MAKALAHMENGUNYAH
KETUA : DHONY MIFTAHUL HUDAJ2A013015SCABLE 1: KURNIA ADHI
WIKANTOJ2A013010SCABLE 2: NISA SOFFIYANIJ2A013030ANGGOTA: 1. ISHANA
RAISA HAFIDJ2A013004 2. SEKAR LINTANG HAPSARIJ2A013006 3. FARA
SETYO DEWIJ2A013017 4. HANUM LAKSITA INTAN HJ2A013019 5. GEETA
ARIYANTIJ2A013031 6. BAGAS LUTHFI ALFATJ2A013039 7. RIFQI
MUHAMMADJ2A013040 8. AKHFA MUNTAHA AJ2A013041 9. SRI
MARGIYANTIJ2A013042
PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG2015DAFTAR ISI
Halaman Judul
...........................................................................
1Daftar Isi
....................................................................................
2Bab 1 Pendahuluan
.....................................................................
3 1.1 Latar Belakang
........................................................... 3 1.2
Tujuan
........................................................................
3Bab 2 Tinjauan Pustaka
.............................................................. 4Bab
3 Pembahasan
.....................................................................
13Bab 4 Kesimpulan
......................................................................
21Bab 5 Daftar Pustaka
.................................................................
22
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMengunyah merupakan suatu proses penghancuran
makanan dengan bantuan seluruh fungsi rahang atas, rahang bawah,
bersama sama dengan temporomandibular, lidah, otot otot mastikasi
dan gigi geligi. Tidak hanya menghancurkan makanan, proses
mengunyah atau mastikasi mempunyai fungsi lain, seperti memotong
dan menggiling makanan, membantu mencerna sellulosa, memperluas
permukaan, merangsang sekresi saliva, mencampur makanan dan saliva,
melindungi mukosa, dan mempengaruhi pertumbuhan jaringan
mulut.Proses pengunyahan juga membantu proses pencernaan karena
enzim pencernaan hanya bekerja di permukaan partikel makanan,
sehingga tingkat pencernaan bergantung pada proses pengunyahan itu
sendiri dan penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik
mencegah penolakan dari gastrointestinal tract dan meningkatkan
kemudahan untuk mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil
sampai ke segmen usus.
B. Tujuan1. Mengetahui definisi dan fungsi dari mengunyah /
mastikasi.2. Mengetahui komponen komponen yang berperan dalam
proses pengunyahan / mastikasi.3. Mengetahui mekanisme dari
pengunyahan / mastikasi.4. Mengetahui pergerakan TMJ.5. Mengetahui
etiologi kelainan dari sistem pengunyahan / mastikasi.6. Mengetahui
kelainan - kelainan dalam proses pengunyahan / mastikasi dan
penatalaksanaannya.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
A. Definis Mengunyah / Mastikasi Pengunyahan merupakan aktivitas
neuromuskular yang membentuk fungsi yang kompleks, sensual dan
umumnya efisien dalam menyiapkan makanan untuk dicerna. Pada proses
ini saliva melumasi bolus, lidah, pipi dan bibir yang berfungsi
untuk mengangkut makanan ke segmen posterior dari gigi gigi
mandibula.
B. Komponen sistem pengunyahan Tulang1. Os MaxillaTulang maksila
terdiri dari corpus dan empat processus.
a. Corpus maxillaeCorpus maxillae berbentuk seperti piramid
empat sisi dengan basis mengarahke vertikal di dekat cavum nasi dan
apeks atau ujung meluas ke lateral ke dalam bagian dari tulang pipi
( os zygomatikum ). Nervus dan arteri infraorbitalis keluar dari
canalis infraorbitalis ke wajah melalui foramen infraorbitalis.b.
Sinus maxillaris atau antrumSinus merupakan ruang di dalam tulang
dan terdapat pada os palatina, os frontale, os ethmoidale dan
maxilla. Sinus maxillaris terletak di corpus maxilla dan berfungsi
untuk memperingan cranium, memberi resonansi suara, menghangatkan
udara pernapasan dan membasahi cavum nasi.c. Processus pada maxilla
Processus frontalis Processus zygomaticusMembentuk bagian anterior
atau permukaan fasial dari setiap maxilla. Meluas ke lateral
bertemu dengan processus maxillaris dari os zygomaticum. Processus
alveolarisBerbentuk tapal kudapada bagian kanan dan kiri maxilla
dan meluas dari corpus maxillae melingkari akar dari semua gigi
atas. Processus palatinus maxillaeProcessus palatinus dextra dan
sinistra bertemu untuk membentuk bagian anterior atap rongga mulut
( palatum durum ).
2. Os Palatina
Os palatina membentuk seperempat bagian posterior palatum durum.
Keseluruhan palatum durum tersusun atas os palatina dan processus
palatinus maxillae.Os palatina memiliki tonjolan vertikal pada
cranium dan membentuk bagian dari dinding posterior sinus
maxillaris.
3. Os ZygomatikumOs zygomatikum membentuk tonjolan pipi. Arcus
zygomatikum ini adalah tempat otot pengunyahan ( m. masseter )
melekat pada cranium.
4. Os Mandibula
Mandibula merupakan tulang tunggal berbentuk tapal kuda dan
merupakan tulang terbesar dan terkuat pada wajah. Mandibula
mempunyai tiga bagian, yaitu corpus horizontal yang berbentuk tapal
kuda dan dua rami yang vertikal.
5. Os Temporale
Tulang temporal yaitu sepasang tulang yang kompleks yang
membentuk bagian samping neurocranium. Pada masing masing pasangan
os temporal mempunyai fossa mandibularis yang terletak pada aspek
inferior os temporale.Os temporal mempunyai beberapa processus,
diantaranya processus zygomaticus, processus mastoideus dan
processus styloideus.
6. Os Hyoideum
Os hyoideum bukan tulang kranium tetapi terletak pada leher di
atas prominentia laryngea dari kartilago thyroidea. Tulang ini
tidak dihungkan dengan tulang kraniumkecuali melalui jaringan
lunak.
Muskulus ( otot )1. Musculus Masseter
Musculus masseter merupaka otot pengunyahan yang paling
superfisial, gemuk dan bertenaga tinggi. Bentuknya empat sisi.
Musculus ini berfungsi untuk mengangkat mandibula ( menutup mulut )
dan mengaplikasikan gaya yang besar untuk mengunyah makanan.
2. Musculus TemporalisMusculus temporalis merupakan otot yang
berbentuk kipas, besar, dan pipih dengan serabut anterior vertikal
yang berfungsi untuk mengangkat mandibula dan serabut posterior
lebih horizontal, bekerja saat membuka mulut ( menurunkan mandibula
).
3. Musculus Pterygoideus Medialis ( gambar no. 3 )
Musculus ini terletak pada permukaan medial ramus mandibula.
Musculus ini berfungsi untuk mengangkat mandibula ( menutup mulut )
dan otot ini bekerjasama dengan musculus masseter dalam
mengeluarkan tenaga untuk mengatupkan gigi.
4. Musculus Pterygoid Lateralis ( gambar no. 1 )Musculus
pterygoid lateral merupakan otot yang pendek tebal agak konus,
terletak di kedalaman fossa infratemporalis dan merupakan penggerak
utama mandibula selain mengatupkan rahang.
5. Musculus TambahanMusculi Suprahyoideia. M. stilohyoideusb. M.
digastricusc. M. mylohyoideusd. M. geniohyoideusMusculus
infrahyoideia. M. omohyoideusb. M. sternohyoideusc. M.
