Top Banner

of 10

MCTAP See Magazine -Edisi III_ID

Oct 19, 2015

Download

Documents

rieza_f

micro turbine bppt edition 3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • C o g e n e r a t i o n Te c h n o l o g ys e b a g a i S o l u s i

    Vol 03November 2012

    Pengurangan Emisi CO2 dari Aplikasi MCT di Indonesia

    Source of Information on Energy Efficiency

    See MCTAP Bulletin

    Energy Technology Center

  • Pembaca yang budiman,

    Seiring berjalannya waktu, MCTAP juga menghasilkan beberapa pencapaian yang cukup signifikan. Salah satunya adalah aplikasi di PT. Nipress, Hikari dan PGN serta telah dilakukan Audit energi menyeluruh dari aplikasi tersebut. Dari hasil audit ini didapatkan dokumen tekno-ekonomis dari masing-masing aplikasi MCT tersebut. Hal ini yang kami angkat di edisi ketiga SEE buletin sekarang.

    Isu tentang cogeneration technology juga kami angkat, mengingat peluang dan potensi yang ada masih sangat besar. Selain itu juga sejalan dengan target pengurangan emisi nasional. Cogeneration sebagai sebuah solusi untuk energi saving dan pengurangan emisi di lingkungan akan menjadi bahasan utama di edisi kali ini.

    Target utama proyek adalah mengurangi emis CO2 melalui aplikasi MCT di Indonesia. Dari aplikasi keempat unit demo MCTAP telah berhasil mengurangi emisi lebih dari 250 ton CO2, sebuah nilai yang cukup fantastis, jika dilihat dari kapasitas MCT yang mikro. Detail tentang hasil pengukuran MCT dibandingkan dengan standar ketentuan emisi pembangkit KLH kami tuangkan dalam sub bab khsusus di edisi sekarang.

    Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala BPPT bapak Dr. Marzan A. Iskandar atas diskusi dan sharing tentang kondisi efisiensi energi di Indonesia. Juga kepada Dr. Unggul Priyanto, Deputi Ka. BPPT bidang TIEM atas waktunya untuk diskusi tentang kondisi perkembangan energi nasional. Kami juga memberikan penghargaan sebesar-besarnya pada Project Proponent kami PT. Nipress, PT. Hikari dan PT. PGN, atas kerjasamanya selama ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada PT. Argo Pantes, yang berkenan memebagi informasi tentang cogeneration system.

    Akhir kata semoga SEE Edisi III ini dapat memberikan manfaat bagai perkembangan dan majunya aplikasi Efisiensi Energi di Indonesia.

    Redaksi

    Komitmen MCTAP untuk menjadi bagian dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia, telah menghasilkan beberap pencapaian yang cukup significant. Studi tentang tekno-ekonomis dari MCT telah dihasilkan melalui perhitungan langsung di site yang terpasang. Melalui proses audit energi secara menyeluruh oleh team MCTAP-B2TE pada MCT unit demo yang terpasang menghasilkan dokumen techno-economics yang lengkap. Nilai efisiensi mesin MCT pada kisaran 65-85% (listrik dan

    thermal) membuktikan bahwa MCT dapat menjadi alternatif mesin pembangkit micro yang efisien untuk segmen-segmen tertentu. Nilai rata-rata emisi yang sebesar 0,17 kg/kWh dari perhitungan di MCT unit demo, membuktikan bahwa MCT adalah pembangkit yang sangat ramah lingkungan. Melalui aplikasi unit demo yang ada, MCT telah mengurangi lebih dari 250 ton emisi CO2. Dari hasil dokumen audit ini bisa didapatkan rekomendasi dan masukan yang akan dirumuskan dalam langkah-langkah pendukungan bagi energi efisiensi, terutama cogeneration system.

    Kerjasama MCTAP dengan lembaga-lembaga lain dalam merumuskan dan menghasilkan kebijakan pendukungan bagi sektor EE di Indonesia juga berjalan secara berkesinambungan. Beberapa Focussed Group Discussion (FGD) antara MCTAP, BPPT, EBTKE, DepKeu, KLH, dan beberapa dunia Perbankan, terus dilakukan untuk mermuskan kebijakan dan skema yang tepat untuk pendukungan bagai EE. Bentuk pemberian insentif maupun pembentukan lembaga penjamin keuangan untuk sektor Energi Efisiensi telah mengerucut pada

    CogenerationDi antara sejumlah teknologi yang mampu mengefisienkan penggunaan energi adalah teknologi kogenerasi (cogeneration technology). Teknologi kogenerasi, atau sering juga disebut dengan pembangkit kombinasi panas dan daya (combined heat and power generation), adalah sistem termal yang mampu membangkitkan listrik dan termal secara simultan dari satu pembangkit listrik.

    Pembangkit listrik konvensional umumnya mampu mengubah energi dari bahan bakar yang dikonsumsinya menjadi listrik dengan efisiensi sekitar 30 sampai 40% saja. Artinya, sekitar 60 hingga 70% panas hilang dalam proses tersebut. Panas yang terbuang ini merupakan kerugian. Tepatya, di situ terjadi pemborosan dalam proses pembakaran. Pemborosan panas buang melalui proses radiasi dan konveksi dari dinding peralatan, sampai panas buang yang terbawa

    Pengantar Message from National Project DirectorDr. Ir. Soni S. Wirawan, M.Eng

    skema yang tepat. Pembentukan lembaga ESCO dengan skema yang mengena juga menjadi topik bahasan untuk rumusan pendukungan sektor EE ini. MCTAP berperan aktif dalam mendorong dikeluarkannya kebijakan ini.

    Hasil dari studi dan dokumen techno-economic MCT menjadi bahan yang sangat terpercaya untuk dipublikasikan ke industri, pengamat, instistusi-institusi dan masyarakat umum. Melalui kerjasama dengan PGN, MCTAP aktif mensosialisasikan dan mempromosikan hasil dari teknologi ini ke industri, terutama pelanggan gas alam. Dengan landasan perhitungan dari audit MCT unit demo, didukung dengan seleksi segmented pelanggan PGN, maka fokus dari penyebaran informasi MCT dapat mengena dengan tepat, salah satunya adalah kerjasama dengan PGN SBU II dalam capacity building di acara Temu Pelanggan PGN di Surabaya.

    Penguatan database MCTAP juga menjadi capaian yang strategis bagi proyek. Detail data potensi pengaplikasi MCT menjadi fokus untuk penyebaran informasi dan memetakan peluang yang tepat. Sebagai teknologi baru yang memiliki segmen yang terbatas diperlukan database yang kuat dan arah yang tepat. Penguatan database ini juga dapat menjadi acuan untuk peluang aplikasi, tantangan, dan rencana kedepan bagi aplikasi MCT dan teknologi cogeneration yang lebih luas.

