PROBLEM SOLVINGDISUSUN OLEH : KELOMPOK III
Ridho Yusuf Abadi (1313023069) Roza Citra Pratiwi
(1313023033)Siti Nur Setiatun (1313023033)Siti Suroyalmilah
(1313023039)Uci Agustina (1313023081)Yusti Cia Wulandari
(1313023095)
PENDIDKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang baik
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir. Sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya yang berjudul Problem
solving. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah mendatang. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Amin.Bandarlampung, 08 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVERKATA
PENGANTAR.............................................................................................iiDAFTAR
ISI...........................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUANA. Latar
Belakang.............................................................................................1B.
Tujuan
Masalah............................................................................................2C.
Rumusan
Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASANA. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem
Solving)....................3 B. Metode Pemecahan Masalah Dalam
Mengajar............................................8C.
Pembelajaran Berbasi
Masalah..................................................................15
BAB III
PENUTUPKesimpulan......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
1
19
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangMetode pemecahan masalah (problem solving)
adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi
atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri
atau secara bersama-sama.Penyelesaian masalah merupakan proses dari
menerima tantangan dan usaha usaha untuk menyelesaikannya sampai
menemukan penyelesaiannya.
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain
yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Istilah lain metode problem solving adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan
untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa. problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan masalah
banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya.
Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu tetapi
informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya.
Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus
dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Suatu soal dapat dipandang sebagai masalah merupakan hal yang
sangat relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah bagi
seseorang, bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal yang rutin
belaka. Dengan demikian, guru perlu berhati-hati dalam menentukan
soal yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah. Bagi sebagian
besar guru untuk memperoleh atau menyusun soal yang benar-benar
bukan merupakan masalah rutin bagi siswa mungkin termasuk pekerjaan
yang sulit. Akan tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain
melalui pengalaman dalam menyajikan soal yang bervariasi baik
bentuk, tema masalah, tingkat kesulitan, serta tuntutan kemampuan
intelektual yang ingin dicapai atau dikembangkan pada siswa. Jadi,
untuk lebih mengetahui mengenai model pembelajaran problem solving,
maka disusunlah makalah ini.
B. Tujuan MakalahTujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
mengetahui model pembelajarn pemecahan masalah (problem
solving).
C. Rumusan Masalah1. Bagaimana model pembelajaran pemecahan
masalah (problem solving) ?2. Apakah kelebihan dan kelemahan dari
model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) ?
BAB II PEMBAHASAN
A. MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya kedalan situasi yang belum dikenal. Dengan
demikian, ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah :
(1) ada tantangan dalam bentuk materi atau soal, (2) masalah tidak
dapat diselesaikan dengan prosedutr rutin yang sudah diketahui
penjawab.
Pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak dapat
begitu segera dapat dicapai,. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahaw pemecahan masalah adalah upaya mencari jalan
keluar untuk mencapai tujuan yang duperoleh sebelumnya ke dalam
situasi yang baru.
Terdapat dua masalah, yaitu :1. Masalah untuk menemukan aspek
teoritis atau praktis, dan abstrak atau kongket, termasuk
teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah apa yang dicari,
bagaimna data diketahui, dan bagaimana syaratnya. Ketiga bagian
utaman tersebut merupakan landasan untuk menyelesaikan masalah
jenis ini. 2. Masalah pembuktian adalah menunjukan bahwa suatu
pernyataan itu benar, salah, atau tidak kedua-duanya. Bagian utama
dari masalah ini adalah hipotesi dan konklusi dari suatu teorema
yang harus dibuktikan kebenaranya. Kedua bagian utama tersebut
adalah landasan utama untuk menyelesaikan masalah jenis ini.
Menurut Ruseffendi mengemukakan beberapa soal tipe pemecahan
masalah sebgai berikut : 1. Dapat menimbulkan keingintahuan dan
adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif. 2. Disamping memilik
pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan
adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pertaanyaan
yang benar. 3. Dapat menimbukan jawaban yang asli, baru, khas,
beranekaragam, dan dapat manmbah pengetahuan baru. 4. Dapat
meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah
diperolehnya. 5. Menganajak siswa agar memiliki prosedur pmecahan
masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntup untuk
mmbuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya. 6. Maeerupakan
kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja bidang
studi, tatpi bidang atau pelajaran lain. a. Indikator pemecahan
masalah indikator pemecahan masalah, yaitu : Memahami masalah Tanpa
adanya pemahaman terhadapa masalah yang diberikan siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.