sternithyroideusd. M. thyrohyoideus Nervus1. Nervus Trigeminus ( CN
V )a. Nervus MaxillarisNervus ini menyuplai sensasi umum ke kulit
sepertiga wajah dan palatum dan cabang cabang sensoris ke pulpa
gigi atas. Nervus maxillaris bercabang menjadi empat, yaitu nervus
pterygopalatinus, alveolaris superior posterior, nervus
infraorbitalis, dan nervus zygomaticus.b. Nervus MandibularisNervus
ini bercabang menjadi empat cabang sensoris utama, yaitu : Nervus
auriculotemporalisMenyuplai rasa sakit dan serabut propriosepsi ke
TMJ dan menyuplai kulit auris eksterna serta aspek lateral cranium
dan pipi. Nervus BukalisMenginervasi mukosa sampai kulit pipi pada
sudut mulut dan gingiva bukalis di daerah molar bawah. Nervus
LingualisMemberi sensasi umum ke permukaan atas ( dorsal ) dan
bawah ( ventral ) dari dua pertiga anterior lidah dan jaringan
sekitarnya. Nervus Alveolaris InferiorNervus ini bercabang menjadi
nervus mylohyoideus yang berfungsi untuk menyuplai musculus
mylohyoideus.
2. Nervus Facialis ( CN VII )Nervus facialis menginervasi
musculus orbicularis oris, musculus digastricus, musculus
stylohyoideus, glandula sublingualis, dan glandula
submandibularis.
3. Nervus GlossopharyngeusNervus ini menyuplai pengecapan dan
sensasi rasa ( sentuhan dan rasa sakit ) pada sepertiga posterior
lidah. Nervus ini juga menginervasi musculus stylopharyngeus.
4. Nervus HypoglossusNervus ini menginervasi musculus
genioglossus, musculus hypoglossus, musculus longitudinalis,
musculus vertikalis dan musculus transversus.
Glandula Saliva1. Glandula ParotidGlandula ini terletak pada
bagian samping, di atas musculus masseter. Bagian inferior menempel
pada musculus sternoleidomastoideus, dan pada bagian posterior
terletak di atas venter posterior m. digastricus.
2. Glandula SubmandibularisGlandula ini terletak di bawah corpus
mandibulae dan menempati segitiga yang dibentuk oleh venter
posterior dan anterior musculi digastrici. Pada bagian superior
dibatasi oleh musculus mylohyoideus.
3. Glandula Sublingualis
4. Glandula AsesoriusGlandula ini terletak dalam jumlah pada
submukosa / mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian
posterior palatum durum dan mukosa bukal.
C. Mekanisme Pengunyahan
Makanan (masuk)
Rongga MulutDipengaruhi N. Trigeminus
Refleks otot terhambat
Penurunan mandibula, Sehingga terjadi reflek regang
ototMandibula
Mandibula Kontraksi
Mandibula terangkat(pengatupan gigi)
BAB 3PEMBAHASAN
Pengunyahan atau mastikasi merupakan suatu aktivitas yang
dimaksudkan terutama untuk mencerna makanan dan menyiapkannya
sebelum di telan. Proses pengunyahan merupakan bagian dari sistem
pencernaan, karena saat proses pengunyahan juga menggunakan enzim.
Pengunyahan yang sempurna dapat meringankan kerja lambung dalam
mencerna makanan tersebut. Sebaliknya apabila pengunyahan tidak
sempurna, maka kerja lambung akan semakin berat untuk mencerna
makanan tersebut.Banyak organ yang berperan saat mastikasi, yaitu
gigi geligi, otot otot pengunyahan, sendi, tulang dan saraf. Semua
organ tersebut saling berkesinambungan salam proses
pengunyahan.Proses pengunyahan makanan di dalam rongga mulut
idealnya dilakukan pada dua sisi ( bilateral ). Seperti halnya
dalam skenario yang berbunyi Pada hari minggu saya dan teman jalan
jalan di sebuah Mall. Setelah mendapatkan semua yang kami butuhkan,
kami melanjutkan dengan makan siang bersama. Kami makan sambil
berbincang ringan seputar kegiatan kampus. Ketika makan saya
memperhatikan teman saya mengunyah begitu mudahnya. Mengunyah
