Top Banner
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang mempunyai peranan penting di Indonesia sebagai bahan baku utama pembuat gula pasir. Tanaman tebu ( Saccharum officinarum ) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja (Farid, 2003). Produksi gula Indonesia mengalami penurunan karena perubahan iklim global yang menyebabkan anomali cuaca, antara lain musim hujan yang berkepanjangan sehingga rendemen gula menurun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah menanam varietas-varietas tebu yang toleran terhadap kondisi iklim basah, disamping sifat lainnya yang harus dimiliki varietas unggul tebu seperti kualitas gilingan tinggi, tipe kemasakan, rendemen gula tinggi dan tahan hama penyakit. Tujuan pemuliaan tanaman tebu salah satunya untuk mendapatkan varietas, klon yag mempunyai rendemen gula tinggi. Tanaman tebu merupakan tanaman yang mempunyai tingkat heterozygous tinggi sehingga tingkat keragaman genetiknya tinggi. Keragaman genetik yang tinggi merupakan faktor utama yang diperlukan dalam merakit varietas baru.
27

Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Oct 20, 2015

Download

Documents

tanaman tebu merupakan alah satu tanaman penghasil gula. tanaman ini tergolong kedalam famili rumput-rumputan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang mempunyai peranan

penting di Indonesia sebagai bahan baku utama pembuat gula pasir. Tanaman tebu

(Saccharum officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula.

Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka

mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan

devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan

penyediaan lapangan kerja (Farid, 2003).

Produksi gula Indonesia mengalami penurunan karena perubahan iklim global

yang menyebabkan anomali cuaca, antara lain musim hujan yang berkepanjangan

sehingga rendemen gula menurun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala

tersebut adalah menanam varietas-varietas tebu yang toleran terhadap kondisi iklim

basah, disamping sifat lainnya yang harus dimiliki varietas unggul tebu seperti kualitas

gilingan tinggi, tipe kemasakan, rendemen gula tinggi dan tahan hama penyakit.

Tujuan pemuliaan tanaman tebu salah satunya untuk mendapatkan varietas, klon

yag mempunyai rendemen gula tinggi. Tanaman tebu merupakan tanaman yang

mempunyai tingkat heterozygous tinggi sehingga tingkat keragaman genetiknya tinggi.

Keragaman genetik yang tinggi merupakan faktor utama yang diperlukan dalam merakit

varietas baru.

Perakitan varietas baru dapat dilakukan melalui hibridisasi, transformasi genetic

maupun kultur in vitro. Hibridisasi dilakukan dengan menyilangkan tetua 1 dengan tetua

2 yang mempunyai karakter yang diinginkan pemulia, transformasi genetic dengan

menyisipkan gen target ke dalam tanaman sehingga tanaman mempunyai sifat unggul.

Bioteknologi kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul dengan

karakter baru yang tidak ada dalam plasma nutfah. Salah satu metoda kultur in vitro yang

efektif dan efisien untuk merakit varietas unggul adalah seleksi in vitro, dimana sifat

baru yang diinginkan telah diarahkan sejak biakan ada dalam tabung kultur.

.

I.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pembiakan

vegetative tanaman tebu dalam aspek pemuliaan tanaman yang berguna untuk perbaikan

genetic tanaman tebu tersebut.

Page 2: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal dan Sejarah Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L merupakan anggota genus Saccharum,

family Graminae dan tribe Andropogoneae. Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum

didapatkan kepastiannya, dari mana asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para

ahli yang memang berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal dari

Papua New Guinea. Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep. Solomon dan Kaledonia

Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000 SM,

dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina dan India.

Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai

dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510

Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang

rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan

manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk

olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh

orang-orang Arab pada abad ketujuh sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada

tahun 642M , mereka menemukan keberadaan tebu yang kemudian dipelajari dan mulai

diolah menjadi gula kristal. Ketika menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besar-

besaran di tanah Mesir yang subur. Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi,

klarifikasi, dan pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut

Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M).

Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad

ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula

pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan

periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di

Page 3: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

dalamnya adalah impor gula. Dari sebuah catatan perdagangan di Inggris, gula dihargai 2

Shilling/lb, nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata pada saat itu.Mungkin

karena merupakan sebuah temuan baru, gula pada saat itu telah menjadi sebuah simbol dari

status sosial. Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai

penghias meja-meja mereka. Bahkan ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice,

sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-

barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula. Bahkan lebih “gila” nya lagi

karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk

kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-

orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.

Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Namun

Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada

tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang

Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.

Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk

ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman

tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang

besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir

seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan

separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari

Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat

erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.

Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun

atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran

terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di

berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan

kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal.

Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania

dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan

sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki

“emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.

Page 4: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh

karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang

mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan

pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau

untuk warga biasa.

Di Jawa, tanaman tebu diperkirakan sudah ditanam sejak zaman Aji Saka. Perantau

China yang bernama I Tsing mencatat bahwa perdagangan nira yang berasal dari gula tebu

telah di perdagangkan di Nusantara (895 M). Industri Tebu dan pabrik gula mulai

berkembang di Nusantara ketika masa penjajahan Belanda di mulai (1700-an). Pada awal

abad ke-17 industri gula berdiri di sekitar selatan Batavia, yang dikelola oleh orang-orang

China bersama pejabat VOC.

Pada pertengahan abad ke-18, telah dilakukan ekspor gula dari 130 pabri Gula

tradisional di Jawa. Dalam perkembangannya, ekspor gula yang dilakukan oleh kolonial

Belanda mengalami naik turun akibat keterbatasan modal, kekurangan lahan, dan persaingan

ekspor gula dengan India. Industri gula kolonial yang menggunakan tenaga pribumi mulai

bergeliat kembali seiring diberlakukannya Cultuurstelsel oleh van den Bosch. Liberalisasi

Industri gula di pasung. Semua sektor perekonomian gula di kuasai oleh pemerintah kolonial

belanda. Meskipun menimbulkan penderitaan bagi kaum pribumi, kebijakan ini menjadikan

Nusantara sebagai pengimpor gula terbesar dan mampu mendominasi pasar dunia. Ketika

penjajahan telah berakhir, sebagian besar dari pabrik gula yang ada di Jawa masih merupakan

bekas peninggalan Belanda.

Ada lima spesies dari genus Saccharum yang bermanfaat bagi pemuliaan tanaman

(Wrigley, 1981) yaitu :

1. Saccharum officinarum L. (2n = 180)

Merupakan spesies yang dibudidayakan (oleh sebab itu sering disebut noble cane)

dengan sifat batang berwarna terang, lunak, tebal, kandungan sukrosa tinggi,

andungan serat rebdah, daun lebar. Sangat peka terhadap penyakit-penyakit utama,

kecuali penyakit gummosis (Xanthomonas vasculorum) dan jelaga (Ustilago

citaminae). Otaheite (sinonim dengan Bourbon, Lahaina, Vellai) merupakan noble

cane yang pertama dibudidayakan secara luas, selanjutnya diiuti oleh seri Cheribon.

Page 5: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

2. Saccharum spontaneum L. (2n = 40 – 128)

Merupakan tebu liar di daerah Pasifik dan Asia (di Pulau Jawa disebut dengan

glagah). Spesies ini merupakan sumber resistensi untuk beberapa penyakit utama

seperti “sereh, mosaic, gummosis, busuk merah (Physalospora tucumanensis), embun

tepung (Sclerospora sacchari). Spesies ini merupakan rerumputan tahunan dari mulai

ukuran yang pendek hingga tinggi, ruasnya panjang langsing dengan lubang pit di

tengah batang, batang berwarna hijau – kuning hingga putih. Rhizome membentuk

banyak anakan.

3. Saccharum barberi Jeswiet ( 2n = 40 – 128)

Merupakan tebu India. Batangnya keras dan langing dengan andungan serat yang

tinggi. Kebal terhadap penyakit gummosis dan mosaic, resisten terhadap penyakit

embun tepung.

4. Saccharum sisnense Roxb. Emend. Jeswiet (2n = 82 – 124)

Disebut dengan tebu Cina atau Uba. Kandungan surosanya sedang dengan serat yang

tinggi, batang sedang ketebalannya dengan daun yang medium hingga sempit. Kebal

terhadap penyakit embun tepung.

5. Saccharum robustum Brandes et Jeswiet ex Grassl. (2n = 60 – 194)

Merupakan tebu liar yang berasal dari New Guinea dan Melanesia. Tumbuh hingga 9

meter. Batangnya keras berkayu dengan lubang di tengahnya. Kandungan sukrosanya

rendah. Resisten terhadap busuk merah.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa industry gula tebu memanfaatkan spesies

Saccharum officinarum (noble cane) yang diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan yaitu

keminginan di New Guinea (Pulau Irian bagian Timur) dan selanjutnya menyebar e tiga arah

migrasi yang berbeda (Blackburn, 1984). Pertama, dimulai pada tahun 8000 tahun sebelum

Masehi yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. Edua, dimulai sekitar

tahun 6000 tahun sebelum Masehi ke Filipina, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Malaysia dan

Burma serta India dan ketiga antara tahun 500 hingga 1100 sesudah Masehi yaitu ke Fiji,

Tonga, Tahiti, Marquesa, dan Hawaii.

Perkembangan yang luas dan besar dalam pengelolaan dan teknologi lapang

berlangsung pada abad 20, sehingga pusat-pusat penelitian dan stasiun lapang di negara-

negara penghasil gula (Hayes et al, 1995: Wrigley, 1981; Blackburn, 1984), seperti

Page 6: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Proeftstation voor de Java Suikerindustrie, Pasuruan (Indonesia sekarang bernama P3G),

BWI, Central Sugar Cane Breeding Station (Barbaros), Quesland Bureu of Experiment

Stations (Australia), Hawaian Sugar Planters Association, Honolulu (Hawaii), Mauritius

Sugar Indistry Research Institute, Reduit (Mauritius), Mount Egdecombe, Natal (Afrika

Selatan) dan di America Serikat (Baton Rouge, Lousina dan Canal Point, Florida).

2.2 Botani Tanaman Tebu

2.2.1 Daun Tebu

Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, yang terdiri dari helai daun

dan pelepah daun saja, sedang tangkai daunnya tidak ada. Diantara pelepah daun

dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang pada bagian sisi

dalamnya terdapat lidah daun. Perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda

pengenal yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya

terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga.

2.2.2 Bulu Bidang Punggung

Bulu bidang punggung yang selanjutnya disebut bidang punggung ialah

kelompok bulu yang terdapat pada bagian tengah punggung pelepah daun sebelah

luar. Yang perlu diperhatikan ialah :

Ada atau tidaknya bulu bidang punggung tersebut

Pertumbuhan kelompok bulu apakah sempit atau lebar serta mencapai puncak

pelepah atau tidak

Kedudukan bulu-bulu berdiri atau rebah.

Ukuran panjang bulu-bulu tersebut

Bulu bidang punggung dinamakan sempit,apabila pertumbuhan kelompok

bulu itu lebarnya kurang dari 1/4 lebar pelepah daun. Dinamakan lebar apabila

pertumbuhan bulu-bulu itu lebarnya lebih dari 1/4 lebar pelepah daun.

2.2.3 Telinga d alam Pelepah Daun

Telinga daun ialah tonjolan di sebelah atas tepi pelepah daun dan telinga

dalam ialah telinga pelepah daun sebelah dalam. Yang perlu diperhatikan ialah :

Ada atau tidak adanya telinga dalam tersebut.

Pertumbuhan tinggi telinga apakah kuat, sedang atau lemah.

Kedudukan telinga dalam tersebut apakah serong atau tegak

Page 7: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Klon tebu dikatakan bertelinga, apabila tinggi telinganya lebih panjang atau

atau sama dengan lebarnya Sebaliknya dikatakan tidak bertelinga, apabila tinggi

teling lebih pendek dari pada lebarnya . Kedudukan telinga dikatakan serong,apabila

tepi pelepah daun dan tepi luar telinga merupakan suatu garis lengkung atau membuat

sudut. Kedudukan telinga dikatakan tegak, apabila tepi pelepah daun dan tepi luar

telinga merupakan garis lurus.

Pertumbuhan telinga dikatakan kuat, apabila tinggi telinga 3 kali atau lebih

dari pada lebarnya, dikatakan sedang,apabila tinggi telinganya lebih dari 1 sampai

3 kali lebarnya, sedangkan pertumbuhan telinga dikatakan lemah apabila tinggi

telinganya sama dengan lebarnya.

2.2.4 Batang Tanaman Tebu

Batang tebu tersusun dalam ruas-ruas, diantara ruas-ruas tersebut terdapat

buku-buku ruas dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman

baru. Disamping itu terdapat mata akar tempat keluarnya akar untuk kehidupan

kuncup tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal yang

terdapat pada batang, ialah terutama bentuk ruasnya, disamping itu juga sifat-sifat

yang terdapat pada ruas itu sendiri sebagai keterangan tambahan.

2.2.5 Bentuk dan Susunan Ruas Batang

Yang dimaksud dengan bentuk ruas disini kecuali dapat dibedakan atas enam

bentuk pokok, juga bentuk pada potongan penampang melintang ruas. Keenam

bentuk-bentuk pokok tersebut ialah silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik dan

cembung-cekung sedangkan bentuk penampang melintang dibedakan atas bulat

(gilig) dan pipih (gepeng). Mengenai susunan ruas, dapat lurus dan berbiku (zig-

zag).

2.2.6 Mata Tunas Tebu

Yang dimaksud dengan mata ialah kuncup tebu yang terletak pada buku -

buku ruas batang. Kuncup - kuncup ini dari arah pangkal ke ujung batang tertanam

disebelah kanan dan kiri berganti-ganti dan selalu terlindungi oleh pangkal pelepah

daun. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda- tanda pengenal yang

terdapat pada mata, ialah tepi sayap mata, rambut jambul dan rambut tepi basal mata.

Page 8: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Gambar (kanan : daun tebu; kiri : tanaman tebu lengkap)

Gambar Saccharum officinarum

Keterangan :

leaf : daun leaf sheath : pelepah daun

stalk : batang / tangkai node : nodus

internode : internodus secondary shoot : tunas sekunder

roots : akar

Page 9: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

2.3 Pembungaan, Penyerbukan, dan Pembentukan Biji

Pada tebu hampir semua spesies dari genus Sachharum tidak akan berbunga pada

panjang hari lebih dari 12 jam, ecuali S.spontaneum yang memang merupakan tanaman hari

panjang. Umumnya dibutuhkan paling sedikit 10 jam dan paling banyak 12,5 jam dan suhu

malam 20 – 250C untuk tejadinya inisiasi bunga. Tanda awal munculnya bunga adalah

munculnya seludang daun yang panjang tetapi helai daunnya pendek (disebut dengan daun

bendera). Seludang daun menutupi panikel yang masih muda. Akhirnya batang tebu

memanjang dan mendorong panikel bunga keluar. Bunga tebu secara visual berbentuk seperti

panah,sehingga sering pada literature bunga tebu disebut “arrow”.

Spikelet membuka pada malam hari hingga pagi buta, dimulai dari paniel bagian atas

selanjunta kea rah bawah. Kelembaban udara yang tinggi dapat memperlambat antehsis.

Secara alami, penyerbukan silang dengan bantua angina. Pollen viable hanya pada waktu

yang singkat dan anther akan gugur dari filament setelah anthesis, sebaliknya stigma tetap

pesrsisten. Setrelah terjadi penyerbukan dan pembuahan, dibutuhkan 21 – 25 hari untuk

pengisian dan pemasakan biji. Keluarnya bunga akan mengakhiri pemebentukan daun baru

pada batang sehngga tumbuh cabang vegetative dari buku terbawah, selain itu adanya

pembungaan akan mengurangi kandungan sukrosa pada batang tebu. Oleh karena itu pada

budidaya tebu sering dilakukan perlambatan pembungaan agar kandungan sukrosa tetap

tinggi. Biji hasil pembungaan meruapakn biji caryopsis dari satu karpel, perikarpnya menyatu

dengan testa. Biji berbentuk ovate, berwarna coklat kekuning-kuningan dan berukuran amat

kecil sekitar 1 mm panjangnya. Biji tersebut dengan cepat kehilangan viabilitasnya, tetapi

bila disimpan dalam suhu rendah dapat dipertahankan paling tidak selama tiga tahun.

Memperkirakan fertilitas biji secara kuantitatif, sangatlah penting bagi pemuliaan tebu

seperti yang diparkan oleh walker (1980) dalam Blackburn (1984) sebagai berikut :

Infloresens “arrow” terdiri dari 25.000 spikelet, tetapi jumlah yang dibuahi dan fertile hanya

sekitar 3 – 33%, yaitu sekitar 700 spikelet yang akan berkembang menjadi biji. Biji tebu tidak

mengalami dormansi, perkecambahan membutuhkan waktu 2 – 8 hari pda suhu 35%.

Kecambah muda sangat lambat pertumbuhannya hingga fase empat daun, tetapi selanjutnya

pertumbuhan berjalan dengan cepat.

Tebu merupakan tanaman menyerbuk silang dengan bantuan angin, sering bersifat

poliploid dan terkadang aneuploidy. Karena menyerbuk silang dan diperbanyak secara klonal

maka heterozigousnya tinggi dan tidak toleran terhadap inbreeding (penyerbuan sendiri).

Page 10: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Persilangan antar klon akan meningkatkan keragaman pada progeny F1, dan pemuliaan tebu

dapat menggunaan keragaman ini untuk membentuk klon yang baru. Persilangan dapat

bersifat berpasangan (biparental cross, di mana baik tetua jantan dan betina diketahui), atau

dapat pula berupa persilangan jamak (polycross, di mana tetua betina diketahui, sedangkan

tetua jantan beragam genotipenya dan tidak diketahui). Program persilangan biparental lebih

sering dilakukan dibandingkan persilangan polycross.

2.4 Metode Pengendalian Untuk Mempermudah Persilangan

2.3.1 Metode “lantern” (selubung)

Kemajuan utama untu mengendalian pemuliaan tebu adalah ditemukannya

sifat male sterility yang dapat digunaan sebagai induk betina yang dapat dibuahi

dengan pollen dari induk jantan yang diinginkan untuk memperoleh progeny

(keturunan) yang diketahu tetuanya. Pada metode ini persilangan dilakukan di lapang

di mana bunga “arrow” diselubungi dengan “lantern” untuk mencegah masunya

pollen yang tidak diinginkan dan pada saat yang bersamaan pollen dari tetua jantan

yang telah ditetapkan juga dimasukkan ke dalam ‘lantern”. Biji kemudian dibiarkan

masuk dan setelah lebih kurang tiga minggu, panikel yang terdiri dari biji yang masak

(tidak lagi disebut “arrow” melainkan “fuzz”) dikumpulkan, diekstrak, dan disemai.

Metode ini ditemukanoleh D’Alberquerque dan Skeete (Stevenson, 1965; Blackburn,

1984).

2.3.2 Metode “Marcotting” (mencangkok)

Primordia akar yang terdapat di masing-masing nodus (buku) dapat diinduksi

di lapang dengan menutupi buku yang terpilih dengan kertas aluminium atau plastic

yang berisi medium perakaran seperti tanah lembab atau gambut. Bahan stimulant

perakaran dapat pula diinjeksikan ke batang yaitu di Antara buku etiga dan keempat di

bawah daerah “marcotte”. Sesaat sebleum bunga “arrow” muncul, batang tebu

dipotong tepat di bawah wadah. Penutup plastic kemudian di buka dan dibuang.

Selanjutnya dipindahkan ke pot atau tabung yang berisi tanah, dandiletakkan di rumah

kaca. Bunga akan muncul, dan pengendalian persilangan dilakukan dengan cara

menggabungkan bunga dari tetau jantan dan betina di dalam satu selubung kain.

2.3.3 Metode larutan ala Hawaii

Page 11: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Metode yang dikembangkan oleh Verret dan Mangelsdorf banyak digunakan

oleh pemulia karena menghemat tenaga kerja untuk pekerjaan persilangan. Bunga

yang menjelang mekar beserta sebagian kecil dari batang tebu dipotong dan

dicelupkan ke dalam wadah berisi air. Bunga akan membuka secara normal, namun

bunga akan mati dalam waktu beberapa hari. Kematian diduga disebabkan oleh

blockade pada xylem (pembuluh kayu) oleh bakteri. Sehingga untuk memperpanjang

umur bunga digunakan larutan yang mengandung bakterisida.

Persilangan dilakukan dengan meletakkan potongan bunga jantan lebih tinggi

daripada potongan bunga betina. Setelah penyerbukan selesai, bunga jantan

disingkirkan sebaliknya bunga betina dipelihara hingga biji masak. Penyerbukan

random dilakukan dengan menggoyang-goyangkan bunga jantan secara teratur.

2.3.4 Kultur Jaringan

Eksplan dipersiapkan dari pucuk tebu pada bagian daun yang masih

menggulung mulai dari meristem apical sampai sepanjang kira-kira 25 cm. Buang

pelepah bagian luar, kemudian bersihkan dengan kapas yang telah dicelupkan ke

dalam alcohol 75 %. Di dalam Laminar Air Flow Cabinet, potong pucuk tebu tersebut

hingga menjadi lima bagian dengan menggunakan pisau yang telah di diberi alcohol

75 %.

Celupkan potongan pucuk tebu tersebut kedalam alcohol 75 % kemudian

bakar diatas lampu bunsen beberapa saat biarkan hingga apinya padam. Kupas kulit

luarnya, kemudian bakar kembali dengan teknik yang sama sampai diameter pucuk

menjadi 1.5 cm. Potong pucuk yang telah dibakar menjadi 5 bagian dengan

menggunakan scapel yang steril. Kulturkan eksplan pada media yang sudah disiapkan,

dan letakkan pada rak kultur dengan kondisi tanpa cahaya untuk proses pengkalusan.

Page 12: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

2.3.5 Hibridisasi

Hibridisasi merupakan metode yang sudah lama dilakukan, bahkan smpai saat

ini hibridisasi tetap digunakan. Pemuliaan tanaman tebu dapat menggunakan metode

ini yaitu si pemulia ingin mendapatkan varietas tebu rendemen gula yang tinggi dan

tahan penyakit mosaic maka disilangkanlah tanaman tebu tetua BL dengan tetua P59,

tetua yang mempunyai rendemen tinggi tetapi rentan penyakit mosaic sedangkan tetua

P59 rendemen rendah tetapi resisten penyakit mosaic. Tetua disilangkan sehingga

didapatkan progeny F1 kemudian dilakukan persilangan hingga generasi 6 atau 7

sehingga didapatkanlah progeny yang homozigot. Populasi tebu itu diseleksi dengan

metode seleksi massa sehingga didapatlah tanaman tebu seperti yang diinginkan

breeder seperti rendemen gula yang tinggi.

Page 13: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Bagan 1. Persilangan Pemuliaan Tanaman Tebu

SELEKSI RATOON 2 (R2)

SELEKSI RATOON 1 (R1)

SELEKSI PARENT CLON (PC)

UJI PENDAHULUAN HASIL

SELEKSI KLON TAHAP 3

UMUR 9 BULAN

SELEKSI KLON TAHAP 2

UMUR 6 BULANSELEKSI KLON TAHAP 1

SELEKSI INDIVIDU

PERSEMAIAN

TETUA A X TETUA B

Page 14: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

Bagan 2. Persilangan Pemuliaan Tanaman Tebu

SELEKSI RATOON 2 (R2)

SELEKSI RATOON 1 (R1)

SELEKSI PARENT CLON (PC)

SELEKSI KLON TAHAP 3

UMUR 9 BULANSELEKSI KLON TAHAP 2

UMUR 6 BULANSELEKSI KLON TAHAP 1

SELEKSI INDIVIDU

PERSEMAIAN (F1)

TETUA BL X TETUA P59

Page 15: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

III. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pemuliaan tanaman tebu dilakukan untuk melakukan perbaian genetic tanaman tebu

sehingga didapatkan tanaman tebu yang diinginan seperti rendemen gula yang tinggi, toleran

cekaman kekeringan; salinitas, panas.

Metode yang dapat dilakukan antara lain metode marcotting, kultur jaringan atau

hibridisasi.

3.2 Saran

Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mahasiswa dan

pengembangan serta penelitian di bidang ini lebih ditingkatkan lagi.

Page 16: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

DAFTAR PUSTAKA

Blackburn, F. 1984. Sugar Cane. London: Longman Group Ltd. 414p

Hafsah, Mohammad Jafar. 2002. Bisnis Gula di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hayes, H.K., F.R. Immer and D.C Smith. 1995. Methods of Plant Breeding. New York: Mc

Graw Hill Book Co. Inc. 515p

P3GI. 1992. Statistik Tanaman Tebu. Pasuruan: P3GI.

Sapuan, 1998. Kebijaksanaan Pergulaan dan Perkembangan Tata Niaga Gula di Indonesia.

Available online atau www.bulog.go.id\papers\k_001gula. html

Stevenson, G.C. 1965. Genetics and Breeding of Sugar Cane. London: Longmans.

Wrigley, G. 1981. Tropical Agriculture. London: Longman. 496p.

Page 17: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan shalawat

kepadanya kita akan mendapat syafaat di hari kiamat kelak. Amien.

Makalah ini ditulis untuk salah satu tugas kuliah Pemuliaan Tanaman Membiak

Vegetatif. Makalah ini disusun berdasarkan studi literatur bukan penelitian di lapangan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Pemuliaan Tanaman Membiak

Vegetati yang telah memberikan pengarahan dan pengetahuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Kemudian kepada orang tua yang telah memberikan bantuan

materil dan doa’nya sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Selanjutnya semua

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh

dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan kearah kesempurnaan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca

Padang, 01 Oktober 2013

Penulis

Page 18: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF

“Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)”

DISUSUN OLEH :

Fanny Amelia (1110211014)

Windy Saputra (1110212041)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

Page 19: Makalah Tebu (Fanny Dan Windy)

2013