Top Banner
. '.;;;,: - - . I _ ...... ". - 'J - -- NESIA - Irmur r _. .... ,,.. ..; .. www .gnr.of'":1<l _ . _ _ -!O-. aru: UNIA seni semakin cair batas-bata nya. Peraih hadiah utama ASEAN Put Awards tahun ini adalah karya dua dimensi dengan ba- sis fotografi, yang sebelumnya tak pernah diperhitungkan. KaIJ'a-karya di dalam pa- meran besar grafis di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) yang dibuka malam ini, 13 Juni, oleh pegrafis senior AD Pi- rou ,menega kan hal itu. Pa- meran akan berlangsung sampai 22 Juni 2002, menam- pllkan hasil kerja 65 seniman dari Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Jakarta. lnilah pameran besar gratis kedua oleh BBJ, sesudah yang pertama pameran "Se- tengah Abad Grafis Indone- sia" tahun 2000 yang diikuti hampir seluruh eksponen pe- grafis se)ak generasi "peri n- li ., seperti Suromo sampai eniman belia. Kalangan seni mengakui, pameran pertama BBJ kehiclup- an grafis yang "ke- las 2". 'I\mtutan untuk pameran kali ini lebih spesifik, seperti terbaca dari tajuknya, "Eks- plorasi Medium Eksplorasi Gagasan". Muncullah selain kertas putih atau kanvas un- tuk merekam hasil seni cetak grafis, juga potongan kayu nangka, bahkan bakiak (se- lop) dan kayu, pennukaan ba- tu, lempengan alumunium, atau kaca. Teknik pencetakan merambah dunia digital, fo- tokopi, bahkan cetak off-set, sampai gaya manual cetak stempel atau sidik jari yang dicelup tinta. Hal itu diimbuh dengan teknik tempel, jahit, pewarna- an tambahan dengan tangan langsung, dipadu dengan ber- macam benda yang tak ber- kait dengan materi cetaknya. eara pemajangan pun bera- gam, tidak lagi hanya dipa- ang di dinding. Karya-karya itu ada yang digantung, di ta- rub di lantai, dibuat rampak, disusun dalam struktur ba- ngun tertentu, dan beragam cara tampil lainnya yang menciptakan ruang-ruang nyata clan teraba, dan seren- tak dengan itu menyebabkan kehadiran hasil cetak per ek- semplar memperoleh makna yangbaru. (Bersambung ke him 11 kot 4-7) , . - ------- -- ? - ..,..- .- - - -- - - - - - - - -- Media Hr/tgllbln/thn .. m - --- -- - .-- ...... _. "" .. KOMPASlAGU SUSAN'lO Pameran Gratis Pameran besar grafts di Bentara Budayalakarta (BBI) akan dib uka malam ini, 13 Juni, oleh pegraftS senior AD Pirous. Pameran akan berlang- sung sampai 22 luni 2002, menampilkan hasil kerja 65 seniman dari Bandung, Yogyakarta, Ba/i, dan Jakarta.
5

Media NESIA -- Irmur - arsip.galeri-nasional.or.idarsip.galeri-nasional.or.id/uploads/kliping/1524/_MG_7097.pdf · lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior

Feb 19, 2018

Download

Documents

duongkhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Media NESIA -- Irmur - arsip.galeri-nasional.or.idarsip.galeri-nasional.or.id/uploads/kliping/1524/_MG_7097.pdf · lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior

. '.;;;,:

-- . ~ " '- I _ ...... ". -

' J •

---NESIA -

'~rd.ko Irmur r _. ....,,....; .. , -~. .~.Q

www.gnr.of'":1<l_ . ~. _ _ • -!O-. •

aru: UNIA seni semakin cair batas-bata nya. Peraih hadiah utama ASEAN

Put Awards tahun ini adalah karya dua dimensi dengan ba­sis fotografi , yang sebelumnya tak pernah diperhitungkan. KaIJ'a-karya di dalam pa­meran besar grafis di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) yang dibuka malam ini, 13 Juni, oleh pegrafis senior AD Pi­rou ,menega kan hal itu. Pa­meran akan berlangsung sampai 22 Juni 2002, menam­pllkan hasil kerja 65 seniman dari Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Jakarta.

lnilah pameran besar gratis kedua oleh BBJ, sesudah yang pertama pameran "Se­tengah Abad Grafis Indone­sia" tahun 2000 yang diikuti hampir seluruh eksponen pe­grafis se)ak generasi "perin­li ., seperti Suromo sampai eniman belia. Kalangan seni

mengakui, pameran pertama BBJ kehiclup-an grafis yang "ke-las 2".

'I\mtutan untuk pameran kali ini lebih spesifik, seperti terbaca dari tajuknya, "Eks­plorasi Medium Eksplorasi

Gagasan". Muncullah selain kertas putih atau kanvas un­tuk merekam hasil seni cetak grafis, juga potongan kayu nangka, bahkan bakiak (se­lop) dan kayu, pennukaan ba­tu, lempengan alumunium, atau kaca. Teknik pencetakan merambah dunia digital, fo­tokopi, bahkan cetak off-set, sampai gaya manual cetak stempel atau sidik jari yang dicelup tinta.

Hal itu diimbuh dengan teknik tempel, jahit, pewarna­an tambahan dengan tangan langsung, dipadu dengan ber­macam benda yang tak ber­kait dengan materi cetaknya. eara pemajangan pun bera­gam, tidak lagi hanya dipa-ang di dinding. Karya-karya

itu ada yang digantung, di ta­rub di lantai, dibuat rampak, disusun dalam struktur ba­ngun tertentu, dan beragam cara tampil lainnya yang menciptakan ruang-ruang nyata clan teraba, dan seren­tak dengan itu menyebabkan kehadiran hasil cetak per ek­semplar memperoleh makna yangbaru.

(Bersambung ke him 11 kot 4-7)

,

. - -------

- -? -..,..-.-- -- -• - -• -- - --- -•

Media • •

Hr/tgllbln/thn • •

.. ~- m • •

- --- - - --"~ - .--

......_. "" .. "'~

KOMPASlAGU SUSAN'lO

Pameran Gratis Pameran besar grafts di Bentara Budayalakarta (BBI) akan dibuka malam ini, 13 Juni, oleh pegraftS senior AD Pirous. Pameran akan berlang­sung sampai 22 luni 2002, menampilkan hasil kerja 65 seniman dari Bandung, Yogyakarta, Ba/i, dan Jakarta.

Page 2: Media NESIA -- Irmur - arsip.galeri-nasional.or.idarsip.galeri-nasional.or.id/uploads/kliping/1524/_MG_7097.pdf · lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior

--'----. . NESIA

• • . :-. ---

• . -'. •

.",..-- ------

• - - ~ . -- --...... -:,- ' ~ --- ;.... ;: -~ Md - - -- . . ___ ::'}- e la -? ~- ~~~~'-------------

-•

-.~ _; Hr/ tgl/ bln/ thn :

----. -. .r .. •

~ -. - , Hlm/klm ~,_l- -' f" •.• -f-- ".- ," ~ ~, ... ~ - " ...

• - # - ' ~. 4 ... '1_ I ·' -------~ • •

- -- .. - ---- -. -

I

""TAl (lG PAMERAN AAI)£N "AWl

Mas Petruk (2002), Karya Hasirun

Page 3: Media NESIA -- Irmur - arsip.galeri-nasional.or.idarsip.galeri-nasional.or.id/uploads/kliping/1524/_MG_7097.pdf · lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior

••

- .-• • • • . ''-::::-:--_. -.... Wo ",

_. -~

? ­.~ --:: . ' . . --' .

Media , ,

Hr/tglJbln/thn : ._--• _ _ • t • • _ . • -. . . l ,mur r -.,- ~~~.- .

-.. ""t~!.:_~ . - _ .. ;: =:.:'L---------------------•

,

Cra Barn: Celak diBalll dari halaman 1)

Masuk ke ntang pamer, bisa terkecoh mengang­

gapnya sebagai pameran lukis­an. bahkan seni rupa yang lagt ngetren lebib dari 10 tahun terakhir. Tapi. ini grafts. meski Irwan Rahman mem­bubuhkan bentuk pisang atau kaleng Coca Cola dan sepatu. Lebih dramatis adalah karya Rini Chairin Hayati yang mem­buat gratis di ata kertas roti berbentuk dalln-daun pisang, dengan pohonan disangga bambu-bambu. dihias sejum­\ah kupu-kupu plastik.

TIdak seluruh karya yang tampil merupakan penampak­an gejala visual atau kon ep dan praktik seni rupa yang 100 persen baru. Beberapa kegiat­an seni telah memberi tanda betapa para seniman telah memberi ke egaran atas apa yang "seni grafis" se-perti dalam sajian "Print 2000+2 '~ dari kelompok Rllang Rupa d..i 'I'1M Jakarta bulan Juni 2002. Pameran gra­fis dalam hajatan besar Ban­dung Art Event September 2001 di Bandung mel

ke arab strategi. pe­rupaan dengan gratis sebagai basIS produksi senioya. Dalam pameran Print Making in the Future bulan Mei 2001 di Ga­leri Cemeti di Yogyakarta se­bagian karya menabrak kese­pakatan yang selama ini diiku­ti dan menawarkan batasan­

baru. Gltirah penJel Jahan ltu

rnelilbakar sejurnlah p graIls

yang telah melakukannya se­lama bertahun-tahun. Sebu­tlah Rotua Magdalena Agung yang membubuhkan tulisan tangan, sapuan cat dan jahitan. Anna ana menekankan kel"]a cetak di atas permukaan batu: menga­barkan proses pencetakan dan pengenalan bahan yang khas, dan meluaskan wilayab tampi­lannya. Denny Rusanto mela­kukannya di atas permukaan kayu lengkap dengan guratan­guratan uratnya sebingga membrui efek mpa tersendiri. Agung Setiadi mencetak di atas permukaan bakiak, se­dangkan 'Iiis Neddy Santo di atas piling porselen, dan Bagas Arga Santosa mencetaknya ell atas tembikar.

SyahIizal Pahlevi, yang kerja cetaknya meyakinkan, kini me­lakukannya di atas sejumlah kepingan aluminium sambil menyiasati aspek penyajian­nya. Yamyuli Dwi Iman meng­garapnya di atas papan dan memasangnya di dalam tiga panel yang sating terhubllng dengan engsel, dengan salah satu panel berisi "biang"-nya yangmenyiI'atkan gagasan ten­tang riwayat dapur seninya. Hidayat menggarap logam dan kertas daur ulang yang per mu­kaannya tampak berseral dan berkerut sehlngga mencipta­kan lanskap tersendiri.

Marida Nasulion yang sering menggunakan bidang transpa­ran eperti fiberglass, datang d ngan cetak anng, kaca. resin yang tampilannya mengingat­kan orang pada cennin besar

s-.... JC.;oSOIllO aD" Publib".· ____ ~ __ ~

. --

tempo doeloe. l tu lah cellIlin perjuangan perempuan atau bisa jadi kaum lerpinggirkan mengamngi perubahan zaman lewat sosok seorang tukang ja­mu gendong di tengah jajaran gedung-gedung jangkung.

Contoh-contoh penjelajahan medium yang menarik ini bisa sangat panjang, hampir sepan­jang daftar peserta pameran­nya sendiri. Cukil kayu diim­buh sapllan cat langsnng di bi­dang gambar yang dibikin menonjol di bagian tengab di­kerjakan Edi Sunaryo. Sejum­lah seniman menggunakan gaya carnpur kola se dari ber­bagai teknik seperti Andre Ta­nama, Irwanto Lentho, dan Petrus Priya Wicaksana. Gaya semacam dengan gagasan isi dan v:isual yang lebib canggih muncul misalnya dari Arief Yuristiawan. Kurniasari, mau­pun Sony Irawan. Muncul pu­la cara pernaniaatan sem un­tuk wahana kl;tik: budaya seperti diajukan 11sna Sanjaya dengan "cetak jengkol" .

Ketekunan, keceJ'lllatan, dan keterampilan, di dalam olah cetak-mencetak ini. dengan gagasan visual yang llnggul, namun lewat karya-karya yang lebih "konvensional" , datang dari Agus Yulianto dan Hend.rawan Riyanto. Katya mereka juga raksasa dan segi. ukuran, yang dengan dicetak utuh sudah dengan sendiri menceI1uinkan kerja. keras. Kalya Yulianto (132 x 250 cm) lebib njelimet lagi. karena bertumpu pada konsep simelri dengan isi tentang peradaban

' ..

,

yang erba gigantik sekaligus r agam hias menarik, sementa­ra Hendrawan (300 x 140 cm) lebib "kontemporer".

Salah satu daya tarik yang lai n adalah Identifikasi Dua Ratus Ornng garapan Agus All Muslim. la mendata nama dan pekerjaan 200 orang di Ban­dung berikut cap jarinya ma­sing-masing di atas secarik kertas, yang kemudian ia tem­pelkan di tiga panel. P ergulat­an pemikiran ten tang riwayat sejumlah manusia kota dengan berbagai latar itu segera mun­cul ketika memandangi karya grafisnya . "Kenakalan" lain muncul dari Amelia Lestari yang membuat poster tentang asupan yang dikonsumsi tubuh maupun otak.

Pameran kali ini menonjol­kan beberapa seniman dengan jam terbang sangat panjang. Sebutlah contohnya seperti H. Widayat yang menyertakan dua buah karya yang berasal dari satu saja biang, dengan judul serupa Mancing Kebelet Kencing.

Sejumlah nama yang sudah leruji memang mendorong p a­meran ini. Sebutlah jawara gratis seperti S Prinka yang menampilkan gambar digital yang sangat menarik. Sama menatiknya adalah beberapa hasil kerja cetak Sukamto yang ia dalam kanvas yang kemudian ia balut de­ngan kain kasa. Atau Y Eka Suprihadi dan Herry Wibowo yang tetap menunjukkan kete­kunan dan keterampilan mere­ka. (EFIX MULYADl)

Page 4: Media NESIA -- Irmur - arsip.galeri-nasional.or.idarsip.galeri-nasional.or.id/uploads/kliping/1524/_MG_7097.pdf · lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior

"mur T

,

- - "- -- . -. , ..- • • • • . ''-;-' =-=-=- -

• -• _ _ ~ -c. - . -. ... ..

. " --

• .-

Media • • . ,

--- _.-~'::-:;;-,,~ e~-~._ : .- ,' " - - - '~,.....,. Him/ kin'

~:=;~Sn!~iQ-':'" r~'-,:,"'''Ir- · ~~ ="'~ -: :;' 1--:;c ~ - ~ ',= = _____ ' ___ . ___________ ---' ="'"' ~'" . - "-::- - - - .. , .

Bagaimana membaca so ok Semar besar dalam pameran ini, wayang yang paling dicin­tai orang Jawa itu, di hadapan so ok-so ok berbaju resmi Ja­wa, menyandang keris, merun­duk tunduk di hadapan sang Pamong, dekat gerbang leng­kung keraton pada lukisan Se­mar (2002) karya VA Sudiro? Atau lukisan Melodia, Becak di Milenium Baru, (2002) yang melukiskan serombongan be­cak tengah parkir di plaza yang disesaki huruf-huruf digital? 8ama sulitnya jika kita harus menafsir hubungan antara po­tret Dalai Lama, dua bocah pengungsi, burung garuda dan sepotong lukisan Penangkapan Diponegoro (1857) karya R Sa­leh pada lukisan Imagine I (2002) Sutjipto Adi.

Basis realisme yang diguna­kan oleh kurator Suwamo Wi­setrotomo untuk memnih para perupa terasa tanpa gigi. Ke­timbang gubahan "realisme" yang membuat IOta yakin bah­wa yang dilukis adalah Raden Saleh - bukan Mahesa J enar atau Pak Bendot (almarhum) misalnya- "realisme" cuma tampak pada judul. Misalnya, lukisan perjuangan hidup mati seorang ibu yang melahirkan dalam lukisan Bukaan 10 (2002), Agung Mangu Putra, atau Antara Hidup dan Mati (1997) karya Wara Anindiyah yang sejajar dengan judul lu­kisan Saleh, Al1tara Hidup dan Mati (1848). Thfsir pennukaan begini tentu saja meleset dal; tema pameran yang berniat me­oampilkan di.rnensi yang lebih dalam mengenai sosok Saleh.

Suwarno menulis ten tang karya S Teddy tang saya con­tohkan pada awal tulisan ini sebagai "me1ampaui ikon teks". Namun, lukisan Ti na Sanjaya, "Jonalhan Borofsky, Goya dan Saya Nonton Joget Komando" (2001) bukan saja melampaui teks, tetapi benar­benar melejit ke luar dari ba­tasan tema pameran, tanpa mengerling kepada teks. Pada karya Tisna, kita melibat ecuil

,

adegan yang mengingatkan se­buah lukisan Goya, The Third of May (1814-15), katya insta-1asi Dancing Clown (1982-83) karya Borofsky yang dilukis di atas kanvas, serta 'ecuil pe­mandangan mooi indie. Ba­rangkali cuma senimannya yang paham, ill mana letak di­mensi Saleh dalam lukisan ini.

Dalam khasanah henneneu­tika atau menafsir teks, teks yang dibadapi oleb penafsir di­anggap sebagai "benda asing". Tetapi, pada sisi lain, rasa ke­tera ingan itu diangga;p tidak pernah total, karena jika demi­kian, "pemahaman" itu tidak dimungkinkan sama sekali. Se­orang penafsir dikatakan ber­ada selalu da1am situasi in be­tween, yakni antara merasa "akrab" dan "asing" . Ranah "di tengah" antara situasi "akrab" dan "asing" itulah yang disebut sebagai "locus hermeneutika" sejati. Tentu sa­ja ini adalah kutipan dari Ga­damer, seorang filsuf herme­neutika terkemuka.

Pameran ini menunjukkan bagaimana Raden Saleh sebe­narnya tetap menjadi asing ill mata sebagian besar seniman yang berupaya merayakannya. Karya-karya mereka rata-rata tidak berhasil mencapai apa yang dijnginkan oleh kurator yang memberi batasan terlam­pau luas dan seakan tanpa per­spektil. Memang, membaca se­jarah saja tentunya tak cukup, apalagi kalau sekadar memba­ca, kemudian nekat-nekatan menafsirkan tema.

Ada baiknya teks pada lukis­an Nasirun itu dikutip lagi un­tuk melukiskan taIsir-menafsir da1am pameran yang a1'at ple­setan dan kekurangan dimensi ItU: Semarang kalme banjirl BeTaS larang aja dzpikirlJang­k rik genggonglLuwih becik omong kosong. (Semarang banjirlBeras mahal jangan di­pikir/Jangkrik GenggonglLe­bih baik omong kosong).

HENDRO W I YANTO Kritikus seni

,

,

Page 5: Media NESIA -- Irmur - arsip.galeri-nasional.or.idarsip.galeri-nasional.or.id/uploads/kliping/1524/_MG_7097.pdf · lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior

l,mur T

- _ .. .. - . . . .- --'":":' ~:-

, tepat dijulllki ber-"dirnensi Ugo"

Bisakah sepotong lukisan potret Ugo yang personal terin­Spirasl oleh satu pasal cerita atau gagasan sem lukis Raden Saleh? Sebuah tafsir yang ter­lampau kreatU, "melesat" atau pemilihan karya yang "mele-et"? Perhatikan juga tahun

pembuatan lukisan in.i yang berjarak dengan ide kurasi pa­merannya (2001).

Tafsir waton yang terlampau mengada-ada semacam itu membuat pameran bertajuk "Dimensi R Saleh" di Galeri Semarang (satu-satunya galeri seni rupa kontemporer di kota ini) yang diikuti oleh 34 perupa tera a ulit dipaharni. Nyaris semua karya yang dipamerkan tampaknya tak berhasil mem­bongkar dengan jerllih dan cer­das tema "dirnensi Raden Sa­leb" yang ditawarkan oleh ku­rator lIntuk pameran ini, baik dirnensi personal maupun se­jarab, lebih daripada satu abad setelah sang perintis tanpa pengikut itu pergi.

Pengantar kuratorial yang dapat dibaca dalam katalog, di­lengkapi pula dengan riwayat panjang lebar tokoh pelukis In­donesia modern kelahiran Ter­baya, Semarang, ini. Teks Ra­den Saleb yang ditulis cukup meyakinkan: cuplikan dari te­sis sejarah kuratornya yang su­dah teruji di program pascasar­jana un.iversitas terkemuka di Yogyakarta. Tapi, pengantar itu tak menjelaskan dengan baik apa "dimensi" yang relevan de­ngan ketokohan Saleb yang di­representasikan oleh para seni­man di sana. Contohnya, ya, karya Potratt of Ugo yang ditaf­sir sendiri semena-mena oleh perupanya itu tadi.

Lihatlah, misalnya, Siteran, lukisan realisme kerakyatan karya Wardoyo (67), p lukis paling senior dalam pameran ini. Rombongan pemusik ja­lanan yang biasa kita jumpai di kota di Jawa di­

mengamen dt bawah bayang rindang pohon Dua

• . -' .. --- Media • ---:::'l'- •

--- -­. ---."" ~ - .. ,", . -E o

-• • - --

Hr/tgl/bln/ thn • • .. -

Hlm/klm • .. : •

• • -",.:- -, . - - .:-' --... ~-- '- - - "'L __ J- - _ -. -- - - -- .. - --. - -

• .- -

laki-laki setengah baya ma­sing-masing meniup seruling bambu dan memetik siter, mengapit perempuan berpu­pur tebal dengan pipi jambon menor-menor. Di kejauhan tampak hamparan sawah bi­jau dan jejeran rumah-rumah mungil real estate. Sejauh­jauh mata memandang lukis­an in.i , tak tampak persing­gungan antara pokok lukisan ini lema pamerannya. Apa ukuran yang digunakan oleh kurator untuk memasang lu­kisan ini di ruang pameran?

Lukisan Putu Sutawijaya, Damai-Damai-Damai (2001) , melukiskan manusia-manusia burung beririogan turun dari langit. Melihat lukisan ini di ruang pameran dan menyi­maknya lagi di dalam katalo­gus, tak dapat dihindarkan ke­san kuat yang segera timbul adalab: bisa jadi lukisan salah pasang dan reproduksi salah cetak. Teks gamblang sejarah R Saleh agaknya sudah terkubur dan yang kita lihat adalah ke­"saleh" -an bahasa estetik yang kabur.

DernikianJah, melukiskan se­jarah seringkali mencederai se­ni (artless history), mencocok­cocokkan tema sejarah dengan ekspresi pribadi adalah menge­cilkan sejarah itu sendiri, di mana se)arah (history) menjadi cerita pribadi (his-story).

Apa tafsir dad dirnensi Saleh yang membuat pelukis meng­gambarkan burung (I Gusti Nengab Nurata), pemandang­an pagi (Kok Po), orang berke­lahi (1 Pande Kelut Taman), se­pasang wayang golek (Agus Sudarto), Semar (VA Sudiro, Bambang Pramudiyanto), atau bahkan Petruk (Nasirun)?

Membaca lukisan Raden Mas Petruk (2002) karya Nasirun yang menghadirkan sang Pe­truk berkuasa dalam bingkai cermin benggala, kurator Su­warno Wisetrotomo menyim­pulkan begioi:" ... Jika ditarik garis lurus, dari Raden Saleh (fakta rill) hingga sang Petruk (dun.ia fiksi) maka makna yang

tersembunyi adalah tak ada la­gi batas antara yang rill dan yang fiksi. Ketika semua tin­dakan diarahkan dan berujung pada sikap mumpung dan ser­akah, maka ia - siapa pun me­reka - akan terus-menerus ber­kubang dalam dlloia yang tak pasti dan sementara".

Tak jelas, mengapa teks Sa­leh yang sudah resrni menjadi tesis itu tiba-tiba menjadi tidak nyata? Apa kaitan antara ke­kuasaan dan arogansi Sang Pe­truk yang jatuh dari langit de­ngan kepelukisan yang diakui pada masanya yang berhasil dicapai oleh Saleh?

Lebih daripada separuh kar­ya yang dipamerkan dalam pa­memn ini memberikan tafsir yang terlampau luas dan kare­na itu kehilangan fokus. Libai­lah lukisan-lukisan "Antara Hidup dan Mati (1997) Woro Anindyah, Perahu -Kertas VII (1997) Dyan Anggraeoi Huto­mo, Yang Memori yang Lestari (1999) I Gusti Nengah Nurata. Bukaan 10 (2002) Agung Ma­ngu Putra yang membuat kita kelimpungan mencari substan­si apa yang ditafsir dari sosok maupun karya Saleb, "toekang gambarnya Baginda Maha Ra­dja Olanda" itu.

Kalau pun ada bau "tafsir" yang muncul adalah simbol­simbol kejawaao . Blangkon, misalnya, seperti tampak pad a karya AS Kurnia. Kurnia me­lukisAmbivalensi (2002) terd.iri dari dua bagiao yang men am­pilkan bayangan singa masuk ke dalam buntut blangkon. Kurnia tampaknya ingin melu­kiskan pribadi mendua Raden Sal h, di satu sisi ia adalah pe­lukis Jawa dan pada isi lain, k hidupan pelukis ioi dekat dengan para bangsawan dan lingkungan kerajaan dan kolo­nial Belanda. Agus Suwage melukiskan sosok manusia Ja­wa yang kehilangan muka. yang tertutup oleb teks nuwun sewu berulang-ulang. Di balik teks yang mencenninkan tata krama budaya Juwa itu lidah­nya mencibir.

• ••

-

,