dengan kedua sisi, dan tidak terlihat memiliki masalah pada sendi
rahangnya. Saat dia tersenyum saya melihat susunan gigi geliginya
yang lengkap dan sangat rapi.Dari skenario dapat dilihat bahwa
tokoh ( saya ) memiliki sistem pengunyahan yang normal dengan
melibatkan kedua sisi, bagian kanan dan kiri. Apabila dalam
mengunyah hanya menggunakan satu sisi dapat menyebabkan rasa sakit
yang bisa terjadi di sisi pengunyahan karena pekerjaan yang
berlebihan pada sendi dapat menyebabkan gangguan / cedera pada
struktur sendi dan otot yang terkait yaitu sendi temporomandibula
disorder ( TMD ).Pengunyahan satu sisi merupakan salah satu
penyebab terjadinya kelaianan pada temporomandibula joint ( TMJ )
yang biasa disebut temporomandibula disorder ( TMD ). Apabila
seseorang mengalami TMD, maka ia akan merasakan sakit dan nyeri
saat menggerakkan mandibula, bahkan dapat menyebabkan kekakuan otot
sehingga mandibula sulit untuk digerakkan. Penyebab lain terjadinya
TMD antara lain yaitu beban pengunyahan pada gigi yang terlalu
besar, pengecilan otot rahang ketegangan otot pendukung sendi TMJ,
kebiasaan oral yang buruk, trauma atau penyakit dan sikap tubuh
yang salah ( menyangga rahang dengan tangan, membuka mulut terlalu
lebar dll ).Kita dapat menghindari kelainan TMJ yang disebut dengan
TMD dengan cara merubah kebiasaan kebiasaan buruk yang biasa kita
lakukan dan dapat menyebabkan kelainan tersebut. Apabila kita tidak
merubah kebiasaan buruk yang ada dalam diri sendiri, walaupun
kelainan tersebut sudah diobati maka kelainan tersebut akan tetap
kembali karena pola perilaku kita yang buruk.
Pergerakan TMJ1. Depresi MandibulaDepresi ( menekan mandibula ke
bawah dan membuka mulut ) disebabkan terutama oleh kontraksi
bilateral kedua musculus pterygoideus lateralis dibantu oleh
musculi suprahyoidei dan musculi infrahyoidei.
2. Elevasi Mandibula( mengangkat mandibula dan menutup mulut )
disebabkan oleh kontraksi bilateral dari tiga pasang otot (
musculus temporalis, musculus masseter dan musculus pterygoideus
medialis ).
3. Retrusi Retrusi ( retraksi mandibula ) berasal dari kontraksi
bilateral serabut posterior musculus temporalis di bantu oleh
musculi suprahyoidei, khususnya musculus digastricus.
4. Protusi Memajukan mandibula disebabkan oleh kontraksi
simultan dua musculus pterygoideus lateralis.
5. Gerakan LateralGerakan ke samping yang disebabkan oleh
kontraksi satu musculus pterygoideus lateralis. Mandibula bergerak
bodily ke kiri karena kontraksi musculus pterygoideus lateralis
kanan. Penyebab / Etiologi terjadinya Kelainan Pengunyahan1. Faktor
otot pengunyahanKelainan otot dan sendi temporomandibular menjadi
keluhan yang sering terjadi. Keadaan ini disebabkan karena infeksi
/ peradangan, trauma yang menyebabkan terbentuknya fibrosis pada
otot sehingga otot tidak bebas bergerak dan menyebabkan rasa
sakit.
2. Faktor psikologiAdanya faktor psikologi yang berupa tingkah
laku, emosi, dan kepribadian dapat menjadi faktor pendukung dalam
gangguan sendi rahang dan menjadi penyebab utama dari sindrome rasa
sakit disfungsi.
3. Faktor trauma Macrotrauma : trauma besar yang tiba tiba dan
mengakibatkan perubahan struktual. Microtrauma : trauma ringan tapi
berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti buxism.
4. Faktor kelainan fungsionalFungsi yang menyimpang karena
adanya kelainan pada posisi atau fungsi gigi geligi atau otot otot
pengunyahan.
5. Faktor kehilangan gigiPasien yang telah kehilangan satu gigi
atau lebih cenderung mengunyah unilateral atau satu sisi.
