Top Banner
TUTORIAL I 1. Identifikasi hal-hal yang harus dikaji pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler! JAWAB: A. Pengkajian Mengkaji keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler antara lain : Nyeri dada : merupaka keluhan utama yang sering dikeluhkan oleh pasien untuk mengkaji keluhan nyeri, perawat harus mengkaji lebih jauh karekteristik dari nyeri dada berdasarkan dengan gangguan sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung . Sesak napas : napas pendek sering dialami oleh penyakit jantung, untuk mengkaji keluhan sesak napas , perawat harus mengkaji frekuensi atau irama pernapasan, dan mengkaji denyut nadi (denyutan jelas dari karotis, jugularis dan radialis) B. Data pengkajian klien a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, letih, dan napas pendek Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung. b. Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner/ katup
74

Materi Tutor Kardio

Nov 24, 2015

Download

Documents

gsj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TUTORIAL I1. Identifikasi hal-hal yang harus dikaji pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler!JAWAB:A. PengkajianMengkaji keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler antara lain : Nyeri dada : merupaka keluhan utama yang sering dikeluhkan oleh pasien untuk mengkaji keluhan nyeri, perawat harus mengkaji lebih jauh karekteristik dari nyeri dada berdasarkan dengan gangguan sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung . Sesak napas : napas pendek sering dialami oleh penyakit jantung, untuk mengkaji keluhan sesak napas , perawat harus mengkaji frekuensi atau irama pernapasan, dan mengkaji denyut nadi (denyutan jelas dari karotis, jugularis dan radialis) B. Data pengkajian kliena. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, letih, dan napas pendek Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.b. Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner/ katup Tanda : kenaikan tekanan darah , nadi(denyutan jelas dari karotis, jugularis dan radialis), bunyi jantung (terdengar bunyi S2 pada dasar , S3 pada CHF dini , S4 pengerasan ventrikel kiri). c. Hipertensi Gejala : gangguan penglihatan (penglihatan kabur)d. nyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung) dan nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi .e. Pernapasan Gejala : disnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja , batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.

C. Pengkajian fisik Menilai keadaan fisik secara umum dan tingkat kesadaran klien Posisi klien Mengatur posisi klien berbaring di tempat tidur sehingga kepala membentuk sudut 30derajatC -45derajatC dapat digunakan untuk memeriksa tekanan vena jugularis. Infeksi : infeksi prekardium diamati adanya jaringan parut yaitu mula-mula infeksi adanya parut,( operasi jantung sebelumnya akan menimbulkan bekas parut pada dinding dada) Palpasi : meraba prekardium dan melakukan pengukuran tekanan vena jugularis. Perkusi : perkusi biasanya tidak digunakan bila telah ada hasil thoraks foto . Tetapi tetap bermanfaat untuk mengetahui adanya kardiomegali, efusiperikar. Aukultasi : mendengar bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop . 2. Sebutkan Diagnosa-diagnosa keperawatan yang dapat di angkat pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler!JAWAB: Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus/meningkatnya produksi ADH dan retensi Natrium/Air. Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebuhan/kebutuhan makanan yang salah. Irama jantung meningkat berhubungan dengan kelelahan otot respiratori pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depernitas dinding dada3. Intervensi keperawatan pada sistem kardiovaskuler!JAWAB:DIAGNOSAINTERVENSIRASIONAL

1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi1. Pantau tekanan darah.

2. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer.

3. Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

5. Catat edema umu/tertentu

1. Perbandingan dari tekaknan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan bidang masalah vaskuler.2. Denyutan karotis, jugularis,radialis,dan femoralis, mungkin diamati atau tekanan palpasi.Denyut pada tungkai mungkin menurun, efek dari vasokontriksi.3. Bunyi jantung IV umum terdengar hipertensi berat dan kerusakan fungsi adanya krakels dapat mengindentifikasi kongesti paru sekunder terhadap jantung kronik 4. Mungkin berkaitan dgn vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah jantung.5. Mengidentifiksai gagal jantung kerusakan gnjal atau vaskuler

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral

1. Mempertahankan tirah baring selam fase akut 2. Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, serta teknik relaksasi .

3. Hilangkan/ meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat menurunkan dan sakit kepala.4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.5. Berikan cairan,mknan lunak.perawatan mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung atau kompres dihidung telah diberikan u/ menghentikan pendrhan

1. Meminimalkan stimmengulasi atau menurunkhan relaksasi 2. Menurunkan tekanan vaskuler cerebral dan yang memperlambat/ memblok respon.3. Menyebabkan sakit kepala pada adanya tknan vaskuler serbral karena aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi.4. Pusing dan penglihatan kabur sering b/d sakit kepala 5. Menaikan kenymana kompres hidung dpt mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dgn mulut,menimbulkan stanasi sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus/meningkatnya produksi ADH dan retensi Natrium/Air.

1. Pantau pengeluaran urine,catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

2. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.

3. Perthankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. 4. Pantau TD dan CVP (bila ada).

5. Kaji bising usu.Catat keluhan anoreksia, mual, distensi, abdomen, dan konstipasi 1. Pegeluaran urine mungkin aedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.Posis telentang membantu diuresis sehingg pengeluaran urine dapat ditingkatkan selam tirah baring.2. Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kahilangan caiaran tiba-tiba/ berlebihan(hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.3. Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.4. Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan & dpt menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,gagal jantung.5. Kongesti visceral (terjadi pada gagal ginjal kronik lanjut)dpt mengganggu fungsi gaster/intestnal

4. Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebuhan/kebutuhan makanan yang salah.

1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara kegemukan dengan hipertensi.

