
blue tidak
dapat masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah. Lalu zat
warna
berlebih dibuang dan dibilas dengan air suling.
Setelah itu kaca preparat ditetesi dengan minyak imersi. Minyak
emersi
adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop yang
fungsinya
untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri
atau
Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita
akan
mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar
(10x100
-
misalnya). Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi
dibandingkan
dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat
terlihat lebih jelas
menggunakan minyak imersi dibandingkan menggunakan air.
Selanjutnya kaca preparat diamati di bawah mikroskop dan
hasilnya
digambar. Pada pengamatan yang dilakukan dari dari suspense
bakteri
(Tuberculosis) didapatkan bentuk bakteri yaitu bentuk bakteri
basil tahan asam.
Hasil Pengamatan pada praktikum kali ini sel bakterinya sulit
untuk
diamati dan berbeda dengan hasil literature. Pada praktikum kali
ini,,bentuk sel
bakteri Mycobacterium tubercolosis tidak terlihat batang dan
warnanya juga
tidak merah sebagaimana literature.
Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh :
1. Olesan bakteri tidak rata dan terlalu tipis sehingga sulit
untuk diamati pada
mikroskop/ hasil pengamatan tidak jelas .
2. Proses penotolan dengan kertas saring yang tidak benar dan
terlalu keras
sehingga bakteri sampel malah menempel pada kertas saring.
3. Fiksasi yang terlalu lama dapat menyebabkan dinding bakteri
pecah
sehingga sulit untuk diamati.
4. Zat warna tidak merata masuk ke dalam dinding bakteri /
proses
pewarnaan yang kurang lama.
5. Pada saat pengolesan bakteri dengan ose,ose yang digunakan
masih panas
sehingga dinding bakteri pecah dan bentuknya tidak dapat
diamati.
6. Pembilasan dengan air suling yang terlalu keras menyebabkan
olesan
bakteri terbawa oleh air.
VIII. Simpulan
1. Dapat mengamati dua jenis bakteri yaitu bakteri tahan asam
dan bakteri
tidak tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan
asam
pada bakteri tahan asam akan mempertahankan warna merah
sedangkan
bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
2. Praktikan dapat memahami cara pewarnaan bakteri tahan
asam
-
DAFTAR PUSTAKA
Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John
Wiley & Sons, New
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996.
Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany.Jakarta:
Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.
Raga Grafindo
Persada.
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Revisi.
Jakarta: UI Press.
.
-
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PEWARNAAN SPORA
Rabu, 11 Maret 2015
Kelompok I
Rabu , Pukul 13.30 16.30 WIB
Nama NPM
MEGA TRINOVA DURIKA 260110130098
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai TTD
(Shintya) (Benedictus)
-
PEWARNAAN SPORA
I. Tujuan
1. Mengamati endospore bakteri dengan menggunakan prosedur
pewarnaan
spora (pewarnaan Klein).
2. Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
dalam
prosedur tersebut.
II. Prinsip
1. Pewarnaan spora
Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan
malchit
green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaanya akan muncul
warna
hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya,
yaitu pada
Bacillus subtilis.
2. Teknik aseptis
Teknik aseptis adalah proses tanpa kontaminasi untuk menjamin
preparasi
bebas dari mikroba kontaminan. Teknik aseptis digunakan
sepanjang
percobaan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan maupun
praktikan.
3. Impermeabilitas spora
Baktreri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap disinfektan,
sinar,
kekeringan, panas, dan kedinginan. Hal ini karena dinding spora
lebih
bersifat impermeable dan spora mengandung sangat sedikit air,
sehingga
menyebabkabspora tidak mudah mengalami perubahan temperatur.
4. Penetrasi zat warna
Tebal tipisnya sediaan. Bila sediaan terlalu tebal atau tidak
rata, maka
penetrasi zat warna akan berbeda-beda.
