Top Banner
BLOK FARMASI SAINS DAN INDUSTRI SKENARIO 1 PRODUCT LIFE CYCLE Disusun Oleh : Kelompok TUTORIAL F ERVA TAMIA HERTANTI ANNA HANIFA MAGFIRAH SAMIRAN NANING NI’MAWATI MAHARANI ANASTASIA CWP. ANDHIKA DWI ANUGRAWATI M. ARIEF SEPTIAWAN DZAKI IFFATA NASTITI PRIHARDANI ALDI ASTRAYUDHA EGIE ANDIANTY 15811128 15811135 15811153 15811154 15811157 15811166 15811172 15811194 15811208 15811218 15811220
43

Makalah Skenario 1 Industri

Feb 21, 2016

Download

Documents

YuniarDwiA

makalah blok farmasi sains dan industri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Skenario 1 Industri

BLOK FARMASI SAINS DAN INDUSTRI

SKENARIO 1

PRODUCT LIFE CYCLE

Disusun Oleh :Kelompok TUTORIAL F

ERVA TAMIA HERTANTI ANNA HANIFA MAGFIRAH SAMIRAN NANING NI’MAWATI MAHARANI ANASTASIA CWP. ANDHIKA DWI ANUGRAWATI M. ARIEF SEPTIAWAN DZAKI IFFATA NASTITI PRIHARDANI ALDI ASTRAYUDHA EGIE ANDIANTY

1581112815811135158111531581115415811157158111661581117215811194158112081581121815811220

PROGRAM STUDI APOTEKERFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA

2015

Page 2: Makalah Skenario 1 Industri

LEARNING OUTCOME

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tugas pokok dari QA (Quality

Assurance), QC (Quality Control) dan R&D (Research and Development).

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses pengembangan produk (dari

proses praformulasi sampai registrasi obat).

3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses validasi, metode analisis, dan

kualifikasi dalam proses produksi tablet.

4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui uji stablitas berdasarkan ICH.

5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses izin edar.

Page 3: Makalah Skenario 1 Industri

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tugas pokok dari QA (Quality

Assurance), QC (Quality Control) dan R&D (Research and Development).

a. Tugas Pokok Quality Assurance (QA)

1. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan

persyaratan CPOB.

2. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB

diterapkan.

3. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.

4. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal

dan pengemas yang benar.

5. Validasi yang perlu dilakukan.

6. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses pengemasan

dan pengujian batch, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan

untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan

termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian atau pengawasan selama proses,

pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian

penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan

dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.

7. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum manager pemastian mutu menyatakan

bahwa tiap batch produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan

yang tercantum dalam izin edar serta peraturan lain yang berkaitan dengan

aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.

8. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat

mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani

sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/ simpan obat (Mirza

T, 2009).

b. Tugas Pokok Quality Control (QC)

1. Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan packaging material), produk ruahan dan produk jadi.

2. Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang (rework) suatu produk.

3. Melakukan pengawasan selama proses (in process controls) dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi.

Page 4: Makalah Skenario 1 Industri

4. Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah ditetapkan (Mirza T, 2009).

c. Tugas Pokok Research and Development (R and D)

1. Mengembangkan dan merencanakan formula baru.

2. Mengevaluasi dan memperbaiki formula yang sudah beredar kemudian

diinformasikan ke departemen QC dan produksi.

3. Bekerja sama dengan unit QC dalam menentukan standarisasi bahan baku,

kemasan dan obat jadi (Mirza T, 2009).

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses pengembangan produk (dari

proses praformulasi sampai registrasi obat)

A. Praformulasi

Praformulasi merupakan tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan

sediaan farmasi yang berpusatpada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat

mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

Tujuan dilakukannya proses praformulasi :

1. Menggambarkan proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau definisi

sifat-sifat fisika dan kimiayang dianggap penting dalam menyusun formulasi

sediaan yang stabil, efektif dan aman.

2. Data praformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang lebih

sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.

Berikut merupakan monografi dari bahan-bahan yang akan digunakan :

1. Dimenhidrinat

IDENTITAS SENYAWAa. Struktur

molekul

b. Rumus molekul

C17H21NO.C7H7ClN4O2

c. Bobot molekul

470.0

d. Pemerian Serbukhablur, putih, tidakberbaue. Sinonim Chloranautine, Dimenhidrinát, Dimenhidrinat,

Dimenhidrinatas,Dimenhidrinato, Dimenhydramina,

Page 5: Makalah Skenario 1 Industri

Dimenhydrinaatti, Dimenhydrinát, Dimenhydrinat,Diménhydrinate,Dimenhydrinatum,DiphenhydramineTeoclate, Diphenhydramine Theoclate. Thediphenhydramine salt of 8-chlorotheophylline

SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur 102ºC - 106ºCb. pH 7,1 - 7,6c. Koefisien

partisi-

d. Stabilitas -e. Kelarutan Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam

kloroform, agak sukar larut dalam eter(1)

f. Inkompatibilitas

aminophylline,glycopyrronium bromide, hydrocortisone sodiumsuccinate, hydroxyzinehydrochloride, megluminea dipiodone, phenothiazines, barbiturates(1)

DATA FARMAKODINAMIK OBAT a. Indikasi Dimenhidrinat digunakan sebagai anti emeik pada pencegahan

dan pengobatan motion sickness, selain itu dapat digunakan sebagai pengobatan simptomatik pada mual dan vertigo yang disebabkan oleh penyakit meniere (kelainan pada salah satu telinga dalam) dan gangguan vestibular lainnya.

b. Mekanisme Mekanisme kerja dimenhidrinat belum diketahui secara jelas, namun dimenhidrinat mempunyai efek menekan fungsi hiperstimulasi labirin.

c. ESO Mengantuk, sakit kepala, penglihatan kabur, telinga berdenging, mulut dan saluran pernapasan kering.

d. Kontraindikasi Porfiria akut, serangan asma akut, bayi prematur, gagal jantung berat.

e. Interaksi Obat Dimenhidrinatdapat meningkatkan efek obat-obat penekan SSP (Sistem Saraf Pusat) termasuk alkohol, barbiturat, hipnotik, analgesik opioid, ansiolitik sedatif dan antipsikotik.

2. Manitol

IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul

b. Rumus molekul C6H14O6

c. Bobot molekul 222.25

Page 6: Makalah Skenario 1 Industri

d. Pemerian Serbuk putih, tidak berbau, serbuk kristal. Memiliki rasa manis seperti glukosa, dengan tingkat kemanisan setengah dari sukrosa, dan terdapat sensasi dingin di mulut.

SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur 166-168oCb. pKa 13.5 (pada 25 °C)c. Koefisien partisi -d. Stabilitas Mannitol stabil pada keadaan kering dan

dalam larutan air. Solusi dapat disterilkan dengan filtrasi atau dengan autoklaf. Dalam larutan, mannitol tidak boleh terkena dingin, asam atau alkali. Mannitol tidak mengalami reaksi Maillard

e. Kelarutan Mudah larut dalam air, larut dalm larutan basah, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam ethanol, praktis tidak larut dalam eter

3. Krospovidon

IDENTITAS SENYAWAf. Struktur molekul

g. Rumus molekul (C6H9NO)nh. Bobot molekul >1 000 000i. Pemerian Serbuk berwarna putih sampai cream putih,

halus, bebas mengalir, praktis hambar, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopis.

j. Sinonim Crospopharm; crosslinked povidone; E1202;Kollidon CL; Kollidon CL-M; Polyplasdone XL; PolyplasdoneXL-10; polyvinylpolypyrrolidone; PVPP; 1-vinyl-2-pyrrolidinonehomopolymer.

k. Fungsi DisintegrantI. SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWA

g. Titik lebur Meleleh pada150oCh. pH 5.0–8.0 (1% w/v)i. Koefisien partisi -j. Stabilitas crospovidone bersifat higroskopis, harus

disimpan dalam kedap udarakontainer di tempat yang sejuk dan kering.

k. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan beberapa pelarut organik umum.

l. Kerapatan 1.22 g/cm3

Page 7: Makalah Skenario 1 Industri

m. Inkompatibilitas Crospovidone kompatibel dengan bahan-bahan farmasi organik dan anorganik. Ketika terkena air dengan jumlah cukup besar, crospovidone dapat membentuk adduct molekul dengan beberapa bahan

n. Keamanan LD50 (tikus, IP): 12 g/kg.

4. Primojel

IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul

b. Rumus molekul C24H44O6Nac. Bobot molekul 222.25d. Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem;

higroskopik, tidak berbau, tidak berasa, butiran oval atau bulat, ukuran diameter granul 30–100 µm, dengan beberapa butiran bulat sebesar 10-35 µm

SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur Tidak dapat meleleh, diperkirakan 200oCb. pH 3-5c. Koefisien partisi -d. Stabilitas Disimpan dalam wadah tertutup untuk

menghindari perubahan kelembaban dan suhu dimana dapat mengakibatkan caking. Sifat fisik sodium starch glycolate tetap tidak dapat berubah 3-5 tahun jika disimpan pada suhu dan kelembaban

e. Kelarutan Larut pada ethanol (95%), tidak larut pada air. Pada konsentrasi 2% w/v sodium starch glycolate terdispersi dalam air dingin dan mengendap dalam bentuk lapisan terhidrasi tinggi

Page 8: Makalah Skenario 1 Industri

5. Aspartam

IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul

b. Rumus molekul C14H18N2O5

c. Bobot molekul 294.30d. Pemerian Seperti bubuk, berwarna putih krem,

berbentuk kristal, tidak berbau, rasa sangat manis.

e. Sinonim (3S)-3-Amino-4-[[(1S)-1-benzyl-2-methoxy-2-oxoethyl]amino]-4-oxobutanoic acid; 3-amino-N-(a-carboxyphenethyl)succinamicacid N-methyl ester; 3-amino-N-(a-methoxycarbonylphenethyl)-succinamic acid; APM; aspartamum; aspartyl phenylamine methylester; Canderel; E951; Equal; methyl N-L-a-aspartyl-L-phenylalaninate;NatraTaste; NutraSweet; Pal Sweet; Pal Sweet Diet; Sanecta;SC-18862; Tri-Sweet.

SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur -b. pH 4.5–6.0c. Koefisien partisi -d. Stabilitas Paling stabil pada suasana asam lemah pada

suhu 25ºC, namun tidak stabil terhadap panas.

e. Kelarutan Aspartam mudah terlarut dalam air dan sedikit terlarut dalam alkohol dan tidak larut lemak atau minyak.

6. Magnesium stearat

IDENTITAS SENYAWAa. Struktur molekul

b. Rumus molekul [CH3(CH2)16COO]2Mgc. Bobot molekul 591.24

Page 9: Makalah Skenario 1 Industri

d. Pemerian Serbuk yang sangat halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah khas.

e. Sinonim Dibasic magnesium stearate, magnesium distearate, magnesiistaras, magnesium saltmSynpro 90.

SIFAT FISIKO-KIMIA SENYAWAa. Titik lebur 117-150oCb. pH -c. Koefisien partisi -d. Stabilitas -e. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol

95% p, dan dalam eter, sedikit larut dalam benzene hangat dan etanol hangat

B. Produk Kompetitor dengan Zat Aktif yang sama

No NamaMerekdanpabrik BentukSediaan KekuatanSediaan Harga per Unit1. Antimab (Zenith

Pharmaceutical)Tablet 50 mg -

2. Antimo (Pharos Indonesia)

Tablet 50 mg Rp 5.000,- per strip (10

Tablet @ Rp 500.-)

3. Contramo (Erlimpex) Tablet 50 mg -4. Dramamine (Soho) Tablet 50 mg 50 mg x 10 x

10 RP 130.661.-

5. Dramasina (Soho / Searle Indonesia)

Tablet 50 mg 50 mg x 10 x 10 Rp

160.000,-

C. Sediaan Obat yang dirancang

1) Bentuk sediaan : Tablet Sublingual

2) Alasan pemilihan bentuk sediaan : Tablet dimenhidrinat dimodifikasi menjadi

tablet sublingual dimenhidrinat dengan alasan untuk menghindari first pass

metabolism sehingga ketersediaan hayatinya lebih banyak di dalam darah,

untuk mempercepat onset, dan tablet sublingual lebih cocok digunakan pada

pasien (pediatrik, geriatik, dan psikiatrik) yang susah menelan.

3) Kekuatan sediaan : 50 mg

4) Rencana nama merek : Drini Tablet Sublingual

5) Desain kemasan (gambar) : Lampiran

Page 10: Makalah Skenario 1 Industri

D. Formulasi Acuan Sediaan Tablet Dimenhidrinat

Nama Bahan Jumlah (mg)Dimenhidrinat 50Avicel PH101 50Laktosa 125Natrium croscarmelosa 2,29Furned silicon dioksida 1Asam stearat 0,50Magnesium stearat 0,50Total 230

E. Formula Modifikasi Tablet Sublingual Dimenhidrinat

Nama Bahan Jumlah (mg) FungsiDimenhidrinat 50 Zat aktifManitol 80 PengisiKrospovidon 3 Disintegran Primojel 6 Disintegran Amilum 4 PengikatAspartam 2 Pemanis Magnesium stearat 3 Lubrikan Talkum 2 Glidan Rasa (Strawberry) Secukupnya Perasa Total 150

F. Alat

1. Timbangan

2. Mesin kempa

3. Ayakan no. Mesh 60

4. Mixer

5. Wadah stainles

6. Jangka sorong

7. Alat hardness tester

8. Alat friabilator

9. Alat disintegrasi

10. Gelas beaker

11. Batang pengaduk

12. Spatula

13. Vakum

Page 11: Makalah Skenario 1 Industri

G. Perhitungan dan Penimbangan

Pada skala lab dibuat 300 tablet. Berikut merupakan perhitungan untuk penimbangan

pembuatan tablet pada skala lab :

Dimenhidrinat : 50 mg x 300 = 15000 mg

Manitol : 80 mg x 300 = 24000 mg

Krospovidon : 3 mg x 300 = 900 mg

Primojel : 6 mg x 300 = 1800 mg

Amilum : 4 mg x 300 = 1200 mg

Aspartam : 2 mg x 300 = 600 mg

Magnesium Stearat : 3 mg x 300 = 900 mg

Talkum : 2 mg x 300 = 600 mg

Rasa (Strawberry) : Secukupnya

H. Cara kerja

Semua bahan diayak menggunakan no mesh 60, ditimbang dan dicampur secara berurutan, setelah bercampur dikompresi menjadi tablet 150 mg dengan pengaturan diameter tablet 4 mm dan putaran rotary sebesar 12 station.

I. Skala pilot

Skala pilot merupakan pengembangan produk skala menengah menggunakan peralatan yang sesuai dengan jenis peralatan produksi; biasanya sampai ~ 20% skala produksi. Stabilitas dari zat obat atau produk obat merupakan syarat utama obat dapat diproduksi pada skala pilot menggunakan prosedur yang sesuai dan sebagai simulasi untuk skala produksi penuh. Dalam kasus bentuk sediaan oral padat, minimal sepersepuluh dari skala produksi penuh atau 100.000 unit (misalnya tablet atau kapsul) (ICH, 2003).

J. Skala produksi

Skala produksi merupakan produk zat obat atau obat diproduksi di skala produksi dengan menggunakan peralatan produksi di fasilitas produksi seperti yang ditentukan (ICH, 2003).

K. Pengemasan

Kemasan didefinisikan sebagai kumpulan komponen yang berbeda yang mengelilingi produk

farmasi dari waktu produksi hingga penggunaannya (M, Jnanadeva Bhat, 2010). Pengepakan dan

penutupan obat tidak boleh menggunakan bahan yang reaktif, adiktif, atau yang dapat terabsorbsi

untuk menjamin keselamatan, identitas, efisiensi, kualitas, dan kemurnian obat berdasarkan

persyaratan resmi. Sistem penyegelan harus dapat melindungi obat terhadap kondisi eksternal yang

merugikan, membahayakan, atau mencemari produk selama penyimpanan dan penggunaan.

Page 12: Makalah Skenario 1 Industri

Pentingnya pengemasan, yaitu (Pilchik, Ron, 2000) :

1. Melindungi terhadap semua pengaruh eksternal yang dapat merugikan dan dapat merubah

sifat dari produk.

2. Melindungi terhadap kontaminasi biologis.

3. Melindungi terhadap kerusakan fisik.

4. Memberi informasi yang benar dan identifikasi produk.

5. Mencegah pemalsuan, dan resistensi pada anak kecil.

Fungsi pengemasan adalah sebagai berikut (Julianti dan Mimi, 2006) :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen.

2. Melindungi dan mengawetkan produk.

3. Sebagai identitas produk.

4. Meningkatkan efisiensi, dalam hal penghitungan, pengiriman dan penyimpanan.

5. Menambah daya tarik.

6. Sarana informasi dan iklan.

7. Memberi kenyamanan bagi pemakai.

Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (Julianti dan Mimi, 2006) :

1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus produk.

Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi, yaitu :

a. Strip packaging, biasanya digunakan untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet, dan

lain-lain) yang digunakan secara per oral. Strip terdiri dari beberapa jenis tergantung

bahan penyusun dari strip. Diantaranya ada PLM (polycellonium), PLO (Polycello)

dan PLN (Polynium).

b. Blister pack

c. Pengemasan bulk produk, menggunakan multiwallpaper bag yang biasanya

digunakan untuk bubuk.

d. Pengemasan botol, bahan yang palig baik adalah kaca tipe NP. Biasanya digunakan

untuk produk topikal atau oral.

e. Kaleng

2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok

kemasan lain.

3. Kemasan tersier, yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau

tersier, sebagai pelindung selama pengangkutan.

Produk obat dimenhidrinat yang diproduksi dikemas dalam blister pack. Pemilihan tersebut

didasarkan dari beberapa aspek. Terdapat 5 aspek yang menjadikan kemasan blister lebih baik

dibandingkan kemasan konvensional lain, yaitu (Pilchik, Ron, 2000):

1. Integritas produk

Page 13: Makalah Skenario 1 Industri

Blister membantu mempertahankan integritas produk karena obat-obatan yang dikemas dalam

blister terlindung dari kondisi yang merugikan. Selain itu, kesempatan untuk kontaminasi

produk yang minimal, dan pada setiap dosis tercantum nama produk, dan tanggal kadaluarsa.

Oleh karena itu, kemasan blister memastikan integritas produk dari produsen secara langsung

melalui distribusi ke konsumen.

2. Perlindungan terhadap produk

Kemasan blister lebih baik dalam melindungi daripada botol. Sebagai contoh, apabila

konsumen membuka botol obat, ada kemungkinan ketika botol tidak ditutup dengan baik atau

rapat maka sebagian obat yang belum terpakai dapat terkontaminasi dengan lingkungan

sekitar dan mempengaruhi kualitas obat. Sedangkan apabila menggunakan blister, obat yang

belum dipakai tetap terjaga kualitasnya.

3. Kerusakan terlihat jelas

4. Penurunan kemungkinan kesalahan dalam penggunaan

5. Kepatuhan pasien

Kemasan blister terdiri dari 4 komponen dasar yaitu formingfilm, the lidding material, the

heat-seal coating, dan the printing ink.

1. Forming film, bahan yang dapat digunakan adalah PVC, PVDC,

PVC/chlorotrifluoroethylene (CTFE), Polystyrene (PS), Oriented polyamide

(OPA)/aluminum/PVC atau nylon/aluminum/PVC, CTFE homopolymer, dan

Paper/PET/aluminum tergantung dari bahan yang akan diblister. Bahan yang biasa

Page 14: Makalah Skenario 1 Industri

digunakan adalah PVC atau PVDC. Untuk kemasan blister obat dimenhidrinat yang

dibuat, dipilih PVC karena memiliki sifat thermoformability yang baik; kelenturan

yang tinggi; ketahanan kimia yang baik; permeabilitas rendah terhadao minyak,

lemak; dan harga yang rendah. Sifat-sifat tersebut membuat PVC digunakan sebagai

mayoritas pilihan untuk kemasan blister. PVC film yang dibentuk memiliki ketebalan

sekitar 10 mil (Pilchik, Ron, 2000). Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk

dengan dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu

dibentuk sesuai dengan cetakannya. Proses forming sendiri prinsipnya adalah dengan

memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler sehingga

plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa kembali

ke bentuk semula karena ada proses pendinginan (Anandita, 2012).

2. Lidding material, ketebalan yang biasa digunakan adalah 0,46-0,61mm. Lidding

material harus menjamin laju transmisi uap air (water-vapor transmission rate/

WVTR) yang paling rendah. Bahan yang bisa digunakan adalah hard alumunium, soft

alumunium, alumunium/paper, dan paper/PET/aluminum laminate. Lidding material

yang digunakan dalam kemasan dimenhidrinat yang akan diproduksi adalah hard

alumunium dengan ketebalan 0,8 mil (Pilchik, Ron, 2000).

3. Heat-seal coatings, pada kemasan blister heat-seal coatings atau segel merupakan

komponen yang paling penting. Penampilan dan integritas fisik kemasan tergantung

pada kualitas heat-seal coatings/ segel. Heat-seal coatings mengikat plastik blister

dan lidding material. Heat-seal coatings yang baik harus memiliki permukaan yang

halus, jernih, tahan terhadap abrasi dan panas, dan harus dapat mensegel dengan baik

(Pilchik, Ron, 2000).

4. Printing Inks/ tinta, sebagai penunjang penampilan dan memberi informasi yang

biasanya dibuat di atas lidding material. Tinta harus tahan terhadap pemanasan

hingga suhu 300oC tanpa luntur. Tinta tidak boleh mengandung lubrikan hidrokarbon,

minyak ataupun release agents dalam jumlah berlebih (Pilchik, Ron, 2000).

Mesin kemasan blister terdiri dari beberapa komponen, yaitu (Pilchik, Ron, 2000) :

1. Unwinding station, bagian ini memasok forming film dan lidding material.

2. Heating station, bagian ini akan menaikkan suhu plastik forming film hingga pada

level yang sesuai. Untuk forming film yang mengandung PVC, bahan dipanaskan

pada suhu 120 – 140oC.

3. Forming station, bagian ini membentuk rongga blister untuk tempat obat.

4. Cooling station, untuk bahan PVC tidak melalui proses pendinginan.

5. Feeding machine, pada bagian ini obat dimasukkan pada blister.

Page 15: Makalah Skenario 1 Industri

6. Sealing station, pada bagian ini dilakukan proses penyegelan antara forming film

dengan lidding material. Suhu yang digunakan dalam proses ini adalah antara 140 –

340oC.

7. Cooling station

8. Labeling through packaging, pada bagian ini kemasan diberi label, tanda, maupun

nomor batch.