2. Bicarakan entingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula, sesuai indikasi 3. Tetapkan keinginan klien untuk menurunkan berat. 4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

5. Instruksikan daan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolestrol.1. Kegemukan adalah resiko tambahan pada potensi karena kondisi proposi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitang dengan peningkatan masa tubuh.2. Kesalahan kebiasaan maksimun menunjang terjadinya atherosklerosis dan kegemukan yang merupakan pediposisi.3. Motivasi penurunan berat badan adalah internal4. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian / penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan dalam program diet terakhir.5. Penting untuk mencegah perkembangan atrorgenesis kolaboratif

4. Hal-hal apa saja yang harus didokumentasi setelah melakukan tindakan keperawatan!JAWAB:1. Segala tindakan yang dilakukan pada klien (DEPENDEN, INDEPENDEN, dan INTERDEPENDEN)2. Segala tindakan yang dilakukan oleh medis3. Perubahan - perubahan yang terjadi pada klien utamanya yang menyangkut KDM.DIAGNOSAEVALUASI

1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi1. Melakukan tindakan pengukuran tekanan darah pada pasien untuk meningkatkan resistensi perifer sebagai respon terhadap penurunan curah jantung.2. Mencatat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer3. Melakukan auskultasi jantung, dan pengukuran nadi (nadi lemah curah jantung buruk).4. Melakukan pengkajian yang berhubungan dengan warna kulit,kelembaban,suhu,dan masa pengisian kapiler5. Memberikan cairan intrapena ( infus), jika terjadi syok

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral

1. Memantau aktivitas pada tira baring2. Memberikan kompres dingin pada dahi dan melakukan tehnik relaksasi3. Mengatur posisi klien senyaman mungkin

3. Kelebihan volume cairan b / d menurunnya laju filtrasi glomelurus/ meningkatkan produksi ADH dan retensi natrium / air. 1. Memantau pengeluaran urin2. Memantau cairan infus3. Mengatur posisi senyaman mungkin 4. Mengukur TTV

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebihan / kebutuhan makanan

1. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita klien 2. .Memberikan pemahaman tentang pentingnya polan makan 3. .Memberikan pemahaman tentang pola diet yang baik4. Mengkaji kembali pola makan dan pola diet klien5. .Mendiskusikan bersama klien dan keluarganya tentang asupan makan yang harus di hindari.

TUTORIAL II (ASTEOKLOROSIS)KASUS:Nama: NyLUsia: 62 tahunPekerjaan : IRTAgama : islam Status: menikahAlamat:malengkeri,MKSNo.RM: 2009270367Tgl masuk RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo 3 mei 2012Anamnesis: Nyeri dada sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)Riwayat penyakit sekarang: Sejak 4 jam SMRS,pasien merasakan nyeri dada yang mulai dirasakan saat hendak tidur.Nyeri dada terasa seperti ditimpa beban berat.Nyeri dada seperti ini sering hilang dan timbul sejak 1 tahun SMRS dan mereda bila beristirahat.Nyeri saat ini dirasa memberat sejak 4 jam SMRS.Pasien merasa sesak nafas.Terdapat keringat dingin. Sejak 2 tahun MRS, pasien dikatakan mempunyai hipertensi dan tidak teratur minum obat.Pasien control di RS.Dr.Wahidin.Pasien sudah 2 kali dirawat di RS yang sama,saat itu pasien sedang tidak terataur minum obat, dirawat karena muka bengkak dan sesak nafas.Diberikan obat captopril 3X25 mg, simart 2 1X1, aldecto 1X15 mg, lasix 1X1, ascardia 1X1. Pasien tidak sesak nafas bila dia berbaring ,dapat tidur dengan satu bantal.Pasien tidak pernah terbangun pada malam hari karena sesak.Pasien semakin membatasi aktifitas fisik karena bila banyak bergerak pasien merasa sesak dan sakit dada namun hilang jika beristirahat.Pasien merasa kelelahan bila berjalan jauh. Nyeri dad juga muncul jika banyak pikiran.Pasien tidak ada kebiasaan merokok.Pasien tidak merasa cepat haus/lapar ataupun terbangun untuk BAK dimalam hari.Saat ini pasien sudah tidak menstruasi lagi.Pasien belum pernah operasi jantung sebelumnya.Makanan belum dijaga.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat asma,alergi,gastristis,stroke,dan DM disangkal.RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat darah tinggi,DM,penyakit jantung, asma disangkalRIWAYAT PEKERJAAN SOSIAL,EKONOMI,DAN KEJIWAAN KEBIASAAN Pembiayaan rumah sakit secara pribadi1. Tuliskan pemeriksaan fisik dan identifikasi masalah keperawatan pada kasus diatas!JAWAB:B. Pemeriksaan fisik : Perasaan denyut jantung tidak teratur. Periksa/palpasi nadi(denyutan jelas dari karotis,jugularis dan radialis). Batuk (Apakah dia batuk/tidak) Pucat(Apakah Nampak pucat)C. Identifikasi masalah :PENYAKIT JANTUNG KORONER (ARTEROSKLEROSIS) a. hipertensi b. kolesterol tinggi c. kencing manis d. obesitas 2. Tuliskan analisa data pada kasus diatas dan pola diet untuk penyakit asteoklorosis!JAWAB:ANALISA DATA DATA SUBJEKTIFDATA OBJEKTIFMASALAH KEPERAWATAN

Pasien merasa nyeri dada yang mulai di rasakan saat hendak tidur. Nyeri dada sebelah kiri menjalar keleher dan punggung. Nyeri dada seperti di timpa beban berat. Nyeri dada sering hilang timbul sejak 1 tahun SMRS dan meredah bila beristirahat. Nyeri di rasa memberat sejak 4 jam SMRS Terdapat keringat dingin. Gangguan rasa aman dan nyaman karena nyeri

Pasien merasa sesak nafas. Dada dirasakan berdebar debar.

Pasien pinsang saat di bawah ke rumah sakit. Pasien di katakan mempunyai hipertensi dan tidak teratur minum obat. Muka bengkak dan Sesak nafas. Diberikan obat captopril 3X25 mg,simart 2 1X1, aldecto 1X25 mg, lasix 1X1, ascardia 1X1. Tingkat kesadaran menurun. Pola nafas tidak efektif. Edema Kurang perhatian terhadap kesehatan

POLA DIET UNTUK PENYAKIT JANTUNG1) Batasi lemak jenuh dan kolesterol Membatasi berapa banyak lemak jenuh pada makanan yang dikonsumsi adalah langkah yang paling penting untuk mengurangi kolesterol darah dan menurunkan risiko penyakit arteri koroner. Tingkat kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang disebut aterosklerosis. Aterosklerosis dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Pilih jenis lemak tak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun atau minyak canola. Lemak tak jenuh ganda yang ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian, juga pilihan yang baik untuk diet jantung sehat.2) Pilih sumber protein yang rendah lemak (low fat) Ikan adalah alternatif yang baik sebagai pengganti daging yang tinggi lemak. Jenis ikan tertentu baik untuk kesehatan jantung karena kaya omega 3, yang dapat menurunkan lemak darah yang disebut trigliserida. Sumber tertinggi omega 3 terdapat pada ikan air dingin, seperti salmon, mackerel dan herring. Sumber-sumber lain adalah biji rami, kenari, kedelai dan minyak canola. 3) Makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, mereka rendah kalori dan kaya serat makanan. Sayuran dan buah juga mengandung zat yang ditemukan dalam tanaman yang dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskular4) Tambahkan biji-bijian kedalam menu sehari-hari Biji-bijian merupakan sumber serat yang baik dan sumber nutrisi lainnya yang berperan dalam mengatur tekanan darah dan kesehatan jantung. Meningkatkan jumlah biji-bijian dalam diet jantung sehat juga dapat dengan menggunakan produk biji-bijian olahan. 5) Mengurangi sodium (garam) dalam makanan Makan dengan kandungan natrium yang tinggi dapat berkontribusi menyebabkan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Mengurangi natrium merupakan bagian penting dari diet jantung sehat 6) Mengontrol porsi makanan Mengontrol porsi makanan juga berperan penting untuk diet jantung sehat.3. Diagnosa dan jenis obat yang dikomsumsi oleh klien pada kasus diatas!DIAGNOSA KEPERAWATANAnalisa dataDiagnosa

Data subjetif: Pasien merasa nyeri dada yang mulai di rasakan saat hendak tidur. Nyeri dada sebelah kiri menjalar keleher dan punggung. Nyeri dada seperti di timpa beban berat. Nyeri dada sering hilang timbul sejak 1 tahun SMRS dan meredah bila beristirahat. Nyeri di rasa memberat sejak 4 jam SMRS Data objektif: Terdapat keringat dingin.Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) b/d iskemia akibat penyambutan arteri koroner.

Data subjektif : Pasien merasa sesak nafas. Dada dirasakan berdebar debar.Data objekif: Pasien pinsang saat di bawah ke rumah sakit. Pasien di katakan mempunyai hipertensi dan tidak teratur minum obat. Muka bengkak dan Sesak nafas. Diberikan obat captopril 3X25 mg,simart 2 1X1, aldecto 1X25 mg, lasix 1X1, ascardia 1X1.1) Gangguan kesadaran menurun b/d hipertensi.2) Pola nafas tidak efektif b/d nyeri atau kelemahan otot 3) Edema b/d intek cairan dan sodium4) Kurang pengetahuan terhadap kesehatan b/d kurangnya pengetahuan dan tidak teraturnya minum obat

JENIS-JENIS OBAT YANG DIKOMSUMSI KLIEN: Captopril Captopril 3x25 mg : atau biasa di kenal dengan Captensin(nama dagang).Dan termasuk obat Anti Hipertensi, atau Obat yang digunakan untuk menurunkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik di atas 140/90 mmHg.dan di golongkan ke dalam ACE Bloker( ACE Inhibitor). Simart 2 Simart 2 1x1 :Pencegahan & pengobatan trombosis vena. Obat tambahan pada pengobatan oklusi (penutupan) koroner.Kondisi yang potensial terjadi perdarahan, sudah dekat pembedahan, anestesi lumbal, pre-eklampsia & eklampsia (keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan penurunan kesadaran pada wanita hamil atau pada masa nifas karena keracunan kehamilan), terancam aborsi, hamil. Aldecton Aldecton 1x25mg : atau biasa dikenal dengan spironolacton (Nama Generik/Latin).termasuk obat Diuretika.obat diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran air seni (Diuresis) akibat khasiat langsung terhadap ginjal. Lasix Lasix 1x1 : atau biasa dikenal dengan Furosemida (Nama Generik/latin) termasuk obat anti diuretika. obat diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran air seni (Diuresis) akibat khasiat langsung terhadap ginjal.yang di gunakan untuk penyakit udem(Penumpukan cairan di jaringan yang disebabkan oleh dekompensasi jantung). Ascardia Ascardia 1x1 : adalah obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah baik arteri maupun vena secara lansung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu menjadi normal kembali. 4. Jelaskan rencana tindakan keperawatan pada jantung koroner!DIAGNOSAINTERVENSIRASIONAL

1) Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) b/d iskemia akibat penyambutan arteri koroner.TUJUAN:Menghilangkan rasa sakit nyeri dada / intensitas nyeri berkurangKRITERIA: Ekspresi wajah baik dan klien tidak gelisah Ungkapan / keluhan klien tentang nyeri dada telah berkurang / hilang.

1. Dapatkan gambaran nyeri klien secara menyeluruh yaitu tentang lokasi, lamanya kualitas dan kapa terjadi nyeri.

2. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

3. Observasi TTV sebelum dan sesudah pemberian obat-obatan narkotika.

4. Ajarkan dan anjurkan pada klien untuk melakukan teknik relaksasi misalnya menarik nafas dalam dan dikeluarkan secara perlahan

1. Nyeri adalah pengalaman subjektif dan harus dapat diuraikan (digambarkan) oleh klien dan untuk membandingkan dengan nyeri yang lain. 2. Untuk menghindari rangsangan dari luar, menghindari kecemasan yang dapat meningkatkan kerja jantung secara tiba-tiba. 3. Hipotensi / depresi pernafasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian obat-obatan narkotika .4. Diharapkan dapat mengurangi ketegangan klien sehingga klien lebih rileks dan nyeri yang dirasa berkurang

2) Gangguan kesadaran menurun b/d hipertensi.TUJUAN:Tidak terjadi iskemia miocard KRITERIA:Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD 1. Pantau TD setiap 4 jam dan status umum setiap 8 jam.2. Posisikan klien pada posisi semi fowler.

1. Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.

2. Dapat membantu menurunkan kebutuhan energi dan meningkatkan aliran darah arteri.

3) Pola nafas tidak efektif b/d nyeri atau kelemahan otot.TUJUAN : Tidak ada kesulitan nafas Berkurangnya tingkat kecemasan KRITERIA: Nafas kembali normal Ekspresi wajah rileks

1. . Anjurkan klien bernafas dalam

2. Pertahankan klien dalam posisi semi fowler.

3. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.

4. Dorong perubahan posisi sering.

1. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.2. Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan dan meningkatkan inflamasi paru.3. Meningkatkan konsentrasi alveolar yang dapat menurunkan hipoksemia jaringan. 4. Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia serta kerusakan kulit.

4) Edema b/d intek cairan dan sodium.TUJUAN: Menurunnya berat badan Keluaran urine lebih besar dari 30mL/hari dan lektrolit serum dalam batas-batas normal KRITERIA: Hilangnya edema warna kulit membaik

1. Pertahankan klien dalam posisi semi fowler.

2. Lakukan terapi IV yang ditentukan.

3. Berikan diuretik untuk meningkatkan pengeluaran.4. Batasi masukan cairan.

1. Untuk mengurangi aliran balik vena kejantung.2. Untuk memudahkan memberikan pemberian obat-obatan.3. Diuretik menghilangkan kelebihan cairan didalam tubuh.4. Untuk mengurangi tekanan vena.

5) Kurang pengetahuan terhadap kesehatan b/d kurangnya pengetahuan dan tidak teraturnya minum obat TUJUAN:Mendemostrasikan penerimaan tanggung jawab dalam merawat diri sendiri KRITERIA:Mengungkapkan rencana yang relatif realistis dengan keadaan sekarang

1. Ajarkan klien untuk berkonsultasi dengan dokter jika terdapat tanda dan gejala gagal jantung.2. Anjurkan klien untuk meminum diuretik pada pagi hari.3. Usahakan agar pasien mengerti makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi dan upayakan bahwa pasien dapat mengantisipasi makanan yang tinggi natrium.

1. Pasien perlu mengevaluasi kembali untuk menyesuaikan obat-obatan.

2. Untuk mencegah gangguan tidur pada malam hari.3. Tidak boleh memakan makanan yang mengandung natrium tinggi untuk mengontrol retensi cairan tubuh.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) EKG (Elektrokardiografi)Dikerjakan waktu aktifitas sehari-hari 24 jam, waktu istirahat, ataupun waktu stress. Pemeriksaan radiologis thorax: Scanning Thalium Pemeriksaan Laboratorium: darah, ekokardiografi, kadar enzim, fungsi ginjal dan hati. foto thorax exercise stress test pemeriksaan vascularisasi perifer 5. Jelaskan implementasi dan evaluasi pada kasus diatas!DIAGNOSAIMPLEMENTASIEVALUASI

1. Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) b/d iskemia akibat penyambutan arteri koroner.

1) Mendapatkan gambaran nyeri klien secara menyeluruh yaitu tentang lokasi, lamanya kualitas dan kapa terjadi nyeri. 2) Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang3) Mengobservasi TTV sebelum dan sesudah pemberian obat-obatan narkotika.4) Mengajarkan dan menganjurkan pada klien untuk melakukan teknik relaksasi misalnya menarik nafas dalam dan dikeluarkan secara perlahan

S: Pasien merasa nyeri dada yang mulai di rasakan saat hendak tidur. Nyeri dada sebelah kiri menjalar keleher dan punggung. Nyeri dada seperti di timpa beban berat. Nyeri dada sering hilang timbul sejak 1 tahun SMRS dan meredah bila beristirahat. Nyeri di rasa memberat sejak 4 jam SMRS O: Terdapat keringat dingin.A:masalah tidak teratasi P: lanjutkan intervensi

2. Gangguan kesadaran menurun b/d hipertensi. 1) Memantau TD setiap 4 jam dan status umum setiap 8 jam.2) Memosisikan klien pada posisi semi fowler.

S:- Pasien merasa sesak nafas.-Dada dirasakan berdebar debar. O:- Pasien pingsan saat di bawah ke rumah sakit A: masalah tidak teratasi P:lanjutkan intervensi

3. Pola nafas tidak efektif b/d nyeri atau kelemahan otot.

1) . Menganjurkan klien bernafas dalam2) Mempertahankan klien dalam posisi semi fowler.3) Memberikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.4) Mendorong perubahan posisi sering.

S:-Pasien merasa sesak nafas O:Pasien pingsan saat di bawah ke rumah sakit.A: masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi

4. Edema b/d intek cairan dan sodium.

1) Mempertahankan klien dalam posisi semi fowler.2) Melakukan terapi IV yang ditentukan.3) Memberikan diuretik untuk meningkatkan pengeluara.4) Membatasi masukan cairan.

S:-O:Muka bengkak dan Sesak nafas.A:masalah belum teratasi P:intervensi di lanjutkan

5. Kurang pengetahuan terhadap kesehatan b/d kurangnya pengetahuan dan tidak teraturnya minum obat

1) Mengajarkan klien untuk berkonsultasi dengan dokter jika terdapat tanda dan gejala gagal jantung.2) Menganjurkan klien untuk meminum diuretik pada pagi hari.3) Mengusahakan agar pasien mengerti makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi dan upayakan bahwa pasien dapat mengantisipasi makanan yang tinggi natrium.S:O:Diberikan obat captopril 3X25 mg,simart 2 1X1, aldecto 1X25 mg, lasix 1X1, ascardia 1X1. A: masalah belum teratasiP: lanjutkan intevensi

Rencana pendidikan/edukasi yang di berikan sesuai kasus di atas:1. Memberikan pemahaman pengertian panyakit jantung koroner Jantung koroner adalah Penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh yang diikuti oleh penebalan dan kekakuan pembuluh tersebut 2. Gejala penyakit jantung koroner Tidak ada gejala Sakit dada sebelah kiri (kdg menjalar keleher dan lengan kiri) Sesak Napas/Payah Jantung Perasaan denyut jantung tidak teratur Mati Mendadak 3. Siapa saja yang mudah terkena ppenyakit jantung koroner Hipertensi Diabetes melitus Kencing manis obesitas 4. Aktivitas/latihan Pola istirahat tidur yang teratur Pola makan dan minum teratur Pemberian teknik relaksase, masase, dan distraksi

5. Pola makanMemperhatikan pemenuhan nutrisi dan cairan mengurangi komsumsi natrium dan makanan yang mengandung kolestrol

6. Stress Kebanyakan berfikir Komplikasi penyakit Faktor lingkungan dan ekonomi Faktor keluarga

TUTORIAL III (STENOSIS AORTA)KASUS:Tn.S,58 tahun.MRS 10 menit yang lalu karena tiba-tiba pingsan.Anak klien mengatakan ayahnya tiba-iba pingsan saat menerima kabar bahwa anak bungsunya yang kuliah di,luar negeri akan pulang minggu depan.Setelah siuman, klien mengeluh nyeri dada,tepatnya dibawah tulang dada.Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya reda saat beristirahat sehingga dianggap tidak berbahaya.Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TTV: TD : 130/90 mmHg, N:80X/menit, S:370C, P:28Xmenit.A. KONSEP MEDIS1. PengertianStenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.2. Etiologi Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :a. Kelainan kongenitalTidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.b. Penumpukan kalsium pada daun katupSeiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.c. Demam rheumatikKomplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.3. Patofisiologi/penyimpangan KDMStenosis katub aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta. Pada orang dewasa stenosis biasa merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari endokarditis remaitik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak di ketahui penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapapuluh tahun. Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai agal dan muncullah tanda-tandaklinis. Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respon terhadap besarnya obstruksi; terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik. Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik 4. Manifestasi klinikStenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup aorta :a. Nyeri dada Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis.b. Pingsan (syncope)Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan.

c. Sesak napas Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.5. Pemeriksaan penunjang a. Electrocardiogram (EKG): EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.b. Chest x-ray: chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.c. Echocardiography: Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.d. Cardiac catheterization: Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus.6. Penatalaksanaan Terapi Umum:a. Istirahat Mengobati penyakit dasarnya Terapi gagal jantung dan angina Menghindari latihan berat.b. Dietc. Medikamentosa Obat pertama : Digoksin Antibiotik d. Operasi Pergantian katupB. KONSEP KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN Identitas klienNama: Tn. SUmur: 58 thnJenis kelamin: Laki-laki Status kesehatan saat iniTerdapat nyeri dada tepatnya dibawah tulang dada Klasifikasi Data1. Data Subjektif (DS) Klien mengeluh nyeri dada, dibawah tulang dada Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya redah setelah beristirahat 2. Data Objektif (DO) Klien tampak nyeri Klien tampak meringis

Analisa dataDATAETIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

Data Subjektif (DS): Klien mengeluh nyeri dada, dibawah tulang dada Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada namun nyerinya redah setelah beristirahat Data Objektif (DO): Klien tampak nyeri Klien tampak meringisPenurunan curah jantung

Kelelahan

Nyeri

Nyeri

2. DIAGNOSAD. Nyeri dada b/d ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.E. Pola napas tidak efektif b/d perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru F. Perubahan perfusi jaringan yang b/d penurunan cardiac output sekunder. G. Ansietas b/d prognosa penyakit jantung. 3. INTERVENSIDIAGNOSAINTERVENSIRASIONAL

a. Nyeri dada b/d ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.

1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, lamanya, dan penyebaran .

2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan:A. Atur posisi fisiologis.

3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi.

4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

1. Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian 2. Posisi fisiologis akan meningkatkan suplai oksigen ke jaringan yang mengalami iskemi.3. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan akibat sekunder dari iskemik.4. Menurunkan stimulus internal

b. Pola napas tidak efektif b/d perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru

1. Auskultasi bunyi napas (crackles)

2. Ukur intake dan output cairan

1. Indikasi adanya edema paru; sekunder akibat dekompensasi jantung 2. Penurunan curah jantung mengakibatkan tidak efektifnya perfusi ginjal, retensi natrium/ cairan, dan penurunan output urine

c. Perubahan perfusi jaringan yang b/d penurunan cardiac output sekunder.

1. Evaluasi tanda-tanda vital.

2. Evaluasi bunyi jantung, pericardial friction rub, CVP.

3. Observasi tanda dan gejala yang mungkin merupakan indikasi berkembangnya kegagalan.1. Indikasi menunjukkan adanya tanda- tanda penyakit timbul kembali, missal: RR meningkat/ menurun, TD render atau tinggi,dan lain- lain.2. Indikasi menunjukkan adanya bunyi jantung yang tidak normal yang bias menandakan adnya kelainan.3. Mencegah penyakit memburuk.

d. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung.