III. Teori Dasar
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora
bakteri
mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri
dalam bentuk
-
spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana
kedua
mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap
faktor luar
yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2005)
Spora dibentuk oleh jenis bakteri tertentu terutama genus
bacillus dan
costridium. Pada umumnya spora terdapat pada endospora dengan
letak dan
ukuran yang berbeda. Spora pada bakteri dibentuk pada kondisi
secara
kimiawi dan kondisi kimiawi yang kurang menguntungkan misalnya
nutrisi,
sinar panas dan kering. Macam-macam metode yang digunakan untuk
melihat
spora, yaitu Schaefferfulton, Bartolomew- Mitter, Klein dan
Donner.
Pewarnaan spora dapat digunakan untuk membantu identifikasi
bakteri. Letak
spora ada tiga macam, yaitu sentral ( letak spora berada
ditengah- tengah sel),
terminal ( letak spora ada diujung sel) dan sub terminal ( letak
spora diantara
ujung-ujung dan ditngah-tengah terminal) ( Dwidjoseputro,
2005).
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup
bertahun-
tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan
yang normal.
Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun
spora tetap
hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih
bahkan selama 1
jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora
akan tetap
menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan,
spora
akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan
berkembangbiak secara
normal (Volk & Wheeler, 1988).
Proses pewarnaan endospora dilakukan setelah fiksasi dan setelah
dibuat
apusan preparat.Kemudian preparat diberikan malakit hujau yang
berfungsi
sebagai pewarna primer yangdigunakan untuk melumuri fiksasi
panas. Preparat
diuapkan diatas air mendidih dengan tujuanuntuk memperbesar
pori-pori
bakteri agar pada saat pewarnaan dapat menembus dindingendospora
dan
dijaga jangan sampai pewarna kering. Kemudian dicuci dengan air
dialirkan
dariatas, yang bertujuanuntuk menghilangkan malacite green dari
seluruh
bagian sel endospora.Pewarnaan safranin bertujuan untuk
counterstein yang
digunakan untuk melumuri bagian warnadari sel yang lain dari
pada endospora.
Hasil uji bakteri Bacillus subtilis menghasilkan bakteri gram
positif. Prinsip
-
pewarnaan spora didasarkan pada penggunaan zat wa rna malachite
green dan
safranin dimana pada hasil pewarnaan akan menghasilkan warna
hijau pada
spora dan warna merah pada sel vegatitifnya (Lay 1994).
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh
berdinding
tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh
semua spesies
Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu
membentuk
endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi
sebagai sel
vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya,
terjadi
sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang
dimaksudkan
untuk menjadi spora. (Pelczar,1986).
IV. Alat dan Bahan
5.3.Alat
10. Botol semprot
11. Bak pewarna
12. Kaca preparat
13. Kapas
14. Kertas saring
15. Korek
-
16. Mikroskop
17. Ose
18. Spirtus
5.4. Bahan
8. Air suling
9. Alkohol 70%
10. Biakan padat bakteri Bacillus subtilis berumur 72 jam
11. 24 1%
12. NaCl fisiologis
13. Zat warna karbol fuksin
14. Zat warna biru metilen
V. Prosedur
Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Buat
suspensi bakteri yang terdiri dari biakan bakteri dan NaCl
fisiologis di tabung
reaksi dan tambahkan karbol fuksin sebanyak 1:1 ke dalam
suspensi tersebut.
Lalu panaskan campuran tersebut dalam pemanas air bersuhu 800
selama 10
menit, jaga jangan sampai mendidih atau kering. Kemudian
sediaankan kaca
preparat dan direndam didalam larutan alkohol 70% dan kaca
preparat
dikeringkan dengan menggunakan kapas. Kemudian pada salah satu
sisi kaca
preparat dibuat lingkaran menggunakan spidol. Lalu nyalakan
spirtus dengan
korek api dan ose di fiksasi diatas api hingga kawat ose berubah
menjadi merah.
