Top Banner

of 76

masalah agama terkini

Jul 20, 2015

Download

Documents

hamdanrifai14
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Saya dalam kesulitan mengenai madzhab yang ada 4 yang diakui di indonesia.? 1. Apakah hukumnya bermadzhab 2. Bagaimanakah kita tidak bermadzhab padahal dalam implikasi kehidupan sehari-hari pasti menggunakannya 3. dan bagaimanakah memperadukan madzhab dalam menggunakannya 4. dan bagaimanakah apabila kita menggunakan semua madzhab dengan mempertimbangkan akal pikirannya sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih Ali Mu`tafi Jawab : Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh Mazhab artinya jalan. Dalam masalah agama sering disebut aliran. Sebenarnya banyak sekali aliran dan mazhab yang dikenal dalam sejarah Islam. Sejak masa sahabat dan munculnya perbedaan pendapat dalam masalah cabang agama, setiap pendapat lalu disebut dengan istilah mazhab, maka di sana terkenal mazhab Aisyah, mazhab Adbullah bin Umar, mazhab Abdullah bin Masud dll. Sampai sekitar pertengahan abad keempat, ada sekitar 13 mazhab terkenal yang pendapat mereka dikodifikasikan oleh para pengikut mereka, termasuk di dalamnya mazhab empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Selanjutnya mazhab empat tersebut yang yang paling populer di kalangan umat Islam sunni serta mendapatkan perhatian intelektual yang sangat besar dari para pengikutnya. Mazhab selain mazhab empat yang juga cukup populer dan benyak pengikutnya adalah Dawud al-Zahiri, Zainul Abidin (dari syiah), Ja'far Shadiq dan Jabir bin Zaid (Ibadliyah) Sebenarnya tidak ada keharusan bermazhab dalam agama, demikian juga tidak ada keharusan mengikuti mazhab empat. Yang menjadi kewajiban adalah mengikuti al-Qur'an dan Sunnah dan dalil-dalil lainnya secara benar. Bagi orang awam bermazhab adalah semata untuk memudahkan mereka mengikuti ajaran agama, sebab mereka tidak perlu lagi mencari setiap permasalahan dari sumber aslinya yaitu al-Qur'an, hadist, Ijma' dll., namun mereka cukup membaca ringkasan tata cara beribadah dari mazhab-mazhab tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya beragama bagi orang awam, bila harus mempelajari semua ajaran agamanya melalui al-Qur'an dan Hadist. Betapa beratnya beragama bila semua orang harus berijtihad. Pada zaman sekarang ini, pengaruh mazhab ini sedemikian populer dan kuat di kalangan umat Islam, sehingga tidak satu komunitas pun yang sebenarnya bebas mazhab. Ini karena agama yang dianut oleh komunitas tertentu sudah pasti diambil atau dipengaruhi oleh salah satu mazhab yang ada. Contohnya dalam masyarakat kita Indonesia, meskipun ada yang mengklaim tidak menggunakan mazhab, namun dalam praktiknya tetap saja secara ritual dan tata cara beribadah masyarakat kita cenderung mengikuti mazhab syafi'i, karena melalui mazhab inilah masyarakat Indonesia mengenal Islam. Masyarakat Saudi Arabia juga demikian, meskipun diklaim tidak bermazhab, namun praktiknya mereka menerapkan mazhab Hanbali, karena masyarakatnya mengenal Islam melalui mazhab Hanbali. Dalam ilmu usuhul fiqh, terdapat istilah penting yang berkaitan dengan masalah bermadzhab, yaitu ijtihad, taqlid dan talfiq. 1. Ijtihad Ijtihad didefinisikan sebagai "upaya untuk menemukan hukum-hukum shariah (agama). Untuk bisa mencapai taraf ijtihad, para ulama membuat beberapa persyaratan, yaitu : 1. Mengetahui arti ayat-ayat al-qur'an, baik dari segi bahasa maupun hukum. 2. Mengetahui hadist-hadist hukum, dan mengetahui maksudnya dari segi bahasa maupun hukum. 3. Mengetahui masalah nasikh dan mansukh (abrogasi dalam hukum qur'an dan hadist) 4. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang telah terjadi konsensus para ulama mengenai hukumnya. 5. Mengetahui masalah analogi hukum Islam.

6. mengetahui bahasa Arab. 7. Mengetahui methodologi pengambilan hukum islam. 8. Mengetahui maqasid shariah (filsafat hukum Islam). Itjihad dalam masalah-masalah agama senantiasa terbuka sampai kapan pun. Memang sering kita dengar isu bahwa pintu ijtihad telah tertutup, tapi kalau mau kita sadari, itu adalah isu yang menyesatkan, karena menutup pintu ijtihad sama saja dengan melarang orang berfikir. Agama Islam adalah agama yang mengajak kebebasan berfikir dengan logika yang benar. Imam Baghawi pernah mengatakan bahwa mencari ilmu untuk bisa mencapai tingkat ijtihad hukumnya fardlu kifayah. Bila dalam satu masa, tidak ada orang yang mau mencari ilmu untuk meraih tingkat ijtihad maka, berdosalah seluruh umat Islam yang hidup pada saat itu. Mencari solusi hukum islam untuk permasalahan-permasalahan baru di zaman sekarang juga termasuk ijtihad. Ijtihad dibuka dalam segala bidang, termasuk dalam masalah-masalah ritual dan fiqh. Hanya yang perlu diketahui di sini adalah ijtihad dengan cara, metodologi dan etika yang benar, sesuai dengan dalil-dalil yang ada. 2. Taqlid Taqlid adalah mengambil pendapat ulama dengan tanpa mengetahui dalilnya. Mengambil satu hukum dengan referensi empat madzhab atau lainnya dengan tanpa mempelajari dalilnya, termasuk taqlid. Taqlid boleh dilakukan oleh orang yang pengetahuan agamanya terbatas, sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk bisa mengakses dalil-dalil yang ada. Taqlid boleh dilakukan hanya kepada ulama-ulama yang benar-benar mengetahui ilmu-ilmu agama dan taqlid yang terbaik adalah dengan disertai memperlajari dlail-dalil dari pendapat yang diikutinya. Taqlid buta, meskipun ia tahu itu bertentangan dengan dalil yang ia ketahui, atau taqlid dengan fanatik, sehingga merasa benar seindiri, sangat dicela dalam agama. Bidang yang diperbolehkan taqlid, menurut sebagian besar ulama, secara teoritis, adalah furu' (cabang-cabang fiqh), sedangkah masalah tauhid (keyakinan) tidak boleh taqlid. Namun kalau dikaji secara empiris, tentu sulit untuk menerapkan ketentuan seperti itu. Masyarakat yang pengetahuannya terbatas dalam bidang apapun, pasti akan cenderung melakukan taqlid. Bertaqlid kepada salah satu dari empat madzhab fiqh merupakan tindakan terpuji , karena muqallid (orang yang melakukan taqlid) tentu telah berkeyakinan bahwa madzhab yang dianutnya adalah yang terbaik bagi dirinya, artinya dari pertimbangan memperkecil keraguannya. Namun fanatik dengan madzhab yang dianutnya merupakan perbuatan tercela, karena ini berarti menganggap madzhab lain salah. Muqallid harus tetap berkeyakinan bahwa di sana ada pendapat lain yang mungkin layak juga untuk dipakai. Keuntungan dari menggunakan satu madzhab adalah dari aspek simplifikasi pengajaran. Orang awam tentu akan lebih mudah belajar dan diajari dengan pendekatan satu madzhab, karena ini tidak membingungkan. Kerugiannya, antara lain: terkadang taqlid dengan satu madzhab bisa merangsang fanatisme madzhab, apalagi pada kalangan awam yang tidak diberi wawasan agama yang baik. Terkadang taqlid kepada satu madzhab juga memperberat penerapan hukum, aplagi bila kondisi tidak memungkinkan. Sebagian besar ulama berpendapat tidak ada ketentuan yang mewajibkan bertaqlid kepada satu imam saja, namun boleh kepada imam lain yang diyakininya benar. Pendapat ini juga dipakai oleh para ulama terkemuka saat ini, karena menghembuskan nafas keterbukaan dalam menerapkan hukum agama. 3. Talfiq Permasalahan taqlid yang telah mengundang polemik ulama dari rentang waktu yang cukup panjang, pada sekitar abad ke-10 hijriyah telah mengantarkan kepada gagasan pembatasan taqlid, yaitu dengan konsep talfiq. Mereka mengatakan bahwa taqlid sah apabila tidak mengantarkan kepada talfiq. Talfiq didefinisikan : mencetuskan hukum dengan mengkombinasikan berbagai madzhab, sehingga hukum tersebut menjadi sama sekali baru, tidak ada seorang ulama pun yang mengatakannya. Mencampur-campur madzhab dengan sengaja dan mencetuskan hukum baru yang sama sekali tidak ada dalilnya, itulah yang lebih tepat disebut talfiq yang dicela agama. Adapun berpindah

madzhab dalam satu masalah agama dengan berlandasan kepada dalil atau karena kondisi tertentu, tidak lah termasuk talfiq. Dalam menggunakan pendapat madzhab yang berbeda-beda yang perlu diperhatikan adalah sbb : 1. Tidak dengan sengaja mencari-cari yang mudah (sengaja mencari enaknya) dengan tujuan mempermainkan agama, apalagi yang mengantarkan kapada hukum baru yang sama sekali tidak dikatakan oleh salah seorang ulama. Misalnya mengambil pendapat yang mengatakan boleh nikah tanpa wali, kemudian mengambil pendapat kedua yang mengatakan boleh nikah tanpa saksi, kemudian mengambil pendapat ketiga yang mengatakan sah nikah tanpa mahar, lalu mencetuskan pendapat "boleh nikah tanpa wali, saksi dan mahar". Pendapat ini tidak ada seorang pun ulama yang mengatakannya. 2. Tidak mengantarkan kepada pendapat baru yang sama sekali bertentangan dengan dalil. 3. Tidak memaksakan diri menggunakan pendapat yang telah diketahui atau diyakini kelemahnya. 4. Tidak boleh dalam satu ibadah, misalnya dalam wudlu mengambil mazhab Syafi'i dalam mengusap sebagain kepala, kemudian mengikuti mazhab Hanafi dalam masalah tidak batal memegang kemaluan, padahal tanpa mengetahui dalil masing-masing dan hanya bermazhab buta atau taqlid. Demikian, semoga membantu Muhammad Niam Bahan bacaan : Usulul Fiqh al-Islami, Wahbah Zahaily, teheran 1997. Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Seri ke-227, Kamis, 25 Oktober 2001 Tanya: Saya ingin menanyakan mengenai Nisfu Sya'ban apakah artinya dan apa yang sepatutnya kita lakukan pada malam Nisfu Sya'ban tersebut apakah ada hadisnya? Jazakumullah... Dewi - Batam

Jawab: Berkenaan dengan malam Nisfu (pertengahan) Sya'ban ada beberapa permasalahan yang patut diketahui: Tentang keutamaan malam ini, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya hadis A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.

Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadishadis tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.

Bagaimana merayakan malam Nisfu Sya'ban? Adalah dengan memperbanyak ibadah dan salat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Adapun meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan salat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya. Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya kiblat dari masjidil Aqsa ke arah Ka'bah. Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat Malam Nisfu Sya'ban sebanyak 100 rakaat, ini tidak ada landasannya dan termasuk bid'ah. Syeikh Abdurrahman bin Ismail al-Muqaddisi telah mentahqiq masalah ini. Demikian juga tidak ada do'a khusus untuk malam nisfu Sya'ban, namun cukup dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah. Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih lainnya.

