Top Banner
MAKALAH TAWURAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problem Sosial Dosen Pengampu: Maya Fitria, S.Psi, M.A., Psi Disusun Oleh: 1. Nurina Luki 08710088 2. Miftakhul Wahidah 10710035 3. Nur Wahyuningsih 10710053 4. Wieda Rif’atil Fikriyyah 10710084 5. Moh. Irfan 10710094 6. Eka Citra 10710101 7. Mawaddah Warahmah 10710111 Psikologi C
32

Makalah Tawuran

Dec 11, 2014

Download

Documents

Eka Citra

Makalah Tawuran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Tawuran

MAKALAH

TAWURAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problem Sosial

Dosen Pengampu: Maya Fitria, S.Psi, M.A., Psi

Disusun Oleh:

1. Nurina Luki 08710088

2. Miftakhul Wahidah 10710035

3. Nur Wahyuningsih 10710053

4. Wieda Rif’atil Fikriyyah 10710084

5. Moh. Irfan 10710094

6. Eka Citra 10710101

7. Mawaddah Warahmah 10710111

Psikologi C

PROGRAM STUDI PSIKOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Tawuran

PENDAHULUAN

Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar

seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita.

Inilah beberapa contoh yang bisa kami kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang

dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Yogyakarta tawuran antar pelajar antara

SMU Gama Yogyakarta dengan pelajar dari SMU Bopkri 2 pada 22 April 2011, tawuran

antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Piri I versus SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta

terjadi lagi 1 Oktober 2011, kemudianSMA 6 Yogyakarta dengan SMA Muhammadiyah 2.

Mereka juga membawa senjata tajam untuk melukai pelajar lain hingga seorang pelajar

terkena luka tusuk., 29 Oktober 2011.

Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antarapelajar SMK YPK

Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19

September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3.Sedangkan di Semarang

sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan

SMK Cinde.

Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang

dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menja dibukti nyata bahwa seorang yang terpelajar

pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja

perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran

itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.

Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi?. Faktor apa sajakah yang

menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tawuran yang

dilakukan? Dan bagaimanakah kita sebagai manusia-manusia perbaikan bangsa mencari

jawaban atas semua permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?

Selanjutnya dalam makalah ini akan di paparkan seluk beluk mengenai pembahasan

tawuran pelajar.

Page 3: Makalah Tawuran

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawuran

Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang

meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.

Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok

orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan

sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,

dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional

dan sistematik.

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”

mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan

untuk memecahkan masalah secara cepat.

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu

organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang

harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan

apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita

ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah

genk yang mana dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja

tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup

kelompok teman sebayanya.

B. Faktor-faktor Penyebab Tawuran

Baru-baru ini kita mulai dipanaskan kembali dengan budaya tawuran di antara para

pelajar. Sampai-sampai terjadi korban jiwa. Dan sungguh sadis, tawuran kali ini bukan

hanya dengan main tangan, tetapi lebih dari itu menggunakan senjata tajam. Berikut

faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tawuran:

Page 4: Makalah Tawuran

1. Faktor Internal

a. Kurangnya didikan agama

Faktor internal yang paling besar adalah kurangnya didikan agama. Jika

pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudahlah bagus atau jadi

perhatian, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak mulia

inilah yang dapat memperbaiki perilaku anak. Ketika ia sudah merasa bahwa

Allah selalu mengamatinya setiap saat dan di mana pun itu, pasti ia mendapatkan

petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut. Inilah keutamaan

pendidikan agama. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).

Jika anak diberikan pendidikan agama yang benar, maka pasti ia akan

terbimbing pada akhlak yang mulia. Buah dari akhlak yang mulia adalah akan

punya sikap lemah lembut terhadap sesama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda pula, yang artinya:

“Tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya. Dan tidaklah kelembutan itu lepas melainkan ia akan menjelekkannya.” (HR. Ahmad 6: 206, sanad shahih).