Kemasan harus diuji kemasan fisik dan stabilitasnya. Parameter – parameter yang penting yang perlu

diperhatikan adalah (M, Jnanadeva Bhat, 2010) :

1. Pelepasan zat kimia dari komponen bahan kemasan.

2. Adsorpsi atau penyerapan obat oleh komponen bahan kemasan.

3. Reaksi kimia antara produk farmasi dan nbahan kemasan.

4. Pengaruh proses manufaktur pada wadah.

Bagian QC juga harus melakukan uji pada kemasan yang secara rutin dilakukan, meliputi (M,

Jnanadeva Bhat, 2010) :

Page 16: Makalah Skenario 1 Industri

1. Jenis bahan yang digunakan.

2. Inspeksi visual.

3. Uji identifikasi.

4. Uji dimensional.

5. Uji fisik.

6. Uji kimiawi.

7. Uji mikrobiologis.

8. Uji integritas kemasan blister, dapat dilakukan dengan bubble test.

L. Registrasi obat

a) Nama Obat : Nama generik dan nama dagang

- Nama generic sesuai dengan Farmakope Indonesia atau International Non-

proprietary Names (INN) yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)

- Nama dagang, berupa nama yang diberikan oleh Pendaftar untuk identitas

obatnya. Pemberian nama dagang berdasarkan kajian mandiri dan menjadi

tanggung jawab Pendaftar.

- Kajian Mandiri ketentuannya sebagai berikut:

Nama dagang harus objektif dan tidak menyesatkan, satu nama dagang hanya

dapat digunakan oleh satu industri farmasi pemilik izin edar, nama dagang yang

berbeda dapat digunakan untuk obat yang diproduksi atas dasar lisensi, nama

dagang tidak boleh menggunakan seluruhnya, nama dagang tidak boleh sama atau

sangat mirip dalam hal bunyi yang tercantum dalam data nama obat.

b) Registrasi

- Registrasi obat dilakukan oleh Pendaftar dengan menyerahkan dokumen

registrasi.

- Obat yang diregistrasi dapat berupa : obat produksi Dalam Negeri atau Obat

Impor

- Obat Produksi Dalam Negeri antara lain: Produksi sendiri, produksi berdasarkan

lisensi dan produksi berdasarkan kontrak

c) Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri

Dilakukan oleh Pendaftar yang harus memenuhi syarat sebagai berikut :

- Memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku

sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi

d) Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Lisensi

- Dilakukan oleh penerima lisensi sebagai Pendaftar

Page 17: Makalah Skenario 1 Industri

- Memiliki dokumen perjanjian lisensi

- Dokumen perjanjian lisensi memuat masa berlaku lisensi dan obat yang akan

diregistrasi

- Pemberian lisensi berupa : industri farmasi di Luar negeri atau badan riset pemilik

formula di dalam atau luar negeri

- Memiliki bukti status sebagai indutri farmasi atau badan riset

- Pemilik izin edar adalah indutri farmasi pendaftar.

e) Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Kontrak

- Dilakukan oleh pemberi kontrak sebagai Pendaftar

- Pendaftar harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : memiliki izin industry

farmasi, memiliki paling sedikit 1 fasilitas produksi sediaan yang telah memenuhi

persyaratan CPOB dan memiliki dokumen perjanjian kontrak.

- Pembuatan dapat berupa : seluruh tahapan pembuatan atau sebagian tahapan

pembuatan

- Formula dapat berupa : formula dari pemberi kontrak atau penerima kontrak

- Penerima kontrak tidak dapat mengalihkan pembuatan obat yang dikontrakkan

kepada Industri Farmasi pihak ketiga.

Tata laksana registrasi obat:

Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi; pemohon pra registrasi diajukan

oleh pendaftar secara tertulis kepada kepala badan dilampiri dengan dokumen pra-registrasi

atau dokumen registrasi; dokumen regitrasi disusun sesuai format ASEAN common technical

dossier (ACTD); permohonan diajukan dengan mengisi formulir sesuai contoh, tahapan pra-

registrasi dan registrasi dikenai biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; pemohon pra registrasi dan registrasi dapat

diajukan secara elektronik.

Page 18: Makalah Skenario 1 Industri

Permohonan diajukan dengan mengisi formulir sebagai berikut :

Permohonan pre-registrasi dan registrasi dapat diajukan secara elektronik. Petunjuk

pengisian formulir registrasi terdiri dari :

A. Uraian Obat

1. Kategori Registrasi

Diisi sesuai kategori registrasi obat yang diajukan atau sesuai yang tercantum

pada HPR.

2. Jenis Obat

diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan sesuai jenis obat yang

didaftarkan, yaotu Obat baru, Obat copy atau produk biologi.

Page 19: Makalah Skenario 1 Industri

3. Jenis produk

Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan jenis produk, yaitu :

a. Produk Tunggal, jika produk hanya terdiri dari obat saja

b. Produk kombinasi, jika produk terdiri dari obat dan pelarut atau alat bantu

penggunaan obat (misalnya syringe, aerosol, spray)

4. Golongan Obat

Diisi dengan tanda centang (√) pada salah satu pilihan obat sesuai golongan obat,

yaitu Obat keras, Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Narkotika atau Psikotropika.

5. Nama Obat

Diisi dengan nama obat yang didaftarkan

6. Bentuk sediaan, kekuatan dan satuan ukuran

Bentuk sediaan dicantumkan terperinci dilengkapi dengan kekuatan sediaan dan

satuan ukuran. Contoh : tablet salut gula 5mg.

7. Kelas Terapi dan Kode ATC

Diisi sesuai WHO Anatomical Therapeutic Chemical Code yang diterbitkan oleh

WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology

(www.whocc.no/atc_ddd_index/)

8. Kemasan (Jenis dan Deskripsi)

Pada kolom pertama dicantumkan jenis kemasan, missal : blister, ampul, vial,

botol, dll.

Pada kolom kedua dicantumkan deskripsi dan komposisi kemasan primer secara

spesifik, termasuk jenis bahan, warna, ukuran.

9. Besar kemasan

Dicantumkan jumlah system kemasan dalam kemasan sekunder dan jumlah

sediaan per system kemasan.

10. Bentuk sediaan, kekuata,, dan kemasan lain

Diiisi untuk bentuk sediaan, kekuatan, jenis kemasan, dan besar kemasan lain

yang terdaftar dan/atau yang sedang didaftarkan. Nomor izin edar terakhir

dicantumkan untuk obat yang telah terdaftar disertai dengan masa berlaku izin

edar.

B. Keterangan Lengkap Pendaftar

1. Nama Pendaftar

2. Alamat Pendaftar

3. Alamat Surat menyurat

Page 20: Makalah Skenario 1 Industri

C. Status Produksi

1. Status produksi

2. Obat diajukan hanya untuk ekspor

3. Nama pemberi lisensi

4. Alamat pemberi lisensi

5. Produsen

D. Formula

1. Zat aktif

2. Zat tambahan

3. Pelarut

Dokumen registrasi terdiri atas:

a. Bagian I: dokumen administratif, informasi produk dan penandaan.

Bagian II: dookumen mutu

Bagian III: dokumen non klinik

Bagian IV: dokumen klinik

b. Dokumen pra registrasi dan registrasi harus menggunakan bahasa indonesia atau bahasa

inggris.

c. Tata cara penyususnan dokumen registrasi haruus sesuai dengan contoh yang

dicontohkan oleh BPOM.

d. Dokumen registrasi merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan hanya untuk

keperluan evaluasi oleh berwenang.

Registrasi obat harus bisa dipertanggungjawabkan oleh pendaftar, oleh karena itu

pendaftar bertanggungjawab atas: kelengkapan dokumen yang diserahkan; kebenaran dan

keabsahan informasi yang tercantum dalam dokumen registrasi dan perubahan data dan

informasi produk yang sedang dalam proses registrasi atau sudah memiliki izin edar.

Tanggung jawab pendaftar harus dinyatakan secara tertulis dalam surat pernyataan. Setiap

perubahan data atau informasi produk harus mendapatkan persetujuan kepala badan.

Proses pengembangan obat baru : Obat yang dibuat melalui tahapan uji klinik di

indonesia, sebelum diregistrasi harus melalui penilaian proses obat pengembangan baru,

penilain proses pengembangan obat baru diatur tersendiri oleh kepala badan (BPOM,2012).

Registrasi Variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang telah

memiliki obat edar dari Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi,

metode, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat, bahan baku, wadah, kemasan, dan

Page 21: Makalah Skenario 1 Industri

penandaan. Registrasi Minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B) adalah registrasi

variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor dengan notifikasi maupun major.

Dokumen Administratif Registrasi Variasi, antara lain:

a. Surat pengantar

b. Formulir Registrasi

c. Pernyataan pendaftar

d. Sertifikat dan dokumen administrative (sesuai dengan status produksi: obat produksi

dalam negeri, kontrak, lisensi, eksport, import)

e. Hasil pra regitrasi (jika dipersyaratkan)

f. Kuitansi atau bukti pembayaran

g. Dokumen lain-lain

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses validasi, metode analisis, dan

kualifikasi dalam proses produksi tablet.

1. Proses Validasi

a. Validasi Metode Analisis

Validasi Metode Analisis adalah proses untuk membuktikan bahwa semua metode

analisa yang digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu sudah sesuai dan

senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus)(Nash

RA,2005). Tujuan validasi metode analisis adalah untuk mengetahui bahwa metode

analisis sesuai tujuan penggunaannya (BPOM, 2012).

Kriteria yang diuji dalam validasi metode analisis Menurut ICH (International

Conference of Harmonization), antara lain (ICH,2015) :

1. Presisi

2. Akurasi

3. Batas deteksi (LOD)

4. Batas kuantitasi (LOQ)

5. Spesifisitas

6. Linieritas

7. Rentang

8. Robustness

9. Kesesuaian sistem

Kategori dalam melakukan validasi metode analisis yaitu :

Kategori I

Page 22: Makalah Skenario 1 Industri

Metode analisis untuk penetapan kadar komponen utama dalam bahan baku obat

atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam produk farmasi.

1) Kategori II

Metode analisis untuk penetapan cemaran dalam bahan baku obat atau hasil degradasi

dalam produk farmasi. Metode ini terdiri dari penetapan kuantitatif dan uji batas.

2) Kategori III

Metode analisis untuk penetapan karakteristik sediaan (disolusi, pelepasan obat, dll).

3) Kategori IV

Metode analisis untuk identifikasi(Nash RA,2005).

b. Validasi Proses

Validasi proses manufaktur bertujuan untuk:

1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur manufaktur yang berlaku

dan digunakan dalam proses manufaktur rutin (batch processing record), senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan secara terus – menerus,

2) Mengidentifikasi dan mengurangi problem (masalah) yang terjadi selama proses

manufaktur dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang,

3) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses manufaktur

Tahap-tahap validasi proses manufaktur:

1) Desain atau prekualifikasi proses manufaktur

Dalam tahap ini dilakukan penentuan parameter dari setiap proses manufaktur,

menentukan parameter yang kritis, dan melakukan studi terhadap validasi proses yang

mendukung. Proses prekualifikasi meliputi evaluasi parameter-parameter proses dan

range dari parameter-parameter tersebut.

2) Kualifikasi proses manufaktur

Kualifikasi proses manufaktur dilakukan berdasarkan protokol prospektif dan

berdasarkan hasil dari tahap validasi proses pertama.

3) Verifikasi proses manufaktur

Tahap ini merupakan penilaian terhadap proses yang telah berjalan. Parameter-

parameter kritis dimonitor secara rutin. Seluruh perubahan yang telah dilakukan

terhadap prosedur manufaktur dinilai pengaruhnya terhadap proses yang sudah

divalidasi, dan dilakukan revalidasi bila perlu (Surbi G,2012).

c. Validasi Personalia

1) Kerjasama yang erat antara personil utama dengan personil yang terlibat dengan

sistem komputer adalah esensial.

Page 23: Makalah Skenario 1 Industri

2) Personil penanggung jawab harusdiberikan pelatihan yang memadai untuk mengelola

dan menggunakan sistem yang dipakai dalam lingkup tanggung jawabnya dan

dipastikan mempunyai keahlian untuk menanganiaspek desain, validasi, instalasi dan

pengoperasian sistem komputerisasi (BPOM, 2012).

d. Validasi Prosedur Pembersihan

Tujuan validasi pembersihan adalah

1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan

sudah tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang

2) Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif karena efek

pembersihan

3) Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur

pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan, cara pembersihan

menghasilkan tingkat kebersihan yang sudah ditetapkan.

Validasi pembersihan :

1) Validasi pembersihan dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.

Penentuanbatas kandungan residu suatuproduk, bahan pembersih danpencemaran

mikroba, secararasional didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan.

Batas tersebut sebaiknya dapat dicapai dan diverifikasi.

2) Metodeanalisis yang digunakan tervalidasi yang memilikikepekaan untuk mendeteksi

residuatau cemaran. Batas deteksi masingmasing metode analisis cukup peka untuk

mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima.

3) Validasi prosedurpembersihan dilakukan hanya untukpermukaan alat yang

bersentuhanlangsung dengan produk. Validasi harus mempertimbangkan juga untuk

bagian alat yang tidak bersentuhanlangsung dengan produk. Interval waktu antara

penggunaan alat dan pembersihan divalidasidemikian juga antara pembersihan dan

penggunaan kembali serta menentukan metode dan interval pembersihan.

4) Prosedur pembersihan untuk produkdan proses yang serupa, dapatdipertimbangkan untuk

memilih suaturentang yang mewakili produk danproses yang serupa. Satu studivalidasi

dapat dilakukanmenggunakan pendekatan kondisiterburuk (worst case)

denganmemerhatikan isu kritis.

5) Validasi prosedur pembersihandilakukan dengan melaksanakanprosedur tiga kali

berurutandengan hasil yang memenuhi syaratuntuk membuktikan bahwa metodetersebut

telah tervalidasi.

Page 24: Makalah Skenario 1 Industri

6) ”Uji sampai bersih” (test until clean)bukan merupakan satu-satunyapilihan untuk

melakukan validasipembersihan

7) Dalam keadaan tertentu produk yangmempunyai sifat fisika-kimiawi yangsama dapat

digunakan untuksimulasi menggantikan suatu produk,dengan syarat bahan

penggantitidak beracun atau berbahaya (BPOM, 2012).

e. Validasi Proses Pengemasan

Tujuan validasi proses pengemasan :

1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pengemasan yang berlaku

dan digunakan dalam proses pengemasan rutin senantiasa mencapai persyaratan yang

ditentukan.

2) Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten serta mengikuti

prosedur pengemasan yang telah ditentukan.

3) Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa campur baur antar produk

maupun batch(Mirza T, 2009).

2. Metode Analisis

1) Uji keseragaman bobot

Dilakukan dengan cara mengambil tablet yang telah dikempa secara acak

sebanyak 20 tablet. Kemudian masing-masing tablet ditimbang dan ditentukan berat

rata-ratanya(mba egie). Tidak boleh ada lebih dari 2 obat yang bobotnya menyimpang

dari 5% bobot rata-rata dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari

10% bobot rata-ratanya (Anonim, 1979).

2) Uji kerapuhan

Dilakukan dengan cara mengambil tablet secara acak sebanyak 20 tablet.

Kemudian seluruh tablet divakum terlebih dahulu dan ditimbang. Lalu dimasukkan ke

dalam alat freabilator dengan kecepatan 25 rpm selama 100 kali putaran. Setelah itu

seluruh tablet divakum dan ditimbang lagi. Dicatat bobot tablet.

% Kerapuhan =Berat awal tablet−Berat akhir tablet

Berat awal tabletx100 %❑

3) Uji kekerasan

Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 10 tablet secara acak. Satu per

satu tablet diletakkan pada alat kekerasan. Dicatat hasil yang muncul pada alat

kekerasan.

4) Uji waktu hancur

Page 25: Makalah Skenario 1 Industri

Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 6 tabletdan dimasukkan ke dalam alat penghancur. Dicatat waktu hancur masing-masing tablet.

5) Uji ketebalan tablet

Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 10 tablet secara acak. Dihitung

ketebalan masing-masing tablet menggunakan jangka sorong digital.

6) Uji kandungan obat

Dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 20 tablet, setlah itu ditimbang

lalu digerus. Kemudian ditimbang jumlah serbuk yang setara dengan 150 mg

dimenhidrinat. Serbuk dilarutkan pada larutan pH 7,4 sebanyak 100 mL, disaring dan

diencerkan, setelah itu dianalisis menggunakan Spektrofotmeri-UV Visibel pada

panjang gelombang 278 nm.

3. Proses Kualifikasi

1) Kualifikasi Desain (KD)

Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi

terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.Desain harus memenuhi ketentuan

CPOB dan didokumentasikan.

2) Kualifikasi Instalasi (KI)

Kualifikasi Instalasi (KI) dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan

baru atau yang dimodifikasi.KI mencakup hal berikut : a) instalasi peralatan, pipa dan

sarana penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang

didesain; b) pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan

peralatan dari pemasok; c) ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan d) verifikasi

bahan konstruksi.

3) Kualifikasi Operasional (KO)

KO dilakukan setelah KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO

sebaiknya mencakup hal berikut : a) pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan

pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan; dan b) pengujian yang meliputi satu

atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering

dikenal sebagai kondisi terburuk (worst case).

Penyelesaian formal KO mencakup kalibrasi, prosedur pengoperasian dan

pembersihan, pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif. Penyelesaian KO

fasilitas, sistem dan peralatan dilengkapi dengan persetujuan tertulis.

4) Kualifikasi Kinerja (KK)

Page 26: Makalah Skenario 1 Industri

KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.KK

mencakup pada hal berikut: a) pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan

pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan

berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan; b) uji yang

meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan

bawah.Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam beberapa kasus

pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO.

5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah operasional

Pada proses kualifikasi ini harus tersedia bukti untuk mendukung dan

memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat.

Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta

prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui uji stablitas berdasarkan ICH.

1. Uji stabilitas berdasarkan frekuensinya :

1) Jangka panjang (Long-term)

Uji ini dilakukan minimal 12 bulan. Pengujian untuk tahun pertama normalnya

3 bulan sekali, untuk tahun kedua tiap 6 bulan sekali, dan untuk tahun-tahun

berikutnya tiap 6 bulan dilakukan uji stabilitas.

2) Penyimpanan dipercepat (Accelerated)

Uji ini dilakukan minimal pada 3 (tiga) titik, termasuk diawal dan diakhir uji

(Misal, pada bulan ke- 0, 3, dan 6). Lama pengujian yang direkomendasikan

adalah 6 bulan.

3) Jangka menengah (Intermediate)

Uji ini dilakukan minimal pada 4 titik, termasuk diawal dan diakhir uji (Misal,

pada bulan ke- 0, 6, 9, dan 12). Lama pengujian yang direkomendasikan adalah 12

bulan. Uji ini biasanya dilakukan apabila pada “Penyimpanan dipercepat” terjadi

perubahan yang signifikan.

Page 27: Makalah Skenario 1 Industri

2. Uji stabilitas berdasarkan kondisi penyimpanannya :

1. Suhu KamarJangka panjang (Long-term)

25oC ± 2 oC30 oC ± 2 oCJika menggunakan suhu 30 oC ± 2 oC tidak ada uji jangka menengah.

Jangka menengah (Intermediate)

30 oC ± 2 oC

Dipercepat (Accelerated)

40 oC ± 2 oC

2. Dalam kulkasJangka panjang (Long-term)

5 oC ± 3oC

Dipercepat (Accelerated)

25 oC ± 2 oC

3. Dalam freezerJangka panjang (Long-term)

-20 oC ± 5 oC

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui proses izin edar.

Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk

memperoleh Izin Edar. Izin Edar diberikan oleh Menteri. Menteri melimpahkan pemberian

Izin Edar kepada Kepala Badan. Dikecualikan untuk: obat penggunaan khusus atas

permintaan dokter, obat donasi, obat untuk uji klinik, obat sampel untuk registrasi.

1. Dasar Hukum

a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 Tentang

Registrasi Obat.

b. Keputusan Badan POM No.HK.00.05.3.1950 tahun 2003 tentang Kriteria dan Tata

Laksana Registrasi Obat.

2. Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:

a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui

percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status

perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan;

b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan

Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan

yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih;

Page 28: Makalah Skenario 1 Industri

c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin

penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman;

Selain kriteria, juga harus memenuhikriteria lain sebagai berikut :

a. Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan kemanfaatan

dankeamanan dibandingkan dengan obat standar dan obat yang telah disetujuiberedar

di Indonesia untuk indikasi yang diklim;

b. Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan obat program lainnya yangakan

ditentukan kemudian, harus dilakukan uji klinik di Indonesia;

c. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan terjangkauditetapkan tersendiri

oleh Kepala Badan.

3. Obat jadi yang dapat didaftarkan untuk diedarkan adalah obat jadi hasil produksi industri

farmasi dalam negeri yang telah memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan.

4. Permohonan Pendaftaran

Permohonan pendaftaran obat jadi dalam negeri diajukan oleh industri farmasi

yang memiliki izin industri farmasi dari Menteri dan telah memenuhi persyaratan CPOB

(Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB.

5. Tata cara memperoleh izin edar

a. Registrasi diajukan kepada Kepala Badan.

b. Kriteria dan tata Iaksana registrasi ditetapkan oleh Kepala Badan.

c. Dokumen registrasi merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan hanya

untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang.

Terhadap registrasi dikenakan biaya. Ketentuan tentang biaya ditetapkan

sesuaiperaturan perundang-undangan;Terhadap dokumen registrasi yang telah memenuhi

ketentuan dilakukan evaluasi sesuai kriteria.

Untuk melakukan evaluasi dibentuk:

a. Komite Nasional Penilai Obat

b. Panitia Penilai Khasiat-Keamanan

c. Panitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan Obat

6. Pemberian Izin Edar, Pelaksanaan Izin Edar dan Evaluasi Kembali

Kepala Badan memberikan persetujuan atau penolakan izin edar berdasarkan

rekomendasi yang diberikan oleh Komite Nasional Penilai Obat, Panitia Penilai Khasiat–

Keamanandan Panitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan

Obat;Kepala Badan melaporkan Izin Edar kepada Menteri satu tahun sekali;Jika registrasi

obat ditolak, tidak dapat ditarik kembali.Izin edar berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang

Page 29: Makalah Skenario 1 Industri

selama memenuhi ketentuan yang berlaku.Pendaftar yang telah mendapat izin edar wajib

memproduksi atau mengimpor dan mengedarkan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun

setelah tanggal persetujuan dikeluarkan. Pelaksanaan ketentuan dilaporkan kepada Kepala

Badan.

Terhadap obat yang telah diberikan izin edar dapat dilakukan evaluasi

kembali.Evaluasi kembali obat yang sudah beredar dilakukan terhadap obat dengan risiko

efek samping lebih besar dibandingkan dengan efektifitasnya yang terungkap sesudah

obat dipasarkan, obat dengan efektifitas tidak lebih baik dari plasebo, obat yang tidak

memenuhi persyaratan ketersediaan hayati/bioekivalensi.Terhadap obat yang dilakukan

evaluasi kembali, industri farmasi/pendaftar wajib menarik obat tersebut dari peredaran.

Evaluasi kembali juga dilakukan untuk perbaikan komposisi dan formula obat (Menkes

RI, 2008) (BPOM, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: Makalah Skenario 1 Industri

LAMPIRAN