Top Banner
MATERNAL HEALTH NUTRITION Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi 2 Oleh: Amalia Listi R 102110101045 Adinda Intan Putri P. 102110101091 Dwi Prasetyo U 102110101103 Rodiah Fitriani 102110101141 Qorinatus Zahroh 102110101170
52

Maternal Health Nutrition

Oct 27, 2015

Download

Documents

Jose Solis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Maternal Health Nutrition

MATERNAL HEALTH NUTRITION

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi 2

Oleh:

Amalia Listi R 102110101045

Adinda Intan Putri P. 102110101091

Dwi Prasetyo U 102110101103

Rodiah Fitriani 102110101141

Qorinatus Zahroh 102110101170

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Maternal Health Nutrition

MATERNAL HEALTH NUTRITION

1. Definisi

Ada beberapa definisi kehamilan yang berasal dan berbagai sumber,

beberapa diantaranya adalah:

a. Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan

fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita.

b. Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di

dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya

dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40

minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan.

Istilah medis untuk wanita hamil adalah "gravida" sedangkan manusia di

dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal ) dan kemudian janin

(sampai kelahiran). Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk

pertama kalinya, sedangkan multigravida adalah seoprang wanita yang

sudah pernah hamil dua kali atau lebih.

c. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang

wanita di mana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang

meliputi perubahan fisik, psikologis dan social.

d. Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh

setelah penyentuhan sel telur dengan spermatozoa (Kamus Dorland, 1994)

e. Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka

melanjutkanmketurunan yang terjadi secara alami mrnghasilkan janin yang

tumbuh di dalam rahim ibu (Depkes RI, 1995)

f. Kehamilan adalah pertuumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-300

hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia

kehamilan), Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-

42 minggu usia kehamilan).

2. Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karena selain diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang

Page 3: Maternal Health Nutrition

dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk persiapan

ASI serta tumbuh kembang bayi. Salah satu indikator terpenuhinya kebutuhan

gizi selama hamil adalah adanya penambahan berat badan Ibu.

Kebutuhan gizi ibu hamil pada setiap trisemester berbeda, hal ini

disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada trisemester pertama lebih mengutamakan

kualitas daripada kuantitas. Hal ini dikarenakan pada masa ini sedang terjadi

pembentukan system syaraf, otak, jantung, dan organ reproduksi janin, selain

itu pada masa ini tidak sedikit ibu yang mengalami mual muntah sehingga

tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada trisemester II dan

III, selain juga memperhatikan kualitas juga harus terpenuhi secara kuantitas

(Kasdu,2006).

Bahan pangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil

harus meliputi enam kelompok, yaitu makanan yang mengandung protein, baik

hewani maupun nabati, susu dan olahannya, sumber karbohidrat baik dari roti

ataupun biji-bijian, buah dan sayur yang tinggi kandungan vitamin C, sayuran

berwarna hijau tua, serta buah dan sayur lain. Berikut kebutuhan zat gizi yang

cukup penting bagi ibu hamil (Arisman, 2004)

a. Energi

Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya sampai

12,5 kg, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Rata-rata ibu hamil

memerlukan tambahan 300 kkal/hari atau sekitar 15% lebih dari keadaan

normal (tidak hamil) atau membutuhkan 2.800 – 3.000 kkal makanan

sehari. Menurut angka kecukupan gizi tahun 2004, penambahan kebutuhan

energy per hari bagi ibu hamil pada trisemester I adalah 180 kkal,

terisemester II dan III masing-masing 300 kkal. Total kalori yang

dibutuhkan untuk mendapatkan kenaikan berat badan 12,5 kg kira-kira

sekitar 80.000 kkal, dari jumlahtersebut sebanyak 36.000 kkal digunakan

untuk pembakaran, dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan

baru.

Asupan gizi pada trisemester I diperlukan untuk perkembangan dan

pertumbuhna plasenta yang berguna untuk menyalurkan makanan dan

Page 4: Maternal Health Nutrition

pembentukan hormone, pada anin diperlukan untuk pembentukan organ

(organogenesis) dan pertumbuhan kepala, badan dan tulang janin.

Biasanya pada trisemester II juga terjadi pertambahan berat tubuh ibu.

Sementara pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan amnion akan

berlangsung cepat selama trisemester III.

b. Protein

Ibu hamil memerlukan konsumsi protein yang banyak lebih dari

biasanya. Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, selama hamil ibu

memerlukan protein sebesar 17 gram per hari. Pemenuhan protein nabati,

sehingga ikan, telur, daging, susu perlu lebih banyak dikonsumsi

dibandingkan tahu, tempe, dan kacang. Hal ini disebabkan karena struktur

protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein nabati.

Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin yang

dikandung. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel sampai

tubuh janin mencapai kurang lebih 3,5 kg, protein juga digunakan untuk

pembentukan plasenta. Bila asupan protein tidak mencukupi, maka

plasenta menjadi kurang sempurna padahal plasenta berfungsi untuk

menunjang, memelihara dan menyalurkan makanan bagi bayi. Protein juga

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak dan myelin

selama masa janin dan berkaitan dengan kecerdasan. Selain untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, protein juga dibutuhkan untuk

persiapan persalinan. Sebanyak 300-500 ml darah diperkirakan akan

hilang pada persalinan sehingga cadangan darah diperlukan pada periode

tersebut dan halini tidak terlepas dari peran protein.

c. Vitamin A

Vitamin A dibutuhkan oleh ibu hamil namun tidak boleh berlebihan

karena dapat menimbulkan cacat bawaan. Isotretinion (asam 13-cic-

retinoat) yaitu suatu analog vitamin A telah dibuktikan menybabkan pola

kelainan yang khas yaitu embriopati isotretinion/embriopati vitamin A

dengan cirri-ciri antara lain celah langit-langit, hidrosefali, cacat tuba

neuralis dan cacat jantung.

