Top Banner
10000.0 11000.0 12000.0 13000.0 14000.0 15000.0 16000.0 17000.0 18000.0 19000.0 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18 Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19 Sep-19 Oct-19 Nov-19 Dec-19 Kinerja Ekspor-Impor Indonesia (USD Juta) Ekspor Impor MARKET FOCUS INVESTMENT MARKETING PT AIA FINANCIAL 16 JANUARY 2020 1/2 16 JANUARY 2020 Badan Pusat Statistik mengumumkan neraca dagang Indonesia di bulan Desember tercatat defisit -USD28,1 juta, lebih baik dari ekspektasi. Sementara dari luar negeri, deeskalasi konflik AS-Iran meredam harga minyak dunia yang sempat memanas. Badan Pusat Statistik mengumumkan neraca dagang Indonesia bulan Desember defisit -USD28,2 juta, naik dari defisit -USD1.392,9 juta di bulan November, dan lebih baik dari perkiraan ekonom di angka -USD430 juta. Sedangkan keseluruhan neraca dagang tahun 2019 mencetak defisit -USD3,2 miliar, jauh berkurang dari defisit 2018 sebesar -USD8,7 miliar. Tercatat ekspor naik 3,7% MoM atau 1,28% YoY. Sementara itu impor turun 5,47% MoM atau -5,62% YoY. Kenaikan ekspor di bulan Desember terutama didorong oleh ekspor CPO, terlihat dari nilai ekspor golongan lemak dan minyak hewan/nabati yang tumbuh 25,76% MoM. Meskipun demikian sepanjang 2019 terdapat penurunan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati sebesar -13,44% akibat rata-rata harga CPO 2019 yang lebih rendah dari 2018. Secara keseluruhan di tahun 2019 nilai ekspor Indonesia tercatat USD167,53 miliar, turun -6,94% dibanding 2018. Meskipun demikian, secara volume jumlah ekspor Indonesia sepanjang 2019 naik 7,64%. Rendahnya harga komoditi terutama harga minyak sawit menjadi penyebab utama turunnya nilai ekspor Indonesia sepanjang 2019. Dari sisi impor di tahun 2019 keseluruhan nilai impor tercatat USD170,72 miliar, turun -9,5% dari 2018. Penurunan nilai impor sepanjang 2019 terlihat merata, dengan golongan penggunaan barang konsumsi turun 4,51%, bahan baku/penolong turun 11,07%, dan barang modal turun 5,13%. Berdasarkan data historis dan pola musiman, kondisi neraca dagang di kuartal 1 2020 diperkirakan akan relative lebih baik yang didorong oleh impor yang lebih rendah serta harga minyak sawit yang diprediksi masih akan tinggi di kuartal 1. Sumber: Badan Pusat Statistik Dari luar negeri, deeskalasi konflik AS-Iran telah meredam harga minyak dunia yang sempat memanas. Aksi saling balas AS-Iran sempat menaikkan harga minyak ke USD70/bbl di 6 Januari (vs USD66 di Desember). Namun konflik tersebut relatif berjalan singkat tanpa adanya eskalasi lebih jauh dari kedua pihak, seiring dengan penurunan tensi harga minyak dunia telah kembali turun ke level USD 62-65. Perkembangan ini disambut baik oleh pasar karena kenaikan harga minyak akan berpengaruh negatif ke perekonomian banyak negara termasuk Indonesia. Pelemahan harga minyak berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia karena akan menurunkan harga BBM industri yang akan menurunkan biaya produksi. Diperkirakan setiap 10% penurunan harga minyak maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar 0.02%. Begitu juga sebaliknya kenaikan harga minyak akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu turunnya harga minyak setelah adanya de-eskalasi konflik AS – Iran menjadi sentimen positif bagi perekonomian Indonesia. Selain itu di awal Januari 2020 pemerintah melalui kementerian ESDM telah menurunkan harga BBM non subsidi. Sebagai dampaknya, rata-rata harga BBM turun sebesar 12%. Hal ini menjadi sentimen positif kepada daya beli masyarakat dalam jangka pendek.
2

Market Focus 15 November 2019 - aia-financial.co.id Focus 16Jan20.pdfBegitu juga sebaliknya kenaikan harga minyak akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu turunnya

Feb 20, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Market Focus 15 November 2019 - aia-financial.co.id Focus 16Jan20.pdfBegitu juga sebaliknya kenaikan harga minyak akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu turunnya

MARKET FOCUS

INVESTMENT DIVISION PT AIA FINANCIAL DECEMBER 2018 1/1

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan AS sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Ini merupakan kenaikan yang keempat di tahun 2018. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 6,0%. Kedua keputusan Bank Sentral ini sejalan dengan ekspektasi investor.

Tidak ada kejutan dari keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan AS yang keempat kalinya tahun ini, namun disisi lain terbuka kemungkinan jalur kebijakan moneter yang lebih akomodatif di 2019. Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, mengabaikan peringatan Presiden Donald Trump dan kekhawatiran investor akan ekonomi AS dengan menaikkan suku bunga acuan untuk kali keempat di tahun ini sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Keputusan ini bukan merupakan kejutan, karena investor sudah mengantisipasi besaran probabilitas 64% untuk hal ini. Dan, dari hasil pertemuan ini terdapat beberapa sinyal kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari The Fed untuk tahun 2019.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyoroti ketidakpastian yang meningkat akhir-akhir ini mengenai arah dan besaran kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019. Pertama, The Fed mulai mengisyaratkan mereka mungkin akan mulai merubah arah kebijakan moneter AS. The Fed memangkas perkiraan jumlah kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019, menjadi 2 kali dari sebelumnya 3 kali.

Kedua, perkiraan median The Fed untuk tingkat suku bunga acuan netral AS jangka panjang turun menjadi 2,75% dari 3% dalam perkiraan sebelumnya. Proyeksi median untuk tingkat suku bunga acuan AS di akhir tahun 2021 berada di 3,1%, turun dari 3,4% dalam perkiraan sebelumnya.

Ketiga, The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) AS untuk tahun 2019, dari +2,5% menjadi +2,3%. Sementara untuk tahun 2020 dan 2021 tetap tidak berubah pada level +2% dan +1,8%.

Figur 1: Probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019 yang diproyeksikan pasar, per tanggal 20 Desember 2018

Sumber: Bloomberg, AIA Investment Research

MARKET FOCUSINVESTMENT DIVISIONPT AIA FINANCIAL

1 FEBRUARI 2019

Disclaimer: Dokumen ini hanya digunakan sebagai sumber informasi dan tidak diperbolehkan untuk diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, atau didistribusikan baik sebagian atau pun secara keseluruhan kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari PT AIA FINANCIAL. Isi dari dokumen ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu bentuk penawaran atau permintaan untuk pembayaran, pembelian, atau penjualan dari setiap jenis Efek yang disebutkan di dalam dokumen ini. Meskipun kami telah melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam dokumen ini adalah tidak keliru ataupun tidak salah pada saat penerbitannya, kami tidak bisa menjamin keakuratan dan kelengkapan informasi dalam dokumen ini. Perubahan terhadap setiap pendapat dan perkiraan yang terdapat dalam dokumen ini dapat dilakukan kapan pun tanpa pemberitahuan tertulis terlebih dahulu. Para nasabah disarankan untuk meminta nasehat terlebih dahulu dari penasehat keuangannya sebelum berkomitmen melakukan investasi pada unit penyertaan kami. Laporan ini disiapkan oleh PT AIA FINANCIAL dan hanya digunakan sebagai informasi saja. Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko perubahan nilai ekuitas dan risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kinerja investasi tidak dijamin, nilai unit dan hasil investasi dapat bertambah atau berkurang. Kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan untuk kinerja masa depan.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan Indonesia (7-Day Reverse Repo Rate) di 6,0% dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang terakhir di tahun ini. Tidak berubahnya tingkat suku bunga acuan Indonesia di bulan Desember 2018 ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar, setelah kenaikan yang sudah cukup tinggi sebesar +175 bps di tahun 2018 ini. Keputusan ini menandakan bahwa BI memiliki pandangan bahwa kebijakan moneter AS akan lebih akomodatif di tahun 2019 dan tingkat inflasi Indonesia masih cukup rendah dan terkendali.

Meski demikian, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia masih menjadi risiko dan tantangan bagi BI maupun Pemerintah Indonesia yang perlu dicermati saat ini. Terlebih setelah defisit neraca perdagangan bulan November 2018 sebesar USD 2,05 miliar yang jauh lebih besar dari perkiraan dan merupakan defisit neraca perdagangan Indonesia yang terbesar sejak bulan Juli 2013.

10000.0

11000.0

12000.0

13000.0

14000.0

15000.0

16000.0

17000.0

18000.0

19000.0

Jan-

18

Feb-

18

Mar

-18

Apr-1

8

May

-18

Jun-

18

Jul-1

8

Aug-

18

Sep-

18

Oct

-18

Nov

-18

Dec-

18

Jan-

19

Feb-

19

Mar

-19

Apr-1

9

May

-19

Jun-

19

Jul-1

9

Aug-

19

Sep-

19

Oct

-19

Nov

-19

Dec-

19

Kinerja Ekspor-Impor Indonesia (USD Juta)

Ekspor Impor

MARKET FOCUS

INVESTMENT MARKETING PT AIA FINANCIAL 16 JANUARY 2020 1/2

16 JANUARY 2020

Badan Pusat Statistik mengumumkan neraca dagang

Indonesia di bulan Desember tercatat defisit -USD28,1

juta, lebih baik dari ekspektasi. Sementara dari luar

negeri, deeskalasi konflik AS-Iran meredam harga minyak

dunia yang sempat memanas.

Badan Pusat Statistik mengumumkan neraca dagang

Indonesia bulan Desember defisit -USD28,2 juta, naik dari

defisit -USD1.392,9 juta di bulan November, dan lebih baik

dari perkiraan ekonom di angka -USD430 juta. Sedangkan

keseluruhan neraca dagang tahun 2019 mencetak defisit

-USD3,2 miliar, jauh berkurang dari defisit 2018 sebesar

-USD8,7 miliar. Tercatat ekspor naik 3,7% MoM atau 1,28%

YoY. Sementara itu impor turun 5,47% MoM atau -5,62% YoY.

Kenaikan ekspor di bulan Desember terutama didorong oleh

ekspor CPO, terlihat dari nilai ekspor golongan lemak dan

minyak hewan/nabati yang tumbuh 25,76% MoM. Meskipun

demikian sepanjang 2019 terdapat penurunan ekspor lemak

dan minyak hewan/nabati sebesar -13,44% akibat rata-rata

harga CPO 2019 yang lebih rendah dari 2018.

Secara keseluruhan di tahun 2019 nilai ekspor Indonesia

tercatat USD167,53 miliar, turun -6,94% dibanding 2018.

Meskipun demikian, secara volume jumlah ekspor Indonesia

sepanjang 2019 naik 7,64%. Rendahnya harga komoditi

terutama harga minyak sawit menjadi penyebab utama

turunnya nilai ekspor Indonesia sepanjang 2019.

Dari sisi impor di tahun 2019 keseluruhan nilai impor tercatat

USD170,72 miliar, turun -9,5% dari 2018. Penurunan nilai

impor sepanjang 2019 terlihat merata, dengan golongan

penggunaan barang konsumsi turun 4,51%, bahan

baku/penolong turun 11,07%, dan barang modal turun 5,13%.

Berdasarkan data historis dan pola musiman, kondisi neraca

dagang di kuartal 1 2020 diperkirakan akan relative lebih

baik yang didorong oleh impor yang lebih rendah serta harga

minyak sawit yang diprediksi masih akan tinggi di kuartal 1.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari luar negeri, deeskalasi konflik AS-Iran telah meredam

harga minyak dunia yang sempat memanas. Aksi saling

balas AS-Iran sempat menaikkan harga minyak ke USD70/bbl

di 6 Januari (vs USD66 di Desember). Namun konflik tersebut

relatif berjalan singkat tanpa adanya eskalasi lebih jauh dari

kedua pihak, seiring dengan penurunan tensi harga minyak

dunia telah kembali turun ke level USD 62-65. Perkembangan

ini disambut baik oleh pasar karena kenaikan harga minyak

akan berpengaruh negatif ke perekonomian banyak negara

termasuk Indonesia.

Pelemahan harga minyak berpotensi mendorong

pertumbuhan ekonomi Indonesia karena akan menurunkan

harga BBM industri yang akan menurunkan biaya produksi.

Diperkirakan setiap 10% penurunan harga minyak maka

pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar 0.02%.

Begitu juga sebaliknya kenaikan harga minyak akan

menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu

turunnya harga minyak setelah adanya de-eskalasi konflik AS

– Iran menjadi sentimen positif bagi perekonomian Indonesia.

Selain itu di awal Januari 2020 pemerintah melalui

kementerian ESDM telah menurunkan harga BBM non subsidi.

Sebagai dampaknya, rata-rata harga BBM turun sebesar 12%.

Hal ini menjadi sentimen positif kepada daya beli masyarakat

dalam jangka pendek.

Page 2: Market Focus 15 November 2019 - aia-financial.co.id Focus 16Jan20.pdfBegitu juga sebaliknya kenaikan harga minyak akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu turunnya

MARKET FOCUS

INVESTMENT DIVISION PT AIA FINANCIAL DECEMBER 2018 1/1

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan AS sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Ini merupakan kenaikan yang keempat di tahun 2018. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 6,0%. Kedua keputusan Bank Sentral ini sejalan dengan ekspektasi investor.

Tidak ada kejutan dari keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan AS yang keempat kalinya tahun ini, namun disisi lain terbuka kemungkinan jalur kebijakan moneter yang

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, mengabaikan peringatan Presiden Donald Trump dan kekhawatiran investor akan ekonomi AS dengan menaikkan suku bunga acuan untuk kali keempat di tahun ini sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Keputusan ini bukan merupakan kejutan, karena investor sudah mengantisipasi besaran probabilitas 64% untuk hal ini. Dan, dari hasil pertemuan ini terdapat beberapa sinyal kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari The Fed

Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyoroti ketidakpastian yang meningkat akhir-akhir ini mengenai arah dan besaran kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019. Pertama, The Fed mulai mengisyaratkan mereka mungkin akan mulai merubah arah kebijakan moneter AS. The Fed memangkas perkiraan jumlah kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019, menjadi 2 kali dari sebelumnya 3 kali.

Kedua, perkiraan median The Fed untuk tingkat suku bunga acuan netral AS jangka panjang turun menjadi 2,75% dari 3% dalam perkiraan sebelumnya. Proyeksi median untuk tingkat suku bunga acuan AS di akhir tahun 2021 berada di 3,1%, turun dari 3,4% dalam perkiraan sebelumnya.

Ketiga, The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) AS untuk tahun 2019, dari +2,5% menjadi +2,3%. Sementara untuk tahun 2020 dan 2021 tetap tidak berubah pada level +2% dan +1,8%.

Figur 1: Probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019 yang diproyeksikan pasar, per tanggal 20 Desember 2018

Sumber: Bloomberg, AIA Investment Research

MARKET FOCUSINVESTMENT DIVISION

Dokumen ini hanya digunakan sebagai sumber informasi dan tidak diperbolehkan untuk diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, atau didistribusikan baik sebagian atau pun secara keseluruhan kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari PT AIA FINANCIAL. Isi dari dokumen ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu bentuk penawaran atau permintaan untuk pembayaran, pembelian, atau penjualan dari setiap jenis Efek yang disebutkan di dalam dokumen ini. Meskipun kami telah melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam dokumen ini adalah tidak keliru ataupun tidak salah pada saat penerbitannya, kami tidak bisa menjamin keakuratan dan kelengkapan informasi dalam dokumen ini. Perubahan terhadap setiap pendapat dan perkiraan yang terdapat dalam dokumen ini dapat dilakukan kapan pun tanpa pemberitahuan tertulis terlebih dahulu. Para nasabah disarankan untuk meminta nasehat terlebih dahulu dari penasehat keuangannya sebelum berkomitmen melakukan investasi pada unit penyertaan kami. Laporan ini disiapkan oleh PT AIA FINANCIAL dan hanya digunakan sebagai informasi saja. Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko perubahan nilai ekuitas dan risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kinerja investasi tidak dijamin, nilai unit dan hasil investasi dapat bertambah atau berkurang. Kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan untuk kinerja masa depan.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan Indonesia (7-Day Reverse Repo Rate) di 6,0% dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang terakhir di tahun ini. Tidak berubahnya tingkat suku bunga acuan Indonesia di bulan Desember 2018 ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar, setelah kenaikan yang sudah cukup tinggi sebesar +175 bps di tahun 2018 ini. Keputusan ini menandakan bahwa BI memiliki pandangan bahwa kebijakan moneter AS akan lebih akomodatif di tahun 2019 dan tingkat inflasi Indonesia masih cukup rendah dan terkendali.

Meski demikian, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia masih menjadi risiko dan tantangan bagi BI maupun Pemerintah Indonesia yang perlu dicermati saat ini. Terlebih setelah defisit neraca perdagangan bulan November 2018 sebesar USD 2,05 miliar yang jauh lebih besar dari perkiraan dan merupakan defisit neraca perdagangan Indonesia yang terbesar sejak bulan Juli 2013.

Pertumbuhan Ekonomi ↑

Inflasi ↑ Kurs Rupiah ↑ ICP ↑

1% 1% +RP100/USD +USD1A. Pendapatan Negara 16,8 - 20,2 12,6 - 17,1 4,9 - 5,6 3,6 - 4,2

a. Penerimaan Perpajakan 16,8 - 20,2 12,6 - 17,1 2,9 - 3,1 1,0 - 1,4b. PNBP - - 2,0 - 2,5 2,6 - 2,8

B. Belanja Negara 5,2 - 7,8 4,9 - 5,8 3,6 - 3,8 3,1 - 3,9a. Belanja Pemeritah Pusat 1,2 - 2,0 1,2 - 1,7 2,2 - 2,3 1,8 - 2,4b.Transfer ke Daerah dan Dana Desa 4,0 - 5,8 3,7 - 4,1 1,5 - 1,5 1,2 - 1,4

C. Surplus/(Defisit) Anggaran 11,5 - 12,4 7,7 - 11,3 1,3 - 1,8 0,3 - 0,5

D. Pembiayaan - - (0,3) - (0,3) -

Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 11,5 - 12,4 7,7 - 11,3 1,0 - 1,5 0,3 - 0,5

Uraian

SENSITIVITAS APBN 2020 TERHADAP PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO(triliun rupiah)

2020

Disclaimer: Dokumen ini hanya digunakan sebagai sumber informasi dan tidak diperbolehkan untuk diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, atau didistribusikan baik sebagian atau pun secara keseluruhan kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari PT AIA FINANCIAL. Isi dari dokumen ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu bentuk penawaran atau permintaan untuk pembayaran, pembelian, atau penjualan dari setiap jenis Efek yang disebutkan di dalam dokumen ini. Meskipun kami telah melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam dokumen ini adalah tidak keliru ataupun tidak salah pada saat penerbitannya, kami tidak bisa menjamin keakuratan dan kelengkapan informasi dalam dokumen ini. Perubahan terhadap setiap pendapat dan perkiraan yang terdapat dalam dokumen ini dapat dilakukan kapan pun tanpa pemberitahuan tertulis terlebih dahulu. Para nasabah disarankan untuk meminta nasehat terlebih dahulu dari penasehat keuangannya sebelum berkomitmen melakukan investasi pada unit penyertaan kami. Laporan ini disiapkan oleh PT AIA FINANCIAL dan hanya digunakan sebagai informasi saja. Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko perubahan nilai ekuitas dan risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kinerja investasi tidak dijamin, nilai unit dan hasil investasi dapat bertambah atau berkurang. Kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan untuk kinerja masa depan.

MARKET FOCUS

INVESTMENT MARKETING PT AIA FINANCIAL 16 JANUARY 2020 2/2

Sumber: Kementerian Keuangan

Dampak Ke Pasar Keuangan.

Deeskalasi AS-Iran dan perbaikan defisit neraca dagang

Indonesia memberikan sentimen positif ke pelaku pasar

untuk kembali focus pada kondisi fundamental dan prospek

kinerja pasar saham tahun 2020. Hingga 16 Januari 2020,

IHSG masih cenderung bergerak datar (-0,21%) dari awal

tahun di level 6.286,05, sementara BINDO telah naik +1.2%

sepanjang tahun 2020 ini. Akan tetapi, kondisi

makro-ekonomi dalam negeri tetap positif dengan

berlanjutnya transmisi suku bunga ke sektor riil,

membaiknya sentimen bisnis paska tahun pemilu, serta

prospek aliran FDI di tahun 2020. Sehingga kami melihat

potensi kesempatan yang baik saat ini bagi investor untuk

membeli pasar saham.