BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah masalah kesehatan terbesar karena merupakan penyebab utama kematian dengan jumlah mencapai 12,4% dari total kematian di seluruh dunia (WHO, 2008). Di Amerika Serikat, PJK berada di peringkat pertama kematian. Laporan Asosiasi Jantung Amerika Serikat di Eropa menyatakan bahwa PJK tetap menjadi penyebab utama kematian pada pria yang berusia 45 tahun ke atas dan pada wanita yang berusia di atas 55 tahun. Sekitar 425,425 kematian terjadi akibat PJK di Amerika Serikat pada tahun 2006 atau 1 dari enam kematian terjadi akibat PJK. (berdasarkan pada the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES, 2003–06), National Center for Health Statistics dan NHLBI) Selain itu, Asosiasi Jantung Amerika Serikat di Eropa (AHA) menyatakan bahwa insidensi, morbiditas, dan mortalitas PJK dipengaruhi oleh berbaga faktor resiko. Ada faktor resiko yang dapat diubah, dikontrol, dan diobati, tetapi ada pula faktor resiko yang tidak dapat diubah. Semakin banyak faktor resiko yang dipunyai seseorang, semakin besar pula orang tersebut berisiko 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah masalah kesehatan terbesar
karena merupakan penyebab utama kematian dengan jumlah mencapai 12,4%
dari total kematian di seluruh dunia (WHO, 2008). Di Amerika Serikat, PJK berada
di peringkat pertama kematian. Laporan Asosiasi Jantung Amerika Serikat di
Eropa menyatakan bahwa PJK tetap menjadi penyebab utama kematian pada
pria yang berusia 45 tahun ke atas dan pada wanita yang berusia di atas 55
tahun. Sekitar 425,425 kematian terjadi akibat PJK di Amerika Serikat pada tahun
2006 atau 1 dari enam kematian terjadi akibat PJK. (berdasarkan pada the
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES, 2003–06), National
Center for Health Statistics dan NHLBI)
Selain itu, Asosiasi Jantung Amerika Serikat di Eropa (AHA) menyatakan
bahwa insidensi, morbiditas, dan mortalitas PJK dipengaruhi oleh berbaga faktor
resiko. Ada faktor resiko yang dapat diubah, dikontrol, dan diobati, tetapi ada
pula faktor resiko yang tidak dapat diubah. Semakin banyak faktor resiko yang
dipunyai seseorang, semakin besar pula orang tersebut berisiko menderita PJK.
Karena itulah, dengan mengurangi faktor resiko, diharapkan insidensi PJK dapat
berkurang.
Salah satu faktor resiko PJK yang dapat diubah dan dikontrol adalah
merokok. Perokok memiliki resiko 2-4 kali lebih besar dari yang bukan perokok
untuk menderita PJK. Selain itu, rokok juga memilik kandungan yang tidak hanya
menyebabkan gangguan kardiovaskular,tetapi juga bagi sistem-sistem vital tubuh
lainnya.
Dari data WHO tahun 2008, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan
konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan di atas Rusia dan
1
Amerika Serikat. Indonesia memiliki 65 juta perokok atau sekitar 28 % per
penduduk (225 miliar batang per tahun). Dalam 9 tahun terakhir, jumlah
perokok di Indonesia terus bertambah. Pertumbuhan rokok Indonesia pada
periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun.
Jika digabungkan antara perokok kalangan anak, remaja, dan dewasa,
maka jumlah perokok Indonesia sekitar 27.6%. Artinya, setiap 4 orang Indonesia,
terdapat seorang perokok. Angka persentase ini jauh lebih besar daripada
Amerika yakni hanya sekitar 19% atau hanya ada seorang perokok dari tiap 5
orang Amerika. Perlu diketahui bahwa pada tahun 1965, jumlah perokok
Amerika Serikat adalah 42% dari penduduknya. Melalui program edukasi dan
meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat tanpa rokok ( ditambah pelarangan
iklan rokok di TV dan radio nasional), selama 40 tahun lebih Amerika berhasil
mengurangi jumlah perokok dari 42% hingga kurang dari 20% di tahun 2008.