1. Pantau respon fisik:contoh palpitasi, takikardi,gerakan berulang 2. Berikan tindakan kenyamanan 3. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi

4. Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan datang 5. Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi

1. Mengetahui klien dalam keadaan normal atau tidak.2. mengurangi kecemasan klien yang berhubungan dengan penyakitnya.3. Dengan memanajemen waktu dengan baik, kondisi klien bisa fit saat beraktivitas.4. memantau kondisi psikologis klien.

5. Mengetahui klien dalam keadaan stress atau tidak agar koping klien efektif

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASIDIAGNOSAINTERVENSIRASIONAL

a. Nyeri dada b/d ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.

1. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi, lamanya, dan penyebaran .2. Melakukan manajemen nyeri keperawatan:Mengatur posisi fisiologis.3. Memberikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi.4. Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri S:Anak klien mengatakan ayahnya tiba-tiba pingsan O:Klien tiba-tiba pingsan Pemeriksaan fisik:TTV : TD : 130/80 mmHg N : 80x/menit S : 37 C P : 28x/menit A:masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi

b. Pola napas tidak efektif b/d perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru

1. Auskultasi bunyi napas (crackles)2. Mengukur intake dan output cairan

S: Klien mengeluh nyeri dadaO:-A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi

c. Perubahan perfusi jaringan yang b/d penurunan cardiac output sekunder.

1. Evaluasi tanda-tanda vital.2. Mengevaluasi bunyi jantung, pericardial friction rub, CVP.3. Mengobservasi tanda dan gejala yang mungkin merupakan indikasi berkembangnya kegagalan.S: Klien mengatakan sering mengalami nyeri dada.O:-A: masalah tidak teratasi P:lanjutkan intervensi

d. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung.

1. Memantau respon fisik:contoh palpitasi, takikardi,gerakan berulang 2. Memberikan tindakan kenyamanan 3. Mengkoordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi .4. Mendorong ventilasi perasaan tentang penyakit efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan datang 5. Menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi

TUTORIAL IV(VARISES VENA)KASUS:

Ny.M 28 tahun, sedang hamil 7 bulan MRS dengan keluhan nyeri dan tegang pada extremitas bagian kanan bawah, kram otot dan lebih terjadi pada malam hari, kelelahan otot extremitas kanan bawah, tampak edema pada tumit, tampak pembesaran vena pda beti. Klien mengatakan keluhan-keluhan tersebut dirasakan sejak bulan ke-5 kehamilannya.Pemeriksaan TTV: TD:120/80 mmHg, N: 80Xmenit, P:26Xmenit,Respirasi right:26X menit.