Yang saya ingin tanyakan ialah berkaitan dengan sholat jumat, bagaimana dasar hukumnya? Lalu kedudukannya apakah menggugurkan sholat dluhur atau tidak? bagaimana kaitannya dengan sholat id, bila bertepatan sholat id apakah digugurkan sholat jumatnya atau tidak? Tanya Jawab (420): Selesai Jum'at Wajibkah Sholat Dhuhur? ----Tanya ----Assalamualaikum Wr Wb Yang saya ingin tanyakan ialah berkaitan dengan sholat jumat, bagaimana dasar hukumnya? Lalu kedudukannya apakah menggugurkan sholat dluhur atau tidak? bagaimana kaitannya dengan sholat id, bila bertepatan sholat id apakah digugurkan sholat jumatnya atau tidak? Saya ingin mempelajari dasarnya dan alur logikanya dengan tepat, agar saya lebih mantap dan yakin dalam beribadat. Karena sebagian orang memahami sholat jumat tidak menggugurkan sholat dluhur karena tidak ada dasarnya. Demikian saya haturkan banyak terima kasih Wassalamualaikum wr wb Rizki Himawan ------Jawab ------Wa'alaikumussalam. Dalam surat Al Jumu'ah ayat 9, Allah berfirman yang kurang lebih artinya, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli". Tentu ayat Al Qur'an ini secara terang telah menandaskan kedudukan dan dasar hukum sholat jum'at. Tetapi jika anda ingin lebih memahami alur logika dan dasarnya secara lebih mendalam, maka kami kutipkan salah satu kitab Fiqh yang bernama Al Bajuri juz 1 hal 219, di mana dicantumkan beberapa hal berikut: 1. Dalam ayat Al qur'an tersebut di atas terdapat 'larangan' (dalam tanda petik) jual beli, padahal jual beli itu asal hukumnya adalah mubah/boleh-boleh saja. Ini berarti telah terdapat suatu larangan akan sesuatu yang sebelumnya diperbolehkan. Dan dalam logika Fiqh dicantumkan: bahwa tidak ada larangan atas sesuatu yang sebelumnya diperbolehkan kecuali dikarenakan adanya "sesuatu hal" yang mempunyai predikat hukum "wajib". "Sesuatu hal" itu tiada lain adalah sholat Jum'at. Berarti kesimpulannya: Sholat Jum'at adalah wajib. 2. Dalam riwayat Imam Ahmad ibn Hambal disebutkan bahwa Sy. Umar bin Khattab berkata, "Sholat Jum'at adalah dua rekaat sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan itu sudah sempurna, bukan merupakan sholat dhuhur yang diqashar" Pernyataan Sy. Umar ini berikutnya menjadi salah satu bahan kajian oleh para fuqaha (Ulama Fiqh) yang kemudian pada gilirannya menimbulkan perbedaan pendapat "secara teoritis" antara apakah sholat jum'at itu pada hakekatnya

merupakan sholat dhuhur yang diqashar ataukah ia merupakan sholat yang sejatinya berdiri sendiri?. "Perbedaan teoritis" seperti ini pada tahapan selanjutnya tidak menghasilkan 'perbedaan praktikal' karena semua fuqaha sepakat bahwa Sholat Jum'at bagi kaum lelaki sudah menggugurkan kewajiban sholat dhuhur. Hadist Ibnu Abbas tentang Shalat Jum'at, Rasulullah s.a.w. bersabda , "Apabila datang waktu siang hari Jum'at maka shalatlah dua rakaat". (H.R. Dar Qutni). Seandainya sholat dhuhur masih wajib, maka Rasulullah s.a.w. tentu tidak memerintahkan hanya dua rakaat saja. Kemudian apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w. dan para shabatnya juga menunjukkan tidak ada lagi shalat dhuhur setelah shalat Jum'at, ini riwayat yang tidak terhitung jumlahnya. Jadi tidak ada dalil yang melandasi shalat dhuhur setelah shalat jum'at, karena shalat Jum'at telah mengganti shalat Dhuhur. Akhir-akhir ini ada beberapa fatwa di masyarakat yang mengatakan bahwa setelah sholat Jum'at masih diwajibkan sholat dhuhur. Dalam hal ini hendaknya umat Islam kita hati-hati dalam masalah menjalankan ibadah, karena "alashlu fil ibadah al-hurmah", pada dasarnya ibadah dilarang sampai ada dalil yang memerintahkannya. Ibadah yang tidak ada landasannya yang jelas hukumnya haram dan dilarang agama. *** Ada fatwa dari mazhab Hanafi yang mengatakan bahwa "mendirikan solat jum'at di tempat yang berbeda-beda dan di masjid yang lebih dari satu, tetap sah walaupun dilaksanakan dalam waktu yang tidak bersamaan. Namun hal tersebut harus diyakini oleh peserta salat jum'at bahwa masjidnya lah yang paling dulu mendirikan salat jum'at. Kalau dia tahu bahwa masjid yang lain mendahuluinya, maka wajib baginya untuk mendirikan salat duhur. Apabila ia raguragu apakah masjidnya yang dahulu atau yang lain, maka disunnahkan kepadanya untuk mendirikan salat dhuhur. Namun sebaiknya mendirikan salat dhuhur tersebut di kediaman, bukan di masjid umum, agar tidak dinilai orang sebagai hal yang wajib". *** 3. Kemudian dengan point pertanyaan anda, apakah jika sholat jum'at bertepatan dengan id maka sholat jum'atnya boleh ditinggalkan? Sebelumnya saya ingin menjelaskan dulu bagaimana keadaan masjid pada zaman Rasulullah. Pada zaman beliau masjid jami` (masjid besar yang digunakan untuk shalat jum`at) hanya ada di pusat kota Makkah/Madinah, sedangkan yang di desa-desa/pedalaman hanya ada masjid-masjid kecil, atau sering disebut musholla, yang tidak mampu menampung jumlah besar jamaah yang datang untuk shalat jum`at atau shalat Ied. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di desa/pedalaman bila ingin melaksanakan shalat Jum`at atau Ied, mereka pergi ke masjid besar, atau yang sering disebut masjid jami'. Mereka memerlukan perjalanan yang cukup meletihkan untuk pergi ke masjid jami` tersebut. Suatu ketika hari raya bertepatan jatuh pada hari jum`at. Ini yang menyebabkan orang-orang yang tinggal di desa merasa kerepotan, karena harus pergi ke masjid jami' dua kali dalam sehari, padahal perjalanan yang ditempuh terkadang cukup jauh. Bila mereka harus menunggu di masjid sampai waktu jum`at, tentu itu terlalu lama bagi mereka. Meskipun begitu sebagian sahabat yang dari pedalaman, ada yang berusaha menunggu di masjid jami' sampai datangnya waktu jum`at. Sebagian lain ada yang kembali ke desa dan kembali lagi waktu shalat Jum'at. Melihat keadaan yang seperti ini, Rasulullah berkata dalam suatu hadist sahih, yang diriwayatkan `Utsman RA, : "Barang siapa (dari penduduk pegunungan/pedesaan) yang ingin melaksanakan shalat jum`at bersama kami maka shalatlah, dan barang siapa yang ingin kembali maka kembalilah." Adapun pendapat Ulama` dalam kasus ini sebagai berikut : (1). Syafi`iyah mengatakan shalat jum`at tetap wajib bagi penduduk kota/sekitar masjid, sedangkan bagi penduduk desa/pedalaman shalat jum`atnya gugur/tidak wajib, berdasarkan hadist di atas. (2). Malikiyah, Hanafiyah, dan Dhahiriyah mengatakan tidak ada perubahan hukum dalam masalah ini, yaitu wajib melaksanakan shalat Jum`at bagi setiap mukallaf (baik penduduk desa/kota), dan sunnah melaksanakan shalat Ied. Jadi, jika hari raya jatuh pada hari Jum'at, maka bagi kaum Muslimin yang telah melaksanakan shalat Ied, mendapatkan kelonggaran untuk tidak mengikuti shalat Jum'at. Namun bagi yang ingin mengikuti shalat Jum'at pun tetap sah dan disunnahkan. Sedangkan bagi imam Masjid, untuk tetap mendirikan shalat Jum'at untuk memberikan kesempatan bagi kaum Muslimin yang tidak sempat mengikuti shalat Ied atau ingin menunaikan shalat Jum'at. Hal ini didasarkan pada Sabda rasulullah s.a.w. yang artinya, "Nabi melakukan shalat Ied dan memberi keringanan dalam shalat Jum'at, beliau bersabda: 'Barangsiapa ingin shalat Jum'at, maka shalatlah. Dan sesungguhnya kita telah berjama'ah (fa inna mujammi`un)'." (H.R. Turmudzi) Wallahu A'lam bissowab. Wassalam. Ahmad Nadhif dkk. Assalamu 'alaikum wr. wb Saya mohon penjelasan tentang shalat sunnah sebelum (Qobliyah) dan sesudah (Ba' diyah) Shalat jum'at, karena memang selama ini sering saya lakukan akan tetapi Saya belum tahu apa haditsnya

(riwayatnya). Pertanyaan ini timbul setelah ada yang mengatakan kepada Saya bahwa Qobliyah / Ba'diyah jum' at itu tidak ada, sedangkan saya sering lakukan karena mengikuti para guru dan belum terpikirkan apa hadits dan riwayatnya, karena ibadah tanpa ilmu akan percuma. Yth, Bpk. Kyai, Assalamu 'alaikum wr. wb Saya mohon penjelasan tentang shalat sunnah sebelum (Qobliyah) dan sesudah (Ba' diyah) Shalat jum'at, karena memang selama ini sering saya lakukan akan tetapi Saya belum tahu apa haditsnya (riwayatnya). Pertanyaan ini timbul setelah ada yang mengatakan kepada Saya bahwa Qobliyah / Ba'diyah jum' at itu tidak ada, sedangkan saya sering lakukan karena mengikuti para guru dan belum terpikirkan apa hadits dan riwayatnya, karena ibadah tanpa ilmu akan percuma. Demikian permohonan Saya, sambil menunggu kabar Saya Sampaikan terima kasih. Wassalamu 'alaikum wr. wb Trisno Hardiyanto Yang terhormat saudara penanya: Para ulama sepakat bahwa sholat sunnat yang di lakukan setelah sholat Jum'at adalah sunnah dan termasuk rawatib ba'diyah Jum'at. seperti yang di riwayatkan oleh Imam muslim dan Imam Bukhori. Sedangkan sholat sunnah sebelum sholat Jum'at terdapat dua kemungkinan: 1. Sholat sunnat mutlaq, hukumnya sunnat. Waktu pelaksanannya berakhir pada saat imam memulai khutbah. 2. Sholat sunnat Qobliyah Jum'at. Para ulama berbeda pendapat seputar masalah ini, yaitu sbb. : a. Dianjurkan melaksanakannya. Pendapat ini di kemukakan oleh Imam abu Hanifah, pengikut Imam Syafi'i (menurut pendapat yang dalilnya lebih jelas) dan pendapat Pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang tidak masyhur. b. Tidak di anjurkan untuk melaksanakannya.yaitu pendapat imam Malik, pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam riwayatnya yang masyhur. Dalil yang menyatakan dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum'at: 1.Hadist Rosul yang artinya "Semua sholat fardlu itu pasti diikuti oleh sholat sunnat qobliyah dua rakaat". (HR.Ibnu Hibban yang telah dianggap shohih dari hadist Abdullah Bin Zubair). Hadist ini secara umum menerangkan adanya sholat sunnat qobliyah tanpa terkecuali sholat Jum'at. 2.Hadist Rosul yang artinya "Di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat,diantara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat, di antara dua adzan dan iqomat terdapat sholat sunnat bagi yang ingin melakukannya"(HR.Bukhori dan Muslim dari riwayat Abdullah Ibnu Mughoffal). 3.Perbuatan Nabi yang disaksikan oleh Ali Bin Abi Tholib yang berkata "Nabi telah melakukan sholat sunnah empat rakaat sebelum dan setelah sholat jumu'at dengan salam di akhir rakaat ke empat" (HR.Thabrani dalam kitab AlAusath dari riwayat Imam Ali Bin Abi Tholib). Tetapi dalam dalam kitab yang sama lewat riwayat Abi Hurairoh berkata"nabi telah melakukan sholat sunnat dua rakaat qobliyah dan ba'diyah Jum'at" Dalil yang menerangkan tidak dianjurkannya sholat sunnat qobliyah Jum'at adalah sbb. : Hadist dari Saib Bin Yazid: "pada awalnya, adzan Jum'at dilakukan pada saat imam berada di atas mimbar yaitu pada masa Nabi, Abu bakar dan Umar, tetapi setelah zaman Ustman dan manusia semakin banyak maka Sahabat Ustman menambah adzan menjadi tiga kali (memasukkan iqomat), menurut riwayat Imam Bukhori menambah adzan menjadi dua kali (tanpa memasukkan iqomat). (H.R. riwayat Jama'ah kecuali Imam Muslim). Dengan hadist di atas Ibnu al-Qoyyim berpendapat "ketika Nabi keluar dari rumahnya langsung naik mimbar kemudian Bilal mengumandangkan adzan. Setelah adzan selesai Nabi langsung berkhotbah tanpa adanya pemisah antara adzan dan khotbah, lantas kapan mereka itu melaksanakan sholat sunnat qobliyah Jum'at? Catatan : Permasalahan ini adalah khilafiyah furu'iyyah.(perbedaan dalam cabang hukum agama) maka tidak boleh fanatik di antara dua pendapat di atas. Dalam kaidah fiqh mengatakan la yunkaru al-mukhtalaf fih wa innama yunkaru al- mujma' alaih.(Seseorang boleh mengikuti salah satu pendapat yang diperselisihkan ulama dan kita tidak boleh mencegahnya untuk melakukan hal itu, kecuali permasalahan yang telah disepakati ulama.) Sekian semoga membantu. Machmudi Dewan pengasuh Pesantren Virtual Masalah saya begini, saya sudah menikah hampir 4 tahun, dalam jangka waktu 2 tahun saya sudah hamil 2x, tapi dua-duanya keguguran dan pada 1 tahun terakhir saya berobat ke beberapa dokter, tapi belum berhasil hamil lagi. Saya sekarang sedang dalam pengobatan alternatif, dalam pengobatan tersebut saya menemui keanehan.

Assalamu'alaikum wr. wb. Masalah saya begini, saya sudah menikah hampir 4 tahun, dalam jangka Di bawah ini saya berusaha untuk menceritakan secara singkat. - Pada kedatangan pertama, saya hanya disuruh menyebutkan nama saya & suami, dan kami masing-masing dipegang urat nadinya. Setelah itu kami berdua disuruh minum jamu 1x setiap mau tidur. - Pada kedatangan ketiga, saya sudah dibilang hamil padahal saya sedang menstruasi, dan sampai saat mengirimkan email ini, saya sudah masuk bln ke-7, dan saya masih menstruasi juga. - Pantangan: tidak boleh di USG sebelum dia bilang boleh, dan beberapa hal yang masih umum (yang masih masuk akal), seperti tidak boleh makan nenas, dsb. - Misalkan ada pasien yang nanya ini-itu yg berhubungan dengan keanehan2 mrk ke Pak Haji (sebutan utk yg ngobatin), kadang2 dia suka blg spt ini, kamu sbtulnya mau brobat sama saya atau tidak, kalo misalkan tdk mau ya sudah, kandungan kamu saya gugurkan saja (seolah2 dia bener2 bisa membuata kadungan itu ada dan tidak). -Dalam 1 bulan terakhir ini saya dapat info dari beberapa orang yg sudah berhasil melahirkan sbb: * mrk hamilnya tdk 9 bln melainkan 12-15 bln. * pd hari kita mau melahirkan kita hrs minum air putih yg dikasih oleh pak Haji. * ada bbrp org yg bandel, USG tanpa sepengetahuan dia, dan hasilnya: tdk ada bayi dlm kandungannya. * dan info terakhir yg saya trima, 1 org sdh disuruh ke dokter, ternyata pas di USG tdk ada. Yg mau saya tanyakan, menurut Ustadz/Ustadzah, apakah jalan yg saya tempuh ini benar di jln Allah atau tidak? Apakah calon bayi yg saya kandung sekarang, Alloh yg memberikan atau??? Selama ini saya memang tdk yakin dg jln ini, tp guru ngaji saya dan Ibu saya mengatakan bhw yg bisa menciptakan manusia itu hanya Alloh SWT, kita hanya bisa berikhtiar saja dan jika saya memang mau ambil alternatif spt ini, halal-halal saja asal tdk disuruh melakukan hal2 atau disuruh bawa ini-itu (spt : ayam hitam, kemenyan, dsb). Saya sangat mengharapkan jawaban dr Ustadz/Ustadzah sekalian, krn waktu nya sudah sangat mendesak. Dan jika ternyata jawaban nya saya harus meninggalkan jalan ini, mohon agar diberi petunjuk apa yg harus saya lakukan. Terimakasih banyak. Wassalam. Regards, Mutmainah Hirsun

--------Jawab -------Tinjauan Medis: Wa alaikum salam wr wb, Ibu Mutmainah yang baik, Sayangnya anda tidak memberikan informasi umur anda juga penyebab anda mengalami abortus sebelumnya. Seseorang dapat dikatakan mengandung atau hamil salah satu tanda pastinya adalah berhentinya menstruasi. Hal ini terjadi karena ketika terjadi pembuahan/fertilisasi (bertemunya sel sperma dan sel telur) dan membentuk zygot yang akan tertanam pada dinding rahim (endometrium) yang disebut proses nidasi. Jika ibu tetap menstruasi maka secara medis ibu dapat dinyatakan

"pasti" tidak hamil,karena menstruasi adalah peristiwa peluruhuan dinding endometrium akibat sel ovum yang tidak dibuahi.Sedangkan pernyataan ibu mengenai umur kehamilan dari ibu-ibu yang berobat ke dukun itu, secara medis hal itu mungkin saja, kami menyebutnya dengan posmatur, dimana kehamilan yg melewati masa 40 minggu usia kehamilan. Abortus yang anda alami 2 kali berturut-turut baiknya dikonsulkan kembali ke dokter kandungan anda untuk dicari penyebabnya. Anda belum dapat dikatakan mengalami abortus habitualis karena keguguran yg anda alami tdk lebih dari 3 kali dan jika anda mencoba konsul ke dokter kandungan anda dan dicari penyebabnya maka Insya Allah keadaan anda dapat ditangani secara medis. Demikian, semoga membantu. Wassalam. Lilya Wildhanie

****** Tinjauan Agama: Dalam Islam ada beberapa cara untuk mengobati orang sakit, diantaranya melalui medis dan yang lain yaitu dengan do'a-do'a (ruqya) yang biasanya di Indonesia dilakukan oleh orang-orang "pintar". Ruqya adalah ucapan-ucapan yang kalau diucapkan bisa menolak bahaya, atau menyembuhkan penyakit. Tradisi ruqya dilakukan juga olah orang Arab sebelum datangnya Islam, kemudian tradisi tersebut diluruskan dengan keyakinan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut tidak akan bisa bermanfaat kecuali atas kehendak Allah. Pengobatan semacam ini diperbolehkan dalam Islam berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, dikisahkan oleh Sayyidah Aisyah ra. bahwasannya Nabi ketika sakit, beliau meniup anggota tubuh yang sakit tersebut kemudian membaca surat Al-Falaq dan surat An-Naas. Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud dari Auf bin Malik berkata :"Kami melakukan pengobatan dengan do'a-do'a pada kaum jahiliyah, kemudian kami berkata : "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal ini? beliau berkata: "Perlihatkan do'a-do'amu padaku, tidak apa-apa melakukan pengobatan dengan do'a-do'a yang tidak mengandung ungkapan syirik" Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa kita boleh berobat pada tabib (dukun) yang diyakini bahwa dukun tersebut dekat dengan Allah dan tidak menggunakan media pengobatan yang menjurus pada syirik seperti meminta pertolongan pada selain Allah. Apabila dukun tersebut menggunakan media pengobatan yang menjurus pada syirik kepada Allah (ilmu hitam) maka hal ini tidak diperbolehkan. Ada beberapa syarat diperbolehkannnya pengobatan dengan do'a-do'a ini. Yang pertama adalah si tabib harus memulai pengobatan dengan kalam, nama-nama atau sifat-sifat-Nya. Kedua pengobatan tidak menjurus pada syirik kepada Allah dan yang terakhir, tabib dan pasien harus yakin bahwa Allah lah Sang Maha Penyembuh segala penyakit. Sebagai Tambahan: Yang bisa memberikan keturunan hanyalah Allah dan manusia hanya berusaha dan ihtiar. Ihtiar terbaik tentunya melalui jalur medis yang telah dijamin legalitasnya. Ada baiknya juga melalui jalur alternatif dengan melihat ketentuan di atas. Semoga Allah memudahkan jalan Ibu. Wassalam Imas Akmaliah

Masalah Shalat Jumat di dua tempat dalam satu desaby Hamba Allah | posted: March 12, 20110 comment

Ahir-ahir ini sering kita jumapi shalat Jumat dikerjakan dalam dua tempat,dimana kejadian semacam ini terjadi karena tidak ada saling pengertian antara penduduk desa.Sehingga terjadi dua jumatan dalam satu desa. a.Bolehkah mendirikan sholat Jumat di dua tempat dalam satu desa ? b.Manakah yang sah dari dua sholat Jumat tersebut ? c.Bagaimana cara kita menyikapi kejadian tersebut ? Jawab : a.Tidak boleh,kalau tidak ada hajat yang syari (sulitnya berkumpul karena berbeda ideologi). b.Kalau dua Jumatan tersebut (taadudul Jumat) terjadi karena tidak ada udzur syari,maka yang sah adalah sholat Jum;at yang dahulu takbirotul ihromnya.Kalau udzur syari,maka sah kedua-duanya. c.Menghimbau kepada masyarakat desa tersebut untuk tidak menunaikan sholat Jumat di dua tempat,karena kurang sesuai dengan tujuan sholat Jum;at yaitu menampakkan syiarul ijtima (syiarnya persatuan di kalangan umat islam). Kitab Baujairimi alal Manhaj Juz I hal 382,Jamur Risalatain hal 3,Nihayatuz Zain hal 139

Hukum Shalat Jumat Bagi MusafirDiposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 03:06 Label: Fiqh

Tempo hari, menjelang berbuka, saya sempat chattingdengan seorang ikhwah, yang di antaranya membahas masalah dalam judul di atas. Dikarenakan sikon yang kurang memungkinkan memberikan rincian, maka dalam pembicaraan tersebut saya hanya

sebutkan hal-hal yang ringkas saja. Melalui artikel ini, saya akan sedikit berikan rincian mengenai hal itu dengan harapan dapat menjadi tambal apa yang telah terlewat dalam pembicaraan tersebut.

Ad-Daaruquthniy rahimahullah berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Asy-Syaafiiy : Telah menceritakan kepada kami Ismaaiil bin Al-Fadhl : Telah menceritakan kepada kami Al-Qawaariiriy : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Al-Hanafiy, dari Abdullah bin Naafi, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallaahu alahi wa sallam, beliau bersabda : Tidak ada kewajiban shalat Jumat bagi musafir [As-Sunan, no. 1582]. Ismaaiil bin Al-Fadhl mempunyai muttabi dari Ahmad bin Yahyaa Al-Hulwaaniy sebagaimana diriwayatkan juga oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath 1/249 no. 818. Hadits ini sangat lemah, dikarenakan Abdullah bin Naafi, seorang yang matruuk.[1] Al-Baihaqiy rahimahullah menyatakan adalah mauquf : bahwa yang shahih (mahfuudh) dari riwayat ini

Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu Haazim Al-Haafidh : Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Al-Haafidh : Telah memberitakan Abu Yaquub Ishaaq bin Ayyuub Al-Faqiih di Waasith : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sad Az-Zuhriy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sulaimaan Al-Jufiy : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb : Telah mengkhabarkan kepadaku Amru bin Al-Haarits : Telah menceritakan kepadaku Ubaidullah bin Umar, dari Naafi, dari Ibnu Umar, ia berkata : Tidak ada kewajiban shalat Jumat bagi musafir [As-Sunan Al-Kubraa, 3/184]. Diriwayatkan pula oleh Abdurrazzaaq (3/172 no. 5198) dari jalan Ubaidullah bin Umar, dari Naafi, dari Ibnu Umar radliyallaahu anhumaa. Ada hadits lain dalam hal ini : Ad-Daaruquthniy rahimahullah berkata : : Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdish-Shamad Al-Muhtadiy billah : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Naafi bin Khaalid di Mesir : Telah menceritakan

kepada kami Saiid bin Abi Maryam : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahiiah : Telah menceritakan kepadaku Muaadz bin Muhammad Al-Anshaariy, dari Abuz-Zuabir, dari Jaabir : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka wajib baginya mengerjakan shalat Jumat pada hari Jumat, kecuali : orang yang sakit, musafir, wanita, anak-anak, dari budak. Barangsiapa yang mencukupkan diri dengan kesia-siaan atau perdagangan, maka Allah akan merasa cukup darinya, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji [As-Sunan, no. 1576, dan dari jalannya Ibnul-Jauziy dalam At-Tahqiiq, 1/501 no. 788]. Saiid bin Abi Maryam mempunyai muttabi dari Kaamil bin Thalhah Al-Jahdariy, seorang yang shaduuq, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Adiy dalam Al-Kaamil dan dari jalannya Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 3/184. Riwayat ini lemah, atau bahkan mungkin sangat lemah. Ibnu Lahiiah, seorang yang lemah dari sektor hapalannya setelah kitab-kitabnya terbakar [At-Taqriib, hal. 538 no. 3587]. Muaadz bin Muhammad seorang perawi munkarul-hadiits,[2] sebagaimana dikatakan Ibnu Adiy [Al-Kaamil no. 1912]. Adapun Al-Uqailiy berkata : Dalam haditsnya ada wahm [AdlDluafaa, hal. 1348 no. 1787]. Jaabir mempunyai syaahid antara lain dari : 1. Tamiim Ad-Daariy radliyallaahu anhu. Al-Baihaqiy rahimahullah berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Aliy bin Ahmad bin Abdaan : Telah memberitakan Ahmad bin Ubaid Ash-Shaffaar : Telah menceritakan kepada kami Aliy bin Al-Hasan bin Bayaan : Telah menceritakan kepada kami Saiid bin Sulaimaan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Thalhah bin Musharrif ( .)Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu Haazim Al-Haafidh : Telah memberitakan Abu Ahmad Al-Haafidh An-Naisaabuuriy : Telah memberitakan Abu Ahmad Muhammad bin Sulaimaan bin Faaris : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaaiil Al-Bukhaariy : Telah menceritakan kepadaku Ismaaiil bin Abaan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Thalhah, dari Al-Hakam bin Amru, dari Dliraar bin Amru, dari Abu Abdillah Asy-Syaamiy, dari Tamiim Ad-Daariy, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda : Shalat Jumat itu wajib kecuali bagi anak-anak, budak, atau musafir. Dan dalam riwayat Ibnu Abdaan : Sesungguhnya shalat Jumat itu wajib kecuali bagi anak-anak, budak, dan musafir [AsSunan Al-Kubraa, 3/183-184]. Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kubraa 2/51-52 no. 1257 dan Al-Uqailiy dalam Adl-Dluafaa hal. 609 no. 765 dari jalan Muhammad bin Thalhah yang selanjutnya seperti hadits di atas.

Sanad hadits ini sangat lemah. Abu Abdillah Asy-Syaamiy namanya Syahr bin Hausyab adalah perawi lemah [Tahriirut-Taqriib, 2/122 no. 2830]. Dliraar bin Amru AlMalathiy, [Mishbaahul-Ariib, 2/105 no. 12603] dan Al-Hakam bin Amru Ar-Ruainiy[idem, 1/389 no. 8165 lihat juga taliq Hamdiy As-Salafiy dalam Al-Kabiir], adalah dua orang perawi yang sangat lemah. Abu Zurah berkata tentang hadits ini : Hadits munkar [Al-Ilal oleh Ibnu Abi Haatim 1/212]. 2. Abu Hurairah radliyallaahu anhu. Ath-Thabaraaniy rahimahulah berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaaj bin Risydiin bin Sad Al-Mishriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibraahiim bin Hammaad bin Abi Haazim Al-Madiiniy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik bin Anas, dari Abuz-Zinaad, dari Al-Araj, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Ada lima golongan yang tidak diwajibkan shalat Jumat atas mereka : wanita, musafir, budak, anak-anak, dan penduduk padang pasir. AthThabaraaniy berkata : Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Maalik kecuali Ibraahiim bin Hammaad bin Abi Haazim [Al-Ausath, no. 204]. Hadits ini lemah karena Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaaj [Irsyaadul-Qaadliy, hal. 155156 no. 172] dan Ibraahiim bin Hammaad [Mishbaahul-Ariib, 1/28 no. 283] adalah dua orang perawi lemah. Al-Albaaniy mengatakan tentang hadits ini : Sangat lemah [Adl-Dlaiifah no. 3555]. Ada juga hadits mursal Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah : : : " Dari Ibnu Uyainah, dari Amru, dari Al-Hasan, ia berkata : Telah bersabda Rasulullahshallallaahu alaihi wa sallam : Tidak ada kewajiban shalat Jumat bagi musafir [Diriwayatkan oleh Abdurrazzaaq no. 5203]. Hadits ini lemah karena mursal. Kesimpulan : Hadits perkecualian musafir dari orang-orang yang diwajibkan shalat Jumat dari sabda beliau shallalahu alaihi wa sallam adalah lemah. Akan tetapi perkecualian musaafir dari orang-orang yang diwajibkan shalat merupakan ijmaa dari kalangan ulama sebagaimana dikatakan Hubairah rahimahullah: Jumat Ibnu

Para ulama telah sepakat bahwasannya shalat Jumat tidak diwajibkan atas anak-anak, hamba/budak, musafir, dan wanit; kecuali satu riwayat dari Ahmad tentang hamba secara khusus [Ikhtilaaful-Ulamaa, 1/152]. Begitu juga yang dikatakan Ibnu Abdil-Barr rahimahullah : : ( ) Adapun sabda beliau : Tidak ada kewajiban shalat Jumat atas musafir, maka itu adalahijma tanpa ada perselisihan padanya [Al-Istidzkaar, 2/36].[3] Hal itu dikarenakan bahwasannya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam telah sering melakukan safar, akan tetapi tidak ternukil satupun riwayat yang menjelaskan beliau menegakkan shalat Jumat. Ibnul-Mundzir rahimahullah berkata : Dan termasuk dalil yang menunjukkan gugurnya kewajiban shalat Jumat bagi musafir adalah bahwasannya Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dalam safar-safarnya tentu pernah melewati hari Jumat. Akan tetapi tidak sampai pada kita beliau shallallaahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat Jumat dalam keadaan safar. Bahkan, telah shahih dari beliau mengerjakan shalat Dhuhur di Arafah yang saat itu bertepatan dengan hari Jumat.[4]Maka, itu merupakan petunjuk dari perbuatan beliau shallallaahu alaihi wa sallam bahwa tidak ada kewajiban shalat Jumat bagi musafir [Al-Ausath, 4/20]. Telah menceritakan kepada kami Wakii, dari Al-Umariy, dari Naafi, dari Ibnu Umar : Bahwasannya ia tidak melaksanakan shalat Jumat ketika safar [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya hasan, namun shahih dengan riwayat mauquf Al-Baihaqiy di awal]. Dari Ats-Tsauriy, dari Mughiirah, dari Ibraahiim, ia berkata : Mereka tidak mengerjakan shalat Jumat ketika safar. Dan mereka tidaklah shalat kecuali dua rakaat [Diriwayatkan Abdurrazzaaq 3/173-174 no. 5202; sanadnya shahih]. Mereka yang dimaksud Ibraahiim An-Nakhaiy ini adalah beberapa tabiin dan shahabat yang semasa dengannya, karena ia sendiri termasuk tabiiy kecil (thabaqah ke-5, wafat tahun 196 H). : Telah meceritakan kepada kami Mutamir, dari Burd, dari Mak-huul, ia berkata : Tidak ada kewajiban bagi musafir shalat Iedul-Adlhaa, shalat Iedul-Fithri, dan shalat Jumat [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih].

: Telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari Abul-Umais, dari Aliy bin Al-Aqmar, ia berkata : Masruuq, Urwah, Al-Mughiirah, dan sejumlah orang dari kalangan shahabat Abdullah pernah keluar untuk safar. Tibalah hari Jumat, namun mereka tidak shalat Jumat. Dan tiba pula hari Iedul-Fithri, namun mereka tidak shalat Ied [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih]. Telah menceritakan kepada kami Abul-Ahwash, dari Mughiirah, dari Ibraahiim : Shahabatshahabat kami pernah berperang selama kurang lebih setahun, dimana mereka menqashar shalat namun tidak melakukan shalat Jumat [idem, sanadnya shahih]. Dari Mamar, dari Ibnu Thaawus, dari ayahnya, ia berkata : Tidak ada kewajiban shalat Jumat bagi musafir [Diriwayatkan Abdurrazzaq 3/172 no. 5197; sanadnya shahih]. Ijma ini adalah bagi musafir yang tidak singgah di satu negeri/daerah dan tidak terdengar adzan oleh mereka.[5] Seandainya mereka menegakkan sendiri shalat Jumat, maka shalatnya tidak sah menurut sebagian ulama, dan ia harus mengulangi dengan melakukan shalat Dhuhur. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat tentang musafir yang mendengar panggilan adzan dalam satu negeri/daerah yang ia lewati.[6] Jumhur ulama berpendapat tidak wajib menghadiri shalat Jumat. Alasannya adalah sebagaimana di atas. Telah menceritakan kepada kami Abdul-Alaa, dari Yuunus, dari Al-Hasan : Bahwasannya Anas bin Maalik pernah berada di Naisaabuur selama setahun atau dua tahun. Ia shalat dua rakaat kemudian salam, tanpa mengerjakan shalat Jumat [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih].[7] Telah menceritakan kepada kami Abdul-Ala, dari Yuunus, dari Al-Hasan : Bahwasannya Abdurrahman bin Samurah pernah berada di negeri Kaabul (Afghanistan) pada musim dingin selama semusim atau dua musim. Ia tidak melakukan shalat Jumat, dan ia shalat dua rakaat [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih]. : : Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubaab, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Rajaa bin Abi Salamah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu Ubaid maulaa

Sulaimaan bin Abdil-Malik, ia berkata : Umar bin Abdil-Aziiz pernah keluar dalam safarnya dari Daabiq dimana saat itu ia menjabat sebagai Amiirul-Mukminiin. Ia melewati negeri Halab pada hari Jumat, lalu ia berkata kepada amir negeri itu : Shalat Jumat lah, karena kami sedang safar (sehingga tidak shalat bersama kalian) [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/105; sanadnya shahih].[8] Di antara mereka (salaf) ada yang tetap mewajibkan menghadiri shalat Jumat. Dalil mereka adalah keumuman ayat : Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui [QS. Al-Jumah : 6]. Ayat ini umum, tidak mengkhususkan bagi orang yang mukim saja. Dari Mamar, dari Az-Zuhriy, ia berkata : Aku (Mamar) pernah bertanya kepadanya tentang musafir yang melewati satu kampung/desa yang bertepatan dengan hari Jumat, maka ia menjawab : Apabila ia mendengar adzan, hendaklah ia menghadiri shalat Jumat [Diriwayatkan oleh Abdurazzaaq 3/174 no. 5205; sanadnya shahih]. Catatan : Pendapat Az-Zuhriy ini juga dilatarbelakangi pengetahuannya bahwa para shahabat dan tabiin ketika berada di Dzul-Hulaifah menghadiri shalat Jumat.[9] : : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari Abdullah bin Yaziid, dari Saiid bin Al-Musayyib, ia berkata : Aku (Abdullah bin Yaziid) pernah bertanya kepadanya tentang orang yang diwajibkan shalat Jumat, lalu ia menjawab : Wajib bagi siapa saja yang mendengar adzan [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/102; sanadnya shahih]. : : : Telah menceritakan kepada kami Wakii, dari Daawud bin Qais Al-Farraa, ia berkata : Aku pernah mendengar Amru bin Qais, dikatakan kepadanya : Wahai Abu Ibraahiim, siapa saja yang diwajibkan shalat Jumat ?. Ia berkata : Diwajibkan bagi siapa saja yang mendengar suara adzan [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih]. Pendapat inilah yang nampak dikuatkan oleh Shiddiiq Hasan Khaan rahimahullah, dimana ia berkata : Dan ghalib-nya, (tidak wajibnya shalat Jumat) itu bagi musafir yang tidak mendengar adzan. Dan telah ada riwayat bahwasannya shalat Jumat itu wajib bagi orang yang

mendengar adzan, sebagaimana terdapat dalam hadits diriwayatkan Abu Dawud [Ar-Raudlatun-Nadiyyah, 1/362].

Ibnu

Umar

sebagaimana

Riwayat Ibnu Umar radliyallaahu anhumaa dalam Sunan Abi Daawud yang dimaksudkan oleh Shiddiiq Hasan Khaan adalah : : " ." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahyaa bin Faaris : Telah menceritakan kepada kami Qabiishah : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Muhammad bin Saiid Ath-Thaaifiy, dari Abu Salamah bin Nabiih, dari Abdullah bin Haarun, dari Abdulah bin Amru, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda : Shalat Jumat wajib bagi siapa saja yang mendengar adzan [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1056; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Irwaaul-Ghaliil 3/58-60 no. 594]. Yang raajih, shalat Jumat wajib dihadiri oleh musafir jika ia mendengar seruan adzan, karena tidak ada dalil yang memalingkankannya dari keumumannya.[10] Baik seruan adzan itu berasal dari perkotaan ataupun pedesaan. Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idriis, dari Syubah, dari Athaa bin Abi Maimuun, dari Abu Raafi, dari Abu Hurairah : Bahwasannya para shahabat menulis surat kepada Umar (bin Al-Khaththaab) bertanya kepadanya tentang shalat Jumat. Lalu Umar menulis balasan : Shalat Jumatlah dimana saja kalian berada [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/101; sanadnya shahih]. Adapun pendalilan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menegakkan shalat Jum'at dalam safarnya, maka itu dikarenakan jama'ah adalah bersama beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada seruan adzan yang berkumandang kecuali seruan adzan yang dikumandangkan oleh para shahabat yang bersama beliau. Seandainya dikatakan musafir tetap tidak diwajibkan menghadiri shalat Jumat (jika ia mendengar panggilan adzan di suatu daerah/negeri yang ia lewati/singgahi), maka itu tidak menafikkan disyariatkannya menghadiri shalat Jumat bagi musafir dan ke-afdlal-annya. Itulah yang dilakukan oleh sebagian shahabat.[11] Wallaahu alam bish-shawwaab. Ini saja yang dapat dituliskan secara singkat, semoga ada manfaatnya bagi Penulis dan Pembaca sekalian. [abul-jauzaa perum ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor akhir Ramadlan 1432 H].

[1]

Ibnu Hajar rahimahullah hanya menghukumi dlaiif saja [At-Taqriib, hal. 552 no. 3685]. Penilaian ini kurang tepat, sebab banyak muhaddits menghukuminya dengan pelemahan yang syadiid. Misalnya : Abu Haatim berkata : Munkarul-hadits. Al-Bukhaariy berkata : Munkarul-hadiits. An-Nasaaiy berkata : Matruukul-hadiits. Di lain tempat ia berkata : Tidak tsiqah. Ad-Daaruquthniy berkata : Matruk. Abu Ahmad Al-Haakim berkata : Munkarul-hadiits [lihat selengkapnya dalam : TahdzibutTahdziib, 6/53-54 no. 101].

[2]

Ibnu Hajar dalam At-Taqriib (hal. 952 no. 6786) mengatakan : maqbuul, dan kemudian dikoreki oleh Al-Arnauth dan Basyaar Awwaad dengan : shaduuq hasanul-hadiits [Tahriirut-Taqriib, 3/390 no. 6739]. Penghukuman keduanya perlu ditinjau kembali, karena mereka hanya mengantungkantautsiq Ibnu Hibbaan dan periwayatan beberapa orang tsiqaat darinya, tanpa memasukkan jarh Ibnu Adiy dan AlUqailiy di atas.

[3] [4]

Lihat di sini. Inilah yang dinukil dan dipahami oleh banyak ulama. Akan tetapi Ibnu Hazmrahimahullah mempunyai pemahaman lain dimana ia mengatakan bahwa yang dilakukan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam di Arafah adalah shalat Jumat : Dan tidak ada perselisihan bahwasannya beliau alaihis-salaam berkhutbah dan shalat dua rakaat. Dan inilah sifat shalat Jumat [Al-Muhallaa, 5/50]. Namun pendapat Ibnu Hazm rahimahullah ini tidak benar.

[5]

Inilah tahqiq yang mesti kita perhatikan. Termasuk dalam memahami perkataan beberapa ulama, semisal perkataan Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata : Adapun musafir, kebanyakan ulama berpendapat tidak adanya kewajiban shalat Jumat baginya. Begitulah yang dikatakan Maalik dari kalangan penduduk Madinah, Ats-Tsauriy dari kalangan penduduk Iraaq, Asy-Syaafiiy, Ishaaq, dan Abu Tsaur. Dan diriwayatkan hal tersebut dari Athaa, Umar bin Abdil-Aziiz, Al-Hasan, dan Asy-Syaby. Dan dihikayatkan dari Az-Zuhriy dan An-Nakhaiy bahwasannya shalat Jumat itu wajib bagi musafir karena shalat jamaah itu wajib baginya sehingga qiyas aula-nya shalat Jumat lebih pantas untuk diwajibkan. Adapun dalil kami adalah bahwasannya Nabi shallallaahu alaihi wa salam biasa melakukan safar, namun beliau tidak melakukan halat Jumat dalam safarnya itu. Dan ketika dalam haji wada di Arafah pada hari Jumat, beliau shalat Dhuhur dan menjamaknya, tanpa melakukan shalat Jumat. Hal yang sama dengan Al-KhulafaaurRaasyidiin radliyallaahu anhum dimana mereka biasa bersafar untuk haji dan selainnya tanpa ada seorang pun dari mereka melakukan shalat Jumat dalam safarnya. Begitu dengan shahabat-shahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam lainnya dan orang-orang setelah mereka.... [Al-Mughniy, 3/216].

Yang diriwayatkan dari sebagian salaf yang mewajibkan shalat bagi musafir adalah bagi mereka yang mendengarkan panggilan adzan. [6] Baca : http://www.taimiah.org/index.aspx?function=item&id=956&node=4856 At-Tirmidziy rahimahullah berkata : : . : . : : : : . : : : " " : . . Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang diwajibkan padanya shalat Jumat. Sebagian mereka berkata : Shalat Jumat diwajibkan bagi orang yang dapat bermalam dengan keluarganya. Sebagian yang lain berkata : Shalat Jumat tidak diwajibkan kecuali bagi orang yang mendengar panggilan adzan. Ia adalah pendapat Asy-Syaafiiy, Ahmad, dan Ishaaq. Aku mendengar Ahmad bin Al-Hasan berkata : Kami pernah berada di sisi Ahmad bin Hanbal, lalu mereka membicarakan tentang siapa saja yang diwajibkan shalat Jumat. Ahmad tidak menyebutkan satu pun hadits dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Ahmad bin Al-Hasan berkata : Aku berkata kepada Ahmad bin Hanbal : Dalam permasalahan itu ada hadits dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Lalu Ahmad bin Hanbal mengomentari : Dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam ?. Aku berkata : Benar. (Lalu Ahmad bin Al-Hasan menyebutkan hadits) : Telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaaj bin Nushair : Telah mengkhabarkan kepada kami Muaarik bin Abbaad, dari Abdullah bin Saiid Al-Maqburiy, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda : Shalat Jumat diwajibkan bagi orang yang dapat bermalam dengan keluarganya. Maka, Ahmad marah kepadaku, dan berkata : Minta ampunlah kepada Rabbmu, minta ampunlah kepada Rabbmu. Ahmad bin Hanbal melakukan hal tersebut hanyalah karena ia tidak menganggap hadits ini sedikitpun dikarenakan kelemahan sanadnya [lihat : Sunan At-Tirmidziy, 1/511-512]. [7] Sebagian orang membawakan atsar Anas ini sebagai dalil bahwasannya ia (Anas) menafikkan shalat Jumat bagi musafir secara mutlak. Menurut saya ini tidak benar dengan alasan riwayat berikut : Al-Bukhaariy rahimahullah berkata : Adalah Anas radliyallaahu anhu di tempat tinggalnya, kadangkala melaksanakan shalat Jumat (di Bashrah), kadangkala tidak, dimana tempat tinggalnya itu ada di daerah Zaawiyyah yang berjarak dua farsakh (dari Bashrah) [Shahih Al-Bukhaariy, melalui Fathul-Baariy 3/43 disambungkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/102]. Di sisi lain, Anas sendiri meriwayatkan bahwasannya ia pernah mengqashar shalat bersama Nabi shallallaahu alaihi wa sallam di Dzul-Hulaifah.

: : . Telah menceritakan kepada kami Abu Nuaim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Muhammad bin Al-Munkadir dan Ibraahiim bin Maisarah, dari Anasradliyallaahu anhu, ia berkata : Aku pernah shalat Dhuhur bersama Nabi shallallaahu alaihi wa sallam di Madiinah empat rakaat, dan shalat Ashar di Dzul-Hulaifah dua rakaat [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1089]. Jarak antara Madiinah dan Dzul-Hulaifah adalah dua farsakh ( 6 mil). Begitu juga dengan beberapa shahabat lain : Dari Hisyaam bin Urwah, dari Aaisyah bintu Sad bin Abi Waqaash, ia berkata : Ayahku tinggal di tempat yang berjarak enam atau delapan mil dari kota Madiinah. Kadang ia menghadiri shalat Jumat di Madinah, kadang tidak menghadiri [Diriwayatkan oleh Abdurrazzaaq 3/163 no. 5157; sanadnya shahih]. [8] Akan tetapi ada riwayat lain bahwa dalam kesempatan lain Umar bin Abdil-Aziiz ikut menghadiri shalat Jumat dalam safarnya. Dari Mamar, dari Athaa Al-Khurasaaniy, ia berkata : Umar bin Abdil-Aziiz tiba di Makkah ketika haji atau umrah, lalu ia shalat Jumat bersama mereka sedangkan ia seorang musafir [Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq no. 5148; sanadnya hasan atau shahih]. Dua riwayat yang ternukil dari Umar bin Abdil-Aziiz rahimahullah ini menunjukkan bahwa shalat Jumat tetap disyariatkan bagi musafir bersama penduduk negeri yang dikunjunginya, walau itu tidak wajib baginya. [9] Misalnya riwayat yang dibawakan Ibnu Abi Syaibah rahimahullah berikut : Telah menceritakan kepada kami Abdul-Alaa, dari Mamar, dari Az-Zuhriy : Bahwasannya mereka (para shahabat) menghadiri shalat Jumat besama Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dari DzulHulaifah [Al-Mushannaf, 2/103; sanadnya shahih]. Telah menceritakan kepada kami Wakii, dari Jafar bin Burqaan, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Az-Zuhriy : Kepada siapa shalat Jumat diwajibkan dari orang-orang yang berdekatan dengan Madinah ?. Ia menjawab : Dulu penduduk Dzul-Hulaifah menghadiri shalat Jumat [idem, sanadnya shahih]. Daftar isi:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48.

Wudhu Telor Mimpi di basah mandi

dengan tapi ayam tidak janabat Almayat istri tenggelam, laki

handuk bangkai. basah.

basah. Apakah Apakah wajib hadast

Bolehkah? halal? mandi? kecil? wudhu dimandikan. dimandikan? kuku 1 2 Kiblat lakitunggal laki yaumiddin? meninggal duduk kecil Bolehkah? berjamaah. pertama qiblat. tidak? haram? kecil halalkah? Bukhory? kambing. Bolehkah? juga? bersuci? KB halal? muslim Bolehkah? puasanya? zakatnya? Halalkah?

Cukupkah Belajar Mencium Mati

juga menghilangkan Quran tanpa yang perlukah wanita sholat sholat menghadap orang dibelakang orang Imam pada atau tua yang sudah

Bersentuhan Ketinggalan Ketinggalan Sholat Posisi Jamaah Maaliki Qodho sholat Makmum Makmum Wanita Lupa Buang Sholat Kotoran Telor Hasil Janin Siapakah Tak Sholat Sisa Air ghoib kecil ledeng Hukum Sarang Bekerja Zakat Suntik Dapat Hakim Milul Sholat Niat Katup Doa Imam untuk pada terima dalam mampu bathal angin

dengan Jumat Jumat ke makmum jamaah

tidak

berdiri wanita yaumiddin untuk kepada

Maliki yang sudah sholatnya anak Jumat. sholat yang arah Najis atau anak disembelih, Imam menyembelih

sholat wudhu, setelah tak ikan. buaya.

terus salam tahu Halal

sembelihan perut kambing guruQurban mayat mayat. pada potongan guru

orang Apakah Bolehkah ber-

sekampung. dimandikan untuk Apakah non mesjid. Batalkah

berkaporit. wallet. pada siang bonus. hadiah

pembangunan hari puasa. Wajibkah dari orang Mil kaki. bulan pada dari penuh

dikeluarkan berperkara. al Sahkah diawal barang Nabi oleh atau dalam haidh ramalan

Ardhi pakai puasa Percaya Jantung Bagaimana Nabi selesai dzikir, penghafal

Menggugurkan atau kaos satu

kandungan Ardhi ? sholatnya? bulan dukun najis berdoa? makmum? kebelakang? hati? atau nifas?

babi/ terdengar kekanan hanya saat

cara suaranya

setelah Membaca Wanita

sholat, menghadap cukupkah AlQuran

Bagaimana

tadarrus

49. 50. 51. 52. 53.

Mengucapkan

Innaa

lillahi

saat

ada

kematian

padahal masal. mata

sedang

janabat? Bolehkah? kaki? BOLEHKAH? Istihadhoh?

Mengubur Sarung/ Akad Haidh tidak nikah terarur

mayat celana dengan karena

secara dibawah KB.

TELECONFERENCE. Kapan dianggap

Bolehkah berhubungan intim dengan suaminya saat itu? 54. Bagaimana kalau wanita istihadhoh tersebut mau sholat sunnah. Apakah harus selalu mengulang wudhu? 55. 56. 57. 58. Walinya Melihat Wanita haidh, Buahmenolak aurat tangannnya buahan menyentuh bermenikahkan, istri/ air kolam ulat. bagimana suami nya mengatasinya? sendiri?

yang airnya sedikit. Mustamalkah airnya? Bagaimana kalau termakan? dari kotoran musang. Halalkah?