Kemudian ose didinginkan di dekat api. Setelah itu, tabung
reaksi yang berisi
biakan padat bakteri Bacillus subtilis dibuka didekat api dan
suspensi bakteri
-
diambil dengan menggunakan ose. Kemudian penutup tabung dan
mulut
tabung difiksasi dan tabung ditutup kembali. Lalu olesan bakteri
di oleskan
secara merata diatas kaca preparat, ose dan kaca preparat
difiksasi. Setelah itu,
kaca preparat diletakkan diatas bak warna. Olesan bakteri
digenangi dengan
24 1% Lalu zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas degan air
suling.
Setelah itu, olesan bakteri digenangi dengan pewarna tanding
biru metilen
selama 5 menit. Lalu zat warna berlebih dibuang dan olesan
dicuci dengan air
suling ,kemudian dikeringkan menggunakan kertas saring. Lalu
ditetesi dengan
sedikit minyak imersi pada kaca preparat. Kemudian preparat
olesan bakteri
diamati dibawah mikroskop.
VI. Data Pengamatan
Pewarna : karbol fuksin, metilen blue
Preparat : Suspensi bakteri Bacillus subtilis
Perbesaran : 10 x 100 kali
Identifikasi bakteri :
Bentuk bakteri : Batang
Warna Bakteri : Biru
Warna Spora : Merah
-
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum
pewarnaan
spora. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengamati
endospora bakteri
dengan menggunakan prosedur pewarnaan spora (pewarnaan Klein)
dan dapat
memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
dalam prosedur
tersebut. Adapun prinsip yang mendasari praktikum ini yaitu
pewarnaan spora,
teknik aseptis, impermesbilitas spora dan penetrasi zat
warna.
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan
alat
dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya buat suspensi bakteri
yang terdiri
dari biakan bakteri dan NaCl fisiologis di tabung reaksi. Fungi
NaCl fisiologis
berfungsi sebagai pengencer agar suspensi sampel yang akan
digunakan steril
dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu, NaCl
fisiologis
juga mempertahankan kondisi pH dari sampel suspensi. Larutan
pengencer
NaCl Fisiologis steril merupakan larutan netral sehingga tidak
mempengaruhi
kondisi pH.
Setelah itu tambahkan karbol fuksin sebanyak 1:1 ke dalam
suspensi
tersebut. Lalu panaskan campuran tersebut dalam pemanas air
bersuhu 800
selama 10 menit, jaga jangan sampai mendidih atau kering.
Penambahan karbol
fuksin adalah sebagai pewarna untuk mewarnai bakteri dengan
warna merah.
Hal ini bertujuan untuk memperbesar pori-pori bakteri agar zat
warna dapat
menembus dinding endospora dan jaga jangan sampai mendidih atau
kering
karena dinding bakteri akan hancur jika terlalu panas. Pemanasan
pada suhu
800 bermaksud untuk membunuh sel vegetatif bakteri, sedangkan
sel spora
tidak akan mati pada suhu 800, bahkan spora masih dapat hidup
selama 1 jam
dalam air mendidih.
Selanjutnya membuat olesan bakteri yaitu dengan cara kaca
preparat
direndam terlebih dahulu didalam larutan alcohol 70%, perendaman
kaca
preparat ini bertujuan agar kaca preparat bebas dari
mikroorganisme dan lemak
yang menempel pada kaca preparat. Setelah itu kaca preparat
dikeringkan
dengan menggunakan kapas sampai berbunyi yang menandakan bahwa
kaca
preparat sudah bisa digunakan. Lalu pada salah satu sisi kaca
preparat dibuat
-
lingkaran menggunakan spidol, lingkaran ini dibuat untuk media
pengamatan
materi supaya pada saat mengamati dibawah mikroskop akan lebih
mudah.
Selanjutnya, spirtus dinyalakan menggunakan korek api,
spirtus
berguna untuk fiksasi. Fiksasi adalah proses pengawetan dan
pelekatan atau
penempelan suatu struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi.
Hal yang
harus diperhatikan dalam proses fiksasi adalah kita hanya
melewatkan objek
diatas api bukan membiarkan dia terbakar karena akan
mengakibatkan
bakterinya mati dan tujuan fiksasi untuk pelekatan bakteri
supaya pada saat
pencucian bakteri tidak hilang tercuci dan bakteri tidak berubah
bentuk pada
saat diamati pada mikroskop. Kemudian ose difiksasi dengan
melewatkannya
diatas api sampai berubah menjadi merah yang menandakan bahwa
ose sudah
bebas dari kontaminasi. Lalu ose didinginkan didekat api, ose
yang digunakan
harus dingin karena apabila ose masih panas maka akan
mengakibatkan sel
bakteri yang akan diuji mati.
Selanjutnya tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri
(Bacillus
subtilis) dikocok dan dibuka dekat api untuk mengurangi
kontaminasi. Lalu
sampel diambil menggunakan ose, ose dan tabung difiksasi.
Kemudian oleskan
bakteri diatas kaca preparat secara merata. Setelah rata, kaca
preparat
diletakkan diatas bak pewarna. Olesan bakteri digenangi dengan
24 1%
selama 2 detik. Lalu,zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas
dengan air
suling. Proses pencucian ini menyebabkan por-pori dinding spora
yang semula
melebar,kembali mengecil. Tahapan ini lah yang mengakibatkan
dekolorisasi
dengan asam-alkohol tidak akan melarutkan zat warna karbol
fuksin pada
spora.
Kemudian olesan bakteri digenangi dengan pewarna tandingan
biru
metilen selama 5 menit. Tujuan pemberian biru metilen adalah
memberi warna
background (pewarna sekunder). Hal ini berfungsi untuk mewarnai
kembali
sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan
dengan asam
alkohol. Lalu dibilas dengan air suling dan dikeringkan dengan
kertas saring.
Penotolan dengan kertas saring harus hati-hati agar olesan
bakteri tidak
terbawa / menempel pada kertas saring.
-
Setelah itu kaca preparat ditetesi dengan minyak imersi. Minyak
emersi
adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop yang
fungsinya
untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri
atau
Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita
akan
mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar
(10x100
misalnya). Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi
dibandingkan
dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat
terlihat lebih jelas
menggunakan minyak imersi dibandingkan menggunakan air.
Selanjutnya kaca preparat diamati di bawah mikroskop dan
hasilnya
digambar. Pada pengamatan yang dilakukan dari sampel air liur
didapatkan
bentuk bakteri yaitu bentuk bakteri basil tahan asam.
Pada saat praktikum, terjadi kesalahan yang mengakibatkan
olesan
bakteri pada kaca preparat hilang dan menyebabkan praktikan
susah
menemukan bentuk bakteri yang terdapat pada suspensi.
Faktor-faktor yang
menyebabkan hal tersebut yaitu :
Olesan bakteri tidak merata
Biakan spora suspensi bakteri belum matang, seharusnya umur
biakan
bakteri yang digunakan 72 jam. Tapi pada praktikum kali ini umur
biakan
hanya 24 jam. Menyebabkan spora belum matang,sehingga karbol
fuksin
tidak masuk secara sempurna dan sulit diamati
Fiksasi yang terlalu lama juga dapat menyebabkan dinding bakteri
pecah
sehingga sulit untuk diamati
Pembilasan dengan air suling yang terlalu keras yang menyebabkan
olesan
bakteri terbawa oleh air.
Proses penotolan dengan kertas saring yang tidak benar dan
terlalu keras
yang mengakibatkan olesan bakteri menempel pada kertas
saring.
VIII. Simpulan
1. Endospora bakteri dapat diamati dengan mengggunakan
prosedur
pewarnaan spora .
2. Praktikan dapat memahami pewarnaan spora dengan baik.
-
3. Hasil pengamatan :
Badan vegetative : warna biru
Spora : warna merah muda
Sel vegetatif : bentuk batang
-
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : PT
Gramedia.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.
Raga Grafindo
Persada.
Pelczar, chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI
Press.
Volk, W.A dan Margaret Fwheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar,
diterjemahkan oleh:
Markham, M.sc.Jakarta: Erlangga.