Top Banner
TUGAS FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI OLEH NAMA : YOHANES ARISMAN BADHE N I M : 153090110 KELAS : E JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
37

Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Jun 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

TUGAS

FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI

OLEH

NAMA : YOHANES ARISMAN BADHE

N I M : 153090110

KELAS : E

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” YOGYAKARTA

2010

Page 2: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

KONSEP-KONSEP PEMIKIRAN TENTANG FILSAFAT

A. Pengertian dan Asal Mula Filsafat

Secara etimologi atau asal usul bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani,

“philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni “philos” atau “philein” yang

berarti ”cinta”, “mencintai” atau “pencinta”, serta kata “sophia” yang berarti

“kebijaksanaan” atau “hikmat”. Dengan demikian, secara bahasa, “filsafat” memiliki arti

“cinta akan kebijaksanaan”. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau

yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan, artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang

sesungguhnya.

Sedangkan secara epistemologi (istilah), terdapat ratusan rumusan pengertian “filsafat”.

Namun secara mendasar, filsafat adalah hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh untuk

menemukan kebenaran sejati.

Mengutip The Liang Gie, Suhartono Suparlan, Ph.D. (2007: 45-46) mengatakan bahwa,

definisi filsafat dapat dipetakan menurut kronologi sejarah filsafat. Beberapa definisi

berdasarkan kronologi tersebut adalah :

1. Plato (427-374 SM), mengatakan bahwa filsafat adalah mengkritik pendapat-pendapat

yang berlaku. Jadi, kearifan atau pengetahuan intelektual itu diperoleh melalui suatu

proses pemeriksaan secara kritis, diskusi, dan penjelasan.

2. Aristoteles (384-322 SM), menyatakan bahwa filsafat sebagai ilmu menyelidiki tentang

hal di mana ada sebagaian hal yang berbeda dengan bagian-bagiannya yang satu atau

lainnya.

3. Sir Francis Bacon (1561-1626 M), menyebutkan bahwa filsafat adalah induk agung dari

ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.

4. Rene Descartes (1560-1650), menulis filsafat sebagai kumpulan segala pengetahuan di

mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

5. Immanuel Kant (1724-1804), menyampaikan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan

yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup dalam empat

persoalan, yakni :

a. Apakah yang dapat kita ketahui? (jawabannya : metafisika).

b. Apakah yang seharusnya kita ketahui? (jawabannya : agama).

c. Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya : agama).

Page 3: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

d. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya : antropologi).

6. G.W.F Hegel (1770-1831), menggambarkan filsafat sebagai landasan maupun

pencerminan dari peradaban. Sejarah filsafat karenanya merupakan pengungkapkan

sejarah peradaban, dan begitu juga sebaliknya.

7. Herbert Spencer (1820-1903), menggariskan filsafat sebagai nama pengetahuan tentang

generalitas yang tingkatannya paling tinggi.

8. John Dewey (1859-1952), mendefinisikan filsafat sebagai suatu pengungkapan

mengenai perjuangan manusia dalam melakukan penyesuaian kumpulan tradisi secara

terus-menerus yang membentuk budi manusia yang sesungguhnya terhadap

kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik baru dan yang tidak sejalan dengan

wewenang yang diakui. Jadi, filsafat merupakan alat untuk membuat penyesuaian-

penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.

9. Bertrand Russell (1872-1970), mengakui filsafat sebagai suatu kritik terhadap

pengetahuan. Filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan

kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu ketidakselarasan yang dapat terkandung di

dalam asas-asas itu.

10. Louis O. Kattsoff (1963), di dalam bukunya Elements of philosophy mengartikan

filsafat sebagai berpikir secara kritis, sistematis, rasional, komprehensif (menyeluruh),

dan menghasilkan sesuatu yang runtut.

11. Windelband, seperti dikutip Hatta dalam pendahuluan Alam Pikiran Yunani, “filsafat

sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang

nyata.”

12. Frans Magnis Suseno dalam bukunya yang berjudul Berfilsafat Dari Konteks,

mengartikan “filsafat” sebagai usaha tertib, metodis, yang dipertanggungjawabkan

secara intelektual untuk melakukan apa yang sebetulnya diharapkan dari setiap orang

yang tidak hanya mau membebek saja, yang tidak hanya mau menelan mentah-mentah

apa yang sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak-pihak lain. Yaitu, untuk mengerti,

memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data, dan fakta-fakta yang

dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu.

Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah

suatu ilmu, meskipun bukan ilmu yang biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala

sesuatu untuk memperoleh kebenaran.

Page 4: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Selain terminologi “filsafat”, terdapat pula sejumlah istilah yang serupa dengan

“filsafat” yaitu “falsafah”, “falsafi” atau “filsafati”, “berpikir filosofis” dan “mempunyai

filsafat hidup”.

“Falsafah” itu tidak lain filsafat itu sendiri. “Falsafi” atau “falsafati” artinya “bersifat

sesuai dengan kaidah-kaidah filsafat”. “Berpikir filosofis”, adalah berpikir dengan dasar cinta

akan kebijaksanaan. Cara berpikir yang filosofis adalah berusaha untuk mewujudkan

gabungan antara keduanya, berpikir benar, dan berkehendak baik. Pengertian filsafat dapat

dibedakan dalam enam pengertian :

1. Filsafat sebagai suatu sikap

Filsafat merupakan sifat terhadap kehidupan dan alam semesta. Bagaimana manusia

yang berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya. Contoh: seorang ibu

yang tiba-tiba mendapat berita kematian putrinya yang pramugari. Seorang ibu yang

mampu berpikir secara mendalam dan menyeluruh dalam menghadapi musibah tersebut

akan dapat bersikap dewasa, dapat mengontrol dirinya dan tidak emosional. Sikap

kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang menyelidiki secara kritis, terbuka dan

selalu bersedia meninjau persoalan dari semua sudut pandangan.

2. Filsafat sebagai suatu metode

Berfilsafat adalah berpikir secara reflektif, yaitu berpikir dengan memperhatikan unsur di

belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.

3. Filsafat sebagai kumpulan persoalan

Banyak persoalan-persoalan abadi yang dihadapi oleh para filsuf. Usaha-usaha untuk

memecahkannya telah dilakukan, namun ada persoalan-persoalan yang sampai hari ini

belum juga terpecahkan.

Contoh: persoalan apakah ada ide-ide bawaan? Hal ini telah dijawab oleh John Locke.

Contoh: berapa IP (indeks prestasi) yang Anda capai semester ini?

Pertanyaan yang demikian dapat langsung dijawab karena bersangkutan dengan fakta.

Sedangkan pertanyaan yang berikut: Apakah Tuhan itu ada? Apakah kebenaran itu?

Apakah keadilan itu Ada perbedaan antara pertanyaan filsafat dengan pertanyaan bukan

filsafat?

4. Filsafat merupakan system pemikiran

Dalam sejarah filsafat telah dirumuskan sistem-sistem pemikiran dari Socrates, Plato,

dan Aristoteles. Dengan demikian tanpa adanya nama-nama pemikir tersebut beserta

hasil pemikirannya, maka filsafat tidak dapat berkembang seperti sekarang.

Page 5: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

5. Filsafat merupakan analisis logis

Para tokoh filsafat analitis berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan

kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti dari suatu istilah, baik yang dipakai

dalam ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari.

6. Filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh

Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu

serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh. Hakikat

dari sesuatu haruslah mempunyai sifat-sifat berikut:

a. Umum, artinya dapat diterapkan secara luas.

b. Abstrak, artinya tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan hanya dapat

ditangkap dengan akal.

c. Mutlak harus terdapat pada sesuatu hal, sehingga halnya menjadi ada. Menurut

Descrates ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat, yaitu:

- Menyadari adanya masalah, apabila seseorang menyadari bahwa ada sesuatu

masalah, maka orang tersebut akan mencoba untuk memikirkan penyelesaiannya.

- Meragu-ragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan setelah selesai

dirumuskan, mulailah mengkaji pengetahuan yang diperoleh melalui indera san

meragukannya.

- Memeriksa penyelesaian-penyelesaian yang terdahulu setelah menguji

pengetahuan perlu mempertimbangkan penyelesaian-penyelesaian yang telah

diajukan mengenai masalah yang bersangkutan.

- Mengajukan hipotesis

- Menguji konsekuensi-konsekuensi, mengadakan verifikasi terhadap hasil-hasil

penjabaran yang telah dilakukan.

- Menarik kesimpulan, kesimpulan yang diperoleh dapat merupakan masalah baru

untuk diuji kembali dan seterusnya.

B. Perkembangan Teori-teori Filsafat

Pengertian teori (dari bahasa Inggris - theory, bahasa Latin - theoria, dan bahasa Yunani

- theoreo yang berarti melihat atau thorus yang berarti pengamatan) menurut kamus umum

bahasa Indonesia (1995;1041) adalah:

1. Pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian).

2. Atas dan hukum umu yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.

Page 6: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

3. Pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu.

A. Thales (abad ke-16)

Menurut Thales arkhe dalam semesta adalah air. Semuanya berasal dari air dan semuanya

kembali menjadi air (K. Bertens, 1975:26). Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat

asli alam semesta, karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga

benih pada semua makhluk hidup. Teori tentang alam semesta ini barangkali terlalu

sederhana, namun pada saat itulah untuk pertama kalinya manusia berpikir tentang alam

semesta dengan menggunakan rasio.

B. Herakleitos (abad ke-5 SM)

Menurut Herakleitos, perubahan merupakan satu-satunya kemantapan, It rest by

changing (K. Bestens, 1975: 42). Tidak ada sesuatu pun yang betul-betul ada, semuanya

menjadi. Menjadi merupakan perubahan yang tiada henti-hentinya melalui 2 cara:

1. seluruh kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir.

2. seluruh kenyataan adalah api

Perkataan yang terkenal dari Herakleitos adalah panta rhei kai uden menei, semuanya

mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal mantap.

C. Paramenides (515 SM)

Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, itulah

kebenaran. Ada dua pengandaian yang dapat membuktikan kebenaran, yaitu:

1. orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada.

2. orang dapat mengatakan bahwa yang serentak ada dan serentak juga tidak ada.

Kedua pengertian di atas sama-sama mustahil, yang tidak ada tidak dapat

dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.

D. Socrates

Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang harus

mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Teorinya tentang

manusia bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkret.

Socrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

Page 7: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

1. Apakah hidup yang baik?

2. Apakah kebaikan itu, yang mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia?

3. Apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan?

untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan bertanya

kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode Socrates ini disebut dialektika dari kata

Yunani dialeqesthai berarti bercakap-cakap atau berdialog. Karena tujuan dari dialog

adalah untuk menemukan pengertian tentang kebajikan, maka Socrates menamai

metodenya dengan maieutika tekhne seni kebidanan).

E. Plato (428 SM)

Dari pengertiannya tentang ide umum dan ide konkret, dapat disimpulkan bahwa

menurut Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup benda-

benda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua realitas

berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an bersih, besok

sudah lusuh dan kotor. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu dunia ideal, yaitu dunia

yang terdiri ide-ide. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi. Plato

memandang manusia sebagai makhluk yang terpenting di antara segala makhluk yang

terdapat di dunia ini. Jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia, dan jiwa

manusia bersifat baka atau kekal.

F. Aristoteles (384 SM)

Sejak Aristoteles inilah pemikiran-pemikiran filsafat tersusun secara sistematis, yang

dikelompokan dalam 8 bagian, yaitu:

1. Logika

2. Filsafat Alam

3. Psikologi

4. Biologi

5. Metafisika

6. Etika

7. Politik dan Ekonomi

8. Retorika dan Paetika

Teori Aristoteles tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut ini, yaitu air

dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara panas

dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin kemudian menjadi panas.

Page 8: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan yaitu :

1. Keadaan atau ciri yang terdahulu, yaitu : dingin

2. Keadaan atau ciri yang baru, yaitu : panas

3. Suatu substratum atau alas yang tetap, yaitu air.

Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam maupun

kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebut ada 4 penyebab, yaitu:

1. Penyebab efisien (efficient cause) yaitu sumber kejadian, faktor yang menjalankan

kejadian. Contoh: tukang kayu yang membuat meja makan.

2. Penyebab final (final cause). Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian.

Contoh: meja makan dibuat untuk makan.

3. Penyebab material (material cause). Yaitu bahan dari mana benda dibuat. Contoh:

meja makan dibuat dari kayu.

4. Penyebab formal (formal cause). Yaitu bentuk yang menyusun bahan. Contoh: bentuk

meja ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah meja.

G. Alkindi (796-873 SM)

Teorinya tentang pengetahuan terbagi dalam 2 bagian:

1. Pengetahuan Ilahi (devine science), pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari

Tuhan.

2. Pengetahuan manusiawi (human scince), pengetahuan yang didasarkan atas

pemikiran.

Klasifikasi Filsafat

- Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-

universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari

tradisi filsafat orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas

Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl

Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Dalam tradisi filsafat Barat,

dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.

- Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada

dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi.

Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.

Page 9: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

- Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara

harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang

pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.

- Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan

manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas

hidup manusia: etika dan estetika.

- Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia

bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat

diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran,

tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.

- Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari

estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari

berbagai macam hasil budaya.

- Filsafat Timur

Filsafat Timur adalah tradisi falsafa yang terutama berkembang di Asia, khususnya di

India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.

Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Nama-

nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao

Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

- Filsafat Timur Tengah

Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan

juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang

pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang

Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai

kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan

memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa, setelah

runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya

klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan

bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa

filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.

- Filsafat Islam

Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada

sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski

Page 10: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama

Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih mencari Tuhan,

dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan.

- Filsafat Kristen

Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan

zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam

zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan

agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat

ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama.

Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura.

C. Mazhab-mazhab Filsafat Beserta Tokohnya

Dalam realitasnya, filsafat terbagai ke dalam beberapa mazhab. Kemunculan mazhab

ini terutama berada di abad pertengahan sebagai konsekuensi dari munculnya golongan-

golongan pemikir yang sepaham dengan teori, ajaran, bahkan aliran tertentu terhadap tokoh-

tokoh filsafat atau filsuf. Mazhab-mazhab dalam filsafat terbagai atas rasionalisme,

positivisme, empirisme, idealisme, pragmatisme, fenomenologi, dan eksistensialisme.

- Rasionalisme

Rasionalisme muncul pada abad ke-17 dan tokoh yang dikenal dalam mazhab ini adalah

Rene Descrates (1596-1650) yang memopulerkan ungkapan cogito ergo sum yang berarti

aku berpikir maka aku ada. Menurut Descrates, manusia memiliki kebebasan dalam

berkehendak oleh karena itu manusia dapat merealisasikan kebebasannya tersebut dan

kebebasanlah yang merupakan cirri khas kesadaran manusia yang berpikir. Mazhab ini

menekankan metode filsafatnya pada rasionalitas dan sumber pengetahuan yang dapat

dipercaya adalah rasio atau akal. Metode deduktif menjadi metode yang popular dalam

mazhab ini. Metode tersebut menggunakan pola penalaran dengan mengambil

kesimpulan dari suatu yang umum untuk diterapkan kepada hal-hal yang khusus.

- Empirisme

Empirisme  merupakan mazhab yang menekankan pada pengalaman nyata atau empiris

yang menjadi sumber dari segala pengetahuan. Bahwa sebuah pengalaman yang khusus

merupakan kesimpulan dari kebenaran-kebenaran yang bersifat umum. Ini merupakan

Page 11: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

kebalikan dari mazhab rasionalisme, seiring pula kemunculan mazhab empirisme pada

abad yang sama dengan rasionalisme. Tokoh yang terkenal dalam mazhab ini adalah

Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Menurut kedua tokoh ini,

pengalaman adalah awal dari semua pengetahuan dan dapat memberikan kepastian.

Pengalaman ini bisa berupa pengalaman lahiriah maupun batin yang keduanya saling

berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus

ditanggapi oleh pengalaman batiniah.

- Idealisme

Idealisme merupakan istilah yang digunakan oleh Leibniz pada abd ke-18. Merujuk pada

pemikiran Plato bahwa idealisme memfokuskan pemikiran bahwa seluruh realitas itu

bersifat spiritual atau psikis, dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidaklah nyata.

Pemikiran ini didukung oleh George Wilhem Friederch Hegel (1770-1831) di Jerman

yang memiliki pendapat bahwa yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan dirinya di

dalam alam dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri dan hakikat dari roh itu

adalah idea tau pikiran. Menurut Hegel, semuanya yang real bersifat rasional dan

semuanya yang rasional bersifat real. Metode dialektik diperkenalkan oleh Hegel dengan

menerapkan tiga proses dialektik, yaitu teas, antitesa, dan sintesa dimana ia

mengusahakan kompromi antara beberapa pendapat yang berlawanan satu sama lainnya.

- Positivisme

Positivisme merupakan mazhab yang menekankan pemikiran pada apa yang telah

diketahui, yang faktual, nyata, dan apa adanya. Postivis mengandalkan pada pengalaman

individu yang tampak dan dirasakan dengan pancaindera. Sehingga segala sesuatunya

yang bersifat abstrak atau metafisik tidak diakui. August Comte (1798-1857) merupakan

tokoh mazhab ini yang menyatakan bahwa manusia tidak mencari penyebab yang berada

di belakang fakta dan dengan menggunakan rasionya manusia berusaha menetapkan

relasi-relasi antarfakta.

- Pragmatisme

Pragmatisme muncul pada awal abd ke-20. Mazhab ini menegaskah bahwa segala

sesuatunya haruslah bernilai benar apabila membawa manfaat secara praktis bagi

manusia. Artinya, pengetahuan yang berasal dari pengalaman, rasio, pengamatan,

kesadaran lahiriah maupun batiniah, bahkan yang bersifat abstrak atau mistis pun akan

diterima menjadi sebuah kebenaran apabila membawa manfaat praktis. John Dewey

(1859-1852) merupakan tokoh dalam mazhab ini yang berpendapat bahwa filsafat tidak

boleh hanya mengandalkan pemikiran metafisis yang tidak bermanfaat praktis bagi

Page 12: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

manusia, melainkan harus berpijak pada pengalaman yang diolah secafa aktif kritis dan

memberikan pengarahan bagi perbuatan manusia dalam kehidupan nyata.

- Fenomenologi

Fenomenologi  merupakan mazhab yang bersandar pada kemunculan fenomena-

fenomena baik yang nyata maupun semu. Fenomena tidak hanya bisa dirasakan oleh

indera, juga dapat digapai tanpa menggunakan indera. Tokoh dalam mazhab ini adalah

Edmund Husserl (1859-1938) yang menegaskan hukum-hukum logika yang memberi

kepastian sebagai hasil pengalaman bersifat a priori dan bukan bersifat a posteriori.

- Eksistensialisme

Eksistensialisme dipelopori oleh Jean Paul Sartre (1905-1980) yang mengembangkan

pemikiran bahwa filsafat berpangkal dari realitas yang ada dan manusia itu memiliki

hubungan dengan keberadaannya dan bertanggung jawab atas keberadaan tersebut.

Mazhab ini menekankan pada bagaimana cara manusia berada di dunia yang berbeda

dengan benda-benda atau objek lainnya. Dengan kata lain, eksistensialisme menegaskan

tentang bagaimana cara manusia bereksistensi dan bukan sekadar hanya berada sebagai

mana benda-benda lainnya.

Page 13: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

FILSAFAT ILMU

A. Pendahuluan

Filsafat ilmu mulai merebak diawal abad ke 20, namun diabad ke 19 dapat dikatakan

Fancis Bacon sebagai peletak dasar filsafat ilmu dengan metode yang dimiliknya, metode

induksi. Filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

mengalami kemajuaan yang sangat pesat, IPTEK dipandang dapat mengancam eksistensi

umat manusia, namun sejauh ini hanya merupakan kekhawatiran para Agamawan, ilmuan,

juga kalangan filusuf sendiri. Kekahawatiran tersebut pada dasarnya dikarenakan, munculnya

suatu pengembangan IPTEK berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofnya, seperti:

- Landasan ontologis

- Epistemologis

- Aksiologi

Yang cenderung berjalan sendiri-sendiri, untuk memahami gerak perkembangan IPTEK

maka dibutuhkan pemahaman filsafat ilmu, sebagai upaya meletakan kembali peran dan

fungsi IPTEK sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan conceren terhadap

kebahagian umat manusia, inilah merupakan pokok bahasan utama yang akan dikedepankan

terlebih dahulu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu.

B. Pengertian dan Tujuan Filsafat Ilmu

Pengertian

- Robert Ackermann mendefinisikan filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang

pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini, yang telah dibandingkan dengan pendapat-

pendapat dahulu yang telah dibuktikan.

- Lewis White Beck menyatakan bahwa filsafat ilmu itu mempertanyakan dan

menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapakan nilai dan

pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

- Cornelius Benjamin berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan cabang

pengetahuan dan falsafti yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu,

metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya, serta

letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.

- May Brodbeck mengutarakan filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara

etis dan falsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Page 14: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Keempat definisi diatas memperlihatkan suatu ruang lingkup atau cakupan yang dibahas

didalam filsafat ilmu, antara lain:

1. Komparasi kritis sejarah perkembangan ilmu

2. Sifat dasar ilmu pengetahuan

3. Metode ilmiah

4. Praanggapan-praanggapan ilmiah

5. Sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Tujuan Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu sebagai suatu cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah

perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembangkan para

ilmuwan secara umum memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi

kritis terhadap kegiatan ilmiah. sikap seorang ilmuwan mesti kritis pada bidang

ilmuanya, sehingga terhindar dari sikap Solipsistik (tak ada pendapat yang paling

benar).

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode

keilmuan. Satu sikap yang diperlukan disini yakni menerapkan metode sesuai atau

cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, karena metode merupakan sarana berfikir,

bukan merupakan hakikat ilmu pengetahuan.

3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, secara logis

atau rasional pengembangan metode dapat dipertanggungjawabkan, agar dapat

dipahami dan dipergunakan secara umum. Validnya suatu metode ditentukan

dengan diterimanya metode tersebut secara umum.

C. Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan

yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah

apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak

benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan

hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar.

Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik yang mencakup seluruh hal

yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti

Page 15: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan

kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan manusia

mempunyai pengetahuan adalah :

1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup.

2. Mengembangkan arti kehidupan.

3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.

4. Mencapai tujuan hidup.

Jenis Pengetahuan

a. Pengetahuan biasa (common science) yang digunakan terutama untuk kehidupan

sehari-hari tanpa mengetahui seluk-beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-

luasnya.

b. Pengetahuan Ilmia atau ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara

khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan

luas untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.

c. Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang

dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai di luar dan di atas

pengalaman biasa.

d. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para

nabi. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

Hakekat Pengetahuan

Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan :

1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan

adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.

2. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental

atau psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif

tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang

mengalami dan mengetahuinya. Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai

kedudukan utama dalam alam semesta.

Sumber Pengetahuan

Page 16: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :

- Empirisme, menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui

pengalaman. Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang

diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal antara

lain : John Locke (1632-1704), George Barkeley (1665-1753) dan David Hume.

- Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian

dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya

adalah Rene Descartes (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottried

Leibniz (1646-1716).

- Intuisi. Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa

melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan

hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi tetapi bersifat personal.

- Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang

terpilih untuk menyampaikannya (Nabi dan Rasul). Melalui wahyu atau agama,

manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau atau pun tidak

terjangkau oleh manusia.

Ukuran Kebenaran

Berfikir merupakan suatu aktivitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa yang

disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan

suatu ukuran atau kriteria kebenaran.

Ada tiga jenis kebenaran yaitu : Kebenaran epistemologi (berkaitan dengan

pengetahuan), kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada atau diadakan), dan

kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata). Ada empat teori kebenaran,

yaitu : teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatisme, dan teori kebenaran Illahiah

atau agama.

Ketiga teori pertama mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan

diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori pragmatisme

fungsional pada fungsi dengan kegunaan kebenaran itu sendiri. Tetapi ketiganya memiliki

persamaan, yaitu : seluruh teori melibatkan logika, baik logika formal maupun material

(deduktif dan induktif), melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan menggunakan

pengalaman untuk mengetahui kebenaran itu.

1. Teori Korespondensi (Correspondence Theory og Truth)

Page 17: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Teori korenspondensi menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu

terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau

pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat

tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan

realitas, yang serasi dengan situasi aktual. Dengan demikian, ada lima unsur yang perlu

yaitu : pernyataan (statement), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan

(realitas), dan putusan (judgement). Teori ini dianut oleh aliran realis, pelopornya Plato,

Aristoteles dan Moore. Dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di

abad skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad modern. Cara berpikir ilmiah yaitu

logika induktif menggunakan teori korespondensi ini.

2. Teori Koherensi (The Coherence of Truth)

Teori ini menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan,

bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap

benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu

dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dengan pertimbangan lain yang telah

diterima kebenarannya, misalnya jika A = B dan B = C, maka A = C. Logika matematik

yang deduktif memakai teori kebenaran koherense ini, logika ini menjelaskan bahwa

kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini

digunakan oleh aliran metafisikus-rasionalis dan idealis. Teori ini sudah ada sejak pra

Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu

teori dianggap benar apabila telah dibuktikan (justifikasi) benar dan tahan uji (testable).

Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang

benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.

3. Teori Pragmatisme (The Pragmatic Theory of Truth)

Teori ini menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila

memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan

kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan

akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran

yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.

Akibat hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah : sesuai dengan keinginan dan

tujuan, sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen, dan ikut membantu serta mendorong

perjuangan untuk tetap eksis (ada). Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari

para filsup Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan diikuti oleh

William James dan John Dewey (1859-1952).

Page 18: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

4. Teori Kebenaran Illahiah atau Agama

Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan akal budi, fakta, realitas dan kegunaan

sebagai landasannya. Sedangkan dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang

bersumber pada Tuhan. Sebagai makhluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan

menemukan kebenaran melalui agama, dengan demikian sesuatu dianggap benar bila

sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.

Agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan

manusia, termasuk kebenarannya.

Obyek Materi dan Obyek Formal

Obyek ilmu pengetahuan ada yang berupa materi (obyek materi) dan ada yang berupa

bentuk (obyek forma). Obyek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran,

atau penelitian keilmuwan, bisa berupa benda-benda material maupun yang non-material,

bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide dan konsep-konsep. Sedangkan menurut

obyek formanya, ilmu pengetahuan itu berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada

yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam), ilmu pengetahuan non-fisis

(ilmu pengetahuan sosial dan humaniora serta ilmu pengetahuan ketuhanan) karena

pendekatannya menurut segi kejiwaan. Ilmu pengetahuan fisis termasuk ilmu pengetahuan

yang bersifat kuantitatif sementara ilmu pengetahuan non-fisis merupakan ilmu pengetahuan

yang bersifat kualitatif.

D. Dasar-dasar Ilmu (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi)

Ontologi

Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang

mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa yang disebut

dengan ilmu pengetahuan itu). Jadi dalam ontologi yang dipermasalahkan adalah

akar-akarnya hingga sampai menjadi ilmu. Dalam kajian beberapa pendapat, ontologi

dapat dikatakan sebagai metafisika umum. Rapar (1996) menyebutkan bahwa

ontologi membahas secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan itu dilakukan

dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang sesungguhnya dari

penampakan atau penampilan eksistensi itu. Menurutnya, menurutnya teori ontologi

ada tiga yang paling terkenal, yaitu :

a. Idealisme

Page 19: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide. Segala

sesuatu yang tampak dan berwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan

gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia idea.

b. Materialisme

Materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Baginya, yang ada

sesungguhnya adalah keberadaan yang semata-mata bersifat material atau sama

sekali tergantung pada material. Jadi realitas yang sesungguhnya adalah lambang

kebendaan dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan. Oleh sebab itu

seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistis.

c. Dualisme

Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe

fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya.

Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan

demikian dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada

secara fisis dan mental atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisis.

Epistemologi

Epitemologi atau teori pengetahuan berasal dari bahasa Yunani “episteme” dan

“logos”. “Episteme” artinya pengetahuan (knowledge), “logos” artinya teori. Dengan

demikian epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan. Objek material

epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat

pengetahuan.

Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemologi berkisar pada masalah :

asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan

antara pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan

kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan

pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia.

Aksiologi

Aksiologi pada umumnya membahas tentang masalah nilai. Istilah kata axiology

berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga,

logos artinya akal, teori atau ilmu. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan

mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat

Yunani, studi mengenai nilai ini mengedepankan dalam pemikiran Plato mengenai

idea tentang kebaikan, atau yang lebih dikenal dengan summum bonum (kebaikan

tertinggi).

Page 20: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Problem utama aksiologi ujar Runes berkaitan dengan empat faktor penting sebagai

berikut :

Pertama, kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai itu berasal dari

keinginan, kesenangan, kepentingan, preferensi, keinginan rasio murni, pemahaman

mengenai kualitas tersier, pengalaman sinoptik kesatuan kepribadian, berbagai

pengalaman yang mendorong semangat hidup, relasi benda-benda sebagai sarana

untuk mencapai tujuan atau konsekuensi yang sungguh-sungguh dapat dijangkau.

Kedua, Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai intrinsik,

ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental yang menjadi

penyebab (baik barang-barang ekonomis atau peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai

nilai-nilai intrinsik.

Ketiga, Kriteria nilai artinya ukuran bentuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligus

oleh teori psikologi dan logika.

Keempat, status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara

nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu kealaman, kenyataan

terhadap keharusan pengalaman manusia tentang nilai pada realitas kebebasan

manusia.

FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI

A. Komunikasi Sebagai Kegiatan Ilmiah

Page 21: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

Berdasarkan paradigma Lasswell maka komunikasi berarti proses penyampaian pesan

dari seorang komunikator kepada seorang komunikan melalui media tertentu untuk

menghasilkan efek tertentu. Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell :

1. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan).

2. The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi

kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan).

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi

warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

Komunikasi sebagai kegiatan antar manusia mulai diperkenalkan oleh Aristoteles

melalui retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antar manusia. Komunikasi

berlangsung antara pemberi pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) agar

mempunyai kesamaan makna. Oleh Carl I. Hovland ditambahkan fungsi komunikasi selain

untuk mencari kesamaan makna, juga untuk mengubah tingkah laku komunikan. Proses

komunikasi menurut Harold Lasswell harus memenuhi unsur-unsur :

1. Komunikator

2. Pesan

3. Media

4. Komunikan

5. Efek

Komunikasi sebagai suatu ilmu ditandai dengan ciri pada objek tertentu, sistematis,

universal dan mempunyai metode tertentu. Objek material komunikasi adalah perilaku

manusia baik sebagai individu, kelompok atau masyarakat. Sedangkan objek formalnya

adalah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran,

persamaan, sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat dan pengetahuan

kelembagaan. Adapun lingkup komunikasi dapat dibedakan berdasarkan konteksnya, yaitu :

1. Bidang komunikasi

2. Sifat komunikasi

3. Tatanan komunikasi

4. Tujuan komunikasi

5. Fungsi komunikasi

Page 22: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

6. Teknik komunikasi

7. Metode komunikasi

B. Pokok Pikiran Filsafat Komunikasi

Filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu

sedalam-dalamnya. Mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah

pemahaman(versthelena) secara fundamental, metodologis, sistematis, analistis, kritis dan

holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya,

sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Mengacu pada

paradigma Laswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media

dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak

hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut.

Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan(noise) dan lain sebagainya. Joseph A.

Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebutkan adanya lingkungan

komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi :

1. Dimensi fisik

2. Dimensi sosial-psikologis

3. Dimensi temporal (waktu)

Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur

gangguan(noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam

suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator

berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa ganguan

fisik (ada suara dari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala

komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna).

C. Pikiran Sebagai Isi Pesan Komunikasi

Manusia adalah makhluk yang berpikir. Sedangkan komunikator manusia akan

mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain dalam bentuk pesan. Pesan

komunikasi mempunyai dua aspek, yaitu isi pesan dan lambing. Dalam pesan diperlukan

bahasa, sebab tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan.

Sebagai makhluk yang berpikir, manusia berbeda dengan binatang yang ditandai dengan ciri-

ciri pembeda sebagai berikut :

a. Ciri-ciri fisik.

b. Ciri-ciri sosial

Page 23: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi

c. Ciri-ciri sebagai personal

Berpikir adalah kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul dihadapan

kesadarannya dalam pegalaman dan pengertian. Fungsi berpikir adalah untuk mengetahui dan

untuk mengerti atau memahami. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator ke

komunikan. Pesan komunikasi terdiri atas, isi pesan (content of the message), dan lambang

(symbol). Isi pesan adalah pikiran, lambang adalah bahasa. Bahasa melekat pada pikiran oleh

karena itu tidak dapat dilepaskan dari pikiran.

1. Intensitas Berpikir

Fungsi berpikir meliputi : “wissen” (mengetahui), dan “verstehen” (mengerti secara

mendalam). Berpikir mengenai realitas sosial terdiri atas: Berpikir secara horizontal

(sensitivo rasional), dan secara vertical (metarasional).

2. Sistematika Berpikir

Berpikir deduktif (deduktif thinking), berasal dari Plato, Aristoteles. Dari satu rumus

umum dapat ditarik berbagai kesimpulan. Berpikir induktif (induktif thinking), menarik

suatu kesimpulan umum dari berbagai data atau kejadian yang ada disekitarnya. Berpikir

memecahkan masalah (problem solving thinking), prosesnya secara kronologis sebagai

berikut : analysis, synthesis, evaluation, selection.

Berpikir Kreatif (Creative Thinking) : Kesanggupan seseorang menciptakan suatu ide

baru yang berfaedah; Perpaduan antara science and imagination. Berpikir Filsafati

(Philosophical Thinking), Perenungan, meragukan, mengajukan pertanyaan untuk

mengusahakan kejelasan, keruntutan, dan keadaan memadainya pengetahuan untuk

pemahaman.

3. Pertimbangan Nilai

Nilai adalah kekuatan central yang membimbing atau memandu perilaku seseorang,

cenderung untuk berlaku abadi. Sebelum Komunikasi berlangsung terjadi proses

internalisasi (Pembatinan), (implicit atau explicit). Dalam filsafat ada 3 nilai yang

menjadi bahasan (etika, logika, estetika). Sedangkan dalam komunikasi istilah objective

dan subjective. Objective descriptive (tanpa pertimbangan nilai, tetapi dengan

pertimbangan factual) dan Subjective (sarat nilai).

Page 24: Materi Complete (Konsep Ttg Filsafat, Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu Komunikasi