-
Materi Pelajaran PAI SMA/SMK Kelas XII Semester 2
Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas XII Semester
2
BAB 7 Ayat-ayat Al-Qur'an tentang Mengembangkan IPTEK A. Q.S.
Yunus Ayat 101 B. Q.S. Al-Baqarah Ayat 164 C. Penerapan Sikap dan
Perilaku
BAB 8 Iman kepada Qada dan Qadar A. Pengertian Qada dan Qadar B.
Tanda Penghayatan terhadap Iman kepada Qada dan Qadar C. Hikmah
Penghayatan Iman kepada Qada dan Qadar
BAB 9 Perilaku Terpuji: Menjaga Persatuan dan Kerukunan A.Makna
Persatuan dan Kerukunan B. Menjaga Persatuan dan Kerukunan
C.Penerapan Sikap dan Perilaku
BAB 10 Akhlak Tercela: Israf, Tabzir, Gibah, dan Fitnah A.
Ishraf B. Tabzir C. Ghibah D. Fitnah
BAB 11 Hukum Islam tentang Mawaris A. Hukum Islam tentang
Mawaris B. Ketentuan tentang Harta dan Mawaris C. Mawaris di
Indonesia D. Hikmah Mawaris
BAB 12 Perkembangan Islam di Dunia A. Perkembangan Agama,
Politik, dan Ekonomi B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi C. Perkembangan Seni dan Budaya D. Hikmah Perkembangan
Islam di Dunia Tazkirah Imtihan
-
TOLERANSI DAN KERUKUNAN A. Surat Al-Kafirun ayat 1-6
Artinya : Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,; Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah.; Dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang Aku sembah.; Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah,; Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang Aku sembah.; Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
B. Surat Yunus ayat 40
Artinya: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al
Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman
kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah:
Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap
apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Yunus [10]: 40-41)
1. Kerukunan Umat Beragama
a. Kerukunan Intern Umat Beragama
Agama Islam sejak diturunkan oleh Allah SWT, menjadi pelopor
dalam melaksanakan tasamuh, tenggang rasa atau toleransi dalam
beragama, baik terhadap sesama pemeluk satu agama dan pemeluk agama
lain. Sejarah membuktikan bahwa di mana agama Islam tersiar,
misalnya di Mesir, Palestina hingga ke Indonesia tidak satu pun
bangunan rumah ibadat maupun tata cara peribadatan umat lain
terganggu, gereja Kristen Orthodox di Iskandariyah, rumah-rumah
ibadah Yahudi (Synagoge) beserta para rahibnya termasuk candi-candi
hingga saat ini tetap berdiri megah tak diganggu. Semua itu karena
keislaman seseorang tidak boleh terjadi karena paksaan, melainkan
harus dilandasi kesadaran pribadi memasuki jalan selamat jalan
Ilahi Rabbi. Firman Allah SWT.
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al Baqarah [2]: 256)
BAB 1
-
Dan jalan mengajak kepada keimanan pun telah diaturnya.
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An Nahl [16]: 125)
Seseorang yang telah memeluk agama Islam meka sejak itu dia
menjadi bagian yang utuh dari umat nabi Muhammad SAW. Di samping
itu diajarkan pula oleh nabi bahwa kewajiban seorang muslim
terhadap muslim lainnya (dalam kehidupan sehari-hari) ada lima,
yaitu menyebarkan salam, membesuk saudaranya yang sakit,
mengantarkan mayat ke kubur, menghadiri undangan, dan mendoakan
orang yang bersin. Allah menggambarkan identitas Nabi Muhammad SAW
beserta umatnya dengan firman.
Artiya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak
pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena
Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan
dan pahala yang besar. (Q.S. Al Fath [48]: 29)
Begitulah tata pergaulan muslim berdasarkan petunjuk Allah dan
rasulnya. Mereka tegas dan tegar dalam urusan tauhid tanpa kompromi
terhadap paham-paham syirik, demikian pula dalam bidang ibadah,
syariat dan akhlak. Karena dengan begitu keteguhan dalam beragama
dapat dijaga tanpa harus menyerupa-nyerupakan diri dengan maksud
mencari tambahan teman. Dengan sesama muslim mereka saling bahu
membahu, bergotong royong mengatasi berbagai persoalan hidup,
sebagaimana dipraktekkan para sahabat Anshor (penduduk asli
Madinah) dan kaum Muhajirin (yang baru datang berhijrah dari
Mekkah). Mereka datang hanya berbekal iman di dada, sedangkan harta
milik satu-satunya hanyalah pakaian yang melekat di badan, semua
ditinggalkan demi menyelamatkan aqidah yang di negeri sendiri tidak
aman melaksanakannya.
-
Kemudian sahabat Anshor menyongsong saudaranya yang seiman itu
dengan tangan terbuka, diantara mereka ada yang menyerahkan
sebagian harta bendanya, ada yang menyilahkan menempati sebagian
rumah miliknya, dan banyak lagi contoh-contoh pengorbanan yang
mereka lakukan. Mereka sadara bahwa harta yang dipunyai adalah
titipan Allah yanng apabila dimanfaatkan untuk perjuangan akan
berlipat ganda nilainya, sebagai bekal hidup abadi kelak. Allah
berfirman.
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al
Hujurat [49]:13)
Dari ayat tersebut terkandung pelajaran yang amat berharga bagi
kita, yakni manusia terlahir dalam berbagai suku bangsa (ras)
maupun kebangsaan (nation). Semua itu dimaksudkan agar mereka
menjalin komunikasi, bukan saling mengunggulkan ras masing-masing,
karena didepan Allah hanya yang paling bertakwalah yang paling
utama. Mengapa demikian? Karena tak satupun bangsa di dunia ini
yang mampu mencukupi segala kebutuhannya. Oleh karena itu,
hendaklah dalam hidup ini perlu diciptakan adanya saling
menghidupi, melengkapi (simbiosis mutualisme). Lebih dari itu,
dalam Islam seorang muslim memiliki kebebasan berfikir dan
menyatakan pendapat sebagai salah satu hak asasi. Seorang muslim
yang lain tak perlu berkecil hati menghadapi perbedaan pendapat
umat tentang masalah-masalah agama yang disebut ikhtilaf, baik
dalam bidang hukum fiqih maupun maslaah yang menyinggung bidang
aqidah. Perbedaan paham dikalangan umat tidak boleh ditutup dengan
alasan ketenangan, kerukunan dan sebagainya.
Risalah Nabi Muhammad SAW menghendaki perkembangan, penelitian
ilmiah, pemahaman yang mendalam untuk menambah keimanan dan
selanjutnya diamalkan. Maka dibukalah pintu ijtihad untuk
masalah-masalah tertentu dalam memenuhi perkembangan zaman yang
terus beredar. Hasil taffaquh fiddien dan ijtihad tidak mustahil
menghasilkan pendapat yang berbeda-beda (ikhtilaf). Agama Islam
tidak melarang terjadinya ikhtilaf, yang terlarang justru perbuatan
jumud (beku) dan tafarruq atau berpecah belah, yang kedua-duanya
tak perlu dipilih. Ikhtilaf (perbedaan paham) tidak semata-mata
menimbulkan tafarruq (perpecahan).
Para sahabat nabi juga pernah terjadi ikhtilaf, misalnya
perbedaan faham dalam masalah-masalah fiqih, tetapi mereka tidak
berpecah belah, karena berpegang kepada petunjuk risalah itu
sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An Nisa
[4]: 59)
-
Demikian pula dicontohkan oleh para imam mahzab, Yakni Imam
syafii, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal. Mereka
para imam mahzab tidak seorang pun yang mengemukakan pendapatnyalah
yang paling benar, bahkan beliau-beliau senantiasa menutup tiap
fatwanya dengan ungkapan Wallahu alamu, seperti ungkapan inilah
pendapatku tentang hasil ijtihadku, dengan sekuat daya ilmuku.
Namun demikian, Allah jualah yang lebih mengetahui tentang
kebenaran. Begitu indah contoh tauladan dari imam mujtahid kepada
masyarakat dalam memeras otak mencari kebenaran, sehingga perbedaan
pendapat umat tidak perlu menimbulkan perpecahan, justru memprekaya
khasanah perbendaharaan pengetahuan umat akan nilai-nilai yang
terkandung didalam ajaran Islam, begitu pula hendaknya setiap
pemeluk agama dapat menyikapi perbedaan-perbedaan yang terjadi.
Karena dari situlah tampak kemuliaan umat Islam dimuka bumi, yaitu
memilki sikap Tasamuh, tenggang rasa dan tepa selira yang adi
luhung. Dan tempat kembalinya hanya kepada Allah saja. Firma Allah
SWT.
Artinya : Katakanlah: Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua,
kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan
Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui. (QS Saba [34]:
26).
b. Kerukunan Antar Umat Beragama
Di muka telah dijelaskan mengenai bagaimana seharusnya kita
bergaul dengan sesama saudara seagama, dan bagaimana pula sikap
kita terhadap umat agama yang berbeda? Perlu disadari bahwa hidup
dan kehidupan dunia senantiasa bersifat majemuk, tidak mungkin
setiap orang akan memilki pandangan yang sama terhadap suatu
masalah termasuk dalam hal beragama. Agama Islam mengakui bahwa
keimanan seseorang terkait dengan hidayah (petunjuk dari Allah)
SWT, bukan hasil rekayasa manusia. Kita hanya bertugas untuk
berdakwah menyampaikan kebenaran ajaran Allah yang mampu dilakukan,
dengan menggunakan Qaulan Balig atau hingga menjangkau lubuk hati
secara bijaksana, mengenai hasilnya kita serahkan kepada Allah
SWT.
Kemudian kepada saudara yang tidak seiman tetap ada kewajiban
yang mesti ditunaikan dan dijaga, yaitu kehormatannya, harta
bendanya serta hak-hak privasinya sepanjang mereka tidak mengganggu
aqidah dan pelaksanaan ibadah kita. Mereka berhak untuk bekerjasama
menciptakan linkungan yang sehat, bersih, indah dan aman bagi
setiap anggota masyarakat di lingkungannya. Negara kita
bverpenduduk jutaan jiwa dengan memeluk berbagai agama, sebagaimana
terjadi hampir di setiap negara, ada yang beragama Islam, Kristen
Protestan, katholik, Budha, Hindu, dan lain-lainnya. Kepada pemeluk
suatu agama diprsilahkan maisng-masing untuk melaksanakan ibadah
sesuai dengan kepercayaannya itu secara khidmat dan khusyuk. Dan
bagi pemeluk agama yang lain ridak mengganggunya atau
mencampurinya. Juga jangan memaksakan keyakinannya kepada orang
lain. Dalam pergaulan hidup antanr umat beragama ini, Allah telah
memberikan tuntunan kepada umat Islam dengan firmannya.
