Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan. Trauma toraks merupakan penyebab utama kematian. Banyak penderita trauma toraks datang dengan keadaan kritis, lalu meninggal setelah sampai di rumah sakit. Untuk itu diperlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat. Kurang dari 10% dari cedera tumpul toraks dan 15-30% dari cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan prosedur resusitasi, peralatan yang lengkap, dan perawatan rawat inap yang tepat. Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi 1
38

Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

Jun 27, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang

disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang

rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal

baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan

gangguan system pernafasan.

Trauma toraks merupakan penyebab utama kematian.

Banyak penderita trauma toraks datang dengan keadaan kritis, lalu

meninggal setelah sampai di rumah sakit. Untuk itu diperlukan

diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat.

Kurang dari 10% dari cedera tumpul toraks dan 15-30% dari

cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.

Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan prosedur

resusitasi, peralatan yang lengkap, dan perawatan rawat inap yang

tepat.

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3

kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000

kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh

trauma toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma

toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu

populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks

sebesar 20-25% . Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul

toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar

hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban

dari ancaman kematian. Canadian Study dalam laporan

penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit"

1

Page 2: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3%

dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7%

adalah trauma tajam.

Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih didominasi

oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas

pada setiap trauma yang disertai dengan trauma toraks lebih tinggi

(15.7%) dari pada yang tidak disertai trauma toraks (12.8%)

Pengelolaan trauma toraks, apapun jenis dan penyebabnya

tetap harus menganut kaidah klasik dari pengelolaan trauma pada

umumnya yakni pengelolaan jalan nafas, pemberian ventilasi dan

kontrol hemodinamik . Oleh karena itu kami akan mencoba

membahas mengenai trauma dada dan pneumotoraks.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Diperoleh pengetahuan mengenai trauma dada dan

pneumotoraks

b. Diperoleh gambaran pelaksanaan keperawatan dengan

trauma dada dan pneumotoraks

2. Tujuan Khusus

a. Mendapat gambaran dalam melakukan pengkajian pada

pasien dengan trauma dada dan pneumotoraks

2

Page 3: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

b. Mendapatkan gambaran dalam menentukan masalah

keperawatan pada pasien dengan trauma dada dan

pneumotoraks

c. Mendapat gambaran dalam merencanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan trauma dada dan

pneumotoraks

d. Mendapat gambaran dalam melaksanakan evaluasi pada

pasien dengan trauma dada dan pneumotoraks

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini kami membahas tentang trauma

dada dan pneumotoraks

D. Metode Penulisan

Pada penulisan makalah ini kami menggunakan metode studi

kepustakaan yaitu dengan membaca, mnelaah, mempelajari,

memahami buku-buku, diklat, dan sumber lain untuk

mendapatkan hasil dasar ilmiah yang berhubungan dengan isi

makalah ini.

E. Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan makalah ilmiah ini dijelaskan secara

sistematis yang dibagi dalam 4 bab, yaitu:

BAB I :PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang

lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit

(pengertian), patofisiologi (etiologi, proses penyakit,

3

Page 4: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

manifestasi klinis, komplikasi), penatalaksanaan medis,

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

BABIII :TINJAUAN KASUS

Tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, pelaksanaan

keperawatan,evaluasi keperawatan.

BAB IV :PEMBAHASAN

Pembahasan yang berisi tentang kesenjangan antara

teori dan kasus di seluruh tahapan pada proses

keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV :PENUTUP

Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Trauma thorak atau trauma dada adalah semua ruda paksa

pada thorak dan dinding thorak, baik trauma atau ruda paksa tajam

atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994). Pada trauma toraks bisa

terjadi hematothorak atau pneumothorak.

Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura,

sehingga paru terdesak dan terjadinya perdarahan.

Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura,

sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.

anatomi fisiologi

Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan,

dibatasi oleh :

- Depan : Sternum dan tulang iga.

- Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).

- Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.

- Bawah : Diafragma

- Atas : Dasar leher.

Isi :

* Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-

paru beserta pembungkus pleuranya.

* Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-

paru. Isinya meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah

besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena

kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar

kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).

5

Page 6: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

B. Patofisiologi

Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10

pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan

dan 2 pasang iga yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat

paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga

dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru

dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma

dada disebabkan karena:

Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan

masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura,

tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan

kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik

venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup

dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga

dan tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya

perdarahan pada rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-

paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru mengakibatkan tekanan

pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang

dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat

terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan

akan terjadi syok.

1. Etiologi

Trauma dada dapat disebabkan oleh :

a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada,

penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan,

penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa

pelonggaran balutan.

6

Page 7: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan

tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi

sebagai sequele dari PPOM.

Tusukan paru dengan prosedur invasif.

c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan

kendaraan atau tertimpa benda berat.

d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau

luka tembak)

e. Fraktur tulang iga

f. Tindakan medis (operasi)

g. Pukulan daerah torak.

7

Page 8: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

2. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma

dada;

a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.

b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.

c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.

d. Dyspnea, takipnea

e. Takikardi

f. Tekanan darah menurun.

g. Gelisah dan agitasi

h. Kemungkinan cyanosis.

i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.

j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

3. Komplikasi

a. Surgical Emfisema Subcutis

Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang

tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari

jaringan dinding dada, paru.

Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.

b. Cedera Vaskuler

Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat

kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk

mengembang dan menampung darah vena yang kembali.

Pembuluh vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat

serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan

pada jantung.

c. Pneumothorak

8

Page 9: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam

tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan

mendorong mediastinim menekan paru sisi lain.

d. Pleura Effusion

Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan

efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat

tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka

pasien akan syok.

Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam

rongga pleura maka terjadi tanda – tanda :

1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu

istirahatpun bisa terjadi dypsnea.

2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.

3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.

4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).

e. Plail Chest

Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan

bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk

sedangkan saat ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya

paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)

f. Hemopneumothorak

Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

C. Penatalaksanaan

1. Bullow Drainage / WSD

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

9

Page 10: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

a. Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau

kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi

atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.

b. Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga

pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga

“mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang

seharusnya.

c. Preventive :

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga

pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.

2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :

a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti

verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa

yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh

dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk

rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.

c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

- Penetapan slang.

Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang

10

Page 11: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,

sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat

dikurangi.

- Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang

bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang,

melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil

mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan

atas yang cedera.

d. Mendorong berkembangnya paru-paru.

- Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru

mengembang.

- Latihan napas dalam.

- Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk,

jangan batuk waktu slang diklem.

- Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 –

800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam,

harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan

bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan

keadaan pernapasan.

f. Suction harus berjalan efektif :

Perhatikan setiap 15 – 20 menit selama 1 – 2 jam setelah

operasi dan setiap 1 – 2 jam selama 24 jam setelah operasi.

- Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan

11

Page 12: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi,

tekanan darah.

- Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai

petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien

dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi

miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya

misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok

atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena

perlekatanan di dinding paru-paru.

g. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.

1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari ,

diukur berapa cairan yang keluar kalau ada

dicatat.

2) Setiap hendak mengganti botol dicatat

pertambahan cairan dan adanya gelembung

udara yang keluar dari bullow drainage.

3) Penggantian botol harus “tertutup” untuk

mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang

pada dua tempat dengan kocher.

4) Setiap penggantian botol/slang harus

memperhatikan sterilitas botol dan slang harus

tetap steril.

12

Page 13: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

5) Penggantian harus juga memperhatikan

keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai

sarung tangan.

6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip

dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol

terjatuh karena kesalahan dll.

h. Dinyatakan berhasil, bila :

a) Paru sudah mengembang penuh pada

pemeriksaan fisik dan radiologi.

b) Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow

drainage.

c) Tidak ada pus dari selang WSD

3. Pemeriksaan penunjang

a. X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

b. Diagnosis fisik :

a) Bila pneumotoraks <> 30% atau hematothorax

sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan

WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase

dengan continues suction unit.

b) Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih

dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi

13

Page 14: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

c) Pada hematotoraks yang massif (terdapat

perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera

thorakotomi.

4. Terapi :

a. Antibiotika.

b. Analgetika.

c. Expectorant.

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Point yang penting dalam riwayat keperawatan :

1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.

2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.

3. Pengobatan terakhir.

4. Pengalaman pembedahan.

5. Riwayat penyakit dahulu.

6. Riwayat penyakit sekarang.

7. Dan Keluhan.

Pemeriksaan Fisik :

1. Sistem Pernapasan :

Sesak napas

Nyeri, batuk-batuk.

Terdapat retraksi klavikula/dada.

Pengambangan paru tidak simetris.

Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

Adanya suara sonor/hipersonor/timpani.

14

Page 15: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

Bising napas yang berkurang/menghilang.

Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

2. Sistem Kardiovaskuler :

Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.

Takhikardia, lemah

Pucat, Hb turun /normal.

Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan :

Tidak ada kelainan.

4. Sistem Perkemihan.

Tidak ada kelainan.

5. Sistem Pencernaan :

Tidak ada kelainan.

6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

Kemampuan sendi terbatas.

Ada luka bekas tusukan benda tajam.

Terdapat kelemahan.

Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub

kutan.

7. Sistem Endokrine :

Terjadi peningkatan metabolisme.

Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.

Tidak ada hambatan.

9. Spiritual :

Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

15

Page 16: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

10. . Pemeriksaan Diagnostik :

Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada

area pleural.

Pa Co2 kadang-kadang menurun.

Pa O2 normal / menurun.

Saturasi O2 menurun (biasanya).

Hb mungkin menurun (kehilangan darah).

Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

E. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak

maksimal karena akumulasi udara/cairan.

2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret

dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan

reflek spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan

ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

6. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang

bullow drainage.

7. Resiko terhadap infeksi b/d tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma.

E. Perencanaan Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekspansi paru

yang tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektive.

16

Page 17: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

Kriteria hasil : Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang

efektive.

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada

paru.

Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi : a. Berikan posisi yang nyaman,

biasanya

dnegan peninggian kepala tempat

tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong

klien untuk duduk sebanyak mungkin.

b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat

frekuensi pernapasan, dispnea atau

perubahan tanda-tanda vital.

c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan t

ersebut dilakukan untuk menjamin

keamanan.

d. Jelaskan pada klien tentang

etiologi/faktor pencetus adanya sesak

atau kolaps paru-paru.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu

pasien untuk kontrol diri dnegan

menggunakan pernapasan lebih

lambat dan dalam.

f. Perhatikan alat bullow drainase

berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :

1) Periksa pengontrol penghisap untuk

jumlah hisapan yang benar.

17

Page 18: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

2) Periksa batas cairan pada botol

penghisap, pertahankan pada batas

yang ditentukan.

3) Observasi gelembung udara botol

penempung.

4) Posisikan sistem drainage slang untuk

fungsi optimal, yakinkan slang tidak

terlipat, atau menggantung di bawah

saluran masuknya ke tempat

drainage. Alirkan akumulasi dranase

bela perlu.

5) Catat karakter/jumlah drainage selang

dada.

g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

1) Dengan dokter, radiologi dan

fisioterapi.

Pemberian antibiotika.

Pemberian analgetika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.

18

Page 19: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi

sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan

keletihan.

Tujuan: Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil : Menunjukkan batuk yang efektif.

Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal.

pernapasan.

Klien nyaman.

Intervensi : a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang

efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret

di sal. pernapasan.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat

pengontrolan batuk.

1) Napas dalam dan perlahan saat duduk

setegak mungkin.

2) Lakukan pernapasan diafragma.

3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian

secara

perlahan-lahan, keluarkan sebanyak

mungkin melalui mulut.

4) Lakukan napas ke dua , tahan dan

batukkan dari dada dengan melakukan 2

batuk pendek dan kuat.

c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien

batuk.

d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan

19

Page 20: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang

adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000

sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang

baik setelah batuk.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan

dan reflek spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil : Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

Dapat mengindentifikasi aktivitas yang

meningkatkan/menurunkan nyeri.

Pasien tidak gelisah.

Intervensi : a. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan

pereda nyeri nonfarmakologi dan non

invasif.

1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk

menurunkan ketegangan otot rangka, yang

20

Page 21: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga

tingkatkan relaksasi masase..

2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri

akut.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila

terasa nyeri dan berikan posisi yang

nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya

dipasang bantal kecil.

c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-

sebab nyeri, dan menghubungkan berapa

lama nyeri akan berlangsung.

d. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian

analgetik.

e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik

klien, 30 menit setelah pemberian obat

analgetik untuk mengkaji efektivitasnya.

Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan

perawatan selama 1 - 2 hari.

yang tepat

21

Page 22: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentang biodata klien, riwayat

penyakit, dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

dilakukan kepada klien di ruang Public Wings Lantai 6 RSCM dari

tanggal 9-13 Desember 208.

A. Gambaran Kasus

Klien Tn. K umur 33 Tahun, jenis kelamin laki – laki, agama

Islam, suku Jakarta, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan

Indonesia, klien bekerja sebagai Hansip (Penjaga Keamanan).

Klien masuk RSCM pada tanggal 29-06-08 karena keadaan

klien semakin parah dan disarankan untuk rawat inap. Sebelumnya

klien pernah berobat ke Puskesmas terdekat. Tapi karena di

Puskesmas tersebut tidak memadai alat-alat dan obatnya maka

klien dirujuk ke RSCM . Klien mendapat terapi amoxicyllin 3 x (gr IV

selama 7 hari dari tanggal 3-9 Desember 2008 sebagai antibiotik,

inhalasi dengan ventolin : bisolvon : NaCl = 1:1:1 untuk mengurangi

sesak dan sekret mudah keluar. Rencana streptomicyin 1 x 550 mg

IM (menunggu evaluasi THT) sebagai antibiotik dan diet TKTP 2300

KKal + ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari untuk mengurangi terjadi

edema.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian Fisik

Data Klinik

22

Page 23: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

DS : Klien mengatakan sebelum dirawat di RS, Klien kami

mengalami

kecelakaan dan pernah di operasi bagian dada sebelah

kiri. Klien tidak pernah mengeluh sakit, tetapi tiba-tiba

klien menderita batuk dan sesak selama ± 3 minggu.

DO : S : 36,10C, N : 84 x / mnt, RR : 22 x / mnt, TD : 110 / 70

mmHg, Kesadaran : CM terdapat luka bekas operasi di

bagian dada sebelah kiri, badan klien kurus, batuk

produktif, pernafasan kausmul, perkusi dada : Kanan

redup dari sela iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga 1-6.

Nutrisi dan Metabolisme

DS : Klien mengatakan

- Makan satu porsi habis

- BB sebelumnya 45 Kg

- Makanan yang membuat alergi adalah ikan

DO : BBI : 54 – 66 Kg, Muntah (-), gigi caries (+), Konstipasi

(-),Diare (-), Bising usus 21 x / mnt, hepar tidak teraba,

lidah bersih, turgor kulit buruk.

Respirasi / Sirkulasi

DS : Batuk sejak ± 3 minggu, lemas.

DO : Terdapat ronhi, batuk produktif, batuk berdarah (-),

sputum kental berwarna putih, penggunaan otot batu

napas (-), pernapasan kaurmaul, kedalaman dangkal,

23

Page 24: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

fremitus kiri <>

Eliminasi

DS : Klien mengatakan

- Lancar, Keluhan (-)

- BAK Lancar, keluhan (-)

DO : Abdomen ; Kembang (-), bising usus 21 x / menit. BAB :

pasien BAB 3 x / hari, konsistensi faeces : setengah

padat, bau khas (-) karakter (-), frekuensi 4-5 x/hari,

Rectum : tidak ada kelainan.

Aktivitas / latihan

DS : Klien mengatakan saat pertama masuk RSCM (tanggal

27-11-08) anaknya masih bisa berjalan sendiri.

DO : Kesinambungan berjalan kurang baik, bentuk kaki

kiri & kanan simetris, tetapi terdapat bengkak pada

telapak kaki, kejang (-).

Sensori Persepsi

DS : Klien mengatakan bahwa pendengaran, penglihatan,

penciuman, pengecap pasiehn masih baik. Dan juga

masih bisa merasakan sentuhan jika diraba.

DO : Dapat merespon rangsang cahaya dengan baik,

orientasi baik, pupil isokor, konjungtiva anemis,

pendengaran normal, penglihatan normal.

Konsep Diri

DS : Walaupun Klien seperti sekarang ini, klien tidak pernah

mengeluh atau tidak pernah mengatakan sakit. Jika

ditanya hanya menjawab seperlunya saja.

24

Page 25: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

DO : Postur tubuh baik, perilaku banyak diam.

Tidur / Istirahat

DS : Klien mengatakan semenjak sakit justru tidur dan

berbaring terus.

DO : klien sering tidur (karena penyakitnya atau karena

mengantuk kurang terkaji)

Dampak hospitalisasi

- Pada klien (Tn. K) : tidak banyak bicara, yang dipikirkan

harapan untuk cepat sembuh.

- Pada keluarga klien : Penghasilan keluarga menjadi terganggu

karena sakit klien.

Tingkat perkembangan saat ini

Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan , klien tidak

banyak bicara.

Sosialisasi

Klien mengatakan, ia termasuk anggota remaja masjid

disekitar rumahnya.

Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan laboratorium tanggal 9-12-08

• Anemia mikrositik hipokrom

• Leukosit : 11.600 (N : 5.000 – 10.000)

• Na : 132 mmol / l (N : 135 – 1147)

• Kalium : 2,9 mmo; / l (N : 3,10 – 5,10)

• Cl : 91 mmol / l (N : 95 – 108)

Penatalaksanaan

25

Page 26: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

Klien mendapatkan terapi

- IVFD Nacl 0,9% 500 cc / S jam (20 ttr/mnt)

- Amoxicyllin 3 x / gr IV HT (Terakhir hari in)

- Ardan 3 x 2 gr (IV) Inhalasi Ventolin : Bisolvon : NaCl

1 : 1 : 1

- Diet TKTP 2300 kkal + ekstra putih telur 3x2 butir / hari

- Rencana Streptomicym 1 x 550 mg(IM) menunggu hari /

evaluasi THT.

B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

Keperawatan.

Dari data di atas penulis menemukan dan mengangkat 1

diagnosa, yang merupakan diagnosa aktual. Penulis melakukan

implementasi dari tanggal 09-12-08 s/d tanggal 11-12-08, karena

tanggal 11-12-08 klien pulang ke rumah dan dirujuk untuk rawat

jalan.

Diagnosa keperawatan tersebut adalah :

1. Bersihan jalan napas tak efektif b.d peningkatan produksi sekresi

kental

DS : Klien mengatakan lemas, batuk sejak 3 minggu,

merokok 1

½ bungkus / hari dan sudah merokok sejak kelas 5 SD.

DO : kulit pucat, batuk produktif, sputum kental berwarna

putih

dan fremitus kiri

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam pola

nafas klien efektif.

26

Page 27: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

KH : Klien akan Menunjukan pola nafas yang efektif (tidak

ada ronhi, secret kental) pola napas spontan,

konjungtiva ananemis, fremitus, bunyi napas fermitus,

bila batuk, napas dalam pertahankan posisi senyaman

mungkin bagi klien (fowler atau semi fowler),

Implementasi:

Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 09-12-

08 s/d 11-06-08 yaitu : mengatur posisi, observasi :

fremitus, bunyi napas. Memberikan obat streptomicym

(IM), mengganti balutan pada jaringan parut bagian

dada sebelah kiri atas.

Evaluasi : S : Keluhan dan Sesak (-).

O : Pola nafas spontan, sputum berwarna putih 10

cc,

A : Masalah teratasi,

P : Intervensi dihentikan karena klien dirujuk untuk

rawat jalan.

27

Page 28: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang

disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang

rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal

baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan

gangguan system pernafasan. Di dalam rongga dada terdapat paru-

paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada

mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan

akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada

disebabkan karena:

Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan

masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura,

tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan

kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik

venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup

dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga

dan tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya

perdarahan pada rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-

paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru mengakibatkan tekanan

pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang

dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat

terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan

akan terjadi syok.

B. Saran

28

Page 29: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

Berdasarkan perumusan dan hambatan yang dijumpai selama

melakukan asuhan keperawatan penulis mengemukakan beberapa

saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mungkin

dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan

keperawatan di masa mendatang, saran yang dapat penulis

kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Perawat dan keluarga dapat bekerja sama dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari.

2. Dengan tenaga perawat yang terbatas, perawat diharapkan

dapat

bekerja secara profesional dan mampu memberikan asuhan

keperawatan yang sesuai serta komunikasi yang sesuai

dengan usia anak.

3. Mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep asuhan

keperawatan pada pasien Pneumotrak

29

Page 30: Makalah Trauma Dada n Pneumotoraks q

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aescutapius

Carpenito, Lynda Juall . 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.

Jakarta:EGC

Suzanne Mansjoerc. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah

Vol.1.

Jakarta : EGC

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah.

Bandung:Yayasan

IAPK

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

30