59. KOPI LUWAK, Kopi yang berasal 60. Menggunakan barang waqaf tidak sesuai niatan pemberi waqaf #. Seputar Sholat dan Khutbah Jumat. 61. 62. 63. 64. 65. Satu desa/ perumahan tidak tapi ada

dua

sholat

jumat.

Bolehkah? hukumnya? Bolehkah? khutbah? seperti itu?

Wasiyat khotib Berkhutbah Berapakah Ada khotib

memakai tidak

kalimat Ittaqullah.Bagaimana memakai mimbar. duduk menunjukdiantara dua nunjuk, benarkah

kadar saking

lamanya semangatnya

66. Khotib dan Imam sholat Jumat orangnya berbeda. Bolehkah? 67. Perlukah minta izin pemerintah saat akan menyelenggarakan sholat Jumat (Jumatan) pertama kali? 68. Ada khotib baca khutbah, tiba- tiba listriknya mati. Khotib tak bisa melanjutkan khutbahnya karena ia tak mampu membaca teks khutbah karena gelap dan terbiasa khutbahnya pakai teks. Bolehkah ia menunggu beberapa saat untuk melanjutkan khutbahnya? Berapa lama ia boleh menunggu tanpa harus memotong syarat muwalat diantara rukunrukun khutbah? 69. Khutbah dengan menjelekjelekkan orang/ golongan tertentu. Bolehkah? 70. Khotib bacaan Al- Qurannya salah/ LAHN yang merusak makna. Sahkah khutbah/ Jumahnya? 71. 72. Khotib Khutbah batal tatkala diselingi baca khutbah bahas pertama Indonesia. selesai. Bolehkah Bolehkah? digantikan?

73. Imam ngantuk sambil duduk sehingga tidak faham materi khutbah. Sahkah sholat Jumatnya bila ia yang jadi Imam Jumat tersebut? 74. Khotib pegang tongkat saat Khutbah. Apakah ada hadistnya? 75. Jumlah peserta Jumatan kurang dari 40 orang karena sebagian wafat terkena musibah/ tsunami. Bagaimana sholat jumahnya. Apakah diliburkan? #. Seputar Romadhon 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. Menentukan saat lupa keluar janabat kalau saat tapi awal masih niat sperma, sudah mandinya tidak IMSAK, apakah masuk waktu sengaja romadhon ufuk sahur puasa? Puasakah? Subuh? puasa boleh?

Rukyat Mimpi

bulan

dibawah tapi membatalkan Subuh. setelah

Puasa basah

Belum mandi Bagaimana Suntik Minum

membatalkan apakah masih

84. 85. 86. 87. 88. Setelah Tarawih Niat

Puasa 11 puasa: witir.

Patigeni, atau RomadhoNA dimalam BOLEHKAH SOLAT 23 atau NISFU TAHAJJUD SAAT

bolehkah? rakaat? romadhoNI? SYABAN. SAHUR?

Ibadah Tarowih langsung

89. Suami istri berhubungan intim. Padahal masih puasa dibulan Romadhon. Siapakah yang kena sanksi KAFARAT? Sang suami saja atau keduaduanya? 90. Sholat Ied, dilapangan atau di Mesjid? #. Seputar Zakat/ Zakat Fitrah / Shodaqoh. 91. Ada seorang karyawan pensiun dan dapat pesangon yang cukup besar. Apakah wajib dikeluarkan zakatnya? 92. Bila seseorang memiliki harta banyak tapi masih dipegang/ dipinjam orang. Apakah ia harus mengeluarkan zakat dari 93. 94. 95. uang Zakat Bolehkah Apakah profesi. yang Berapa masih nishobnya? kapan ditangan harus orang? dikeluarkan? miskin? KEKAH?

membayarkan zakat kepada orang tua atau anak si empunya hajat boleh memakan DAGING

sendiri yang AQIQOH/

96. Mengkafani dan mengubur mayat- mayat korban musibah besar memakai uang zakat. Bolehkah? #. LAIN LAIN 97.Undian 98.Pengobatan berhadiah. Alat Judi Vital. makhluk bernyawa itu atau bukan? Bolehkah? haram?

99.Bagaimana hukumnya fotografi? Bukankah menggambar 100.Benarkah karena gempa qiblat mesjid menjadi bergeser? 1. Tanya:

Bolehkah berwudhu dengan menggunakan HANDUK BASAH, dengan cara di lap kan saja? Jawab:

Tidak boleh, karena diantara syarat sahihnya wudhu itu harus dengan AIR MENGALIR. Dasar dalil: Kifaayatul Akhyaar halaman 27. . 2. Tanya: Ada telor dalam AYAM BANGKAI, yakni ayam yang mati tidak disembelih dengan benar. Telor itu halal atau haram?

Jawab:

Telor itu halal bila kondisinya SUDAH KERAS kulitnya. Bila masih gembur atau telornya belum berkulit, maka haram dimakan seperti bangkai ayamnya. Dasar dalil: Mawaahibus Shomad Syarah Matan Zubad, halaman 15. . 3. Tanya: Bagaimana kalau ada orang bermimpi bersenggama, TAPI TIDAK KELUAR AIR MANI. Wajib mandi atau tidak? Jawab:

Dia tidak Dasar dalil: Syarah Kaasyifatus Sajaa, halaman 23: : . 4. Tanya:

harus

mandi.

Orang yang melakukan MANDI BESAR/ JANABAT itu, apakah dia perlu wudhu lagi setelah mandinya itu? Jawab: Dia tidak harus wudhu lagi. Namun pada masalah ini ada beda pendapat.

Dasar dalil: Fatkhul Wahhab halaman 13, Kifaayatul Akhyaar halaman 21, . 5. Tanya: Bagaimana hukumnya anak yang sudah tamyiz yang sedang belajar al- Quran, BOLEHKAH MEMEGANG QURAN TANPA WUDHU disaat mereka belajar?

Jawab:

Boleh, karena dianggap DARURAT MENCARI ILMU. Dasar dalil: Kasyifatus Sajaa halaman 29, Fatkhul Muin halaman 9

. . 6. Tanya: Ada mayat wanita sudah dimandikan kemudian disentuh atau dicium oleh suaminya. Bolehkah? Apakah si mayat wanita itu harus dimandikan lagi? Jawab:

Boleh saja- tidak apa- apa, si mayat tidak usah diulang mandinya, bahkan SEANDAINYA DI JIMA pun, mayat tersebut tak usah dimandikan lagi. Yang harus mandi atau batal wudhunya adalah yang menyentuh/ menyetubuhinya. Dasar dalilnya: Kasyifatus Saja halaman 22: . 7. Tanya: Ada orang MATI TENGGELAM. Apakah perlu dimandikan? Jawab: Tidak perlu, karena ia SUDAH SUCI. Disini ada beda pendapat dari Imam Rofii. Dasar dalilnya: Kifaayatul Akhyar halaman 163: . . 8. Tanya: Ada seorang laki- laki mencubit seorang wanita Ghoiru Mahrom dengan kuku- kukunya. Padahal wanita itu sudah berwudhu. Batalkah wudhunya?

Jawab:

Tidak batal, karena kuku, gigi, rambut, semuanya itu tidak termasuk bagian kulit yang dapat membatalkan wudhu. Dasar dalilnya:Nihaayatuz Zain halaman 6:

( ) . . 9. Tanya: Ada seorang makmum ketinggalan sholat JUMAT, pada saat itu Imam sudah baca tahiyyat akhir. Bagaimana sholatnya? Jawab:

Setelah Imam salam, maka ia harus melanjutkan 4 (empat) rokaat sebagaimana sholat dhuhur. Dasar dalilnya: Bidayatul Mujtahid halaman 89, Fatkhul Wahhab halaman 70 dan Iqna halaman 160: : 10. Tanya: Kalau makmum tersebut ketinggalan JUMAT nya hanya satu rokaat, bagaimana melanjutkan sholatnya? Jawab: Maka makmum cukup menambah satu rokaat lagi Dasar dalil: Nabi bersabda: , 11. Tanya: Bagaimana seseorang sholat biasa tidak menghadap ke Qiblat? Jawab:

Sholatnya tidak sah menurut kesepakatan ulama ahli ilmu. Kecuali darurat, sehingga tidak mampu menghadap qiblat dengan benar.

Dasar

dalil:

Fatkhul

Wahhab,

Tuhfatut

Tholab

halaman

20,Al-

Muhadzab

I/67-69,dll.

. . 12. Tanya: Bagaimana bila ada SATU makmum yang akan makmum dibelakang Imam. Sebaiknya dimanakah ia harus berdiri, dibelakang Imam atau disebelah kanan Imam? Jawab:

Sebaiknya ia berdiri di SEBELAH KANAN IMAM. Dijaga agar POSISI TUMITNYA tidak berada didepan tumit Imam. Dasar dalil: Fatkhul Muin halaman 36, Fatkhul Wahhab halaman 64, Bidaayatul Mujtahid halaman 107: . 13. Tanya: Bagaimana kalau ada sholat berjamaah, antara jamaah laki- laki dan jamaah perempuan tidak ada SATIR, tapi para wanita ada dibelakang shof laki- laki. Bolehkah seperti itu? Jawab: Boleh, bahkan zaman Nabi para sahabat berjamaahnya seperti itu. Dasar dalil: Bidayatul Mujtahid . 14. Tanya: Ada Imam tatkala membaca Fatikhah, dia memendekkan lafadh MAALIKI YAUMIDDIN menjadi MALIKI YAUMIDDIN. Sahkah sholatnya. Jawab:

Sholatnya Sah tidak ada masalah. Karena lafadh Maaliki Yaumiddin itu boleh dibaca panjang Maa nya (Imam Ashim dan Imam Kisai), boleh pula dibaca pendek (Oleh lima Imam lainnya seperti Ibnu Katsier, dll). Lihat: AtTaisiir Fii Qiroatis SabI. .

15. Tanya: Orang tua kita meninggal punya qodlo sholat fardhu. Perlukah kita mengqodho nya sebagaimana puasa atau membayar Fidyah? Jawab:

Pendapat yang kuat, kita tidak usah mengqodho dan tidak usah membayar fidyahnya (istilah populernya: sholawaat uang yang dibagikan kepada jamaah taziyah). Namun Imam Subky melakukannya berdasar beberapa hadis (lemah) dan diqiyaskan pada hukum qodho puasa. Lihat hadist- hadist ini pada Fiqhus Sunnah karya Sayid Sabiq Bab Janazah, Fasal amal- amal yang sampai pahalanya pada si mayit, dan Kitab Ar- Ruuh karya Ibnul Qoyyim Al- Jauzy pada bab yang sama. Dasar dalil: Kitab Fatkhul Muin, Minhajut Tholibin : II/67. . .

.

: : 16. Tanya: Bagaimana hukumnya makmum kepada Imam yang sholat sambil duduk karenaImam tak mampu sholat berdiri? Jawab:

Boleh, tidak ada masalah. Dasar dalil: Miizaanul Kubro halaman 62)

: : . 17. Tanya: Bolehkah orang dewasa makmum kepada anak kecil umur 8 tahun yang sholatnya sudah bagus? Jawab: Boleh, tidak ada masalah. Hal ini pernah terjadi dizaman Nabi masih hidup. Dasar dalil: Muhaddzab I/97:

18. Tanya: Bolehkah kaum wanita ikut Sholat Jumat? Kalau sudah ikut sholat Jumat, haruskah mereka mengulang sholat dhuhur? Jawab: Wanita boleh ikut sholat Jumat, dan mereka tidak usah mengulang sholat dhuhur lagi. Dasar dalil:bughyatul Mustarsyidiin halaman 78. 19. Tanya: Ada makmum menunggu Imam datang. Kemudian dia batal wudhunya karena buang angin. Tiba- tiba Imam datang dan ia langsung makmum IA Pertanyaan: Apakah si makmum dapat pahala Jamaah? Jawab: Walau ia harus mengulang sholatnya karena batal, ia akan tetap dapat pahala Jamaah nya karena NIAT nya itu insyaalloh, yakni jika ia benar- benar terlupa bahwa ia sudah batal. Dasar dalil: Iqna halaman 129 LUPA belum ambil wudlu lagi.

: . 20. Tanya: Bagaimana hukum Sholat nya orang yang buang angin (kentut) SETELAH SALAM YANG PERTAMA? Jawab: Sholat nya sah, karena hukum SALAM YANG KEDUA itu bukan rukun, tapi sunah.

Dasar

dalil:

Iqna

halaman

129:

. 21 Tanya: Orang tersesat dan terperosok kedalam goa yang amat dalam (seperti kisahnya Nabi Yusuf), dia tidak tahu arah sama sekali. Bagaimana cara ia menghadap Qiblat tatkala ia akan sholat? Jawab:

Dia boleh menghadap KEMANA SAJA yang ia yakini (DHON) sebagai qiblat, tapi ia harus ber- usaha dahulu/ berijtihad dengan melihat tanda- tanda apa saja yang dapat menyebabkan ia yakin disetiap ia akan sholat. Karena yang disebut DHON- ALMUKALLAF itu HARUS DISERTAI DALIL, seperti dengan berdalilkan bintang, arah angin, atau bayangan matahari, kecuali sama sekali dalil semacam itu TIDAK DITEMUKAN atau TIDAK IA FAHAMI. Dasar dalil (nash): Bughyatul Mustarsyidiin halaman 3940.lUBABI halaman dll:

. 22. Tanya: Kotoran ikan itu najis atau tidak? Jika najis, bagaimanakah kalau kita makan ikan kecil atau ikan teri? Jawab:

Kotoran ikan itu najis dan wajib dibuang- misalnya kotoran yang ada dalam perut ikan Paus, tapi dimaafkan JIKA SULIT MEMBUANGNYA, yakni pada ikan- ikan kecil. Nash: 23. Tanya: Telor buaya atau telor penyu itu halal/ suci atau tidak? Jawab: Ghoyah At Talkhiish Hamisy Bughyah halaman 254:

Semua telor halal/ suci hukumnya kecuali telor binatang berbisa. Disini ada beda pendapat Nash: 24. Tanya: Halalkah ayam hasil sembelihan anak kecil yang belum baligh tapi tamyiz? Jawab: Iaanatut Thoolibiin II/halaman 351

Bila cara menyembelihnya benar, maka halal hukumnya. Nash: 25. Tanya: Ada Janin yang mati ketika Halalkah janin anak kambing tersebut? Jawab: kita menyembelih kambing yang ternyata sedang bunting. Kifaayatul Akhyar II/ halaman 227

Halal, karena cara menyembelih janin itu (cukup) dengan menyembelih induknya. Nash: Qolyubi 26. Tanya: Siapakah guru- guru Imam Bukhory yang menulis Shohih Bukhory. (wafat 256 H)? Jawab: Guru- guru Imam Bukhory banyak, diantaranya: bab Athimah

halaman

262

Imam Imam Imam

Ahmad Zafarani Abu

bin Thur

Hanbal (wafat (wafat

(wafat 260 246

241

H) H) H)

Imam Al- Karobisi (wafat 245 H) Mereka semuanya itu murid langsung dari Imam SyafiI . R.A (wafat 204 H).

Jadi Imam Bukhory itu CUCU MURID Imam SyafiI, sebagaimana Imam Muslim dan Abu Dawud Nash: 27. Tanya: Ada seorang faqir ingin mendapatkan pahala berkorban/ Aqiqoh sebagaimana orang- orang kaya berkorban , yakni ada yang menyembelih domba, sapi atau unta. Berpahalakah bila ia menyembelih seekor ayam jantan dan membagikannya kepada orang lain? Jawab: Setiap Shodaqoh yang dilakukan atas dasar taqwa kepada Allah, insyaalloh dapat pahala. Lihat: Sirajuddin Abbas: Thobaqotus Syafiiyyah , Mukaddimah Jawahirul Bukhory, dll

Allah menyatakan dalam Quran Surat Al- Hajj 37: Allah tidak melihat nilai daging atau darahnya, tapi Allah melihatnya dari nilai ketaqwaan kalian. Disamping itu ada ATSAR dari sahabat Ibnu Abbas yang menyatakan: Ibnu Abbas berpendapat bahwa pahala Qurban akan didapat dengan cara MENGALIRKAN DARAH, walau sekedar meyembelih seekor ayam jantan atau angsa. Nash: Bajuri II/ halaman 295, Bughyah 292. 28. Tanya: Bolehkah sholat ghoib kepada janazah yang ada dikampung sendiri? Jawab: Tidak boleh, kecuali ada udzur seperti sakit parah sehingga tidak memungkinkan hadir taziyah. Nash: Bujairimi Alal Minhaj I/ halaman 479

: 29. Tanya: Ada orang dimakan binatang buas, tersisa satu anggota badan, apakah tetap harus dimandikan? Jawab:

Ya, harus, asal masih dikenali bahwa itu bagian tubuh manusia, seperti jari kelingking, dll. Nash: Madzahibil Arbaah I/ halaman 503. .. 31. Tanya: Bagaimana hukumnya K.B (keluarga berencana), baik dengan suntik, pil atau spiral? Jawab: :

Bila niat nya MENGATUR atau MENJARANGKAN kelahiran, itu boleh. Apalagi kalau tujuannya agar pendidikan anak- anaknya menjadi lebih ter-arah, itu tentu baik. Bila niat nya MEMUTUSKAN/ MENGHENTIKAN kelahiran, maka hukumnya harom, terkecuali ada udzur syari, misalnya kata dokter yang ahli lagi adil, ada masalah besar yang membahayakan jiwanya jika mengandung. Nash: Syarqowi II/ : 32. Tanya: Sekarang banyak orang usaha SARANG WALET. Bagaimana hukumnya? Apakah sarang burung yang dibuat dengan air liur burung wallet itu halal? Jawab: 332:

Air liur dari semua jenis burung yang halal dimakan, hukumnya suci dan halal. Sebagaimana air liur keledai atau air liur binatang halal lainnya. Nash: Minhajul Qowim halaman 24.

.. : 33. Tanya Bagaimana hukumnya bekerja kepada orang non muslim? Jawab:

Boleh, bila tidak ada kekhawatiran akan masalah akidahnya. Sebagaimana kisah Nabi Yusuf yang bekerja menjadi bendahara di negeri Mesir dibawah raja- raja/ Firaun Mesir. Bahkan meminta jabatan juga boleh asal ia merasa mampu dan sanggup menjaga amanah. Nash: Marah Labid Lil Imam Nawawi Tafsir Surat Yusuf ayat 55: : . 34. Tanya Bolehkah uang zakat dipakai untuk pembangunan mesjid atau madrasah, karena bukankah membangun mesjid/ madrasah itu termasuk bagian dari SABILILLAH? Jawab: Qoul yang mutamad tidak memperkenankan, karena makna sabilillah yang dimaksud dalam Al- Quran adalah Ghuzaat, artinya pejuang pembela Islam dalam peperangan. Namun Imam Qofal (madzhab Syafii) berpendapat lain, ia menyatakan yang dimaksud SABILILLAH itu termasuk SABIILIL KHOIR (sebagaimana dalam tafsir Al- Mannar karya Muhammad Rasid Ridho) termasuk didalamnya membangun benteng pertahanan, masjid, madrasah, dll.

Nash: Tafsir Marah Labid Lin Nawawi halaman 344: : : 35. Tanya Sebentar lagi kita akan memasuki bulan puasa. Bagaimana hukumnya kalau sedang puasa di SUNTIK di bagian pantat atau lengannya oleh dokter. Batal tidak puasanya? Jawab:

Puasanya tidak batal. Karena benda penyuntik dan yang di suntikkan tidak masuk melalui rongga terbuka seperti: Rongga mulut/ rongga kepala, rongga dada atau rongga perut. Nash: 36. Tanya Seseorang mendapat rejeki nomplok, seperti BONUS atau MAS KAWIN yang nilainya mencapai nishob zakat. Apakah harta itu harus dikeluarkan zakatnya? Jawab: Al Bajuri I/ halaman 390 391, AlMahalli Juz II/56.

Ya, harta itu harus dikeluarkan zakatnya seketika menerima, sebesar 2.5 %. (setiap Satu juta Rupiah dikeluarkan zakatnya Rp 25.000;) Nash: 37. Tanya Kalau ada seorang hakim telah MEMUTUSKAN HUKUM DENGAN BENAR DAN ADIL, kemudian salah satu pihak yang berperkara MEMBERIKAN HADIAH kepada hakim tersebut. Bolehkah ia menerimanya? Nihayatus Zain halaman : 177:

:

Jawab:

Tetap saja TIDAK BOLEH, haram menerimanya. Dasar: AlBajuri II/ halaman 333:

38. Tanya Sampai batas berapa bulan janin dalam kandungan TIDAK BOLEH/ HAROM digugurkan? Jawab:

Sejak yakin bawa sperma/ air mani lelaki telah menyatu dengan ovum/ sel telur wanita. Sejak itu pula HAROM HUKUMNYA JANIN DIGUGURKAN. Dasar: 39. Tanya: Pada saat Itidal, setelah membaca Samiallohu liman hamidah bacaan yang benar: Milul Ardhi dengan DHOMMAH ( Jawab: Dua- duanya boleh. atau Milal Ardhi dengan FATKHAH? ). Ihyau Ulumuddin II/ halaman 53.

Nash: Al- Mahally Juz I/ halaman 156. 40. Tanya: ..

Sholat memakai kaos kaki. Apakah sholatnya SAH? Bukankah waktu sujud anggota sujudnya harus terbuka? Jawab:

InsyaAlloh SAH, karena anggota sujud YANG WAJIB TERBUKA, HANYA DAHI, sedangkan kedua telapak tangan dan kedua ujung telapak kaki TIDAK HARUS TERBUKA. Bahkan kedua lutut harus tertutup karena lutut itu aurat. Nash: Al- Iqna I/ 117, Iaanatut Tholibin I/ 164, Al- Mahally I/160. : 41. Tanya: Seseorang akan berpuasa wajib, dia niat diawal bulan untuk satu bulan penuh. Sahkah niatnya? Jawab:

Menurut Qoul Mutamad/ pendapat yang lebih kuat,niat itu harus saban malam, sesuai Sabda Rasul: : . Barang siapa yang tidak niat pada malam itu sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya. H.R. Imam yang lima. Tapi menurut satu pendapat Imam ahmad bin Hanbal, boleh. Dasar dalil: Subulus Salam II/ halaman 153. : . ( ) : 42. Tanya: Bagaimana hukumnya mendatangi dan percaya pada ramalan dukun? Jawab:

Dilarang mendatangi tukang sihir, tukang tenung, tukang ramal. dukun (Kahin), apalagi percaya pada segala ramalannya. Bila seseorang mendatangi peramal dan percaya akan ramalannya, maka sholatnya selama 40 hari ditolak oleh Allah (H.R.Muslim) Dasar: Manhaj Dzawin Nadhor halaman 30, Ibnu Abi Jamroh halaman 183, Shohih Muslim Juz II/ 291- 292 bab Tahriimu al Kahaanah : Wa Ityaanul Kuhhaan. .

. : 43.

Tanya: Bagaimana hukumnya mengganti katup jantung seseorang yang bocor dengan katup JANTUNG BABI? Karena menurut ahli- ahli kedokteran masa sekarang ini, katup jantung babi lah yang GEN nya mendekati GEN manusia sehingga paling mungkin diterima tubuh manusia. Bolehkah? Bagaimana sholatnya? Jawab: Keadaan darurat itu

dapat membolehkan sesuatu

yang (asalnya) dilarang

.

() Sholatnya juga sah, tidak ada masalah. Dasar dalil : Al- Asybah Wan- Nadhooir, Qolyubi Wa Umairoh I/ halaman 182: 44. Tanya: Bagaimana cara Nabi berdoa setelah sholat? Jawab:

Ada beberapa riwayat, diantaranya seperti dalam riwayat Muslim:

.

Dari Al- Barro, dia berkata: Adalah kami para Sohabat bila sholat dibelakang Rasulullah SAW, Kami senang bila kami berada DISEBELAH KANAN beliau, sehingga dapat berhadapan wajah kami dengan wajah beliau. Al- Barro melanjutkan berkata: Maka kami MENDENGAR Rasulullah berdoa: Robbi Qinii adzaabaka yauma tabatsu au tajmau Ibaadaka. H.R. Muslim, Shohih Muslim Juz I/ halaman 286. Demikian itu setelah Nabi membaca Dzikir- dzikir Sholat seperti diriwayatkan oleh beberapa hadist. 45. Tanya: Jadi doa Rasulullah DI DENGAR oleh para sohabat? Jawab: Ya, sesuai firman Allah dalam Surat Isro ayat no:110 Dan janganlah kau keraskan doa mu dan jangan pula kau sembunyikan (dalam hatimu), dan

carilah jalan tengah diantara keras dan tersembunyi itu. Q. S. Isro ayat 110. Lihat Tafsir Ibnu Katsier dalam Surat tersebut tentang makna As- Sholaata menurut Aisyah RA yang dimaksud adalah Doa. 46. Tanya: Dalam riwayat Muslim tersebut Imam menghadap ke ke KANAN. Tapi ada riwayat Bukhori yang menyatakan Imam menghadap ke Makmum? Alias kebelakang? Jawab: Ya, Benar. Silahkan pilih, boleh menghadap kekanan atau kebelakang. Lihat Fatkhul Bari Syarah Sohih Bukhori II/ 387- 388 Salah satunya hadist dibawah ini:

Dari Samuroh bin Jundub: Adalah Rasulullah apabila telah selesai sholat, beliau menghadapkan wajahnya kearah kami.H.R. Bukhori.

