Top Banner
Malpraktek Skenario Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya dating ke tempet prakter dokter A, seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter obgin B sewaktu melehirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter C. baik dokter b maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau cidera sewaktu lahr dan dirawat disana. Sepuluh hari pasca lahir orang tua bayi menemukan benjolan dipundak kanan bayi. Setelah diperiksa oleh dokter anak A dan pemeriksaan radologi sebagai penunjangnya, pasien dinyatakan menderita fraktur klavikula kanan yang sudah berbentuk kalus. Kepda dokter A mereka meminta kepastian apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira-kira terjadinya. Bila benar pbahwa patah tulang terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter B karena telah mengakibatkan patah tulang dan C karena lalai tidak mendiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berfikir apa yang sebaiknya ia katakan. 1
34

Mal Prak Tek

Jan 23, 2016

Download

Documents

sylviaaa08

makalah tentang malpraktek
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mal Prak Tek

Malpraktek

Skenario

Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya dating ke tempet prakter dokter A,

seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang

dokter obgin B sewaktu melehirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter C. baik

dokter b maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita

penyakit atau cidera sewaktu lahr dan dirawat disana. Sepuluh hari pasca lahir

orang tua bayi menemukan benjolan dipundak kanan bayi.

Setelah diperiksa oleh dokter anak A dan pemeriksaan radologi sebagai

penunjangnya, pasien dinyatakan menderita fraktur klavikula kanan yang

sudah berbentuk kalus. Kepda dokter A mereka meminta kepastian apakah

benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira-kira terjadinya. Bila benar

pbahwa patah tulang terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter

B karena telah mengakibatkan patah tulang dan C karena lalai tidak

mendiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten

sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berfikir

apa yang sebaiknya ia katakan.

BAB I

PENDAHULUAN

Seringkali kita sebagai pasien hanya bisa menerima saja apapun yang

disampaikan oleh dokter tentang penyakit serta tindakan yang diambil untuk

penyembuhan penyakit tersebut. Namun apakah lantas dokter dan tenaga

medis lain dapat bertindak semena-mena terhadap tubuh kita? Tentu

jawabannya adalah tidak. Karena pada dasarnya dokter dalam melakukan

1

Page 2: Mal Prak Tek

praktek kedokteran berada di bawah sumpah dokter dan kode etik kedokteran

yang mengharuskan mereka memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pasiennya.1

Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya

kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dalam

pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk memilih dokter yang

diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga

berhak untuk mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan

riwayat penyakit dirinya. Hubungan dokter-pasien dianggap sebagai sebuah

kontrak, walaupun biasanya sebuah kontrak ditujukan terhadap tindakan dari

sekelompok orang yang mencari dan menawarkan nasihat dan perawatan /

perhatian. 1

Penuntutan terhadap kelalaian dokter termasuk didalamnya malpraktik

harus memenuhi 4 syarat. (1) harus terjalin adanya hubungan dokter-pasien.

(2) dokter tidak melaksanakan kewajibannya. (3) dokter tidak melaksanakan

tugasnya sesuai dengan standar profesi yang ada. (4) tindakan yang tidak

sesuai standar profesi tersebut menyebabkan terjadi kerugian/cedera yang

sebetulnya dapat dicegah. Setiap persyaratan diatas harus dapat dibuktikan

terjadi oleh pihak penuntut agar dapat memenangkan perkara. Oleh karena itu,

pembuktian adanya hubungan dokter dengan pasien yang mengalami kerugian

harus dapat dibuktikan dari setiap tindakan malpraktik.1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Prinsip Etika Kedokteran

Pada dasarnya manusia memiliki 4 kebutuhan dasar yaitu:

a) kebutuhan fisiologis yang dipenuhi dengan makanan dan minuman,

2

Page 3: Mal Prak Tek

b) kebutuhan psikologis yang dipenuhi dengan rasa kepuasan, istirahat, santai,

dan lain-lain

c) kebutuhan social yang dipenuhi melalui keluarga, teman, dan komunitas, serta

d) kebutuhan kreatif dan spiritual yang dipenuhi dengan melalui pengetahuan,

kebenaran, cinta, dan lain-lain.

Di dalam menentukan tindakan dibidang kesehatan atau kedokteran,

selain mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar diatas, keputusan

hendaknya juga mempertimbangkan hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas

hak pasien akan mengakibatkan juga pelanggaran atas kebutuhan dasar diatas,

terutama kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar

salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi

dilihat dari moralitas. Penilaian baik buruk dan benar salah dari sisi moral

tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya.

Terdapat 2 teori etika yang paling banyak dianut orang adalah teori deontology

dan teleology. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa deontology mengajarkan

bahwa baik buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu

sendiri, sedangkan teleology mengajarkan untuk menilai baik buruk tindakan

dengan melihat hasilnya atau akibatnya. Deontologi lebih mendasarkan kepada

ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teleology lebih kearah penalaran

dan pembenaran kepada azas manfaat. 1,2

Beauchamp dan Childress menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu

keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa rules di

bawahnya. Ke 4 kaidah dasar moral tersebut adalah :

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,

terutama hak otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan

doktrin informed consent.

2. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal

perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya

lebih besar daripada sisi buruknya.

3

Page 4: Mal Prak Tek

3. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non

nocere” atau “above all do no harm”.

4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan

dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

Sedangkan rules derivatnya adalah veracity, privacy, confidentiality,

dan fidelity. Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus

dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan klinis, professional

kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai panduan dalam bersikap dan

berperilaku.

2. Hubungan Dokter-Pasien

Hubungan antara dokter dan pasiennya secara yuridis dapat

dimasukkan ke dalam golongan kontrak. Suatu kontrak adalah pertemuan

pikiran dari dua orang mengenai suatu hal. Pihak pertama mengikatkan diri

untuk memberikan pelayanan, sedangkan pihak kedua menerima pemberian

pelayanan tersebut. Pasien dating meminta kepada dokter untuk diberikan

pelayanan pengobatan sedang sang dokter menerima untuk memberikannya.

Dengan demikian maka sifat hubungannya mempunyai dua ciri :

1) Adanya suatu persetujuan, atas dasar saling menyetujui dari pihak dokter dan

pasien tentang pemberian pelayanan pengobatan.

2) Adanya suatu kepercayaan, karena hubungan kontrak tersebut berdasarkan

saling percaya mempercayai satu sama lain.

Karena bersifat hubungan kontrak antara dokter dan pasien, maka harus

dipenuhi persyaratan :

1) Harus adanya persetujuan dari pihak-pihak yang berkontrak

Persetujuan itu berwujud dalam petemuan dari penawaran dan penerimaan

pemberian pelayanan tersebut yang merupakan penyebab terjadinya suatu

kontrak. Persetujuannya adalah antara dokter dan pasien tentang sifat

pemberian pelayanan pengobatan yang ditawarkan sang dokter dan yang telah

4

Page 5: Mal Prak Tek

diterima baik oleh pasiennya. Dengan demikian maka persetujuan antara

masing-masing pihak haruslah bersifat sukarela.

Persetujuan yang diperoleh berdasarkan kesalahan, tekanan atau kekerasan,

ditakut-takuti, pengaruh tekanan yang tak wajar, atau penipuan, akan membuat

kontrak itu bisa dibatalkan menurut hukum.

2) Harus ada suatu obyek yang merupakan substansi dari kontrak.

Obyek atau substansi kontrak dari hubungan dokter pasien adalah pemberian

pelayanan pengobatan yang dikehendaki pasien dan diberikan kepadanya oleh

sang dokter. Obyek dari kontrak harus dapat dipastikan, legal, dan tidak di luar

profesinya.

3) Harus ada suatu sebab atau pertimbangan.

Sebab atau pertimbangan itu adalah factor yang menggerakkan sang dokter

untuk memberikan pelayanan pengobatan kepada pasiennya. Bisa dengan

pemberian imbalan atau bisa juga sekedar untuk menolong atau atas dasar

kemurahhatian sang dokter. Pembayaran untuk pemberian pelayanan

pengobatan sudah dianggap tersirat dan diketahui oleh pasien, kecuali

diwajibkan oleh hukum, atau dianggap untuk amal atau menolong sesamanya.

Apabila sang pasien ternyata tidak mampu untuk membayar, tidak akan

mempengaruhi adanya kontrak atau mengurangi tanggung jawab sang dokter

terhadap tuntutan kelalaian.

3. Bentuk Hubungan Kontrak Dokter-Pasien

Terdapat beberapa bentuk hubungan, yaitu :

1. Kontrak yang nyata

Dalam bentuk ini sifat atau luas jangkauan pemberian pelayanan

pengobatan sudah ditawarkan oleh sang dokter yang dilakukan secara

nyata dan jelas, baik secara tertulis maupun secara lisan.

2. Kontrak yang tersirat

Dalam bentuk ini adanya kontrak disimpulkan dari tindakan-tindakan para

pihak. Timbulnya bukan karena adanya persetujuan, tetapi dianggap ada

5

Page 6: Mal Prak Tek

oleh hukum berdasarkan akal sehat dan keadilan. Maka jika seorang pasien

dating ke suatu klinik medis dan sang dokter mengambil riwayat

penyakitnya, memeriksa keadaan fisik pasien dan memberikan pengobatan

yang diperlukan, maka dianggap tersirat sudah ada hubungan kontrak

antara pasien dan dokter. 5

4. Berbagai Macam Kelalaian

a. Kelalaian tidak merujuk

Apabila keadaan pasien secara wajar dapat diatasi oleh dokternya, maka ia

tidak wajib untuk merujuk pasien itu kepada seorang dokter spesialis. Oleh

karena pasien tidak responsive terhadap pengobatan yang diberikan, tidaklah

langsung berarti bahwa ia wajib merujuknya kepada seseorang dokter

spesialis.

Namun apabila seorang dokter mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa

kondisi atau kasus pasien itu berada diluar kemampuannya dan dengan

merujuknya kepada dokter spesialis akan dapat menolongnya, maka ia wajib

melakukannya. Namun segala sesuatu juga tergantung kepada keadaan

financial pasien, keadaan emosi pasien dan keberadaan dokter spesialisnya.

Seorang dokter juga dapat dianggap telah melakukan wanprestasi dimana ia

lalai untuk merujuk kepada dokter spesialis apabila ia mengetahui atau

seharusnya mengetahui bahwa kasus ini di luar jangkauan kemampuannya,

bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki tidak cukup untuk dapat memberi

pertolongan kepada pasien dan seorang spesialis akan dapat melakukannya

b. Lalai tidak konsultasi dengan dokter terdahulu

Kadang-kadang seorang pasien sudah pernah berada di bawah pengobatan dari

dokter atau beberapa dokter lain yang memberikan pengobatan terentu atau

telah melakukan prosedur pembedahan. Untuk mencegah adanya risiko dalam

pengeterapan suatu prosedur pengobatan adalah sangat dianjurkan untuk

mengadakan konsul kepada dokter-dokter terdahulu yang telah memberikan

pengobatan sebelumnya.

c. Lalai tidak merujuk pasien ke rumah sakit dengan peralatan/tenaga yang

terlatih

6

Page 7: Mal Prak Tek

Seorang dokter tidak saja harus sadar akan ilmu pengetahuannya secara

pribadi dan keterbatasannya, tetapi juga akan peralatan yang sesuai dalam

menangani pasien. Di dalam praktik seorangh dokter bisa saja berhadapan

dengan suatu pasien yang penanganannya memerlukan instrument tertentu

khusus dan prosedur yang ia tidak punyai. Atau juga memerlukan asisten

dalam menanganinya. Praktik yang baik menuntut agar dokter itu merujuk

pasien itu ke suatu rumah sakit di mana tersedia peralatan dan asisten terlatih.

d. Tidak mendeteksi adanya infeksi

Kegagalan seorang dokter untuk mendeteksi bahwa pasien menderita

semacam infeksi, tidak selalu berarti kelalaian. Apabila tidak terdeteksinya

infeksi tersebut disebabkan karena keadaanya tidak memungkinkan untuk

melakukan pemeriksaan yang singkat pun, maka tanpa adanya justifikasi yang

dapat diterima, ia dapat dipersalahkan karena kekurangan ketelitian.

Sebaliknya apabila seorang dokter telah melakukan segala macam

pemeriksaan yang oleh para dokter lain juga akan melakukan hal yang sama

apabila berhadapan dengan pasien dengan gejala-gejala sama, maka ia tidak

dapat dianggap bertanggungjawab, apabila infeksi itu tidak ditemukan untuk

beberapa waktu.

e. Lalai tidak memberi surat rujukan.

f. Lalai karena kurang pengalaman

Kurangnya pengalaman tidak bisa dipakai sebagai pemaaf kelalaian. Hakim

banding secara tegas menolak pendapat bahwa adanya variasi dalam standar

profesi medic. Hal ini diparalelkan dengan seorang pengendara mobil yang

walaupun telah berusaha untuk mengendarai sebaik mungkin, namun ukuran

standar adalah sama seperti seorang pengendara lain yang pandai dan

berpengalaman.

5. Hubungan Dokter dengan Dokter (Rekan Sejawat)

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat:

Pasal 14: Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya

sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

7

Page 8: Mal Prak Tek

Pasal 15: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman

sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang

etis.

Pasal 16: Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat

bekerja dengan baik.

Pasal 17: Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

6. Informed Consent

Informed consent adalah suatu proses menunjukkan komunikasi efektif

antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan

dan apa yang tidak dilakukan terhadap pasien. Informed consent daris egi

hukum bukanlah perjanjian maliankan ke arah persetujuan sepihak atas

layanan yang ditawarkan. Informed consent memiliki 3 elemen yaitu :

1. Threshold element

Dari aspek ini, diketahui bahwa pemberi consent haruslah seseorang yang

kompeten. Kompeten di sini dapat diartikan sebagai cakap/mampu membuat

keputusan. Ini merupakan suatu kontinuum dari tidak bisa membuat keputusan

sehingga bisa membuat keputusan. Secara hukum, seseorang itu

cakap/kompeten bila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental

yang tidak di bawah pengampunan. Dewasa diartikan sebagai individu telah

mencapai 21 tahun atau pernah menikah. Keadaan mental yang tidak

kompeten adalah kepada yang memiliki penyakit mental sedemikian rupa atau

perkembangan mentalnya terbelakang sehingga menganggu kemampuan untuk

membuat keputusan.

2. Information elements

Elemen ini terdiri dari 2 yaitu disclosure dan understanding. Pengertian

berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa kepada konsekuensi tensgs

kesehatan memberi informasi yang selengkapnya sehingga pasien dapat

8

Page 9: Mal Prak Tek

mengerti dan membuat keputusan. Dalam konteks ini, diperlukan 3 standar

yaitu : 1

a. Standar praktek profesi

Kewajiban memberi informasi ditentukan oleh komunitas tenaga kesehatan

(Faden dan Beauchamp, 1986). Standar ini mengacu kepada nilai-nilai yang

ada dalam komunitas kedokteran tapi ada juga kemungkinan tidak sesua

dengan nilai-nilai sosial setempat.

b. Standar subjektif

Keputusan pasien berdasarkan atas nilai-nilai pribadi, jadi menjadi

tanggungjawab dokter menyampaikan informasi agar pasien bisa membuat

keputusan. Standar ini amat sulit dilaksanakan karena adalah mustahil tenaga

kesehatan bisa memahami nilai-nilai individual.

c. Standar pada reasonable person

Hasil kompromi dari standar sebelumnya, yaitu informasi sudah dianggap

cukup untuk pasien. Seringkali dokter apabila tidak melakukan standar ini,

dianggap telah lalai melaksanakan tugasnya.

3. Consent element

Elemen ini mempunyai sub-elemen lain yaitu voluntariness dan authorization.

Voluntariness mengharuskan tidak ada paksaan dari dokter dan pasien bebas

dari tekanan. Persuasi yang tidak berlebihan juga masih diizinkan secara

moral. Consent dapat diberikan secara :

a. Expressed

Secara lisan atau tertulis. Untuk pernyataan tertulis, umumnya tindakan invasif

atau beresiko mempengaruhi kesehatan secara bermakna. Permenkes tentang

persetujuan tindakan medik meletakkan semua jenis tindakan operatif harus

memperoleh persetujuan tertulis.

b. Implied

9

Page 10: Mal Prak Tek

Pasien tidak menyatakan baik secara tertulis maupun lisan tapi gerakan

menunjukkan jawabannya. Consent inilah yang paling banyak dilakukan

dalam praktek sehari-hari. Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh

orang lain dengan syarat pasien tidak mampu memberi consent secara pribadi.

Jenis consent ini hanya bisa dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan

ketat. Doktrin informed consent tidak berlaku pada (a) keadaan gawat darurat

medik (b) ancaman terhadap kesehatan masyarakat (c) pelepasan hak

memberikan consent (d) clinical privelege dan (e) pasien yang tidak kompeten

memberikan consent. Contextual consent seringkali menghantui dokter di

mana seorang yang dianggap pikun, pasien dengan penyakit terminal atau

orang yang memiliki mental lemah seringkali tidak diberitahu mengenai

diagnosis sebenar/keadaan sakitnya. 1,3

Hal-hal yang perlu disampaikan dalam informed consent ialah: 2

Maksud dan tujuan tindak medik tersebut

Risiko yang melekat pada tindak medik itu

Kemungkianan timbulnya efek samping

Alternatif lain tindak medik itu

Kemungkinan-kemungkinan (sebagai konsekuensi) yang terjadi bila tindak

medik itu tidak dilakukan

7. Rekam Medis

Dalam pelayanan kedokteran di tempat praktek maupun di Rumah

Sakit yang standar, dokter membuat catatan mengenai berbagai informasi

mengenai pasien tersebut dalam suatu berkas yang dikenal sebagai Status,

Rekam Medis, Rekam Kesebatan atau Medical Record. Berkas ini merupakan

suatu berkas yang memiliki arti penting bagi pasien, dokter, tenaga kesebatan

serta Rumab Sakit. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai Rekam Medis

serta aspek medikolegalnya.

Definisi Rekam Medis

Definisi Rekam Medis dalam berbagai kepustakaan dituliskan dalam

berbagai pengertian, seperti dibawab ini:

10

Page 11: Mal Prak Tek

Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan

siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb

seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.

1. Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989:

Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai

identitas pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan

lainnya yang diterima pasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun

rawat inap.

2. Menurut Gemala Hatta

Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan

riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat

lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

3. Waters dan Murphy :

Kompendium (ikhtisar) yang berisi  informasi tentang keadaan pasien selama

perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.

4. IDI :

Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan

yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang

pasien.

Isi Rekam Medis

Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan,

termasuk data tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum

isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:

1. Data medis atau data klinis: Yang termasuk data medis adalah segala data tentang

riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta basilnya,

laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data-data ini

merupakan data yang bersifat rabasia (confidential) sebingga tidak dapat dibuka

kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada

alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa

dibukanya informasi tersebut.

2. Data sosiologis atau data non-medis:

11

Page 12: Mal Prak Tek

Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung

dengan data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini

oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya

merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).

Penyelenggaraan Rekam Medis

Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes

tersebut diatur sebagai berikut:

1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien

menerima pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih

original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.

2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas

pelayanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggung-

jawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5).

3. Jika terdapat kesalahan pencatatan, maka pembetulan catatan yang salah harus

dilakukan pada tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan

(pasal 6 ayat 1). Secara lebih tegas ayat 2 dari pasal yang sama menyatakan bahwa

penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.

Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenamya telah terjadi

suatu hubungan kontrak terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan

tersebut didasarkan atas kepercayaan pasien bahwa dokter tersebut mampu

mengobatinya, dan akan merahasiakan semua rahasia pasien yang

diketahuinya pada saat hubungan tersebut terjadi. Dalam hubungan tersebut

secara otomatis akan banyak data pribadi pasien tersebut yang akan diketahui

oleh dokter serta tenaga kesehatan yang memeriksa pasien tersebut. Sebagian

dari rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita kenal sebagai Rekam

Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia

kedokteran, mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam

Medis.6

Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan

berkas Rekam Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi

kesehatan. Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam

medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan

12

Page 13: Mal Prak Tek

sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal

terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan

kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan

proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.

Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya tidak

pada tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak memberitahu tentang

isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada keadaan-keadaan tertentu

yang memaksa dokter untuk bertindak sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas

Rekam Medis merupakan milik institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika

pasien meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi jika institusi

pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.

Manfaat rekam medis :

A. Pengobatan Pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan

menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan

tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan

jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi

tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

C. Pendidikan dan Penelitian

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,

pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan

informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi

kedokteran dan kedokteran gigi.

D. Pembiayaan

Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan

pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan

tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

13

Page 14: Mal Prak Tek

E. Statistik Kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya

untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk

menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam

penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

G. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti

Rekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di

pengadilan. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik

kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit

pasien yang tertuang dalam rekam medis. Rahasia kedokteran tersebut dapat

dibuka hanya untuk kepentingan pasien untuk memenuhi permintaan aparat

penegak hukum (hakim majelis), permintaan pasien sendiri atau berdasarkan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru

dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis.

Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan rekam medis

sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan

rekam medis. Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur

bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat

rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat

rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan

dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar

janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dengan pasien.7

8. Dampak Hukum Terhadap Keputusan Dokter

Sebenarnya banyak kasus penuntutan hukum kepada dokter

didugamelakukan kelalaian medik apabila dilakukan dengan

14

Page 15: Mal Prak Tek

proporsinua berperan sebagai upaya menjaga mutu pelayanan

kedokteran kepada masyarakat. Penuntutan akan mengakibatkan

tekanan psikologik bagi para dokter yang diduga melakukan kelalaian

medik yang bisa mengakibatkan litigation stress syndrome. Professional

misconduct dapat diartikan sebagai kesengajaan yang dapat dilakukan

dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi,

hukum administratif, serta hukum pidana dan perdata, seperti

melakukan tindakan yang merugikan pasien dan sebagainya. Dari

pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa malpraktek tidak dilihat dari

hasil tindakan medik semata tapi prosedurnya juga harus ditinjau.

Semua kegagalan medik bukanlah akibat malpraktek semata menurut

WMA (world medical association). Suatu tindakan yang tidak dapat

diduga sebelumnya yang terjadi saat dilakukan tindakan medik yang

sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk

malpraktek. Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk yaitu malfeasance;

melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat.

Misfeasance; pilihan medik yang tidak tepat pada waktu yang tidak

tepat. Nonfeasance; tidak melakukan tindakan medik yang merupakan

kewajiban baginya. Suatu tindakan dianggap lalai apabila terdapat 4

unsur di bawah ini :

a. Duty

Kewajiban tenaga kesehatan melakukan tindakan medik atau tidak melakukan

sesuatu tindakan pada pasien dalam situasi tertentu.

b. Dereliction of duty

Penyimpangan kewajiban tersebut.

c. Damage

Segala sesuatu yang dirasakan pasien sebagai kerugian akibat dari layanan

kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

d. Direct causal relationship

15

Page 16: Mal Prak Tek

Dalam hal ini, perlu ada hubungan antara sebab-akibat antar penyimpangan

kewajiban dengan ketugian yang setidaknya merupakan “proximate cause”.

Gugatan ganti rugi harus ada keempat unsur tersebut. Jika salah satu tidak ada,

gugatan tersebut dinilai tidak cukup bukti.8

Seorang dokter bisa dikernakan tuntutan dengan pasal di bawah ini :

Pasal 55 Undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan : (1)

setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian

tenaga kesehatan.

Pasal 1365 KUH Perdata : tiap perbuatan melanggar hukum, yang

membwa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian itu.

Pasal 1366 KUH Perdata : seorang tidak saja bertanggungjawab untuk

kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian

yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatiannya.

Pasal 1367 KUH Perdata : seorang tidak saja bertanggungjawab untuk

kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk

kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di

bawah pengawasannya.

Pasal 7 Undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen : Kewajiban pelaku usaha adalah :

- memberi kompensasi, gantirugi dan/atau pengantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian, pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

- memberi kompensasi, gantirugi dan/atau pengantian apabila barang dan/atau

jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Pasal 1370 KUH Perdata :Dalam halnya suatu kematian dengan sengaja atau

karena kurang hati-hatinya seorang, maka suami atau isteri yang ditinggalkan,

anak atau orang tua si korban yang lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan

16

Page 17: Mal Prak Tek

si korban mempunyai hak menuntut suatu gantirugi, yang harus dinilai

menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak, serta menurut keadaan.

Pasal 1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan

dengan sengaja atau kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk

selain menggantikan biaya-biaya penyembuhan, menuntut penggantian

kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian

kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak

dan menurut keadaaan.

Pasal 1372 KUH Perdata : Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah

bertujuan mendapatkan penggantian kerugian serta pemulihan kehormatan dan

nama baik.

Pasal 359 KUHP : Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)

menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 360 KUHP : (1) Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)

menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana

paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. (2)

Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain

luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan

paling lama enam bulan atau pidana denda paling ringgi empat ribu lima ratus

rupiah.

Pasal 361 KUHP : JIka kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan

dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah

dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan

pencarian dalam mana dilakukan kejahatan, dan hakim dapat memerintahkan

supaya putusannya diumumkan.8

Seorang dokter yang telah memiliki kewenangan formil dapat melakukan

tindakan medik di suatu sarana kesehatan sesuai dengan surat penugasannya di

bawah supervise pimpinan sarana kesehatan tersebut.

17

Page 18: Mal Prak Tek

Bayi dengan Fraktur Klavicula

Fraktur atau patah tulang ialah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.(Mansjoer;

Suprohaita; Wardhani; Setiowulan, 2000: 346) Fraktur klafikula adalah

patahnya tulang klavikula pada saat proses persalinan biasanya kesulitan

melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada prosentase

bokong karena adanya penekanan pada lengkung bahu selama persalinan

berlangsung terdapat 1,5 – 3% dari persalinan pervaginam fractur klavikula ini

merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan dibanding

dengan trauma tulang lainnya. . (Wahab, 1995: 1209). Jenis fraktur pada

trauma lahir ini umumnya jenis fraktur freenstick, walaupun kadang-kadang

dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini sering ditemukan 1 – 2 minggu

kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.

http://ayurai.wordpress.com/2009/04/10/askeb-neo-trauma-kelahiran-pada-

bayi-baru-lahir/. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan

imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku

yang tertekan.(Wiknjosastro, 2005: 720) Pembentukan kalus bertambah

beberapa bulan ( 6 – 8 minggu ) terbentuk tulang normal. 

Etiologi

1. Persalinan letak sungsang

2. Persentasi verteks dengan kesukaran mengeluarkan bahu dan pundak (

Faktor predisposisi fraktur klavikula adalah :

1. Bayi yang berukuran besar

2. Distosia bahu

3. Partus dengan letak sungsang

4. Persalinan traumatic

5. Gejala

Diagnosis

1. Diagnosis pasti dibuat dengan palpasi serta rontgen Surgenons

18

Page 19: Mal Prak Tek

2. Diagnosis pasti dengan jalan melakukan palpasi untuk menemukan letak

fraktur dan melakukan foto rontgen

Tanda dan Gejala terjadinya Fraktur Klavikula

Fraktur klavikula merupakan trauna lahir yang terjadi selama proses

persalinan yang in sidennya adalah 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Bayi

akan mengalami salah satu keadaan sebagai berikut :

1. Gerakan abnormal/ posisi asimetris dengan lengan /tungkai

2. Bengkak pada daerah tulang yang terkena

3. Menangis apabila lengan, kaki atau bahu di gerakkan

4.Terdapat perubahan bentuk atau deformitas

5. Hilangnya fungsi anggota gerak dan persendian yang terdekat ( paralisis )

6. Reflek moro negatif pada sisi yang terkena.

7. Pemeriksaan diagnostik  foto sinar X dari ekstremitas yang sakit atau lokasi

fraktur.

8. Bayi secara khas tidak menggerakkan lengan secara bebas

9. Pada palpasi teraba ketidakteraturan tulang dan krepitasi.

10. Hilangnya lengkung supraklavikula pada sisi fraktur. 

Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur greenstick,

walau kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total secara klinis fraktur

jenis greenstick sering tidak diketahui segera setelah bayi lahir, tetapi baru

ditemukan 1 – 2 mg kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.

Beberapa gejala klinis fractur klavicula greenstick :

1. Gerakan tangan kanan dan kiri tidak sama.

2. Refleks moro asimetris.

3. Bayi akan menangis pada perabaan kalvicula.

4. Gerakan pasif tangan yang sakit.

5. Riwayat persalinan yang sukar.

Jenis fraktur klavicula yang sakit :

1. Adanya crepitasi.

19

Page 20: Mal Prak Tek

2. Deformitas pada tulang klavikula yang sakit.

Komplikasi

Timbul penekanan pleksus brakhialis dan pembuluh darah subklavia yaitu

pembuluh darah yang berada diantara klavikula dan iga pertama.

Penatalaksanaan

1. Fraktur klavikula dapat di atasi dengan pemasangan balutan klavikula

berbentuk angka delapan. dengan cara dari pundak kanan pembalut di

silangkan dari punggung ketiak kiri, selanjutnya dari ketiak kiri ke depan dan

ke atas pundak kiri. Dari pundak kiri disilangkan lagi ke ketiak kanan lalu ke

pundak kiri. Demikian seterusnya dan akhirnya dengan sebuah peniti di

kaitkan di ujung pembalut pada bagian bawahnya. Bentuk ini akan

mengekstensikan bahu dan meminimalkan besarnya tumpang tindih fragmen

fraktur. 

2. Imobilisasi bayi dan informasikan keluarga atau orang tua untuk tidak

sering mengangkat bayi teutama ekstrmitas atas untuk mencegah komplikasi.

3. Bayi tetap di berika ASI yang dapat di lakukan dengan berbaring.9

Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikula

1) Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat

pembentukan kalus.

2) Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi

pergelangan siku 900.

3) Umumnya dalam waktu 7 – 10 hari rasa sakit telah berkurang dan

pembentukan kalus telah terjadi.9

BAB III

PENUTUP

20

Page 21: Mal Prak Tek

Kesimpulan

Kesimpulan adanya malpraktek atau bukan dilihat dari hasil tindakan medis

pada pasien melainkan di tinjau dari bagaimana proses tindakan madis tersebut

dilaksanakan.

Daftar Pustaka

21

Page 22: Mal Prak Tek

1. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. Informed

concent. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Pengantar bagi Mahasiswa

Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka Dwipar, 2005: p77-83

2. Etika Profesi Kedokteran. Diunduh dari www.freewebs.com, pada tanggal 27

Januari 2011.

3. Informed consent: Anda berhak tahu semuanya. Diunduh dari

http://www.freewebs.com/informedconsent. pada tanggal 26 Januari 2011

4. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. Bioetika .

Bioetik dan Hukum Kedokteran. Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan

Hukum. Penerbit Pustaka Dwipar, 2005: p 29-39.

5. Hubungan Dokter-Pasien. Diunduh dari www.scribd.com, pada tanggal 27

Januari 2011

6. Rekam medis. Diunduh dari: URL: Hyperlink

http://www.freewebs.com/medicalrecord, pada tanggal 26 januari 2011

7. Sjamsuhidajat, Sabir A. Manual rekam medis. Konsil kedokteran indonesia.

Jakarta: 2006

8. Kelalaian medik. Dalam : Sampurna B., Syamsu Z., Siswaja T.D, editors.

Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. 2nd ed. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. p . 87-

103.

9. Bayi dengan Fraktur Klavicula. Di unduh dari :

http://www.bascommetro.com/2011/10/bayi-dengan-fraktur-klavicula.html.

Pada tanggal 15 januari 2013.

22