Top Banner
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada pokoknya makhluk hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan [1] . Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan melipatkan, atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik (organismeautotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau [1] . [2] Konsumer adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan tergantung kepada organisme lain, baik yang bersifat heterotrof maupun yang autotrof. Konsumer biasanya merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung (herbivora) dinamakan konsumer primer. Hewan yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer II dan seterusnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan. Konsumer terakhir disebut konsumer puncak. Contoh konsumer puncak adalah manusia [1][2] . Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk kemudian digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat disebut juga sebagai organisme detritivor atau pemakan bangkai. Contoh organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk dan jamur Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang cocok,yang disebut habitat.Didalam ekosistem,setiap organisme mempunya fungsi dan tugas tertentu .Hal ini dikenal dengan nisia.Oleh karena itu, komponen biotik ekosistem dapat dikelompokkan berdasarkan nisia tadi.Secara garis besar ada empat nisia [1 Produsen[sunting | sunting sumber] Produsen yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa organik (mengandung bahan kehidupan) dari bahan anorganik (tidak mengandung bahan kehidupan) menjadi makananya sendiri. Di dalam membentuk makananya sendiri, organisme ini dibantu oleh cahaya matahari dan sering disebut organisme autotrof. Yang termasuk kelompok ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri dan Ganggang biru-hijau [1][3] .
13

Manfaat mikroorganisme 1

Jan 19, 2015

Download

Environment

Ahmad Azhari

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Manfaat mikroorganisme 1

Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada pokoknya makhluk

hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan[1].

Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia

merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan

dan melipatkan, atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan fungsinya,

makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik

(organismeautotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan

cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau[1].[2]

Konsumer adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan tergantung

kepada organisme lain, baik yang bersifat heterotrof maupun yang autotrof. Konsumer biasanya

merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung (herbivora) dinamakan konsumer

primer. Hewan yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer II dan seterusnya sehingga

terbentuk suatu rantai makanan. Konsumer terakhir disebut konsumer puncak. Contoh konsumer puncak

adalah manusia[1][2].

Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk kemudian

digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat disebut juga sebagai organisme detritivor atau pemakan

bangkai. Contoh organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk dan jamur

Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang cocok,yang disebut

habitat.Didalam ekosistem,setiap organisme mempunya fungsi dan tugas tertentu .Hal ini dikenal dengan

nisia.Oleh karena itu, komponen biotik ekosistem dapat dikelompokkan berdasarkan nisia tadi.Secara garis

besar ada empat nisia[1

Produsen[sunting | sunting sumber]

Produsen yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa organik (mengandung bahan kehidupan) dari bahan

anorganik (tidak mengandung bahan kehidupan) menjadi makananya sendiri. Di dalam membentuk

makananya sendiri, organisme ini dibantu oleh cahaya matahari dan sering disebut organisme autotrof. Yang

termasuk kelompok ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri dan Ganggang biru-hijau[1][3].

Fakta Mikroba:

Jika anda mengambil segenggam tanah berarti anda memegang ratusan bahkan ribuan dari berbagai jenis mikroba.

Ada 10 kali lebih banyak bakteri dalam sistem pencernaan manusia daripada jumlah sel di seluruh tubuh. Ada sekitar 1 kg bakteri.

Setidaknya mikroba menghasilkan setengah dari oksigen yang kita hirup.

Page 2: Manfaat mikroorganisme 1

Tanpa mikroba, semua tanaman, hewan, dan manusia akan mati.

Semua tanaman bergantung pada mikroba untuk kelangsungan hidup mereka dan membuat dunia ini menjadi lebih bersih. TSS BIOTIC Solutions adalah kombinasi dari beragam mikroba alami (tidak dimodifikasi secara genetika) yang dapat meningkatkan kinerja praktek pertanian konvensional dan organik.

Tanaman tidak dapat menyerap secara maksimal nutrisi dari tanah yang dibutuhkan tanpa mikroba yang bekerja di tanah. Mikroba yang dimaksud adalah mikroba hidup, yang memiliki gizi untuk bertahan hidup dengan mengkomsumsi nutrisi yang berasal dari bahan organik. Karena mereka mengkonsumsi nutrisi yang mereka butuhkan, mikroba membuat makanan seperti nitrogen, karbon, oksigen, hidrogen, fosfor, kalium dan trace mineral untuk tanaman. Mikroba TSS adalah mikroba yang mengkonversi NPK dan mineral dalam tanah menjadi bentuk tanaman yang tumbuh berkembang dan memproduksi makanan sehingga menghasilkan keuntungan bagi kita.Mikroorganisme berlimpah di dalam tanah dan sangat penting untuk membusukkan residu organik dan mendaur-ulang nutrisi tanah. Bakteri adalah mikroba tanah terkecil dan paling kuat serta dapat bertahan dalam kondisi yang keras seperti pembajakan lahan.

Dalam tanah yang sehat ada banyak spesies bakteri dan jamur dalam jumlah besar, dan banyak mikroorganisme lainnya. Untuk satu sendok makan tanah yang sehat setidaknya ada satu miliar lebih mikroba yang bermanfaat. Masalah saat ini adalah tanah pada umumnya memiliki populasi yang rendah dari mikroba yang bermanfaat. Sekarang anda bisa mengisi tanah dengan TSS untuk membantu pertumbuhan tanaman anda yang sangat berharga.

Page 3: Manfaat mikroorganisme 1

Di antara ratusan spesies bakteri tanah yang menguntungkan, ada Azotobacter (mikrobadapat mengambil nitrogen dari atmosfer yang tidak dapat diakses tanaman, dan merilisnya di dalam tanah untuk penyerapan akar tanaman untuk pertumbuhan tanaman. Ketika Azotobacter mengikat nitrogen yang cukup dalam tanah, maka secara signifikan kebutuhan untuk pupuk akan berkurang. Sementara itu, Bakteri lain mengurai bahan organik lainnya dan bahkan menurunkan residu pestisida yang berada di tanah Anda.

Bakteri tanah secara maksimal bekerja mengurangi pemadatan tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan menciptakan ruang-ruang mikroskopis atau kamar di dalam tanah untuk menahan udara atau air. Beberapa bakteri tanah seperti Bacillus (mikroba TSS), bertindak sebagai polisi yang akan menekan patogen penyebab penyakit pada tanaman sehingga dapat mengurangi penggunakan fungisida.

Page 4: Manfaat mikroorganisme 1

Akar Jamur sangat berharga, sehingga ada puluhan jamur lainnya yang menguntungkan didalam tanah yang sehat yang melakukan tugas penting. Beberapa jamur bekerja sama dengan bakteri untuk menekan berbagai patogen tanaman.

Sementara itu jamur lainnya seperti Trichoderma (mikroba TSS) akan menghasilkan berbagai hormon alami untuk mengurangi stress sehingga tanaman tumbuh lebih baik.

Manfaat Mikro-organisme sangat berharga, yakni untuk membebaskan nutrisi yang di dalam tanah yang "terikat". Sebagai contoh; Banyak tanah punya cadangan fosfat yang besar, namun ironisnya tanaman kelaparan akan fosfat, sehingga banyak petani menambahkan pupuk fosfat (organik atau kimia) ke tanah yang sebenarnya sudah memiliki banyak fosfat. Fosfor adalah mineral yang sangat aktif "asam" mineral, untuk itu dibutuhkan asam kuat atau mikro-organisme seperti Pseudomonas (mikroba TSS) untuk memecah fosfat agar mudah diserap tanaman.

Manfaat/Kegiatan Mikroba Tanah TSS :

Mikroorganisme hidup di tanah dan mendekomposisi, bahan organik dalam berbagai cara;

Mikroorganisme memperbaiki struktur tanah; Mikroorganisme menghasilkan nutrisi dari bahan organik

selama proses dekomposisi, beberapa nutrisi larut dalam mineral ke dalam tanah, sedangkan mikroba lainnya membawa nutrisi kebawah permukaan tanah untuk kemudian diberikan ketanaman;

Beberapa mikroorganisme membentuk hubungan simbiotik dengan tanaman yakni, mikroba mendapatkan gula dari tanaman dan mikroba membantu tanaman mendapatkan nutrisi dari bahan organik;

Beberapa mikroorganisme melindungi tanaman dari virus dan patogen jahat;

Beberapa mikroorganisme mengurai racun dan pestisida dalam tanah, sekaligus mencegah racun dan pestisida masuk ke air tanah;

Page 5: Manfaat mikroorganisme 1

Banyak produk dipasaran mengklaim bahwa mereka dapat membantu mengembalikan mikroba menguntungkan didalam tanah yang berkurang. Beberapa diantaranya berbentuk bubuk dan cairan lainnya. Hal ini sangat penting bahwa Anda produk "ASLI" mikroba yang menguntungkan -

TSS adalah "ASLI" produk mikro-organisme dan tidak hanya memulihkan kembali mikroba tanah yang menguntungkan tetapi akan melengkapi kekurangan pupuk, dan membantu penyerapan nutrisi pupuk agar lebih baik .

Mikroba Tanah butuh Makan

Mikroba tanah bisa merubah tanah yang tandus menjadi tanah yang subur, ada satu langkah lain yang harus diambil untuk mendapatkan nilai yang lebih - Anda harus menambahkan bahan organik dari beberapa jenis untuk tanah Anda. Alasannya adalah bahwa bakteri dan jamur yang menguntungkan perlu bahan organik sebagai makanan bagi diri mereka sendiri. Mikroba tidak akan bekerja dengan baik jika Anda mengaplikasikan mereka ke tanah yang kekurangan bahan organik. Sayangnya, sebagian besar perusahaan yang menjual produk-produk mikroba tidak memberitahu Anda informasi tentang hal yang penting ini, untuk menambahkan bahan organik didalam tanah saat menggunakan produk mereka. Informasi lebih lanjut tentang hal ini, Anda dapat menghubungi BIOTIC Solutions dan kami akan membantu Anda untuk mendapatkan informasi lebih dari TSSkami dan informasi untuk tanah Anda.

TSS terintegrasi dengan bahan organik yang melebihi pupuk lainnya dan pestisida.

Bidang Pertanian

Dalam bidang pertanian, peranan mikroorganisme sa ngat penting. Hal ini mengingat telah terjadi hubungan antara tumbuhan dan hewan. Beberapa jenis bakteri yang tergolong parasit misalnya Bdellovibrio bacteriovorus, Rickettsia, Chlamydia merupakan obligat parasit. Mikroorganisme yang sering menyerang tanaman, antara lain Ervinia, Corynebacterium, Pseudomonas, Ustilago, dan Puccinia. 

Pada beberapa jenis mikroorganisme yang bersifat patogen atau tidak menguntungkan tersebut, oleh seorang mikrobiolog Veteriner bersama dengan ahli patologi tumbuh an berupaya mencari jenis mikroorganisme lain yang mampu menghasilkan zat yang dapat menghentikan atau membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen

Page 6: Manfaat mikroorganisme 1

tersebut. Dari be berapa uji coba, akhirnya ditemukan salah satu bakteri seperti Bacillus thuringensis . Hasil ekskresi dari bakteri ini dikembangkan dan dibuat menjadi pestisida. Selain itu, jenis bakteri Bdellovibrio bacteriovorus, yang bersifat parasit terhadap bakteri lain, juga digunakan sebagai penghasil pestisida. 

Bidang Lingkungan

Dampak perkembangan teknologi dan industri pada akhir abad 20an memberi banyak kerugian, khususnya kerugian dalam lingkungan. Kerusakan lingkungan oleh pengolahan industri yang tidak bertanggung jawab menjadi akar permasalahan dalam kehidupan manusia. Banyak zat zat berbahaya yang dibuang ke alam tanpa bertanggung jawab, seperti etanol, asam asetat, asam organik, butanol, dan aseton. 

Oleh karena itu, perlu pengolahan air limbah dan pembuatan kompos. Peran mikroorganisme dalam dekom posisi dan detoksifikasi air selokan, akan membantu mengu rangi pencemaran pada pembuangan limbah industri kimia. Untuk itu, upaya mengembangbiakkan mikroorganisme yang dapat mencerna limbahlimbah atau bahan pencemar lainnya selalu dilakukan.

ublikasi >> Buletin >> Buletin Nomor 5 Tahun 2011 >> Peran dan pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL) mendukung pertanian organik

PENDAHULUAN

Kecenderungan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk dan pestisida anorganik sejak diterapkannya

revolusi hijau (1970-2005) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan dengan degradasi lingkungan.  Subsidi

harga dari pemerintah dan pengaruh pupuk dan pestisida anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ikut

mendorong preferensi petani terhadap pupuk  anorganik sehingga penggunaan bahan organik sebagai komponen

pembentuk kesuburan tanah semakin ditinggalkan.

Bahan organik memiliki peranan penting sebagai sumber karbon, dalam pengertian luas sebagai sumber pakan,

dan juga sebagai sumber energi untuk mendukung kehidupan dan berkembangbiaknya berbagai jenis mikroba

Page 7: Manfaat mikroorganisme 1

tanah (Sisworo, 2006).  Penurunan kandungan bahan organik tanah menyebabkan mikroba dalam tanah mengalami

defisiensi karbon sebagai pakan sehingga perkembangan populasidan aktivitasnya terhambat.  Hal ini

mengakibatkan proses mineralisasi hara menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman akan terhambat.  Tanah yang

mengalami defisiensi sumber energi bagi mikroba menjadi berstatus lelah atau  fatigue  (Pirngadi, 2009). Kondisi

tersebut berdasarkan salah satu indikator kesuburan tanah adalah kandungan C-Organik.  Komponen C-Organik

dari 65 % tanah di Indonesia di bawah 1 %, yang harusnya diatas 2 %.  Hal tersebut lebih diperburuk dengan

kondisi dimana pertambahan input pada tanah sebagai media tanam tidak lagi mampu meningkatkan produksi

tanaman (levelling off). 

Permasalahan diatas menimbulkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan suatu sistem pertanian yang ramah

lingkungan untuk suatu keberlanjutan.  Selain itu didukung pula oleh berkembangnya kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan  yang menjadikan produk organik sebagai tren bahan makanan yang dikonsumsi.  Konsep

pertanian berkelanjutan yang diterapkan dalam era Revolusi Hijau Lestari  (RHL) yang dicetuskan sejak tahun 2006

yaitu peningkatan produktivitas tanaman dengan mengacu sistem agroekologi alamiah yang secara lestari dapat

mendukung kehidupan biota diatasnya.  Secara alamiah, siklus karbon biologis dan unsur lainnya terjadi secara in

situ, sehingga berdampak terhadap keberlanjutan kehidupan biota penyusun  ekologi.  Sumarno (2006)

menyatakan bahwa hara untuk pertumbuhan tanaman optimal dan untuk mempertahankan kesuburan tanah dapat

berasal dari : asli tanah (indigenenous nutrients), endapan lumpur dari wilayah hulu; dari pengairan; dari air hujan;

dari pupuk organik; dari pupuk anorganik (sintesis); dari residu tanaman; dan penambatan N oleh tanaman legum; 

tumbuhan air dan mikroba; dan bahkan dari debu, abu gunung dan  kilat.  Hara yang berasal dari dekomposisi

mikroba, hewan rendah dan hewan tinggi juga merupakan sumber hara yang legitimate pada teknologi Revolusi

Hijau Lestari.  Penerapan pertanian organik merupakan pilihan yang bijaksana untuk mewujudkan pertanian lestari.

Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan yang bersifat hukum pengembalian (low of

return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua bahan organik ke dalam tanah, baik

dalam bentuk residu dan limbah pertanian maupun ternakyang selanjutnya bertujuan untuk memenuhi makanan

pada tanah yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah.  Limbah organik seperti sisa-sisa

tanaman dan kotoran ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman.  Limbah organik harus

dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh

tamanan.  Proses pengomposan secara alami memerlukan waktu yang lama sehingga diperlukan mikroba

dekomposer yang mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik.  Mikroorganisme Lokal (MOL) banyak

ditemukan di lapang dan sudah terbukti bermanfaat sebagai dekomposer, pupuk hayati dan pestisida hayati.

Saat ini telah banyak mikroba pengompos komersil yang ada di pasaran tetapi masih mengalami tantangan dalam

pengembangannya ditingkat petani dalam hal efektivitas dan efisiensi dekomposer yang digunakan terkait dengan

mutu yang dihasilkan, biaya dan tingkat kemudahan aplikasinya.   Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang

mempunyai keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan kemudahan aplikasinya merupakan pilihan yang

telah diterapkan oleh beberapa petani di beberapa daerah.  Selain sebagai dekomposer, MOL juga digunakan

sebagai pupuk dan pestisida hayati yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.

PELUANG  PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK   DI INDONESIA

Di Indonesia, setiap tahunnya lebih dari 165 juta ton bahan organik dihasilkan dari limbah panen tanaman pangan

dan hortikultura, namun potensi tersebut pada umumnya  belum terkelola dengan baik.  Di lain pihak, kandungan

bahan organik dalam tanah pertanian saat ini rendah, rata-rata kurang dari 2 % (Pirngadi, 2009). Umumnya bahan

organik yang dihasilkan dari limbah pertanian dialihkan oleh petani untuk berbagai penggunaan lain yang

seyogianya dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik.

Pilihan untuk menerapkan pertanian organik telah disadari oleh beberapa kalangan untuk meningkatkan

produktivitas lahan dan tanaman tanpa mengabaikan prinsip enviromental sustainability.  Berbagai pemikiran

tentang pertanian organik yang dipahami masyarakat.

Page 8: Manfaat mikroorganisme 1

Pertanian organik dipahami sebagai teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa

menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tetapi jika melihat kondisi saat ini yang menuntut peningkatan

produktivitas dan kemampuan tanah menyediakan hara maka terdapat pemikiran bahwa pertanian organik (dan

penggunaan pupuk organik) juga merupakan sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah

satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk buatan (kimia anorganik). Pestisida

dan herbisida digunakan secara selektif dan rasional atau menggunakan biopestisida.  Landasan prinsipilnya adalah

sistem pertanian modern, mengutamakan produktivitas, efisiensi produksi, serta keamanan dan kelestarian

lingkungan dan sumber daya.  Akan tetapi menurut IFOAM (2005), pertanian organik dimaksudkan untuk

menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejateraan. 

Oleh kerenanya, harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan

yang dapat berefek merugikan kesehatan.

Berdasarkan  data  Badan Pusat Statistik, luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat

besar.  Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah

diolah untuk sawah dan perkebunan.  Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar

internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih

banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk

mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida

hayati dan lain-lain (Litbang Pertanian, 2011).

PERAN DAN KEUNTUNGAN PENGGUNAAN MOL

Gambar 1. Biang beberapa jenis MOL

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia

setempat.  Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi

sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit

tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik

terutama sebagai fungisida.  Larutan  MOL  dibuat sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah dari

rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong

pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain. Bahan utama dalam larutan  MOL teridiri dari

3 jenis komponen, antara lain : Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum ; 

Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira dan; Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan

misalnya tomat, pepaya, dan kotoran hewan (Purwasasmita, 2009).

Kurnia et.al (2003) melakukan analisis sampel larutan MOL Berenuk dan larutan MOL Air Kelapa dan Sampah 

Dapur.  Ditemukan bahwa larutan MOL berenuk mengandung bacillus sp, sacharomyces sp, azospirillium sp, dan

azotobacter.  MOL sampah dapur mengandung pseudomonas, aspegillus sp, dan lactobacillus sp.

Page 9: Manfaat mikroorganisme 1

Keunggulan utama penggunaan MOL adalah murah bahkan tanpa biaya,   selain itu ada beberapa keuntungan  :

Mendukung pertanian ramah lingkungan

Dapat mengatasi permasalahan pencemaran limbah pertanian dan limbah rumah tangga

Pembuatan serta aplikasinya mudah dilakukan

Mengandung unsur kompleks dan mikroba yang bermanfaat dalam produk pupuk dan dekomposer organik

yang dihasilkan.

Memperkaya keanekaragaman biota tanah

Memperbaiki kualitas tanah dan tanaman

Secara umum, pemanfaatan MOL salah satu upaya meningkatkan kemandirian petani. Beberapa jenis larutan MOL

yang telah diaplikasikan oleh  petani  dibeberapa daerah antara lain :

MOL buah-buahan yang diaplikasikan pada tanaman sebagai pupuk dan dekomposer dalam pembuatan

kompos

MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman

MOL bonggol pisang untuk dekomposer saat pembuatan kompos

MOL sayuran yang disemprotkan pada tanaman padi

MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Jenis dan Pembuatan MOL

Beberapa jenis MOL dan cara membuatnya yang telah dikenal antara lain :

1. MOL Buah-buahan

Bahan :

Limbah buah-buahan Pepaya, pisang, mangga, apel dll,10 Kg

Gula merah 1 kg dicairkan

10 liter air kelapa

Cara Membuat :                                                 

a. Buah-buahan ditumbuk/dihaluskan  

b. Masukkan ke dalam drum/tong plastic

c. Campurkan dengan air kelapa

d. Masukkan gula merah yang telah dicair

e. Tutup dengan plastik, beri lubang udara dengan cara memasukkan slang plastik yang dihubungkan dengan botol

yang sudah terisi air

f. Biarkan selama 10 – 15 hari

Cara Penggunaan :

a. Campurkan MOL buah-buahan yang telah jadi dan air dengan komposisi 1 : 5 liter, kemudian tambahkan gula 1

ons.  Siramkan pada bahan organik (bahan baku kompos) yang akan dikomposkan

b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur

dengan air tawar sebanyak 14 liter.  Untuk tanaman padi, waktu penyemprotan dilakukan pada umur tanaman

akhir vegetatif (55 – 60 hari).

2. MOL Nasi Basi

Page 10: Manfaat mikroorganisme 1

Salah satu limbah rumah tangga yang paling banyak diproduksi tiap

harinya adalah nasi basi.  Nasi basi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan MOL untuk bioaktifator maupun

pupuk hayati.  Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Nasi basi, secukupnya

Air

Gula pasir, 5 sendok makan

Cara Membuat :

a. Kepal-kepal nasi basi sebesar bola pingpong        

b. Letakkan bola-bola nasi tersebut di dalam kardus, lalu tutup dengan dedaunan (misalnya daun pisang yang

membusuk.  Dalam jangka waktu 3 hari, akan tumbuh jamur-jamur berwarna kuning, jingga dan merah

Cara  Penggunaan :

a. Campurkan MOL nasi basi yang telah jadi dan air dengan komposisi 1 : 5 liter, kemudian tambahkan gula 1 ons. 

Siramkan pada bahan organik (bahan baku kompos) yang akan dikomposkan

b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur air

tawar sebanyak 14 liter.

3.  MOL Keong Mas

Bahan :

Keong mas yang masih hidup (segar) 5 kg

Gula merah 1 kg atau buah Maja yang telah matang 2 buah,

jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter

Air kelapa 10 liter

Cara Membuat :

a. Keong mas ditumbuk hingga halus dan masukkan ke dalam tong

sampah

b. Campurkan dengan gula merah atau buah maja yang sudah dihaluskan atau air tebu.

c. Masukkan air kelapa dan aduk sampai merata

d. Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik sambungan pada botol yang telah berisi air 

e. Biarkan selama 15 hari

Cara Aplikasi :

Page 11: Manfaat mikroorganisme 1

a. Pengomposan : cairan/ekstrak (MOL) keong mas dicampur air dengan konsentrasi 1 : 5 (artinya 1 liter cairan MOL

dicampur dengan 5 liter air tawar, kemudian tambahkan 1 ons gula merah aduk hingga rata dan siramkan pada

bahan organik yang akan dikomposkan

b. Penggunaan sebagai pupuk hayati  : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur

dengan air tawar sebanyak 14 liter.  Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu

hari ke 10, 20, 30 dan 40.  Semprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.

4. MOL Rebung Bambu

Bahan :

2 buah rebung bambu kurang lebih 3 kg

Air beras 5 liter

1,5 ons gula merah atau bisa digunakan  1 buah maja.

Cara Membuat : 

a. Rebung bambu ditumbuk halus atau diiris-iris kemudian masukan

kedalam ember atau tong plastik

b. Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau

tambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan aduk sampai rata

c. Rendam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter

d. Tutup rapat ember/tong dengan platik, dan berikan slang palstik yang disambungkan dengan air yang berada

pada botol

e. Biarkan selama 15 hari

KESIMPULAN

Larutan MOL dapat berfungsi sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik yang ramah

lingkungan.

MOL bermanfaat sebagai salah satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian dan

rumah tangga, memperbaiki kualitas tanah dan tanaman, memperkaya biota tanah dan menghasilkan produk

yang aman dan sehat untuk mendukung pertanian organik.

Pemanfaatan MOL merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian petani  karena dalam

pembuatan dan pengaplikasiannya murah dan mudah dilaksanakan oleh petani dengan memanfaatkan

sumberdaya yang ada disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

BP4K  Sukabumi, 2011.  Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal. http://bp4kkabsukabumi.net. Diakses 04 Juli 2011

IFOAM, 2005.  Prinsip-Prinsip Pertanian Organik (terjemahan). International Federations of Organic Agriculture

Movements.  Bonn,Germany

Litbang Pertanian, 2011.  Prospek Pertanian Organik di Indonesia.  www.litbang.deptan.go.id.  Diakses 04 Juli 2011.

Kurnia, K.P. Arbianto dan I.N.P. Aryantha (2003).  Studi Patogenitas Bakteri Entamopathogenik Lokal pada Larva

Hyposidra Talaca Wlk dan Optimasi Medium Pertumbuhannya.  Seminar Bulanan Bioteknologi – PPAU Bioteknologi

ITB, 15 September 2004, Bandung.

Page 12: Manfaat mikroorganisme 1

Pirngadi K., 2009.  Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan

Pangan Nasional.  Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1) : 48-64

Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam Bioreaktor Tanaman.

Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009.

Setiawan, B.S., dan Tim Penulis ETOSA IPB, 2010.  Membuat Pupuk Kandang secara Cepat.  Penebar Swadaya.

Jakarta

Sisworo, W.H., 2006.  Swasembada Pangan dan Pertanian Berkelanjutan.  Tantangan Abad Dua Satu : Pendekatan 

Ilmu Tanah, tanaman dan Pemanfataan Iptek  Nuklir. Dalam A. Hanafiah WS, Mugiono,dan E.L. Sisworo. Badan

Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta. 207 hal.

Sumarno, 2006.  Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari.  Buletin Iptek

Tanaman Pangan 1 (1) : 1-15

Sutanto, R., 2002.  Penerapan Pertanian Organik.  Pemasyarakatan dan Pengembangan. Kanisius,Yogyakarta. 219

hal.

 

Penulis : Herniwati dan Ir. Basir Nappu, MS

Kecenderungan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk dan pestisida anorganik sejak diterapkannya

revolusi hijau (1970-2005) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan dengan degradasi lingkungan.  Subsidi

harga dari pemerintah dan pengaruh pupuk dan pestisida anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ikut

mendorong preferensi petani terhadap pupuk  anorganik sehingga penggunaan bahan organik sebagai komponen

pembentuk kesuburan tanah semakin ditinggalkan.

Terakhir Diperbaharui pada Kamis, 06 Desember 2012 10:06