Namun dalam beberapa hadist yang lebih yang panjang, sabda Nabi tersebut BERSAMBUNG dengan kalimat: Faqoola.yang artinya: Maka kemudian Nabi bersabda:. Ini menunjukkan bahwa beliau Nabi menghadap kebelakang itu dalam rangka AKAN MEMBERIKAN TAUSHIYAH / TALIM. Sehingga para ulama menyatakan: # Bila tidak bersambung dengan pemberian taushiyah, maka Nabi cukup menghadap KEKANAN, sesuai hadist AlBarro riwayat Muslim. # Bila bersambung dengan taushiyah, maka Nabi menghadap kebelakang. Lihat Al- Umm Bab Adz- dzikri Badas Sholaah Wallohu Alam. 47. Tanya: Bagaimana jika berdoa atau berdzikir DALAM HATI SAJA? Jawab:

Berdasarkan Surat Al- Isro ayat 110 diatas, BERDZIKIR DALAM HATI baik dalam sholat atau diluar sholat TIDAK CUKUP, karena dia dianggap belum memenuhi perintah Allah, yakni: Firman Allah: Dan janganlah kau keraskan doa mu dan jangan pula kau sembunyikan carilah jalan tengah diantara keras dan tersembunyi itu. Q. S. Isro ayat 110. (dalam hatimu), dan

Dalam kitab AlAdzkar LinNawawi halaman 10 disebutkan: 48. Tanya: Bagi wanita penghafal Al- Quran (Hafidhoh), bagaimana cara memelihara hafalannya bila ia sedang haidh/ nifas/ janabah? Padahal membaca Al- Quran dilarang pada saat janabah haidh dan nifas?

Jawab:

Agar ia membaca/ tadarrus dalam hati tanpa terucap. Karena apa yang terbersit dalam hati tentang ayat- ayat AlQuran tidak dilarang saat Haidh Nifas dan Janabah. Dasar: AlAdzkar LinNawawi halaman 8: 49. Tanya: Kalau sedang haidh, nifas janabah, bolehkah mengucapkan Inna Lillahi wa innaa ilaihi Roji-uun saat ada kematian? Bukankah itu ayat Al- Quran? Jawab:

Semua kalimat Al- Quran yang dibaca dengan niatan DZIKIR/ DOA karena ada suatu kejadian- misalnya ada kematian dengan membaca Innaa lillaahi.mendapatkan anugerah dengan membaca Alhamdulillah atau berdoa Robbanaa Aatina.dst, yang bukan niat baca Al- Quran, hukumnya BOLEH. Dasar: Al- Adzkar Lin- Nawawi halaman 8:=: 50. Tanya: Akhir- akhir kita dapat saksikan terjadi beberapa bencana besar seperti longsor atau Tsunami dengan korban ratusan, ribuan bahkan ratusan ribu jiwa. Bagaimana menguburkan mereka yang menjadi korban. Bolehkah dikubur bersama- sama karena kalau dikubur satu- satu tentu tidak mungkin. Jawab: Keadaan darurat itu dapat membolehkan sesuatu yang (asalnya) dilarang .

() Menguburkan mayat secara bersama- sama dalam satu lubang karena DARURAT hukumnya boleh.

Dasar dalil: Iaanatut Tholibin II/halaman 119: 51 Tanya: Bagaimana hukumnya seseorang memakai sarung/ celana melebihi matakaki disaat sholat atau diluar sholat? Jawab: Hukumnya makruh/ tidak disukai menurut hukum Syari.

Bahkan kalau dilakukan karena Sombong (Khuyalaa Wal Bathr), maka hukumnya DOSA. Dasar dalil: Kasyifatus Saja Li Syaikh Nawawi Al- Bantani halaman 17. Daliilul Faalikhiin Li thuruqi Riyaadhis Shooloihiin Juz III halaman 72 . 52 Tanya: Bagimana akad nikah yang dilakukan dengan TELE CONFERENCE, yang penganten lelakinya di Negara lain tapi semua orang bisa menyaksikan pelaksanaan akad nikahnya melalui layer monitor? Jawab: Pernikahannya TIDAK SAH. Dalilnash: Kifayatul 53. Tanya: Saya seorang wanita yang punya riwayat haidh yang normal. Namun sejak memakai alat kontrasepsi KB suntik, masa haidh saya tidak teratur. Akhyar II/ halaman 51:

1.

Darah

yang

keluar

tak

teratur

itu

termasuk itu?

haidh

atau

istihadhoh? caranya?

2. Haruskah saya sholat saat 3. Bolehkah berhubungan suami istri, pada saat masih ada darah? Jawab: 1. Masa haidh itu maksimum

Bagaimana

15

(limabelas)

hari.

Selebihnya dihukumi ISTIHADHOH (abnormality) 2. Saat istihadhoh harus melaksanakan sholat, yakni dengan cara mandi janabat dahulu, kemudian membersihkan FARAJ/ vaginanya dan menutupnya dengan Kemudian berwudhu dan dilanjutkan dengan sholat. pembalut wanita yang baru/ bersih.

Setiap akan sholat fardhu harus dibersihkan dulu vaginanya dan ditutup lagi serta wudhu lagi. Demikian seterusnya. 3.Suami istri boleh berhubungan intim saat istihadhoh.

Ini menurut pemahaman Fuqohaaul Amshor, sesuai riwayat Ibnu Abbas dan Saad bin Al- Musayyab, dan sebagian pendapat tabiiin Dasar dalil: Syarwani Hamisy , Bidaayatul Mujtahid Halaman 45, , :

, : . 54. Tanya: Kalau wanita yang istihadhoh itu ingin sholat sunnah, apakah juga harus wudhu lagi seperti tatkala akan sholat fardhu? Jawab:

Selama belum batal boleh terus melakukan sholat sunnah berkali- kali. Dasar dalil: Al- Muhadzab I/ halaman 46:

55 Tanya: Apa yang harus dilakukan bila ada seorang wanita yng ingin menikah dengan seorang laki- laki yang baik- baik dan sepadan (kafaah), namun wali/ ayahnya menolak menikahkan? Jawab:

Harus diupayakan dengan cara yang bijak agar walinya melunak. Namun bila tetap saja walinya menolak menikahkan, maka si wanita boleh TAHKIM (maju ke Pengadilan Agama, menikah dengan wali Hakim). Dasar- dalil : Bughyatul Mustarsyidin halaman 230, Al- Muhadzab II/ 37: : 56. Tanya: Bolehkah saling melihat aurat masing- masing antara suami istri? Bukankah ada beberapa hadist yang mencela tindakan tersebut? Jawab: Boleh. Sebagian ulama menyatakan makruh. Dasar dali: Al-Quran Surat Al- Mukminun ayat 5 6: Lihat Tafsir Ibnu Katsier/ Khozin. Dan mereka- mereka yang dapat memelihara Faraj mereka, kecuali kepada pasangan mereka dan para budak wanita yang mereka miliki, maka yang demikian itu mereka tidak tercela. Ayat tersebut mendapatkan tafsir melalui hadist dibawah ini (Tafsir Quran bil hadist): Sahabat Muawiyah bin Haidah Al- Qusyairy bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulalloh, aurat kami manakah yang harus kami tutup dan manakah yang boleh kami buka? Rasululloh menjawab:

Adapun hadist dari Aisyah yang berbunyi: mata rantai sanadnya tidak jelas (.) Juga hadist dibawah ini: : , sanadnya rancu antara Baqiyyah bin Al- Walid Al- KilaI (197 H) dengan Ibnu Juraij (150 H). Sehingga para Ulama sejauh- jauhnya memandang bahwa larangan tersebut hanya bersifat makruh. 57. Tanya: Wanita haidh belum mandi, memasukkan tangannya kedalam bak air yang kurang dua qullah karena sekedar mengambil gayung yang tenggelam (bukan niatan mandi janabat), mustamalkah airnya? Jawab:

Bila tangannnya suci, maka airnya tetap suci mensucikan TIDAK MUSTAMAL. Dasar dalil: Al- Miizaanul Kubro halaman 113. 58. Tanya: Menghilangkan najis dengan cara dibakar, seperti membakar alcohol yang tertumpah dilantai. Apakah boleh? Jawab: najis, kecuali pendapat Imam Abu Hanifah. : .

Boleh dan api dapat menghilangkan Dasar dalil: Rohmatul Ummah halaman 5: 59. Tanya:

Kadang- kadang buah mangga ber- ulat, mati saat mengiris buah tersebut. Haruskah buah itu di cuci? Bagaimana bila ikut termakan? Jawab:

Tidak usah dicuci karena ulat buah itu suci walau sudah mati, bahkan Syafiiyyah menganggap ulat yang hidup DIDALAM BUAH itu hukumnya halal. Dasar 60 Tanya Sekarang ini terkenal ada KOPI LUWAK asli yang mahal harganya. Kopi luwak asli, dibuat dari biji kopi yang dimakan musang, kemudian dibuang lewat kotoran/ tahi musang. Kotoran musang ini dikumpulkan oleh petani, disaring, dibersihkan, dicuci baru dibikin kopi. Halalkah kopinya? Jawab: Jawab: dalil: Rohmatul Ummah halaman : 9:

Harus dicoba dan di periksa dulu apakah biji kopi dari tahi musang itu kalau DITANAM BISA TUMBUH ATAU TIDAK? Bila ditanam tumbuh berarti biji itu MUTANAJJIS yang bisa dibersihkan dan dicuci pakai air, dan tentu saja HALAL DIKONSUMSI. Artinya biji itu masih hidup karena kotoran musang hanya SAMPAI DILUARNYA SAJA. Dasar dalil: I aanatut Thoolibin I halaman:82- babun najasah : 61 Tanya: Bagaimana hukumnya menggunakan barang-barang waqaf ( Speaker, kipas angin mesjid, dll ) dipinjam ketempat lain diluar lingkungan mesjid, misalnya hajatan sehingga tidak sesuai dengan keinginan / niat waqif? Jawab:

Kalau sampai memindahkan barang keluar dari tempat asal waqaf (yakni misalnya arena mesjid) dan dengan penggunaan yang tidak maruf, maka tidak boleh/ haram, karena tidak sesuai dengan niatan pewaqaf (waqif). Dasar dalil: Fathul Muin Hamys Ianatu at-thalibin Juz III Hal : 171 : 171 (. . ) 3 Berikut masalah- masalah Sholat Jumah / Khutbah 62. Tanya: Dalam satu perumahan/ desa ada dua mesjid seperti banyak terjadi sekarang ini. Bagaimana hukumnya? Jawab:

Bila tidak memungkinkan memperluas mesjid karena tanah perumahan itu terbatas, sedangkan jamaahnya melebihi kapasitas, maka hukumnya boleh dan sah mendirikan jumat disana. (Tentu saja harus diusahakan agar posisinya tidak berdekatan). Dasar dalil: Syarkhul Muhaddzab IV/ halaman 500 502.

63. Tanya: Saat berkhotbah, si khotib tidak mengucapkan Ittaqulloh, tapi nasehat kebaikan yang lain seperti Innalloha yamurukum bil adli wal- ikhsandst. Sahkah khotbahnya? Jawab: Sah, karena yang dimaksud dengan keharusan berwasiyat TAQWA kepada Allah itu boleh dengan segala bentuk kalimat nasehat yang mengandung makna Taqwa. Nash: Kasyifatus Saja halaman 96, Fatkhul Wahab halaman 75.

:

64. Tanya: Bolehkah berkhotbah tidak memakai mimbar? Jawab: Jawab: Boleh, karena memakai mimbar atau NAIK DITEMPAT TINGGI saat ber- khotbah itu bukan syarat, hanya SUNNAH saja. Nash: Fatkhul Wahab 76: 65. Tanya: Berapakah kadar lamanya duduk diantara dua khutbah? Jawab:

Tidak boleh kurang dari sekira membaca Sebaiknya sekira membaca Surat Al- Ikhlas, ba