Kelainan sistem pengunyahan dan penatalaksanaannya1. Dislokasi
Misalnya luksasi, terjadi bila kapsula ( ligamen kolateral ) dan
ligamen temporomandibula mengalami gangguan sehingga memungkinkan
processus condylaris untuk bergerak lebih ke depan dari eminentia
articularis dan ke superior pada saat membuka mulut.Dislokasi dapat
terjadi satu sisi ( unilateral ) atau dua sisi (bilateral) dan
kadang terjadi secara spontan bila mulut dibuka lebar. Dislokasi
dapat juga ditimbulkan oleh trauma saat penahanan mandibula waktu
dilakukan anestesi umum atau akibat pukulan. Dislokasi dapat
bersifat kronis dan kambuhan.
2. Closed LockKelainan ini diakibatkan dari pergeseran discus ke
anterior yang terus tertahan. Closed lock dapat terjadi sebentar
sebentar dengan disela oleh cliking dan locking dan bisa juga
bersifat permanen. Closed lock dapat juga bersifat akut, yang
biasanya diakibatkan oleh trauma yang menyebabkan processus
condylaris terdorong ke posterior dan mengakibatkan cedera pada
perlekatan posterior. Rasa sakit yang ditimbulkan sangat parah yang
disebut discitis.
3. Artritis Keradangan sendi temporomandibula yang disebabkan
oleh trauma, artritis tertentu dan infeksi. Kelainan ini ditandai
dengan sendi yang terasa sakit dan nyeri.
4. Artritis RheumatoidSuatu keadaan progresif yang ditandai
dengan pembengkakan, rasa sakit yang timbul hilang dan keterbatasan
luas pergerakan sendi yang terlibat. Kelainan ini biasanya terjadi
pada dua sisi ( bilateral ).
5. Penyakit Sendi DegeneratifJenis artritis yang paling sering
ditemukan dan cukup banyak mengenai individu di atas 40 tahun, hal
ini sebagai tanda tanda penuaan. Kelainan ini bersifat unilateral
dan lamanya penyakit 1 hingga 3 tahun.
6. Artritis SeptikSendi temporomandibula mudah terkena infeksi
akibat adanya luka/pembedahan atau melalui penyebaran langsung.
Kelainan ini ditandai dengan pembengkakan temporal, rasa sakit pada
saat mandibula bergerak dan keterbatasan luas pergerakan.
7. Ankilosis Kelainan ini dapat terjadi unilateral atau
bilateral. Penyebabnya yaitu trauma, infeksi, perkembangan dari
artritis rheumatoid dan prosedur operasi tertentu ( menisektomi
tanpa rekonstruksi ).
8. Disfungsi Nyeri MiofasialGangguan fungsi dan nyeri miofasial
( MPD ) ditandai dengan nyeri orofasial, bunyi sendi, nyeri raba
dari otot yang bersangkutan dan keterbatasan pergerakan
mandibula.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan konservatif1. Terapi fisik
Kompres panas / dingin pada otot yang kaku, panas diberikan melalui
bantalan pemanas atau botol air panas. Istirahat dan pembatasan
luas pergerakan mandibula Hindari makanan yang membutuhkan
pembukaan mulut yang lebar atau pengunyahan yang berat. Memotong
motong makanan menjadi potongan kecil kecil sebelum memakannya.
Hindari mengunyah permen karet, menggigit kuku, memecah es/kacang
dengan gigi atau kebiasaan buruk lainnya. Pasien diintruksikan
untuk membatasi jarak antar insisal pada saat membuka mulut, untuk
menghindari kliking . Pemijatan otot yang nyeri Rujukan untuk
terapi fisik yang meliputi pemijatan, ultrasonografi, instruksi
latihan atau lainnya diindikasikan khususnya bila terdapat nyeri
miogen.
2. ManipulasiUntuk mengurangi dislokasi mandibula dan pergeseran
discus ke anterior / keadaan closed lock ( terkunci ). Dislokasi
akut ditangani dengan menekan mandibula ke arah bawah secara
bilateral pada regio molar.