    MCTAP saat ini memasuki fase pengembangan pasar yang memerlukan partisipasi yang lebih besar dari para penyedia sistem (technology provider) MCT maupun para pengembang proyek MCT. Kedua pihak inilah yang secara langsung akan berhubungan dengan komersialisasi proyek-proyek MCT. Pengembang proyek berfungsi untuk merealisasikan proyek MCT di tempat pengguna potensial dengan menggunakan sistem MCT yang dijual technology provider. Sedangkan MCTAP - BPPT akan mendukung semua pihak melalui penyediaan informasi/konsultasi: perencanaan teknis, mekanisme pendanaan, serta bila diperlukan integrasi sistem MCT dengan teknologi lainnya, misal teknologi gasifikasi. Dari sinergi ini diharapkan target pengembangan aplikasi MCT di banyak tempat dan reduksi emisi CO2 hingga 1,5 juta ton bisa tercapai.

    Cogeneration Technology Sebagai Solusi gas panas hasil pembakaran bisa mencapai 50-60% dari total energi yang dibakar.

    Teknologi cogeneration me-reuse panas buang tersebut untuk dimanfaatkan kembali sebagai produk samping. Yakni berupa thermal selain listrik yang merupakan produk utama dari proses konversi pada sistem pembangkit listrik. Dengan cara ini, efisiensi pemanfaatan energi dari peralatan dapat ditingkatkan hingga 80-85%.

    1| | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 |

    Daftar isi

    See PersonnelADVISORDr. Ir. Soni S Wirawan, M.Eng

    BOARD OF EDITORSDr. Edi HilmawanDr. Gatot Dwianto

    EDITORIr. Budi Prasetyo. M.Sc

    WRITERSRoyhan SetiawanGita Wardhana

    SUPPORTSDidik Eko KNila Murti

    AddressMicroturbine Cogeneration Technology Application ProjectGedung 620 - Kawasan PUSPIPTEK SerpongCisauk - Tangerang Selatan - IndonesiaPh/Fax: +62-21-7560940 / +62-21-7565670Email: [email protected]

    Pengantar1 Message from National Project Director1 Cogeneration Technology sebagai Solusi6 Pendukungan terhadap Aplikasi Energi

    Efisiensi di Indonesia

    7 Aplikasi MCT Unit Demo MCTAP di Indonesia

    10 Pengurangan Emisi dari Aplikasi MCT di Indonesia

    12 Wawancara14 Event16 Green Fact

  • 2 3

    Cogeneration Technology Sebagai Solusi Cogeneration Technology Sebagai Solusi

    Aplikasi pemanfaatan thermal yang umum dalam cogeneration system adalah :

    1. Direct heating, pemanfaatan panas langsung dalam proses drying dan oven

    2. Hot Water Process, pemanfaatan thermal untuk menghasilkan air panas yang dapat dimanfaatkan langsung maupun dipergunakan dalam proses produksi, seperti proses washing dan air panas hotel.

    3. Steam Process, pemanfaatan thermal untuk lenghasilkan steam dalam kisaran suhu 100 250oC yang dipergunakan dalam proses produksi.

    sekitar 7,3% per tahun. Secara nasional, kebutuhan listrik terbesar adalah sektor industri, disusul sektor rumah tangga, usaha komersial, dan layanan umum. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang sangat krusial dan menentukan terhadap ketahanan energi. Efisiensi pemakaian dan aplikasi energi, terutama listrik untuk industri mutlak diperlukan dan mendesak untuk segera dilaksanakan

    Perkembangan Awal Cogeneration di IndonesiaPada tahun 2001 ada 25 pembangkit yang sudah terpasang yang total menghasilkan sekitar 1.200 MW (belum termasuk pembangkit kombinasi IPP), dan sekitar 834 MW dalam perencanaan. Pabrik kertas yang memerlukan listrik 516 MW merupakan konsumen terbesar cogeneration, disusul industri kimia (pupuk, petrokimia, dan semen) dengan total kapasitas 278 MW.

    4. Cooling Process dengan menggunakan absorbtion chiller, pemanfaatan thermal untuk menghasilkan pendinginan baik untuk Air Conditioner (AC) maupun cold storage.

    5. Combine Cycle, pemanfaatan thermal untuk menghasilkan energi listrik tambahan.

    Peningkatan efisiensi ini berdampak positif pada pengurangan emisi CO2 dari sistem pembangkit cogeneration yang terpasang. Diperkirakan, sebuah sistem cogeneration dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 25% dibanding sistem konvensional yang menggunakan bahan bakar yang sama. Pengurangan CO2 akan jauh lebih besar bila menggantikan sistem yang berbahan bakar batubara atau BBM menjadi sistem berbahan bakar gas yang rendah emisi.

    Situasi Kelistrikan Perjalanan sejarah kelistrikan di Indonesia berawal pada Abad ke-19 sejak zaman penjajahan Belanda. Ketika itu sejumlah pabrik teh dan gula membangun sendiri generator listrik. Pada saat itu juga perusahaan gas Belanda mengembangkan usaha jaringan listrik untuk masyarakat.

    Pasca kemerdekaan 1945, Pemerintah RI membentuk sendiri perusahaan negara dibidang kelistrikan dan gas. Dan pada 1964, perusahaan ini menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta Perusahaan Gas Negara (PGN). Mulailah produksi, transmisi, dan distribusi listrik untuk masyarakat sepenuhnya dikelola Pemerintah melalui PLN dengan sistem monopoli.

    Baru pada 1992 swasta mulai terlibat dalam peyediaan listrik, meski porsinya terbatas. Padahal sudah ada upaya mendorong melalui Peraturan Pemerintah No. 10/1989 tentang penyediaan dan pemanfaat tenaga listrik atas dasar Undang-undang Kelistrikan No.15 tahun 1985.

    Peraturan Pemerintah No.10/1989 memberikan kesempatan pada para pemegang izin penyediaan listrik yang sebelumnya dipakai sendiri untuk dijual kepada PLN. Dalam fungsinya seperti itu, peraturan ini dipandang sebagai salah satu instrument penting yang bisa diharapkan untuk mendorong pengembangan cogeneration di Indonesia. Sempat ada pemasangan cogeneration sekitar 834 MW pada 1997 sebagain besar untuk industri. Tapi perkembangannya kurang memuaskan karena terhambat oleh adanya subsidi baik untuk harga listrik maupun bahan bakar.

    Banyak industri yang menggantungkan pasokan listrik baik dari PLN maupun dari genset milik mereka sendiri. Pada 2001, ada peluang pemasangan kapasitas tenaga listrik yang ada sekitar 13 ribu MW atau 50 persen dari kapasitas listrik nasional yang terpasang. Tapi karena ada subsidi, investasi di sektor listrik kehilangan daya tarik menggarapnya.

    Energi listrik terjual PLN hingga 31 Desember 2011 mencapai 183.421 GWh (Gigawatt hour) dengan terjual untuk industri mencapai 38%. Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan listrik dari tahun 2003 s.d. 2020 yang dilakukan Dinas Perencanaan Sistem PT PLN (Persero) dan Tim Energi BPPT, terlihat bahwa selama kurun waktu tersebut rata-rata kebutuhan listrik di Indonesia tumbuh sebesar 6,5% per tahun dengan pertumbuhan listrik di sektor komersial yang tertinggi, yaitu

    No Sector No. Plant/Company Capacity (MW)

    1 Chemicals

    Fertilizer 6 213

    Petrochemical 1 53

    Cement 1 12

    2 Pulp & Paper 7 516.4

    3 Textile 2 21

    4 Food 2 39

    5 Petroleum 1 300

    6 Agriculture 4 40.7

    7 Commercial 1 8

    TOTAL 25 1184

    Tabel Aplikasi Cogeneration pada Industri di tahun 2001

    kekurangan itu dibenahi, serta ditopang kebijakan yang mendukung, maka peluang untuk mengembangkan cogeneration ini menjadi sangat terbuka.

    Pemanfaatan Cogeneration oleh IndustriSalah satu industri yang menggunakan cogeneration adalah Argo Pantes. Pabrik tekstil di Tangerang (Banten) ini sejak awal 1990-an sudah mengaplikasikan cogeneration dari gas buang diesel berbahan bakar minyak untuk dipasangakan di boiler. PT Argo Pantes menggunakan sembilan unit pembangkit diesel, yakni lima unit 1.7 MW dan empat unit 3,5 MW. Tapi diesel berdampak pada munculnya sulfur. Selain itu, suhu yang tercipta pun kurang, padahal yang diperlukan harus di atas 200oC. Konsumsi bahan bakar pun kurang efisien.

    Seiring berjalannya waktu PT. Argo Pantes memodifikasi dari cogeneration diesel menjadi cogeneration berbahan bakar gas alam, dengan mengganti semua unit diesel engine dengan gas engine. Gas alam merupakan bahan bakar yang bersih dan rendah kadar sulfur. Selain itu, thermal yang dihasilkan dari mesin berbahan bakar gas juga dapat dimanfaatkan mendekati 90% sehingga efisiensi yang dihasilkan juga sangat tinggi. Harga BBM untuk industri sebagai bahan bakar diesel engine juga sudah tidak ekonomis, sehingga restrukturisasi mesin pembangkit dari yang berbahan bakar minyak ke bahan bakar gas alam menjadi suatu keharusan.

    Dari tabel dia atas terlihat bahwa cogeneration menjadi pilihan bagi industri besar, sekaligus sebagai pilihan untuk penghematan energi. Di kalangan industri menengah cogeneration belum cukup popular pada saat itu karena informasi informasi yang mereka simpang-siur, selain mereka juga kurang paham akan berbagai manfaat cogeneration. Hal yang sama juga terjadi di sektor pertanian dan perdagangan.

    Terbitnya Undang-undang Kelistrikan No.20/2002 membuat bisnis kelistrikan mulai menggeliat. Untuk mendorong pemanfaatan cogeneration di Indonesia, para pembuat kebijakan harus memikirkan untuk menciptakan kemudahan akses terhadap permodalan yang lebih mudah bagi investasi cogeneration di kalangan industri kecil.

    Indonesia merupakan pasar menjanjikan bagi cogeneration. Itu didukung dengan beberapa faktor, seperti tumbuhnya industri, terbatasnya pasokan listrik PLN, kebijakan yang mendorong reformasi kelistrikan, serta cukup besarnya sumber gas alam.

    Belum cukupnya informasi, dan kurangnya insentif permodalan menjadi hambatan bagi pengembangan cogeneration. Jika berbagi

    Absorbtion Chiller

    Generator

    Generator

    Gas Turbine

    Steam Turbine

    HeatCoolingGasElectricity

    Heat Recover Boiler

    Combustion Chamber

    Gas

    Gambar aplikasi cogeneration dengan berbagai tipe aplikasi thermal

    Electricity output

    Electricity output

    Heat output

    Cooling output

    32

    sumber : EERDC, Kementerian ESD M,2004

    | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 |

  • 4 5

    Cogeneration Technology Sebagai Solusi Cogeneration Technology Sebagai Solusi

    Wawancara dengan Dr Ir Unggul Priyanto M Eng (Deputi kepala BPPT bidang Teknologi Informasi Energi dan Material-TIEM-)

    Aplikasi Cogeneration Perlu Dukungan Kebijakan Pemerintah Masalah efisiensi energi kian menjadi perhatian di masyarakat international. Di Indonesia, melalui B2TE- BPPT dan juga Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, melakukan kajian tentang audit efisiensi energi dan kajian menyangkut konservasi energi, khususnya ke arah cogeneration technology. Berikut petikan wawancara dengan Unggul Priyanto (Deputi Ka BPPT bidang TIEM), pada November 2012.

    Apa yang telah dilakukan BPPT untuk mendorong penggunaan cogeneration yang lebih luas?

    BPPT sudah bekerjasama melalui beberapa proyek nasional (salah satunya MCTAP) dan industri untuk mengaplikasikan dan menyebarluaskan cogeneration system, salah satunya adalah microturbine cogeneration. Targetnya adalah pemanfaatan panas buang melalui cogeneration system untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi di lingkungan.

    Kajian sudah ada untuk memanfaatkan pembangkit listrik tenaga gas, seperti milik PLN, beberapa industri besar untuk menjadi combine cycle. Itu dilakukan B2TE bekerjasama dengan perusahaan Jepang. Ini terutama untuk pembangkit sampai 15 hingga 45 mega yang belum diarahkan ke cogeneration.

    Informasi apa yang bisa diperoleh dari kajian tersebut?

    Kajian tersebut menunjukkan bahwa industri masih mempertimbangkan antara investasi yang mereka keluarkan dengan hasil yang didapat. hasil investasi mereka. Mereka juga khawatir, pemasangan alat heat recovery atau absorbtion chiller akan mempengatuhi kecepatan suplai energy yang dihasilkan. Hal inilah yang menjadi tantangan untuk penyebaran cogeneration di Indonesia. Meskipun sudah cukup banyak juga industri yang telah mengapikasikan dan mendapatkan manfaat lebih dari aplikasi ini.

    Langkah apa yang perlu dilakukan BPPT?

    Dari situ tampak bahwa tugas BPPT adalah membuat industri yakin, secara tekno-ekonomis, melalui demo-demo yang ada. Dan setelah itu baru disosialisaikan secara luas kepada industri. Tujuannya supaya mereka menggunakan gas turbin atau pembangkit ini dengan cogeneration.

    Industri selalu memikirkan biaya aplikasi, Mereka tidak mau sistemnya terganggu. Kesiapan modal untuk investasi juga menjadi masalah lain.

    Jadi apa yang perlu dilakukan Pemerintah?

    Pemerintah perlu menerbitkan kebijakan yang mendukung, seperti memberikan insentif kepada industri yang bisa melakukan konservasi energi. Sejauh ini masih dirumuskan kebijakan Pemerintah yang detail sampai pada tahap aplikasi terhadap efisiensi energi. Yang sudah ada baru sebatas landasan kebijakan dan mungkin dalam bentuk penghargaan. Dan itulah tantangan yang perlu dipikirkan, selain juga perlu sosialisasi yang lebih luas lagi. (*)

    Kini PT. Argo Pantes memiliki lima pembangkit dengan masing-masing berkapasitas 2,5 MW dimana thermal yang dihasilkan dimanfaatkan pada dua boiler yang menghasilkan sekitar dua ton steam per jam dari tiap-tiap mesin. Steam dari proses cogeneration ini dimanfaatkan pada proses produksi, dengan setting tekanan pada 7 bar dan suhu 160oC. Selain itu thermal yang dihasilkan juga dimanfaatkan pada proses washing dengan kisaran suhu 70-80oC

    Selain di Tangerang, Argo Pantes memiliki pabrik Bekasi (Jawa Barat). Pabrik di Bekasi menjalankan proses pemintalan, cogeneration system di sini diaplikasikan dengan menggunakan absorbtion chiller untuk proses cooling dan air conditioner (AC)

    Tantangan yang muncul adalah ketika adanya penyesuaian harga gas di September 2012, dan rencana lanjutannya di April 2013. Perhitungan ekonomis dari aplikasi cogeneration harus dihitung ulang dan dipersiapkan strategi-strategi lain agar tetap bersaing dengan harga energi dari PLN. Tantangan lainnya adalah pembiayaan investasi awal untuk peralatan cogeneration yang masih belum umum skemanya. Dalam keadaan seperti ini, industri membutuhkan skema pendanaan yang saling menguntungkan agar sanggup beralih menggunakan cogeneration berbahan bakar gas. Kebijakan pemerintah untuk mendukung aplikasi cogeneration juga perlu untuk didorong, mungkin dengan memberikan insentif bagi industri yang konsen terhadap Energi Efisiensi.

    Filosofi Zero Waste sudah menjadi landasan PT Argo Pantes dalam setiap prosesnya. Aplikasi cogeneration pada mesih pembangkit berbahan bakar gas di PT. Argo Pantes, terbukti dapat meningkatkan efisiensi proses produksi. Dengan sistem daur ulang thermal waste ini, dapat menghasilkan penghematan yang cukup significant bagi

    perusahaan. Menurut PT. Argo Pantes, cogeneration berbahan bakar gas ini merupakan teknologi yang paling bagus dan efisien untuk diaplikasikan di industri di Indonesia.

    Teknologi cogeneration dan lingkunganTeknologi Cogeneration pada prinsipnya bekerja dengan mengguna-ulang panas buang yang dimanfaatkan kembali sebagai produk samping. Ini menciptakan peningkatan efisiensi energi hingga 80 sampai 85 persen. Satu unit cogeneration berbahan bakar gas dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 25 persen, dibanding sistem konvensional yang menggunakan bahan bakar yang sama. Pengurangan CO2 akan jauh lebih besar apabila dipasang menggantikan bahan bakar batubara dan BBM ke gas.

    Hasil audit yang dilakukan oleh MCTAP-B2TE pada aplikasi MCT unit demo di industri menunjukkan bahwa rata emisi CO2 yang dihasilkan hanya sebesar 0,17kg/kWh, jauh dibawah ambang batas emisi KLH dan standar emisi pembangkit PLN. Dengan potensi aplikasi di industri yang sangat besar, maka aplikasi cogeneration akan turut memberikan sumbangan penurunan emisi CO2 di indonesia berjuta-juta ton. Hal ini tentu sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi GHG di Indonesia sebesar 26% pada tahun 2020.

    Selain itu masih terdapat manfaat lain. Industri yang mampu melakukan penurunan emisi karbon bisa mendapatkan kompensasi melalui skema CDM (Clean Development Mechanism). Hal ini sudah terjadi di PT. Argo Pantes yang mendapatkan kompensasi dari pengurangan emisi karbon dengan mengaplikasikan cogeneration di proses produksinya.(*)

    4 | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 |

  • 6 7

    Manfaat dan kelebihan

    Sebelum

    Sesudah

    Pendukungan Terhadap Aplikasi Energi Efisiensi di Indonesia

    Pendukungan Kebijakan Aplikasi Efisiensi Energi di IndonesiaSaat disadari adanya krisis energi dan ketahanan energi nasional harus menjadi prioritas pembangunan, pemerintah mengambil langkah cepat untuk mengatasi permasalahan ini. Dalam konteks perubahan iklim, kita tidak bisa lepas dari pembangunan energi bersih. Pemanfaatan sumber daya energi baik energi fosil maupun sumber daya EBT (Energi Baru Terbarukan) sangat berpengaruh pada kontribusi sektor enegri terhadap emisi gas rumah kaca.

    Target bauran energi telah ditetapkan melalui Perpres No. 5 Tahun 2006. Target untuk meningkatkan suplai energi nasional dari EBT sampai dengan 17% dan elastisitas energi kurang dari 1 di tahun 2025 menjadi acuan bersama untuk bergerak. Dibentuknya Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) kementerian ESDM pada tahun 2010 menjadi semakin fokusnya pendukungan terhadap Renewable Energi (RE) dan Energy Efficiency (EE). Salah satu fokus dalam langkah ini adalah pendukungan terhadap sektor EE di Indonesia.

    Sektor EE di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memberikan andil dalam penghematan energi dan pengurangan emisi. Dalam bidang teknis BPPT dan Kementerian ESDM menjadi ujung tombak dalam pengkajian teknologi dan pengembangannya. Beberapa kali Focussed Group Discussion (FGD) dilakukan antar lembaga: BPPT, EBTKE, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, KLH, dunia Perbankan, Industri dan Asosiasi yang sejalan, untuk merumuskan pendukungan bagi EE di Indonesia.

    Menurut Dr. Unggul Priyanto, Deputi TIEM-BPPT BPPT sebagai lembaga yang kompeten di bidang teknis, terus melakukan studi untuk EE ini dan memberikan rekomendasi yang terpecaya tentang pengaplikasian EE di Indonesia, seperti studi lampu hemat energi, cogeneration system pada instalasi pembangkit dll. Dan rekomendasi inilah yang akan menjadi acuan untuk merumuskan dukungan yang tepat. Menurut beliau Pada ujungnya nanti mungkin harus ada insentif, apakah itu pengurangan pajak, bea masuk atau yang lainnya bagi industri yang mengaplikasikan EE dan terbukti dapat megurangi

    Gas Fuel

    Gas Fuel

    Gasin

    Gasin

    Mengurangi konsumsi gas burner sampai dengan 55% pada operasi 80OC, bahkan sampai dengan 100% pada operasi 60OC

    Mendapatkan tambahan electricity sebesar 43 kW, yang dimanfaatkan mensuplai ke grid connect untuk mendukung mesin curing

    Effisiensi penggunaan bahan bakar gas dari 22% (yaitu effisiensi listrik) menjadi total efisiensi 65%, karena adanya tambahan pemanfaatan energi thermal sebesar 43%.

    Peluang aplikasi thermal sebesar 42 kW dari MCT 1

    Penghematan sebesar Rp. 48,5 juta /tahun, dan memiliki peluang sampai dengan 180,5 juta ketika thermal MCT diaplikasikan

    Emisi CO2 gas buang dari unit MCT yang terpasang di PT Nipress berkisar 0,12-0,15 kg/kWh, jauh dibawah emisi CO2 gas buang rata-rata pembangkit PLN yaitu sekitar 0,78 kg/kWh terbukti sangat ramah terhadap lingkungan.

    7

    Aplikasi MCT Unit Demo MCTAP di Indonesia

    MCT di PT Nipress, TbkPT Nipress merupakan salah satu pelopor perusahaan publik di sektor battery di Indonesia dan sejak 1991 telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta. PT Nipress memiliki komitmen kuat terhadap lingkungan, hal ini dibuktikan dengan melakukan pengawasan yang ketat terhadap proses yang ada, untuk meminimakan efek yang timbul terhadap lingkungan dan sistem pengawasan ini sudah menjadi budaya yang kuat di perusahaan.

    Proses yang berjalan di pabrik ini sejalan dengan target potensial pemanfaatan MCT di industri, yaitu selain listrik, pabrik juga memanfaatkan thermal dalam prosesnya.

    Industri dengan model proses seperti PT Nipress ini sangat potensial dalam mengaplikasikan cogeneration process.

    PT. Nipress, Tbk mengaplikasikan 2 unit MCT C30, dimana listrik yang dihasilkan diaplikasikan secara grid connect untuk mensupport curing machine, sedangkan thermalnya dimanfaatkan untuk mensupport mesin oven positif.

    MCT C30 2 MCT C30 1

    Oven Positif

    Panel distribusiMesin Curring

    Panel distribusiMesin Curring

    382.000 BTU/jam x 2

    02 18%

    Support ke mesin curring

    Support ke mesin curring

    21.5 kWefisiensi listrik 22%

    21.5 kWefisiensi listrik 22%

    Peluang thermal sebesar42 kW 2800 C

    43 kW

    80%-800C40%-600C

    25%-800C0%-600C

    konsumsi energi serta emisinya. Dan itulah yang selalu dibahas dalam FGD antar lembaga terkait

    Dukungan pembiayaan juga menjadi krusial dalam pengembangan EE ini. Menurut bapak Y. Susanto, Direktur PT. Argo Pantes Dibutuhkan dukungan pendanaan pada investasi EE, karena selama ini perbankan belum bisa menurunkan kredit ketika penghematan dari investasi EE itu menjadi jaminan. Entah itu bentuknya lembaga khusus, perusahaan ESCO, atau perbankan khusus EE yang jelas untuk menyebarluaskan aplikasi EE dibutuhkan dukungan pendanaan untuk investasinya

    Diterbitkannya Permen ESDM no 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi menjadi acuan yang cukup tajam untuk aplikasi EE di Indonesia. Insentif untuk industri pengaplikasi EE sudah disinggung dan dijadikan dasar pelaksanaannya. Proses produksi juga menjadi fokus peraturan pemerintah ini. Pemanfaatan gas buang menjadi energi melalui proses cogeneration atau lebih dikenal dengan Combine Heat and Power (CHP) juga sudah disentuh dalam Permen terbaru ini.

    Dukungan terhadap EE juga merambah ke beberapa proyek kerjasama Nasional, selain MCTAP, beberapa proyek lain juga memfokuskan pada pendukungan EE di Indonesia, seperti Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI), BRESL dll. Bahkan pendukungan pendanaan dapat juga bisa didapat dari program Indonesia Clean Energy Development (ICED) bagi industri yang mengaplikasikan EE dan mengurangi emisi ke lingkungan.

    Masih cukup banyak pekerjaan untuk merumuskan kebijakan pendukungan ini. Insentif seperti apa yang akan diberikan? Bagaimana mekanismenya? Seperti apa bentuk insentifnya? Atau lembaga mana yang siap menjadi penjamin pendanaan investasi EE? Atau mungkin ada beberapa terobosan baru seperti yang dilakukan pemerintah Thailand dengan menyisihkan sejumlah uang untuk EE dari setiap pembelian BBM. Meskipun langkah ini masih cukup panjang, beberapa lembaga yang konsen dengan hal ini sudah merumuskan landasan yang cukup kuat untuk pengembangan EE di Indonesia. Ketika landasan itu sudah ada, sudah saatnya pelaksanaan sesungguhnya dalam langkah nyata. Semoga.(*)

    Grid

    Gas Burner

    Oven Positif

    Gas Burner

    | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 |

  • 8 9

    Aplikasi MCT Unit Demo MCTAP di Indonesia Aplikasi MCT Unit Demo MCTAP di Indonesia

    Manfaat dan kelebihan Manfaat dan kelebihan

    Sebelum

    Sebelum

    Mengurangi konsumsi listrik sebesar 54 kW dari aplikasi thermal untuk 2 oven listrik dan mendapatkan tambahan suplai listrik sebesar 50 kW untuk support ke grid connected.

    Efisiensi listrik sebesar 26,9%, ditambah pemanfaatan panas buang untuk mesin basing dengan efisiensi sebesar 56,2%, menjadikan efisiensi total sebesar 83,1%. Peluang dari thermal yang belum teraplikasikan sebesar 82 kW.

    Penghematan sebesar Rp.116 juta/tahun pada operasi 8 jam/hari, dan sampai dengan Rp. 345 juta/tahun saat beroperasi 24 jam/hari.

    Emisi CO2 gas buang sekitar 0,17 kg/kWh, atau hanya sekitar 21% dari emisi CO2 gas buang rata-rata pembangkit PLN, membuktikan bahwa MCT sangat bersahabat dengan lingkungan.

    Mengurangi lebih dari 300 liter solar/hari

    Efisiensi listrik sebesar 22 %

    Peluang thermal yang belum terpalikasikan dari MCT sebesar 70 kW, saat thermal dimanfaatkan untuk pendinginan dengan menggunakan absobrtion chiller, akan menggantikan beban listrik 10 kW electrical AC dan meningkatkan efisiensi lebih dari 50%

    Mengganti diesel berbahan bakar solar dengan MCT didapat penghematan sebesar Rp. 825 juta/tahun

    Emisi CO2 gas buang sekitar 0,14 kg/kWh

    MCT di PT PGNStation offtake Gas Talang Duku merupakan pemasok Natural Gas untuk PLTG Talang Duku milik PT. PLN. Natural gas dari sumber akan dialirkan ke station offtake PGN ini diolah dan dialirkan lagi ke PLTG Talang Duku.

    Dengan menggunakan Natural Gas sebagai bahan bakar pembangkit di Offtake Station Talang Duku, diharapkan dapat menggantikan pemakai an bahan bakar Solar, mengurangi polusi udara, mengurangi polusi suara maupun mengurangi ketergantungan listrik dari PLN.

    Aplikasi kogenerasi dari gas buang mikroturbin direncanakan sebagai sumber panas untuk sistem pendingin absorpsi yang dipakai di Talang Duku.

    MCT di PT. HikariPabrik lampu ini dikenal dengan merek ELECTRA dan SAKURA memproduksi dari jenis lampu pijar 5W sampai dengan 100W, selain lampu Pijar juga memproduksi lampu neon dari 10Wsampai 20W saat ini ditambah lampu hemat energi (LHE). Untuk pasar dalam negeri ELECTRA dan SAKURA sudah dapat dikatakan merambah kepelosok pelosok desa maupun perkotaan. Produksi mereka juga banyak diekspor ke Timur Tengah.

    PT. Hikari bekerja sama dan telah menjadi mitra pendukung MCTAP dengan memasang 1 unit Microturbine C65 dimana listrik yang dihasilkan akan terkoneksi dengan sistem Grid PLN jaringan listrik PT. Hikari. Panas yang dihasilkan dari exhaust gas microturbine dimanfaatkan untuk proses produksi terutama di mesin Oven, sehingga berpotensi untuk mengurangi konsusmsi listrik dari mesin oven tersebut.