Dari survai secara nasional juga ditemukan bahwa laki-laki remaja banyak
yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari kelompok umur produktif adalah
perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah umur 25-29 tahun. Hal ini
terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari perokok yang
berhasil berhenti merokok dalam satu rentan populasi penduduk. Sebagian
perokok mulai merokok pada umur < 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40
tahun ke atas telah merokok tiga puluh tahun atau lebih, lebih dari perokok
menghisap minimal 10 batang perhari, hampir 70% perokok di Indonesia mulai
merokok sebelum mereka berusia 19 tahun (Pdpersi, 2003).
Peningkatan jumlah perokok di Indonesia menyebabkan bertambah
buruknya status kesehatan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan
ini harus dicegah dan upaya perbaikan harus dilakukan. Untuk menurunkan
jumlah perokok, kita harus mengetahui penyebab mendasar yang
mengakibatkan seseorang merokok. Rata- rata merokok yang dilakukan oleh
kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan
sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan
2
diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi
oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok
seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin (Mangku Sitepoe,
1997:13).
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh rokok terhadap Penyakit Jantung Koroner?
2) Apa solusi yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah perokok di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Mengurangi jumlah perokok
2) Mengurangi insidensi PJK
1.4 Manfaat Penulisan
1) Mengetahui peran rokok dalam perkembangan PJK
2) Memberikan informasi tentang bahaya merokok
3) Memberikan solusi dalam menekan jumlah perokok di Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Jantung Koroner
2.1.1 Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik adalah
penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria.
(Siregar, Abdullah Afif., Lubis, Ellya Nova. 2000).
2.1.2 Etiologi
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima
bermula berupa bercak fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi
ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian
aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan tetapi
diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar
gula darah yang abnormal (Djohan T Bahri Anwar, 2004).
2.1.3 Faktor-faktor resiko PJK
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama
berupa:
1) Hipertensi
2) Kolesterol darah
3 )Merokok
4) Diet
5) Usia
6) Jenis Kelamin
7) Kurang latihan.
4
2.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang biasanya timbul adalah :
1) Rasa tertekan (seperti ditimpa beban, nyeri, terjepit, diperas,
terbakar) didada, dan dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan
punggung.
2) Tercekik atau sesak selama lebih dari 20 menit.
3) Keringat dingin, lemah, jantung berdebar, dan pingsan.
4) Semakin kurang istirahat, tetapi bertambah berat dengan
aktivitas.vSelain gejala nyeri dada, juga terdapat tanda-tanda
seperti jantung berdebar (denyut nadi cepat), keringat dingin,
sesak nafas, cemas dan gelisah.
Penyebab serangan jantung dan kematian mendadak berawal dari
kerusakan endotel yang faktor risiko utamanya adalah karena merokok,
penyakit kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi (dislipidemia), keturunan (Siregar, Abdullah Afif., Lubis,
Ellya Nova. 2000).
2.2 Merokok
Ogawa (2006), mendefinisikan kebiasaan merokok sebagai perilaku
penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus
rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh
kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok
menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit
telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan bagi perokok sendiri
tapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah
menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Merokok sebagai ketagihan merupakan fakta yang telah diterima. Dalam
periode beberapa tahun saja, dengan merokok setiap hari seseorang itu akan
5
bergantung (dependent) kepada rokok secara fisik ataupun mental. Menurut
Piccittio, (1998) terdapat reseptor nikotin di bagian hipokampus otak yang
terlibat dengan pembelajaran dan ingatan, juga di bagian otak yang berperan
dalam emosi.
2.3 Kategori Perokok
2.3.1 Berdasarkan Keaktifannya
a. Perokok Aktif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang
yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan
polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih
berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap
rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang
bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang
dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif,
lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali
lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996:43).
b. Perokok Pasif
Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan
diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Seorang perokok aktif hanya
akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-
stream, sedangkan arus pinggir (side - stream) akan tetap berada
diluar. Sesudah itu ia tidak akan menelan semua asap tetapi
disemburkan lagi keluar (Kusmana, 2009).
6
2.3.2 Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap
a. Perokok Ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang
per hari.
b. Perokok Sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per
hari.
c. Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang.
2.4 Bahan – Bahan yang Terkandung dalam Rokok
Tabel Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok
Komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas
(85%) dan bagian partikel. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200
diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic
Aromatic hydrocarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker
7
(seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Pdpersi,
2003).
Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5 x 109 pp.
Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen
sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun
komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium
(Sirait, 2001).
2.4.1 Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin
bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin
merupakan aikaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi
beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan
mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin
akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan,
sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya.
Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan jarang adanya jumlah
perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil
berhenti (Pdpersi, 2003).
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat
dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya
yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas
rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan ,
lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak.
8
Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 - 3 ng,
dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma
antara 40 - 50 ng/ml. Efek nikotin menyebabkan perangsangan
terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu
jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan
istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat
timbulnya hipertensi. Efek lain merangsang berkelompoknya
trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan
akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat
asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok (Kusmana, Dede.,
2009).
2.4.2 Karbon Monoksida
Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan
menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh
perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti
akan berpengaruh negatif pada jalan nafas.
Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan
dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam
rokok terdapat CO sejumlah 2%- 6% pada saat merokok, sedangkan
CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts
per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin
dalam darah sejumlah 2-16% (Mangku Sitepoe, 1997:21).
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb)
yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding
oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen
udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan
semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO
dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan
9
oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi
pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses
spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah
akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis
(penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-
mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran
peranakan, di ari-ari pada wanita hamil.
2.4.3 Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan
nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya
karsinogenik (pembentukan kanker).
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun
sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam
penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga
dapat menyebabkan kanker.
Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam
komponen padat asap rokok. Pada saat dihisap, tar masuk ke rongga
mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan
gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi
antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok
berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter
dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter,
efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat
merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah
rokok yang digunakan bertambah banyak (Mangku Sitepoe, 1997: 25).
10
2.4.4 Timah Hitam (Pb)
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak
0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap
dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang
batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram
per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap
rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini
masuk ke dalam tubuh (Sitepoe, 1997).
11
BAB IIIMETODOLOGI PENULISAN
3.1 Prosedur Pengumpulan Sumber Pustaka
Penulisan ini bersifat deskriptif dan agar penulisan makalah ini lebih
akurat, maka penulis mencari sumber pustaka dari berbagai literatur yang
relevan dengan masalah yang dipilih untuk digunakan sebagai referensi.
Referensi yang digunakan terutama adalah jurnal ilmiah, makalah-makalah,
artikel-artikel yang dimuat di koran dan internet, serta buku-buku yang sesuai
dengan masalah penulisan.
3.2 Analisis Sumber Pustaka
Setelah mencari, mengkaji dan menelaah berbagai data, informasi dan
sumber pustaka yang ada, penulis melakukan analisa terhadap konsep dan hal-
hal yang terkait dengan perumusan masalah. Setelah melakukan analisa dan
sintesis terhadap fakta-fakta yang ada, maka penulis kemudian menarik simpulan
yang akan menjawab perumusan masalah tersebut.
12
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
Epidemiologi penyakit terus berubah tergantung pada ruang dan waktu.
Abad sebelum ditemukan antibiotik, penyakit yang sering menyebabkan
kematian adalah penyakit menular, tetapi waktu terus berjalan, gaya hidup
demikian juga berubah drastis sehingga memiliki pengaruh terhadap prevalensi
atau insiden terjadinya suatu penyakit tertentu. Penyakit jantung juga demikian
terus mengalami perubahan epidemiologi, Berbagai penyakit jantung yang dapat
kita temukan saat ini. Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit
jantung yang paling ditakuti oleh setiap lapisan masyarakat di dunia saat ini. PJK
identik dengan penyakit orang tua karena yang sering menderita PJK adalah
orang berusia lanjut tetapi saat ini PJK sudah merambah dalam usia muda
sehingga seiring dengan perkembangan zaman, prevalensinya terus meningkat.
PJK sangat dipengaruhi berbagai faktor resiko walaupun faktor
penyebabnya hingga saat ini belum dapat teridentifikasi. Faktor resiko tersebut
yaitu, genetik, pola hidup, hipertensi, usia, jenis kelamin laki-laki, dan
sebagainya. Walaupun pola hidup faktor resiko yang dapat diubah, tetapi pola
hidup berpengaruh besar dalam perkembangan penyakit PJK. Salah satu pola
hidup tersebut ialah kebiasaan merokok. Produksi rokok semakin bertambah
setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah konsumen rokok.
Di lingkungan sekitar yang tidak jauh misal di rumah, di jalan, di sekolah, atau
dimanapun tempat di belahan dunia dapat disaksikan orang yang sedang
merokok. Kenikmatan yang kita saksikan tampaknya tidak aka nada habisnya.
Padahal disetiap iklan rokok dapat telah dicantumkan bahwa rokok sangat
berbahaya bagi kesehatan. Konsumen rokok tidak hanya dikalangan dewasa
tetapi remaja juga termasuk, hingga saat ini kita lihat di televisi bahwa balitapun
sudah ada yang merokok. Tidak mengherankan bila PJK dan penyakit lain yang
13
memiliki faktor resiko jumlahnya semakin meningkat dan juga terjadi perubahan
dimensi usia penderita penyakit tersebut.
4.1 Pengaruh Merokok Terhadap Arterosklerosis dan Penyakit Jantung LainnyaKonsumsi rokok sangat meningkat terutama di negara-negara dengan
pendapatan rendah. Akibatnya beban penyakit dan kematian yang berhubungan
dengan kebiasaan merokok meningkat di negara berkembang, termasuk di
Indonesia. Penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok antara lain
kanker, kardiovaskular, gangguan pernafasan, gangguan reproduksi dan
beberapa jenis penyakit lain.
Kebiasaan merokok menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita
pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja
merugikan bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan
merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Beberapa bahaya merokok bagi kesehatan manusia antara lain:
1) Penyakit Jantung
2) Kanker Paru-Paru
3) Lelah
4) Lumpuh/Angin
Ahmar
5) Berkurangnya
kecergasan dan
keceriaan
6) Kurang nafsu seks
7) Cepat nampak tua
8) Kulit muka
berkedut
9) Gigi berwarna
kuning dan
berkarat
10) Badan dan baju
berbau
14
Pengaruh merokok bagi perokok pasif:
Wanita:
Melahirkan bayi yang kurang berat badan dan tidak cukup
bulan
Putus haid awal
Lebih mudah terpajan kanker (kanker leher rahim)
Mengurangkan kesuburan
Anak-anak:
Lebih mudah mendapat lelah (Asma)
Mendapat jangkitan paru-paru
Anak-anak akan meniru dan menjadi perokok.
Kanker, penyakit kardiovaskuler, penyakit paru merupakan dampak
utama dari konsumsi rokok baik bagi si perokok dan perokok pasifnya. Hal
tersebut disebabkan adanya faktor resiko lain yang sangat mendukung
meningkat dan timbulnya penyakit-penyakit tersebut seperti diit tinggi kolesterol
dan kurangnya aktivitas terutama pada masyarakat yang tinggal diperkotaan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok
adalah penyebab berbagai penyakit, dan juga dapat mengenai orang sehat yang
bukan perokok. Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang
dewasa yang sehat dapat menambah resiko terkena penyakit paru-paru dan
penyakit jantung sebesar 20 - 30 persen. Aterosklerosis adalah suatu keadaan
dimana terdapat arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan lemak,
trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya
ke tunika media. Penumpukan plak-plak dalam dinding pembuluh darah koroner,
pada akhirnya akan mengakibatkan sumbatan aliran darah. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya arterosklerosis salah satunya adalah merokok (Susanna,
Hartono, Fauzan, 2003). Merokok merupakan faktor predisposisi bagi beberapa
individu dengan sindrom klinis aterosklerosis yang berbeda termasuk angina
stabil, sindrom akut koronari, kematian mendadak, dan stroke. Aterosklerosis
aorta dan peripheral juga meningkat, menyebabkan “intermittent claudication”
dan aneurisma aorta abdominal. (Ambrose, 2004)
Kadar nikotin yang diukur adalah kadar nikotin dalam asap arus utama
(asap yang dihisap langsung oleh perokok) dan asap rokok arus samping (asap
rokok yang dilepaskan ke lingkungan). Asap rokok arus samping mengandung
nikotin lebih banyak dari pada dalam arus utama. Dengan kata lain bahwa kadar
nikotin yang dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin yang
dihisap oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap arus samping
lebih banyak 4 – 6 kali dari pada yang terdapat dalam asap arus utama.
Perbedaan ini selain dikarenakan perbedaan dalam pembentukannya, juga
disebabkan karena asap rokok arus samping terus menerus dihasilkan selama
rokok menyala walaupun tidak sedang dihisap. Dengan demikian merokok tidak
saja membahayakan bagi si perokok saja (perokok aktif), tetapi juga bagi orang di
sekitarnya (perokok pasif). Perbedaan nikotin dalam berbagai merk rokok
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis dan campuran tembakau yang
digunakan, jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang
digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada-tidaknya filter dalam
tiap batang rokok. Bila diasumsikan bahwa rata-rata orang merokok per hari 10
batang, dan diasumsikan semua nikotin yang terdapat dalam asap rokok terserap
seutuhnya ke dalam tubuh, maka jumlah nikotin yang masuk ke dalam tubuh per
hari dapat dihitung. Meskipun dosis yang dihisap per harinya masih di bawah
dosis toksik (0,5–1,0 mg/kg BB atau sekitar 30 –60 mg), bila ini berlangsung
dalam waktu yang lama maka akan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
(Susanna, Hartono, Fauzan, 2003).
Pada dasarnya toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya paparan
(dosis), dan lamanya pemaparan. Gas CO dalam tubuh akan mempengaruhi
kadar oksigen dalam darah yang menyebabkan terjadinya penurunan dan
meningkatkan terjadinya iskemia Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas
suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan
terjadinya iskemia miokardium lokal. Iskemi yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan
fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen mendorong miokardium untuk
mengubah metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob. Efeknya dapat
terjadi hipoksia dan asidosis yang cepat dan mengakibatnya berkurangnya
kontraksi, dan menyebabkan perubahan hemodinamika. Perubahan ini dapat
• DM kontrol optimal hiperglikemia pada DM (Direktorat Bina
Farmasi dan Komunitas Klinik. 2006)
4.4 Komplikasi
Penyakit Jantung Koroner dapat menyebabkan terjadinya iskemi yang jika
dibiarkan akan berubah menjadi infark. Komplikasi iskemia dan infark antara
lain gagal jantung kongestif, syok kardiogenik, disfungsi otot papilaris defek
septum ventrikel, rupture jantung perdarahan masif di kantong (dinding
nekrotik yang tipis pecah tamponade jantung), aneurisme ventrikel,
tromboembolisme,pericardium perikarditis, Sindrom Dressler, dan aritmia.
(Sarumpaet, 2009)
4.5 Prognosis
Beberapa penyakit seperti Diabetes Melitus memperburuk prognosis
Penyakit Jantung Koroner. Angka kematian PJK akibatnya dapat meningkat
sampai 70%. (Sarumpaet, 2009)
Bahaya rokok sangat mencengkam jantung yang sehat maka perlu
dilakukan upaya promotif dalam pengkonsumsian merokok. Untuk melakukan
upaya tersebut senantiasa dibutuhkan media agar informasi-informasi kesehatan
mengenai bahaya merokok terhadap jantung khususnya dalam mencetuskan PJK.
Media yang mudah disebarluarkan yaitu berupa iklan dalam bentuk lembaran.
Lembaran tersebut dapat dijadikan poster yang dapat membangkitkan gairah
berhenti merokok. lembaran tersebut telah dilampirkan dalam makalah ini.
Adanya lembaran atau pamflet tersebut tujuan penulisan ini dapat tercapai.
BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
Merokok merupakan kebiasaan yang berbahaya bagi kesehatan,
terutama organ vital seperti jantung. Perokok pasif memiliki resiko lebih besar
untuk mendapatkan dampak negative dari merokok dari pada perokok aktif.
4.2 Saran
Kebiasaan merokok harus dihentikan sejak dini, terutama di lingkup
keluarga. Diharapkan pemerintah lebih tegas dalam menangani produksi rokok
dalam negeri. Diperlukan juga edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya
merokok. Baik upaya preventif dan rehabilitatif diperlukan untuk menangani
para perokok yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ambrose, A., dkk. 2004. The Pathophysiology of Cigarette smoking and Cardiovascular Disease: An Update. Journal of the American College of Cardiology vaol 43 No. 10.
Anonim. 2005. Modul Berhenti Merokok. Bagian Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan Malaysia.
Anonim. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Direktorat Bina Farmasi dan Komunitas Klinik
Anonim. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Direktorat Bina Farmasi dan Komunitas Klinik
Anwar, Djohan T Bahri. 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Medan: FK USU.
Anwar, Djohan T Bahri. 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Medan: FK USU.
Anwar, Djohan T. Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan: FK USU.
Anwar, Djohan T. Bahri. 2004. Patofisiologi Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. Medan: FK USU.
Barnoya, J. & Glantz, S.A. 2005. Cardiovascular Effects of Secondhand Smoke: Nearly as Large as Smoking. Circulation 2005;111;2684-2698.
Ekawati. N, dkk. 2008. Peningkatan Pengetahuan , Sikap Dan Perilaku Terhadap Rokok Pada Siswa Smu Di Kelurahan Penatih. Bali: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
Gustina, Tin. 2007. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Fungsi Paru Penderita Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Kulon Progo Dan Kota Yogyakarta. Yogyakarta
Idham, Idris. 2007. Diagnosis & Pengobatan Penyakit jantung Koroner (PJK). Jakarta: National Cardiovascular Center Harapan Kita
Kumar V, Cotran R S, Robbins S L. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7. Jakarta: EGC.
Kusmal, B. dkk. 2010. Berlin's medical students' smoking habits, knowledge about smoking and attitudes toward smoking cessation counseling. Journal of Occupational Medicine and Toxicology 2010, 5:9 diakses dari http://www.occup-med.com/content/5/1/9.
Mangku, Sitepoe. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta:Gramedia
Miyazaki, T., dkk. 2003. Adipocyte derived plasma protein, adiponectin, is associated with smoking status in patients with coronary artery disease. Heart 89:663-664.
Morrow D.A., Gers B.J, dan Braunwald E. 2005. Chronic Coronary Disease in Braunwal Heart disease a Text Book of Cardiovascular Disease: Elsevier.
Pdparsi. 2003. Ada Apa Dengan Rokok. http.// www.red-bondowoso.or.id
Sarumpaet, Nerrida S. 2009. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2007. Medan: FK USU
Siregar, Abdullah Afif., Lubis, Ellya Nova. 2000. Penyakit Jantung Koroner pada Anak dan Pencegahannya.
Susanna D, Hartono B, dan Fauzan H. 2003. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap Rokok. Depok: Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Vivi, Juanita S. 2004. Merokok? Kenapa Takut?. Diakses dari: http://www.sinarharapan.co.id/iptek/2004.
Wardoyo. 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo:Toko Buku Agency
World Health Organization (WHO). 2008. Global burden of coronary heart disease. diakses dari : http://www.who.int/cardiovascular_disease/en/cvd_atlas_13_coronaryhd.pdf.