Page 5: Maternal Health Nutrition

d. Vitamin B12

Vitamin B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sintesis

DNA dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin ini juga penting untuk

berfungsian sel sumsum tulang, system persarafan, dan saluran cerna.

Kebutuhan vitamin B12 sebesar 3 µg per hari. Bahan makanan sumber

vitamin B12 adalah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu dan

keju.

e. Asam Folat

Kebutuhan asam folat selama selama hamil menjadi dua kali lipat.

Asam folat dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel muda, pematangan sel

darah merah, sintesis DNA, pembentukan heme, dan metabolism energy.

Kekurangan asam folat dapat berakibat lelah berat, kaki kejang, gangguan

tidur. Ika berlanjut akan menyababkan animea megaloblastik.

Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan BBLR, ablasio plasenta

serta defect neural tube terutama pada periode kehamilan minggu ke 3

sampai ke 8 di mana terjadi organogenesis. Mc Ganity (1994) telah

membuktikan bahwa pemberian asam folat sebelum konsepsi serta pad

permulaan kehamilan dapat menguramgi neural tube defects, sehingga

kejadian spina bifida dan cacat lain yang disebabkan neural tube defects

dapat dikurangi kejadiannya. Kebutuhan asam folat untuk trimester I

sebanyak 280 µg , trisemesterII 660 µg dan trimester III 470 µg. Jenis

makan yang mengandung asam folat yakni ragi, brokoli, sayuran hijau,

asparagus dan kacang kacangan,

f. Vitamin D

Kekurangan vitamin D pada ibu hamil akan mengakibatkan gangguan

metabolism kalsium pada ibu dan janin. Gangguan dapat berupa

hipoklsemi, tetani pada bayi baru lahir, dan lahir, dan osteomalasia

padaibu. Sumber vitamin D yang utama adalah sinar matahari.

Kekurangan vitamin banyak terjadi pada perempuan hamil yang

bermukim di daerah yang hanya sedikit bersentihan dengan sinar matahari.

Page 6: Maternal Health Nutrition

g. Zat besi

Animea karena kekurangan zat besi masih banyak terjadi di negara

berkembang. Angka animea defisiensi zat basi di Indonesia mencapai

40,1% (Depkes, 2001). Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil

meningkat hingga 200-300%. Sekitar 1040 mg ditimbun selama hamil,

sebanyak 300 mg ditransfer ke janin, 200 mg hilang saat melahirkan, 50-

75 mg untuk pembentukan plasenta dan 450 mg untuk pembentukan sel

darah merah. Zat besi tidak akan terpenuhi kebutuhannya hanya dari diet

saja, karena itu pemberian suplemen zat besi sangat diperlukan. Pemberian

dilakukan selama trisemester II dan III dan dianjurkan untuk menelan 30-

60 mg tiap hari mulai minggu ke 12 kehamilan sampai selam 3 bulan.

Penyerapan besi dipengaruhi banyak factor, sehingga harus diperhatikan

agar konsumsi zat besi menjadi maksimal. Asupan protein hewani dan

vitamin C dapat meningkatkan penyerapan, sedangkan kopi, the, garam

kalsium dan magnesium dapat mengurangi jumlah serapan. Efek samping

pemberian suplemen adalah sembelit, hal ini bisa diatasi dengan banyak

minum dan makan makanan berserat.

h. Yodium

Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan

laut. Kekurangan yodium pada ibu hamil akan mengakibatkan janin

mengalami hipertiroid yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme.

Kerusakan saraf sebagai akibat dari hipertiroid yang menyababkan

retardasi mental. Kekurangan yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir

mati, aborsi, serta meningkatkan kematian bayi dan perinatal. Koreksi

yodium hendaknya sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan.

Asupan yang dianjurkan adalah 200 µg. kebutuhan yoidum dapat dipenuhi

dengan mengonsumsi garam beryodium serta konsumsi bahan makanan

yang bersumber dari laut.

i. Kalsium

Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, konsumsi kalsium

yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah sebanyak 950 mg per hari. Sumber

utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya, udang, dan sarden. Selain

Page 7: Maternal Health Nutrition

untuk tulang, kalsium juga dibuuhkan untuk mencegah preeklamsia atau

tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kejang pada

ibu, prematuritas, bahkan kematian.

j. Serat

Kebutuhan serat bagi ibu hamil juga harus diperhatikan, karena selain

memberikan rasa kenyang lebih lama, serta juga dibutuhkan untuk

memperlancar siste pencernaan sehingga dapat mencegah sembelit. Serat

dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, serelia atau padi-padian,

kacang-kacangan, gandum, beras, dan olahanyya (Kasdu, 2006)

3. Masalah Gizi Ibu Hamil

Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu

pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ

tubuhnya sebagai pendukung proses pertumbuhan ini, maka kebutuhan

makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Peningkatan metabolisme

berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan peningkatan suplai berbagai

vitamin, mineral khususnya Fe dan Ca serta kalori dan protein.

Apabila kebutuhan kalori, protein dan mineral meningkat ini tidak dapat

terpenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan

gizi pada ibu hamil yang berakibat :

a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah dan sering disebut berat badan

bayi rendah (BBLR).

b. Kelahiran premature (lahir belum cukup umur kehamilan).

c. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati

Kekurangan gizi pada ibu hamil menimbulkan berbagai masalah gizi pada

ibu hamil tersebut. Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi

kesejahteraan peorangan atau masyarakat disebabkan oleh tidak terpenuhinya

kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi makro

terutama kurang energi protein sedangkan masalah gizi mikro adalah masalah

kekurangan zat besi, dan kurang zat yodium.

Page 8: Maternal Health Nutrition

a. Kekurangan Zat Gizi Makro

1) Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Ibu hamil yang kekurangan energi kronis mempunyai faktor resiko

kesakitan yang lebih besar, terutama pada trisemester III kehamilan,

akibatnya mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu ibu hamil yang

mengalami kekurangan energi kronis yang telah melalui masa

persalinan dengan selamat, akan mengalami pasca salin yang sulit

karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan.

Kekurangan energi kronis adalah kekurangan energi yang

memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan dan

perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan kekurangan energi

kronis jika Lingkar Lengan Atas (LLA) < 23,5 cm. Untuk mengurangi

dampak ibu hamil kekurangan energi kronis, maka pemerintah

melakukkan penapisan ibu resiko kekurangan energi kronis yang

memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Berat badan ibu sebelum hamil < 42 Kg

b) Tinggi badan ibu < 145 cm

c) Berat badan ibu pada trisemester I < 40 Kg

d) Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,0

e) Ibu menderita anemia (Hb < 119%)

Kekurangan energi kronis diakibatkan karena kurang energi yang

lebih menonjol dari kekurangan enegi protein (KEP). Kekurangan

energi ini diakibatkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang

mengandung energi dan protein.

Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukan bahwa secara nasional,

penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan

minimal (kurang dari dari 70 persen dari angka kecukupan energi bagi

orang Indonesia) adalah sebanyak 40,7 persen. Provinsi Bali

merupakan provinsi dengan penduduk yang mengkonsumsi energi di

bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah (30,9%), dan

Page 9: Maternal Health Nutrition

yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan

Sulawesi Barat (46,7%).

Tabel 1. Rata-rata Kecukupan Konsumsi Energi dan Persentase Penduduk yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010

Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen

berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia)

SD = Standard Deviasi

Page 10: Maternal Health Nutrition

Grafik 1. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Energi di bawah Kebutuhan Minimal menurut Provinsi, Riskesdas 2010

Grafik 2. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Energi di bawah KebutuhanMinimal menurut Kelompok Umur, Riskesdas 2010

Page 11: Maternal Health Nutrition

Tabel 2. KEK Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Riskesdas 2007

Provinsi n % KEK Provinsi n % KEKNAD 392 14,3 Nusa Tenggara Barat 209 19,1Sumatera Utara

512 14,5Nusa Tenggara Timur

306 32,4

Sumatera Barat 370 14,9 Kalimantan Barat 190 19,5Riau 212 11,8 Kalimantan Tengah 234 26,1Jambi 222 19,4 Kalimantan Selatan 246 22,8Sumatera Selatan 241 21,6 Kalimantan Timur 236 16,1Bengkulu 121 25,6 Sulawesi Utara 103 13,6Lampung 195 19,5 Sulawesi Tengah - -Bangka Belitung 140 15,0 Sulawesi Selatan 544 24,4Kepulauan Riau 146 16,4 Sulawesi Tenggara 262 27,5DKI Jakarta 133 19,5 Gorontalo 83 21,7Jawa Barat 548 19,3 Sulawesi Barat 103 16,5Jawa Tengah 683 27,2 Maluku 92 20,7DI Yogyakarta 51 17,6 Maluku Utara 113 18,6Jawa Timur 868 27,5 Papua Barat 112 30,4Banten 151 27,8 Papua 188 28,2Bali 181 18,2 INDONESIA 8187 21,6

Hasil analisis ibu hamil risiko KEK dapat dilihat pada Tabel 2 dengan

jumlah sampel total untuk seluruh Indonesia sebanyak 8187 ibu hamil. Prevalensi

ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar 21,6 persen dengan prevalensi terendah

terdapat di provinsi Riau (11,8%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (32,4%)

dan Papua barat (30,4%). Bila dilihat menurut wilayah, prevalensi ibu hamil risiko

KEK umumnya lebih rendah di Indonesia bagian barat dibanding di Indonesia

bagian Timur. Di wilayah Sumatra, prevalensi risiko KEK tertinggi di provinsi

Bengkulu (25,6%), sedangkan di wilayah Jawa Bali tertinggi di provinsi Banten

(27,8%).

b. Kekurangan Zat Gizi Mikro

Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan sekalipun diketahui

dapat menggangu kemampuan belajar, mengurangi produktivitas kerja,

bahkan dapat memperparah penyakit dan meningkatkan kematian,

terutama bayi, anak balita dan ibu hamil.

a) Kekurangan Zat Besi

Anemia karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di negara

sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak kekurangan

zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan

Page 12: Maternal Health Nutrition

dan kemaatian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian

janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah

(BBLR).

Penyebab utama kematian meternal antara lain pendarahan pasca

partum (disamping eklamsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa

yang kesemuanya berpangkal pada anemia defisiensi. Zat besi dari

makan masih sedikit, maka pemberian suplementasi pada masa ini

sangat penting. Wanita hamil tidak hanya di beri suplemen zat besi

tetapi juga suplemen asam folat.

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering

dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan

lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang

menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah

tropik. Menurut World Health Organization (WHO) (2008),

angka prevalensi anemia pada wanita yang tidak hamil

30,2% sedangkan untuk ibu hamil 47,40%. Kejadian

anemia bervariasi dikarenakan perbedaan kondisi sosial

ekonomi, gaya hidup, dan perilaku mencari kesehatan

dalam budaya yang berbeda. Anemia memengaruhi

hampir separuh dari semua wanita hamil di dunia; 52%

terdapat di negara berkembang sedangkan untuk

negara maju 23% yang umumnya disebabkan

kekurangan gizi mikro, malaria, infeksi cacing, dan

schistosomiasis; infeksi human immunodeficiency virus

(HIV) dan kelainan haemoglobin sebagai faktor

tambahan.

Prevalensi anemia di Indonesia menurut World Health

Organization (WHO) pada tahun 2006 pada wanita tidak

hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut

Herman (2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di

Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri.

Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut

Page 13: Maternal Health Nutrition

World Health Organization (WHO,1997) untuk diagnosis

anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Menurut Sutaryo

(2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia

meliputi pertumbuhan anak akan terhambat,

pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi

lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi

berkurang dan terjadi perubahan perilaku.

Faktor utama yang menyebabkan tingginya AKI di

Indonesia adalah pendarahan yang terjadi ketika

melahirkan maupun karena komplikasi kehamilan dan

persalinan. Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional

2001, angka anemia pada ibu hamil sebesar 40,1%. Hal

ini menunjukkan bahwa anemia cukup tinggi di

Indonesia. Bila diperkirakan pada tahun 2003-2010

prevalensi anemia masih tetap di atas 40%, maka akan

terjadi kematian ibu sebanyak 18 ribu per tahun yang

disebabkan pendarahan setelah melahirkan. Ini kondisi

dengan estimasi 3-7 persen ibu meninggal karena

penyebab tak langsung anemia (Arby, 2007).

Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup

tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi

tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15%

tergolong anemia berat yang sudah tentu akan

mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim

(Manuaba, I.B.G, 2002 hal 90).

Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu

masalah kesehatan yang banyak dialami dan cukup

tinggi yang berkisar antara 10-20% (Sarwono Prawiharjo,

2005 hal 450 ).

Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar

antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr

% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di

Page 14: Maternal Health Nutrition

Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.

(Manuaba.I.B.G). Anemia merupakan masalah kesehatan

dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil.

Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah

70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia.

Menurut data yang ada, jumlah penderita di Indonesia

mencapai 30-55 % dari total penderita di dunia yang

mencapai 500-600 juta orang (Arby, 2007).

Perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang

sedang berkembang menderita anemia defisiensi zat

besi berkisar 36%. Sedangkan prevalensi di negara maju

sekitar 8% dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di

Indonesia, prevalensi anemia pada kehamilan sekitar 23

(74%) pada kehamilan trimester II dan 13 (42%)

menderita kekurangan zat besi (Amiruddin, 2006). Hasil

pemeriksaan terhadap 640 ibu hamil terdapat 500 ibu

hamil yang magatakan tidak rutin meminum tablet zat

besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh

yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,

persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit yang

dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus

premature, partus lama, akibat insersi uteri. Perdarahan

post partum karena atonia uteri, infeksi baik intra

partum maupun post partum (Manuaba, 2001).

Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena

pada masa tersebut janin menimbun cadangan besi

untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah

lahir (Sin sin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia

terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan

dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi

fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat

mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.

Page 15: Maternal Health Nutrition

Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan

tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis

puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al.,

2005; Wiknjosastro, 2005), meningkatkan risiko berat

badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006; Simanjuntak,

2008), asfiksia neonatorum (Budwiningtjastuti dkk.,

2005), prematuritas (Karasahin et al., 2006).

Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan

plasenta. Plasenta berfungsi untuk nutritif, oksigenasi,

ekskresi (Wiknjosastro, 2005; Rompas, 2008). Kapasitas

pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan

plasenta, dan terdapat korelasi kuat antara berat

plasenta dengan berat badan lahir (Knare et al., 2007).

Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu

hamil juga mengakibatkan terjadinya gangguan plasenta

seperti hipertropi, kalsifikasi, dan infark, sehingga terjadi

gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan

gangguan pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2005).

Sedangkan Agboola (1979) melaporkan bahwa berat

plasenta pada ibu hamil dengan anemia adalah lebih

tinggi tanpa tergantung dengan jenis anemianya. Selain

itu, anemia pada ibu hamil terdapat hipertrofi plasenta

dan villi yang mempengaruhi berat plasenta (Robert et

al., 2008).

Berat plasenta mencerminkan fungsi dan

perkembangan plasenta itu sendiri (Asgharnia et al.,

2007) dan besar plasenta juga dapat memprediksi

kemungkinan terjadinya hipertensi dikemudian hari

(Bakker et al., 2007). Ibu hamil dengan anemia sebagai

faktor risiko terjadinya pertumbuhan plasenta yang tidak

proporsional. Sebaliknya, berat plasenta yang kecil dapat

mengindikasikan adanya kekurangan asupan gizi ke

Page 16: Maternal Health Nutrition

plasenta sehingga terjadi hipoksia plasenta yang pada

akhirnya mengganggu fungsinya (Robert et al., 2008)

b) KVA (Kekurangan Vitamin A)

KVA merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi pada ibu

hamil yang terjadi pada beberapa negara di dunia termasuk di

Indonesia. Selain berdampak secara fisik yaitu mata rabun, KVA juga

menyebabkan tubuh ibu hamil mudah terserang infeksi yang akan

berdampak pada kesehatan janin. Berikut ini merupakan prevalensi

KVA di Indonesia berdasarkan data propinsi.

Tabel 3. Cakupan Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vtamin A saat Melahirkan Anak Terakhir yang Lahir pada Lima Tahun Terakhir di Indonesia menurut Propinsi dan Daerah

Page 17: Maternal Health Nutrition
Page 18: Maternal Health Nutrition

c. Gestational Diabetes Mellitus

Pada wanita hamil terjadi perubahan- perubahan fisiologis yang

berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya hormon

plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan

tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan,

berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme

karbohidrat sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa.

Adanya suatu bentuk diabetes melitus (DM) yang hanya ditemukan

saat kehamilan dan kemudian menghilang setelah persalinan telah

disinggung oleh Duncan (dikutip oleh Adam) sejak satu abad yang lalu.

Walaupun demikian barulah pada tahun 1980 WHO mengakui diabetes

melitus gestasi (DMG) sebagai suatu bentuk diabetes tersendiri.

Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu

keadaan intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang

bervariasi yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan

berlangsung. Dengan definisi ini tidak lagi dipersoalkan apakah penderita

mendapat pengobatan insulin atau dengan diet saja, demikian pula apakah

gangguan toleransi glukosa kembali normal atau tidak setelah persalinan.

Page 19: Maternal Health Nutrition

Insidens DMG bervariasi antara 1,2 – 12%. Kepustakaan lain

mengatakan 1 – 14%. Di Indonesia insidens DMG berkisar 1,9 -2,6%.

Perbedaan insidens DMG ini terutama disebabkan oleh karena perbedaan

kriteria diagnosis materi penyaringan yang diperiksa. Di Amerika Serikat

insidens kira-kira 4%.

Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya dengan ras dan

budaya seseorang. Contoh yang khas adalah DMG pada orang kulit putih

yang berasal dari Amerika bagian barat hanya 1,5-2% sedangkan

penduduk asli Amerika yang berasal dari barat daya Amerika mempunyai

angka kejadian sampai 15%. Pada ras Asia, Afrika –Amerika dan Spanyol

insidens DMG sekitar 5-8% 7 sedangkan pada ras Kaukasia sekitar 1,5%.

d. Preeklampsia/Eklampsia/Hipertensi pada Kehamilan

Kehamilan adalah suatu hal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang

telah menikah. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan

lancar. Terdapat beberapa penyulit yang terjadi selama kehamilan

sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Salah satu komplikasi

yang sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini

menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga

merupakan masalah kesehatan pada masyarakat (Sirait, 2012). Definisi

hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan

darah diastolik ≥ 90 mmHg (JAMA 2003) atau berdasarkan riwayat

hipertensi sewaktu periksa kehamilan ke petugas kesehatan. Hipertensi

merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul selama

kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan.

Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu

di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping

infeksi dan perdarahan. Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari

semua kehamilan, 10% pada kehamilan anak pertama dan 20–25% pada

perempuan hamil dengan riwayat hipertensi sebelum hamil. Pada janin,

preeklamsia bisa menyebabkan berat badan lahir rendah, keguguran dan

lahir prematur (Gibson, 1998). Sedangkan yang menjadi eklamsia sekitar

Page 20: Maternal Health Nutrition

0,05–0,20% (Sibai BM, 1981). Setiap tahun sebanyak 250 ribu ibu hamil

di Amerika menderita hipertensi atau 5–10%. (Gutsche BB, 1979,

Lindheimer MD, 1985). Di RS Cipto Mangunkusumo, kematian ibu akibat

preeklamsia atau eklamsia pada tahun 1990–1992 tercatat sebesar 61,1%

dari seluruh kematian ibu (Wisnuwardhan, 1993). Berdasarkan data

Riskesdas (2010), ditemukan sebanyak 8.341 kasus (1,51%) ibu hamil dari

semua sampel perempuan yang berusia 15–54 tahun. Didapatkan

prevalensi hipertensi pada ibu hamil sebesar 1.062 kasus (12,7%). Dari

1062 kasus ibu hamil dengan hipertensi, ditemukan 125 kasus (11,8%)

yang pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh petugas kesehatan.

Page 21: Maternal Health Nutrition

Tabel 4. Sebaran Ibu Hamil dengan Hipertensi di Indonesia menurut propinsi Riskesdas 2010

Page 22: Maternal Health Nutrition

4. Gizi Ibu Hamil

Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menetukan kualitas sumber

daya manusia masa deoan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan

kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Dengan demikian jika keadaan

kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan

baik juga dan keselamatan ibu saat melahirkan akan terjalin. Sebaliknya jika

status kesehatan ibu kurang baik (anemia) maka akan dapat berakibat janin

lahir mati (prenatal death) dan bayi lahir dengan keadaan BBLR.

Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi, kerena itu

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.

Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan

komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu

yang dapat diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak

sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan

tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energi protein

dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. Kebutuhan energi selama

kehamilan yang normal membutuhkan tambahan kira-kira 80.000 kalori

selama masa kehamilan (280 hari). Hal ini diperlukan tambahan ekstra kurang

lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution,1988).

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian

sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir

kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran

jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan

payudara serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan

digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. WHO menganjurkan jumlah

tambahan pada trimester I sebanyak 150 Kkal perhari, untuk trimester II dan III

sebanyak 350 Kkal perhari.

Kebutuhan protein ibu hamil meningkat hingga 68% dari sebelum hamil.

Jika dihitung dalam gram maka selama kehamilan membutuhkan 925g protein.

Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998

menganjutkan penambahan protein sebanyak 12g perhari selama kehamilan.

Page 23: Maternal Health Nutrition

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe

atau zat besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300mg dan jumlah yang

diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah

adalah 500mg. Selama kehamilan ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih

1.000 mg termasuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri.

Kebutuhan Fe ibu hamil perhari sebanyak 46 mg perhari.

Kekurangan gizi selama kehamilan bisa menyebabkan anemia gizi, bayi

lahir BBLR bahkan bisa menyebabkan bayi lahir cacat. Masalah yang sering

dijumpai pada masa kehamilan adalah KEK dan anemia gizi besi. Oleh sebab

itu pemeliharaan gizi selama hamil sangat penting. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pemeliharaan gizi ibu yang sedang hamil adalah sebagai

berikut:

a. Pengawasan dan pemantauan pertumbuhan janin

b. Pencegahan dini terhadap defisiensi gizi

c. Pengaturan makanan selama hamil. Ada beberapa keadaan yang

mengharuskan pengaturan makanan dengan baik selama kehamilan

diantaranya:

a) Kebutuhan gizi ibu yang meningkat dengan pesat, bukan saja untuk

keperluan pertumbuhan janin tetapi juga karena metabolisme meningkat

oleh terjadinya perubahan keseimbangan hormonal.

b) Pada awal kehamilan sering nafsu makan tidak begitu baik karena

timbulnya rasa mual dan pusing.

c) Ibu juga harus memberikan cadangan bebrapa jenis zat gizi dalam jumlah

yang cukup dalam tubuh bayinya pada waktu bayi lahir.

d) Gizi buruk karena kesalahan dalam pengaturan makanan membawa

dampak yang tidak menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga

bagi bayinya yang akan lahir.

Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri

dari campuran ketiga kelompok bahan makanan sebagai berikut:

a) Sumber energi atau tenaga : padi-padian, tepung, umbi-umbian, sagu dan

pisang

b) Sumber zat pengatur : sayur-sayuran dan buah-buahan

Page 24: Maternal Health Nutrition

c) Sumber zat pembangun : ikan, daging, telur, susu, kacang-kacangan dan

olahannya seperti tempe, tahu dan oncom.

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan turunnya kadar hemoglobin

(anemia), abortus, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis. Makanan

ibu hamil pada triwulan I biasanya nafsu makan ibu berkurang dan sering

timbul rasa mual dan ingin muntah. Namun makanan ibu hamil harus tetap

diberikan seperti biasa. Pada kehamilan triwulan II nfsu makan ibu biasanya

sudah meningkat, seperti kebutuhan nasi, roti, singkong, mie dan lain-lain.

Demikian juga kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur seperti sayuran dan

buah-buahan berwarna.

Untuk memenuhi kebutuhan zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur,

diperlukan tambahan konsumsi makanan sehari-hari berupa:

a) Nasi 12

piring

b) Ikan 12

potong

c) Tempe 1 potong

d) Sayuran 112

mangkok

e) Susu 1 gelas

f) Air 2 gelas

Tabel 5. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Perhari:Bahan

makananWanita dewasa

tidak hamilIbu hamil

Tri Wulan I Tri Wulan II Tri Wulan III

Nasi3

12

piring 3 12

piring 3 12

piring 3 12

piring

Ikan1

12

potong 112

potong 112

potong 112

potong

Tempe 3 potong 3 potong 3 potong 3 potongSayuran

112

mangkok 112

mangkok 112

mangkok 112

mangkok

Buah 2 potong 2 potong 2 potong 2 potongGula 5 sendok makan 5 sendok makan 5 sendok makan 5 sendok

makanSusu - 1 gelas 1 gelas 1 gelasAir 4 gelas 4 gelas 4 gelas 4 gelas

Sumber: Depkes 1999

Page 25: Maternal Health Nutrition

Berikut daftar beberapa zat gizi yang paling penting untuk perkembangan

janin. Pastikan zat gizi ini selalu dikonsumsi selama kehamilan:

1) Asam folat: zat ini di dalam serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau,

jamur, kuning telur, jeruk, pisang dan lain-lain.

2) Kalsium, sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi. Zat ini dapat

dijumpai di dalam susu dan produk olahannya (keju, yogurth), ikan yang

bisa dimakan tulangnya (ikan teri, sarden), biji-bijian (biji bunga matahari,

wijen), produk kedelai (tahu, tempe), sayuran hijau dan buah-buahan.

3) Zat besi, sangat penting karena pad masa kehamilan volume darah

meningkat 25% dan juga penting untuk bayi dalam membangun

persediaan darahnya. Zat besi dapat dijumpai dalam hati, daging merah,

sayuran hijau, wijen, buah-buahan kering, kuning telur, serealia dan

sarden. Penyerapan zat besi dapat membantu dengan konsumsi vitamin C.

Prinsip diet ibu hamil

1) Energi yang dibutuhkan tergantung aktivitasnya ibu dan peningkatan BMR

sebesar 2132,1 kalori yang berfungsi untuk menyediakan energi yang cukup

agar protein tidak dipecah menjadi energi. Tambahan kalori bisa didapatkan

dari nasi, roti, mie jagung, ubi, kentang dan sebagainya.

2) Protein diberikan tinggi sebesar 90g. Tambahan protein untuk pertumbuhan

janin, yaitu membentuk otot, kulit, rambut dan kuku.

3) Lemak diperlukan cukup sebesar 59,2 g berfungsi sebagai pembawa vitamin

yang larut dalam lemak serta fungsi-fungsi lainnya.

4) Karbohidrat diperlukan cukup besar yaitu 320g adanya hidrat arang

diperlukan guna mencegah terjadinya ketosis.

5) Tambahan vitamin dan mineral terutama tambahan zat besi diperlukan untuk

menambah jatah darah untuk keperluan ibudan janin. Zat besi bisa dijumpai

dalam daging, hati, sayuran hijau seperti bayam, daun singkong, kangkung,

daun pepaya. Tambahan zat kapur dapat dijumpai dalam susu, ikan teri kering

dan sayuran hijau. Vitamin B kompleks terdapat dalam beras tumbuk,

kacang-kacangan kering. Vitamin A banyak terdapat dalam kuning telur, hati,

sayuran dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning kemerahan.

Syarat Diet

Page 26: Maternal Health Nutrition

1. Pantangan terhadap suatu makanan harus dijelaskan terlebih dahulu kepada

ibu hamil tentang manfaat atau faedahnya, sehingga ibu hamil dapat mengerti

tujuan dari pantangan tersebut. Karena suatu pantangan terhadap makanan

dapat membantu ibu hamil dalam proses melahirkan maupun sesudah

melahirkan bahkan kelak keadaan kesehatannya jauh dari memuaskan.

2. Dalam triwulan I ibu hamil biasanya sering muntah, hal ini harus disiasati

agar asupan makanan tetap terjaga sehingga makanan dapat dengan mudah

untuk dicerna seperti air jeruk, roti biskuit dan roti panggang.

3. Dalam triwulan II metabolisme basal mulai nai. Pada masa ini protein harus

diutamakan dan harus dijaga jangan sampai kekurangan darah. Karena itu

baik untuk diberikan sayur-sayuran daun, garam besi, vitamin A dan vitamin-

vitamin lainnya.

4. Dalam triwulan III, metabolisme tetap naik terus. Pemeriksaan kenaikan

berat badan harus dilakukan dengan teliti, jangan sampai ibu hamil terlalu

gemuk.

5. Dalam Triwulan III kandungan sudah menjadi besar sekali hingga

menyebabkan lambung sedikit terdesak. Makanan yang porsinya terlalu besar

sering menimbulkan rasa tidak enak. Karena itu dalam masa ini porsi

makanan sebaiknya kecil saja, asal sering diberikan untuk mencegah

kekurangan unsur-unsur gizi.

Tujuan diet

Tujuan umum:

Untuk meningkatkan gizi baik ibu maupun bayi, selain itu juga akan bermanfaat

pula untuk peningkatan mutu generasi yang akan datang.

Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui prinsip-prinsip diet untuk ibu hamil

b. Untuk mengetahui syarat diet untuk ibu hamil

c. Untuk mengetahui tata laksana diet untuk ibu hamil

d. Untuk mengetahui makanan/ bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak

dianjurkan untuk ibu hamil

e. Contoh menu dan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk ibu hamil

Page 27: Maternal Health Nutrition

Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan

Golongan I: Beras dan penukar

Beras untuk sebagian dapat ditukar dengan roti atau jagung, mie, ubi, kentang,

makanan yang dibuat dari tepung beras, terigu, maizena dan tepung-tepungan.

Golongan II : Daging dan penukar

Daging dapat ditukar dengan bahan makanan lain yang berasal dari hewan

misalnya ikan, termasuk ikan segar dan ikan kering (ikan asin, ikan pindang,

teri), ayam, udang, dan sebagainya. Bila ikan digoreng kering, tulangnya dapat

dimakan, sehingga ibu mendapat tambahan zat kapur.

Golongan III : Tempe dan penukar

Tempe dapat ditukar dengan kacang-kacang kering, seperti kacang merah,

kacang kedelai, kacang tanah dan hasil olahannya seperti tahu, tempe dan

oncom.

Golongan IV : sayuran

Sayuran yang paling baik adalah berwarna hijau atau kuning kemerahan seperti

bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya, daun katuk, daun kacang

panjang, daun bluntas, daun belinjo, daun jambu mede muda, daun gandaria, daun

kedondong, daun kecipir, daun lobak, daun petai cina, kacang panjang, buncis,

wortel dan tomat. Sebaiknya sebagian dari sayuran ini ibu makan sebagai lalapan

mentah karena dengan demikian vitaminnya masih utuh, tidak rusak karena

dimasak.

Golongan V : Buah-buahan

Buah-buahan yang lebih baik adalah yang buah yang berwarna seperti pepaya,

nanas, jambu buji, sawo, jeruk, mangga dan pisang.

Diet komplikasi kehamilan

1. Diet hiperemesis I

Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (trimester II) yang

ditandai rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama.

Keadaan ini menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.

Page 28: Maternal Health Nutrition

Ciri khas diet hiperemesis adalah pada penekanan pemberian makanan

sumber karbohidrat kompleks, terutama pada pagi hari serta menghindari

makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan

muntah. Pemberian makanan dan minuman sebaiknya berjarak.

Tujuan diet:

a. Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis

b. Secara berangsur memberikan makanan dan zat gizi yang cukup

Syarat diet:

a. Karbohidrat tinggi, yaitu: 75-80% dari kebutuhan energi total

b. Lemak rendah, yaitu: lebih dari 10% dari kebutuhan energi total

c. Protein sedang, yaitu: 10-15% dari kebutuhan energi total

d. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna dan diberikan

sering dalam porsi kecil

e. Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan dan

disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu: 7-10 gelas/ hari

f. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan

selingan malam.

g. Makan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi, sesuai

dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.

Macam diet dan indikasi pemberian:

a. Diet Hiperemesis I

Diberikan pada pasien dengan hiperemesis berat. Makanan yang terdiri dari

roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-

buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya.

Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali Vitamin C, sehingga hanya

diberikan selama beberapa hari.

2. Diet hiperemesis II

Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur

mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan

bersama makanan. Pemilahan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat

memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.

3. Diet hiperemesis III

Page 29: Maternal Health Nutrition

Diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan

kesanggupan pasien minuman boleh diberikan bersamaan makanan. Makanan

ini cukup energi dan semua zat gizi.

Contoh tatalaksana diet:

Hiperemesis I:

Pukul 08.00 : roti panggang dan jam

Pukul 10.00 : air jeruk dan gula pasir

Pukul 12.00 : roti pangang, jam, pepaya, gula pasir

Pukul 14.00 : air jeruk, gula pasir, pepaya

Pukul 16.00 : roti panggang, jam

Pukul 18.00 : pisang, gula pasir

Pukul 20.00 : air jeruk, gula pasir

Hiperemesis II:

Pagi : roti, telur ayam, margarin, jam, buah, gula pasir, biskuit

Siang : beras, daging, tahu, sayuran, buah, gual pasir

Malam : biskuit, agar, susu, beras, ayam, tempe, sayuran, buah, minyak, roti,

margarin, jam, gula pasir

Hiperemesis II:

Pagi Siang Malam

Roti panggang isi jam Nasi Nasi

Telur rebus Perkedel daging panggang

Tahu bacem

Setup bacem

Pepaya

Ayam dan tempe

Setup wonel

Pisang

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20.00

Selada buah Selada buah

Biskuit

Roti panggang isi jam

teh

Hiperemesis III:

Menu diet hiperemesis III sama dengan hiperemesis II, kecuali pukul 10.00

dan 16.00 ditambah dengan biskuit, agar-agar, dan susu.

Makanan yang dianjurkan untuk hiperemesis I, II, dan III:

Roti panggang, biskuit, krekers

Page 30: Maternal Health Nutrition

Buah segar, sari buah

Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer

Makanan yang tidak dianjurkan untuk hiperemesis I, II, dan III:

Makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan

makanan yang mengandung alkohol, kopi dan yang mngandung zat tambahan

(pengawet, pewarna dan bahan penyedap).

Diet preeklamsia

Preeklamsia merupakan sindroma yang terjadi pada saat kehamilan masuk

pada minggu ke-20 dengan tanda dan gejala seperti hipertensi, proteinuria,

kenaikan berat badan yang cepat (karena edema), mudah timbul kemerah-

merahan, mual, muntah, pusing, nyeri lambung, oliguria, gelisah dan

kesadaran menurun. Ciri khas diet ini adalah memperhatikan asupan garam

dan protein.

Tujuan diet Preeklamsia adalah:

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

3. Mencapai atau mengurangi retensi garam atau air

4. Mencapai keseimbangan nitrogen

5. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal

6. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru

pada saat kehamilan atau setelah melahirkan

Syarat Diet:

1. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan

secara berangsur, sesuai dengan kemaampuan pasien menerima makanan.

Penambahan energi tidak melebihi 300kkal dari makanan atau diet

sebelum hamil.

2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat sampai ringannya retensi

garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan <3 kg/bulan atau <

1/minggu

3. Protein tinggi 112

– 2 g/ kg BB

4. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lmaak tidak jenuh tunggal dan

lemak tidak jenuh ganda

Page 31: Maternal Health Nutrition

5. Viatmin cukup, Vitamin C dan B6 sedikit lebih tinggi

6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium

7. Bentuk makanan disesuaikan denangan kemampuan makanan pasien

8. Cairan diberikan 2.500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi

dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat

dan pernapasan.

Macam Diet dan Indikasi Pemberian:

Diet preklamsia I:

Diberikan pada pasien dengan preeklamsi berat. Makanan diberikan dalam bentuk

cair, yang terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah cairan diberikan paling sedikit

1.500 ml sehari/oral dan kekurangannya diberikan secara parenteral.

Diet preklamsia II:

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsia I atau kepada

pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu berat.

Diet preklamsia III:

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preklamsia II atau kepada

pasien dengan preeklamsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan

garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup

semua semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat

badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

5. Program Terkait Gizi Ibu Hamil

a. Program KIA

1) Peningkatan Pelayanan Antenatal

Pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa

kehamilannya dengan standar pelayanan antenatal yaitu 5 T

Timbang berat dan ukur tinggi badan

Ukur tekanan darah

Pemberian imunisasi TT lengkap

Ukur tinggi fundus uteri

Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Page 32: Maternal Health Nutrition

2) Peningkatan pertolongan persalinan yang ditujukan oleh tenaga

profesional

Tenaga Profesional adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum,

bidan, pembantu bidan (PKE) dan perawata bidan

3) Peningkatan deteksi dini resiko ibu hamil

Menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, deteksi dini ibu

hamil beresiko diperlukan di fasilitas pelayanan KIA maupun

masyarakat.

Fokus deteksi ibu hamil beresiko kepada keadaan yang menyebabkan

kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh dukun bayi.

4) Peningkatan pelayanan neonatal

b. Gerakan Sayang Ibu (GSI)

1) Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh

masyarakat bersama dengan pemerintah.

2) Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) melibatkan masyarakat secara

aktif, tidak hanya sebagai sasaran, tetapi juga sebagai pelaku.

3) Bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, karena

hamil, melahirkan, nifas dan bayi.

c. KMS Ibu Hamil

1) Memantau keadaan gizi dan kesehatan ibu amil

2) Memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya secara teratur

dan lebih dini

3) Media pendidikan gizi dan kesehatan

4) Memperkirakan berat bayi yang akan dilahirkan berdasarkan

pertambahan berat badan selama kehamilan

d. PMT Ibu Hamil

1) Pemberian Makanan Tambahan kepada ibu hamil KEK sebesar 300-400

kalori dan 10-12 gram protein

2) Ibu hamil KEK diperoleh dari penapisan ibu hamil resiko KEK

3) Pemberian suplemen tablet Fe dan Vitamin A

4) Prioritas program diberikan pada ibu hamil di desa tertinggal, ibu dari

keluarga pra sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1.

Page 33: Maternal Health Nutrition

6. Dampak Program

a. Kemitraan Untuk Meningkatkan Efektivitas Program

1) Pelaksanaan suatu program merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah dan non pemerintah

2) Dewasa ini “public private partnership” merupakan strategi yang

popular untuk menuntaskan masalah kesehatan dan gizi masyarakat.

b. Efektivitas Program

1) Diperlukan untuk memilih dan memprioritaskan suatu tindakan dalam

menangani masalah pada situasi yang berbeda

2) Diukur dengan penurunan resiko dari masalah yang ditimbulkannya.

Penurunan resiko tersebut dapat dilihat dengan adanya penurunan

prevalensi akibat dari masalah tersebut (Gillespie, 2001)

c. Manfaat Investasi Program Gizi terhadap peningkatan Pendapatan

d. Presentase cakupan pelayanan ibu hamil ki dan k4 tahun 1995 – 1999

Page 34: Maternal Health Nutrition

e. Distribusi Frekwensi Pemeriksaan Kehamilan Menurut SKRT dan SDKI

f. Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Di Indonesia

Page 35: Maternal Health Nutrition
Page 36: Maternal Health Nutrition

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Dan Berbagai Faktor Yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 15 (2): Hal. 103-109

http://karodalnet.blogspot.com/2013/05/proses-kehamilan-sampai-

melahirkan.html

Nurhayati, Ai. Tanpa Tahun. Program Gizi dan Ibu Hamil. Bogor: Istitut

Pertanian Bogor

Sirait, Anna Maria. 2012. Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia

Verralls Sylvia. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Kebidanan. Kedokteran

ECG. Jakarta.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama