BAB 1 PENDAHULUAN Limbah padat atau sampah (solid waste) secara umum dapat diartikan sebagai semua buangan yangdihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan ataudigunakan lagi, baik berbentuk padat atau setengah padat.Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia selalu menghasilkan sampah danhampir setiap hari manusia menghasilkan sampah. Jika sampah tersebut tidakdikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah sepertimasalah estetika karena bau yang ditimbulkannya, menjadi vektor penyakitdan dapat menganggu kualitas tanah dan air tanah sekitarnya. Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatanmanusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan yang baikmulai dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke TempatPembuangan Akhir (TPA). Dalam perancangan sistem pengelolaanpersampahan suatu daerah diperlukan data mengenai timbulan sampah, komposisi dankarakteristik sampah yang dihasilkan di daerah yang direncanakan. Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1PENDAHULUAN
Limbah padat atau sampah (solid waste) secara umum dapat diartikan
sebagai semua buangan yangdihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang
tidak diinginkan ataudigunakan lagi, baik berbentuk padat atau setengah
padat.Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia selalu menghasilkan sampah
danhampir setiap hari manusia menghasilkan sampah. Jika sampah tersebut
tidakdikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah
sepertimasalah estetika karena bau yang ditimbulkannya, menjadi vektor
penyakitdan dapat menganggu kualitas tanah dan air tanah sekitarnya.
Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan
kesehatanmanusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan
yang baikmulai dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke
TempatPembuangan Akhir (TPA). Dalam perancangan sistem
pengelolaanpersampahan suatu daerah diperlukan data mengenai timbulan
sampah, komposisi dankarakteristik sampah yang dihasilkan di daerah yang
direncanakan.
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan
sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan menurut ilmu kesehatan
lingkungan adalah sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak siap
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa
sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.
Keberadaan jumlah sampah di perkotaan dari waktu ke waktu kian banyak,
jika tidak dikelola secara baik dan benar, dapat menimbulkan berbagai dampak
terhadap kualitas kehidupan lingkungan, utamanya kualitas air, polusi udara,
tanah, biologi, sosial ekonomi serta budaya. Karena demikian maka cara
memandang dan mengelola sampah harus diubah dari kebiasaan membuang
sampah secara sembarangan menjadi mengola sampah.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga terdiri atas: (a) pengurangan sampah; dan (b) penanganan sampah. Di
mana pengurangan sampah yang dimaksud meliputi kegiatan: (a) pembatasan
timbulan sampah; (b) pendauran ulang sampah; dan/atau (c) pemanfaatan kembali
sampah.
Penanganan sampah atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran
dan lain sebagainya yang meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir secara sistematis, menyeluruh
dan berkesinambungan melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
Penanganan persampahan merupakan bagian untuk mendukung
terwujudnya lingkungan yang berkualitas dan lestari, lingkungan perumahan
layak huni serta pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dengan
penanganan sampah berwawasan lingkungan. Namun berbagai tantangan yang
dihadapi pada sub sektor persampahan, maka secara non teknis strategi yang akan
ditempuh kedepan dalam pengelolaan limbah domestik adalah meningkatkan
kapasitas kelembagaan, peraturan, koordinasi lintas sektor, berupaya mendapatkan
dukungan pendanaan dari berbagai pihak, memaksimalkan sosialisasi dan
advokasi, dan secara teknis mengoptimalkan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan yang sudah ada sesuai standar, serta menambah fasilitas pendukung
untuk meningkatkan cakupan pelayanan.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN LIMBAH ATAU SAMPAH
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan
karenapembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau
sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi
kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa
berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu
lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah
secara benar maka bias menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.
B. DEFINISI LIMBAH PADAT
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari
kegiatan industri dan domestik.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga,
limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari
Proses awal dalam penampungan sampah terkait langsung dengan sumber
sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara
penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA.
Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak
mengganggu lingkungan (SNI 19-2454-2002). Bahan wadah yang dipersyaratkan
sesuai Standart Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak, ekonomis, mudah
diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan, persyaratan bahan
wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat
serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat.
3. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan / pewadahan sampai ke TPS (Tempat Pembuangan
Sementara).
Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu(SNI 19-2454-2002) :
Pola Individual adalah proses pengumpulan sampah dimulai dari
sumber sampah kemudian diangkut ketempat pembuangan
sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.
Pola Komunal adalah pengumpulan sampah dilakukan oleh
penghasil sampah ketempat penampungan sampah komunal yang
telah disediakan/ ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan
kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
4. Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan
ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat
yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang
dilengkapi dengan container pengangkut (SNI 19-2454- 2002).
5. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan
di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada
sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah
dengan truk kontainer.
E. PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
Terdapat paling tidak 5 cara yang dikenal secara umum dalam
penanggulangan sampah di TPA yaitu;
1) Open Dumps, yang mengacu pada cara pembuangan sampah pada area
terbuka tanpa dilakukan proses apapun.
2) Landfills, adalah lokasi pembuangan sampah yang relatif lebih mbaik
daripada open dumping dengan cara yaitu sampah yang ada di tutup
dengan tanah kemudian dipadatkan dan setelah lokasi penuh maka lokasi
landfill akan ditutup tanah tebal dan kemudian lokasi tersebut dijadikan
tempat parkir.
3) Sanitary Landfils, yaitu menggunakan material yang kedap air sehingga
rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan sekitar,
namun biaya sanitary landfill relatif lebih mahal.
4) Incenerator, yaitu dilakukan pembakaran sampah dengan terlebih dahulu
dengan memisahkan sampah daur ulang, biasanya proses pembakaran
sampah dilakukan alternatif terakhir atau lebih difouskan pada penanganan
sampah medis.
5) Pengomposan, yaitu proses biologis yang kemudian organisme kecil
mengubah sampah organik menjadi pupuk.
Dalam pengelolaan sampah, diketahui beberapa cara pengolahan sebagai
berikut:
1) Pemanfaatan Ulang atau Daur Ulang (Recycling)
Daur ulang adalah proses pengambilan dan pengumbulan barang yang
masih memiliki nilai ekonomis dari sampah untuk digunakan kembali.
Sampah yang biasanya dikelola dengan cara daur ulang adalah sampah-
sampah anorganik.
Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan sampah
untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar
untuk membangkitkan listik dan sebagainya. Pengumpulan bisa dilakukan
dari sampah yang sudah dipisahkan sejak awal misalnya dengan kotak
sampah/kendaraan sampah khusus, atau dapat juga dari sampah yang
sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng
baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton,
koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan
PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk seperti komputer atau
mobil lebih susah, karena terlebih dulu bagian-bagiannya harus diurai, lalu
dikelompokan kembali menurut jenis bahannya.
Cara yang digunakan agar membuat sampah yang ada menjadi memiliki
nilai ekonomis setelah dikelola, memiliki kelebihan dan kekurangan
pengelolaan sampah dengan cara daur ulang adalah sebagai berikut :
• Kelebihannya adalah 1)Tidak membutuhkan lahan yangbesar; 2) Bahan
yang telah didaur ulang dapat digunakan lagi; 3) Metode ini memberikan
kesempatan kerja bagi para pemulung.
• Kekurangannya adalah 1) Memerlukan biaya investasi yang besar serta
biaya operasional yang juga lumayan tinggi; 2) Pasokan sampah harus
memiliki jumlah yang besar dan selalu konstan; 3) Tidak semua jenis
sampah dapat di daur ulang; 4) Sampah yang tidak dapat didaur ulang
terpaksa tetap menjadi sampah dan harus dikelola dengan cara yang
lainnya atau dibuang; 5) Tidak cocok untuk kebutuhan jangka panjang,
karena jumlah sampah yang tidak dapat didaur ulang akan bertambah
banyak.
2) Pengolahan Biologis
Material sampah organik, seperti sisa tanaman, sisa makanan atau kertas,
dapat diolah dengan menggunakan proses biologis untuk dibuat kompos,
atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang
bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang digunakan untuk
membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan
adalah Green Bin Program ( program tong hijau) di Toronto, Kanada,
dimana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan
tanaman dikumpulkan dikantong khusus untuk dibuat kompos.
3) Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah dapat diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung
dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Ini adalah salah
satu metode memanfaatkan sampah dalam pemulihan energi. Daur ulang
melalui cara ‘pemanasan’ bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai
bahan bakar memasak atau untuk memanaskan boiler guna menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua
bentuk ‘pemanasan’, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan
keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup
bertekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi
produk berzat padat, gas, dan zat cair. Produk zat cair dan gas bisa dibakar
untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain.
4) Penimbunan Darat
Penimbunan darat adalah cara pembuangan sampah dengan cara
menguburnya. Metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan,
ditelantarkan, atau lubang bekas pertambangan, atau lubang lubang atau
ceruk yang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di
kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang
hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan, diantaranya angin berbau busuk sampah yang akan menarik
berkumpulnya hama juga terjadinya genangan air sampah. Efek samping
lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang sangat
berbahaya karena rawan meledak. (peristiwa demikian pernah terjadi di
Bandung akibat kandungan gas methan di TPA tiba-tiba meledak dan
melongsorkan gunung sampah di tempat itu)
Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah
metode pengumpulan air sampah dengan menggunakan bahan tanah liat
atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan, untuk menambah
kepadatan dan kestabilannya lalu ditutup untuk tidak menarik hama
(biasanya tikus). Banyaknya penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas
yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar
di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk
membangkitkan listrik yang bermanfaat bagi warga perkotaan.
5) Pembakaran/pengkremasian
Pembakaran sampah atau pengkremasian sampah memanfaatkan
temperatur tinggi bisa disebut “Perlakuan panas”. Kremasi mengubah
sampah menjadi panas, gas, uap dan abu. Pengkremasian dilakukan oleh
perorangan atau oleh industri untuk skala besar. Hal ini bisa dilakukan
untuk sampah padat , cair maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai
cara praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,
contohnya sampah medis (sampah biologis). Pengkremasian adalah
metode yang kontroversial karena dampaknya menghasilkan polusi udara.
Pengkremasian dilakukan di negara seperti Jepang karena lahan yang
begitu terbatas. Metode ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan
darat. Sampah diubah menjadi energi (Waste-to-energy=WtE) atau energi
dari sampah (Energy-from-Waste = EfW) adalah terminologi untuk
menjelaskan sampah yang dibakar dalam tungku dan boiler guna
menghasilkan panas/uap/listrik. Pembakaran pada alat kremasi tidaklah
selalu sempurna, bahkan sering ada keluhan adanya polusi mikro dari
emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat
dioxin yang kemungkinan dihasilkan didalam pembakaran dan mencemari
lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak, pengkremasian seperti ini
dianggap positif karena menghasilkan listrik , contoh penerapannya di
Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di sekitar kota Bandung.
6) Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah perkotaan adalah
pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan “pengurangan
sampah”. Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas
pakai , memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk secara kreativ
supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja
katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk menghindari
penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue), dan mendesain
produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
7) Pembuatan Kompos (Composting)
Pengertian pengomposan (Composting) adalah sistem pengolahan sampah
organik dengan bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organis
(pupuk kompos). Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan
mesin (skala industri atau komersial). Membuat kompos dapat dilakukan
dengan metode aerob dan anaerob. Pada pengomposan secara aerob, proses
dekomposisi bahan baku menjadi kompos akan berlangsung optimal jika ada
oksigen. Sementara pada pengomposan anearob dekomposisi bahan baku
menjadi kompos tidak memerlukan oksigen.
Dampak dan Manfaat Pengelolaan sampah secara mandiri
Pengelolaan sampah secara mandiri yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan
dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:
1) Meningkatnya Nilai-nilai Sosial
Meningkatnya nilai-nilai kerekatan sosial ditandai dengan meningkatnya
nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan tentunya menjadi
sebuah tujuan utama adanya pengelolaan sampah secara mandiri.
Masyarakat dilatih bekerjasama untuk menentukan program-program
rencana kegiatan bagi pembangunan di pemukimannya tanpa
ketergantungan terhadap pihak-pihak lain. Adanya kemandirian tersebut
membuat masyarakat lebih memahami apa yang mereka butuhkan dan
bersama-sama memikirkan apa yang akan mereka lakukan untuk
membangun lingkungan tempat tinggal mereka, agar selalu bersih dan
ramah lingkungan.
2) Meningkatnya Nilai-nilai Ekonomi
Sampah-sampah yang didaur ulang oleh masyarakat dapat menjadi
berbagai kerajinan bisa dijual dan tentunya akan memberikan penghasilan
tambahan bagi masyarakat. Walaupun jumlah keuntungan dari penjualan
barang daur ulang tersebut tidak signifikan, setidaknya itu dapat terus
momotivasi masyarakat untuk berkreasi dan sekaligus peduli dengan
lingkungannya.
BAB 5PENUTUP
Pada dasarnya limbah adalah sejenis kotoran yang berasal dari hasil
pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi
sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak
yang dihasilkan oleh limbah, meskipun demikian pada kenyataannya cara atau
solusi tersebut tidak ada hasilnya karena masih banyak pula kita jumpai limbah
atau sampah disungai dan didarat yang dapat pula menimbulkan banjir serta
kerusakan lingkungan lainnya.
Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan limbah yang baik mulai
dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Dalam perancangan sistem pengelolaan limbah suatu daerah diperlukan
data mengenai timbulan sampah, komposisi dan karakteristik sampah yang
dihasilkan di daerah yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoli, S. 2009. RFID Application in Municipal Solid Waste Management System. Int. J. Environ. Res., 3(3):447-454, Summer 2009.
Al Ansari, M.S. 2012. Improving Solid Waste Management in Gulf Co-operation Council States: Developing Integrated Plans to Achieve Reduction in Greenhouse Gases. Modern Applied Science Vol. 6, No. 2; February 2012
Dolfina, I.O. 2015. Effective Solid Waste Management: A Panacea to Disease Prevention and Healthy Environment in Bayelsa State, Nigeria. Inter. J. Acad. Res. Educ. Rev. Vol. 3(3), pp. 65-75, April 2015
Firdaus, G . and Ahmad , A . 2009. Management of Urban Solid Waste Pollution in Developing Countries. Int. J. Environ. Res., 4(4):795-806, Autumn 2010.
Ghiasinejad, H. and Abduli, S. 2007. Technical and Economical Selection of Optimum Transfer-Transport Method in Solid Waste Management in Metropolitan Cities. Int. J. Environ. Res., 1(2): 179-187, Spring 2007.
Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan : Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu. Jakarta.
Suyoto, B. 2008. Rumah Tangga Peduli Lingkungan. Prima Media, Jakarta.
Hyun , P., Borinara, P. and Hong, K. D. 2011. Geotechnical Considerations for End-Use of Old Municipal Solid Waste Landfills. Int. J. Environ. Res., 5(3):573-584, Summer 2011
Monney, I., B.M. Tiimub and H.C. Baga. 2013. Characteristics and management of household solid waste in urban areas in Ghana: the case of WA. Civil and Environmental Research. Vol.3, No.9, 2013.
Nyakaana, J.B. 2000. Solid Waste Management in Urban Centers: the Case of Kampala City - Uganda.East African Geographical Review, 19:1
Omran, A., Mahmood, A., Abdul Aziz, H. and Robinson, G.M. 2009. Investigating Households Attitude Toward Recycling of Solid Waste in Malaysia: A Case Study. Int. J. Environ. Res., 3(2):275-288, Spring 2009
Oyoo, R., Leemans, R. and Mol, A. P. J. 2011. Future Projections of Urban Waste Flows aand their Impacts in African Metropolises Cities. Int. J. Environ. Res., 5(3):705-724, Summer 2011
Perda Prov Sumsel no. 20, 2014. Tentang Pengelolaan Sampah. Palembang.
Perda Kota Palembang no. 27, 2011. Tentang Pengelolaan dan Distribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Penyediaan/Penyedotan Kakus. Palembang.
PP no. 16, 2005. Tentang perlindungan air baku. Jakarta.
PP no. 38, 2007. Tentang kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kab/Kota. Jakarta.
Permen PU no. 21, 2006. Tentang Kebijakan & Strategi Nasional Persampahan) NSPM (SNI) bidang persampahan. Jakarta.
Ruslinda, Y., S. Indah dan W. Laylani. 2012. Studi Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah Domestik Kota Bukittinggi. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 1-12 (Januari 2012)
SNI -T-12-1991-03. Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman. Badan Standar Nasional. Jakarta.
SNI T-13-1990-F.Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan. Badan Standar Nasional. Jakarta.
SNI -T-11-1991-03. Tata cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Badan Standar Nasional. Jakarta.
State of Hawai‘i Department of HealthOffice. 2000. Hawai‘i D 2000 Plan for Inegrated Solid Waste Management. Hawai’i Oegon.
Swapan, Das and B.Kr. Bhattacharyya. 2013. Municipal Solid Waste Characteristics and Management in Kolkata, India. International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, Volume 3, Issue 2, February 2013.
UNEP. 2009.Waste Characterization and Quantification withProjections for Future. Volume 1. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.
UNEP. 2009.Assessment of Current Waste Management System andGaps therein. Volume 2. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.
UNEP. 2009.Targets and Issues of Concern for ISWM. Volume 3. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and
Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.
UNEP. 2009.ISWM Plan. Volume 4. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.
UU no. 8, 2008.Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.
UU no. 23, 1997. Tentang Lingkungan Hidup. Jakarta.
UU no 7, 2004. Tentang SDA. Jakarta.
UU no 32, 2004. Tentang otonomi daerah. Jakarta.
Yoada, R.M., D. Chirawurah and P.B. Adongo. 2014. Domestic waste disposal practice and perceptionsof private sector waste management in urbanAccra. BMC Public Health 2014, 14:697.