WILLIAM SITNER1102012306
LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi articulation coxaeLO.1.1
MakroskopikOs. CoxaeCiri penting yang terdapat pada permukaan os.
Coxae di region glutealis adalah sebagai berikut: Ileum, yang
merupakan bagian atas yang gepeng , memiliki crista iliaca. Seluruh
crista ini ini dapat diraba di bawah kulit. Ia berakhir di depan
pada spina iliaca anterior posterior, dan dibelakang pada spina
iliaca superior posterior. Tuberculum iliacum terletak kurang lebih
5 cm dibelakang spina iliaca anterios superior. Di bawah spina
iliaca anterior superior, terdapat tonjolan , spina iliaca
posterior inferior, terdapat dibawah spina iliaca posterior
superior. Di atas dan dibelakang acetabulum, terdapat takik besar
pada ilium, insicura ischiadica major. Permukaan luar ilium
berombak, cembung di depan dan cekung di belakang. Ia ditandai
dengan garis lengkung, linea glutea posterior , linea glutea media,
dan glutea glutea inferior. Ischium berbentuk seperti huruf L,
terdiri atas bagian yang lebih tebal, corpus, dan bagian bawah yang
lebih tipis, ramus. Spina ischiadica menonjoldari tepian posterior
ischium dan menyelip diantara Incisura ischiadica major dan
insicura ischiadica minor. Tuberositasischiadica membentuk aspek
posterior bagian bawah corpus ischia tersebut. Incisura ischiadiva
major dan minor diubah menjadi foramen ischiadicum majus dan minus
oleh adanya lig. Sacrospinale dan lig. Sacrotuberal. Pubis, dapa
dibagi menjadi bagian corpus, ramus superior , dan ramus inferior.
Corpus kedua os pubis saling berartikulasi pada garis tengah ke
anterior pada symphysis pubis, ramus superior menghubungkan
ileumdan ischium pada acetabulum, dan ramus inferior menghubungkan
ramus ischiadica di bawah foramen obturatorium. Foramen
obturatorium semasa hidup ditutupi membrane obturatoria. Crista
pubica merupakan tepian atas corpus pubis dan berakhir di lateral
sebagai tuberculum pubicum.
Os. FemurFemur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum,
trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os
coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat
lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan
ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris
dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada
fovea.Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur,
berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih
kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu
panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat
dirubah oleh penyakit.Trochanter major dan minor merupakan tonjolan
besar pada batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua
trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista
intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya
terdapat tuberculum quadratum.Bagian batang femur umumnya
menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin rmukaan anteriornya,
namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.
Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial
berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis menuju
tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu
ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan
posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea
aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk
daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia
poplitea.Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan
lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura
intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh
permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk
articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis
dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan
epicondylus medialis.
LO.1.2 MikroskopisTulang femur dikategorikan tulang panjang,
gambaran histologi nya dibagi menjadi 2 bagian, tulang kompak
dibagian luar dan tulang kanselosa di bagian dalam.
Pada tulang kompak unit struktural matriksnya adalah osteon
(sistem havers), setiap osteon terdiri dari lapisan-lapisam lamela
yang tersusun mengelilingi suatu kanalis sentralis. Pada lamela
mengandung osteosit dalam rongga berbentuk kenari yang disebut
lakuna. Pada masing-masing lakuna terdapat kanal halus yang disebut
kanalikuli. Selain itu terdapat pula lamela interstisial, yaitu
daerah kecil tidak teratur tulang yang terdapat diantara
osteon.Pada bagian dalam (tulang kanselosa) terdiri dari trabekula
tulang yang bentuknya tipis dan bercabang. Trabekula sendiri
dikelilingi oleh periosteum. Di luar periosteum terdapat rongga
sumsum dengan pembuluh darah.
Tulang, atau jaringan oseosa, merupakan bentuk kaku jaringan
ikat yang membentuk sebagian besar kerangka vertebrata yang lebih
tinggi. Jaringan ini terdiri atas sel-sel matriks intrasel. Matriks
mengandung unsur organic, yaitu terutama serat-serat kolagen, dan
unsur anorganik yang merupakan dua per tiga berat tulang itu.
Garam-garam anorganik yang bertanggung jawab atas kaku dan kejurnya
tulang adalah kalsium fosfat (kira-kira 85%), kalsium karbonat
(10%), dan sejumlah kecil kalsium fluoride dan magnesium fluoride.
Tulang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tulang spongiosa
(cancellous) dan tulang kompakta (padat). Tulang spongiosa terdiri
atas trabekula dan balok tulang langsing, tidak teratur, bercabang,
dan saling berhubungan membentuk anyaman. Celah-celah diantara
anyaman itu ditempati oleh sumsum tulang. Tulang kompakta tampak
padat, kecuali bila dilihat di bawah mikroskop. Diantara kedua
jenis tulang ini tidak ada pembatasan yang jelas, karena
semata-mata tergantung jumlah relative bahan padat, ukuran, dan
jumlah celah-celah yang ada pada masing-masingnya.Pada tulang
panjang, bagian batang (diafisis) terutama terdiri atas tulang
kompakta, yang mengelilingi sumsum tulang. Setiap bagian ujungnya
(epifisis) terdiri atas tulang spongiosa yang dibungkus selapis
tipis tulang kompakta. Celah-celah tulang spongiosa ini berhubungan
langsung dengan rongga sumsum tulang diafisis. Pada tulang pipih,
dua lempeng tulang kompakta mengapit lapisan tulang spongiosa
(diploe) doantaranya. Sebagian besar tulang yang tidak teratur
bentuknya terdiri atas tulang spongiosa yang dibungkus selapis
tipis tulang kompakta.Setiap tulang, kecuali permukaan sendinya,
dibungkus oleh lapisan jaringan ikat khusus, yaitu periosteum.
Lapisan jaringan ikat serupa yang kurang berkembang, yaitu
endoesteum, membatasi rongga dan celah sumsum.Ciri paling utama
tulang secara mikroskopik adalah susunannya yang lamellar, yaitu
substansi intrasel yang mengalami pengapuran, atau matriks tulang,
yang tersusun dalam lapisan-lapisan, atau lamel-lamel, dengan
berbagai pola. Di dalam substansi interstitial terdapat
rongga-rongga kecil, atau lacuna, yang berisisel-sel tulang
(osteosit). Dari tiap lacuna memancar keluar saluran-saluran halus,
disebut kanalikuli, yang menembus lamel-lamel dan berhubungan
dengan kanalikuli lacuna sekitarnya. Jadi semua lacuna saling
berhubungan melalui sistem slauran halus.LO.1.3
KinesiologiArticulation coxaeTulang : Antara caput femoris dan
acetabulumJenis sendi : enarthrosis spheroideaPenguat sendi :
terdapat tulang rawan pada facies lunata kelenjar harvers terdapat
pada acetabuli.Ligamentum iliofemorale berfungsi untuk
mempertahankan art coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur,
mencegah badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga
mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan
rotasiLigamentum ischiofemorale berfungsi untuk mencegah rotasi
internaLigamentum pubofeorale berfungsi untuk mencegah
abduksi,ekstensi dan rotasi eksternaGerak sendi:Fleksi: M.
iliopsoas, M. pectineus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M.
adductor brevis, M. adductor magnus pars anterior tensor fascia
lataEkstensi: M. gluteus maximus, M. semitendinosus, M.
semimembranosus, M. biceps femoris caput longum, M. adductor magnus
pars posteriorAbduksi: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M.
piriformis, M. sartorius, M. tensor fasciae lataeAdduksi: M.
adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M.
gracilis, M. pectineus, M. obturator externus, M. quadratus
femorisRotasi medialis: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M.
tensor fasciae latae, M. adductor magnus (pars posterior)Rotasi
lateralis: M. piriformis, M. obturator internus, Mm. gamelli, M.
obturator externus, M. quadratus femoris, M. gluteus maximus dan
Mm. adductores
LI.2 memahami dan menjelaskan fraktur dan fraktur collum
femorisLo.2.1 DefinisiFraktur adalah putusnya kontinuitas tulang,
tulang rawan epifis atau tulang rawan sendi.Fraktur collum femur
merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal
femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal
permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari
intertochanter.
Lo.2.2 EtiologiFaktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
fraktur : Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi
trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang. Faktor
intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi
trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang. Cedera dan
benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat
mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan
tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
Fraktur collum femoris : Trauma Langsung : biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter major
terbentur dengan benda keras. Trauma Tak Langsung : disebabkan
gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala
femur terlihat kuat dengan ligamen di dalam acetabulum oleh
ligament iliofemorale dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di
daerah colum femur. Pada dewasa muda apabila terjadi fraktur
interkapsuler berarti traumanya cukup hebat. Kebanyakan fraktur
colum femur terjadi pada wanita tua dimana tulangnya sudah
mengalami osteoporotik. Fraktur patologik: fraktur yang terjadi
pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologik,
misalnya tumor primer dan sekunder Fraktur stress: trauma ringan
tetapi terus menerus. Contohnya fraktur tibia pada penari ballet
atau fraktur fibula pelari jarak jauh.
Lo.2.3 Mekanisme FrakturFraktur terjadi ketika tulang
mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang dapat tulang
serap.Fraktur muncul sebagai akibat dari berbagai peristiwa
diantaranya pukulan langsung, penekanan yang sangat kuat, puntiran,
kontraksi otot yang keras atau karena berbagai penyakit lain yang
dapat melemahkan otot. Ada dua tipe dasar yang dapat menyebabkan
terjadinya fraktur: Mekanismedirect force: energi kinetik akan
menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur. Mekanisme indirect
force : energi kinetik akan disalurkan dari tempat tejadinya
tubrukan ke tempat dimana tulang mengalami kelemahan. Fraktur
tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami
kelemahan.
Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah, sumsum
tulang dan daerah sekitar jaringan lunak akan mengalami gangguan
terjadi perdrahan pada bagian ujung dari tulang yang patah serta
dari jaringan lunak (otot) terdekat Hematoma akan terbentuk pada
medularry canal antara ujung fraktur dengan bagian dalam dari
periosteum Jaringan tulang berubah menjadi tulang yang mati
Kemudian jaringan nekrotik menstimulasi terjadinya peradangan yang
dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema, nyeri,
hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta
infiltrasi dari sel darah putih lainnya Proses ini akan berlanjut
ke proses pemulihan tulang yang fraktur tersebut.
Patah tulang dipengaruhi oleh 2 faktor :1.) Faktor ekstrinsik:
gaya dari luar yang bereaksi pada tulang, tergantung dari besar
tekanan, waktu dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah
tulang.
2.) Faktor intrinsik :Beberapa sifat sifat yang penting dari
tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur:
kapasitas absorbsi dari energy daya elastisitas daya terhadap
kelelahan densitas/kepadatan
Lo.2.4 KlasifikasiFRAKTURa. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang
ditimbulkan).1.)Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga
fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.2.)Fraktur Terbuka (Open/Compound),merupakan fraktur
dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade I : luka
bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas
tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat
terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
Ekstensif.b.Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan
fraktur.1.)Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh
penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat
pada foto.2.)Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui
seluruh penampang tulang seperti: Hair Line Fraktur (patah retidak
rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu
korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Green Stick
Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.
c.Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma.1.)Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya
melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.2.)Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya
membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma
angulasijuga.3.)Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya
berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.4.)Fraktur Kompresi:
fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.5.)Fraktur Avulsi: fraktur yang
diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.
d.Berdasarkan jumlah garis patah.1.)Fraktur Komunitif: fraktur
dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.2.)Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih
dari satu tapi tidak berhubungan.3.)FrakturMultiple: fraktur dimana
garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.e.Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.1.)FrakturUndisplaced
(tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.2.)Fraktur Displaced (bergeser):
terjadi pergeseran fragmen tulang yangjuga disebut lokasi fragmen,
terbagi atas: Dislokasi ad longitudinam cum contractionum
(pergeseran searahsumbu dan overlapping). Dislokasi ad axim
(pergeseran yang membentuk sudut). Dislokasi ad latus (pergeseran
dimana kedua fragmen saling menjauh).
f.Berdasarkan posisi frakurSebatang tulang terbagi menjadi tiga
bagian :1.)1/3 proksimal2.)1/3 medial3.)1/3 distal
FRAKTUR COLLUM FEMORIS1. Fraktur intrakapsular. Fraktur ini
terjadi di kapsul sendi pinggul. a. Fraktur kapital: fraktur pada
kaput femurb. Fraktur subkapital: fraktur yang terletak di bawah
kaput femurc. Fraktur transervikal: fraktur pada kolum femur2.
Fraktur ekstrakapsula. Fraktur ini terjadi di luar kapsul sendi
pinggula. Fraktur sepanjang trochanter major dan minor b. Fraktur
intertrochanterc. Fraktur subtrochanter3. Menurut Gardens (1961):a.
Grade I: fraktur inkomplit (abduksi dan terimpaksi)b. Grade II:
fraktur lengkap tanpa pergeseran fragmen tulangc. Grade III:
fraktur lengkap dengan pergeseraan sebagian fragmen fraktur (varus
malaligment)d. Grade IV: fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen
fraktur tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan.
4. Menurut Pauwels, berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh
garis fraktur dan bidnag horizontal pada posisi tegak.a. Tipe I:
Garis fraktur membentuk sudut 30 dengan bidang horizontal pada
posisi tegakb. Tipe II: Garis fraktur membentuk sudut 30-50 dengan
bidang horizontal pada posisi tegakc. Tipe III: Garis fraktur
membentuk sudut >50 dengan bidang horizontal pada posisi
tegak
Lo.2.5 Diagnosis + manifestasi klinis Anamnesis Pada penderita
didapatkan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan bagian dari
tungkai tidak dapat digerakkan. Pemeriksaan fisik - Look :
Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan
luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka- Feel :
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan- Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat
ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien
dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera. Pemeriksaan
penunjang :Pemeriksaan dengan sinar X harus dilakukan dengan 2
proyeksi yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat
sering menyebabkan cedera pada lebih dari satu tingkat karena itu
bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto
sinar x pada pelvis dan tulang belakang.a. Pemeriksaan rontgen:
Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis frakturb. Scan tulang,
tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunakc. Pemeriksaan darah
lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel), Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal
setelah trauma.d. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban
kreatinin untuk klirens ginjal.
Plain radiografiRadiografi polos sebagai langkah awal dalam
hasil pemeriksaan patah tulang panggul. Radiografi dapat
menunjukkan garis fraktur pada aspek superior dari leher femur,
yang merupakan lokasi ketegangan patah tulang. Pemeriksaan
radiografi standar pinggul mencakup pandangan anteroposterior
panggul dan lateral panggul. Jika fraktur leher femur disarankan
untuk melakukan rotasi internal panggul sehingga dapat membantu
untuk mengidentifikasi dampak nondisplaced atau patah tulang
impaksi. Jika patah tulang pinggul namun tidak terlihat pada film
x-ray standar, scan tulang atau magnetic resonance imaging (MRI)
harus dilakukan Bone scanningBone scan dapat membantu ketika patah
stres, tumor, atau infeksi. Bone scan adalah indikator yang paling
sensitif dari stres tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan. Shin
et al melaporkan bahwa scan tulang memiliki prediksi positif
68%.Bone scan dibatasi oleh resolusi spasial relatif kurang pada
anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scan dianggap tidak dapat
dipercaya sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, namun, sebuah
studi oleh Pemegang et al menemukan sensitivitas 93%, tanpa
memandang waktu dari cedera. MRIMRI telah terbukti akurat dalam
penilaian okultisme patah tulang dan dapat diandalkan apabila
dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera, namun mahal. Dengan MRI,
fraktur stres biasanya muncul sebagai garis patahan pada korteks
dikelilingi oleh zona intens edema di rongga medula. Dalam sebuah
studi oleh Quinn dan McCarthy, T1-tertimbang MRI temuan yang
ditemukan menjadi 100% sensitive. MRI menunjukkan bahwa temuan yang
100% sensitif, spesifik, dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur
leher femur
Lo.2.6 Diagnosis BandingFraktur collum femur di diagnosis
banding dengan kelainan berikut : a. Osteitis Pubisb. Slipped
Capital Femoral Epiphysisc. Snapping Hip SyndromeLo.2.7 Tatalaksana
FCFa. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan
perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang
sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan
sesudah pengobatan.b. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu,
restorasi fragment fraktur sehingga didapat posisi yang dapat
diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis
dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah
komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan
osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment
yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak
memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi
dari humerus, angulasi c. Retention, immobilisasi fraktur:
mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union sehingga
terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna
meliputi inplan logam seperti screw.d. Rehabilitation :
mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.Proses
Penyembuhan tulanga. Fase hematoma: Proses terjadinya hematoma
dalam 24 jam. Apabila terjadi fraktur pada tulang panunjang, maka
pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem
haversian mengalami robekan pada daerah luka dan akan membentuk
hematoma diantar kedua sisi fraktur.b. Fase proliferasi/ fibrosa:
terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. pada saat ini terjadi reaksi
jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan,
karena adanya sel-sel osteogenik yang berpoliferasi dari periosteum
untuk membentuk kalus eksternal serta pada daerah endosteum
membentuk kalus internal sebagai aktifitas seluler dalam kanalis
medularis.c. Fase Pembentukkan Kalus: Waktu pembentukan kalus 3-4
minggu. Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari
setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian
pada kondroblas membentuk tulang rawan.d. Fase Osifikasi:
Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam 2-3 minggu,
patah tulang melalui proses penulangan endokondrol, mineral
terus-menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu
dengan keras.e. Fase Remodeling: Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada
fase ini perlahan-lahan terjadi reabsorbsi secara eosteoklastik dan
tetap terjadi prosesosteoblastik pada tulang dan kalus eksternal
secara perlahan-lahan menghilang (Rasjad, 1998 : 400 ).Faktor yang
mempercepat penyembuhan tulanga. Immobilisasi fragmen tulangb.
Kontak fragmen tulang maksimalc. Asupan darah yang memadaid.
Nutrisi yang baike. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang
panjangf. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin
D,g. Potensial listrik pada patahan tulangFaktor yang menghambat
penyembuhan tulanga. Trauma berulangb. Kehilangan massa tulangc.
Immobilisasi yang tak memadaid. Rongga atau jaringan diantar
fragmen tulange. Infeksif. Radiasi tulang (nekrosis tulang)g.
Usiah. Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)Penanganan
fraktur collum femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi
tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan
dari lateral melalui kolum femur. Bila tak dapat dilakukan operasi
ini, cara konservatif terbaik adalah langsung mobilisasi dengan
pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi
dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga
penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang
dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.1Terapi operatif dianjurkan
pada orang tua berupa penggantian kaput femur dengan prosthesis
atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur
diikuti dengan mobilisasi dini pasca bedah.3a.Terapi
KonservatifDilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai
berikut : Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal Kesulitan
mengamati fragmen proksimal Kurangnya penanganan hematom fraktur
karena adanya cairan synovial.Penanganan konservatif dapat
dilakukan dengan skin traction dan buck extension.b.Terapi
OperatifPada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi,
fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal,
dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif tanpa ditunda
lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus dekubitus.
Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada
resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-fraktur itu, sekalipun
ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip yang
harus diikuti dalam melakukan terapi operasi yaitu reduksi anatomi
yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku.1Metode awal yang
menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith Petersen
Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi.
Kemudian fraktur difiksasi internal dengan S.P. Nail dibawah
pengawasan Radiologi. Metode terbaru fiksasi internal adalah dengan
menggunakan multiple compression screws. Pada penderita dengan usia
lanjut (60 tahun ke atas) fraktur ditangani dengan cara memindahkan
caput femur dan menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti
prosthesis Austin Moore.1,2Penderita segera di bawa ke rumah sakit.
Tungkai yang sakit dilakukan pemasangan skin traction dengan buck
extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang
di lanjutkan dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara
menurut Leadbetter. Penderita terlentang di atas meja operasi dalam
pengaruh anastesi, asisten memfiksir pelvis, lutut dan coxae dibuat
fleksi 90 untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul.
Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-pelan
dilakukan gerakan endorotasi panggul 45, kemudian sisi panggul
dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan
extensi. Setelah itu di lakukan test.1,2Palm Halm Test : tumit kaki
yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki
tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi
berhasil baik. Setelah reposisi berhasil baik, dilakukan tindakan
pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus.
Kalau reposisi pertama gagal dapat diulang 3 kali. Kemudian
dilakukan open reduksi, dilakukan reposisi terbuka, setelah
tereposisi dilakukan internal fiksasi alat internal fiksasi
knowless pin, cancellous screw, atau plate.5Pengawasan dengan sinar
X (sebaiknya digunakan penguat) digunakan untuk memastikan reduksi
pada foto anteroposterior dan lateral.Lo.2.8 Komplikasi
FCFKomplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri
atau akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik .
1. Komplikasi umum Syok karena perdarahan ataupun oleh karena
nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasan.Ketiga
macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama
pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi
gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi
umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT),
tetanus atau gas gangren2. Komplikasi Lokal a.Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca
trauma disebut komplikasi lanjut. 1. Pada Tulang Infeksi, terutama
pada fraktur terbuka. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur
terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini
dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union. Komplikasi
sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering
terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan
sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir
dengan degenerasi
2. Pada Jaringan lunak Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat
dari elevasi kulit superfisial karena edema. Terapinya adalah
dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik
Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh
gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada
daerah-daerah yang menonjol 3. Pada Otot Terputusnya serabut otot
yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal ini
terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang
utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan
terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush
atau trombus (Apley & Solomon,1993). 4. Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus
menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah
mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan. Pada jaringan
distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau
manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan
mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme.
Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi
trombus.Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangantornique t
dapat terjadi sindromecrush. Pembuluh vena yang putus perlu
dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley
& Solomon, 1993). Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan
intra kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah
sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini
disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips
yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan
terjadi edema dalam otot. Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak
mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang
nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur
volkmann. Gejala klinisnya adalah 5P yaitu Pain (nyeri),
Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut nadi hilang) dan
Paralisis 5. Pada saraf Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis
(saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma
terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley &
Solomon,1993).
b. Komplikasi lanjut Pada tulang dapat berupa malunion,
delayedunionatau nonunion. Pada pemeriksaan terlihat deformitas
berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.a. Delayed
union Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara
normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan
sklerosis pada ujung-ujung fraktur, Terapi konservatif selama 6
bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Lebih 20 minggu dilakukan
cancellus grafting (12-16 minggu) b. Non union Dimana secara klinis
dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe I (hypertrophic non
union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara
fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi
untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.
Tipe II (atrophic non union)disebut juga sendi
palsu(pseudoartrosis) terdapat jaringansinovial sebagai kapsul
sendi beserta ronggasinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak
akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Beberapa faktor
yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,
hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi
yang tidak memadai,implant atau gips yang tidak memadai, distraksi
interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis) c. Mal
union Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan
deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .
Osteomielitis Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur
terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat
menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union).
Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis
mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan
atropi otot ronggasinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak
akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler,
perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon.
Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan
latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara
pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi
menetap (Apley & Solomon,1993). Lo.2.9 PencegahanLo.2.10
PrognosisBeberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur
stadium III dan IV tidak dapat diramalkan, sehingga penggantian
prostetik selalu lebih baik. Pandangan ini meremehkan morbiditas
yang menyertai penggantian. Karena itu kebijaksanaan kita adalah
mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien yang berumur dibawah
60 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk penderita yang
:a.Penderita yang sangat tua dan lemahb.Penderita yang gagal
mengalami reduksi tertutupc.Penggantian yang paling sedikit
traumanya adalah prostesis femur atau prosthesis bipolar tanpa
semen yang dimasukan dengan pendekatan posterior.