Top Banner
MAKALAH SKENARIO 3 Kelompok 5 : Prisca Listyantika I1D111002 E. Gusti Sigar I1D111013 Dinie Muthia Iflah I1D111007 Wahyuni A. I1D111011 Retno Septiana A. I1D111018 Nita Herlina I1D111019 Cindy Dwintanandi I1D111026 Alfia Fitriani I1D111042 M. Nur Rizky I1D111043 Luthfiyah I1D111202 Ariska Endariantari I1D111037 Tutor : drg. Deby Kania Putri
22

Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

Dec 13, 2014

Download

Documents

makalah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

MAKALAH SKENARIO 3

Kelompok 5 :

Prisca Listyantika I1D111002

E. Gusti Sigar I1D111013

Dinie Muthia Iflah I1D111007

Wahyuni A. I1D111011

Retno Septiana A. I1D111018

Nita Herlina I1D111019

Cindy Dwintanandi I1D111026

Alfia Fitriani I1D111042

M. Nur Rizky I1D111043

Luthfiyah I1D111202

Ariska Endariantari I1D111037

Tutor : drg. Deby Kania Putri

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

BANJARMASIN

2012

Page 2: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, Puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa , karena atas

segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga

kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan tutorial yang berjudul ”Crown”.

Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. drg.Deby Kania Putri yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan untuk lebih

mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman kelompok tutorial 5yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan

tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan,baik dari

segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena

kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami

buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.

Banjarmasin, Januari 2013

Kelompok 5

Page 3: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

DAFTAR ISI

Page 4: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

BAB I

Pendahuluan

Gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang dibuat

untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah sehingga sudah tidak

bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi

sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan akrilik/porselen/

kombinasi logam-porselen yang menyerupai selubung/jaket yang bentuk dan warnanya

disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan.

Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas oleh pasien karena ditempelkan langsung ke gigi dengan

semen khusus. Dental crown atau mahkota tiruan diibaratkan seperti sarung yang berbentuk

gigi. Gigi yang dimasukkan ke dalam sarung gigi ini berguna untuk mengembalikan bentuk,

ukuran gigi , dan kekuatan gigi palsu itu sendiri (RA Lesmana, 1999)

Gigi tiruan mahkota terbuat dari porselen, campuran porselen, dan berbagai bahan

metal dan emas. Mahkota Penuh adalah restorasi yg menutupi seluruh permukaan mahkota

gigi (mesial, distal, bukal, lingual & oklusal), jenis mahkota penuh adalah jaket crown

( mahkota jaket) , full casted crown ( mahkota tuang penuh), dan full venner crown .

Restorasi gigitiruan cekat dapat dibuat dari berbagai macam bahan restorasi diantaranya

akrilik, porselen dan logam. Dalam penggunaannya, bahan restorasi tersebut sangat

berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal, terutama dalam hubungannya

dengan tepi preparasi subgingiva. Beberapa sifat bahan harus dipertimbangkan ketika

bahan tersebut dipilih untuk digunakan secara klinis. Pertimbangan ini termasuk

biokompatibilitas, sifat fisik dan kimia, karakteristik penanganan, estetik, dan segi

ekonomis (Edy Machmud, 2009)

Jenis bahan gigitiruan yang umumnya digunakan oleh pasien adalah akrilik, hal ini

mungkin dikarenakan oleh akrilik yang terbilang ekonomis dan estetiknya baik serta tahan

lama, bila dirawat dengan baik. Tujuan pembuatan Mahkota : memperbaiki permukaan

struktur gigi yang rusak karena: fraktur , karies, perubahan warna, cacat enamel bawaan,

Pegangan klamer/cengkeram GTS dan Mengganti mahkota lama yang rusak (Philipps, 2003)

Page 5: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

Rumusan Masalah

1. Apa definisi gigi tiruan ?

2. Apa definisi mahkota jaket ?

3. Apa keuntungan dan kerugian mahkota jaket ?

4. Apa indikasi dan kontra indikasi mahkota jaket ?

5. Apa prinsip preparasi mahkota jaket ?

6. Apa bahan yang digunakan untuk mahkota jaket ?

7. Apa tahapan preparasi mahkota jaket ?

8. Apa tahapan aplikasi mahkota jaket ?

Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi, keuntungan dan kerugian, indikasi dan kontra indikasi mahkota

jaket

2. Mengetahuis prinsip dan tahapan preparasi mahkota jaket

Metode Penulisan

Metode Literatur

Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku

kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya seeta jurnal kedokteran yang relevan

dengan topik.

Metode Teknologi

Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid.

Page 6: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

ubungi seluruh permukaan gigi dan dapat dibuada gigi posterior maupun anterior, baik pada

gigi yang vital maupun nonvital ost en treatment)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi gigi tiruan

2.1 Definisi mahkota jaket

Mahkota jaket (crown) adalah restorasi yang mengelilingi seluruh atau

sebagian struktur gigi yang tersisa, apabila seluruhnya disebut full crown, sedangkan

bila sebagian disebut partial coverage crown atau partial venners. Restorasi ini dapat

dilakukan pada gigi vital maupun gigi non vital. Restorasi ini meliputi seluruh

permukaan gigi anterior, dibuat dari bahan akrilik atau porselen sesuai dengan warna

gigi. (Abu Bakar, 2012)

Mahkota jaket dibuat untuk memperbaiki gigi yang mahkotanya sudah rusak

namun akarnya masih bagus. Selain untuk memperkuat jaringan gigi yang tersisa,

crown juga bisa memperbaiki penampilan, bentuk, ataupun posisi (kemiringan gigi).

Crown yang dibuat dari akrilik harganya relatif murah , namun biasanya kurang tahan

lama karena mudah rusak , terkikis atau mengalami pewarnaan. Crown yang terbuat

dari akrilik sekarang lebih dianjurkan untuk penggunaan mahkota buatan yang

sifatnya sementara. (Ardyan Gilang, 2010)

2.1.2 Keuntungan dan kekurangan mahkota jaket

Keuntungannya : Lebih nyaman digunakan karena tidak lepas pasang

Estetiknya bagus, pasien tidak perlu mencabut gigi asli, namun perawatannya

Page 7: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

harus ekstra karena jika terjadi kerusakan, akan berpengaruh pada pasak gigi

yang mengakibatkan gigi palsu patah.

Kerugiannya : Harganya lebih mahal Perawatannya membutuhkan waktu

yang lama

2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi mahkota jaket

Menurut Jones dan Grudy (1992), penggunaan atau indikasi dan Kontra

Indikasi mahkota jaket pada kasus sebagai berikut:

Indikasi :

1. Gigi vital dan non vital yang sudah berubah warna

2. Amelogenesis imperfekta → email mengalami hipokalsifikasi atau perubahan

warna lain yang terjadi pada gigi (misal : flourosis atau hipoplasia email)

3. gigi fraktur dimana pulpa belum terbuka

4. abrasi dan erosi gigi

5. untuk memperbaiki malposisi gigi atau koreksi malposisi (misal : rotasi,

linguo/labio versi mesio/ distoversi, diastema

6. sebagai gigi abutment untuk Gigi Tiruan Cekat

7. untuk gigi yang hipoplasia, atrisi dan rotasi

Kontraindikasi :

1. Mahkota klinis yang pendek, dengan cingulum yang datar → tonggak pendek

sehingga retensi kurang

2. Ruang pulpa masih lebar (usia sangat muda)

3. Gigitan dalam (deep bite)

4. Kerusakan gigi yang kompleks sehingga tidak memungkinkan pembuatan

mahkota jaket

5. Gigi non vital, perubahan warna yang sangat gelap

6. Alergi terhadap bahan yang digunakan

2.1.4 Prinsip Preparasi mahkota jaket

Menurut Jacobsen (2008) Prinsip preparasinya adalah :

1. Memelihara struktur gigi penyangga dan jaringan sekitarnya.

2. Menghasilkan retensi dan resistensi yang optimal

Page 8: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

Retensi → antara dinding aksial gigi penyangga dengan dinding aksial bagian

dalam restorasi

Resistensi → perlawanan terhadap gaya-gaya yang jatuh pada restorasi pada saat

berfungsi

3. Menghasilkan struktur yang kuat dan tahan lama bagi restorasi → banyak

sedikit pengambilan jaringan tergantung bahan yang digunakan

4. Diperoleh integrasi marginal antara tepi preparasi dan tepi restorasi ; integrasi

marginal → terjadi penyatuan antara tepi preparasi dan tepi restorasi

2.1.5 Bahan yang digunakan untuk mahkota jaket

Bahan yang digunakan adalah (Nurhikmah, 2008) :

1. Akrilik

Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin

akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen

gigitiruan resin memiliki basis dengan susunan linier poli (metil

metakrilat). Resin poli (metil metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan

elemen gigitiruan adalah serupa dengan yang digunakan untuk pembuatan

basis protesa. Namun besarnya ikatan silang dalam elemen gigitiruan

adalah lebih besar dibandingkan dengan basis protesa yang terpolimerisasi.

Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatnya jumlah ikatan silang

dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya menunjukkan

peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan.Resin akrilik

dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak

toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah

dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil.Poli(metil

metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk

mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai

untuk mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik

tetap stabil di bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah

terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil

metakrilat) sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah

pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak cukup tegar dan menyerap

cairan mulut, merupakan beberapa kelemahan resin.

2. Porselen

Page 9: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

Ada beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang

mengandung leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-low-

fusing yang mungkin mengandung leueite, porselen-kaca, porselen inti

khusus ( alumina, alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan

porselen CAD – CAM.Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe

( porselen feld spathic, porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina,

alumina yang diinfiltrasi kaca, spinel diinfiltrasi kaca, dan porselen-kaca ),

menurut kegunaan ( gigitiruan, vinir, porselen logam, inlai, mahkota, dan

jembatan anterior), menurut metode pemprosesan sintering, pengecoran,

atau mesin ), menurut metode pemprosesan (sintering, pengecoran, atau

mesin), menuntut materi substruktur (logam cor, logam swaged, porselen-

kaca, porselen CAD-CAM atau inti porselen sintering). Metode pembuatan

restorasi porselen mencakup koridensasi dan sintering.Komposisi porselen

gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada

anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas (K2OAl2O3.6SiO2) atau keduanya.

Pigmen, bahan opak, dan kaca ditambahkan untuk mengontrol temperatur

penggabungan, temperatur sintering, koefisien ekspansi eksternal, dan

kelarutan. Feldspar yang digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan

tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi

tetangganya.

Gambar 3. Mahkota Porselen

Sifat-sifat porselen :

1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan

hilangnya bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40 persen;

Page 10: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

terutama disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama proses

pembulatan. Porselen tidak popular selama pembuatan inlay, oleh karena sukar

mendapatkan hasil dengan ketepatan yang dibutuhkan.

2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak dapat

dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan bahan dan

translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa peneliti menganjurkan

cara sebagai berikut :

a) Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk

mengeluarkan air

b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat

merembes ke luar dari porselen

c) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi

resultante besarnya pori-pori

3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan restorasi gigi

adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada hampir semua pada

kondisi lingkungan mulut

4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen

beberapa tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik. seperti

pada porselen alumina.

5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal ekspansinya

sangat mendekati email dan dentin

6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian apabila

semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan menyebabkan

terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan.

Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain : 10

1. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu

2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan dengan

baik)

3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi

4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian

5. Tidak memberikan reaksi jaringan

Kekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang

penyusutan selama pembakaran.

Page 11: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

3. Logam

Bahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam,

akrilik dan porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas,

aloi chromium cobalt, dan aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut

dapat dipilih sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan ketersediaan

biaya.Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi.

Material ini sering digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk

dental laboratorium, restorasi langsung dan tidak langsung serta alat yang

digunakan untuk preparasi dan manipulasi gigi. Paduan logam dasar

mempunyai kekuatan lebih baik dan lebih ekonomis dari segi biaya bila

dibandingkan dengan paduan logam mulia terutama dalam pembuatan

mahkota tiruan dan restorasi jembatan. Logam padu tuang tembaga (Cu

aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan sebagai

bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan daya

kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan

mudah pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti

mahalnya precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam

mendeteksi logam tuang untuk suatu restorasi perlu dipertimbangkan

kekasaran permukaan hasil tuangan logam, sebab kadang permukaan dari

hasil tuangan logarn, terutama pada daerah tertentu kasar dan tidak sesuai

dengan cetakan. Kekasaran permukaan dari restorasi tuang bisa

mempersulit dalam proses finishing atau polishing dan dapat

memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan

faktor yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak.

Page 12: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

Gambar 4. Mahkota Tiruan dari Logam)

2.1.6 .Tahapan Preparasi mahkota jaket

Tahapan preparasi :

1. Penguranga permukaan insisal/ panjang gigi :

-garis dengan pensil berjarak 1-2mm dari garis insisal/ groove pada permukaan

insisal

-menggunakan wheel round bur , arah pengambilan dari labial-palatal/ lingual

- sebelah palatal dikurangi lebih banyak dibandingkan labial, sehingga

membentuk sudut kemiringan 45˚

2. Pengurangan permukaan labial :

- Berupa goove berjumlah 2-3 groove

- Dengan kedalaman 1-1,5 mm

- Menggunakan straight cylindrical bur

- Kedalaman makin keservikal makin dangkal

- Gingival margin berupa bahu (shoulder) menggunakan bur sholder

Page 13: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

3. Pengurangan permukaan proksimal

- Dilakukan dengan flat disc makan sebelah sehinggs terbentuk tonggak

silindris, dengan sudut kemiringan 5˚- 6˚ terhadap bidang sejajar poros gigi,

setebal ± 1mm didaerah servikal gigi

- Garis ditarik dari gingival crets kearah insisal, sejajar sumbu gigi , berjarak 1-

1,5 mm dari titik kontak

4. Pengurangan permukaan palatal/ lingual :

- Untuk bagian cekungan permukaan palatal gigi anterior

- Email daerah cingulum kearah insisal (⅔ insisal) dihilangkan menggunakan

bur wheel round end / bur footbal

- Bagian cingulum kearah servikal (⅓ servikal ) dikurangi dengan bur silindris

bentuk fissure/ tapered mengikuti bentuk permukaan palatal

Page 14: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

5. Pengurangan permukaan servikal

1. Preparasi pundak (sholder)

- Ada 3 macam tipe preparasi pundak , yaitu :

a. Tipe square, bersudut 90˚

b. Tipe obtuse , bersudut lebih besar dari 90˚ (sudut tumpul)

c. Tipe acute , bersudut kurang dari 90˚ (sudut lancip)

2. Preparasi pundak sebagian ( partial sholder)

3. Preparasi tanpa pundak (sholderless)

→ preparasi pundak dibuat dengan bur sholder . letak pundak kira-kira 0,7-1 mm.

Letak pundak bagian labial masuk subgingival sedalam 1mm.

2.1.7 Tahapan aplikasi Mahkota jaket

Mahkota selubung adalah mahkota yang menyelubungi seluruh permukaan gigi dan dapat

dibuat pada gigi posterior maupun anterior, baik pada gigi yang vital maupun nonvital (post

endodontic treat

Mahkota selubung adalah mahkota yang menyelubungi seluruh permukaan gigi dan dapat

dibuat pada gigi posterior maupun anterior, baik pada gigi yang vita

Page 15: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

aBAB III

PENUTUP

Nupun nonvital (post endodontic

Page 16: Makalah Skenario 3 Drg Kania 1

Dtre DAFTAR ISI

1. Walton ER, Torabinejad Mahmoud. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3.

Jakarta : EGC

2. Bimbaum et al. 2009. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut : Petunjuk Dalam Klinis.

Jakarta : EGC

3. Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed

prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co, Inc; 1997.p.1

4. Grossman IL,Oliet Seymout,Del Rio EC. 1998. Ilmu Endodontik Dalam Praktek Edisi 2.

Jakarta : EGC

5. Sorator SH. 2006. Essentials of Prosthodontics. New Delhi : Jaypee

6. Wilson N A, Whitehead S A, Mjor I A, Wilson NHF. Reason for the placement and

replacement of crowns in general dental practice. Primary Dental Care 2003; 10(2):53-59

7. McLaren, Vigoren. Preparations and Controlling Tooth Reduction Part 2: Crowns and

Fixed Partial Dentures. 2007; 86-88

8. Dzanuar Rahmawan. 2010. Gigi Tiruan. Jember : FKG Universitas Jember

9. Jones, J.G., Grundy, J.R., 1992, A Colour Atlas of Clinical Operative DentistryCrown &

Bridges,2ndEd, Wolfe

10. planning and making crowns and bridges 4th edition, 2007, UK

11. drg Abu bakar. Kedokteran gigi klinis. 2012

12. Ardyan Gilang . serba serbi kesehatan gigi dan mulut. 2010