Jadi tidak semua anak mesti cerdas. Jika cerdas namun tidak memiliki akhlak

mulia, maka ia pasti akan jadi anak yang brutal dan nakal, apalagi jika ditambah

jauh dari agama.

b. Pengaruh teman

Faktor lainnya yang ini masih masuk faktor internal adalah lingkungan

pergaulan yang jelek. Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah

remaja. Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan

ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor

Page 5: Makalah Tawuran

lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas

tawuran pelajar.

Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah.

Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas

dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas

tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.

Biasanya karena pengaruh teman, takut dibilang “cupu loe ga mau ikut tauran,

punya nyali ga loe..??” atau “ini kan buat kebaikan sekolah kita, klo loe ga ikut

mending ga usah jadi temen gue”. Kalau anak sudah memiliki agama yang bagus

ditambah ia tahu bagaimana pergaulan yang buruk mesti dijauhi, ditambah dengan

ia tidak mau perhatikan ucapan kawannya atau kakak angkatannya “cupu” atau

“culun”. Tentu ia tidak mau terlibat dalam tawuran.

2. Faktor Eksternal

Selain faktor internal faktor eksternal secara tidak langsung mendorong para

pelajar pelajar untuk melakukan aksi tawuran. Di antara faktor tersebut:

a. Kurangnya perhatian orang tua.

Saat ini pendidikan anak sudah diserahkan penuh pada sekolah. Orang tua

(ayah dan ibu) hanya sibuk untuk cari nafkah mulai selepas fajar hingga matahari

tenggelam. Sehingga kesempatan bertemu dan memperhatikan anak amat sedikit.

Jadinya, tempat curhat dan cari perhatian si anak adalah pada teman-temannya.

Kalau yang didapat lingkungan yang jelek, akibatnya ia pun akan ikut rusak dan

brutal. Beda halnya jika ibunya berdiam di rumah. Tentu dia akan lebih

memperhatikan si anak.

b. Faktor ekonomi

Biasanya para pelaku tawuran adalah golongan pelajar menengah ke bawah.

Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasan bahkan cenderung kurang

membuat membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya lewat aksi

perkelahia. Karena di antara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan

akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.

Page 6: Makalah Tawuran

Jika anak walau ia berekonomi menengah ke bawah menyadari bahwa tidak

perlu iri pada orang yang berekonomi tinggi karena seseorang bisa mulia di sisi

Allah adalah dengan takwa. Pemahaman seperti ini tentu saja bisa didapat jika si

anak mendapatkan pendidikan agama yang baik.

Jadi, yang terpenting dari ini semua adalah pendidikan agama dan

pembinaan iman, ini faktor penting yang membuat anak tercegah dari tawuran, di

samping pula perhatian orang tua.

C. Dampak Tawuran

Beberapa dampak atau akibat terjadinya tawuran

1. Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu

cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian

2. Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar

yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga

3. Terganggunya proses belajar mengajar

4. Menurunnya moralitas para pelajar

5. Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai

D. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi

terjadinya tawuran:

1. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar

2. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti

hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para

pelajar untuk selalu bersikap baik

3. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari

jati diri

4. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah

untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  diwaktu luangnya. Contohnya  :

membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang

Page 7: Makalah Tawuran

bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler

disekolahnya

Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,

diantaranya :

1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi

terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun

2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik

dan sehat

3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja

zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja

PENUTUP

A. Kesimpulan

Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidaklah hanya datang dari individu itu

sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu,

diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.

Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk

melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya

sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan

mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan

seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur

dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang  lebih baik.

Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan

pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar

pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara

mengakui keberadaanya.

Page 8: Makalah Tawuran

B. Saran

Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis

memberikan beberapa saran. Diantaranya :

a. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola

pikir yang baik untuk para pelajar

b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif

c. Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk

membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi

yang ada didalam dirinya.

Page 9: Makalah Tawuran

HUKUM

I. UU Tentang Perlindungan Anak

A. UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Bab 1

Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan.

2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak

dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

dst.

B. Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) Pasal 26 ayat 1

Salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran antarpelajar ialah

ketidakmampuan orangtua dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya

dalam melindungi anak. Padahal, dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA)

Pasal 26 Ayat 1 telah ditegaskan bahwa orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab

dalam melindungi anak, baik dalam hal mengasuh, memelihara, mendidik, melindungi,

maupun mengembangkan bakat anak.

II. UU Darurat

Kepolisian dan Dinas Pendidikan (Disdik), bersepakat membuat jera para pelajar,

yang suka berbuat onar. Kepolisian akan menerapkan Undang-undang (UU) darurat,

sementara Dinas Pendidikan (Disdik) akan mengevaluasi akreditasi sekolah yang

siswanya kerap terlibat tawuran.

Para pelaku tawuran biasanya dan sering kali membawa senjata tajam dalam setiap

aksinya. Pihak kepolisian akan kenakan Undang-undang Darurat No. 12/1951 tentang

Penggunaan Senjata. Di mana, bagi pelakunya bisa dikenakan penjara, berdasarkan pasal

2 dengan ancaman maksimal sepuluh tahun. Meski pelaku berstatus pelajar, namun sikap

Page 10: Makalah Tawuran

dan kelakuannya tidak bisa ditoleransi, karena beberapa kali menimbulkan korban, baik

luka maupun kehilangan nyawa akibat sabetan senjata tajam. Sehingga, selain merugikan

orang tua, aksi itu berdampak negatif bagi sekolahnya.

Pihak kepolisian siap berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) dan Satgas

Pelajar untuk menangkap dan memenjarakan pelaku tawuran. Kepala Disdik Kota Bogor,

mengatakan, akan ada sanksi tegas bagi sekolah yang siswanya menjadi pelaku tawuran.

Penerapan UU Darurat ini akan kita kenakan buat para pelaku tawuran, khususnya

yang kedapatan membawa senjata tajam. Mereka akan diproses secara pidana tidak hanya

sebatas pendataan dan pembinaan saja. UU Darurat yang digunakan adalah UU Darurat

No 12 tahun 1951 tentang penggunaan senjata. Dalam UU Darurat sebagaimana

tercantum dalam pasal 2, pelaku bisa dikenakan sanksi penjara dengan ancaman

maksimal 10 tahun. Penerapan UU Darurat ini tidak memandang pelaku seorang pelajar

atau bukan. Tetapi melihat dari sikap dan kelakuannya yang tidak bisa ditolerir.

III. Pasal-pasal KUHP bagi pelaku Tawuran

Realitas pemuda Indonesia saat ini semakin liar saja, selain pelajar yang gemar

tawuran, mahasiswa saat inipun terjangkit virus tawuran tersebut, sebagai warning agar

adik-adik kita tidakterjerumus dalam prilaku tawuran tersebut ada baiknya mengetahui

ancaman hukuman yang bisa dihadapinya jika melakukan aksi tawuran, yakni :

A. PASAL 187 KUHP

Mendatangkan Bahaya Bagi Keamanan Umum/ Membakar Peledakan

Unsur unsur yang dipersyaratkan:

Membakar meledakan/ menjadikan letusan atau mengakibatkan kebanjiran

1. Mendatangkan bahaya umum, bahaya maut atau ada orang mati

2. Dengan sengaja Ancaman hukuman

3. Bahaya bagi orang maxsimum 12 (dua belas) tahun

4. Bahaya maut bagi orang maxsimin 13 (tiga belas ( tahun

5. Bahaya maut dan orang mati maxsimum seumur hidup atau 20 (dua puluh)

tahun 

B. PASAL 170 KUHP

Pengeroyokan Dan Pengrusakan

Unsur unsur yang dipersyaratkan :

Page 11: Makalah Tawuran

1. Bersama sama melakukan kekerasan

2. Terhadap orang atau barang

3. Dimuka umum

Ancaman hukuman maxsimum

1. Menyebabkan luka maxsimum 7 (tujuh) tahun

2. Menyebabkan luka berat maxsimum 7 (tujuh) tahun

3. Menyebabkan mati maxsimum 12 (dua belas) tahun 

MEDIA MASSA DALAM TAWURANSadar atau tidak, tayangan itu telah memicu para pelajar melakukan tawuran.

Para pelajar yang menonton aksinya berkelahi di layar televisi, seolah-olah mereka

bermain sinetron. Sehingga, ada di antara para pelajar terpicu untuk melakukan tawuran

karena merasa seperti bermain dalam sinetron dan menjadi bintangnya. Terhadap para pelaku,

tawuran, seyogyanya diproses sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku, karena tindakan

tawuran yang mengakibatkan korban meninggal sudah merupakan tindakkan kriminal.

Jika benar terbukti mereka yang terlibat tawuran karena pengaruh alkohol atau narkoba,

masalahnya harus diselesaikan secara hukum. Namun jika tamuran ini hanya masalah

kenakalan remaja, harus dilakukan pembinaan melalui pendidikan budi pekerti dan pembinaan

mental.

Media massa, terutama televisi memiliki peran sangat kuat dalam menebarkan pengaruh

baik atau buruk kepada pemirsa. Televisi mampu menghadirkan peristiwa atau kejadian secara

lebih nyata dan membekas dengan tampilan visual yang memikat. Bila adegan-adegan tak

layak kerap ditayangkan, maka besar kemungkinan tayangan itu akan terus diputar dalam

memori anak. Lebih berbahaya lagi bila mereka meniru dan menularkannya kepada rekan

dalam efek resonansi yang tidak terkendali. Hal inilah yang kadang menyebabkan anak

terinspirasi untuk bertindak beringas saat mengalami tekanan dari luar.

SUDUT PANDANG PSIKOLOGISMaraknya tawuran pelajar akibat pendidikan di sekolah yang tak menanamkan empati

pada siswa. Kurikulum pendidikan sekarang ini hampir tidak memberi porsi penanaman

Page 12: Makalah Tawuran

empati, rasa, dan pengolahan hati di kalangan siswa. Semua cenderung mementingkan aspek

akademik.

Manusia selalu memasuki fase remaja dalam hidupnya yang terjadi saat berumur 12-23

tahun. Fase remaja memang diperlukan karena masa tersebut adalah masa peralihan dari

kanak-kanak menuju dewasa. Karena sifatnya yang individual, fase remaja tidak bisa

disamakan antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam masa-masa ini, remaja

perempuan seringkali ditemukan lebih cepat mengalami perkembangan psikologis. 

4 Faktor menjadi alasan dibalik ringkihnya mental pelajar:

1. Faktor internal

Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang

kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang

mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup.

Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan tidak

bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.

Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan memilih

cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi semakin mengendalikan

emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan

pelajar tega menganiaya hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka

butuh pengakuan.

2. Faktor keluarga

Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga akan

berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan meniru pola

yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja)

juga akan sama saja. Saat bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan

menyerahkan diri secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.

Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok sosial

yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran antar pelajar.

3. Faktor sekolah

Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar mengajar yang

monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif, terlalu mengekang dan otoriter

juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat

Page 13: Makalah Tawuran

ia belajar sekaligus mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut

sebagai rumah kedua.

Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah. Guru

sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum siswanya ketimbang

mendidik dalam arti yang sebenarnya.

4. Faktor lingkungan

Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini juga

berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan atas negara atau fasilitas

negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga

menjadi sorotan atas tawuran pelajar.

Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang

menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi teladan

yang buruk.

Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah.

Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas dengan

akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas tidak selalu

ikut-ikutan dalam hal buruk.

Page 14: Makalah Tawuran

TAWURAN DALAM ASPEK AGAMA

Faktor-Faktor Pemicu Terjadinya Tawuran dalam Pandangan Al-

Qur’an 

Dari beberapa bukti, terdapat beberapa faktor yang memicu

terjadinya tawuran dengan pendekatan Al-Qur’an (Hidayati, 2013).

Beberapa faktor pemicu terjadinya konflik tersebut antara lain : 

1. Pemicu tawuran yang terjadi di kalangan masyarakat seringkali berawal

dari saling ejek dan saling curiga

Dalam hal ini Al-Quran telah memberikan rambu-rambu untuk

tidak saling mengolok, menghina dan mengejek, karena perbuatan ini

bisa membawa kepada konflik dan permusuhan. Maka secara tegas

Allah melarang umatnya melakukan sikap saling mengolok dan

mengejek. Allah berfirman dalam surat Al-hujarat ayat 11:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kuam ynag lain, karena boleh jadi mereka yang diolok-olokan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olokan perempuan yang lain karena boleh jadi perempuan yang diolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. dan janganlah saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) sesudah beriman. dan Barang siapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat (49):11)

Ayat di atas memberi petunjuk tetang beberapa hal yang harus

dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Pertama ( (يس22خر

memperolok-olokkan yaitu menyebut kekurangan pihak lain dengan

tujuan menertawakan, baik dengan ucapan, perbuatan atau tingkah

laku. Kedua ( (تلم2زوا talmizu terambil dari kata al-lamz. Ibnu ‘Asyur

memahaminya dalam arti ejekan yang langsung dihadapkan kepada

yang diejek, baik dengan isyarat bibir, tangan atau kata-kata yang

dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Ini adalah salah satu betu

kekurangajaran dan penganiayaan. Yang ketiga (تنابزوا ) tanabazu yaitu

Page 15: Makalah Tawuran

saling memberi gelar buruk. Hal ini mengundang siapa yang tersinggung

dengan panggilan buruk itu, membalas memanggilnya pula dengan

gelar buruk.

2. Pemicu tawuran dan bentrokan yang kedua, baik di kalangan siswa

maupun masyarakat biasanya terjadi karena adanya provokator dan

penyebar berita fitnah

Allah berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 6 :

 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat (49):6)

Ayat di atas merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama

dalam kehidupan sosial sekaligus ia merupakan tuntunan yang sangat

logis bagi penerimaan dan pengamalan suatu berita. Kehidupan

manusia dan interaksinya haruslah didasarkan hal-hal yang diketahui

dan jelas. Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh informasi,

dan tentu membutuhkan pihak lain. Karena itu pula berita harus

disaring, lakukan crosscheck dan klarifikasi atau tabayyun, supaya tidak

melakukan tindakan aniaya kepada orang yang tidak bersalah. 

3. Tawuran juga sering terjadi karena prasangka buruk, menggunjing, dan

mencari-cari kesalahan orang lain

Oleh karena itu, Allah memerintahkan orang Mukmin untuk

menghindari prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain

dan tidak menggunjing, dalam surat Al-Hujarat ayat 12 :

 “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurat (49):12)

M. Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsirnya Al-Mishbah,

bahwa ayat di atas menegaskan untuk menghindari dugaan dan

Page 16: Makalah Tawuran

prasangka buruk karena ia dapat menjerumuskan seseorang ke dalam

dosa. Karena tidak jarang prasangka buruk mengundang upaya mencari

tahu, maka ayat tersebut juga melarang mencari-cari kesalahan orang

lain. Mu’awwiyah bin Abu Sofyan menyampaikan bahwa ia mendengar

Nabi Saw bersabda : “Sesungguhnya jika engkau mencari-cari

kesalahan/kekurangan orang lain, maka engkau telah merusak atau

hampir saja merusak mereka” (HR. Abu Daud).

Ayat di atas juga melarang ghibah/menggunjing, karena

perbuatan ini merupakan perusakan bagian dari masyarakat, satu demi

satu sehingga dampak positif yang diharapkan dari wujud keamanan

satu masyarakat menjadi gagal dan berantakan. 

4. Pemicu keempat adalah amarah yang tak terkontrol

Di dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan, salah satu ciri orang

yang benar dan bertakwa adalah mampu menahan amarah, maka

kuasai dan tahanlah amarahmu, sebagaimana firman Allah dalam surat

Ali-Imran ayat 134:

 “….dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran (3):134)

Menurut Sayyid Qutub, marah adalah perasaan manusiawi yang

diiringi naiknya tekanan darah. Manusia tidak dapat menundukkan

kemarahan ini kecuali dengan perasaan yang halus dan lembut. Untuk

itu, manusia harus memiliki perasaan yang halus dan bisa

mengendalikan amarah, agar tidak terjadi pertikaian dan permusuhan. 

Penanganan Tawuran dari Segi Agama

Tawuran ini sebisa mungkin harus dihindari dan ditanggulangi

dengan segala cara. Banyak cara-cara sehat yang dapat ditempuh tak

terkecuali dengan pendekatan al-Quran dengan mencontoh para Nabi dan

salafushaleh. Di sini dikemukakan beberapa pembahasan dalam Al-Qur’an

sebagai solusi dalam menghadapi tawuran, yaitu : 

Page 17: Makalah Tawuran

1. Memperkuat Ukhuwah dan kasih sayang

Nabi saw selalu menyerukan kepada kehidupan berjamaah dan

persatuan, mengecam sikap konfrontatif, disintegratif, perpecahan,

serta mengajak ukhuwah dan mahabbah. Bentuk persaudaraan yang

dianjurkan oleh Al-Qur’an tidak hanya persaudaraan satu akidah namun

juga dengan warga masyarakat lain yang berbeda akidah. Al-Qayyim Al-

Ahmad Yusuf menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan sesamanya

harus didasari keyakinan bahwa semua manusia adalah bersaudara dan

bahwa anggota masyarakat muslim juga saling bersaudara. Al-Qur’an

secara tegas menyatakan bahwa sesama orang mukmin adalah

bersaudara, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Hujarat ayat 10.

Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai persaudaraan, terambil

dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal

ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya

perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Dengan memperkuat

persaudaraan dan saling memperhatikan satu sama lain, maka tawuran

dan konflik hidup dapat dihindarkan. Al Qurân mengingatkan adanya

perbedaan tetapi bukan untuk menjadi sumber konflik. Jangan jadikan

perbedaan yang ada dalam hidup ini sebagai kesenjangan yang

membawa kepada permusuhan.

2. Membantah sesuatu yang bertentangan dengan cara baik

Jika terdapat sesuatu yang bertentangan dalam kehidupan

bermasyarakat, maka harus dibantah dengan cara yang baik sesuai

tuntunan Al-Qur’an. Bukan dengan cara keras dan kasar. Sebagaimana

firman-Nya dalam Surat An-Nahl ayat 125:

 “Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya

Page 18: Makalah Tawuran

dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS, An-Nahl (16):125)

Ayat ini memberikan tuntunan bahwa umat Islam jika harus

membantah sesuatu, maka tetap dengan cara yang paling bagus, dan

menghadapi masalah dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Banyak contoh yang

dapat kita petik dari kisah-kisah Nabi. Misalnya, ketika Nabi Muhammad

dilecehkan, beliau menanggapinya dengan kesabaran yang tinggi.

Da’wah Nabi Muhammad mendapatkan tantangan sengit dari warga

kota Mekkah, terutama dari kelompok oligarki yang menguasai

kehidupan kota tersebut. Segala macam tuduhan dilontarkan kepada

beliau. Semakin hari tindakan tersebut menjadi fitnah dan disertai

penyiksaan yang tak kenal kasihan. Namun semua itu dihadapi Nabi

Muhammad dengan penuh kesabaran, dan ajaran beliau sedikit demi

sedikit disampaikan dengan cara yang baik dan jelas. Contoh lain, ketika

Nabi Ibrahim berdebat dengan Raja Namrud. Ketika Namrud mengaku

sebagai tuhan, Ibrahim menyuruhnya untuk berdebat secara logis. Jika

tuhan telah menerbitkan matahari dari arah timur, maka Ibrahim minta

kepada Raja Namrud supaya menerbitkan matahari dari arah barat.

Inilah contoh cara yang digunakan para Nabi ketika berdakwah.

Menghadapi rintangan tidak boleh ditanggapi dengan jalan kekerasan,

namun disikapi dengan baik, kecuali jika tidak ada pilihan dan cara lain. 

3. Ishlah dan Perdamaian

Apabila hal yang bertentangan dalam masyarakat tidak bisa

dibantah dengan cara yang baik, namun berujung kepada permusuhan,

Al-Qur’an memerintahkan supaya mengadakan Ishlah dan perdamaian.

Ajaran Islam sangat mengecam konflik liar tanpa kendali yang

mengakibatkan perpecahan. Karena misi pokok dalam islam yaitu,

menumbuhkan dan memelihara perdamaian di dunia ini. Sesuai dengan

arti Islam menurut ilmu bahasa yang antara lain bermakna damai, maka

setiap Muslim haruslah memiliki sikap hidup dan mental yang

mengandung unsur untuk menciptakan perdamaian. Di dalam Al-Qur'an

Page 19: Makalah Tawuran

al-Qur’an, Ishlah terambil dari kata ashlaha-yushlihu-ishlahan yang

berarti perbaikan atau perdamaian. Dalam kamus bahasa, kata shalah

diartikan sebagai lawan dari kata fasad (kerusakan). Ishlah juga

diartikan sebagai yang bermanfaat. Ayat-ayat mengenai Ishlah banyak

terdapat dalam Al-Qur’an, namun disini penulis mengemukakan satu

ayat saja yang berisi perintah untuk mendamaikan dan memperbaiki

hubungan antara saudara yang berselisih, yaitu dalam surat Al-Hujarat

ayat 10 :

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Maka damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujarat (49):10)Rasulullah Saw juga melukiskan petunjuk serupa. Beliau melukiskan

dampak perdamaian dalam bentuk manafikan hal-hal buruk, antara lain

bahwa seorang Muslim tidak saling menganiaya, tidak menyerahkannya

kepada musuhnya, tidak saling membenci, dan berbagai larangan

lainnya.

Di kesempatan lain dan dengan gaya tuntunan yang sama, Nabi Saw

bersabda : المس22لم من س22لم المس22لمون من لس22انه وي22ده ( رواه البخ22اري و مس22لم )

“Seorang Muslim adalah orang yang terhadap sesama Muslim/orang lain

dapat selamat dari lisan dan tangannya” ( HR. Bukhari dan Muslim).

4. Menyelesaikan tawuran dengan jalan musyawarah

Jika pertikaian di dalam masyarakat tidak bisa dilerai dan

didamaikan, maka sebaiknya di selesaikan dengan jalan musyawarah,

bukan dengan tindakan kekerasan seperti tawuran. Karena dengan

musyawarah persoalan dapat terselesaikan dengan baik. Kata

musyawarah diambil dari akar kata sya, wau dan ra yang bermakna

pokok mengambil sesuatu, menampakkan dan menawarkan sesuatu.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata tersebut pada mulanya

bermakna dasar mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini

kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat

Page 20: Makalah Tawuran

diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat. Dalam Al-

qur’an kata syawara dengan segala perubahannya terulang sebanyak

empat kali; asyarah, syawir, syûra dan tasyawur. Salah satu ayat Al-

Qur’an yang berbicara mengenai musyawarah terdapat dalam surat Ali-

Imran ayat 159 :

 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.” (QS. Ali-Imran (3):159)Pakar-pakar Al-Qur’an sepakat berpendapat bahwa perintah

musyawarah ditujukan kepada semua orang, walaupun redaksinya

ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam ayat ini disebutkan tiga

sifat dan sikap secara berurutan diperintahkan kepada Muhammad Saw,

untuk beliau laksanakan ketika bermusyawarah. Ketiga sifat tersebut

adalah berlaku lemah lembut, tidak kasar dan tidak berhati keras.

Seseorang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata

yang kasar serta sikap keras kepala, karena masalah tidak akan selesai

jika dihadapi dengan sikap kasar.

Meskipun ayat tersebut berbicara dalam konteks perang Uhud,

namun esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh

setiap kaum muslim. Menurut hemat penulis, musyawarah adalah solusi

terbaik dalam menyelesaikan tawuran yang terjadi dikalangan

masyarakat, karena dengan musyawarah seseorang menjadi terbiasa

dalam mengeluarkan pendapat dengan baik untuk menuju masa depan

yang lebih baik. Hal ini dikuatkan dengan pendapat yang diberikan oleh

Muhammad Abduh yang menyatakan bahwa musyawarah secara

fungsional adalah untuk membicarakan kepentingan masyarakat dan

masalah-masalah masa depan umat. Di dalam Al Qur'an surat Al-A’raf

Page 21: Makalah Tawuran

ayat 199, Allah memberikan solusi untuk menjadi pribadi yang baik

dalam menyikapi permasalahan, yaitu menjadi pribadi yang pema’af

dan saling mengingatkan untuk berbuat baik serta berpaling dari orang-

orang yang tidak benar.

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". (QS. Al-A’raf (7):199)

 Permusuhan yang terjadi bisa berakhir dengan baik jika manusia

memiliki sifat pemaaf dan saling mengingatkan kepada kebaikan. Dalam

tafsirnya, Sya’rawi menuliskan: “Walaupun secara zahir memaafkan

orang yang menzalimu mengurangi harga diri, namun ketahuilah bahwa

maaf yang diberikan, manfaatnya akan kembali kepadamu juga.” Dalam

ayat yang dikaji ini Allah menjelaskan untuk berpaling dari pada orang-

orang yang jahil ( وأعرض عن الجاهلين). Jahil ialah orang yang mengetahui

masalah tapi jauh dari kebenaran, dan lebih dari itu diapun fanatik

dengan kesalahan yang dimilikinya. Jika ada orang yang tidak mau

mengaku salah dan tetap mempertahankan keegoannya, maka

biarkanlah dan jangan mendebatnya. Karena perdebatan dengannya

akan memperpanjang masalah dan tidak memberikan hasil yang

bermanfa’at. Inilah pedoman yang sangat luar biasa, yang semua

bermula dari masing-masing individu yang dengan itu mengimbas pada

lingkungan masyarakat.

Page 22: Makalah Tawuran

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kartono, K. (1997). Patologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.

http://remajaislam.com/islam-dasar/akhlaq-mulia/210-faktor-penyebab-tawuran-kurangnya-didikan-agama-dan-perhatian-orang-tua.html (diunduh tanggal 17 maret 2013).

http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/

Data tawuran di Jogja, 2012 http://jogja.tribunnews.com/2012/01/06/ini-data-tawuran-di-kota-

yogya

Hidayati. (2013). Solusi Tawuran dengan Pendekatan Al-Qur’an diunduh

dari http://beastarhidayati.blogspot.com/2013/03/solusi-tawuran-

dengan-pendekatan-al.html pada tanggal 30 Maret 2013

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kartono, K. (1997). Patologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.

http://remajaislam.com/islam-dasar/akhlaq-mulia/210-faktor-penyebab-tawuran-kurangnya-didikan-agama-dan-perhatian-orang-tua.html (diunduh tanggal 17 maret 2013).

http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/

Data tawuran di Jogja, 2012 http://jogja.tribunnews.com/2012/01/06/ini-data-tawuran-di-kota-

yogya

Hidayati. (2013). Solusi Tawuran dengan Pendekatan Al-Qur’an diunduh

dari http://beastarhidayati.blogspot.com/2013/03/solusi-tawuran-

dengan-pendekatan-al.html pada tanggal 30 Maret 2013