3. Obat obatanDiindikasikan penggunaan bahan anti radang non
steroid. Aspirin, ibuprofen dan naproxen merupakan obat obatan yang
efektif digunakan secara luas. Apabila terjadi spasme otot
diberikan relaksan otot. Obat yang biasanya diberikan yaitu
Chlorzoxazone, Metaxalone, dan Diazepam. Apabila terjadi spasme
akut pada otot elevator mandibular, penyembuhan secara langsung
dengan penyuntikan diazepan 5 10 mg.
4. Mekanis Secara mekanis meliputi penggunaan splint,
penyesuaian oklusal, restorasi prostetik dan perawatan ortodontik.
Splint digunakan untuk menjauhkan dan memperbaiki oklusi di tujukan
untuk menormalkan rangsangan sensoris dan proprioseptif yang timbul
dari adanya gangguan fungsi oklusal, sehingga menghambat
perangsangan afferent yang mencetuskan kaku otot dan memperparah
spasme otot.
5. Gangguan oklusiGangguan oklusi diatasi dengan pengasahan
selektif, pembuatan restorasi / protesa, perawatan ortodontik dan
pencabutan gigi. Terapi oklusi, dari penyetimbangan hingga
pembuatan restorasi / protesa dan perawatan ortodontik, seringkali
membutuhkan pemakaian splint oklusal pada tahap selanjutnya.
Pencabutan dibutuhkan atau kemungkinan satu satunya jalan untuk
membebaskan oklusi terkunci.
Penatalaksanaan BedahKasus kasus yang membutuhkan penanganan
pembedahan adalah ankilosis tulang, eksisi neoplasia, hiperplasia
processus condylaris, rekonstruksi processus condylaris, dan
penanganan beberapa fraktur subcondylaris secara pembedahan.1.
Kondilektomi / kondilotomiMerupakan prosedur pilihan untuk penyakit
/ gangguan fungsi TMJ tanpa mempedulikan diagnosis pastinya.
Prosedur yang banyak menyebabkan kerugian ini jarang digunakan lagi
kecuali pada kasus kasus langka, misalnya hiperplasia processus
condylaris yang aktif dan kondisi neoplastik tertentu.
2. Eminektomi Indikasi utama untuk eminektomi adalah dislokasi
kronis kambuhan daro processus condylaris mandibulae yang tidak
bisa ditangani dengan cara konservatif.
3. Antroplasti / meniskoplastiProsedur ini dilakukan dengan cara
reseksi sebagian dari perlekatan discus bagian anterior atau dari
lamina superior zona bilaminer. Kondilektomi / fosaplasti atau
keduanya seringkali dilakukan bersama sama dengan artroplasti.
BAB 4KESIMPULAN
Proses pengunyahan atau mastikasi tidak hanya memerlukan peran
gigi geligi, tetapi peran dari otot pengunyahan, saraf, dan tulang
juga diperlukan. Keempat organ tersebut bekerja secara
berkesinambungan sehingga proses mengunyah dapat berjalan dengan
baik.Pengunyahan yang baik atau ideal yaitu dengan menggunakan dua
sisi atau bilateral, agar tidak terjadi kelainan pada salah satu
sisi yang tidak digunakan untuk proses pengunyahan. Apabila terjadi
kelainan dalam sistem pengunyahan, maka diperlukan perawatan atau
terapi yang tepat sesuai dengan kelainan di derita. Terapi atau
perawatan yang tepat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya
suatu terapi yang dikerjakan. Perilaku atau kebiasaan yang buruk
seperti menggigit pensil, membuka mulut terlalu lebar dan oral
hygiene yang buruk perlu dibenahi, agar dapat terhindar dari
kelainan kelainan sistem pengunyahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
W, E, McDevitt. Anatomi Fungsional dari Sistem Pengunyahan.
Jakarta : EGC
Campbell, N A, dkk. Biologi ( diterjemahkan oleh Wasmen Manalu
). Jakarta : EGC
Guyton, A C & Hall, J E. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC
Woelfel. 2012. Anatomi Gigi Ed 8. Jakarta : EGC
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta
: EGC
2