A. KONSEP MEDIS1. PengertianVarises adalah vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh peningkatanan tekanan vena. Varises ini merupakan suatu manifestasi yang dari sindrom insufiensi vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik menuju tungkai yangkemudian mengalami kongesti. 2. EtiologiBerbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstriksi yaitu faktorlingkungan bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit vena. Penyebab terbanyak dari varises vena adalah oleh karena peningkatan tekanan vena superfisialis, namun pada beberapa penderita pembentukan varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah terjadi kelenahan pada dinding pembuluh darah vena walaupun tidak adanya peningkatan tekanan vena. Pada pasien ini juga didapatkan distensi abnormal vena di lengan dan tangan. Umur merupakan faktor risiko independen dari varises. Umur tua terjadi atropi pada lamina elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan otot polos meninggalkan kelemahan pada vena sehingga meningkatkan kerentanan mengalami dilatasi. Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi. Obstruksi akan menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah vena ke sirkulasi sentral, maka dalam keadaan vena yang mengalami varises tidah dianjurkan untuk di ablasi. 3. Patofisiologi/penyimpangan KDMBiasanya kerusakan diakibatkan kerena adanya suatu hambatan aliran darah dan tekanan hidrostatik yang terlau besar. Kegagalan katup pada vena superfisal paling umum disebabkan oleh karena peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah oleh adanya insufisiensi vena. Penyebab lain yang mungkin dapat memicu kegagalan katup vena yaitu adanya trauma langsung pada vena adanya kelainan katup karena thrombosis. Bila vena superficial ini terpapar dengan adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah , pembuluh vena ini akan mengalami dilatasi yang kemudian terus membesar sampai katup vena satu sama lain tidak dapat saling betemu.Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya perubahan hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi lebih lunak dan lentur, namun bila terbentuk bvarises selama kehamilan hal ini memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menyingkir adanya kemungkinan disebabkan oleh keadaan DVT akut. Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan tekanan vena dan volume darah vena yang melewati katup yang inkompeten. Sayangnya penampilan dan ukuran dari varies yang terlihat tidak mencerminkan keadaan volume atau tekanan vena yang sesungguhnya. Vena yang terletak dibawah fasia atau terletak subkutan dapat mengangkut darah dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya peningkatan tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat menyebabkan dilatasi yang berlebihan. 4. Manifestasi klinika. Nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang terkena b. Edema unilateral atau bilateral apabila yang terkena vena kava c. Ada kemerah-merahan dan teraba panas d. Temperatur meningkat, tetapi tidak tinggi e. Kurang dari 20% dari pasien menunjukkan tanda homan ( rasa nyeri pada betis bila dorsofleksi kaki )Faktor resiko trombosis vena profunda : 1) Umur ( diatas 40 tahun ) 2) Gender ( lebig sering ditemukan pada wanita ) 3) Immobilitas/statisa. Pembedahan, istirahat, baring, kelumpuhanb. Terlalu banyak duduk atau berdiri c. Obesitas, kehamilan 4) Meningkatnya viskositas darah a. Dehidrasi, temperatur meningkatb. Polisitemia vena 5) Kerusakan pada intimaa. Kateter intravena ( sentral dan perifer )b. Penyalahgunaan obat-obat intravena 6) Trauma a. Fraktur terutama pelvis dan tulang-tulang panjangb. Luka bakar 7) Kontrasepsi oral ( estrogen dalam pil )5. Pemeriksaan penunjang1) Manuver Perthes Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah retrograde dengan aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam system vena yang mengalami varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya obstruksi vena profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena profunda tidak lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran darah balik vena ke jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan maupun skeroterapi. Untuk melakukan manuver ini pertama dipasang sebuah Penrose tourniquet atau diikat di bagian proksimal tungkai yang mengalami varises. Pemasangan tourniquet ini bertujuan untuk menekan vena superficial saja. Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan atau berdiri sambil menggerakkan pergelangan kaki agar sistem pompa otot menjadi aktif. Pada keadaan normal aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan darah dalam vena yang mengalami varises menjadi berkurang, namun adanya obstruksi pada vena profunda akan mengakibatkan vena superficial menjadi lebih lebar dan distesi. 2) Perthes positif apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien diposisikan dengan tungkai diangkat (test Linton) dengan tourniquet terpasang. Obstruksi pada vena profunda ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena yang melebar tidak dapat kembali ke ukuran semula. 3) Tes Trendelenburg Tes Trendelenburg sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena superficial dengan pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. Tes ini dilakukan dengan cara mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan pengikatan pada paha sampai vena yang mengalami varises kolaps. Kemudian pasien disuruh untuk berdiri dengan ikatan tetap tidak dilepaskan. Interpretasinya adalah apabila varises yang tadinya telah kolaps tetap kolaps atau melebar secara perlahan-lahan berarti adanya suatu inkopenten pada vena superfisal, namun apabila vena tersebut terisi atau melebar dengan cepat adannya inkopensi pada katup vena yang lebih tinggi atau adanya kelainan katup lainnya. 4) . Auskultasi menggunakan Doppler Pemeriksaan menggunakan Doppler digunakan untuk mengetahui arah aliran darah vena yang mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau aliran dari mana atau ke mana. Probe dari dopple ini diletakkan pada vena kemudian dilakukan penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan menyebabkan adanya aliran sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian menyebabkan adanya perubahan suara yang ditangkap oleh probe Doppler. Pelepasan dari penekanan vena tadi akan menyebabkan aliran berlawanan arah akut. Normalnya bila katup berfungsi normal tidak akan ada aliran berlawanan arah katup saat penekanan dilepaskan, akhirnya tidak aka nada suara yang terdengar dari Doppler. 5) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium saat ini kurang begitu bermanfaat dalam menegakkan diagnosis atau terapi varises vena. 6) Pemeriksaan Imaging Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan seluruh areayangmengalami obstruksi dan refluks dalam system vena superficial dan system vena profunda. Pemeriksaan yang dapat dialkukan yaitu venografi dengan kontras, MRI, dan USG color-flow dupleks. USG dupleks merupakan pemeriksaan imaging standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom insufisiensi vasirses dan untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi. Color-flow USG (USG tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah dalam venamenggunakanpewarnaan yang berbeda. Pemeriksaan yang paling sensitive dan spesifik yaitu menggunakan Magnetic Resonance venography (MRV) digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada sistem vena profunda dan vena superficial pada tungkai bawah dan pelvis. MRV juga dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang menyebabkan nyeri dan edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan teknik pemeriksaan invasive. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pemeriksaan USG dupleks sebagai pemeriksaan rutin penyakit vena. Sekitar 15 % pasien yang dilakukan pemeriksaan venografi ditemukan adanya DVT dan pembentukan trombosisi baru setelah pemberian kontras. 6. Penatalaksanaana. Terapi Non Operatif Kaus Kaki Kompresi (Stocking) Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema.Kaus kaki dengan tekanan 20-30 mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal. Pada penelitian didapatkan sekitar 37-47 % pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama 1 tahun setelah menderita DVT mencegah terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang relatif mahal, kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang baik. Pada penelitian randomize controlled trial compression menggunakan stoking (grade I dan II) dibandingkan dengan kontrol penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks VSM dan mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak ada perbedaan terhadap pembentukan varises vena. Skleroterapi Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan kedalam pembuluh darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi endotel yang diikuti dengan pembentukan jaringan fibrotik. Sklerotan yang digunakan saat yaitu ferric chloride, salin hipertonik, polidocanol, iodine gliserin, dan sodium tetradecyl sulphate, namun untuk terapi varises vena safena paling umum digunakan saat ini adalah sodium tetradecyl sulphate dan polidacanol. Kedua bahan ini dipilih karena sedikit menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan warna kulit (penumpukan hemosiderin) yang rendah, dan jarang menimbulkan kerusakan jaringan apabila terjadi ekstravasasi ke jaringan.b. Terapi Minimal Invasif Radiofrekuensi ablasi (RF) Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah dan jaringan sekitar pembuluh darah. Pemanasan ini menyebakan denaturasi protein, kontraksi kolagen dan penutupan vena. Kateter dimasukkan sampai ujung aktif kateter berada sedikit sebelah distal SFJ yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan USG. Ujung kateter menempel pada endotel vena, kemusian energy radiofrekuensi dihantarkan melalui kateter logam untuk memanaskan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Jumlah energy yang diberikan dimonitor melalui sensor termal yang diletakkan di dalam pembuluh darah. Sensor ini berfungsi mngatur suhu yang sesui agar ablasi endotel terjadi. Endovenous Laser Therapy (EVLT) Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah dengan Endovenous laset therapy (EVLT). Keuntungan yang didapat menggunakan pilihan terapi ini adalah dapat dilakukan pada pasien poliklinis di bawah anestesi local. EVLT yang secara luas digunakan menggunakan daya sebesar 10 14 watt. Prosedurnya EVLT menggunakan fibre laser yang dimasukkan ke distal VSM sampai SFJ dibawah control USG.c. Terapi Pembedahan Ambualtory phlebectomy (Stab Avulsion) Teknik yang digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi ukuran kecil dan menggunakan kaitan khusus yang dibuat untuk tujuan ini, prosedur ini dapat digunakan untuk menghilangkan kelompok varises residual setelah dilakukan sphenectomy. Saphectomy Teknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik menggunakan peralatan stripping internal dan teknik invaginasi dengan jalan membalik pembuluh darah dan menariknya menggunakan traksi endovenous, teknik tersebut dapat menurunkan terjadinya cedera pada struktur di sekitarnya.Gambar 5-6. Untuk menghilangkan VSM, sebuah insisi dibuat 2-3 cm sebelah medial lipatan paha untuk melihat SFJ.

B. KONSEP KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN Identitas klien Nama: Ny. N Umur: 28 tahun Jenis kelamin: Perempuan Status kesehatan saat ini Terdapat nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah Terdapat edema pada tumit Pembesaran vena pada betis Pengkajian fisik TD : 120/80 mmHg N: 80x/ menit S: 36,5C P: 26x/ menit KLASIFIKASI DATA Data Subjektif (DS) Klien mengeluhkan nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah Klien mengatakan sering mengalami keram otot pada malam hari Klien mengeluhkan nyeri sejak bulan ke-5 kehamilannya Data Objektif (DO) Tampak edema pada tumit Tampak pembesaran vena pada betis Klien tampak nyeri ANALISA DATADATAETOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

DS: Klien mengeluhkan nyeri dan tegang pada ekstremitas kanan bawah. Klien mengeluhkan nyeri sejak bulan ke-5 kehamilannyaDO: Klien tampak nyeri Tampak pembesaran vena pada betis

Gangguan katup vena

Katup tidak mampu menutup dan menahan aliran refluks.

Nyeri

Nyeri

DS:. Klien mengatakan sering mengalami keram otot pada malam hariDO: Tampak edema pada tumit

Keram otot

Nyeri

Edema

Edema

2. DIAGNOSAa. Nyeri b/d iskemia jaringan sekunderb. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari normal b/d penemuan nutrisi untuk penyembuhan klien c. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya kesadaran pasien yang menyebabkan keadaan yang mengalami penurunan d. Gangguan rasa nyaman b/d pelepasan mediator nyeri yang menyentuh ujung saraf 3. INTERVENSIDIAGNOSAINTERVENSIRASIONAL

1. Nyeri b/d iskemia jaringan sekunder.Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.

1. Kaji derajat nyeri. Catat perilaku melindungi ekstremitas.

2. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

3. Tinggikan ekstremitas yang sakit.

4. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.

5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.1. Derajat nyeri secara langsung berhubungan dengan luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi.2. Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan kontraksi otot dan gerakan.3. Mendorong aliran balik vena untuk memudahkan sirkulasi, menurunkan pembentukan statis.4. Menurunkan/mencegah kelemahan otot, membantu meminimalkan spasme otot.5. Mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan otot

2. Gangguan integritas kulit b/d insufisiensi vaskular.Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.

1. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskoriasi.

2. Kaji ekstremitas untuk penonjolan vena yang jelas.

3. Ubah posisi secara periodik dan hindari pemijatan pada ekstremitas yang sakit.

4. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.

5. Lakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan..1. Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.2. Distensi vena superfisial dapat terjadi pada TVD karena aliran balik melalui vena percabangan.3. Meningkatkan sirkulasi, pemijatan potensial memecahkan/ menyebarkan trombus sehingga menyebabkan embolus.4. Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.5. Meningkatkan vasodilatasi dan aliran balik vena dan perbaikan edema lokal.

3. Gangguan mobilitas fisik b/d keterbatasan aktivitas akibat nyeri.Tujuan : Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.1. Pertahankan posisi tubuh yang tepat.

2. Perhatikan sirkulasi, gerakan, dan sensasi secara sering.

3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif. 4. Jadwalkan aktivitas dan perawatan untuk memberikan periode istirahat yang tidak terganggu.

5. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat pada latihan rentang gerak.

1. Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera), posisi fungsional pada ekstremitas.2. Edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas sehingga potensial terjadinya nekrosis jaringan.3. Meningkatkan pemeliharaan fungsi jaringan.4. Mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan dan toleransi pasien terhadap aktivitas.5. Memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konsisten.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik.Tujuan : Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama.

2. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan makanan yang menarik untuk pasien.3. Berikan diet tinggi kalori/protein dengan tambahan vitamin.

4. Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut.

5. Konsul dengan ahli diet.1. Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi.2. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan memerlukan lebih sedikit energi.3. Membantu memenuhi kebutuhan metabolisme, mempertahankan berat badan dan regenerasi jaringan.4. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.5. Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.

5. Gangguan citra tubuh b/d varises.Tujuan : Peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit.

1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

2. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

3. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

4. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.

5. Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.6. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.1. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.2. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya.3. Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi.4. Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.

5. Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.6. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian dan partisipasi dalam terapi.

4. EVALUASI1. Nyeri hilang atau terkontrol.2. Mempertahankan integritas kulit.3. Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.4. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan.5. Peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit.

HJ.RISNAWATISISTEM KARDIOVASKULER

NAMA DOSEN PEMBIMBING:1) KRISTA MULYANA,S.Kep.,Ns2) MIKAWATI RASYD,S.Kp.,M.Kep3) SITTI SYAMSIAH,S.Kp.,M.Kep4) EVI LUSIANA,S.Kep.Ns

PRODI: S1.KEPERAWATANSTIKES PANAKUKANG MAKASSARANGKATAN 2011

MINGGU IANATOMI DAN FISIOLOGI KARDIOVASKULER

NAMA DOSEN:MIKAWATI RASYD,S.Kp.,M.Kep

MINGGU IIPENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

NAMA DOSEN:SITTI SYAMSIAH,S.Kp.,M.Kep

MINGGU IIIPENYAKIT KATUP JANTUNG

NAMA DOSEN:EVI LUSIANA,S.Kep.Ns

MINGGU IVPENYAKIT PEMBULUH DARAH

NAMA DOSEN:KRISTA MULYANA,S.Kep.,M.Kes