Top Banner
1 ARAHAN ZONASI RUANG KAWASAN TAMAN NASIONAL Studi Kasus Taman Nasional Danau Sentarum IMAM INDRATNO, FARADINA Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Bandung (UNISBA), Bandung ABSTRAK Peraturan zonasi termasuk kedalam sistem regulatory, sebagai instrumen dasar pengendalin pemanfaatan ruang. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Arahan peraturan zonasi termasuk kedalam arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan zonasi taman nasional termasuk kedalam indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung nasional. Zonasi taman nasional sangat diperlukan sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang kawasan taman nasional untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan taman nasional beserta kehidupan yang ada di dalamnya dan di sekitar kawasan, serta menghindarkan praktek-praktek yang tidak lazim dilakukan pada sebuah kawasan konservasi. Dalam studi zonasi Taman Nasional Danau Sentarum ini, kajian aspek fisik dan keanekaragaman kawasan menjadi fokus utama dalam penentuan zonasi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Key words: regulatory system, zonasi, taman nasional. PENDAHULUAN Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) kelestariannya semakin terancam karena semakin banyaknya penduduk yang bermukim menetap atau sementara di kawasan TNDS. Pertumbuhan penduduk tersebut akan mengakibatkan tingginya kegiatan penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya. Kegiatan tersebut menimbulkan banyak tekanan terhadap kawasan TNDS di masa sekarang ini, berupa penurunan populasi ikan dan kualitas air, serta peningkatan kebakaran hutan, penebangan kayu untuk tujuan komersial, pembukaan lahan untuk perkebunan karet, pembuatan jalan di daerah tangkapan air, PETI (Pertambangan Illegal), eksploitasi ikan bernilai ekonomi tinggi (Arwana) dan kerusakan lainnya. Dalam perencanan ada dua pendekatan dalam sistem
22

Makalah Zonasi TNDS

Jul 04, 2015

Download

Documents

Fara Dina
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Zonasi TNDS

1

ARAHAN ZONASI RUANG KAWASAN TAMAN NASIONALStudi Kasus Taman Nasional Danau Sentarum

IMAM INDRATNO, FARADINAJurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Bandung (UNISBA), Bandung

ABSTRAK

Peraturan zonasi termasuk kedalam sistem regulatory, sebagai instrumen dasar pengendalin pemanfaatan ruang. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Arahan peraturan zonasi termasuk kedalam arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan zonasi taman nasional termasuk kedalam indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung nasional. Zonasi taman nasional sangat diperlukan sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang kawasan taman nasional untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan taman nasional beserta kehidupan yang ada di dalamnya dan di sekitar kawasan, serta menghindarkan praktek-praktek yang tidak lazim dilakukan pada sebuah kawasan konservasi. Dalam studi zonasi Taman Nasional Danau Sentarum ini, kajian aspek fisik dan keanekaragaman kawasan menjadi fokus utama dalam penentuan zonasi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

Key words: regulatory system, zonasi, taman nasional.

PENDAHULUAN

Kawasan Taman Nasional Danau

Sentarum (TNDS) kelestariannya semakin

terancam karena semakin banyaknya

penduduk yang bermukim menetap atau

sementara di kawasan TNDS.

Pertumbuhan penduduk tersebut akan

mengakibatkan tingginya kegiatan

penduduk untuk memenuhi kebutuhan

sehari-harinya. Kegiatan tersebut

menimbulkan banyak tekanan terhadap

kawasan TNDS di masa sekarang ini,

berupa penurunan populasi ikan dan

kualitas air, serta peningkatan kebakaran

hutan, penebangan kayu untuk tujuan

komersial, pembukaan lahan untuk

perkebunan karet, pembuatan jalan di

daerah tangkapan air, PETI

(Pertambangan Illegal), eksploitasi ikan

bernilai ekonomi tinggi (Arwana) dan

kerusakan lainnya.

Dalam perencanan ada dua

pendekatan dalam sistem pengendalian

pemanfaatan ruang yaitu discretionary

system dan regulatory system.

Discretionary system semata-mata

sebagai dokumen yang mencakup dan

menggambarkan pemilihan petak-petak

tanah dan penggunaannya dan bukan

sebagai instrumen dasar terutama dalam

menjalankan fungsi pengendalian.

Sedangkan regulatory system merupakan

pemanfaatan ruang yang didasarkan pada

kepastian hukum yang berupa peraturan

zoning, dimana dalam dokumen

peraturannya sudah jelas dan rinci

dijabarkan mengenai aturan-aturan

kegiatan yang diperbolehkan dan tidak

diperbolehkan dalam setiap blok

pemanfaatan ruangnya lengkap dengan

persyaratan pembangunannya yang akan

dijadikan instrumen dasar pembangunan

tanpa memikirkan kepentingan-

Page 2: Makalah Zonasi TNDS

2

kepentingan lainnya. (Modul Pelatihan

Zonasi, Dept.PU. 2009)

Berdasarkan dua pendekatan sistem

pengendalian pemanfaatan ruang diatas,

kawasan TNDS yang belum memiliki

rancangan zonasi dan pemanfaatan

kawasan TNDS semakin kearah

pengrusakan yang dilakukan oleh pihak-

pihak berkepentingan, maka perlu adanya

regulatory system kawasan TNDS sebagai

salah satu instrumen pengendalian dan

pedoman dasar dalam pemanfaatan

potensi sumberdaya alam kawasan TNDS

agar pelaksanaan pemanfaatan ruang

dapat terkendali dan dapat dibatasi

pemanfaatan dan pengelolaannya sesuai

dengan fungsi kawasan.

GAMBARAN UMUM

Kawasan TNDS yang berada di

kabupaten Kapuas Hulu ini merupakan

ekosistem lahan basah (gambut) tropis

tertua di dunia. Danau Sentarum adalah

kawasan lahan basah yang unik dan

menyimpan kekayaan hayati yang sangat

berharga untuk penghidupan masyarakat

lokal dan kelangsungan fungsi ekosistem.

Danau Sentarum merupakan daerah

tangkapan air dan sekaligus sebagai

pengatur tata air bagi Daerah Aliran

Sungai Kapuas. Dengan demikian, daerah-

daerah yang terletak di hilir sungai Kapuas

sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air

yang tertampung di danau tersebut.

Kawasan ini menyimpan air sungai Kapuas

di musim hujan dan mencegah banjir yang

lebih parah di hilir, menjadi sumber air

Kapuas di musim kemarau dan

mencegahnya dari kekeringan, menjadi

sumber ikan air tawar terbesar di

Kalimantan Barat, serta menjadi tempat

hidup dan berkembang biak berbagai jenis

hewan dan tumbuhan yang menjadi

kebanggaan bangsa Indonesia. Seluruh

keunikan tersebut ada karena sifat

pasang-surutnya.

Secara administrasi kawasan ini masuk

wilayah kabupaten Dati II Kapuas Hulu,

propinsi Kalimantan Barat, dengan luas

132.000 Ha. Kawasan ini merupakan

dataran rendah yang berisi ratusan pulau-

pulau kecil dan terletak pada 7 kecamatan,

yaitu kecamatan Selimbau, kecamatan

Batang Lupar, kecamatan Badau,

kecamatan Empenang, kecamatan

Embau, kecamatan Bunut Hilir, dan

kecamatan Suhaid.

Kawasan taman nasional ini secara

umum dibedakan menjadi dua wilayah

utama yaitu sistem dataran alluvial, dan

perbukitan (Gambar 1) yang masing-

masing memiliki kekhasan dan nilai

keunikan tersendiri. Bentuk permukaan

lahan datar merupakan yang paling luas

memiliki kemiringan antara 0% - 2%

dengan ketinggian 25 – 50 mdpl.

Sedangkan wilayah perbukitan memiliki

kemiringan > 45% dengan rata-rata

ketinggian antara 100 – 500 mdpl.

Ciri khas TNDS adalah danau

musiman, yang muka airnya sangat

tergantung atas curah hujan, limpahan air

dari sungai Kapuas. Hubungan danau-

danau ini dengan sungai Kapuas

merupakan satu kesatuan fungsi. Jika

muka air Kapuas berkurang, maka air

danau akan mengalir ke sungai Kapuas.

Sebaliknya, pada musim hujan, sebagian

Page 3: Makalah Zonasi TNDS

3

luapan air Kapuas masuk ke kawasan

Danau Sentarum. Mekanisme pasang

surut ini telah berlangsung selama ribuan

tahun yang lalu.

Ekosistem dan tipe habitat utama yang

melingkupi kawasan TNDS dibedakan

menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu ekosistem

perairan darat (danau dan sungai), hutan

gambut/rawa tergenang dan hutan dataran

kering. Tipe vegetasi/hutan di kawasan

TNDS antara lain hutan rampak gelagah

(hutan rawa kerdil), hutan rawa terhalang

(hutan gelagah), hutan rawa tergenang

(hutan rawa putat), hutan rawa tepian

(riparian forest), hutan rawa tempurau

(tempura swamp forest), hutan pepah

(hutan tegakan tinggi), hutan dataran

rendah perbukitan (hill forest), dan Hutan

keranggas (heath forest) menunjukkan tipe

vegetasi yang terdapat di kawasan TNDS

(Gambar 2).

Gambar 1. Wilayah Perbukitan: kiri dan Dataran Alluvial: kanan

Gambar 2. Tipe Vegetasi Hutan Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum

Page 4: Makalah Zonasi TNDS

4

Selain bersifat musiman, kawasan

TNDS sangat kaya akan keanekaragaman

hayati. Dalam badan air yang luasnya

sekitar 40.000 Ha, telah tercatat sebanyak

504 jenis tumbuhan dari 99 famili, selain

itu tercatat 266 jenis ikan air tawar dari 39

famili, 26 jenis reptil, 141 jenis mamalia

dari 22 famili (29 jenis endemik) dan 310

jenis burung (13 jenis endemik). Ikan-ikan

melakukan perjalanan dari sungai Kapuas

ke kawasan Danau Sentarum secara

teratur. Gambar 3 dan gambar 4

merupakan beberapa jenis flora dan fauna

yang hidup di kawasan TNDS.

Gambar 3. Beberapa Jenis Flora di Taman Nasional Danau Sentarum

Gambar 4. Beberapa Jenis Fauna di Taman Nasional Danau Sentarum

Kehidupan sosial masyarakat di

dalam kawasan TNDS ditandai oleh

keberadaan beberapa lokasi permukiman

atau perkampungan, baik yang bersifat

menetap maupun musiman. Masyarakat

yang terus berkembang ini sebenarnya

berasal dari dua kelompok budaya (etnis)

yang berbeda, yakni kelompok dari etnis

Melayu yang merupakan penduduk

mayoritas yang umumnya tinggal di

daerah-daerah sekitar kawasan danau dan

hidup sebagai nelayan (usaha perikanan)

serta kelompok masyarakat dari suku

Dayak Iban yang biasanya dijumpai pada

daerah-daerah yang lebih tinggi

(perbukitan) dan hidup sebagai

petani/peladang yang dalam

kesehariannya masih menggunakan cara-

cara tradisional yang sangat bergantung

pada sumberdaya hutan sepenuhnya.

Kondisi perekonomian masyarakat di

kawasan TNDS tercermin dari besarnya

pendapatan utama penduduk setempat

yang diperoleh dari pemanenan berbagai

sumberdaya alam yang terkandung dalam

kawasan. Tidak kurang dari 85%

Page 5: Makalah Zonasi TNDS

5

diantaranya berasal dari sumberdaya

perairan (produksi ikan) dan hanya

sebagian kecil bersumber dari hasil-hasil

non perikanan, seperti beternak sapi,

berladang, beternak lebah madu,

produksi/mencari kayu, buah-buahan,

sarang burung, karet rotan dan hasil

buruan satwa liar terutama penyu dan

kura-kura yang umum diperjualbelikan.

Gambar 5. Perkampungan di Beberapa Desa di Taman Nasional Danau Sentarum

Gambar 6. Madu Merupakan Produksi Terbaik TNDS (kiri); Nelayan Merupakan Profesi Sebagian Besar Masyarakat TNDS (kanan)

PEDOMAN ZONASI

TAMAN NASIONAL

Penentuan zonasi TNDS mengacu

pada Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P. 56 /Menhut-II/2006 tentang

Pedoman Zonasi Taman Nasional.

Menurut Permen Kehutanan tersebut,

dalam kawasan taman nasional terdiri dari

tiga zona utama yaitu zona inti, zona rimba

dan zona pemanfaatan.

a) Zona inti

Zona inti adalah bagian taman

nasional yang mempunyai kondisi

alam baik biota ataupun fisiknya

masih asli dan tidak atau belum

diganggu oleh manusia yang mutlak

dilindungi, berfungsi untuk

perlindungan keterwakilan

keanekaragaman hayati yang asli dan

khas. Kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan dalam zona inti meliputi:

1. Perlindungan dan pengamanan

2. Inventarisasi dan monitoring

sumberdaya alam hayati dengan

ekosistemnya

Page 6: Makalah Zonasi TNDS

6

3. Penelitian dan pengembangan,

ilmu pengetahuan, pendidikan,

dan atau penunjang budidaya

4. Dapat dibangun sarana dan

prasarana tidak permamen dan

terbatas untuk kegiatan penelitian

dan pengelolaan

b) Zona rimba; zona perlindungan bahari

untuk wilayah perairan

Zona rimba, untuk wilayah perairan

laut disebut zona perlindungan bahari

adalah bagian taman nasional yang

karena letak, kondisi dan potensinya

mampu mendukung kepentingan

pelestarian pada zona inti dan zona

pemanfaatan. Kegiatan-kegiatan yang

dapat dilakukan dalam zona rimba

meliputi:

1. Perlindungan dan pengamanan

2. lnventarisasi dan monitoring

sumberdaya alam, hayati dengan

ekosistemnya

3. Pengembangan penelitian,

pendidikan, wisata alam terbatas,

pemanfaatan jasa lingkungan dan

kegiatan penunjang budidaya

4. Pembinaan habitat dan populasi

dalam rangka meningkatkan

keberadaan populasi hidupan liar

5. Pembangunan sarana dan

prasarana sepanjang untuk

kepentingan penelitian,

pendidikan, dan wisata alam

terbatas

c) Zona pemanfaatan

Zona pemanfaatan adalah bagian

taman nasional yang letak, kondisi

dan potensi alamnya, yang terutama

dinamfaatkan untuk kepentingan

pariwisata alam dan kondisi/jasa

lingkungan lainnya. Kegiatan-kegiatan

yang dapat dilakukan dalam zona

pemanfaatan meliputi:

1. Perlindungan dan pengamanan

2. Inventarisasi dan monitoring

sumberdaya alam hayati dengan

ekosistemnya

3. Penelitian dan pengembangan

pendidikan, dan penunjang

budidaya

4. Pengembangan potensi dan daya

tarik wisata alam

5. Pembinaan habitat dan populasi

6. Pengusahaan pariwisata alam dan

pemanfatan kondisi/jasa

lingkungan

7. Pembangunan sarana dan

prasarana pengelolaan, penelitian,

pendidikan, wisata alam dan

pemanfatan kondisi/jasa

Iingkungan

ANALISIS

Penentuan zona-zona utama dalam

zonasi TNDS dilakukan dengan analisis

fisik dan keanekaragaman kawasan.

Analisis-analisis yang dilakukan antara

lain:

a) Analisis Indeks Konservasi

Indeks konservasi ini digunakan

sebagai instrumen baru untuk

pengendalian dan pemanfaatan ruang

terkait keseimbangan air. Analisis

indeks konservasi dilakukan untuk

mengetahui kondisi hidrologis suatu

wilayah, termasuk kawasan taman

nasional. Indeks konservasi dapat

dihitung berdasarkan variabel curah

Page 7: Makalah Zonasi TNDS

Geologi jenis batuan

Kemiringan lereng

Curah hujan Penggunaan lahan

Indeks konservasi aktual (Ikc)

Indeks konservasi alami

(Ika)

Kondisi hidrolog

i

7

hujan, kemiringan, geologi jenis

batuan, jenis tanah dan jenis

penggunaan lahan pada suatu

kawasan yang menjadi wilayah studi.

Pembobotan berbagai variabel

kemiringan lereng, jenis geologi,

curah hujan dan penggunaan lahan

yang digunakan untuk menentukan

indeks konservasi aktual (Ikc) dan

indeks konservasi alami (Ika) telah

ada acuannya dari literatur terkait

indeks konservasi. Pembobotan ini

diperoleh dari studi literatur Van Te

Chow (1964) yang telah diolah oleh

Apriyanto (2001) pada thesisnya di

kawasan konservasi DAS Ciliwung di

Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur).

Penggunaan indeks konservasi

dibedakan Ika dan Ikc. Variabel

indeks konservasi untuk aspek alami

terdiri atas variabel kemiringan, jenis

tanah, jenis geologi, intensitas curah

hujan merupakan variabel untuk

aspek alami sedangkan variabel

aspek aktual sama dengan variabel

aspek alami ditambah dengan

variabel penggunaan lahan. Gambar

7 menjelaskan proses perhitungan

indeks konservasi secara umum.

Gambar 7. Bagan Alir Analisis Kondisi Hidrologis Melalui Indeks Konservasi

Perbedaan Ika dan Ikc menunjukkan

kondisi hidrologis. seperti berikut ini :

a. Baik, apabila kelas indeks konservasi

aktual(Ikc)>indeks konservasi

alami(Ika).

b. Normal, apabila kelas Ikc = Ika.

c. Mulai kritis, apabila Ikc menurun satu

kelas dari Ika.

d. Agak kritis, apabila Ikc menurun dua

kelas dari Ika.

e. Kritis, apabila Ikc menurun tiga kelas

dari Ika.

f. Sangat kritis, apabila Ikc menurun

empat kelas dari Ika.

Untuk memperoleh nilai Ika dan Ikc,

masing-masing bobot variabel yang

termasuk dalam Ika atau Ikc selanjutnya

dijumlahkan. Jumlah bobot seluruh

variabel selanjutnya dibagi jumlah variabel

Page 8: Makalah Zonasi TNDS

8

yang memepengaruhi dengan rumus

seperti dibawah ini:

Dimana:Ika/Ikc : indeks konservasi alami/indeks konservasi aktualV : variabeln : jumlah variabel

Kawasan Taman Nasional Danau

Sentarum memiliki 2 kemiringan yang

berbeda yaitu kemiringan <2% dan >45%,

oleh karena itu perhitungan indeks

konservasi dilakukan berbeda pada tiap

kemiringan. Perhitungan indeks konservasi

di kawasan TNDS didapat rasio antara Ikc

dan Ika, pada kemiringan lereng <2%,

diperoleh nilai Ikc = Ika (0,95 = 0,95),

sedangkan pada kemiringan lereng >45 %,

diperoleh nilai Ikc > Ika (0,65 > 0,55).

Sehingga sesuai kriteria di atas, nilai

indeks pada lereng <2% ini termasuk

dalam kategori normal dan nilai indeks

pada lereng >45% dalam ketegori baik

/sesuai. Nilai ini menunjukkan kualitas

kesesuaian lahan kawasan konservasi dan

artinya masih lebih dari setengah air yang

meresap ke dalam tanah, untuk itu nilai

indeks penting dipertahankan agar tidak

terjadi degradasi lingkungan yang

mengakibatkan nilai indeks konservasi

menjadi rendah.

b) Analisis Indeks Keanekaragaman

Hayati

Analisis indeks keanekaragaman hayati

dilakukan untuk mengetahui keragaman

spesies, jumlah spesies, jumlah individu

tiap spesies tumbuhan pada satu kawasan

konservasi taman nasional yang kaya akan

keanekaragaman. Indeks

keanekaragaman hayati ditentukan

dengan persamaan Shannon-Wienner

sering digunakan karena memiliki

sensitivitas yang moderat terhadap ukuran

sampel dan proses perhitungan yang tidak

terlalu rumit. Nilai dari indeks

keanekaragaman berkisar antara 1-3,5.

Indeks keanekaragaman dapat dijadikan

instrumen untuk pengendalian dan

pemanfaatan ruang suatu wilayah yang

terkait dengan konservasi (Stiling, 1992).

Selanjutnya data diproses dengan

perhitungan sederhana menggunakan

Indeks keanekaragaman Shannon-

Wienner dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

H’ : indeks keanekaragaman hayatipi : kelimpahan relative spesies dengan

rumus ni , ni : jumlah individu setiap spesies;NN : total jumlah individus = jumlah spesiesDimana H’ = nilai index Shannon-Wiener dan pi = proporsi dari tiap spesies i. Jadi, H’ adalah jumlah dari seluruh pi ln pi untuk semua spesies dalam komunitas.

Dalam perhitungan indeks

keaneragaman hayati ini, harus dilakukan

pengamatan dan pengukuran langsung di

wilayah studi dengan melihat spesies di

beberapa titik yang mewakili keseluruhan

kawasan. Gambar 8 menjelaskan proses

perhitungan indeks keanekaragaman

hayati secara umum.

Ika/Ikc = V1 + V2 + V3 + …. + Vn n

sH’ = ∑ pi ln pi

i =1

Tentukan zonasi ekosistem/vegetasinya

peta citra kawasan

Tentukan titik sample perhitungan indeks

(zona perhitungan indeks)

Tanaman herba Tanaman perdu Tanaman pohon

Kelimpahan relative spesies

Indeks Keanekaragaman

tumbuhan

Page 9: Makalah Zonasi TNDS

9

Gambar 8. Bagan Alir Analisis Indeks Keanekaragaman Hayati

Nilai keanekaragaman menunjukkan

tingkat keanekaragaman hayati dalam

suatu kawasan. Nilai indeks

keanekaragaman ditentukan oleh jumlah

spesies, jumlah individu setiap spesies dan

jumlah total individu. Sehingga tingginya

nilai indeks keanekaragaman

menunjukkan bahwa pada wilayah kajian

yang terwakili terdapat banyak spesies

atau tingginya individu tiap spesies.

Banyaknya spesies dalam wilayah kajian

menunjukkan persediaan plasma nutfah

yang tinggi bagi kelestarian alam,

sementara tingginya jumlah individu tiap

spesies menunjukkan kelimpahan dan

persebaran spesies tersebut yang relatif

tinggi.

Berdasarkan hasil pengambilan sampel

pada blok-blok pengamatan di kawasan

TNDS, dapat diketahui indeks

keanekaragaman hayati tiap tipe

vegetasinya. Dari hasil perhitungan,

diketahui bahwa indeks keanekaragaman

kawasan TNDS, pada vegetasi hutan

tegakan tinggi bernilai 2,055; vegetasi

hutan dataran rendah perbukitan bernilai

2,039; vegetasi hutan keranggas bernilai

1,949; vegetasi hutan rawa kerdil bernilai

1,984; vegetasi hutan rawa tepian bernilai

1,765; vegetasi hutan rawa kerdil zona 1

bernilai 1,668; dan vegetasi hutan rawa

tempurau bernilai 0,792. Dari hasil

perhitungan tersebut diketahui bahwa

indeks keanekaragaman terendah terjadi

pada vegetasi hutan rawa tempurau yang

bernilai nol. Indeks keanekaragaman

tertinggi/sangat tinggi dicapai pada

vegetasi hutan tegakan tinggi dan vegetasi

hutan dataran rendah perbukitan dengan

nilai indeks diatas dua. Vegetasi-vegetasi

diantara itu memiliki nilai indeks

keanekaragaman sedang sampai tinggi.

Dengan indeks keanekaragaman yang

sangat tinggi, kondisi vegetasi hutan

tegakan tinggi dan hutan dataran rendah

perbukitan penting untuk tetap dilestarikan,

Begitu juga dengan vegetasi hutan rawa

kerdil, hutan rawa terhalang, hutan

Page 10: Makalah Zonasi TNDS

10

keranggas dan hutan rawa tepian dengan

indeks keanekaragaman sedang sampai

tinggi perlu tetap di pertahankan dan

dijaga kelestariannya. Sedangkan vegetasi

hutan rawa tempurau dengan nilai indeks

keanekaragaman yang rendah, perlu

adanya perhatian khusus terhadap

vegetasi ini, agar spesies tumbuhan yang

ada di dalamnya tidak semakin berkurang

akibat kebutuhan manusia sehingga dapat

tetap menjaga keseimbang alam kawasan

TNDS.

c) Analisis Fisik dengan Modelling

GIS

Dalam studi penentuan zona-zona

taman nasional, salah satu analisis yang

digunakan adalah analisis fisik dengan

modeling GIS (Global Positioning System)

dengan menggunakan software Arc View

untuk memproses data tabular dan peta-

peta untuk menentukan tiap zona yang

telah di atur dalam Permen Kehutanan

mengenai pedoman zonasi taman

nasional. Pada dasarnya ketiga analisis

yang dilakukan dalam studi ini, mempunyai

cara kerja analisis yang sama, yaitu

berupa analisis overlay (tumpang tindih)

peta-peta yang dibutuhkan sehingga cara

kerjanya di dalam ArcView sama.

c.1 Analisis kesenjagan (Gap Analysis)

Gap analisis merupakan analisis GIS

untuk mengidentifikasi celah kawasan (tipe

vegetasi dan spesies yang tidak terwakili

dalam jaringan kawasan). Hasil gap

analisis akan memberikan informasi

gambaran mengenai wilayah yang

membutuhkan perlindungan lebih yang

mempunyai keteraitan untuk

keberlangsungan ekosistem di dalam

kawasan taman nasional

Tipe vegetasi TNDS yang menjadi

wilayah studi terdiri dari 7 tipe hutan,

dengan sebaran spesies yang terancam

tersebar di sebagian tipe vegetasi

kawasan dimana lingkup sebarannya

cukup luas dalam kawasan Taman

Nasional Danau Sentarum. Bagian

kawasan yang dilindungi ini, dilindungi oleh

masyarakat asli kawasan karena wilayah

ini mempunyai arti penting yaitu

merupakan tempat bermukimannya

penduduk asli kawasan yang didalamnya

masih sangat kental kebudayaan

masyarakatnya beserta rumah-rumah adat

yang mereka bangun sejak pertama kali

adanya kehidupan di dalam kawasan ini.

Selain itu di wilayah ini pula terdapat ikan

arwana asli kawasan Taman Nasional

Danau Sentarum yang dikenal sangat

mahal di pasaran, untuk itu wilayah ini

dilindungi secara lebih oleh masyarakat

dibanding wilayah lainnya dalam kawasan

danau sentarum ini.

Ukuran kepunahan suatu spesies yang

hidup di kawasan TNDS, dilihat dari IUCN

Red List dan apendiks CITES.

Berdasarkan IUCN Red List dan apendiks

CITES, ada 3 (tiga) spesies yang termasuk

kategori EN (Endengered) dari IUCN dan

apendiks II dari CITES, spesies terancam

punah ini adalah jenis reptil yaitu Monouria

emys (baning), Geoemyda spinosa (kura-

kura umung), dan Pyxidea mouhotil

(Keeled Box Turtle).

Page 11: Makalah Zonasi TNDS

11

Gambar 9. Wilayah Perlindungan Baru yang diusulkan di TNDS

Hasil yang di dapat adalah spesies

terancam punah (endangered spesies)

yang terdapat di kawasan Taman Nasional

Danau Sentarum tersebar di sebagian

besar tipe vegetasi yang ada di taman

nasional ini, antara lain pada tipe vegetasi

hutan dataran rendah perbukitan, hutan

tegakan tinggi, hutan rawa kerdil (rampak

gelgah) dan hutan rawa terhalang.

c.2 Pemetaan Kesesuaian Habitat Satwaliar (Wildlife Habitat Suitabily Mapping)

Analisis GIS pemetaan kesesuaian

habitat satwaliar dilakukan untuk

mengidentifikasi kawasan-kawasan yang

sesuai sebagai habitat satwa liar. Analisis

ini dilakukan dengan terlebih dahulu

mengidentifikasi habitat yang sesuai

dengan satwaliar kunci. Hasil analisis ini

sangat berpengengaruh untuk menentukan

zona inti kawasan taman nasional.

Beragamnya hutan dengan berbagai

jenis pohon menyebabkan hutan di TNDS

menjadi habitat berbagai jenis satwaliar

kunci TNDS, seperti orangutan, siamang,

bekantan, kera ekor panjang, beruang

madu dan yang dirasakan bermanfaat

langsung bagi masyarakat, hutan ini

menjadi habitat lebah liar yang mampu

menghasilkan madu terbaik di Kalbar.

Hutan dataran rendah dan hutan

perbukitan menjadi habitat satwa liar

Orangutan (Pongo Pygmaeus), Beruang

Madu (Helarctos Malayanus) dan Lebah

Liar (Apis Dorsata). Satwa liar Bekantan

(Nasalis Larvatus) tersebar di hutan rawa.

Sedangkan satwa liar Siamang (Hylobates

Muelleri) dan Kera Ekor Panjang (Macaca

Fascicularis) sifatnya berpindah-pindah

pada semua tipe hutan yang kaya akan

sumber makanan, mulai dari buah-buahan,

daun-daunan, dan bunga-bungaan.

Untuk melengkapi analisis ini, dilakukan

pemrosesan data tipe hutan, topografi,

jarak dari pusat kegiatan manusia

(kota/desa) dan sumber air. Sumber air

untuk kawasan TNDS berasal langsung

dari sungai Kapuas yang alirannya

bercabang ke sungai-sungai kecil di

kawasan TNDS. Populasi manusia di

Page 12: Makalah Zonasi TNDS

12

dalam kawasan TNDS ini terbilang cukup

banyak dan tersebar di hampir seluruh

kawasan terutama di tepi-tepi sungai.

Dari pemrosesan data, wilayah yang

paling sesuai untuk habitat satwaliar

berada di bagian barat TNDS disekitar

wilayah perbukitan menyukung dan

sekitarnya. Wilayah tersebut menjadi

paling sesuai untuk habitat satwaliar

karena mencakup keseluruhan tipe hutan

yang terdapat di TNDS yang menjadi

habitat satwaliar kunci yang hidup di

dalamnya. dan jauh dari jangkauan

kegiatan sehari-hari penduduk. Habitat

yang paling sesuai untuk satwaliar kunci

taman nasional danau sentarum dapat

dilihat pada peta kesesuaian habitat

satwaliar.

Gambar 10. Area yang Paling Sesuai untuk Habitat Satwaliar TNDS

c.3 Analisis Deteksi Perubahan (Land Use/Cover Change Detection)

Analisis deteksi perubahan merupakan

analisis GIS dengan melihat dua atau lebih

landuse kawasan TNDS dalam dua atau

lebih periode waktu. Analisis deteksi

perubahan lahan kawasan TNDS melihat

penggunaan lahan tahun 2006 dan tahun

2008.

Dari hasil overlay 2 (dua) penggunaan

lahan tersebut, kawasan TNDS mengalami

perubahan dan pergeseran penggunaan

lahan yang terjadi akibat adanya

perubahan fluktuasi air dan musim serta

akibat pengaruh kegiatan manusia.

Perubahan-perubahan tersebut terjadi

akibat adanya kekeringan pada tahun

2006 di kawasan TNDS sehingga ada

sebagian wilayah dalam kawasan menjadi

lahan terbuka dan hutan lahan kering.

Kondisi lahan pada tahun 2008 mengalami

perubahan kembali karena pada tahun ini

kondisi musim di TNDS adalah basah

(tergenang) sehingga lahan-lahan yang

tadinya mengalami kekeringan kembali

terendam air. Dan terdapatnya lahan

pertanian pada tahun 2008 diakibatkan

adanya kegiatan manusia, pada musim-

musim basah seperti tahun 2008 ini

Page 13: Makalah Zonasi TNDS

13

penduduk memulai aktivitasnya untuk

mencari makan dan pekerjaan yang dapat

menghasilkan. Kejadian ini terus berulang

sampai pergantian musim berikutnya.

Lebih jelasnya perubahan lahan dari tahun

2006 ke tahun 2008 dapat dilihat pada

peta perubahan lahan.

ZONASI TAMAN NASIONAL DANAU

SENTARUM

Berdasarkan hasil superimpose semua

analisis diperoleh zona-zona utama

kawasan TNDS yaitu zona inti, zona

rimba, dan zona pemanfaatan.

ZONASI TNDS(zona inti, rimba, pemanfaatan)

Nilai Indeks konservasi + peta hasil indeks keanekaragaman hayati + peta wilayah perlindungan baru + peta kesesuaian habitat satwaliar + data perubahan lahan

Page 14: Makalah Zonasi TNDS

Tabel Deskripsi Masing-Masing Zona

Zona Inti Zona Rimba Zona Pemanfaatan

Lokasi :zona inti taman nasional danau sentarum berada pada wilayah perbukitan menyukung dan daerah sekitarnya

Luas :42,92 km2 = 4.292 Ha

Potensi SDA :- area keanekaagaman hayati tinggi- variasi tipe vegetasi- keanekaragaman spesies- tingkat kegiatan manusis rendah

Lokasi :zona rimba taman nasional danau sentarum berada pada wilayah wilayah daratan vegatasi rawa yang hampir seluruh wilayahnya tergenang air

Luas :216,89 km2 = 21.689 Ha

Potensi SDA :- keanekaragaman spesies- budaya asli penduduk TNDS- keanekaragaman spesies asli (endemik) TNDS

Lokasi :zona rimba taman nasional danau sentarum berada pada wilayah daratan vegatasi rawa yang seluruh wilayahnya tergenang air

Luas :197,16 km2 = 19.716 Ha

Potensi SDA :- keanekaragaman spesies- hamparan daratan lahan basah yang luas- danau-danau besar yang terhubung dengan sungai- budaya penduduk yang umum

Page 15: Makalah Zonasi TNDS

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, H. 2001. Indeks Konservasi sebagai Instrumen Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang Kawasan Konservasi DAS Ciliwung di Bopunjur. Thesis. Teknik Lingkungan, ITB.

Balai Taman Nasional Danau Sentarum. 2009. Data Statistik Tahun 2008. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Sintang.

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Modul Zoning Regulation. Bandung.

Eddy Prahasta. 2005. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar. Edisi Revisi. Informatika. Bandung.

M Indrawan, Dkk. 2008. Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Yayasan Obor. Jakarta.

Pdf_Powered. 2009. Modelling GIS.http://lem.fkt.ugm.ac.id//Modelling GIS.htm

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan No. P56/Menhut-II/2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Menteri Kehutanan. Jakarta.

Stilling 1992, diacu dalam Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Penataan Ruang Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Pantai Panjang Provinsi Bengkulu. Studi Kepustakaan. Bengkulu.

Tim Penyusun Balai Taman Nasional Danau Sentarum. 2008. Buku Basis Data Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Danau Sentarum. Balai Taman Nasional Danau sentarum. Sintang.

Tim Penyusun Balai Taman Nasional Danau Sentarum. 2009. Buku Informasi Taman Nasional Danau Sentarum. Balai Taman Nasional Danau Sentaru. Sintang.