Makrofag pada lepra
Makrofag pada lepra
Pendahuluan
Lepra adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi
M.leprae.1,2 Mycobacterium leprae ditemukan oleh Gerald A.Hansen
tahun 1873 yang diidentifikasikan sebagai organisme
intrasitoplasmik dalam makrofag dan sel schwann.3 Lepra dapat
ditemukan diberbagai negara terutama daerah tropis dan subtropis.4
Lebih dari 125 tahun sejak ditemukannya M.leprae, agen penyebabnya
belum dapat dikultur secara in vitro.5
Gambaran klinik berhubungan erat dengan derajat cell-mediated
immunity (CMI).1 Lebih dari 99% populasi percaya dengan proteksi
imunitas yang adekuat pada infeksi dan tidak terdapat gejala
klinik. Minoritas individual mengklasifikasikan kedalam lima
spektrum tergantung pada penyebaran penyakit dan tingkat dari
imunitas seluler. 4
M.leprae merupakan salah satu dari patogen intraseluler.6 Dimana
M.lepra menyerang tiga target yaitu jaringan saraf perifer (sel
schwann), pembuluh darah kecil (sel endotelial dan pericytes) dan
sistem monosit-makrofag.2 Bakteri ini mempengaruhi makrofag dan sel
schwann, terutama pada lesi kulit dan degenerasi saraf
perifer.7
Basil ini bertahan dan replikasi dalam sel schwann dan makrofag
2,8,9 dan kemudian penetrasi ke jaringan perineural (perineural
granuloma). Berkembang dengan cepat dalam sel endotelial dan
pericytes dan dilepaskan sehingga menyebabkan bakterimia.2
Makrofag relevan dalam lepra.2 Tahun 1974, Krahenbuhl et al,
penelitian dengan tikus yang memperlihatkan potensi aktivitas
makrofag, pertumbuhan M.lepra tampak dalam mouse footpad.8 Pada
pertengahan 1800, sel lepra atau virchowcytes ditemukan dan
menyebabkan granuloma lepromatous yang menjadi tanda histopatologi
pada lepromatous lepra. Pada masa kini, granuloma epiteloid, dengan
sel epiteloid dan sel langerhans yang ditemukan. Dimana bersamaan
dengan neuritis perifer, lesi tersebut adalah tuberkuloid lepra.
Keduanya, sel lepra dan sel epiteloid merupakan modifikasi dari
makrofag.2 Imunologi Makrofag
M.leprae merupakan nonmotile,10 non-sporeforming, 10
mikroaerofilik, 10 bakteri tahan asam (acid fast bacterium)10,11,
noncultivable11, gram-positif11, obligat intraseluler 3,9,11 dan
biasanya berbentuk slighty curved 9 atau straight rods 9,12.
Dinding selnya mengandung peptidoglikan 10,11 yang terdiri dari
rantai N-acetylglucosamine dan N-glycolylmuramate yang dihubungkan
oleh jembatan peptida (peptide cross bridge) dimana dihubungkan
juga oleh lapisan galaktan oleh arabinogalaktan. Lapisan luar yang
komposisinya kaya akan mycolic acids of trehalose monomycolates dan
mycoserosoic acids of phthiocerol dimycocerosates atau yang disebut
juga phenolic glycolipids (PGLs). 10 Lipoglikan target dari
antibodi dan respon imun. 11Lipid yang dominan pada dinding sel
sebagai unsur utama yang non-polar 11sehingga M.leprae merupakan
imunologi spesifik dan imunogenik yaitu PGL-1.3,10
Beberapa penelitian menjelaskan fagositosis M.lepra oleh
Mononuklear fagosit (MNP) manusia. Makrofag bukan satu-satunya sel
host untuk M.lepra. Job et al (1989) menggunakan mikroskop elektron
untuk meneliti infeksi M.lepra pada armadilo yang terinfeksi dan
ditemukan basil dengan variasi MNP dan sel parenkim yang terdiri
dari monosit darah perifer, makrofag dari limfenodul, sel kupffer,
hepatocytes dan striated. Beberapa percobaan dibuat untuk
mendemostrasikan M.lepra dapat multiply dalam kultur jaringan
makrofag. Kalkulasi dari waktu generasi M.lepra selama pertumbuhan
dalam mouse footpad sekitar 2 minggu (Shepard & McRae 1965).
Setelah organisme dihancurkan, glikolipid yang terdapat dalam
kapsul M.lepra sebagai proteksi dari degradasi intraseluler antara
basil dan sel host (Brennan 1983, Draper & Rees 1970). Kapsul
dan dinding sel sebagai pertahanan intraseluler basil lepra. 8
Triger sistem imun innate ada 2 yaitu langsung (direct) dan
tidak langsung (indirect) untuk melawan mikroba patogen. Pertama,
respon imun innate yang beraksi secara langsung (direct)
dilokasinya untuk menghancurkan mikroba patogen dengan mekanisme
antimikroba. Kedua, respon imun innate yang tidak langsung
(indirect) dimana melepaskan sitokin dan upregulation molekul
co-stimulatory yang menyebabkan respon sel T dan sel B. 13
Imunitas seluler atau yang dikenal dengan sebutan sistem T
dimana stadium perkembangannya dan pematangan didalam
tymus.14Monosit/makrofag adalah sel sentral dalam respon imun
terhadap mycobacteria. 15 Partisipasi makrofag dalam respon imun
yaitu pada sistem afferen dan efferen. Pada sistem afferen,
makrofag berperan serta sebagai regulasi respon imun oleh interaksi
sel T dalam mempresentasikan antigen atau oleh sekresi mediator
yang soluble (mudah larut). Makrofag terlihat menekan respon sel T
pada lepra dan mungkin menimbulkan kerusakan karena adanya antigen
M.leprae terhadap sel T yang sensitif.16
Makrofag, aktivasi oleh limfokin (gamma interferon/ IFN-)
dilepaskan dari sel helper T yang berespon spesifik terhadap
antigen.16 IFN- merupakan antigen spesifik sebagai komponen
pertahanan host yang lebih efektif terhadap infeksi mycobakterium.
Sebagai tambahan, sekret IFN- berperan penting sebagai agen
bersamaan dengan aktivasi makrofag dan penghancuran bakteri
intraseluler.30 Perkembangan jalur sitokin sel T dipengaruhi oleh
keseimbangan antara dua kunci monosit-sitokin derived yaitu IL-12
dan IL-10. Pada suatu penelitian, memberikan fakta baru yaitu IFN-
dapat upregulates pelepasan IL-12 dan downregulates pelepasan IL-10
dari sel efektor.17 Pada lesi tuberkuloid, terlihat sitokin Th1
yang terdiri dari IL-2, IL-12 dan interferon- sedangkan pada lesi
lepromatous yaitu Th2 yang terdiri dari IL-4 dan IL-10.3
Beberapa mekanisme dimana mycobacteria menginvasi makrofag host.
Opsonisasi mycobacteria dengan C3 yang memungkinkan aktivasi dari
jalur alternatif komplemen. Lapisan luar sebagai reseptor komplemen
CR1, CR3 dan CR4. Bakteri patogenik terlihat lebih unik karena
mereka menggunakan fragmen komplemen C2a. Mycobacteria bersama
dengan C2a memperlihatkan bentuk C3 convertase, hasil dari
opsonosasi mycabacterial dan makrofag (Schorey et al,1997).7
Gambar 1. (A) M.lepra dengan dinding selular yang tebal,
dibungkus oleh lapisan phosphoglycolipid, terlihat degenerasi.
Bahan ini kemungkinan berhubungan dengan phenolic glycolipid-1
(spesifik PGL-1 antigen) untuk mendeteksi basil dan sel virchow.
(B) Model spherical memperlihatkan substrat manusia dan variasinya
dalam perbedaan gambaran klinik-patologi lepra, dimana terbagi
menjadi dua kelompok besar.(
Mycobacteria diliputi oleh makrofag tapi dapat bertahan dan
menjadi patogen oleh pencegahan fusion (peleburan) oleh phagosomes
dan lysosome. Mekanisme untuk ini terdiri dari blok signal Ca2+ dan
blok dari sintesis protein yang resposn terhadap fusion ini (Robbin
2005). Ketika makrofag dan diaktivasi oleh sel T-helper, penyatuan
lysosomes dengan phagosomes dan mycobacteria yang tampak sebagai
protease memproduksi fragmen peptida yang dapat berikatan dengan
molekul MHC klass II dan dipresentasikan sebagai sel permukaan
terhadap sel CD4+. 7
Gambar 2. Selama penyebaran dengan hematogen M.lepra ke saraf,
ditangkap oleh makrofag. Pada pasien dengan Mitsuda positif,
ditemukan granuloma epiteloid (tuberkuloid lepra); pada pasien
dengan Mitsuda negatif, ditemukan granuloma virchowcytic
(lepromatous lepra). Pada kasus tertentu, kedua granuloma ditemukan
bersamaan (borderline lepra). Granuloma tersebut dihasilkan dari
mekanisme penghancuran M.lepra yang berbeda oleh makrofag dengan
Mitsuda-positif atau Mitsuda-negatif. Semua bentuk klinik-patologi
berhubungan dengan sistem monosit-makrofag.(M=makrofag,
ph=phagosome, lm=lysosome, mi=mitokondria, phlm=phagolysosome,
fs=struktur, ger=granuloma endoplasmik retikulum, G=golgi
apparatus, Nu=nukleus)((
Granuloma sering pada pasien dengan infeksi mycobacterial.
Karakteristik tempat lokal inflamasi dengan sentral agregrasi dari
infeksi makrofag disekitar sel T. Granuloma berguna untuk isolasi
patogen dan beberapa sebagai regulasi kontrol dari sel T (Janeway
et al, 2005). Antigen recombinan atau stress protein sering
diproduksi oleh patogen yang berespon terhadap lingkungan, termasuk
terdapatnya respon imun dan membantu sebagai target imun. Pasien
dengan tuberkuloid lepra menunjukkan peningkatan level antibodi
terhadap 18 kDa dan antigen 28 kDa, dimana pasien dengan
lepromatous lepra menunjukkan antibodi terhadap antigen 65 kDa
(Mohanty, 2004). 7
Paradigma presentase antigen meliputi presentase peptida pada
molekul MHC dimana tidak semuanya inclusive. Antigen lipid dapat
dipresentasikan oleh molekul CD1 pada MHC-antigen indepeden tampak
pada pathway. Molekul CD1 kira-kira homolog dengan molekul MHC,
tapi kode pada kromosom 1 dan tidak sebagai bagian dari kompleks
major histocompability pada kromosom 6; mereka juga non-polimorfik.
Molekul CD1b sebagai komponen lipid di dinding sel mycobacterium
pada double-negatif (CD4-8) sel T. Mekanisme ini ada pada sel T dan
menghancurkan sel yang terinfeksi. Protein CD1 tampak meningkat
pada pasien dengan tuberkuloid lepra. 7Makrofag pada mekanisme imun
tuberkuloid
Pada spektrum tuberkuloid, dimana terjadi respon imun humoral
yang rendah tapi imunitas seluler acquired (didapat) yang kuat dan
reaksi hipersensitifitas tipe lambat (delayed type
hypersensitivity) terhadap M.leprae dan tipikal jumlah bakteri yang
rendah.4 Makrofag berperan secara signifikan, berkumpul ditempat
yang terinfeksi, memfagosit basil dan antigennya serta
menghancurkan mereka.21
Meningkatnya sel mediated imun (Cell Mediated Immunity/CMI)
dengan banyaknya Th1 sebagai respon imun 13,17,18 yang
mengaktifitaskan makrofag untuk menghancurkan basil
(Janeway,1999).26 Patogen intraseluler oleh sistem imun innate.
Toll-like receptors (TLRs) meningkat pada permukaan monosit dan
makrofag dalam lipoprotein mycobacterium. Pada suatu kasus, tampak
TLR2/1 heterodimer yang berperan dan diferensiasi monosit didalam
makrofag dan sel dendritik. Kemudian terlihat antigan dan
menyebabkan aktivasi sel T nave oleh sekresi IL-2. Stimulasi TLR
juga mengaktivasi faktor transkrip nuklear NF-B, dimana mengatur
transkripsi beberapa respon imun gen.18
Interferon (IFN)- (sitokin yang memungkinkan untuk aktivitas
makrofag)25, IL-2 dan limfotoksin- disekresikan pada lesi dan
menghasilkan aktifitas fagositik yang kuat. Makrofag yang
mempengaruhi sitokin, terutama TNF dengan limfosit, bentuk
granuloma. Sel CD 4 ditemukan terutama dalam granuloma dan CD 8
pada lapisan disekitarnya. Sel T pada granuloma tuberkuloid
dihasilkan dari granulisin protein antimikroba.18 Pada suatu
penelitian di manusia terlihat Th1 CD4 sel T respon pada pasien
dengan tuberkuloid.3,9
Pada akhir dari spektrum tuberkuloid, memperlihatkan peningkatan
respon limfosit yang jelas. Sejumlah besar sel T dan kompleks
filipodia bersama dengan epiteloid dan multinukleated sel giant.
Basil remnans jarang dan sitoplasma dari sel epiteloid biasanya
mengandung dense bodies dan beberapa endoplasmik retikulum dan
mitokondria.27
Gambar 3. Fagosistosis M.lepra (MI) dengan makrofag mitsuda
positif dihancurkan secara komplet, antigenik normal dihasilkan dan
tedapat pada sel permukaan. Bersama dengan MHC klas II, APC
mensekresikan IL-12 dan stimulasi CD4+ limfosit (Th-I), dimana jika
berubah menghasilkan IL-2 dan IFN-. Makrofag baru mengaktivasi dan
berubah menjadi sel epiteloid. Ketika MHC klas I, terlibat,
menstimulasi CD8+ limfosit beraksi dengan makrofag lainnya untuk
menghancurkan organisme dengan cara apoptosis. M=makrofag,
MHC=Major histocompatibility complex, NK=natural killer.(((Makrofag
pada mekanisme imun lepromatous
Lepromatous, tidak mampu meningkatkan respon CMI (cell-mediated
immune) 19 dan makofag mengandung bakteri yang banyak dibandingkan
dengan sel tuberkuloid15,27, kemungkinan karena meningkatnya uptake
bakteri, menurunnya fungsi penghancuran bakteri, atau keduanya.15
Pada spektrum lepromatous, respon imun humoral meningkat dan respon
seluler yang rendah.4,26 Bentuk yang lebih reaktif terdapat
peningkatan fragmentasi basil, sejumlah besar sel limfoid dan
biasanya terdapat sel epiteloid.27
Individu dengan lepromatous relatif rentan terhadap M.leprae,
infeksi biasanya menyebar secara sistemik dan pada lesi terdapat
sitokin T-helper tipe 2 (Th2) yang merupakan ciri khas dari respon
humoral. 9,13,17
Karakteristik dari lepromatous yaitu bentuk granuloma yang
menyedihkan. Produksi mRNA terutama untuk sitokin IL-4, IL-5 dan
IL-10. . 9,18,20 IL-4 terlihat pada downregulate TLR2 di monosit
dan IL-10 akan menekan produksi IL-12. Hal ini berhubungan dengan
CD8 limfosit dalam jumlah yang besar pada lesi lepromatous. 18
Makrofag memungkinkan basil untuk multiplikasi dalam sel.
Seperti yang diketahui, lebih dari 300 M.leprae dalam satu makrofag
dimana membengkak (swells up) sepeti balon. 22 Beberapa penelitian
menunjukkan adanya defek imunologi dimana memberikan replikasi
M.leprae yang banyak dalam dermal makrofag.24 Makrofag yang berisi
basil akan menyebar melalui ingesting dan digesting menjadi vehicle
yang cocok untuk M.leprae sebagai transportasi dalam aliran darah
keseluruh bagian tubuh. M.leprae yang terdeposit dalam makrofag
kemungkinan setelah ruptur, basil akan berkoloni dalam suatu
lokasi, tumbuh dan menyebabkan lesi.22
Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan kumpulan makrofag yang
membesar dengan sitoplasma berbusa (foamy) disebut foam cells atau
sel lepra atau virchow cells. Kumpulan sel tersebut terlihat
disekitar folikel rambut, kelenjar keringat, gland sebaseus,
pembuluh darah dan saraf. 22
Gambar 4. Pasien dengan Mitsuda negatif, hanya terjadi lisis
sebagian (partial lysis) dan phospholipids bakteri persisten.Sel
lepra atau virchowcytes dapat terlihat dan difagositosis oleh
makrofag lainnya; Pada jalur ini, New antigen presenting cells
(NAPCs) dengan modifikasi infomasi antigenik muncul dan stimulasi
imunitas humoral. Mekanisme ini menjelaskan tipe 2 (ENL) dan tipe 3
(Lucio phenomenon) reaksi lepromatous lepra. M=makrofag, MHC=major
histocompatibility complex, IL=interleukin.((((
Gambar 5. Dua imunitas pada lepra. M.leprae (((((
Makrofag pada kerusakan saraf
Keterlibatan saraf pada lepra mempengaruhi sensorik, motorik dan
fungsi autonom di saraf perifer. Kehilangan fungsi sensorik yang
pertama kali terjadi dan lebih sering mempengaruhi tapi kerusakan
motorik yang dominan dapat juga terjadi.18
Pada tuberkuloid, inflamasi granuloma di saraf perifer yang
menyebabkan pembesaran yang jelas dimana ada atau tidaknya nyeri
dan menyebabkan kehilangan fungsi sensorik dan motorik. Pada
lepromatous, destruksi saraf dermal terutama glove and stocking
neuropathy,keterlibatan saraf perifer biasanya terjadi belakangan.
Proliferasi bakteri dalam sel schwann dimana yang menyebabkan
adanya bentuk degenerasi dari sel. 18
Peranan PGL-1 pada sel schwann yang bermielin didemonstrasikan
pada kultur in vitro di dorsal root ganglia dan sel schwann.
M.leprae berikatan dengan sel schwann yang bermyelin dan
non-myelin. Bakteri dan PGL-1 menyebabkan demyelinasasi yang cepat
pada sel schwann yang bermyelin dan secara langsung menginvasi sel
schwann yang non-myelin.3
Basil lepra masuk kedalam saraf melalui perineural dan pembuluh
darah endoneural. Basil melanggar lamina basal endotel dan kedalam
endoneurium, merekapun tinggal dimakrofag tertentu kemudian masuk
ke sel schwann. Kerusakkan saraf dapat terjadi oleh beberapa
mekanisme yaitu: (1) obstruksi pembuluh darah neural; (2)
Vaskulitis pembuluh darah neural; (3) Interferensi dengan
metabolisme sel schwann yang membuatnya tidak dapat mensupport
neuron; (4) Penghancuran imunologik endotelium atau saraf; (5)
Infiltrasi dan proliferasi M.leprae dan relatif tidak meluas ke
endoneural den perineural spaces. M.leprae yang hidup dapat
selektif masuk ke sel schwann karena lebih unik dibandingkan
bakteri. Keunikan M.leprae adalah PGL-1 (phenolic glicolipid),
dimana terlihat banyak pada permukaan sel basil, berikatan secara
selektif dengan 2 G pada laminin 2. Rantai 2 adalah jaringan yang
terbatas dan spesifik tampak pada sel schwann. Ikatan antara
M.leprae dengan laminin 2 sebagai aposisi di lamina basal sel
schwann ketika laminin 2 berikatan di kompleks dystroglycan pada
membran sel schwann. Ikatan M.leprae tersebut yang endocytosed
sehingga M.leprae selektif masuk kedalam sel schwann. Saraf menjadi
target imunologik ketika muncul antigen M.leprae pada permukaannya
sebagai molekul major histocompatibility (MHC) class II. Mekanisme
ini mungkin berperan pada kerusakan saraf yang paling sering tipe I
(reaksi reversal). Pada lepra, ekspresi molekul imunologik tersebut
terjadi dipermukaan sel schwann, membuat mereka jadi potensial
target untuk CD4+ cytotoxic sel T.20
Sel T sebagai instrumen yang mengkontrol pertumbuhan basil
M.leprae pada lesi dengan aksinya sama seperti menghancurkan
makrofag yang terinfeksi M.leprae. Ketika sel schwann telah
dihancurkan akan menyebabkan kerusakan saraf yang mungkin progress
menjadi kehilangan fungsi irreversibel pada jaringan saraf
perifer.4
Daftar Pustaka
1. Sasiain MC, Barrera S, Minnuci F, Valdez R, Bracco MME,
Balina LM. T-cell mediated cytotoxicity against Mycobacterium
antigen pulsed autologous macrophages in leprosy patients.
Infection and Immunity 1992;60:3389-3395.
2. Abulfia J, Vignale RA. Review: Leprosy pathogenesis updated.
International journal of dermatology 1999;38:321-334.
3. Burdick AE, Capo VA, Frankel S. Leprosy.In: Tyring SK, Lupi
O, Hengge UR,eds. Tropical Dermatology.1st ed. Philadelphia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2006.p.255-272.
4. Spierings E, Boer TD, Zulianello L, Ottenhoff T. Special
feature Novel mechanism in the immunopathogenesis of leprosy nerve
damage: the role of schwann cells, T cells and Mycobacterium
leprae. Immunology and cell biology 2000;78.349-355.
5. Adam LB, Scollard DM, Ray NA, Cooper AM, Frank AA, Orme IM,
Krahenbuhl JL. The study of mycobacterium leprae infection in
interferon- gene-disrupted mice as a model to explore the
immunopathologic spectrum of leprosy. The journal of infectious
diseases 2002;185.S1-8.
6. Suzuki K, Takeshita F, Nakata N, Ishii N, Makino M.
Localization of CORO1A in the macrophages containing Mycobacterium
leprae. The Japan society of histochemistry and cytochemistry
2006;39.107-112.
7. The immunology of leprosy.[online].2007 Sept 14 [cited 2007
Sept 14]; Available from: URL:
http://www.bio.davidson.edu/courses/immunology/students/spring2006/Finley/leprosy.htm.
8. Krahenbuhl JL. Role of the macropage in resistance to
leprosy. In: Hastings RC, Opromolla DVA. Leprosy.2nd ed. London:
Churchill livingstone; 1994.p.137-155.
9. Silva MR, Castro MCR. Mycobacterial infections. In: Bolognia
JL, Jorizzo JL, Rapini RP, eds. Dermatology.1st ed. London: Mosby;
2003.p.1145-152.
10. Scollard DM, Adams LB, Gillis TP, Krahenbuhl JL, Truman RW,
Williams DL. The continuing challenges of leprosy. Clinical
microbiology reviews 2006;19.339-357.
11. Rea TH, Modlin RL. Leprosy. In: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, eds. Fitzpatricks
Dermatology in general medicine.6th ed. New York: McGraw
hill;2003.p.1962-71.
12. Browne SG. Mycobacterial diseases:leprosy. In: ,ed.
Dermatology in general medicine.2nd ed. New York:McGraw
hill;1979.p.1492-1505.
13. Krutzik SR, Tan B, Li H, Ochoa MT, Liu PT, Sharfstein SE,
Graeber TG, Sieling PA, Liu YJ, Rea TH, Bloom BR, Modlin RL. TLR
activation triggers the rapid differentiation of monocytes into
macrophages and dendritic cells. Nature medicine
2005;11.653-60.
14. Job CK. Pathology of leprosy. In: Chatterjee,eds.A window on
leprosy.1978.p.175-233.
15. Hasan RS, Dockrell HM, Jamil S, Chiang TJ, Hussain R.
Antigen-coated latex particles as a model system for probing
monocyte responses in leprosy. Infection and immunity
1993;61.3724-395.
16. Hastings RC, Gillis TP, Krahenbuhl JL, Franzblau SG.
Leprosy. Clinical microbiology reviews 1988;1.330-42.
17. Libraty DH, Airan LE, Uyemura K, Jullien D, Spellberg B, Rea
TH, Modlin RL. Interferon- differentially regulates interleukin-12
and interleukin-10 production in leprosy. Journal clinical
investigation 1997;99.336-41.
18. Walker SL, Lockwood DNJ. The clinical and immunological
features of leprosy. British medical bulletin 2006;77.103-21.
19. Birdi TJ, Mistry NF, Mahadevan PR, Antia NH. Alterations in
the membrane of macrophages from leprosy patients. Infection and
immunity 1983;41.121-7.
20. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews diseases of the skin
clinical dermatology.10th ed.Philadephia.
Elsevier;2006.p.343-52.
21. Tuberculoid leprosy.[online].2007 Sept 14 [cited 2007 Sept
14]; Available from: URL:
http://www.webspawner.com/users/Tubercul.htm.
22. Lepromatous (multibacillary) leprosy. .[online].2007 Sept 14
[cited 2007 Sept 14]; Available from:URL:
http://www.webspawner.com/users/Lepromatous.htm.
23. Hagge DA, Ray NA, Krahenbuhl JL, Adams LB. An in vitro model
for the lepromatous leprosy granuloma: fate of mycabacterium leprae
from target macrophages after interaction with normal and activated
effector macrophages. The journal of immunology
2004;172.7771-9.
24. Kaplan G, Weinstein DE, Steinman RM, Levis WR, Elvers U,
Patarroyo ME, Cohn ZA. An analysis of in vitro T cell
responsiveness in lepromatous leprosy. J. exp.med
1985;162.917-29.
25. Adams LB. Use of mycobacterium leprae infected gene knockout
mice as models for the human immunopathological spectrum of
leprosy.[online].2007 Sept 14 [cited 2007 Sept 14]; Available
from:URL: http://www.svm369.vetmed.isu.edu/ LADAMS2.htm.
26. Leprosy.[online].2007 Sept 14 [cited 2007 Sept 14];
Available from:URL:http://www.
27. Kaplan G, Voorhis WCV, Sarno EN, Nogueira N, Cohn ZA. The
cutaneus infiltrates of leprosy. J.exp.med 1983;158.1145-59.
28. Sibley LD, Krahenbuhl JL. Defective activation of granuloma
macrophages from mycobacterium leprae-infected nude mice. Journal
of leukocyte biology;43.60-66.
29. Veereck FAW, Boer TD, Langenberg DML, Hoeve MA, Kramer M,
Vaisberg E, Kastelein R, Kolk A, Malafyt RW, Ottenhoff THM. Human
IL-23 producing type 1 macrophages promote but IL-10 producing type
2 macrophages subvert immunity to (myco)bacteria.
( dikutip dari kepustakaan no.2
(( dikutip dari kepustakaan no.2
((( dikutip dari kepustakaan no.2
(((( dikutip dari kepustakaan no.2
((((( dikutip dari kepustakaan no.2
PAGE 3