Merencanakan penyelesaina Setelah siswa memahami masalah dengan
benar, selanjutnya mereka harus menyususn rencan penyelesaian
masalah Menyelesaikan masalah sesuai rencanaJika rencana
penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau
tidak, selanjutnya penyelesaian masalah sesuai dengan rencan yang
dianggap paling tepat. Melakukan pengercekan kembali terhadap semua
langkah yang telah dikerjakanLangkah terakhir menurut Polya adalah
melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase
pertaman sampai fase penyelesaian yang ketiga.
b. Strategi pemecaan masalah strategi pemecahan masalam
matematia adalah sebagai berikut : Mencoba-coba Strategi ini
bisasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang
pepecahan, misalnya dengan mencoba-coba (trial and error). Proses
mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil. Adakalanya gagal.
Karenaya, proses mencoba-coba dengan mengunakan suatu analisis yang
tajamlah yang sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini
Membuat diagram Strategi ini berkaitan dengan membuat sketsa atau
gambar untuk mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah
mendapatkan gambaran umun terhadap penyelesaiannya. Dengan strategi
ini, hal-hal yang diketahui tidak hanya dibayangkan di dalam otak
saja, namun dapat dituangkan diatas kertas. Mencoba pada soal yang
lebih sederhana Strateggi ini berkaitan dengan penggunaan
contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga
gambaran umum tentang penyelesaian masalah akan lebih mudah
dianalisis dan lebih mudah ditemukan. Membuat tabelStrategi ini
digunakan untuk membantu meganalisis permasalahan atau jalan
pikiran kita , sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan
oleh tak saja yang kemampuannya sangat terbatas. Menemukan pola
Strategi ini berkaitan sengan pencarian keteraturan-keteraturan.
Keteraturan yang sudah didapatkan tersebut lebih memudahkan kita
untuk menemukan penyelesaian masalahnya. Memecahkan tujuan Strategi
ini berkaitan dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai
menjadi satu atau beberapa bagian tujuan. Bagian tujuan ini dapat
digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan sesungguhnya.
Memperhitungkan setiap kemungkinanStrategi ini berkaitan dengan
penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh para pelaku
selama proses pemecahan masalah yang berlangsung sehingga dapat
dipastikan bahwa tidak ada satu alternatif pun yang terabaikan.
Berpikir logisStrategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran
ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai
informasi atau data yang ada. Bergerak dari belakangDengan Strategi
ini, kita mulai dengan menganalisis bagaimana cara mendapatkan
tujuan yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita memulai
proses pemecahan masalahnya dari yang diinginkan atau yang
ditanyakan lalu menyesuaikan dengan apa yang diketahui. Mengabaikan
hal yang tidak mungkin Dari berbagai alternatif yang ada,
alternatif yang tidak jelas mungkin agar dicoret/diabaikan sehingga
perhatian dapat tercurah sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan
masih mungkin ada.
Adapun langkah-langkah dalam penyelesaian soal pemecahan
masalah, yaitu : (1) memahami masalah, (2) merencanakan
penyelesaian, (3) menyelessaikan masalaj sesuai rencana, dan (4)
melakuakan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan. Berikut adalah penjelasan keempat langkah soal
pemecahanmasalah tersebut secara ringkas : 1. Memahami masalah
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah : apa (data )
yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanakan), apakah
infirmasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi,
menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih
operasional( dapat dipecahkan). 2. Merencanakan penyelesaian.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah mencoba
mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan, yang
memilii kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola
atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian. 3. Menyelesaikan
masalah sesuai rencanKegiatan yang dapat dialkukan pada langkah ini
adala menjalankan prosedur yang telah dibat pada langkah sebelumnya
untuk mendapatkan penyelesaian. 4. Memriksa kembali prosedur dan
hasil penyelesaian. Kegiatan yang dapat dialkukan pada langkah ini
adalah menganalisis dan mengevaluasi apakan prosedur yang
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain
yang lebih efektif, apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang sejenis, atau apakah prosedur dpat
dibuat generalisasinya. Giljbelc (dalam Jacobsen, 2009:242)
mengatakan strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki
karakteristik umum sebagai berikut.1. Pelajaran dimulai dengan
mengangkat suatu permasalahan atau suatu pertanyaan yang nantinya
menjadi focal point untuk keperluan suatu usaha-usaha investigasi
peserta didik.2. Peserta didik memiliki tanggung jawab utama dalam
menyelidiki masalah-masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan.