Artinya : 1. Katakanlah: Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku. (QS Al Kafirun : 1-6)
Surat Al Kafirun ayat 1 : 6 di atas menjadi pedoman pokok bagi
umat Islam dalam rangka membina toleransi antar umat beragama,
sejak zaman nabi Muhammad SAW, hingga akhir zaman. Adapun
sebab-sebab turunnya surat ini adalah lantaran pemuka Quraisy
diantaranya Walid bin
-
Mughirah, Ash bin Waail, Aswad bin Abdul Muthalib, dan Umayah
bin Khalaf datang menemui Rasullah SAW mengajak kompromi dalam
beragama, satu tahun beribadah bersama mereka, tahun berikutnya
gantian mereka mengikuti ibadah agama Islam. Seperti diketahui
bahwa sebelum tawaran tersebut telah mereka gunakan berbagai
kekerasan dan intimidasi untuk mencegah dakwah Islamiyah yang
dilakukan nabi, ternyata hasilnya nihil , maka cara itu dicoba
tawarkan kepada beliau. Ternyata tawaran itu ditolak oleh Allah dan
rasulnya karena beberapa hal sebagai berikut.
1. Mereka tidak menyembah tuhan yang kita sembah, mereka
menyembah tuhan yang membutuhkan pembantu.
2. Sifat-sifat tuhan yang mereka sembah berbeda dengan
sifat-sifat tuhan yang kita sembah 3. Cara beribadahnya pun berbeda
jauh dengan cara kita beribadah.
Karenanya Allah mengancam orang-orang kafir dengan
firmannya:
Artinya : Katakanlah: Apakah kamu memperdebatkan dengan kami
tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi
kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya
kami mengikhlaskan hati. (Q.S. Al Baqarah [2]:139).
Begitulah Allah membimbing Rasullah SAW berserta umatnya agar
tidak mencampur-adukkan aqidah maupun ibadah dengan aqidah dan
ibadah. Lebih dari itu masing-masing pemeluk agama dipersilahkan
melaksanakan apa yang diyakininya tanpa saling mempengaruhi. Sebab
masalah agama merupakan maslaah yang peka (sensitif/mudah timbul
ketersinggungan), maka tiap umat beragama hendaknya berusaha
menjaga kerukunan dan keutuhan sebagai bangsa yang cinta damai
ini.
Satu hal yang juga perlu mendapatkan perhatian dan kehati-hatian
serta kewaspadaan, terutama oleh para pemuka tiap-tiap pemuka
agama, yaitu dalam rangka memperingati hari-hari besar agama,
hendaklah hanya melibatkan pemeluk agama yang bersangkutan saja,
jangan sampai pemeluk agama lain ikut dilibatkan. Hal yang demikian
bertentangan dengan semangat kerukunan umat beragama itusendiri.
Jadi, misalnya peringatan maulid nabi Muhammad SAW, natal, waisak,
nyepi dan sebagainya. Semua peringatan-peringatan itu hanya diikuti
oleh pemeluk agama yang bersangkutan saja agar tidak menimbulkan
keresahan hidup berdampingan, tidak campur aduk satu sama
lain.dengan demikian, yang harus rukun itu umat beragamanya dalam
rangka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bukan ajaran
agamanya.
c. Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah
Allah berfirman dalam Al Quran surat An Nisa : 59.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An Nisa
[4]: 59)
Ayat diatas membimbing umat Islam, apabila mereka bercita-cita
agar hidupnya bahagia didunia dan akhirat maka wajib baginya
manaati segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan
Rasulnya. Dalam hidup berbangsa dan bernegarajuga diajarkan supaya
menaati ulil amri
-
(penguasa) yang taat kepada Allah dan rasulnya, termasuk segala
peraturan perundang-perundangan yang dibuatnya sepanjang tidak
dimaksudkan untuk menentang kepada ketetapan Allah dan rasulnya.
Berangkat dari situ maka tidak halangan bagi orang mukmin maupun
sesama pemeluk agama untuk tidak mentaati pemerintah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia memang bukan negara agama,
artinya negara tidak mendasarkan kehidupan kenegaraannya pada sakah
satu agama atau theokratis. Tetapi, pemerintah berkewajiban
melayani dan menyediakan kemudahan-kemudahan bagi agama-agama
Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha serta memikul
tugas kerukunan hidup umat beragama. Undang Undang Dasar 1945 bab
IX Pasal 19 Ayat (1) menyiratkan bahwa agama dan syariat agama
dihormati dan didudukkan dalam nilai asasi kehidupan bangsa dan
negara. Dan setiap pemeluk agama bebas menganut agamnya dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bangsa Indonesia sejak dahulu kala dikenal sebagai bangsa yang
religius, atau tepatnya sebagai bangsa yang beriman kepada tuhan,
meski pengamalan syariat agama dalam kehidupan sehari-hari belum
intensif, namun dalam praktek kehidupan sosial dan kenegaraan sulit
dipisahkan dari pengaruh nilai-nilai dan nornma keagamaan. Bahkan,
dalam rangka dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dalam
sektor agama termasuk salah satu modal dasar, yakni modal rohaniah
dan mental. Hal ini dapat dibuktikan mengenai pengaruh agama dalam
kehidupan bangsa Indonesia yang sangat besar, yaitu sentuhan dan
pengaruhnya tampak dirasakan memberi bekas yang mendalam pada corak
kebudayaan Indonesia. Bahkan, ketahanan nasional juga harus
berangkat dengan dukungan umat beragama, artinya bagaimana agar
kaum beragama mempunyai kemampuan dan gairah untuk tampil dan
kreatif membina dan meningkatkan ketahanan nasional khususnya, dan
pembinaan sosial budaya pada umumnya sehingga nilai-nilai agama dan
peranan umat beragama benar-benar dirasakan dan mempengaruhi
pertumbuhan masyarakat.
2. Peranan pemerintah dalam rangka membina kehidupan beragama
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, pemerintah
pada tanggal 3
Januari 1946 menetapkan berdirinya Departemen Agama RI dengan
tugas pokok, yaitu menyelenggarakan sebagian dari tugas umum
pemerintah dan pembangunan dalam bidang agama. Penyelenggaraan
tugas pokok Departemen Agama itu,diantara lain berbentuk bimbingan,
pemnbinaan dan pelayanan terhadapa kehidupan beragama, sama sekali
tidak mencampuri maslah aqidah dan kehidupan intern masing-masing
agama dan pemeluknya. Namun, pemerintah perlu mengatur kehidupan
ekstern mereka, yaitu dalam hubungan kenegaraan dan kehidupan antar
pemeluk agama yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada buku Pedoman dasar Kehidupan Beragama tahun 1985-1986 Bab
IV halaman 49 disebutkan hal-hal sebagai berikut. a). Kerukunan
hidup beragama adalah proses yang dinamis yang berlangsung sejalan
dengan
pertumbuhan masyarakat itu sendiri b). Pembinaan kerukunan hidup
beragama adalah upaya yang dilaksanakan secara sadar,
berencana,
terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kerukunan hidup beragama dengan : 1) menanamkan pengertian akan
nilai kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung
kerukunan hidup beragama. 2) mengusahakan lingkungan dan keadaan
yang mampu menunjang sikap dan tingkah laku yang
mengarah kepadakerukunan hidup beragama. 3) menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan kerukunan
hidup beragama.
-
ETOS KERJA
c). Kondisi umat beragama di Indonesia. Pelaksanaan pembinaan
kerukunan hidup beragama dimaksudkan agar umat beragama mampu
menjadi subjek pembangunan yang bertanggung jawab, khususnya
pembinaan kerukunan hidup beragama. Umat beragama indinesia
mempunyai kondisi yang positif untuk terus dikembangkan, yaitu 1)
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha esa 2) kepercayaan kepada
kehidupan di hari kemudian 3) memandang sesuatu selalu melihat dua
aspek, yaitu aspek dunia dan akhirat 4) kesediaan untuk hidup
sederhana dan berkorban 5) senantiasa memegang teguh pendirian yang
berkaitan dengan aqidah agama
3. Hambatan-hambatan dalam menciptakan kerukunan umat beragama
a) Semakin meningkat kecenderungan umat beragama untuk mengejar
jumlah (kuantitas) pemeluk
agama dalam menyebarkan agama dari pada mengejar kualitas umat
beragama. b) Kondisi sosial budaya masyarakat yang membawa umat
mudah melakukan otak-atik terhadap apa
yang ia terima, sehingga kerukunan dapat tercipta tetapi agama
itu kehilangan arti, fungsi maupun maknanya
c) Keinginan mendirikan rumah ibadah tanpa memperhatikan jumlah
pemeluk agama setempat sehingga menyinggung perasaan umat beragama
yang memang mayoritas di tempat itu
d) Menggunakan mayoritas sebagai sarana penyelesaian sehingga
akan menimbulkan masalah. Misalnya, pemilikan dana dan fasilitas
pendidikan untuk memaksakan kehendaknya pada murid yang belajar
e) Makin bergesarnya pola hidup berdasarkan kekeluargaan atau
gotong royong ke arah kehidupan individualistis
Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup, entah hal itu disadari
atau tidak. Pandangan hidup
yang dimiliki suatu bangsa itu khas dan mempengaruhi bagaimana
prilaku dan budaya bangsa yang bersangkutan. Semangat kerja pun
dipengaruhi oleh pandangan hidup sehingga dalam kajian tentang
suatu masyarakat dikenal istilah etos kerja, yaitu semangat kerja
yang menjadi ciri khas dan keyakinan seorang atau suatu
kelompok.
Demikian pula dengan Islam yang mempunyai ajaran tertentu.
Pandangan Islam atau pemeluknya tentang hubungan manusia dengan
Tuhan juga mempengaruhi etos kerja orang yang bersangkutan. Orang
yang berpandangan bahwa Allah menentukan nasib semua manusia dan
manusia tidak diberi kekuasaan untuk mengubahnya tentu akan
mengakibatkan tingkat etos kerjanya rendah. Sebaliknya, orang yang
berpandangan bahwa Allah memberi kebebasan manusia untuk mengubah
nasibnya sendiri tentu akan mengakibatkan etos kerja yang
tinggi.
A. Pengertian Etos Kerja Etos kerja ialah suatu sikap jiwa
seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan
perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan
sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena
motivasi kebutuhan atau karena tanggungjawab yang tinggi.
B. Sikap Kerja Keras
Sikap kerja keras dan berusaha untuk mengubah nasib, rajin, dan
sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan merupakan anjuran dan
kewajiban bagi insan yang beragama Islam. Agama
BAB 2
-
merupakan motivasi dan sumber gerak serta dinamika dalam
mewujudkan etos kerja. Islam menyuruh manusia untuk bekerja dan
mengubah nasibnya sendiri. Manusia wajib berusaha dan berikhtiar
untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masing-masing.
Memang hanya manusia yang mau berusaha, bekerja keras, dan
sungguh-sungguh yang akan meraih prestasi, baik kesuksesan hidup di
dunia maupun di akhirat. Ada beberapa sikap mental yang
mencerminkan sikap ini antara lain:
1. Proaktif, yaitu sikap yang ingin mengubah lingkungan,
mengubah keadaan yang ada, atau membuat suasana lebih kondusif.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Raad ayat 11 berbunyi:
Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar Raad
[13]: 11).
2. Memulai suatu pekerjaan dengan setelah sempurna dalam
pikiran. Kegiatan seperti ini kegiatan yang mengacu kepada visi,
misi dan tujuan yang ingin dicapai
dari kegiatan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa pekerjaan
tersebut tergantung niat masing-masing. Usaha itu akan dipengaruhi
kesungguhan mengerjakan dan niatnya sesuai denga Firman Allah dalam
Al Quran yang berbunyi sebagai berikut.
Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya.(Q.S. An Najm [53]:39).
Dengan keterangan ayat di atas maka jelaslah bahwa manusia
mempunyai keharusan untuk berusaha dan mampu mengubah kondisi
sendiri dari kemunduran dan keterbelakangan untuk menuju kepada
kemajuan. Suatu prestasi kerja dan keberuntungan tidak dapat diraih
dengan mudah oleh seseorang, melainkan melalui usaha dan kerja
keras yang dibarengi idealisme dan optimisme yang tinggi. Bekerja
keras bagi manusia merupakan keharusan dan panggilan hidup manusia.
Jika kita berusaha dengan baik serta diiringi dengan hati yang
ikhlas karena Allah maka hal itu termasuk ibadah dan perbuatan yang
berpahala.
3. Selesai mengerjakan suatu pekerjaan beralihlah kepada yang
lain
Kita harus selalu mengatur waktu untuk mengerjakan pekerjaan
sehingga tidak ada waktu yang terbuang, membuat nilai waktu itu
maksimal, baik untuk urusan dunia ataupun akhirat. Karena waktu itu
laksana pedang apabila kita tidak menggunakannya ia akan memotong
kita tanpa menunggu, waktu tak pernah berhenti. Sesuai Firman Allah
dalam surat Al-Insyirah ayat 6 dan 7 berbunyi:
-
Artinya: Maka apabila telah menyelesaikan suatu urusan,
kerjakanlah urusan yang lain, dan kepada Tuhanmu gemar dan
berharaplah! ( Q.S. Al-Insyirah [94]: 7-8 ).
4. Mewujudkan Sinergi, saling bekerjasama mencapai tujuan.
Kejelekan yang terorganisir bisa mengalahkan kebaikan yang tidak
terorganisir. Itu rahasia mengapa Rasulullah mendidik umat untuk
selalu berjamaah dalam sholat. Kerjaaan yang berat bila digotong
bersama-sama akan menjadi ringan, pekerjaan yang susah akan menjadi
mudah.
5. Sibuk memperbaiki diri sendiri, tidak memiliki waktu untuk
mencela orang lain.
Dalam Islam setiap perbuatan manusia mempunyai nilai positif
bagi kehidupan manusia. Karena itu setiap muslim tatkala melakukan
kegiatan, harus ada nilai tambah yang bermanfaat, baik bagi dirinya
ataupun orang lain. Inilah yang dinamakan amal shaleh. Ratusan kali
Al Quran mengulang-ulang kalimat amal shaleh, hal ini menunjukkan
betapa kerja keras mendapatkan perhatian yang sangat penting bagi
kehidupan setiap muslim.
Al Quran menggambarkan bahwa manusia memiliki peran besar yang
dapat membawa kebangkitan dan keruntuhan jalannya sejarah. Peran
penting ini didasari karena manusia memiliki unsur-unsur yang
menyatu luar dan dalam sehingga perubahan sejarah dan kehidupan
manusia sendiri berada dipundaknya. Unsur luar adalah jasmani dan
bentuk lahiriah, sedangkan unsur dalam adalah perpaduan antara
pandangan hidup, tekad, kehendaknya. Meskipun kedua unsur itu harus
sama mendapat pembinaan, namun Al Quran menekankan bahwa unsur
dalam harus dapat perhatian lebih. Allah Berfirman sebagai
berikut:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu
kaum sampai mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka (
Q.S. Ar. Raad [13]: 11)
Berdasarkan ayat ini, keberhasilan atau kegagalan tergantung
pandangan hidup yang dimilikinya. Ada yang terbatas, sempit dan
sementara namun ada juga yang luas dan jauh kedepan. Bagi muslim
diajarkan untuk memiliki pandangan hidup yang mendunia dan
berwawasan keakhiratan.
C. Produktivitas Kerja
Manusia sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai
keinginan untuk meningkatkan kemajuan serta taraf hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan hidupnya selalu ingin terpenuhi dengan berbagai
macam cara. Supaya keinginan tersebut tercapai dengan baik, Allah
memerintahkan kepada mahkluk-Nya agar berusaha dan berkarya supaya
mendapatkan rezeki yang halal dan tayyibah (baik) sebagaimana
diisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut.
-
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu Mengetahui. Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al Jumuah
[62]: 10)
Dalam ayat lain Allah menjelaskan:
Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan)
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. Al
Insyirah :7)
Kedua ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu
bukan hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki
itu pun termasuk ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan hanya
mencari keridaan Allah semata. Kemudian, kita harus rajin dan
sungguh-sungguh dalam bekerja.
Dalam ayat tersebut juga tersirat dengan jelas bahwa kita tidak
boleh kosong dari kegiatan. Kita harus aktif karena pekerjaan yang
kita lakukan harus bervariasi agar kejenuhan tidak hinggap pada
diri kita. Itulah sebabnya Allah mengingatkan kita agar kita rajin
dan sungguh-sungguh serta berusaha untuk maju sesuai dengan
kemampuan kita sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini.
Artinya: Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah Saw:
Biarkanlah aku, selama aku membiarkan dalam kebebasanmu, maka
sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat yang sebelummu
dahulu, karena kebanyakan pertanyaan mereka dan menyalahi pada para
nabi-nabi mereka. Maka apabila aku mencegah kamu sesuatu
tinggalkanlah perkara itu. Dan jika aku perintahkan suatu perintah,
kerjakanlah sekuat tenagamu. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut memperjelas keharusan untuk rajin dan
sungguh-sungguh dalam mekakukan suatu kegiatan atau pekerjaan
sesuai dengan kemampuan sehingga pekerjaan itu memiliki nilai
produktivitas yang tinggi. Bukan saja yang melakukan pekerjaan itu
yang untung, tetapi keuntungan tersebut. Keuntungan yang diraih
seseorang itu ada bagian bagi orang lain. Apakah itu keuntungan
dari bertani atau berdagang, dan sebagainya, seperti dengan zakat
dan infak.
Kerja produktif adalah kerja yang menghasilkan nilai tambah.
Produktifitas kerja berkaitan dengan hasil yang lebih besar
ketimbang sumber daya yang ada. Jika banyak orang senaga tenaga
kerja, tetapi sedikit hasil maka yang demikian disebut tidak
produktif. Semangat dalam bekerja adalah modal utama dalam
produktifitas. Semangat dalam bekerja harus menjadi ciri khas
(etos) setiap muslim karena dewasa ini umat Islam berada pada
keterbelakangan. Tanpa etos kerja yang tinggi sulit sekali dicapai
produktifitas dalam bekerja.
D. Memacu Perubahan Sosial untuk Kemajuan
Banyak orang mengatakan bahwa di dunia penuh kebaikan, tetapi
tidak ada biji jagung yang berisi bisa diperoleh oleh manusia tanpa
bersusah payah terlebih dahulu untuk menanamnya. Janganlah kita
bermimpi hari ini akan memetik padi, jika hari kemaren kita tidak
pernah menanamnya.
Kemudian ada baiknya kita perhatikan kata-kata hikmah berikut
ini. Kebaikan hari ini ditentukan oleh kebaikan hari kemaren, dan
kebaikan hari esok ditentukan oleh kebaikan hari ini,Dengan
demikian, kita sebagai insan sosial senantiasa memacu diri dan
memanfaatkan waktu dengan pekerjaan dan perbuatan yang beermanfaat,
guna mempersiapkan hari esok yang lebih baik dan cerah. Firman
Allah SWT
-
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan beramal saleh dan
saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati
supaya menepati kebenaran. (Q.S. Al-Asyr:1-3)
Umat Islam ketinggalan dalam banyak bidang, terutama dalam hal
ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan tertinggal dalam bidang
ekonomi. Ketertinggalan tersebut sebenarnya disebabkan oleh dua
faktor. Pertama, faktor eksternal atau faktor luar, seperti
penjajahan dengan segala bentuknya dan juga faktor ekologi. Kedua,
faktor internal, faktor yang besar pengaruhnya, seperti kebudayaan,
yaitu nilai-nilai, norma, keyakinan, dan pengetahuan umat Islam
yang masih terbelakang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
dilakukan pembaharuan atau pembangunan yang mencakup mental
spritual serta material. Pembangunan inilah yang mendorong atau
memacu perubahan masyarakat (sosial) menuju kemajuan atau modern.
Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan itu
pada gilirannya akan memacu umat Islam karena sebagian besar bangsa
ini umat Islam.
Kesimpulan
1. Memiliki etos kerja dan semangat bekerja keras merupakan
ajaran agama. Agama merupakan motivasi dan sumber gerak yang
dinamis untuk mencapai suatu kemajuan. Agama melarang pemeluknya
malas, boros, berlebihan dan sikap hedonisme ( berfoya-foya). Oleh
sebab itu, umat yang beragama hendaknya selalu bekerja keras,
selalu ingin maju, dinamis dan produktif.
2. Manusia sebagai insan invidual dituntut beribadah kepada
Allah dan beramal saleh. Beribadah dan beramal saleh hendaknya
dilandasi dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah
semata. Disamping itu , kita diperintah untuk mencari rezeki dan
kurnia Allah. Kurni Allah dan rezeki tersebut, akan dapat diraih
dengan baik, jika kita bekerja keras. Bekerja keras melahirkan
produktifitas, baik pada tingkat individual, sosial dan
sebagainya.
3. Manusia sebagai insan sosial hendaknya memperkuat kelompok
dan memperkukuh persaudaraan serta kekompakan di antara anggota
sosial tersebut. Dengan demikian, prestasi kerja dan kemajuan akan
lebih mudah didapat jika dilakukan bersama-sama dengan modal
kekompakan dalam suatu ikatan sosial.
IMAN KEPADA HARI AKHIR A. HARI KIAMAT
BAB 3
-
1. Peristiwa Hari Akhir
Kapan terjadinya Hari Akhir? Tidak ada seorang pun, bahkan satu
mahkluk pun yang dapat mengetahui waktu terjadinya Hari akhir,
kecuali Allah SWT.Di dalam al Quran disebutkan :
Artinya : Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah
terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat
itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat
(huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu
tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu
adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
Mengetahui".(Q.S. Al-Araf [7] :187)
Walaupun kedatangan Hari Akhir atau (kiamat) tidak dapat
diketahui, namun kita wajib mempercayainya, bahwa Hari Akhir itu
akan terjadi dan dialami oleh seluruh manusia. Peristiwa Hari Akhir
yang sering juga disebut Hari Kiamat didahului dengan ditiupnya
sangkakala pertanda akan musnahnya alam semesta. Pada saat itu
seluruh mahkluk, seperti manusia, binatang, tumbuh- tumbuhan,
gunung-gunung, laut, langit, semuanya menjadi kacau balau dan
hancur, Firman Allah :
Artinya : Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan
diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya
sekali bentur. Maka pada hari itu turjadilah Hari Kiamat. (Q.S.
Al-Haqqah [69]: 13-15)
Artinya : Hari Kiamat, apakah Hari Kiamat itu? Tahukah kamu
apakah hari kiamat itu?Pada hari itu manusia adalah seperti
anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu
yang dihamburkan-hamburkan. (Q.S. Al Qaariah [101]: 1-5)
Ayat-ayat Al Quran di atas menerangkan bahwa peristiwa Hari
Kiamat atau Hari Akhir adalah peristiwa yang benar-benar dahysyat.
Pada saat bumi dan langit digoncang, setiap orang sibuk dengan
dirinya sendiri. Orang tua tidak dapat menolong anaknya, sebaliknya
anak tidak dapat membantu orang tuanya. Setelah kejadian itu semua
mahkluk yang bernyawa menemui ajalnya. Setelah semua mahkluk hidup
di dunia menemui ajalnya, maka malaikat isrofil meniup sangkakala
sekali lagi. Tiupan sangkakala yang kedua ini Allah menghendaki
agar semua manusia bangkit
-
kembali. Setelah semua manusia dibangunkan kembali, lalu
dikumpulkan di padang mahsyar untuk menjalani pemeriksaan tentang
amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia. Pemeriksaan
ini berjalan dengan tertib dan adil. Setiap manusia menerima buku
catatan atau rekaman yang lengkap tentang amal perbuatan selama
hidup di dunia. Dihadapan pengadilan Allah ini manusia tidak bisa
berbohong, karena mulut mereka dibungkam, yang menjawab pertanyaan
adalah anggota badan yang lain. Sekecil apa juga, sekecil apapun
perbuatan jahat akan terlihat dan mendapat balasan. Demikian juga,
sekecil apapun kebaikan yang diperbuat manusia akan terlihat dan
mendapat imbalannya. Firman Allah :
Artinya : Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula. (Q.S. Al-Zalzalah [99] : 7-8)
Setelah pengadilan Allah selesai, orang-orang yang beruntung
karena banyak melakukan amal shaleh, ditempatkan di Syurga.
Sedangkan orang-orang yang celaka, karena banyak melakukan
perbuatan dosa ditempatkan di Neraka. Iman kepada hari akhir adalah
mempercayai dengan sepenuh hati terhadap perubahan yang dahsyat
yang terjadi pada alam semesta ini. Perubahan ini merupakan tanda
berakhirnya kehidupan dunia yang fana dan dimulainya kehidupan
akhirat yang kekal. Mengenai adanya kehancuran total dunia yang
fana ini dan adanya kehidupan di akhirat diketahui melalui firman
Allah dalam Al-Quran dan hadits. Akal yang sehat pasti dapat
menerima dan meyakininya. Karena hal tersebut sangat mungkin
terjadi, kehancuran total yang meliputi seluruh isi alam ini
bukanlah suatu yang mustahil, dan bukan pula sesuatu yang menyimpan
dari akal yang sehat.
Para ahli ilmu alam telah sepakat, bahwa sesuatu yang baru
(makhluk) pasti ada awalnya dan suatu saat akan sampai kepada batas
akhirnya. Masa pun akan berputar menurut putarannya yang wajar dan
pasti, sehingga akhirnya akan sampailah kepada masa kerusakan dan
kepunahannya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat
contoh-contoh tentang kehancuran dan kematian, salah satunya adalah
sebatang pohon. Sebatang pohon berasal dari sebuah biji, tumbuh
sebagai pohon yang kecil, kemudian besar, pohon tua, pada saatnya
pohon akan kering dan mati, akhirnya hancur menyatu dengan tanah.
Mengenai adanya kehidupan setelah kematian, juga bukanlah hal yang
mustahil, karena perumpamaan banyak kita peroleh dalam kehidupan
kita sehari-hari, salah satunya adalah tidur dan bangun tidur.
Setiap malam kita tidur, selama tidur kita tidak ingat apa-apa
,tidak sadarkan diri. Pagi-pagi kita bangun kembali, kita sadar.
Kematian tak obahnya seperti tidur panjang, suatu saat pasti akan
bangun kembali, yakni di akhirat. Percaya kepada Hari Akhir adalah
benar-benar suatu ajaran yang datangnya dari Allah SWT, karena
sebelumnya tidak ada seorang pun yang membicarakan rusaknya alam
semesta ini sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Quran.
2. Nama-nama Hari Akhir
Di dalam Al Quran banyak disebutkan nama Hari Akhir yang
dipergunakan untuk menyebutkan peristiwa yang berkaitan dengan hari
akhir. Di antara nama-nama itu adalah : a. Yaumul Akhir, artinya
hari yang terakkhir h. Yaumul Jami artinya hari berkumpul b. Yaumul
Qiyamah artinya hari penghancuran i. Yaumul Khulud artinya hari
kekekalan c. Yaumul Hasrah, artinya hari penyesalan j. Yaumul
Fashli artinya hari perpisahan d. Yaumul Baats artinya hari
kebangkitan k. Yaumul Waid artinya hari terlaksananya
ancaman e. Yaumul Hisab artinya hari perhitungan l. Yaumul
Khuruj artinya hari keluar dari kubur
-
f. Yaumud Din artinya hari pembalasan m. Yaumut Taghabun artinya
hari tampanya kesalahan
g. Yaumul Haq artinya hari yang pasti terjadi
3. Tanda-tanda Hari Kiamat
Tanda-tanda hari kiyamat telah dekat Berdasarkan keterangan dari
ayat-ayat Al-Quran dan hadist nabi, Hari Akhir atau Hari Kiamat
akan terjadi dengan didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda datangnya
Hari Akhir itu antara lain : a. Terpecahnya bulan, sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Qamar ayat 1 yang artinya : Telah
dekat (datangnya) saat itu telah terbelah bulan. b. Munculnya
binatang yang berbicara dengan manusia. Dalam surat An-Naml ayat 82
disebutkan
yang artinya sebagai berikut : Dan apabila perkataan telah jatuh
atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang
akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu
tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.
c. Kekacauan dan kejahatan semakin meningkat serta banyak
terjadi pembunuhan, seperti diceritakan dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya sebagai berikut : Kiamat
tidak akan terjadi, kecuali hingga terjadi banyak hari. Apakah hari
itu ya, Rasulullah? Beliau menjawab : Bunuh membunuh.
d. Turunnya dajjal (orang-orang pendusta). e. Matahari terbit
dari sebelah barat. f. Munculnya yajuj dan majuj (umat yang suka
merusak dan menghancurkan).
Mengenai beberapa tanda Hari kiamat ini disebutkan dalam sebuah
hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dari Hudzaifah
bin Asid Al Ghiffari yang artinya sebagai berikut :Rasulullah SAW
menengok kami sedang berbincang-bincang, seraya bertanya, Apa yang
sedang kalian perbincangkan? Jawab para sahabat, Kami sedang
berbincang-bincang tentang Hari Kiamat. Beliau bersabda, Kiamat
tidak akan terjadi sebelum terlihat sepuluh macam tanda : (1) Ad
Dukhan/asap atau kabut, (2) Dajjal/si penipu besar, (3) Dabbah/
binatang melata, (4) Matahari terbit di barat, (5) Turunnya Isa
anak maryam, (6) Yajuj dan Majuj, (7) Gerhana di timur, (8) Gerhana
di barat, (9) Gehana di Jazirah Arab, (10) Api menyala di Yaman
menghalau umat manusia ke mahsyar/tempat berkumpul.
B. ALAM BARZAH
Barzah artinya sesutu yang membatasi antara dua barang atau dua
tempat. Adapun dalam hubungannya dengan Hari Akhir, barzah adalah
batas pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat.Kehidupan alam barzah adalah kehidupan antara hidup di
dunia dengan hidup akhirat. Kehidupan di alam barzah ibarat
terminal tempat penantian . Di alam ini semua roh dari orang yang
sudah meninggal berkumpul untuk persiapan memasuki kehidupan
akhirat . Di Tempat penantian ini berlaku kenikmatan atau siksaan
yang sering kita dengar dengan istilah siksaan kubur.
-
Di Tempat penantian ini, orang-orang selama hidupnya di dunia
banyak mengerjakan amal shaleh, yang bertaqwa kepada Allah akan
mendapat perlakuan yang menyenangkan dari Malaikat.
Sebaliknya orang-orang kafir, orang-orang yang hidupnya di dunia
banyak melakukan kejahatan dan kemaksiatan, akan mendapat perlakuan
yang kasar dan siksaan dari malaikat. Rasulullah bersabda yang
artinya sebagai berikut: Adapun hamba yang mukmin, apabila telah
putus dari dunia untuk mendatangi akhirat, maka akan turun Malaikat
dari langit, berwajah putih bagaikan matahari, membawa kafan dari
kafan surga dan wewangian, pengawet kerusakan .kemudian mereka akan
duduk dan datanglah Malaikat maut mendatanginya. Malaikat duduk
didekat kepalanya seraya berkata, Wahai ruh yang baik, keluarlah
menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya, Maka ruh itu akan keluar
bagaikan mengalirnya air dari tempat minum. Adapun orang yang
kafir, ketika mereka akan meninggal, datanglah Malaikat yang
berwujud hitam, seraya berkata, Hai jiwa yang jahat keluarlah
engkau ke arah murka Allah. kemudian dicabutlah ruh mereka dengan
kasar. Berkaitan dengan nikmat dan siksa kubur Rasulullah bersabda
yang artinya: Jika seseorang dikuburnya dan ia ditinggalkan oleh
teman-temannya, maka ia mendengar bunyi sandal mereka, maka saat
itu ia didatangi oleh dua Malaikat yang kemudian mendudukkaanya dan
bertanya. Bagaimana pendapatmu dahulu tentang orang ini yakni
Muhammad SAW? Adapun orang muknmin akan menjawab, Aku bersaksi
bahwa ia adalah hamba dan rasul Allah.Malaikat itu berkata,
lihatlah tempatmu di neraka sana, telah diganti oleh Allah dengan
tempat duduk dari sorga, kemudian ia melihat tempat duduknya, lalu
dikubur ia merasa lapang. Adapun seorang munafik atau kafir, ketika
ditanya Bagaimana pendapatmu dahulu tentang orang ini? Maka ia
menjawab, Saya tidak tahu dan tidak pernah membaca namanya . Lalu
ia dipukul dengan palu dari besi sehingga ia menjerit kesakitan,
yang suaranya terdengar oleh makhluk di sekitarnya, kecuali manusia
dan jin.
C. FASE-FASE HARI AKHIR
1. Yaumul Qiyamah,
Hari Qiyamah adalah hari kehancuran alam sesta dan berakhirnya
kehidupan makhluk secara serempak, setelah itu berdirinya Alam yang
baru yang kekal dan lebih baik setelah penghancuran besar-besaran
itu. Kapan datangnya hari qiyamat itu?, Tidak ada seorang yang tahu
tentang itu termasuk Rasulullah SAW,juga tidak mengetahuinya. Jadi
yang mengetahui datangnya hari qiyamat hanyalah Allah saja dan
Allah hanya memberitahukan berbagai tanda-tanda dekatnya hari
qiyamat. Sebagai telah diuraikan pada bagian yang terdahulu.
2. Yaumul Baats,
Yaumul ba,ats adalah hari berbangkitnya makhluk dari kuburnya,
yang di tandai tiupan trompet yang kedua oleh Malaikat Isrofil,
Setelah bangkit mereka bernyawa kembali laksana hidup yang pertama
di dunia, Di antara mereka ada yang putih berseri-seri mukanya
pertanda kebahagiaan akan ia alami, sebaliknya yang hitam pekam
mukanya pertanda kesengsaraan akan menyusul kehidupannya , itu
semua akibat perbuatannya didunia ini. Firman Allah
Artinya: Pada hari itu ada makhluk yang putih berseri mukanya
dan ada pula yang hitam pekam mukanya, Adapun orang yang hitam
pekam mukanya, ditanya kenapa kamu kafir setelah kamu
-
beriman maka rasakanlah siksa disebabkan kekufuranmu. Adapun
orang putih berseri mukanya maka mendadpatkan kurnia dari Allah dan
nanti akan dimasukkan kedalam Surga Allah, mereka kekal didalamnya.
(Q.S. Ali Imran [3]: 106 -107).
3. Yaumul Hasyar( Mahsyar)
Yaumul Hasyar adalah berkumpulnya semua makhluk nanti dihadapan
Allah, setelah bangkit dari alam quburnya masing-masing,
dikumpulkan secara bersama-sama tanpa ada yang ketinggalan , di
satu tempat. Tempat berkumpulnya manusia tersebut namanya mahsyar.
Hal ini dijelaskan dalam Al- Quran surat Al-Kahfi ayat 48,
Artinya: Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan
berbaris-baris. Sesunguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana
Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama. (QS Al Kahfi [18]:
48)
4. Yaumul Hisab
Yaumul Hisab artinya hari perhitungan amal baik dan buruknya
manusia. Setelah berada di Mahsyar selanjutnya mereka satu persatu
dihisab. Hisab ialah perhitungan semua amalan manusia baik amal
yang baik maupun amal buruk yang telah dilakukan di dunia. Sebelum
dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka
kerjakan meskipun mereka telah lupa apa yang mereka kerjakan. Mizan
atau neraca , Amal manusia di dunia telah dicatat oleh Malaikat
Raqib dan Atid, tanpa ada kekeliruan sedikitpun. Manusia akan
menerima buku catatan amal yang telah dilakukan ketika di dunia.
Amal-amal tersebut kemudian ditimbang di atas neraca. Timbangan
amal inilah yang disebut Mizan. Barang siapa yang berat amal
kebaikannya akan dimasukkan ke Surga dan yang ringan kebaikannya
akan dimasukkan ke Neraka. Apabila buku catatan itu berat amal
kebaikkannya akan diterima dari sebelah kanan. sebaliknya bila buku
itu berat amal kejahatannya akan diterima dari sebelah kiri. Sesuai
dengan Firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 71.
Artinya Ingatlah suatu hari yang saat itu Kami panggil tiap umat
dengan pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya
di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitab itu, dan
mereka tidak dianiaya sedikitpun. (Q.S. Al-Isra [17]: 71).
Firman Allah dalam QS Al- Insyiqaq ayat 7 - 12
7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,
8. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. Dan
dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan
gembira. 10. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari
belakang, 11. Maka dia akan berteriak: "Celakalah aku".
-
KEADILAN, RIDHA DAN AMAL SHALEH
12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
(Q.S. Al- Insyiqaq [84]: 7 12)
A. ADIL
1. Pengertian Adil
Keadilan berasal dari kata adil, artinya dapat meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Sifat adil artinya suatu sifat yang teguh,
kukuh, yang tidak menunjukkan memihak kepada seseorang atau
golongan. Adil itu sifat yang mulia dan sikap yang lurus tidak
terpengaruh karena faktor keluarga, hubungan kasih sayang, karib
kerabat, golongan dan sebagainya. Allah SWT menetapkan bahwa setiap
manusia masing-masing bertanggung jawab atas perbuatannya.
Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan tidak
memperoleh pahala selain apa yang telah diusahakannya sendiri.
Terhadap semua hasil usaha seseorang, Allah SWT akan membalasnya
dengan balasan yang adil dan yang setimpal. Hal ini telah
dijelaskan dalam firman Allah SWT.
Artinya : (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya
usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan
bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (QS An
Najm [53]: 38-42)
Sesungguhnya Allah menyuruh manusia untuk berbuat adil,
sebagaimana firmannya :
BAB 4
-
Artinya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman
itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau
yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS Al Hujurat [49]:
9)
Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu berlaku
adil kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan
kepada makhluk lain (lingkungan)
a. Berlaku adil kepada Allah SWT
Pengertian berlaku adil kepada Allah SWT adalah kita harus
menempatkan diri pada tempat yang benar, yakni sebagai makhluk
Allah SWT dan dengan utuh melaksanakan apa yang telah diwajibkan
kepada kita. Untuk mewujudkan keadilan kita kepada Allah SWT, kita
wajib beriman kepada Allah SWT, jangan menyekutukannya dengan
sesuatu yang lain dan mengimani nabi Muhammad SAW sebagai
utusannya. Menjunjung tinggi petunjuk dan kebenaran daripadaNya,
yaitu mengimani Al Quran sebagai wahyu Allah SWT mentaati
ketentuan-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya. Menyembah kepada-Nya dengan melaksanakan shalat,
zakat, puasa, dan ibadah lainnya
b. Berlaku adil kepada diri sendiri
Pengertian berlaku adil kepada diri sendiri yaitu menempatkan
diri sendiri pada tempat yang baik dan benar. Untuk itu kita harus
teguh, kukuh menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan
terpelihara dalam kebaikan dan keselamatan, jangan menganiaya diri
sendiri dengan menuruti hawa nafsu, minum minuman keras, dusta,
enggan berbuat baik dan jangan membuat kemudharatan (keburukan)
yang akibatnya akan buruk pula pada kesehatan, jiwa, harta dan
kehormatan diri. Kita harus menjaga dan memelihara agar diri
sendiri hidup selamat bahagia di dunia dan akhirat kelak. Kita
harus jujur terhadap diri sendiri dan jika berbuat salah kita harus
berani mengoreksinya
c. Berlaku adil kepada orang lain
Pengertian berlaku adil kepada orang lain adalah menempatkan
orang lain pada tempatnya yang sesuai, layak dan benar. Memberikan
hak orang lain dengan jujur, tidak mengurangi sedikitpun hak yang
harus diterimanya. Tidak menyakiti dan merugikan orang lain, baik
berupa materiil maupun non materiil. Bila sebagai hakim,
putuskanlah perkara dengan adil. Kalau menjadi pelayan masyarakat
maka layanilah masyarakat dengan baik dan adil
d. Berlaku adil kepada makhluk lain (lingkungan)
Berlaku adil kepada makhluk lain yaitu dapat menempatkan makhluk
lain pada tempatnya yang sesuai, misalnya adil kepada binatang,
harus menempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan
binatang tersebut. Jika memelihara binatang harus disediakan tempat
dan
-
makanannya yang memadai. Jika binatang itu akan dimanfaatkan
untuk kendaraan atau usaha pertanian hendaknya dengan cara yang
wajar, jangan memberi beban yang melampaui batas. Demikian pula
jika hendak dimakan, maka hendaklah disembelih dengan cara yang
telah ditentukan oleh ajaran agama, dengan cara yang baik dan tidak
menimbulkan kesakitan bagi si binatang itu. Menjaga kelestarian
lingkungan juga termasuk berbuat adil kepada makhluk lain.
2. Keutamaan Keadilan
Keutamaan berlaku adil antara lain :
a. Terciptanya rasa aman, tentram, tenang dalam jiwa dan tidak
ada rasa khawatir kepada orang lain, karena tidak pernah melakukan
perbuatan yang merugikan atau menyakiti orang lain
b. Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan
baik, taat dan patuh terhadap Allah SWT melaksanakan perintahnya
dan menjauhi larangannya dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab
c. Menciptakan ketentraman dan kerukunan hidup, hubungan yang
harmonis dan tertib dengan orang lain
d. dapat memanfaatkan alam sekitar untuk kemashlahatan dan
kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Allah berfirman.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS Al Maidah [5]:8)
B. RIDHA
1. Pengertian Ridha
Ridha Allah ialah suatu sikap dan usaha untuk menggapai kasih
sayang dari yang Maha Kuasa Allah swt. Usaha itu antara lain Iman
yang mantap kepada Allah, Sholat lima waktu, Berbuat baik kepada
kedua orang tua, sabar menerima ujian Allah dan cobaan bersyukur
atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
C. AMAL SHALEH
1. Iman yang mantap kepada Allah.
Iman adalah keadaan jiwa seseorang mengakui keberadaan,
kekuasaan, kemuliaan dan keagungan yang maha kuasa. Iman itu
mendorong dirinya melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya. Sesuai dengan Firman Allah swt surat Al Hujurat ayat
15 berbunyi:
-
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar. (QS Al Hujurat [49]:15)
2. Sholat lima waktu
Sholat adalah salah satu rukun Islam yang paling sering
dilaksanakan, dibandingkan dengan puasa, zakat dan haji. Kenapa
demikian karena itu merupakan yang paling utama sebagai komunikasi
kepada Allah, sholat sebagai tiang agama, dan amal yang paling
pertama kali ditanya di hari kiamat, Amal yang sangat mempengaruhi
dinilai atau tidaknya nanti di akhirat. Sebagai firman Allah dalam
Al Quran surat Al Baqarah ayat 45,
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu (Q.S. Al Baqarah [2] : 45).
3. Berbuat baik kepada dua orang tua
Jalan yang lain dalam menggapai ridha Allah melalui birrul
walidain. Birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua
merupakan masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al Quran,
setelah memerintahkan menyembah Allah selanjutnya berbakti kepada
dua orang tua. Dalam surat Al Isra Allah berfirman 2324
berbunyi:
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Q.S. Al Isra[17] :
23-24).
Bentuk bentuk berbakti kepada dua orang tua :
a. Berakhlak baik kepada keduanya;
-
MUNAKAHAT (MASALAH PERNIKAHAN)
b. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut
atau berbicara dengan keduanya perkataan yang mulia.
c. Tawaduk (rendah hati) atau tidak boleh bersikap sombong
karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan
pertolongan orang tua kita.
d. Memberi hadiah atau hibbah kepada kedua orang tua;
e. Mendoakan keduanya sebagaimana untuk keampunan dan
kemuliaannya.
4. Sabar
Sabar kepada ujian yang Allah timpakan kepada kita baik, rasa
takut, rasa lapar, penguranga harta, pengurangan diri dan
pengurangan buah-buahan dan lain sebagainya. Sabar dari segala
bencana yang kita terima dari Allah. Sebagai firman Allah,
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqarah [2]: 153)
ada pula yang mengartikan: Mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat.
5. Syukur
Syukur adalah suatu sikap terima kepada Allah atas segala nikmat
yang telah dikurniakan kepada kita, baik lahir maupun batin, baik
untuk diri kita atau diluar diri kita seperti rezeki, rumah,
kendaraan, dan lain sebaginya.
A. NIKAH
BAB 5
-
Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan,
membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan
yang antara keduanya bukan muhrim. Firman Allah SWT
Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya. (QS An Nisa [4]: 3).
Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia
untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan. Di samping
itu, nikah merupakan salah satu asas pokok hidup yang utama dalam
pergaulan masyarakat. Tanpa pernikahan tidak akan terbentuk rumah
tangga yang baik, teratur dan bahagia serta akan timbul hal-hal
yang tidak didinginkan dalam masyarakat. Misalnya, manusia tidak
dapat mengekang hawa nafsunya sehingga timbul pemerkosaan dan
bencana di masyarakat. Oleh karena itu, dengan pernikahan akan
timbul kasih-mengasihi, sayang-menyayangi antara suami dan isteri,
saling kenal mengenal, tolong menolong antar keluarga suami dengan
keluarga isteri dan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Dari Abdullah bin Masud, ia
berkata, telah bersabda Raulullah SAW kepada kami, Hai
pemuda-pemuda barang siapa yang mampu di antara kamu serta
berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena sesungguhnya
perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal
dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan barang
siapa yang tidak mampu kawin hendaklah dia puasa karena dengan
puasa hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang. (HR
Muttafaqu Alaih)
1. MUHRIM
Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi. Dalam hal ini ada
empat belas orang sebagai berikut.
a. Tujuh orang karena nasab (keturunan), yaitu
a) ibu, b) nenek, dan seterusnya sampai keatas, bapak kakek dan
seterusnya c) anak, cucu dan seterusnya ke bawah d) saudara seibu
dan sebapak, sebapak dan seibu saja e) saudara dari bapak f)
saudara dari ibu g) anak dari saudara laki-laki dan seterusnya h)
anak dari saudara perempuan dan seterusnya
b. Dua orang dari sebab menyusu, yaitu a) ibu yang menyusui b)
saudara sepersusuan
c. Empat orang dari sebab perkawinan, yaitu a) ibu dari isteri
atau bapak dari isteri (mertua) b) anak tiri apabila orang tuanya
sudah dicampuri (digauli) c) isteri/suami dari anak (menantu)
-
d) orang tua tirie) mengumpulkan bersama-sama antara dua orang
yang bersaudara dalam satu waktu.
Dilihat dari keadaan orang yang akan melangsungkan pernikahan
maka hukum nikah itu ada lima, sebagai berikut. 1. Jaiz, artinya
diperbolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum pernikahan. 2.
Sunah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk nikah
dan mempunyai bekal
hidup untuk membiayai orang yang menjadi tanggungannnya. 3.
Makruh, yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan untuk nikha tapi
belum mempunyai bekal
hidup untuk membiayai (nafkah) bagi orang yang menjadi
tanggungannya. 4. Wajib, yaitu badi ornag yang telah mempunyai
bekal hidup untuk memberi nafkah dan adanya
kekhawatiran terjerumus dlam perbuatan maksiat atau zina bila
tidak segera menikah. 5. Haram, yaitu bagi orang yang akan
melangsungkan pernikahan itu mem[unyai niat buruk,
seperti niat buruk untuk menyakiti pasangan yang akan
dinikahinya.
2. TUJUAN NIKAH
Tujuan nikah dalam agama Islam disebutkan dalam surat Ar Rum :
21, yaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia,
keluarga yang merasakan kebahagian lahir dan bathin, keluarga yang
sakinah dan sejahtera. Keluarga bahagia adalah keluarga yang
diliputi suasana damai, aman, tenteram, tertib, saling pengertian,
tolong-menolong antar anggota keluarga melaksanakan tugas dan
fungsinya masing-masing. Firman Allah SWT.
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S.
Ar Rum [30]: 21).
Jadi, salah satu dari tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan
isteri-isteri dengan perkawinan agar merasakan ketentraman hidup
dan penuh kasih sayang di antara suami isteri. Suami ataupun isteri
masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk kebahagian
rumah tangganya. Misalnya, suami sebagai kepala rumah tangga
bertanggung jawab penuh terhadap anak dan isterinya dengan memberi
nafkah, sesuai dengan kemampuannya. Suami memimpin, membimbing
serta menjaga atas keselamatan dan kesehatan keluarganya.
Isteri bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak, isteri harus
taat dan patuh kepada semua perintah suaminya, selama perintah
tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Isteri rela menerima pemberian
suaminya, hemat tidak boros, serta menjaga kehormatan dirinya.
Begitu pula sebagai anak sebagai anggota keluarga, harus taat dan
patuh menjalankan agama, berbakti kepada orang tua, berakhlak
mulia, rajin beribadah dan belajar sehingga menjadi anak yang
shaleh berguna bagi agama, nusa, bangsa dan negara. Kaum Pria
diperintahkan oleh Allah SWT supaya selalu berdoa untuk kebahagian
keluarga, isteri dan anak yang menyenangkan hati. Hal tersebut
dijelaskan dalam surat Al Furqan ayat 74.
-
Artinya : Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al Furqan [25]: 74).
Rumah merupakan satu-satunya tempat tinggal di sebuah keluarga.
Di rumah itu, mereka dapat menikmati bersama pada saat senang,
tempat istirahat bersama, tempat tidur, berteduh, makan-minum,
tempat meminta pada saat membutuhkan, tempat hiburan pada saat
susah, tempat beribadah seluruh anggota keluarga dan sebagainya.
Agar tujuan nikah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sakinah
itu dapat tercapai maka dalam memilih calon isteri yang beragama
dan berakhlak mulia, selalu beramal shaleh, taat kepada Allah dan
suaminya.
3. RUKUN NIKAH
Agar pernikahan itu syah dan dapat dilangsungkan dengan baik
maka harus memenuhi rukun-rukunnya (unsur-unsur yang harus ada
dalam pernikahan). Adapun rukun nikah adalah sebagai berikut. a.
Calon Suami syaratnya : beragama Islam, bukan muhrim, calon isteri
tidak terpaksa dan sudah
baligh b. Calon Isteri syaratnya : beragama Islam, bukan muhrim,
calon suami tidak terpaksa dan sudah
baligh c. Dua orang saksi, Sabda Rasulullah SAW ) (
Artinya : Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang
saksi yang adil. (HR Ahmad)
d. Wali Adapun susunan dan urutan menjadi wali adalah 1) bapak
kandung 2) kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan 3)
saudara laki-laki sekandung 4) saudara laki-lai sebapak 5) anak
laki-laki dari saudara laki-laki sekandung 6) anak laki-laki dari
saudara laki-laki sebapak 7) paman (saudara laki-laki bapak) 8)
anak laki-laki paman 9) hakim, wali hakim berlaku apabila yang
tersebut pada nomor 1 sampai dengan 8 semuanya
tidak ada atau sedang berhalangan, tetapi menyerahkan kepada
hakim.
e. Sigad (akad), yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh wali
mempelai perempuan, seperti Saya nikahkan engkau dengan anak saya
nama fulan binti fulan dengan mas kawin ... kemudian qabul (jawab)
mempelai laki-laki, seperti Saya terima nikahnya Fulan binti Fulan
dengan mas kawin ... tidak sah nikah kecuali dengan lafal nikah.
Sabda rasulullah SAW yang artinya ; Takutlah kepada Allah dalam
urusan perempuan, sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan
Allah, dan kamu lakukan mereka dengan kalimat Allah. (HR
Muslim)
4. SYARAT WALI DAN DUA SAKSI
Wali dan saksi bertanggung jawab atas syah nya akad perkawinan
dan tidak semua orang dapat menjadi wali dan saksi, akan tetapi
hendaklah orang-orang yang mempunyai sifat berikut ini. a. Islam.
Orang yang tidak beragama Islam tidak sah menjadi wali atau saksi.
Firman Allah SWT.
-
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. Al- Maidah [5] : 51).
b. Balig (umur paling sedikit 15 tahun) c. Berakal sehat ( tidak
gila) d. Merdeka (bukan hamba sahaya) e. Laki-laki. Perempuan tidak
boleh menjadi wali atau saksi f. Adil
5. MAHAR
Mahar (mas kawin) adalah harta yang diserahkan oleh mempelai
laki-laki kepada mempelai perempuan sebagai kecintaan akan hidup
bersama dalam kehidupan yang mulia yang menjamin ketenangan dan
kebahagian keluarga. Dasar hukumn wajibnya mahar antara lain firman
Allah SWT
Artinya : Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika
mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS An Nisa [4]: 4)
6. KEWAJIBAN SUAMI DAN ISTERI
Setelah terjadi akad nikah maka suami mempunyai kewajiban
terhadap isterinya, begitupula sebaliknya isteri pun mempunyai
kewajiban terhadap suaminya
a Kewajiban suami terhadap isteri sebagai berikut : 1) Memberi
nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada isteri dan anak-anaknya
sesuai dengan
kemampuannya. 2) Bergaul dengan isterinya secara maruf, yaitu
dengan baik, penuh kasih sayang, menghargai,
memperhatikan dan sebagainya. 3) Mendidik keluarga terutama
pendidikan agama agar isteri dan anak-anaknya menjadi orang-
orang yang taat dan patuh menjalankan agama Islam, seperti
mendirikan shalat, puasa, zakat dan membaca Al Quran. Dengan kata
lain, menjalankan perintah agama dan meninggalkan larangannya
sehingga menjadi orang yang shaleh. Firman Allah SWT.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
-
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (Q.S. At Tahrim [66] : 6).
4) Memimpin keluarga, isteri dan anak-anaknya Suami bertanggung
jawab atas keselamatan, kesejahteraan kebahagiaan keluarga lahir
bathin, dunia dan akhirat. Suami adalah sebagai pemimpin dan contoh
yang baik bagi keluarganya. Firman Allah SWT.
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289]
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka)[290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291],
maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292].
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An Nisa [4]:
34).
[289] Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia
dan harta suaminya. [290] Maksudnya: Allah Telah mewajibkan kepada
suami untuk mempergauli isterinya dengan baik. [291] Nusyuz: yaitu
meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri
seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. [292] Maksudnya:
untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan
pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat
tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila
tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan
pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama Telah ada
manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
b. Kewajiban isteri terhadap keluarganya sebagai berikut.
1) Patuh kepada suami, selama perintahnya tidak bertentangan
dengan ajaran agama Islam 2) Memelihara dan menjaga kehormatannya
serta menjaga harta benda suaminya. 3) Hemat, cermat dan selalu
bersukur kepada Allah SWT atas pemberian suami sehingga tidak
memberatkan suami. 4) Mengatru rumah tangga. Hal ini sesuai
dengan fungsinya sebagai ibu rumah tangga 5) Memelihara dan
mendidik anak. Isteri fungsinya lebih besar daripada suami dalam
mendidik
dan mengasuh anak sebab pada umunya hubungan isteri dengan anak
lebih dekat, terutama ketika anak masih kecil.
6) Berusaha menasehati suami apabila berbuat tidak baik dan
sebaliknya.
7. HIKMAH NIKAH
Salah satu perintah agama Islam terhadap umat manusia adalah
melaksanakan pernikahan, bagi orang yang telah mampu serta telah
terpenuhi sarat-sarat dan rukun pernikahan. Pernikahan yang
dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam, mengandung beberapa
hikmah sebagai berikut.
-
a. Pernikahan dapat Menentramkan Jiwa.
Dengan pernikahan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan
(seksual) dengan baik, aman, tenang, dengan suasana cinta kasih
sehingga mendapatkan ketentraman jiwa, ketenangan lahir dan bathin.
Kebutuhan seksual apabila tidak dapat terpenuhi dengan semestinya
akan menimbulkan gangguan jiwa, seperti tertekan dan gelisah. Jadi,
jelaslah bahwa dengan pernikahan akan mendapatkan ketentraman jiwa,
seperti Firmankan Allah dalam surat Ar Rum : 21
Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantara
kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir. (Q.S. Ar
Ruum [30] : 21).
b. Pernikahan dapat menghindarakan perbuatan maksiat
Laki-laki dan perempuan yang telah melakukan akad pernikahan,
kebutuhan biologis atau nafsu seksualnya dapat disalurkan
sebagaimana mestinya sebab penyaluran nafsu seksual yang tidak
semestinya akan menimbulkan perbuatan maksiat, yakni perzinahan.
Jadi, dengan pernikahan akan terhindar dari perbuatan maksiat.
Hadis rasulullah SAW yang artinya : Hai pemuda-pemuda barang siapa
yang mampu di antara kamu serta berkeinginan hendak kawin,
hendaklah dia kawin karena sesungguhnya perkawinan itu akan
memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnya dan akan
memeliharanya dari godaan syahwat.
c. Pernikahan Dapat Melestarikan Keturunan
Anak yang lahir diluar pernikahan yang sah maka tidak jelas
siapa yang bertanggung jawab, siapa yang mengurusnya dan bagaimana
silsilahnya. Jadi, dengan pernikahan akan terbentuk kemashlahatan
rumah tangga, keturunanan dan kemashlahatan masyarakat.Firman Allah
SWT.
Artinya : Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis
kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu,
anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.
Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari
nikmat Allah ? (QS An Nahl [16] : 72)
B. TALAK (PERCERAIAN)
1. Pengertian Talak
Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun yang
dimaksud talak disni ialah melepaskan ikatan perkawinan
(pernikahan). Apabila dalam pergaulan antara suami isteri tidak
mencapai tujuan pernikahan, yakni membentuk rumah tangga yang
bahagia (misalnya suami atau isteri tidak menjalankan kewajiban
atau salah satu diantara mereka menyeleweng sehingga
-
tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jala
keluar satu-satunya ialah talak atau perceraian. Meskipun talak
merupakan jaan yang disyariatkan, namun menjatuhkan talak tanpa
sebab sangat dibenci Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW yang artinya :
Dari Ibnu Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah SAW, Sesuatu
yang halal namun amat dibenci Allah ialah talak. (HR Abu Dawud dan
Ibnu Majjah).
Berdasarkan kemashlahatan atau kemudaratannya, hukum talak itu
ada empat.
a. Wajib apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan
hakim memandang perlu keduanya untuk bercerai atau suami tidak
mampu untuk memenuhi hak-haka isteri sebagaimana mestinya
b. Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya
atau isteri tidak menjaga kehormatannya.
c. Haram apabila suami menjatuhkan talak si isteri dalam keadaan
haid, atau dalam keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan
talak ini mengakibatkan suami jatuh dalam perbuatan haram.
d. Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara
dan memang asal hukum dari talak itu adalah makruh
2. Lafal Talak
Kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua macam.
1. Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali
ikatan pernikahan, seperti kata
si suami Engkau tetalak atau saya ceraikan engkau, dengan niat
atau tidak. 2. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih
ragu-ragu (kata-kata yang tidak tegas) sehingga
boleh diartikan untuk perceraian atau bukan, seperti Pulanglah
engkau ke rumah orang tuamu atau Pergilah engkau dari sini kalimat
sindiran ini tergantung pada niatnya. Apabila tidak ada niat untuk
menceraikan maka tidaklah jatuh talak, tapi kalau diniatkan untuk
menceraikan maka jatuhlah talak
3. Bilangan talak
Apabila suami ingin mentalak isterinya maka bilangan talaknya
ialah dan talak satu sampai talak tiga. Apabila suami mentalak
isterinya satu atau dua, suami masih boleh rujuk (kembali) kepada
isterinya, sebelum habis iddahnya, dan boleh nikah kembali dengan
akad baru apabila iddahnya sudah habis. Firman Allah SWT.
Artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu
boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan
cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu
dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144].
Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.
barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah
orang-orang yang zalim. (Q.S. Al Baqarah [2]: 229)
-
[144] ayat inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan
'iwadh. Kulu' yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran
yang disebut 'iwadh.
Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami tidak
boleh rujuk atau nikah lagi dengan bekas isterinya, kecuali apabila
perempuan tersebut telah nikah dengan orang lain, sudah dicampur
dan sudah diceraikan oleh suaminya yang kedua dan sudah habis masa
iddahnya. Firman Allah SWT.
Artinya : Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang
kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia
kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami
pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (Q.S. Al Baqarah
[2]: 230)
Selain macam talak diatas, adalagi talak yang disebut talak
tebus. Talak tebus ialah talak atas permintaan isteri kepada
suaminya agar suaminya menjatuhkan talak kepadanya, kemudian ia
memberikan bayaran kepada suaminya, sesuai dengan permintaan
suaminya.
C. ILA, LIAN, ZIHAR, KHULU DAN FASAKH
1. Ila
Ila adalah sumpah si suami bahwa dia tidak akan mencampuri
isterinya dalam masa yang lebih dari empat bulan atau dengan tidak
menyebutkan masa. Suami tersebut dinamakan Muli, yaitu orang yang
melakukan ila. Apabila sebelum empat bulan suami kembali kepada
isterinya maka suami wajib membayar kafarat (denda) dengan
memerdekakan seorang hamba, lantaran ia menyalahi sumpahnya. Akan
tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali kepada isterinya,
hakim berhak menyuruhnya untuk memilih di antara dua pilihan, yakni
membayar kafarat sumpah dan kembali baik kepada isterinya atau
mentalak isterinya. Apabila suami tidak mau kedua-duanya maka hakim
berhak menceraikan isterinya dengan paksa. Rasulullah SAW, pernah
bersumpah menjauhkan diri dari isteri-isterinya dan beliau pernah
mengharamkan sesuatu lantas yang haram itu beliau jadikan halal dan
beliau membayar kafarat untuk sumpahnya.
2. Lian
Lian adalah sumpah seorang suami yang menuduh isterinya berbuat
zina. Menurut surat An Nur 6-9 bahwa apabila suami yang menuduh
isterinya berbuat zina dan tidak ada saksi, maka ia diwajibkan
bersumpah empat kali dengan ucapan, Demi Allah, saya benar dalam
tuduhan saya kemudian disumpah yang kelima ia wajib bersumpah Demi
Allah jika saya dusta dalam tuduhan saya, niscaya saya ditimpa
laknat dari Allah. Untuk menghindari dari hukuman, isteri juga
wajib bersumpah empat kali dengan ucapan Demi Allah suami saya itu
berdusta dan untuk sumpah yang kelima, ia wajib bersumpah dengan
ucapan Demi Allah kemurkaan Allah akan menimpa saya jika suami saya
itu benar. Apabila seseorang menuduh orang berzina, sedangkan saksi
yang cukup (empat saksi) tidak ada maka penuduh tadi dipukul
(didera) 80 kali, tetapi kalau yang menuduh itu suaminya, ia lepas
dari siksaan atau dera (pukulan 80 kali), yaitu dengan jalan
Lian.
Akibat dari lian suami, timbul beberapa hukum dibawah ini: a.
Dia tidak disiksa (dipukuli)
-
b. Isteri wajib disiksa dengan siksaan zina c. Suami isteri
bercerai selama-lamanya d. Kalau ada anak, anak itu tidak dapat
diakui oleh suami untuk menghindari siksaan zina, isteri
harus membalas lian suaminya
3. Zihar
Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan isterinya dengan
ibunya sehingga haram atasnya, seperti kata suami kepada isterinya,
Engkau bagiku seperti punggung ibuku. Suami yang mengucapkan
demikian wajib menarik kembali dan membayar kifarat sebelum
isterinya digauli.
Kafarat (denda) zihar ada tiga tingkatan, yaitu. a. memerdekakan
hamba sahaya b. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya,
puasa dua bulan berturut-turut. c. Apabila tidak kuat puasa,
memberi makan kepada 60 orang miskin.
Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadalah ayat 2-4.
4. Khulu
Khulu atau talak tebus adalah talak yang diucapkan oleh suami
dengan pembayaran dari pihak isteri kepada suami (mengembalikan mas
kawinnya). Talak tebus ini boleh dilakukan kapan saja baik isteri
dalam keadaan suci maupun haid sebab talak seperti ini biasanya
adalah permintaan dari pihak isteri. Firman Allah SWT. Artinya :
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah,
maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al
Baqarah [2]: 229) Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa
khulu diperboleh dengan sebab-sebab sebagai berikut. a. Apabila
suami isteri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, yakni
menciptakan pergaulan rumah tangga yang baik b. Apabila isteri
sangat benci kepada suami dengan sebab tertentu sehingga
dikhawatirkan isteri
tidak akan mematuhi suaminya.
5. Fasakh
Fasakh adalah rusaknya ikatan pernikahan antara suami isteri
karena sebab-sebab tertentu.
a. Sebab-sebab yang merusak akad nikah ialah 1) akad nikah
dilaksanakan karena rukun dan syarat pernikahan telah terpenuhi,
tetapi di
kemudian hari diketahui bahwa isterinya adalah muhrim suaminya
2) salah satu dari suami atau isteri keluar dari agama Islam 3)
semula suami isteri musyrik, tetapi kemudian salah satunya masuk
Islam dan yang lainnya
tetap musyrik
b. Sebab-sebab yang menghalangi tujuan pernikahan 1) suami
dinyatakan hilang 2) suami dipenjara lima tahun atau lebih
-
3) suami menipu, misalnya suami semula mengaku orang baik-baik
ternyata penjahat 4) sumai isteri mengidap penyakit yang mengganggu
hubungan rumah tangga
D. HADANAH
Hadanah artinya ialah mengasuh, memelihara dan mendidik anak
yang amsih kecil. Apabila terjadi perceraian antara suami isteri
dan keduanya mempunyai anak yang belum mumayiz (belum mengerti
kemashlahatan dirinya) maka isterilah yang lebih berhak untuk
mengasuh dan mendidik anak tersebut sehingga ia mengerti akan
kemashlahatan dirinya. Anak tersebut tinggal bersama ibunya, selama
ibunya belum menikah lagi dengan orang lain, tetapi belanja tetap
wajib ditanggung oleh ayahnya.
Disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW, yang artinya Dari
Abdullah ibnu Umar, bahwasanya seorang perempuan berkata, Ya
Rasulullah! Sesungguhnya anak saya ini dari perut saya yang
mengandungnya, tetek saya yang menyusuinya, dan pangkuan saya
tempat perlindungannya, tetapi bapaknya telah menceraikan saya dan
hendak mengambil dia dari saya rasulullah SAW bersabda, Engkau
lebih berhak kepadanya selama kamu belum nikah (HR Ahmad dan Abu
Dawud)
Maksud Hadits di atas : 1. Apabila anak tersebut sudah mengerti
maka anak disuruh memilih untuk tinggal bersama
bapaknya atau ibunya. 2. Apabila yang mengasuh anak tersebut
bukan ibunya atau bapaknya maka supaya diserahkan
kepada keluarga yang terdekat. 3. Apabila keluarga yang terdekat
tidak ada supaya didahulukan kepada wanita daripada pria.
Syarat-syarat menjadi pengasuh atau pendidik ialah: 1) berakal
sehat 2) merdeka 3) menjalankan agama Islam dan berakhlak mulia 4)
dapat dipercaya dan jujur 5) dapat menjaga kehormatan dan nama baik
si anak 6) tetap tinggal di dalam negeri atau kampung anak yang
diasuh
E. Iddah
Iddah ialah masa menunggu bagi wanita yang telah dicerai oleh
suaminya baik cerai biasa maupun ditinggal mati suaminya untuk
tidak menikah dengan orang lain. Diadakan masa idah untuk
mengetahui apakah selama idah wanita tersebut hamil atau tidak dan
apabila ia hamil maka naka tersebut sebagai anak dari suami yang
menceraikan. Macam iddah sebagai berikut.
1. wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati suaminya) kalau
ia sedang mengandung maka masa iddahnya hingga lahir anak yang
dikandungnya. Firman Allah SWT.
Artinya : Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi
(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu
(tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan;
dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai
mereka melahirkan kandungannya. Dan barang
-
-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.S. At Thalaq [65] : 4)
bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak
mengandung atau hamil, maka masa iddahnya ialah 4 bulan 10 hari.
Firman Allah SWT.
Artinya : Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan
dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah
habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan
mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat. (Q.S. Al Baqarah [2]: 234)
2. bagi wanita yang dicerai suaminya dan ia masih haid maka
iddahnya ialah tiga quru (tiga kali suci). Firman Allah SWT.
Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa
yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada
Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang maruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS Al Baqarah : 228)
3. wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak haid lagi maka
iddahnya ialah tiga bulan.
4. wanita yang dicerai suaminya tetapi belum dicampuri maka
wanita tersebut tidak ada iddahnya.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka
sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas
mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah
mereka mutah[1225] dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang
sebaik- baiknya. (QS Al Ahzab [33]: 49)
-
[1225] yang dimaksud dengan mut'ah di sini pemberian untuk
menyenangkan hati isteri yang diceraikan sebelum dicampuri.
Hak perempuan dimasa iddah ialah sebagai berikut.
1. perempuan yang dalam masa iddah rajiyah talak satu dan dua
berhak menerima dari bekas suaminya tempat tinggal, pakaina dan
segala belanja
2. perempuan yang dalam iddah bain (talak tiga) kalau ia
mengandung, ia berhak menerima tempat tinggal, nafkah dan pakaian.
Firman Allah SWT
Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian
jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada
mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (Q.S. At
Thalaq [65]: 6)
3. perempuan yang dalam iddah bain, tetapi ia tidak mengandung
maka ia hanya berhak menerima tempat itnggal saja.
4. perempuan yang dalam iddah karena ditinggal mati suaminya
baik ia mengandung atau tidak, ia tidak mempunyai hak apa-apa sebab
ia dan anaknya telah mendapat hak pusaka dari suaminya yang
meninggal itu
F. Rujuk
1. Pengertian Rujuk
Rujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan). Adapun
yang dimaksud rujuk disini adalah mengembalikan status hukum
perkawinan secara penuh setelah terjadi talak raji yang dilakukan
oleh mantan suami terhadap mantan isterinya dalam masa iddahnya
dengan ucapan tertentu.
Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'[142]. tidak boleh mereka menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, ji