    Sesudah Sesudah

    Grid

    27kW

    Mesin Basing (OVEN) 1 1200C

    Mesin Basing (OVEN) 1 1200C

    Mesin Basing (OVEN) 2 1200C

    Mesin Basing (OVEN) 2 1200C

    27kW

    MCT C65

    14 m3/jam

    27 kW27 kW136 kW

    50 kW3200C

    Peluang thermal sebesar 82 kW

    Grid

    Diesel Genset 46 kW

    UPS untuk sistem kontrol 3 kW

    Panel penerangan untuk ruangakomodasi, dan sistem kontrolruang lantai 1&2 6 kW

    Kontrol ruang AC danakomodasi 10 kW

    Penerangan luar 3,75 kW

    23 kW

    Minyak solar 300 liter/hari

    Peluang thermal sebesar 70 kW 275oC

    Natural gas 7,5 m3/jam

    23 kW

    UPS untuk sistem kontrol 3 kW

    Panel penerangan untuk ruangakomodasi, dan sistem kontrolruang lantai 1&2 6 kW

    Kontrol ruang AC danakomodasi 10 kW

    Penerangan luar 3,75 kW

    MCT C30

    | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 |

  • 1010

    Pengurangan Emisi dari Aplikasi MCT Pengurangan Emisi dari Aplikasi MCT

    11

    Fokus outcome dari MCTAP adalah penurunan emisi GHG dari aplikasi pembangkit di Industrial and Commercial Sector (ICE) di Indonesia. Fokus ini diterjemahkan dalam aktivitas dan aplikasi yang mendukungnya. Salah satu komponen krusial dari aktivitas yang dijalankan adalah aplikasi demo unit MCT. Dari aplikasi demo unit ini bisa didapatkan data yang akurat tentang performance, financial dan emisi.

    Aplikasi MCT di PT. Hikari (1 unit C65), PT. Nipress (2 unit C30) dan di offtake station PT. PGN (1 unit C30) menunjukkan nilai emisi yang sangat rendah, jauh dari batas parameter Permen LH no 21 tahun 2008 tentang emisi standard gas turbin power plant.

    Pengukuran emisi MCT di PT. Nipress, TbkMicroturbine yang di pasang di PT. Nipress adalah tipe C30 berjumlah 2 mesin, berbahan bakar natural gas yang disuplai dari PGN.

    Hasil pengukuran partikulat dan komponen emisi lainnya tampak pada tabel berikut :

    Kesimpulan pengukuran Sulfur Dioxide (SO2) dan Nitrogen Oxide (NOx) tampak pada tabel berikut :

    Kesimpulan pengukuran Sulfur Dioxide (SO2) dan Nitrogen Oxide (NOx) tampak pada tabel berikut :

    Hasil pengukuran emisi CO2 pada MCT 1 dan MCT 2 di PT. Nipress

    Hasil pengukuran emisi CO2 pada MCT di PT. HikariParameter MCT 1 at 15%O2 MCT 2 at 15% O2

    NOx, mg/m3

  • 12

    Wawancara WawancaraWawancara dengan Dr. Ir. Marzan A. Iskandar, M.Eng Kepala BPPT

    Perkembangan dan Dukungan Effisiensi Energi di Indonesia

    Perkembangan efisiensi energi kian marak, selain renewable energy. Bagaimana Bapak melihat perkembangnnya sampai sekarang?

    Efisiensi energi sudah menjadi salah satu target. Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden untuk itu. Hanya saja penghematan energi ini belum dikaitkan langsung dengan pemanfaatan teknologi muktahir. Akan lebih efektif jika kita menggunakan metode dan teknologi yang memang untuk hemat energi. Di BPPT kami terus meningkatkan teknologi teknologi baru yang orientasi pada penghematan energi. Dampaknya besar. Dengan berkuranganya konsumsi energi, kita bisa menunda pembangunan pembangkit listrik baru. Belum lagi kalau kita melihat dengan menunda pembangunan pembangkit itu juga sekaligus menunda penggunaan bahan bakarnya. Menunda batubara bahkan mungkin minyak juga. BPPT sangat mendorong itu.

    Isu EE selalu sejalan dengan efisiensi dan isu lingkungan. Ada target 26 persen reduksi CO2 pada 2020. Apa peran penghematan energi terhadap pencapaian target ini?

    Kalau kita melakukan program pengurangan emisi CO2 26 % berarti dari 100% menjadi hanya 74 %. Upaya yang kita lakukan untuk mengurangi emisi itu kalau kita melakukan program penghematan energi 10 persen berarti kita sudah mengurangi 10 persen emisi dari bussines as usual. Potensi penghematan energi di Indonesia masih sangat besar. Energi elastisitas Indonesia sekarang sekitar 1,5 atau 1,6. Artinya, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi satu persen

    kita membutuhkan peningkatan energi 1,6 persen, dulu bahkan kita pernah mencapai dua

    Itu masih boros. Negara lain bisa membuat elastisitas energi kurang dari satu. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi satu persen dia hanya butuh peningkatan energi misalnya 0,9 persen. Jerman dan Jepang bahkan elastisitasnya negatif.

    Peluang kita melakukan penghematan energy masih besar, sehingga peluang penurunan emisi CO2 juga masih sangat besar. Dan saya yakin ini salah satu peluang bisnis menarik di masa datang. Energi makin mahal, karena itu pasti akan mengundang peluang bisnis baru di Indonesia.

    Sebenarnya isu cogeneration di Indonesia dan peluangnya seperti apa?

    Cogeneration sebenarnya sangat mendukung program penghematan energi. Ini bagian dari upaya memanfaatkan teknologi untuk mengurangi secara signifikan pemborosan energi. Dengan cogeneration, pembangkit listrik lebih efisien karena panas yang masih berlebih itu bisa kita manfaatkan ulang untuk kembali dipakai membangkitkan listrik atau dipakai untuk keperluan lain, misalnya untuk memanaskan air dll

    Tapi tentu saja orang melihat antara rasio harga investasi dengan manfaat yang dia peroleh. Teknologi cogeneration berada dalam masa penyebarluasan, maka harganya pun masih agak tinggi. Apalagi teknologinya masih bisa dikembangkan dengan berbagai pengembangan lebih lanjut.

    Yang penting, bagaimana cogeneration bisa tersosialisasikan dengan baik. Pemerintah harus memberikan insentif, sejalan dengan program penghematan energi, pengurangan emisi CO2. Itu supaya orang mau berinvestasi, sehingga makin banyak yang menggunakan cogeneration, dan harga produksinya akan turun dan kompetitif.

    Bagaimana dengan kebijakan pemerintah untuk mendukung EE ini, sudah sejalan apa belum?

    Sudah ada Keputusan Presiden mengenai penghematan energi, gerakan Indonesia bersih, dan sebagainya. Kali ini tahapannya baru berupa kewajiban, terutama di lingkungan instansi Pemerintah. Dan sifatnya itu kewajiban tanpa insentif. Bagi yang melanggar didenda. Ini baik di tahap awal tapi tidak cukup. Bisa kita berlakukan umum, industri, komersial, rumah tangga, pengguna pengguna energi, sektor transportasi.

    Ini sangat penting karena berkaitan dengan energy security, ketersediaan energi secara nasional. Kita berkepentingan memperpanjang ketersediaan energi di Tanah Air. Kalau tidak, terjadi pemborosan, di samping emisi CO2 meningkat. Energi lebih cepat habis, daya saing juga tidak bisa meningkat, karena biaya produksinya terus membesar. Itu semua merupakan akumulasi permasalahan yang kompleks.

    Salah satu kita atasi dengan upaya melakukan program penghematan energi secara efektif. Amerika Serikat saja rencananya menjadikan penghematan energi sebagai salah satu program utama dibidang energi. Ingat pada waktu pertama kali Presiden Obama menjabat, semua fokus pada upaya untuk melakukan penghematan energi.

    Kita bisa menerjemahkan turunan dari instruksi Presiden itu dengan menggunakan cara yang ilmiah dan efektif, dengan target yang terukur. Tentu saja ada investasi. Tanpa investasi, orang hanya akan memadamkan sebagian lampu, memadamkan sebagian AC, memadamkan sebagian peralatan peralatan yang lain .Dan kalau itu berlebihan akan membuat produktivitas kerja turun. Itu malah menjadi faktor yang memukul balik terhadap daya saing industri kita, terhadap kesejahteraan masyarakat negara kita.

    BPPT sebagai lembaga yang sangat konsen terhadap isu EE ini, tentu memiliki rencana kerja/roadmap untuk hal ini Bagaimana langkahnya sampai saat ini dan rencananya kedepan?

    BPPT melakukan pengkajian dan penerapan teknologi dalam segala bidang. Salah satu yang menjadi prioritas adalah bidang teknologi energi. Oleh karena itu BPPT sangat peduli terhadap masalah terkait dengan upaya kita untuk menjaga keamanan energi dan upaya-upaya yang harus dilakukan dalam memanfaatkan energi di Indonesia sebaik mungkin. Jadi teknologi yang kita kembangkan pun berorientasi pada penghematan energi, pada green energy teknologi, teknologi bersih, renewable.

    Dan itu sudah kita lakukan dari bertahun tahun yang lalu. Salah satu yang menjadi pilar ataupun value position dari BPPT itu adalah teknologi bersih, teknologi yang efisien, termasuk di bidang energi utamanya. Karena itu kita menyusun, program audit energi kita lakukan. Itu supaya energi digunakan dengan efisien. Apakah energi itu sudah dimanfaatkan dengan bersih, apakah memungkinkan menggunakan energi terbarukan.

    Kita punya juga program setiap tahun menerbitkan outlook energy Indonesia. Itu sebuah peringatan, sebuah alert system kepada masyarakat, pemerintah, industry dll bahwa penggunaan energi di Indonesia dari tahun ke tahun seperti ini. Dan kalau tetap menggunakan cara seperti ini, dalam sekian tahun akan ada konsekuensi yang dihadapi. Jadi dengan demikian pihak-pihak terkait bisa menilai dan kita harus berbenah .

    Pada 2027 Indonesia akan menjadi nett energy importer bukan hanya net oil importanter lagi, kalau kita tetap menggunakan energy seperti sekarang ini. Harus ada upaya baru mengurangi penggunaan energi yang tidak terbarukan, mendorong penggunaan energi terbarukan, melakukan penghematan. Itu termasuk bagaimana kita memilih sumber dan peralatan energi yang akan kita bangun dan kembangkan di Indonesia. (*)

    | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 |12 13

  • Aplikasi unit demo yang telah terpasang di 3 lokasi (PT. Nipress, PT Hikari dan PT PGN) menjadi acuan awal untuk mengetahui efisensi, penghematan dan efek lingkungan dari MCT. Audit energi ini dijalankan bekerjasama dengan team dari divisi efisiensi energi B2TE dan team teknis masing-masing project proponent. Audit ini dijalankan dengan cukup menyeluruh baik audit elektrik, thermal maupun emisi yang dihasilkan.

    Team audit bekerja selama 10 hari di lapangan untuk mengambil data di masing-masing lokasi MCT. Data yang diambil adalah data suplai gas, output listrik, output thermal beserta flow dan suhunya, emisi yang dihasilkan, tagihan gas-listrik sebelum dan sesudah aplikasi dll. Diperlukan catatan yang detail dari pengukuran ini agar didapatkan range data yang cukup representatif untuk dilakukan analisa lanjutan.

    Setelah pengambilan data dari satu lokasi dirasa cukup representatif, team melanjutkan dengan perhitungan dan analisa yang memakan waktu sekitar 20 hari. Dalam proses ini beberapa kali team harus kembali ke site untuk pengumpulan beberapa data yang kurang.

    Dukungan dari project proponent menjadi sangat krusial dalam hal ini, mengingat dalam melakukan pengukuran diperlukan beberapa pengkondisian proses industri, seperti mematikan beberapa mesin dalam jangka waktu tertentu.

    Total waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan laporan audit sekitar 45 hari. Dari laporan audit ini diperoleh nilai efisiensi listrik, efisiensi total, thermal yang teraplikasikan dan potensinya, penghematan yang dihasilkan serta emisi udara yang dilepaskan. Hasil laporan audit ini yang menjadi dasar penulisan buku Aplikasi MCT Unit Demo di Indonesia. Data-data ini yang menjadi acuan untuk membuktikan bahwa MCT adalah mesin pembangkit yang Efisien dan Ramah Lingkungan.

    Sebanyak 28 peserta dari beberapa pemangku kepentingan hadir dalam FGD ini. Merek antara lain dari Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Asosiasi Perusahaan Pendukung Konservasi Energi Indonesia (APKENINDO), Bank Negara Indonesia (BNI).

    14

    Event

    Balai Besar Teknologi Energi (B2TE), melalui Microturbine Cogeneration Technology Application Project (MCTAP), menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD). Agenda ini untuk mendorong kebijakan di bidang pembiayaan untuk proyek-proyek Efisiensi Energi (EE).

    FGD pada 31 Juli 2012 ini merupakan lanjutan dari FGD yang sebelumnya pada 2011. Bertempat di Bogor, FGD kali ini mengambil tema Skema Pendanaan Proyek Efisiensi Energi di Indonesia.

    FGD Pendukungan Pendanaan Proyek Efisiensi Energi (EE)

    Audit Energi Nipress, Hikari dan PGN

    Acara ini dimulai dengan site visit unit demonstrasi microturbine cogeneration (MCT) di PT Nipress Tbk, sebuah perusahaan pembuat battery. Direktur PT Nipress Tbk, Richard Tandiono, mengungkapkan bahwa aplikasi MCT mendukung dan sejalan dengan program EE di perusahaannya.

    Acara berlanjut dengan pembukaan oleh Kepala B2TE selaku National Project Director (NPD) dari MCTAP, yang juga kemudian menjadi moderator. Empat presenter dari BPPT (Dr Edi Hilmawan), DJEBTKE (Dr Arief Heru Kuncoro), MCTAP (Teguh Yunarso) dan BKF (Irfa Ampri Ak MA PhD) tampil memaparkan isu tentang peluang pemanfaatan teknologi konservasi energi dan potensi dukungan pembiayaan yang dimungkinkan untuk proyek EE di Indonesia.

    Dari situ muncul rencana membangun proyek EE percontohan yang dibiayai melalui skema pendanaan yang sudah ada. MCTAP-BPPT akan bekerja sama dengan BKF dan DJEBTKE untuk menindaklanjuti hasil FGD ini.

    Pengembangan Cogeneration System MCTAP-B2TE, Tokyo Institute of Tech dan Yanmar Co. LtdIni merupakan pertemuan antara MCTAP Project - B2TE dengan Tokyo Institute of Technology Japan dan Yanmar Energy System Co Ltd, pada Rabu 5 September 2012. Mereka mendiskusikan pengembangan sistem kogenerasi di Indonesia.

    Untuk kedua kalinya Tokyo Institute of Technology melakukan pertemuan dengan MCTAP Project. Berbeda dengan pertemuan pada13 Oktober 2011, kali ini Tokyo Institute of Technology datang bersama Yanmar Energy System Co Ltd, perusahaan pembuat Mikro Cogeneration Engine yang berbasis di Osaka (Jepang).

    Pertemuan ini dihadiri oleh associate professor, assistant profesor, dan technical specialist dari Tokyo Institute of Technology. Yanmar Energy System Co Ltd diwaki oleh empat orang yang di antaranya merupakan project manager dan chief manager overseas marketing. Tim MCTAP diwakili oleh NPD, DNPD1, NPM dan beberapa kepala bagian B2TE.

    MCTAP telah berjalan lebih dari 3,5 tahun dari rencana lima tahun pelaksanaannya. Untuk menegaskan kembali arah dan pencapaian target project, secara berkala diadakan Project Board Meeting (PBM) minimal sekali setahun. Pada 2012 pertemuan diadakan pada 4 Oktober 2012 di Yogyakarta.

    PBM dijadikan sarana untuk mengontrol jalannya project, mengevaluasi kinerja team dan merekomendasikan langkah-langkah strategis untuk pencapaian target. MCTAP PBM 2012 dihadiri oleh perwakilan dari BPPT, B2TE, UNDP Indonesia, KLH, Ristek, PGN, BKF-Depkeu, GEF-KLH, METI dan MCTAP Team.

    MCTAP PBM ini bersamaan dengan Inception Meeting salah satu project nasional lain kerjasama BPPT dan UNDP Indonesia yaitu Wind Hybrid Power Generation Market Development Initiatives (WHyPGen)

    Kerjasama MCTAP-BPPT dengan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) berjalan seiring dengan dimulainya project ini. PGN sebagai salah satu project board MCTAP adalah komponen yang sangat penting dalam berjalannya project. Salah satu bentuk kerjasama yang nyata adalah pengembangan pasar dan promosi MCT pada pelanggan PGN. Sesuai dengan target MCTAP untuk pengurangan emisi GHG, pelanggan PGN yang menggunakan bahan bakar gas menjadi spesifik target yang tepat.

    Salah satu bentuk kerjasama pengembangan pasar ini adalah ikut sertanya MCTAP-BPPT dalam promosi di acara Temu Pelanggan PGN SBU II Jawa Timur pada 31 Oktober 2012 di Surabaya. Temu pelanggan PGN ini menjadi strategis karena dengan berkumpulnya pelanggan PGN. Tim MCTAP diwakili oleh NPM Budi Prasetyo dan konsultan Royhan Setiawan. Beberapa minggu sebelum koordinasi intensif ada penggalangan bersama kepala divisi penjualan dan layanan PGN SBU II, Wahyudi A. Koordinasi ini dapat menentukan fokus dalam acara tesebut.

    MCTAP-BPPT mendapatkan networking dan dapat fokus pada pelanggan potensial di Jawa Timur. Gas melimpah di wilayah ini sangat tepat dan mengena. Promosi, market development sekaligus penyebaran kuisioner tentang konsumsi energi mendapatkan perhatian yang intensif dari para pelanggan PGN. Hasil kegiatan ini dapat memfokuskan pada pelanggan yang tepat saat follow up ke depan.

    Kerjasama ke depan dengan PGN SBU II juga telah direncanakan, terutama yang berhubungan dengan pengebangan Energi yang Efisien, Cogeneration System dan Audit Energi.

    MCTAP Project Board Meeting 2012

    MCTAP-PGN Temu Mitra Pelanggan Surabaya

    PBM 2012 dibuka oleh Kepala B2TE yang juga National Project Director MCTAP, Dr Ir Soni S Wirawan M Eng, dilanjutkan dengan remarks dari Head of Environment Unit UNDP Indonesia Budi Sayoko PhD. Presentasi tentang perkembangan dan rencana MCTAP kedepan disampaikan oleh National Project Manager (NPM) MCTAP Ir Budi Prasetyo MSc PGN diwakili oleh Arman Widhymarmanto dari Divisi Riset dan Pengembangan, memberikan pemaparannya tentang update aplikasi MCT unit demo di station offtake Palembang.

    Penajaman program, sharing dan diskusi tentang rencana ke depan fokus pada isu-isu strategis yang mendukung pencapaian target. Salah satunya tentang perluasan scope MCTAP ke cogeneration technology. Project Board Member juga memberikan arahan serta frame berjalannya project untuk pencapaian target MCTAP di sisa satu setengah tahun ini.

    Acara MCTAP Project Board Meeting ditutup oleh Deputy Kepala BPPT bidang TIEM Dr Unggul Priyanto.

    Event Pertemuan di Ruang Rapat Kepala Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) di Serpong ini mencakup sesi tanya-jawab tentang sistem kogenerasi. Berbeda dari beberapa merk produk sebelumnya, mesin Yanmar merupakan Mikro Cogeneration System yang terintegrasi dalam sebuah mesin. Kapasitas yang tersedia mulai dari 3,8 kW sampai 25 kW.

    Para tamu melakukan kunjungan ke lokasi beroperasinya dua unit demo MCT C30 di PT Nipress, Tbk Cileungsi-Bogor. Mereka melihat pembuatan battery accu dengan menggunakan sistem cogeneration yang memanfaatkan panas buang dari tubin untuk proses pembakaran di oven positif.

    Ada harapan kerjasama dalam bidang pengembangan sistem cogeneration dan energi efisiensi antara kedua pihak baik MCTAP-B2TE dengan Tokyo Institute of Technology maupun dengan Yanmar Energy System Co Ltd.

    | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 See See | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012 | 15

  • Green Facts

    16

    Official website dan email communication [email protected]

    Incandescent Light Bulps/lampu pijar

    Compact Fluoresents(CFLS)

    Light Emitting Diodes(LEDs)

    Usia Operasional 1,200 jam 8,000 jam 50,000 jam

    LIstrik Digunakan (Watt) 60 watt 13-15 watt 6-8 watt

    Emisi CO2 2040 kg/tahun 475 kg/tahun 205 kg/tahun

    Incandescent Light Bulps/lampu pijar

    Compact Fluoresents(CFLS)

    Light Emitting Diodes(LEDs)

    | | MCTAP Bulletin, Vol 03, November 2012See