Tanggung jawab sangat penting, baik secara instruksional maupun
secara motivasional, karena peserta didik dalam pelajaran berbasis
masalah secara literal melakukan learning by doing.3. Guru berperan
sebagai fasilitator.
B. METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM MENGAJARDalam dunia
pendidikan, pada umumnya dan khususnya proses pendidikan,
penggunaan metode yang tepat dalam pengajaran merupakan hal sangat
penting untuk diperhatikan, karena keberhasilan pengajaran sangat
tergantung pada cocok tidaknya penggunaan metode pengajaran
terhadapa suatu topik yang diajarkan sehingga tujuan pengajarannya
tercapai dengan baik.
Metode merupakan suatu alat atau cara dalam menyampaikan bahan
ajar kepada siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Winarno Surachmat, yang
dikemukakan dalam buku dasar dan teknik interaksi belajar mengajar,
dinyatakan bahwa metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat
untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya Sudirjo dalam buku Metodik Lanjutan Atas,
mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan
guru dalam menyajikan bahan pelajaran yang memperhatikan
keseluruhan situasi belajar untuk mencapai tujuan.
Dari kedua pendapat diatas jelas bahwa metode merupakan cara
yang dipergunakan guru dalam proses belajar mengajar yang mana
setiap guru akan menggunakan metode tertentu dalam menyajikan bahan
pelajaran kepada siswanya. Hal ini akan memudahkan pencapaian
tujuan yang diharapakan.
Dalam pengajaran, penggunaan metode mengajar harus berpedoman
pada tujuan yang akan dicapai tanpa melupakan faktor-faktor siswa,
guru harus menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi dan
situasi kelas pada saat berlangsungnya pengajaran.1. Metode
Pemecahan MasalahMetode pemecahan masalah (problem solving)
merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan
tanpa menggunakan kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Seorang guru harus pandai pandai merangsang siswanya untuk mencoba
mengeluarkan pendapatnya.
Metode pemecahan masalah adalah penggunaan dlama metode dalam
kegiatan pebelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapai
berbagai masalah, baik masalah pribadi atau erorangan, maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orietasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajarang yang
mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan.
Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instingtif (naluriah)
maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya
dilakukan oleh binatang.
Pemeahan secara instingtif merupakan bentuk tingkah laku yang
tidak dipelajari, yang sering kali berfaedah dalam situasi yang
luar biasa, misalnya seseorang yag berada dalam keadaan terjepit
karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan ia
mungkin melompai pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya
dalam keadaan biasa hal itu tidak mugnkin dilakukan.
Dalam situasi yang problematis, baik manusia mauun binatang,
dapat menggunkan cara coba-coba, salah, dan mencoba lagi (trial and
error) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi,taraf pemecahan
masalah pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan
masalah dengan rasio (akal), diamping menggunakan bahasa. Oleh
karena itu, manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya diluar
situasi konkret.
Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat
menggunakan cara ilmiah. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah pada
umumnya mengikuti langkah-langkah sebaga berikut : Memahami
masalahMasalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan
teliti titik. Bila tidak, usahanya akan sia-sia. Mengumpulkan
dataKalau masalah sudah jelas, data/informsi/keterangan-keterangan
yang diperlukan dapat dikumpulkan. Merumuskan hipotesisJawaban
sementara yang mungkin bisa memberi penjelasan dan
keterangan-keterangan yang diperoleh, bisa jadi menimbulkan suatu
kemunginan yang mmberi harapan yang akan membawa pada pemecahan
masalah. Menilai hipotesisDengan jalan berfikir, dapat diperkirakan
akibat-akibat suatu hipotesis. Kalau teryata hipotesis ini todak
akan memberi hasil yang baik, maka dimulai lagi dengan langkah
kedua . Mengadakan kesperimen/menguji hipotesisBila suatu hipotesis
memberi harapan baik, maka itu bisa diui melalui eksperimen. Kalau
berhasil, berarti masalah ini bisa dipecahkan. Tetapi kalau tidak
berhasil, maka harus kembali lagi dari langkah kedua atau ketiga.
MenyimpulkanLaporan tentang keseluruhan prosedur, pemecahan masalah
diakhiri dengan kesimpulan. Disini, kemungkinan dapat dicetuskan
suatu prinsip atau hukum. Kesanggupan memecahkan masalah harus
diajarkan kepada para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah
(scientific method)berguna bagi mereka untuk memecahkan maalah yang
sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk memecahkan
masalahdalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kebutuhn siswa dalam
kehidupan sehari-hari
2. Ciri-CiriGaya mengajar pemecahan masalah terdiri atas
pemiiran, pemilihan dan respon. Masalahnya harus dirancang,
sehingga jawabannya bukan hanya satu jawaban, oleh karena itu gaya
ini bisa dirubah menjadi gaya yang disebut discovery tuntutan.
Masalahnya dirancang dari yang mudah ke yang sukar, misalnya apa
perbedaan hasil lemparan bola dalam keadaan kedua kaki diam diatas
lantai dengan hasil lemparan dalam posisi kedua kaki sambil
bergerak ? pertanyaan bisa semakin sulit, misalnya bagaimana bentuk
gerakan kaki untuk menendang bola agar tidak melambung jauh ke
atas. Makin meningkat usia siswa maka mutu pertanyaannya pun kian
meningkat. Pertanyaan seperti ini dimaksudkan unuk merangsang
pnalaran siswa.3. PelaksanaanLangkah-langkah dalam prses belajar
mengajar pemecahan masalah, yaitu Menyajikan masalah. Guru
menyajikan masalaah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau
pertanyaan yang merangsaang untuk brfikir. Tidak ada penjelasan
atau, demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
Menentukan prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang
dibuuhkan untuk meencapai pemecahan. Bila usia anak masih mudah
deperti dibawah kelas (kelas 1,2, atau 3), maka persoalan yang
diajukan juga lebih sederhan. Bereksperimen yang mengeksplorasi.
Dalam bereksperimen, siswa mencoba beberapa cara untuk memecahkan
maslah serta menilai dan membuat sebuaj pilihan. Ketika
mencari-cari jawaban, anaklalh yang menentukan arah pemecahannya.
Semetra itu, guru hanya berperan sebgaia penasihat, seperti
menjawab pertanyaan untuk membantu, memberi komentar, dan mendorong
siswa. Namun, ia tidak menemukan jawaban. Waktu harus dirancang
agar cukup mencari jawaban Mengamati, mengevaluasi dan berdiskusi.
Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk menemukan jawaban dan
mengamati apa yang sitemukan siswa lainnya. Aneka macam hasil
temuan dapat dipertunjukkan oleh anak secara peroranga, kelompok
kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi
terpusat pada pengujian pemecahan yang khas. Memperhalus dan
memperluas. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan sisiwa lainny
dan mengevaluasi alasan dibalik pemecahan yang dipilih, Maka perlu
dipertimbangkan tentang apa yang peru dilakukan. Selanjutny, setiap
anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali untuk melakukan
pola gerakan dan menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode pemecahan masalah ini adalah
sebagai berikut : Kelebihannya : Metode ini membuat potensi
intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat. Meningkatkan
potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan menimbulkan potensi
motivasi intern bagi siswa. Dengan menggunakan metode ini, materi
yang telah dipelajaei akan tahan lama. Masing-masing siswa diberi
kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para
siswa merasa telah lebih dihargai dan nantinya akan menimbulkan
rasa percaya diri. Para siswa tidak dapat diajak untuk lebih
menghargai orang lain. Dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan lisannya. Siswa dapat diajak untuk berfikir secara
rasional. Siswa bersifat aktif. Dapat mengembangkan sifat tanggung
jawab. Dapat melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. Dapat
berfikir dan bertindak kreatif. Dapat memecahkan masalah yang
dihadapi secara realistis. Dapat mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan. Dapat menafsikan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Dapat merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaian masalah yang dihadapi dengan tepat. Dapat membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia
kerja. Kekurangannya : Bagi siswa yang kurang memhami pelajaran
tertentu, maka pengajaran dengan meode ini akan sangat membosankan
dengan menghilangkan semangat belajarnya. Bila guu tidak
berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsinya
menjadi latihan. Bila tidak memanhami konsep yang dikandung dalam
soal-soal tersebut. Karena tidak melihat kualitas pendapat yang
disampaikan, penguasaan materi kadang diabaikan. Metode ini sering
kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengutarakan pendapat
secara isan. Memakan waktu lama. Kebulatan bahan kadang-kadang
sukar dicapai. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan
metode ini, misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta menyimpukan kejadian atau
konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. Berdasarkan
pendapat Hamiyah, langkah-langkah model pembelajara Problem Solving
yaitu peserta didik harus mencari data yang digunakan untuk
memecahkan masalah sehingga dapat ditarik kesimpulan dan solusi
dari permasalahan yang telah ditentukan, dengan demikian model
Problem Solving dapat mendorong keaktifan siswa, melatih keberanian
dan tanggungjawab. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan.Menurut Hamiyah(2014: 130) metode Problem Solving
mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.1. Kelebihan
Metode Problem Solvinga. Meningkatnya potensi intelektual dari
dalam diri siswa, akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa.b.
Dengan menggunakan metode ini, materi yang telah dipelajari akan
tahan lama.c. Masing-masing siswa akan diberi kesempatan yang sama
dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih
dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri.d. Para
siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain.e. Dapat
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannyaf. Siswa
diajak untuk berpikir secara rasional dan bersikap aktifg. Dapat
mengembangkan rasa tanggungjawabh. Dapat melatih siswa untuk
mendesain suatu penemuani. Dapat memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistisj. Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara
realistisk. Dapat menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatanl.
Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat2. Kelemahan Metode
Problem Solvinga. Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran
tertentu, maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan
dan menghilangkan semangat belajarnyab. Bila guru tidak
berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsinya
menjadi latihan. Bila tidak memahami konsep yang terkandung dalam
soal-soal tersebutc. Karena tidak melihat kualitas pendapat yang
disampaikan, penguasaan materi kadang sering diabaikand. Metode ini
sering kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengutarakan
pendapat secara lisane. Memakan waktu lamaf. Kebulatan bahan
kadang-kadang sukar dicapai
C. PEMBELAJARAN BERBASIS-MASALAHSebelum memulai proses
belajar-mengajar di kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta
untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian
peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah
itu, tugas guru adalahmerangsang pesert didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan
peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.Memanfaatkan lingkungan peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan dalam berbagai konteks lingkungan
peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat
.penugasanyang diberikan oleh guru memberikan kesempaytan kepada
peserta didik untuk beljar diluar kelas. Pesrta didik diharapkan
dapat memperoleh pengalaman langsungivita tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalamn belajar merupakan aktivitas yang harus
dilakukan peserta didik untuk mencapai penguasaan standar
kompetensi,kkemampuan dasar dan mater pembelajaran.a. Contoh
Pembelajaran Berbasis MasalahContoh pembelajaran berbasis
masalah,antara lain :1. Fase(1):mengorientasikan peserta didik pada
masalah. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas aktivitas yang akan dilakukan. Dalam
penggunaan PBL, tahap ini sangat penting dimana guru harus
menjelaskan secara rinci tentang apa yang harusdilakuakan oleh
peserta didk dan juga oleh guru. Apa yang perlu dijelaskan adalah
bagai mana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini
sangat penting untuk memberikan motivisi agar peserta didik dapat
memahami pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakuakan dalam proses ini, yaitu: Tujuan utama pengajaran tidak
untuk menpelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih
mempelajari tentang bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting
dan bagaimana menjadi pesrta didik yang mandiri. Permasalahan dan
pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak benar.
Sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesian dan seringkali bertentangan. Guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu,namun peserta didik harus
berusaha bekerja mandiriatau dengan temannya. Selama dalam tahap
analisis dan penjelasan,peesrta didik akan di dorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ad
aide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua
peserat didik diberi peluang untuk melakukan penyelidikan dan
menyampikan ide-ide mereka.2. Fase (2): mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar. Disamping mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah,pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik
untuk belajar berkolaborasi. Pemechan suatu masalah sangatt
membutuhkan kerja sama dan sharing anatar anggota. Oleh sebab itu,
guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok pesrta didik dimana masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip
pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif yang
dapat digunakan dalam konteks ini, yakni kelompok
heterogen,pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya,dan sebagainya. Guru sangat penting
memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah
peserta didik di orientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelompok belajar, selanjutnya guru dan peserta didik
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini
adalah mengupayakan semua peserta didik agar aktif untuk terlibat
dalam sejumlah penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini
menghasilakan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut3.
Fase(3): membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Penyelidikan
merupakan inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
merupakan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
tentu melibatkan karakter yang identik,yakni pengumpulan data dan
eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini,guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen ( mental maupun
actual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahannya. Tujuan adalah agar peserta didik dapat
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri. Guru membntu peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia
seharusnya mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk
berfikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pengetahuan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah
peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan
tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka selanjutnya mulai
menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta
didik untuk menyampaikan semua ide-ide nya dan menerima secara
penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang
membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan
solusi yang mereka buat serta kulitasinformasi yang dikumpulkan.4.
Fase (4): mengembangkan dan menyajikan (hasil karya) dan
memamerkannya:Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak
(hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan
tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah
dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program computer, dan sajian
multimedia. Tentunya kecanggihan sangat dipengaruhi oleh tingkat
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil
karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih
baik jika dalam pameran ini melibatkan beberapa peserta didik
lainnya, guru-guru, orang tua, dan siapapun yang dapat menjadi
penilai atau memberikan umpan balik.5. Fase (5): analisis dan
evaluasi proses pemecahan masalah. Fase ini merupakan tahap akhir
dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam
menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.
Selama fase ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan
belajarnya.Sejalan dengan Giljbelc (isjoni,2009: 52) menjelaskan
peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai
berikut:FasePerilaku Guru
Fase 1 Mengarahkan peserta didik kedalam permasalahannyaGuru
menjelaskan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
keperluan-keperluan lgistik penting dan memotivasi peserta didik
untuk ikut terlibat dalam kegiatan Problem Solving yang dipilih
sendiri.
Fase 2Mengorganisasikan peserta didik untuk belajarGuru membantu
peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas pembelajaran yang berhubungan dengan
permasalahnnya.
Fase 3Membantu investigasi mandiri dan kelompokGuru mendorong
peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang tepat guna,
melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan penjelasan dan
solusi
Fase 4Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan
exhibitsGuru membantu peserta didik mencernakan dan mempersiapkan
artefak sebagai laporan, video, dan model membantu mereka untuk
berbagi karya ilmiah.
Fase 5Menganalisis dan mengevaluasi proses Problem SolvingGuru
membantu peserta didik untuk mereflesikan investigasinya dan
proses-proses yang mereka gunakan
Sumber: Isjoni (2009: 83)Peran guru dalam pembelajaran berbasis
masalah hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa harus aktif
dalam pembelajaran. Hal ini karena setiap peserta didik memiliki
tanggung jawab dalam menyelidiki persoalan yang diberikan guru.
Jacobsen (2009:25) mengatakan bahwa pembelajaran Problem Solving
dapat dilaksanakan dengan cara: 1) mengidentifikasi masalah; 2)
melibatkan guru dalam membimbing siswa; 3) memilih metode untuk
memecahkan masalah; 4) guru mendorong peserta didik menilai
validitas solusi.
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :1. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya kedalan situasi yang belum dikenal.
Dengan demikian, ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah
adalah : (1) ada tantangan dalam bentuk materi atau soal, (2)
masalah tidak dapat diselesaikan dengan prosedutr rutin yang sudah
diketahui penjawab.2. Adapun kelebihan dari metode ini adalah.
Meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa , materi
yang telah dipelajari akan tahan lama, akan menimbulkan rasa
percaya diri pada siswa, Dapat memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistis, dapat mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan, dapat menafsikan dan mengevaluasi hasil pengamatan.3.
Disampig kelebihan, metode ini juga mempunyai kekurangan, yaitu
bagi siswa yang kurang memhami pelajaran tertentu, maka pengajaran
dengan meode ini akan sangat membosankan dengan menghilangkan
semangat belajarnya, metode ini sering kali menyulitkan mereka yang
malu untuk mengutarakan pendapat secara isan, memerlukan alokasi
waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran
yang lain, beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan
metode ini, misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta menyimpukan kejadian atau
konsep tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hamiyah, Nur dkk. 2014. Strategi Belajar Mengajar Dikelas.
Jakarta: PrestasiPustakarya.Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan
Kurikulum dan PembelajaranMatematika. Malang: Universitas Malang
(UM Press)Jacobsen, David A,. Enggen, Pasul dan Kauchak, Donald.
2009. MethodsTeaching.Jogjakarta: Pustaka RemajaIsjoni.2009.
Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar