Top Banner

of 30

mapri lukman

Mar 09, 2016

Download

Documents

Lukman Nurhakim

mapri survailance
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

SURVEILENS EPIDEMIOLOGI , PENCATATAN DAN PELAPORAN MASALAH KESEHATAN DI PUSKESMAS LUBUK KILANGAN PADANG

Oleh :LUKMAN NURHAKIM1110313090

Preseptor :DR. dr. Rosfita Rasyid, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALASPADANG2015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pribadi ini dengan judul Surveilans, pencatatan dan pelaporan masalah kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang. Selanjutnya, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW.Penuliasan makalah pribadi ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada DR. dr. Rosfita Rasyid, M.Kes selaku preseptor yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik, kepada Kepala Puskesmas Lubuk Kilangan Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah pribadi ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, Desember 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut.Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan pondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).

1.2. Batasan MasalahMakalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut.

1.3. Tujuan Penulisan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

1.4. Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai literatur, analisis, dan diskusi

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SURVEILENS2.1.1 PengertianMenurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.1Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.1

2.1.2 Tujuan Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi.2

2.1.3 Komponen surveilensKomponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti dibawah ini :21. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepadaatasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjutKomponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai berikut:3a.Pengumpulan DataPengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus.Tujuan pengumpulan data:1).Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan lain-lain.2).Menentukan jenisagentatau penyebab penyakit dan karakteristiknya.3).Menentukanreservoir infeksinya4).Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.5).Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.

Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit.Sumber data sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:1).Pencatatan kematian2).Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data yang diperlukan: nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan tanggal mulai sakit.3).Laporan kejadian luar biasa atau wabah.4).Hasil pemeriksaan laboratorium.5).Penyelidikan peristiwa penyakit menular.6).Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.7).Survey: memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.8).Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.9).Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.10). Data kependudukan dan lingkungan.b.Pengolahan, analisa dan interpretasi dataData yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel,spot mapdan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.

c.Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskan dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai umpan balik(feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan.Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data (pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakanfollow up

2.1.4 Aktifitas Inti SurveilansAktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti yaitu:1)Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas,laboratorium, unit penelitian, unit program-sektor dan unit statistik lainnya.2)Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa atau keadaan kesehatan.3)Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada hasil percobaan laboratorium.4)Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upayapeningkatan program kesehatan, pusat penelitian dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi. Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.5)Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan menentukan indikator terhadap tindakan.6)Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam menghadapi wabah/kejadian luar biasa.7)Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan masyarakat hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.8)Umpan balik(feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.

2.1.5 Kegunaan surveilens epidemiologiSurveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan yaitu:4a.Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.b.Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.c.Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan program.d.Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang dan cara serta dinamika penularan penyakit menula

2.1.6 Syarat- syarat surveilens yang baikSyarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai berikut:a.Kesederhanaan (Simplicity)Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.b.Fleksibilitas (Flexibility).Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.c.Dapat diterima (Acceptability).Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan.lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan.Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.

d.Sensitivitas (Sensitivity).Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi adanya KLB.

Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :1).Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan2).Kemampuan mendiagmosa secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnosa akan dilaporkan3).Keakuratan data yang dilaporkan

e.Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans.Nilai Prediktif Positif menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.f.Representatif (Representative).Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang penting.g.Tepat Waktu.Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga membahayakan masyarakat.Ketepatan waktu dalam system surveilans dapat dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan program dalam jangka panjang.Tekhnologi komputer dapat sebagai faktor pendukung sistem surveilans dalam ketepatan waktu penyediaan informasi.

2.2 PENCATATAN DAN PELAPORAN 2.2.1 Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam, pita film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara. Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman kepada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).

Beberapa pengertian dasar dari SP2TP menurut DepKes. Ri (1992) adalah sebagai berikut:1. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/19812. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan pelaporan lain yang dapat memperberat beban kerja petugas puskesmas.4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang di tetapkan.5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di tetapkan6. Pencatatn dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan setiap triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah di tetapkan.Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam perencanaan program-program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.

2.2.2 Manfaat pencatatan dan pelaporan1.Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.2.Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka pengembangan tenaga kesehatan3.Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil

2.2.3 Jenis pencatatan terpadu puskesmasPencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung.1.Pencatatan yang dibuat di dalam gedung PuskesmasPencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus harian.2.Pencatatan yang dibuat di luar gedung PuskesmasPencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen Kesehatan Pusat.

2.2.4 Hasil penelitian dalam pencatatan dan pelaporanProses pelaksanaan SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, mengalami berbagai hambatan, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan perilaku para pengelola dan pengguna data, yang kurang mendukung terhadap keberhasilan SP2TP. Kualitas aspek teknis yakni penguasaan tentang SP2TP, proses datanya, sarananya serta kapasitas SDM belum memadai dan mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Aspek sistem dalam konteks organisasional yang berkaitan dengan aspek perilaku khususnya menyangkut dengan peran, tugas dan tanggung jawab yang diwujudkan lewat sikap, motivasi dan tindakan nyata dalam pelaksanaan SP2TP dan pemanfaatan data secara konsisten belum nampak.

2.2.5 Jenis pencatatanAda beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin program.Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu: LB1, berisi data kesakitan LB2, berisi data kematian LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll LB4, berisi data obat-obatanBentuk Formulir Pelaporan :1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO2. Formulir LT: untuk data kegiatan3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian4. LB1: laporan data kesakitan a. Kasus lama b. Kasus baru5. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai) a. laporan obat-obatan (LPLPO)6. LB3 a. Gizi b. KB c. Imunisasi d. KIA e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta, Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.7. LB4 a. Kunjungan Puskesmas b. Kehatan Olahraga c. Kesehatan Sekolah d. Rawat Tinggal e. dll8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan) a. LT 1 Keadaan sarana Puskesmas Dasar UKS Kesehatan Lingkungan Kesehatan Jiwa Program Pendidikan dan Pelatihan Program Pemberantasan Penyakit dan Gizib. LT 2 (kepegawaian) Tenaga PNS di Puskesmas Tenaga PTT di Puskesmas Tenaga PNS di Puskesmas Pembantuc. LT 3 (peralatan) Linen Peralatan Laboratorium Peralatan untuk Kesehatan Gigi Peralatan untuk Penyuluhan Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis2.2.6 Prosedur pengisian sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmasProsedur pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:1. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.2. Pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.3. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada.4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan.6. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

BAB 3ANALISIS SITUASI3.1 Sejarah PuskesmasGambar 1: Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk KilanganPuskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan pada tahun 1981 dengan luas tanah 270 m2 dan gedung puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 m2, pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin.Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu meliputi BP, KIA, dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian pimpinan Puskesmas sebanyak 15 kali.Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat, gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia.Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Upaya Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).3.2 Kondisi GeografisWilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas:a. Kelurahan Batu Gadang: 19.29 Km2b. Kelurahan Indarung: 52.1 Km2c. Kelurahan Padang Besi: 4.91 Km2d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2e. Kelurahan Koto Lalang: 3.32 Km2f. Kelurahan Baringin: 1.65 Km2g. Kelurahan tarantang: 1.85 Km2

Adapun batas batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai berikut:

Utara: Kecamatan Pauh

Timur: Kabupaten Solok

Selatan: Kecamatan Bungus Teluk Kabung

Barat: Kecamatan Lubuk Begalung

3.3 Kondisi DemografisJumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah : 51.806 jiwa yang terdiri dari 12.290 KK dengan perincian sebagai berikut: Kelurahan Bandar Buat : 14403 jiwa dan 3753 KKKelurahan Padang Besi: 7274 jiwa dan 1448 KKKelurahan Indarung : 11096 jiwa dan 2885 KKKelurahan Koto Lalang: 6972 jiwa dan 1645 KKKelurahan Batu Gadang: 6901 jiwa dan 1591 KKKelurahan Baringin : 2470 jiwa dan 322 KKKelurahan Tarantang : 2690 jiwa dan 646 KK

3.4 Sarana dan Prasarana1. Sarana PendidikanSarana Pendidikan Puskesmas Lubuk Kilangan sebagai berikut: Tabel 1: Kondisi Sarana Pendidikan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014NoKelurahanTKSDSMPSMA

1Bandar Buat9630

2Padang Besi2400

3Indarung1612

4Koto Lalang3300

5Batu Gadang1201

6Baringin1100

7Tarantang0100

Jumlah142343

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014

2. Sarana KesehatanPuskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:a. Puskesmas Induk: 1 Unitb. Puskesmas Pembantu: 4 Unit Pustu Indarung Pustu Batu Gadang Pustu Baringin Koto Lalangc. Rumah Dinas Dokter: 1 Unitd. Rumah Dinas Perawat: - Unite. Poskeskel: 7 Unitf. Puskesmas Keliling Roda 4: 1 Unitg. Ambulance: 1 Unith. Sepeda Motor: 5 Uniti. Komputer: 10 Unitj. Laptop: 4 Unitk. Mesin Tik: 1 Unitl. Laboratorium: 1 Unit

3. Prasarana Kesehatan1. Posyandu Balita: 43 Pos2. Posyandu Lansia: 14 Pos3. Kader Kesehatan: 166 Orang4. Praktek Swasta Dokter Umum: 5 orang5. Prakter Swasta Dokter Gigi: 2 Orang6. Praktek Bidan Swasta: 21 orang7. Klinik Bersalin: 5 Buah8. Rumah Obat: 5 Buah9. Rumah Sakit Swasta: 1 Unit10. Pos UKK: 3 Pos11. Pengobatan Tradisional: 38 Buah12. Toga: 27 Buah

3. 5 Kegiatan Surveilens di Puskesmas Lubuk KilanganSurveilens adalah pengamatan secara terus menerus mencari dan mengumpulkan data tentang penyakit dan menganalisis data itu hingga dapat diambil tindakan.Data dapat diambil dari sumber-sumber berikut :1. Penderita yang datang ke Puskesmas2. Warga yang melaporkan ke Puskesmas3. Laporan dari petugas lapangan puskesmas4. Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota PadangTugas petugas Surveillance adalah mengunjungi kelurahan dan bertanya tentang adanya penyakit dan siapa yang meninggal serta bagaimana gejalanya. Apabila data sudah didapatkan, dilakukan pengamatan dan penyelidikan epidemiologi ke rumah-rumah. Selanjutnya diberikan pengobatan untuk tindakan segera, memberikan penyuluhan dan melaporkan kejadian ke Dinas Kesehatan Kota Padang. Tujuan selanjutnya adalah untuk pemberantasan penyakit yang bertujuan mencegah terjadinya penularan Penyakit, mengurangi kesakitan dan kematian.

1.Surveilens Demam BerdarahTujuan kegiatan surverlens ini adalah mengusahakan penurunan angka kematian (CFR) dan insiden DBD serendah mungkin serta membatasi penyebaran penyakit.Biasanya pasien dengan wabah sudah langsung ke Rumah Sakit Negri atau Swasta. Di rumah sakit pasien sudah terdiagnosa dengan demam berdarah sehingga petugas surveilens bisa langsung melakukan pengamatan epidemiologi ke rumah pasien. Laporan penderita Demam Berdarah didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang.Selanjutnya dilakukan pengamatan epidemiologi untuk mengetahui factor-faktor penting penyebab penularan/wabah. Pelaksanaannya adalah dengan penemuan alamat penderita, tim surveilens ke lapangan dengan pemegang program demam berdarah. Setelah sampai di alamat dilakukan investigasi keadaan rumah, pencarian sarang jentik dan sumber penularan nyamuk, dan mendata pasien secara lengkap, serta mendata warga yang kontak dengan pasien, juga diambil data sekeliling rumah dengan radius 100 meter.Jika ada warga ada demam atau dengan observasi demam, maka diberikan obat simtomatis. Selanjutnya diberikan penjelasan, apabila demam menunjukkan ciri-ciri demam berdarah maka segera ke Rumah Sakit.Penyuluhan dilakukan pada setiap rumah yang dikunjungi tentang kebersihan lingkungan dan cara pemberantasan DBD dengan 3M. selain itu penyuluhan diberikan tentang ciri-ciri demam berdarah dan penanggulangan segera.Kegiatan surveilens DBD dalam 1 tahun terakhir dilakukan di Kelurahan Indarung berdasarkan laporan warga. Selanjutnya data dan hasil penyelidikan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Padang.

2. Surveilens campakPasien dengan penyakit campak datang ke Puskesmas Lubuk Kilangan dengan mengeluh demam serta keluar bitnik-bintik merah. Dokter puskesmas mendiagnosa penyakit yang diderita pasien setelah melihat gejala-gejala yang timbul, jika sudah didiagnosa campak maka pasien diberi obat.Pengobatan diberikan dokter puskesmas, dan pasien diberi vitamin A dengan dosis satu butir pada hari 1,2 dan ke-14. Untuk bayi yang kurang dari 1 tahun diberikan setengahnya.Penyuluhan diberikan langsung ke pasien tentang perawatan penyakit campak dirumah, imunisasi dan kebersihan lingkungan.Pasien yang sudah terdiagnosa campak ditanya identitasnya secara lengkap dan keadaan rumah tempat pasien tinggal. Apakah ada tetangga yang dapat campak atau tidak. Selanjutnya dicatat langsung dalam formulir C1 campak.3.Surveilens ChikungunyaKegiatan surveilens chikungunya hampir sama dengan Demam Berdarah karena penyebaran chikungunya juga dari nyamuk demam berdarah. Kegiatan surveilens chikungnya dalam 1 tahun terakhir dilakukan di Kelurahan Bandar Buat di daerah Rimbo Data dan Komplek Unand berdasarkan laporan warga.

4. Surveilens FilariasisPenyakit filariasis di Puskesmas Lubuk Kilangan ditemukan pertama kali pada tahun 2005 dengan sudah mengalami penyakit kronis. Ada 2 pasien yang ditemui, yaitu masing- masing di Kelurahan Bandar Buat dan Koto Lalang. Setelah dilakukan survei darah tepi ditemukan MF>1% sehingga pada tahun 2008 dilakukan pengobatan massal filariasis sehingga dengan ditetapkannya Kecamatan Lubuk Kilangan sebagai daerah endemis filariasis.

3.6 Pencatatan dan pelaporanI. MINGGUANPencatatan dan pelaporan penyakit mingguan dilakukan pada blangko W2. Pelaporan bisa diinput online melalui webside SKDR atau melalui format sms.II. BULANANLaporan Bulanan dilaporkan adalah laporan campak (C1 campak), Laporan kesakitan, kematian daftar penyakit baru dan Surveillance Terpadu Puskemas (STP). Laporan didapatkan dari rekapan KIA dan BP selanjutnya dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota setiap awal bulanIII. TAHUNANLaporan Tahunan dibuat berdasarkan laporan bulanan yang sudah ada. Laporan dibuat dalam bentuk tabel dan Gravik untuk melihat jumlah kasus perbulan, trend dan jumlah kasus per kelurahan. IV. LAPORAN KLBJika adanya wabah / kejadian luar biasa maka dilakukan investigasi dengan turun ke lapangan bersama tim atau pemegang program bersangkutan. Blangko laporan yang disertakan adalah W dan Laporan investigasi kasus.V. MACAM-MACAM LAPORAN 1. Laporan kesakitan2. Laporan kematian3. ISPA / ILI4. Laporan bulanan campak (c1 campak)5. Sistem terpadu puskesmas (stp)6. Laporan penyakit baru7. Laporan investigasi penyelidikan epidemiologi klb (w1)

BAB 4PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Program Surveilens di Puskesmas Lubuk KilanganPetugas surveilens Puskesmas Lubuk Kilangan mengunjungi setiap kelurahan di wilayah kerja puskesmas dan bertanya tentang adanya penyakit dan siapa yang meninggal serta bagaimana gejalanya. Apabila data sudah didapatkan, dilakukan pengamatan dan penyelidikan epidemiologi ke rumah-rumah. Selanjutnya diberikan pengobatan untuk tindakan segera, memberikan penyuluhan dan melaporkan kejadian ke Dinas Kesehatan Kota Padang.Semua data yang dimasukkan kedalam formulir pencatatan dan pelaporan didapatkan dari laporan harian, mingguan, bulanan dari masing-masing pemegang program pelayanan kesehatan di puskesmas.Pengumpulan data kesehatan dilakukan secara sistematik, untuk kasus KLB (kejadian luar biasa) pengumpulan data didapatkan dari informasi masyarakat, lintas sektor, lintas program di lingkungan KLB, lalu bekerja sama dengan masyarakat, lintas sektor, lintas program di lingkungan KLB untuk melakukan survey terhadap kasus tersebut, setelah kasus tersebut dinyatakan kejadian luar biasa, tim surveilens langsung melaporkan kepada dinas kesehatan kota dalam jangka waktu 24 jam melalui via internet, SMS, faximile. Dinas kesehatan akan melakukan peninjauan terhadap kasus KLB tersebut dan melaporkan kembali kepada dinas kesehatan provinsi, provinsi juga melaporkan kepada dinas kesehatan pusat. Pengumpulan data mingguan dan bulanan diambil dari pemegang program masing-masing puskesmas. Semua hasil surveilens, pencatatan dan pelaporan diketahui dan dianalisis kembali oleh kepala Puskesmas Lubuk Kilangan.

4.2Pemasalahan Surveilens di Puskesmas Lubuk KilanganPermasalah yang dihadapi Puskesmas Lubuk Kilangan dalam surveilens yaitu:1. Penderita campak tidak datang ke puskesmas Lubuk Kilangan pada hari pertama sehingga pengobatan yang didapat tidak optimal. Penyebabnya adalah kurangnya penyuluhan terhadap penyakit campak. Solusinya adalah meningkatkan penyuluhan tentang penyakit campak.2. Pada kasus DBD, Petugas Penyelidik Epidemiologi didesak masyarakat untuk melakukan fogging, padahal yang berwenang dalam melakukan fogging adalah dinas kesehatan kota. Solusi yang dapat dilakukan adalah memberitahukan masyarakat bahwa yang berwenang untuk melakukan fogging adalah dinas kesehatan kota, dan jumlah alat fogging untuk Kota Padang hanya 3 unit untuk 11 kecamatan dan masyarakat harus meningkatkan kesadaran untuk mencegah dbd dengan penyuluhan pencegahan DBD dan pemberian abatisasi.3. Kerjasama Lintas Sektoral masih kurang, karena kurangnya laporan dari kelurahan setempat mengenai penyakit yang sedang terjadi. Solusinya adalah meningkatkan koordinasi Kepala Puskesmas dengan Camat agar menghibau kepada tiap-tiap kelurahan untuk lebih memperhatikan masalah kesehatan di wilayahnya.4.3Permasalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk KilanganMasalah yang dihadapi Puskesmas dalam pengumpulan dan pencatatan dan pelaporan maslah kesehatan ke Dinas Kesehatan Kota sering terkendala, hal ini disebabkan karena:1. Penyerahan laporan dari masing-masing pemegang program, posyandu, pustu dan lain-lain terlambat.2. Formulir yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan untuk pelaporan penyakit terbanyak tidak sesuai dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas.3. Sarana dan tenaga SDM untuk pengumpulan dan pencatatan pelaporan masalah kesehatan belum memadai.Pemecahan masalah yang telah dilakukan pihak puskesmas untuk keterlambatan, dengan memberi peringatan waktu kepada pemegang program Puskesmas masing-masing dan memberikan limit waktu untuk pengumpulan data. Formulir yang telah ditentukan oleh dinas kesehatan tetap dilaporkan secara online dan ditambah dengan pemberian data manual yang sesuai dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas. Sarana dan SDM yang dibutuhkan masih menjadi masalah bagi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan1. Kegiatan Surveilens di puskesmas lubuk kilang adalah pengamatan secara terus menerus mencari dan mengumpulkan data tentang penyakit dan menganalisis data itu hingga dapat diambil tindakan.2. Pengumpulan data dapat diambil dari sumber-sumber berikut: Penderita yang datang ke Puskesmas Warga yang melaporkan ke Puskesmas Laporan dari petugas lapangan puskesmas Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang3. Pencatatan kegiatan progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya dapat berupa laporan mingguan, laporan bulan dan laporan tahunan5.2. Saran 1. Setiap melakukan surveilens hendaknya mengikuti syarat-syarat system surveilens yang baik.2. Pemegang masing-masing program dapat memberikan laporan hasil pendataannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan.3. Melakukan pengkajian pelaksanaan surveilens, pencatatan dan pelaporan masalah kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan.4. Penguasaan terhadap aspek SP2TP, sarana, kapasitas SDM yang belum memadai perlu mendapatkan perhatian

DAFTAR PUSTAKA1. WHO. (2004)WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in Indonesia.Washington DC2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004)Kepmenkes tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu3. WHO, 1999,WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom of Great Britain.4. Departemen Kesehatan R.I., 1997Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar Surveilans,Pusdiklat : Jakarta.5. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014

KEGIATAN PROMKES 2014A. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)1. Penyuluhan kesehatan dalam gedung.Penyuluhan peroranganPenyuluhan kelompokPenyuluhan melalui kegiatan konsultasi2. Penyuluhan Kesehatan luar gedungPenyuluhan di Posyandu BalitaPenyuluhan di Posyandu LansiaPenyuluhan di sekolah : TK, SD, SLTP dan SMUPenyuluhan di masyarakat Penyuluhan di mesjid (pesantren ramadhan)Siaran keliling

B. Peran Serta Masyarakat (PSM)Pembinaan posyandu dan kader posyanduPembinaan UKKPembinaan PHBSPembinaan TogaPembinaan BatraPembinaan Poskeskel dan pembentukan poskeskel baru

PENYULUHAN KESEHATAN DALAM GEDUNGPenyuluhan PeroranganPenyuluhan Perorangan BP, KIA, KB, Imunisasi, dan pelayanan kesehatan lainnya yang melibatkan kerja sama lintas program

Penyuluhan ini dilaksanakan secara rutinitas sesuai sasaran promkes2. Penyuluhan KelompokPenyuluhan kelompok dilaksanakan setiap senin dan kamis yang melibatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor. (penyuluh agama dari DEPAG) Media : LCD, leaflet, poster, lembar balik, pengeras suara, TV, VCD, Tape dan radio

Frekuensi selama th. 2014 sebanyak 162 kali jumlah masyarakat disuluh sebanyak 1668 orang3. Kegiatan konsultasi baik gizi, kesling ataupun kesehatan umum

Konsultasi gizi : BP, KIA, PosyanduKonsultasi kesling : BP, KIAKonsultasi kesehatan umum : BP, KIA, posyandu

Penyuluhan Kesehatan luar gedung Frekuensi selama th. 2014 sebanyak 334 kali jumlah masyarakat disuluh sebanyak 4366 orang

Penyuluhan di Posyandu BalitaPenyuluhan di lakukan setiap pelaksanaan posyandu baik secara perorangan maupun kelompok yang di lakukan oleh kader dan pembina posyandu

2. Penyuluhan di Posyandu LansiaPenyuluhan di posyandu lansia dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok yang di lakukan oleh kader dan pembina posyandu

3. Penyuluhan di sekolahPenyuluhan di sekolah di laksanakan bekerjasama dengan program UKS, program Kesling dan Program Gizi. Penyuluhan dilaksanakan di TK, SD, SMP dan SMA

4. Penyuluhan di masyarakat Penyuluhan di masyarakat dilakukan di kantor lurah , di mesjid dan gedung sekolah. Penyuluhan bekerjasama dengan lintas program

5. Penyuluhan di mesjid (pesantren ramadhan)Penyuluhan yang di berikan antara lain mengenai PHBS,DBD, HIV/AIDS, Narkoba, Kesling dan Penyakit yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Bekerjasama dengan program kesling dan pembina wilayah

6. Siaran kelilingDalam rangka memaksimalkan pemberian informasi kepada masyarakat di Kec. Lubuk Kilangan, maka promosi kesehatan juga dilakukan dengan menggunakan Puskesmas Keliling (Puskel) yang telah dilengkapi dengan TOA. Penyuluhan dengan Puskel dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat massal seperti kegiatan posyandu, penyuluhan flu burung, DBD dan lain-lain.

Peran Serta Masyarakat (PSM)

Pembinaan Posyandu dan Kader Posyandu.Pembinaan posyandu dilakukan setiap bulan sebanyak 43 posyandu yang tersebar di 7 kelurahan

2. Pembinaan UKK

Pendataan Industri kecil rumah tangga melibatkan kader dan bidan poskeskel. Atau pembinaan wilayah .Serta pembinaan di lakukan bersama dengan program kesling., gizi dan lintas program lainnya.

3. Pembinaan PHBSPembinaan PHBS di laksanakan di tatanan rumah tangga dan sekolah. Semua kelurahan sudah melaksanakan survey cepat PHBS . Dari 12290 rumah tangga yg ada di kecamatan lubuk kilangan , jumlah yg sudah di pantau 1470 yang sudah ber PHBS sebanyak 1078 (73,3%) .

4. Pembinaan Toga

Pembinaan Taman Obat Keluarga (TOGA) melibatkan seluruh kader dan pokja PKK yang ada di tiap Kelurahan. Hal ini dilakukan guna mengembangkan semangat menanam tanaman yang mengandung khasiat pengobatan sebagai langkah alternatif terhadap obat obatan medis.Jumlah TOGA di Lubuk Kilangan sebanyak 162.

5. Pembinaan BatraPembinaan Pengobatan tradisional dilakukan kepada rumah tangga yang menyediakan jasa pengobatan tradisional/alternatif,. Jumlah batra di lubuk kilangan sebanyak 110.

6. Pembinaan Poskeskel dan pembentukan poskeskel baru

Pembinaan yang dilakukan dengan melibatkan camat, lurah, dinas/instansi terkait dan kader-kader kesehatan di Pos Kesehatan Kelurahan (POSKESKEL). Dari 7 kelurahan ,yang sudah ada puskeskel sebanyak 6 pos.