Nama: Rizka RifiandiniNPM: 1102014231
1. Memahami dan Menjelaskan Organ Limfoid1.1. Makroskopik
A.Organ limfoid primerOrgan limfoid primer terdiri dari sumsum
tulang dan timus. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks
tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50% atau
lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid
diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan
B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Sel
hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding
pembuluh darah.
ThymusTimus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai
pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur
kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Thymus mempunyai 2
batasan, yaitu : a. Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan
costae IVb. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)Letak
:Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar
timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis,
aorta, dan trakea.Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan
costae IV.Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri
thyroidea inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena
thyroidea inferior dan vena mammaria interna
Sumsum Tulang: Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka,
dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah.
Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel
lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi
progenitor limfoid yang kemudian menjadi prolimfosit B dan menjadi
prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan
imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian
mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang
kemudian keluar dan mengikuti aliran darahmenuju ke organ limfoid
sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga
berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T
yang akhirnya menuju timus.
B.Organ limfoid sekunderLimpa dan KGB adalah organ limfoid
sekunder yang terorganisasi tinggi. Jaringan limfoid yang kurang
terorganisasi secara kolektif disebut MALT. MALT berhubungan dengan
mukosa di berbagai lokasi, seperti SALT ( kulit ), BALT ( bronkus
), GALT ( saluran cerna; Plak Peyer di usus, apendiks, berbagai
folikel limfoid dan lamina propia usus ), mukosa hidung, tonsil.
Organ limfoid sekunder merupakan tempat SD mempresentasikan antigen
yang ditangkapnya di bagian lain tubuh ke sel T yang memacunya
profilerasi dan diferensiasi limfosit.
1.Lien Organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, berwarna
kemerahan dan berbentuk oval.Terletak : Regio hipochondrium
sinistra.Proyeksi: Antara vertebrae thoracalis 9 12 dan pada costae
9, 10 dan 11 sinistra. Lien berada disebelah lateral dari linea mid
clavicula sinsitra dan sepanjang sumbu costae 10. ( Snell, 1998
)Batas anterior yaitu gaster, cauda pancreas, ren sinistra
sewpanjang pinggir medialnya, dan flexura colli sinistra.Batas
posterior yaitu diafragma, pleura sinistra pulmo sinistra dan
costae 9-11 sinistra.Aliran darah :Aliran darah akan masuk kedaerah
hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui
venalienalis ke vena porta menuju hati
2.LimfonodusTerletak disekitar pembuluh darah, berfungsi untuk
memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran
infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh
satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui
duktustorasikus. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus
(cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran
limfe efferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus.
Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan
cembung. ( Snell, 1998 ).Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau
kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus). Ukuran : Sebesar
kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher,
axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.. 3.Tonsil: Tonsil
terdiri atas 3 buah tonsila yaitu; Tonsila Palatina, Tonsila
Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk
cincin pada saluran lymph yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal
ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid
yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu : a. Tonsila palatine
Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra
Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris,
dasar dari lekukan itu adal tonsil bed Tonsil membuka ke cavum oris
terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris Ditutupi oleh selapis jaringan
ikat fibrosa yang berbentuk capsula Persyarafan tonsil oleh N IX
(Glossopharyngues) dan N palatinus (NV2) Pendarahan berasal dari
arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa(facialis) dan
arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis
b.Tonsila lingualis Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian
posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat permukaan
berbenjol-benjol (folikel). Pendarahan tonsil berasal dari arteria
dorsalis lingue (cabang arterialingualis), arteria carotis
eksternac.Tonsila pharyngealis Terdapat di daerah nasofaring
dibelakang pintu hidung belakang Bila membesar disebut adenoid,
dapat menyebabkan sesak nafaskarena dapat menyumbat pintu nares
posterior (choanae), terletak didaerah nasopharynx, tepatnya diatas
torus tobarius dan OPTA
1.2. Mikroskopik
1.TyhmusTimus memiliki suatu simpai jaringan ikat dan membagi
timus menjadi lobulus. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer
gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang disebut medula.
Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla,
berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Mengandung badan hassal
(corpusculum tymicum) yang merupakan sel retikular epitel gepeng yg
tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan mengandung granula
keratohialin. a. Korteks timus limfosit T yg sangat banyak, Sel
retikular epitel yg tersebar Beberapa makrofagb. Medulla timus
Mengandung sel retikular dan limfosit Sel-sel ini menyebabkan
medula tampak lebih pucat dibanding bagian korteks2.Limfonodus /
Nodus LymphaticusNodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha,
sepanjang pembuluh-pembuluh besar di leher dan dalam jumlah besar
di toraks dan abdomen terutama dalam mesenterium. Limfonodus
memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yang disebut
hillus tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dari
organ.Lokasi a.Korteks luar: Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri
dari satu jar. sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh
limfosit B Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk
sferis yang disebut nodulus limfatikus Terdapat sinus
subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar dari
makrofag, sel retikular dan serat retikularb.Korteks dalam:
Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus
Mengandung banyak limfosit Tc. Medulla: Terdiri dari korda
medularis yg merupakan perluasan korteks dalam Banyak mengandung
Limfosit B dan beberapa sel plasma Korda medularis dipisahkan oleh
struktur seperti kapiler yg berdilatasi sinus limfoid medularis
yang mengandung cairan limfe3.LienLimpa terdiri atas jalinan
struktur jaringan ikat. Limpa dibungkus oleh kapsul yang terdiri
dari kolagen dan elastik dan beberapa serabut otot halus. Jaringan
ikat padat yang menjulurkan trabekula yang membagi parenkim atau
pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna. Pulpa limpa tidak
mempunyai pembuluh limfe. Limpa dibentuk oleh jalinan kerja
jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan
sel-sel antigen-presenting. (Pearce, 1998). Tidak memperlihatkan
adanya daerah korteks dan medula yang jelas. Kapsul pada limpa
lebih tebal dibanding pada limfonodusPulpa limpa: a.Pulpa putih
Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan
nodulus limfatikus Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis
terutama Limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Nodulus
limfatikus terutama limfosit B Diantara pulpa putih dan pulpa merah
terdapat zona marginalisb.Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri
khas, yaitu adanya: Korda limpa yang terdiri dari sel dan serat
retikular Makrofag Limfosit Sel plasma dan banyak unsur darah
(eritrosit, trombosit, granulosit) Banyak terdapat sinusoid
c.Zona marginalis Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat
longgar. Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif
Banyak mengandung antigen darah peran utama dalam aktivitas
imunologis limpa4.Tonsil a.Tonsil Palatine: Terletak pada dinding
lateral faring bagian oral Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi
bagian mulut lainnya Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi
epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup
ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel
yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya
Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu
lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya
bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila Di bawah
tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk kapsul.
Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah
kapsul terdapat serat otot rangka
b.Tonsila Lingualis: Lebih kecil dan lebih banyak Terletak pada
pangkal lidah Ditutupi epitel berlapis gepeng Masing-masing
mempunyai sebuah kriptus
c.Tosila Faringea: Merupakan tonsila tunggal yang terletak
dibagian supero-posterior faring. Ditutupi epitel bertingkat
silindris bersilia Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar.
Limfoid difus dan nodulus limfatikus Tidak memiliki kriptus Simpai
lebih tipis dari T. palatina
2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh2.1.
Klasifikasi
2.2. MekanismeI. Sistem Imun Non-SpesifikDisebut nonspesifik
karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan
siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan
spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap
banyak patogen potensial. Sistem tersebut dalam mengahadapi
serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung.A.
Pertahanan fisik/mekanikKulit, selaput lendir, silia saluran napas,
batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap
infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel
mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit
yang rusak menyebabkan risiko infeksi meningkat. Tekanan oksigen
yang tinggi di paru bagian atas membantu hidup kuman obligat aerob
seperti tuberkulosis.
B. BiokimiaBeberapa mikroba dapat masuk melalui kelenjar
sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus,
berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi
terhadap protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang
dapat terjadi melalui kulit. Lizosim dalam keringat, ludah, air
mata dan air susu ibu, melindungi tubuh terhadap berbagai kuman
positif-Gram peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga
mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
anti bakterial terhadap E.koli dan stafilokok. Saliva mengandung
enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan
menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi serta
komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel
mikroba.Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik,
antibodi dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan
lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba. pH yang
rendah dalam vagina, spermin dalam semen dan jaringan lain dapat
mencegah tumbuhnya bakteri positif-Gram. Pembilasan oleh urin dapat
menyingkirkan kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam serum
mengikat besi yang merupakan metabolit esensial untuk hidup
beberapa jenis mikroba seperti pseudomonas.Bahan yang disekresi
mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan telinga berperan
dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Mukus dapat menangkap
bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikueluarkan oleh
gerakan silia. Polusi, asap rokok, alkohol dapat merusak mekanisme
tersebut sehingga memudahkankan terjadinya infeksi
oportunistik.
C. HumoralSistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul
larut. Molekul larut terntu diproduksi di tempat infeksi atau
cedera dan berfungsi lokal. Molekul tersebut antara lain adalah
peptida antimkroba seperti defensin, katelisidin dan IFN dengan
efek antiviral.1) Komplemen: Komplemen merupakan sistem yang
terdiri atas sejumlah protein yang berperan dalam pertahanan
penjamu, baik dalam sistem imun nonspesifik maupun sistem imun
spesifik. Komplemen merupakan salah satu sistem enzim serum yang
berfungsi dalam inflamasi, oposonisasi dan kerusakan (lisis)
membran patogen. Aktivasi komplemen merupakan usaha tubuh untuk
menghancurkan antigen asing, namun sering pula menimbulkan
kerusakan jaringan sehingga merugikan tubuh sendiri. Komplemen
sangat sensitif terhadap sinyal kecil.
2) Protein fase akut: Selama fase ini, terjadi perubahan pada
kadar beberapa protein dalam serum yang disebut APP. Protein yang
meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang
berperan dalam pertahanan dini. APRP diinduksi oleh sinyal yang
berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah. Hati
merupakan tempat sistesis APRP.a. C-Reactive ProteinCRP yang
meruapaka salah satu PFA, termasuk golngan protein yang kadarnya
dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas
nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat bergbagai
mikroorganisme, protein C pneumokok yang membentuk kompleks dan
mengaktifkan komplemen jalur klasik.b. LektinLektin berperan
sebagai opsonin, mengaktifkan komplemen.c. Protein fase akut
lainProtein fase akut yang lain adalah 1-antitripsin, amiloid serum
A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada
peningkatan laju endapan darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh
lebih lambat dibanding dengan CRP.
3) Mediator asal fosfolipid: Metabolisme fosfolipid diperlukan
untuk produksi PG dan LTR. Keduanya meningkatkan responsinflamasi
melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.
4) Sitokin IL-1, IL-6, TNF-Selama terjadi infeksi, produk
bakteri seperti LPS mengaktifkan makrofag dan sel lain untuk
memproduksi dan melepas berbagai sitokin seperti IL-1 yang
merupakan irogen endogen, TNF- dan IL-6.
5) Pertahanan selular: Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil
berperan dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun
tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan.
II. Sistem Imun SpesifikSistem imun spesifik mempunyai kemampuan
untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing
pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun
spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen
yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat
dan kemudian dihancurkan.
A. HumoralPemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral
adalah limfosit B atau sel B. Sel B dirangsang oleh benda asing
akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepas dapat
ditemukan dalam serum.
B. SelularLimfosit T atau sel T berperan dalam sistem imun
spesifik selular. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa
subset sel dengan fungsi yang berlaian yaitu sel CD4+ (Th1, Th2),
CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3. Sel CD4+
mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk
menghancurkan mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel terinfeksi.Komponen
Sistem ImunLimfosit T dan B merupakan satu-satunya komponen sistem
imun yang mempunyai kemampuan pengenalan antigen spesifik, yaitu
dengan menimbulkan imunitas adaptif. Sel NK adalah limfosit yang
berasal dari sel induk hematopoetik. Sel NK diduga mempunyai peran
pertahanan hospes terhadap infeksi virus, pada pengawasan tumor,
dan pada pengaturan imun.Manusia memiliki dua jenis yaitu Limfosit
B (sel B) dan Limfosit T (sel T). Limfosit mengalir di darah dan
limfa, khususnya sistem limfatik. Sistem limfatik terdir dari
limfa, nodus limfa, timus dan jaringan limfa lainnya. Limfosit
sendiri merenspons mikroba atau molekul asing tertentu yang
dinamakan antigen. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus,
bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Antigen ditemukan di
permukaan zat asing.Antigen menimbulkan respons kekebalan dengan
cara mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut
dengan antibodi. Antigen memiliki bermacam-macam bentuk molekuler
yang merangsang sel B untuk mensekresi antibodi yang berinteraksi
dengan antigen tersebut. Sel B dan sel T dapat mengenali antigen
yang spesifik karena memiliki reseptor antigen yang terletak di
membran plasma. Reseptor antigen pada sel B mrupakan antibodi
membran sedangkan pada sel T disebut juga reseptor sel T. Reseptor
sel T berikatan dengan antibodi membran dan mengenali antigen
tersebut. Limfosit yang mengandung reseptor untuk mengenali
antigen. Setelah antigen terdeteksi, maka limfosit akan membelah
dan berdiferensiasi serta membentuk 2 klon yaitu sel efektor dan
sel memori. Pengklon sel ini disebut dengan seleksi klonal. Setiap
antigen berikatan dengan reseptor secara selektif dengan
mengaktifkan sel limfosit di tubuh kemudian jumlah sel yang
terseleksi akan menghasilkan ribuan sel yang bersifat spesifik
untuk menghancurkan antigen tersebut. Kejadian ini dinamakan
respons kekebalan. Respons kekbalan terbagi menjadi dua, yaitu
respons kekebalan primer dan respons kekebalan skunder. Respons
kekebalan primer ketika limfosit memerlukan 10-17 hari untuk
menyeleksi limfosit dan memberikan respons terhadap antigen. Sel B
dan sel T yang terseleksi akan membangkitkan sel efektor yang
menghasilkan antibodi, antibodi ini dinamakan sel plasma dan sel
efektor T. Sel efektor akan berkembang, respons yang diterima
seseorang yaitu sakit. Lalu gejala tersebut hilang ketika antibodi
membersihkan antigen tersebut. Jika individu terserang antigen yang
sama, maka respons yang akan terjadi lebih cepat sekitar 2-7 hari.
Respons ini dinamakan respons kekebalan sekunder. Jika antigen yang
diterima lebih banyak, maka antibodi yang akan dihasilkan dalam
respons sekunder memiliki afinitas yang lebih besar terhadap
antigen. Kemampuan sistem kekebalan dalam sekunder disebut juga
memori imunologis. Sel memori disiapkan untuk berpoliferasi atau
memperbanyakdiri dan berdiferensiasi ketika sel limfosit akan
berkontak dengan antigen yang sama.Limfosit berasal dari sel induk
pluripoten di sumsum tulang. Semua limfosit itu sama lalu akan
berkembang menjadi sel B dan sel T tergantung lokasi proses
pematangannya. Limfosit yang bermigrasi dari sumsum tulang belakang
menuju Timus akan menjadi sel T, sedangkan limfosit yang tetap
berada di sumsum tulang akan menjadi sel B.Limfosit tidak akan
bereaksi terhadap antigen tetapi sel T berinteraksi dengan molekul.
Molekul ini merpakan glikoprotein yang berikatan pada permukaan sel
yang dinamakan MHC (Major Histocompability Complex). Glikoprotein
MHc disebut juga HMA (Human Leukocyte Antigen). MHC terdiri dari
MHC kelas I dan MHC kelas II. MHC kelas I ditemukan di semua sel
tubuh yang bernukleus. MHC kelas II terletak di makrofaga; sel B;
sel T yang dikatifkan dan sel yang menyusun bagian inferior timus.
Tugas moleku MHC yaitu mengikatkan antigen. Masing-masing molekul
MHC mengikatkan fragmen antigen protein dalam lekukan yang
berbentuk ayunan dan mengikatkannya pada sel T. Sel T terdiri dari
2 jenis yaitu sel T sitotoksik dan sel T helper. Sel T sittotoksik
memiliki reseptor antigen yang berikatan dengan fragmen antigen
yang mengandung MHC kelas I terletak pada sel sel tubuh bernukleus.
Sel T helper memiliki reseptor yang berikatan dengan fragmen
antigen yang mengandung MHC kelas II . Sel T yang berkembang di
dalam timus yang memiliki reseptor afinitasnya menjadi sel T
sitotoksik. Sel T yang mempunyai reseptor afinitas terhadap MHC
kelas II menjadi sel Helper. Respons kekebalan limfosit B dan T
memiliki ciri khas yakni spesifitas, keanekaragaman, memori dan
mampu membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri. 3. Memahami
dan Menjelaskan Antigen
3.1. DefinisiBerbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur atau
parasit mengandung berbagai bahan. Secara spesifik imunogen adalah
bahan yang dapat merangsang sel B atau sel T atau keduanya. Antigen
adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang
dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi atau TCR.
Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi baik respons imun
maupun bereaksi dengan produknya. Yang disebut antigen inkomplit
atau hapten, tidak dapat dengan sendiri mengingduksi despons imun,
tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Hapten
dapat dijadikan imunogen melalui ikatan dengan molekul besar yang
disebut molekul atau protein pembawa.Secara fungsional antigen
dibagi menjadi imunogen dan hapten. Contoh hapten adalah
dinitrofenol, berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan
berat molekul kecil. Hapten biasanya dikenal oleh sel B, sedangkan
protein pembawa oleh sel T. Hapten membentuk epitop pada protein
pembawa yang dikenal sistem imun dan merangsang pembentukan
antibodi. Molekul pembawa sering digabung dengan hapten dalam usaha
memperbaiki imunisasi. Respons sel B terhadap hapten memerlukan
protein pembawa untuk dapat dipresentasikan ke sel Th.
3.2. KlasifikasiAntigen dapat dibagi menurut epitop,
spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:1)
Pembagian antigen menurut epitop Unideterminan, univalenHanya satu
jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: Hapten
Unideterminan, multivalenHanya satu jenis determinan tetapi dua
atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul. Contoh:
Polisakarida Multideterminan, univalenBanyak epitop yang
bermacam-macam tetapi hanya saty dari setiap macamnya (kebanyakan
protein). Contoh: Protein Multideterminan, multivalenBanyak macam
determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen
dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)/
contoh: Kimia kompleks2) Pembagian antigen menurut spesifisitas
Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies Xenoantigen, yang
hanya dimiliki spesies tertentu Aloantigen (isoantigen), yang
spesifik untuk individu dalam satu spesies Antigen organ spesifik,
yang hanya dimiliki organ tertentu Autoantigen, yang dimiliki alat
tubuh sendiri3) Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap
sel T T dependen, yang memerlukan pengenalam oleh sel T terlebih
dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen
protein termasuk dalam golongan ini. T independen, yang dapat
merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi.
Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang
dipecah didalam tubuh secara perlahan-lahan misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik
bakteri4) Pembagian antigen menurut sifat kimiawi Hidrat arang
(polisakarida)Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein
yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat
menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain
adalah respons imun yang ditimbulkan golongan dara ABO, sifat
antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada
permukaan sel dara merah LipidLipid biasanya tidak imunogenik,
tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid
dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid Asam
nukleatAsam nukelat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi
imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk
heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA
terjadi pada penderita dengan LES ProteinKebanyakan protein adalah
imunogenik dan pada umunya multideterminan dan univalen
3.3. StrukturKarakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran,
rigiditas, lokasi determinan dan struktur tersier. UkuranAntigen
lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang
besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang
sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul
kecil (hapten) dan protein inang (carrier). BentukBentuk determinan
sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam
DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan
dalam homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat
imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau
empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk spesies
lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting.
RigiditasGelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar,
hampir semuanya non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi
antigen secara langsung diangkut ke gelatin. Lokasi
determinanBagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan
determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul
besar. Struktur tersierStruktur tersier dari protein (spatial
folding) penting dalam mendeterminasi kespesifikan dari respon
suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak
bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari
ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran
molekul protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi.
Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan
dihancurkan
4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
4.1. DefinisiAntibodi adalah molekul immunoglobulin yang
bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan
dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti
agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin.
Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan
pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya
disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorland, 2011).
4.2. Klasifikasi IgG (Imunoglobulin G)Merupakan antibodi yang
paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia
memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa
tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah,
sistem getah bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah,
langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka
mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka
melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam
yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu menyelip di
antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis
yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta
ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu
hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi
tidak diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka
untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan
terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian
sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio
dari musuh sampai anak itu lahir. IgA (Imuno globulin A)Terdapat
pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air
liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan
sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan
kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap
seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka
mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka
menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara andal yang
ditempatkan untuk melindungi daerah kritis. Antibodi ini melindungi
janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah
kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan
tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan
pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi
yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI
akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti
IgG, jenis antibodi ini juga akan hilang setelah mereka
melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur beberapa
minggu. IgM (Imuno globulin M) Antibodi ini terdapat pada darah,
getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat organisme tubuh
manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu
memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh
menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM
janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah
terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
IgD (Imuno globulin D)IgD juga terdapat dalam darah, getah bening,
dan pada permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak
sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel
T, mereka membantu sel T menangkap antigen. IgE (Imuno globulin E)
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi
ini bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel
darah lainnya untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan
reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh
orang yang sedang mengalami alergi. (Yahya, Harun. 2005)
4.3. FungsiFungsi utamanya adalah mengikat antigen dan
menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan. 4.4Mekanisme
4.5.StrukturPorter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin
yang terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai berat
(heavy chain=H) dan 2 rantai ringan(light chain =L) yang tersusun
secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat dipecah
oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik
dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang
menunjukkan bahwa fragmen itu univalent atau mempunyai valensi
satu. Frakmen ini disebut Fab (fragment antigen binding). Fragmen
yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan karenanya dapat
membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin,
suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc
sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat
mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalen (bervalensi
dua), dan disebut F(ab)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai H selalu
menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak
konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata
menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian
variabel dan rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab
menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena setiap molekul
immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari
immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.Rantai- L (light
chain). Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air kemih
penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut
rantai-(kappa) dan rantai- (lambda). Pada setiap orang sehat dapat
ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai- 65%
dan rantai- 35%, atau ratio : adalah 2:1.Rantai- H. Imunoglobulin
dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara lain
terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai
rantai-H tertentu, tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai
rantai- atau (di dalam satu molekul selalu hanya satu macam saja).
Rantai-H dari IgG disebut juga rantai- (gama) Rantai-H dari IgA
disebut rantai- (alpha) Rantai-H dari IgM disebut rantai- (mu)
Rantai-H dari IgD disebut rantai- (delta) Rantai-H dari IgE disebut
rantai- (epsilon)Bagian variabel dari molekul immunoglobulin
menentukan sifatnya yang khas terhadap antigen. Bagian yang konstan
sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetepi
kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin menentukan aktifitas
biologis dari antibodi itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan
molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut
menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain
fungsi biologis di atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas
tertentu setelah antibody bergabung dengan antigen, misalnya
kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen, perlekatan dengan
sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi
biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda
satu sama lain, tergantung dari struktur primer molekul itu dan
mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi
aktif.
5. Memahami dan Menjelaskan Vaksin5.1. Vaksin Suspensi
mikroorganisme (bakteri, virus atau riketsia) yang dilemahkan atau
dimatikan, atau suspensi protein antigentik yang berasal dari
mikroorganisme tersebut, yang diberikan untuk mencegah, meringakan,
atau mengobati penyakit menular. (Dorland). Vaksinasi merupaka
imunisasi aktif karena memasukkan antigen agar terbentuk antibodi
spesifik atau sel limfosit T dalam tubuh.
5.2. KlasifikasiVaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan
vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam pejamu, dapat menimbulkan
penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang terjadi
pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau
komponen spesifik) asal patogen seperti toksoid yang diinaktifkan
tetapi tetap imunogen.
Klasifikasi vaksin
Hidup - diatenuasikanMati - diinaktifkan
PatogenKomponen
BakteriVirusRekayasaSeluruh AgensToksoidSubunit dimurnikanRekaya
subunitRekombinan
BCGAdenoCampakMumpsPolioRubellaYellow
feverInfluenza(intranasal)KoleraVirus RotaTifoid
(Ty21-oral)AntraksKolera USP (parenteral)Kolera WC/rBS
(oral)Hepatitis AHepatitis B (asal plasma)Influenza (seluruh
virus)PesPolio (IPV)RabiesTifoid (parenteral)DifteriTetanus
Petusis (aselular)Hib (polisakarida)Kolera EC/rBS
(oral)Influenza (vaksin slit)Menigokok (polisakarida)Pneumokok
(polisakarida)Tifoid Vi (polisakarida)
Hib konjugatPneumokok konjugatMeningokok konjugatHepatitis B
(antigen permukaan)Penyakit lyme (OspA)
Jenis-jenis vaksin 1) BCG BCG memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum
anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan
pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus
Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita
yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi
HIV). Reaksi yang mungkin terjadi:i. Reaksi lokal : 1-2 minggu
setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan
benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam
waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. ii. Reaksi
regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher,
tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam
waktu 3-6 bulan. Komplikasi yang mungkin timbul adalahi.
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan
jarum) dan bukan disayat. ii. Limfadenitis supurativa, terjadi jika
penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi.
Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.2) DPT Imunisasi DPT
adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius
atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada
saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga
anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah
vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang
dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan,
yang disuntikkan pada otot lengan atau paha Imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3
bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT
III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami
reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan
DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal,
sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun
kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan
booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan
yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan
terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek
samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat
penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari
1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:i. demam tinggi
(lebih dari 40,5 Celsius)ii. kejangiii. kejang demam (resiko lebih
tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau
terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)iv. syok (kebiruan,
pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita
sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa
ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang,
penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering
ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi
demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di
tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih
sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan3)
DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh
kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk
keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak
perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima
imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar dan
ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot
lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam inggi.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan
pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari.4) TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid)
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti
Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi
pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil,
imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan
berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha
atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid
adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.5) Polio Memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada
otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan
kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio :i. IPV (Inactivated Polio
Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan melalui suntikanii. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin
Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan
dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif
melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan
1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,
III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan
SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin
ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontra indikasi
pemberian vaksin polio:i. Diare berat ii. Gangguan kekebalan
(karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) iii.
Kehamilan Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan
kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan
respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat
diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat
yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar,
kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara
rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio
masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah
mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,
sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami
reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan
IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada
orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker,
kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan
kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda
sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan
kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya
selama beberapa hari.6) Campak Imunisasi campak memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak
diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau
lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan
dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan
dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak :i.
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsiusii. gangguan
sistem kekebalaniii. pemakaian obat imunosupresaniv. alergi
terhadap protein telurv. hipersensitivitas terhadap kanamisin dan
eritromisin vi. wanita hamil Efek samping yang mungkin terjadi
berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral
serta ensefalitis (jarang).7) MMR Imunisasi MMR memberi
perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit,
batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan
infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah
yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada
salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri.
Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak
dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam
kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga
bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika
seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi
penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme
dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang
melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada
keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi
kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan
pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak
memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu
diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum
masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk
SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur
18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin
akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR
sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum
tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari
mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa
kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman
dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan
perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan
pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing
komponen vaksin:i. Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani
imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada
sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15%
anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam
waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2
hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR
kedua.ii. Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada kelenjar di
pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.iii.
Komponen campak Jerman, Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau
ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2
mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15%
anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang
ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak
yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa
yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus
berlangsung selama beberapa bulan (hilang- timbul). iv. Artritis
(pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10%
orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan
sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau
kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan
efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak
Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang
sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai
anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada: i. anak
yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisinii.
anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin iii. anak yang
mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma
maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi
penyinaran atau obati imunosupresan.iv. wanita hamil atau wanita
yang 3 bulan kemudian hamil.8) Hib Imunisasi Hib membantu mencegah
infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat
yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak
3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6
bulan.9) Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan
perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam
kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Anak yang berumur
12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk
menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan
varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita
cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu
4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan
sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak
berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang
sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit
dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa
cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini
90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah
kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan
suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya
menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya
menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa
pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan
kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya
ringan, yaitu berupa :i. Demamii. nyeri dan pembengkakan di tempat
penyuntikan iii. ruam cacar air yang terlokalisir di tempat
penyuntikan. Efek samping yang lebih berat adalah :i. kejang demam,
yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikanii.
pneumoniaiii. reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa
menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung
yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi
dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan
dilakukan dan sangat jarang terjadi.iv. Ensefalitisv. penurunan
koordinasi otot. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan
kepada :i. Wanita hamil atau wanita menyusuiii. Anak-anak atau
orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang
memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaaniii.
Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik
neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua
bahan tersebutiv. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita
penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh
(misalnya AIDS)v. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang
mengkonsumsi kortikosteroid vi. Setiap orang yang baru saja
menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnyavii. Anak-anak
atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan
immunoglobulin.10) HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap
hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa
menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan
segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif,
bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar
diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara
suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara
suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun
setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada
otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG
(hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2
bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak
diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada
saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status
HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi
berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang
sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin
HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV
adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam
ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang
akan hilang dalam beberapa hari.11) Pneumokokus Konjugata Imunisasi
pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang
sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan
bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita diberikan 4
dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang
lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi
pneumokokus.
5.3.Cara Pembuatan VaksinVaccines are made using the
disease-causing virus or bacteria, but in a form that will not harm
your child. Instead, the weakened, killed, or partial virus or
bacteria prompts your babys immune system to develop antibodies, or
defenders, against the disease. Once it is determined how the virus
and bacteria will be modified, vaccines are created through a
generalthree-step process:1.Antigen is generated. Viruses are grown
in primary cells (i.e. chicken eggs for the influenza vaccine), or
on continuous cell lines (i.e. human cultured cells for hepatitis b
vaccine); bacteria is grown in bioreactors (i.e. Hib
vaccine).2.Antigen is isolatedfrom the cells used to create
it.3.Vaccine is made by adding adjuvant, stabilizers and
preservatives.Adjuvants increase immune response of the antigen;
stabilizers increase the vaccines storage life; and preservatives
allow for the use of multi-dose vials.It is important to remember
that vaccines undergorigorous safety testingprior to FDA approval
and are continually monitored forsafety. The vaccine production
process involves several vaccinemanufacturer-funded testing
phasesover many years to ensure that it is safe to administer. The
vaccines are also studied to beadministered in groups, to work
together to protect your
child.(http://www.immunizeforgood.com/)
6.Memahami dan Menjelaskan Imunisasi6.1Jadwal
Gb 1. Imunisasi Dewasa
Gb 2. Imunisasi Anak
6.2Efek Samping ImunisasiCommon side effectsto any vaccine can
include: injection site reactions (pain, swelling and redness)
mildfever shivering fatigue headache muscle and joint
pain(http://www.nhs.uk/)
7.Pandangan Islam Terhadap Pemberian Vaksin
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk
penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang memakan
tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari
racun dan sihir(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).Hadits ini
menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil sebab
untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga
kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh
sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.Boleh
dalam kondisi darurat dalil firman Allah : Sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya. (QS. Al- Anam [6]:119)1) Dhorurat
dalam ObatDhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk
menerjang keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa
apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan
binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau
kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:
Darurat itu membolehkan suatu yang dilarangNamun kaidah ini
harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang
boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan
saja.Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan :
Seandainya seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus
memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar
daripada kerusakan makan barang najis.202) Kemudahan Saat
KesempitanImam asy-Syathibi mengatakan: Dalil-dalil tentang
kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti.20
Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan
ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam
asy-Syafii tatkala berkata :Kaidah syariat itu dibangun (di atas
dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi
luas.21Perlukah Vaksin? Vaksin bertanggung jawab terhadap
peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami
gangguan system imun dan syaraf, interaktif, kelemahan daya ingat,
asma, sindrom keletihan kronis, lupus, arthritis reumatiod,
sklerosis multiple, dan bahkan epilepsy. Hal itu disampaikan oleh
Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika, Barbara
Loe.Sementara itu, dr. Muhammad Ali Toha Assegaf, Anggota IDI,
Anggota Ikatan Dokter Akupuntur Indonesia menyatakan kegelisahannya
terhadap vaksin, Halalkah vaksin yang ada di negeri ini/perlukah
vaksinasi? Dan amankah? Ini adalah kegelisahan saya sebagai dokter
dan kegelisahan jutaan orang yang menyakini sabda Rasulullah SAW.,
: Allah tidak menciptakan kesembuhan dari hal yang diharamkan atas
kalian. Juga Allah SWT tidak menjadikan barang haram sebagai obat
bagi umatku.Pendapat Kontra : Vaksin haram karena menggunakan media
ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah orang tertular penyakit
infeksi yg pengguna alkohol, obat bius, dll. Efek samping yg
membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal, aluminium,
benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu
autism, cacat otak, dll. Lebih banyak bahaya daripada manfaatnya,
banyak efek sampingnya. Konspirasi & akal-akalan Negara barat
untuk memperbodoh dan meracuni Negara berkembang dan Negara muslim
dengan menghancurkan generasi muda. Menyingkirkan metode pengobatan
& pencegahan dari Negara-negara berkembang dan Negara muslim
seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, &
habbatussauda.Pendapat Pro : Mencegah para bayi tertular dari sang
ibu, yang membawa virus toksoplasma, rubella, hepatitis B yg dapat
membahayakan ibu dan janin. Vaksinasi penting dilakukan untuk
mencegah penyakit infeksi berkembang menjadi wabah seperti kolera,
diphteri, & polio. Efek samping yg membahayakan bisa
diminimalisirkan dengan tanggap terhadap kondisi ketika hendak
imunisasi dan lebih banyak cari tahu tentang jenis merk vaksin
serta jadwal yg benar sesuai kondisi setiap orang. Ada beberapa
fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Contoh fatwa MUI yg menyatakan
halal. Dan jika haram, maka tetap diperbolehkan karena mengingat
keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah.