Top Banner
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Menurut Wicaksongko (2014), Dalam pengajaran bahasa dan sastra diberikan empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Dalam menguasai keterampilan berbahasa, awalnya anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak, anak berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Jadi, antar keempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Kegiatan tersebut menjadi fokus pembelajaran. Berdasarkan aktivitas penggunaannya, keterampilan membaca dan menyimak tergolong keterampilan berbahasa yang bersifar reseptif sedangkan keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keempat keterampilan itu berhubungan pula dengan proses berpikir yang mejadi dasar bahasa. Bahasa yang diucapkan seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas dan cerah jalan pikirannya, keterampilan itu hanya dapat dikuasai dan diperoleh dengan praktek dan latihan. Rata-rata anak masuk sekolah dasar (SD), terutama yang berada di kota sudah dapat berbahasa Indonesia 1
29

Makalah Sinta

Dec 04, 2015

Download

Documents

AjiSatyaNugroho

makalah bagus banget gitu lho
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Sinta

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Menurut Wicaksongko (2014), Dalam pengajaran bahasa dan sastra

diberikan empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan

tersebut adalah mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam menguasai keterampilan berbahasa, awalnya anak mengenal bahasa

melalui menyimak. Setelah menyimak, anak berusaha untuk berbicara

menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca

dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan

berusaha untuk menulis. Jadi, antar keempat keterampilan berbahasa tersebut

memiliki keterkaitan yang erat. Kegiatan tersebut menjadi fokus pembelajaran.

Berdasarkan aktivitas penggunaannya, keterampilan membaca dan menyimak

tergolong keterampilan berbahasa yang bersifar reseptif sedangkan

keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang

bersifat produktif.

Keempat keterampilan itu berhubungan pula dengan proses berpikir

yang mejadi dasar bahasa. Bahasa yang diucapkan seseorang mencerminkan

pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas dan cerah jalan

pikirannya, keterampilan itu hanya dapat dikuasai dan diperoleh dengan praktek

dan latihan.

Rata-rata anak masuk sekolah dasar (SD), terutama yang berada di kota

sudah dapat berbahasa Indonesia sebagaimana orang dewasa. Sudah dapat atau

sudah mampu diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi menggunkan

bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari, misalnya untuk berbicara

dengan orang tuanya atau dengan teman sepermainnya atau dengan yang

lainnya. Akan tetapi, ini baru salah satu segi dari kemampuan berbahasa

Indonesia.

Seorang yang mahir atau terampil berkomunikasi dengan tetanggga

atau temannya belum tentu mampu mampu menggunakan bahasa Indonesia

untuk berpidato pada suatu upacara. Kemampuan berbicara pada situasi tak

formal seperti pada berbincang-bincang dengan tetangga atau temannya itu

1

Page 2: Makalah Sinta

tidak sama dengan kemampuan berbahasa Indonesia (berbicara) pada situasi

formal.

Kemampuan berbahasa (berbicara) ragam formal tidak akan diperoleh

dengan sendirinya. Kemampuan ini harus direnggut lewat jalur pendidikan,

lewat program yang direncanakan secara khusus, dan lewat latihan-latihan.

Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan melalui kegiatan mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis untuk

melakukan komunikasi ialah berbicara. Dimana saja, kapan saja, dan siapa saja

berbicara untuk berkomunikasi. Bahkan terhadap bayi yang belum mampu

berbahasa pun orang menyapa dengan bahasa.

Untuk lebih memahani tentang berbahasa (membaca) maka dalam

penyusunan makalah ini penulis bermaksud untuk menjelaskan tentang

subtema dari membaca yakni yang berjudul “Membaca Ekstensif”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Membaca Ektensif Secara Umum?

2. Bagaimana pengertian Membaca Ektensif Secara Menurut Para Ahli?

3. Apa saja jenis-jenis Membaca Ekstensif?

4. Bagaimana Teknik-teknik dalam membaca Ekstensif?

C. Tujuan Pembuatan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas

terstruktur Mata Kuliah Membaca Ektensif.

2

Page 3: Makalah Sinta

BAB II Pembahasan

A. Membaca Ekstensif Secara Umum

Membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan

secara luas. Para siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal

memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya.

Program membaca ekstensif ini sangat besar manfatnya dalam memberikan

aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.

Karena membaca ekstensif merupakan program membaca secara

luas, maka implikasinya antara lain, pertama, bahan-bahan bacaan, baik

jenis teks maupun ragamnya haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian,

siswa akan banyak memiliki kekuasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan

bacaan tersebut. Meskipun demikian, yang harus diperehatikan oleh guru

adalah faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Jangan sampai bahan

bacaan terlalu sulit untuk dicerna. Kedua, waktu yang diperguna untuk

membaca pun harus sesingkat mungkin. Pada membaca ekstensif

pengertianatau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai.

Mengapa demikian? Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan dan

tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting

saja dari bahan bacaan yang dibaca tersebut dengan menggunakan waktu

secepat mungkin.

Menurut Soedarso (2004), Membaca ekstensif dalam penggunaan

secara umum bisa disebut membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan

membaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca. Kecepatan membaca

harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya

diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca. Kecepatan

membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila kata-kata

dalam bacaan tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat. Namun, apabila

ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk memahami makna

kata tersebut. Soedarso dengan buku Speed Reading (2002:18) mengatakan

bahwa membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan kecepatan yang

sama. Menurutnya kecepatan membaca harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu

3

Page 4: Makalah Sinta

tidak harus sama, ada kalanya diperlambat karena bahan dan tujuan kita

membaca.

Membaca cepat adalah kegitan merespon lambang-lambang cetak atau

lambang tulis dengan pengertian dengan pengertian yang tepat dan cepat.

Nurhadi (2005) mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis

membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan

pemahaman terhadap aspek bacaanya. Dengan demikian seseorang dengan

membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan namun juga disertai

pamahaman dan bacaan.

Membaca cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan

waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya. Apabila

seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang

tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.

Dan beberapa pengertian diatas dapat diambil simpulan membaca cepat

adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat.

Membaca cepat memberi kesempatan unutk membaca secara luas, bagian-

bagian yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak dihiraukan. Perhatian

dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian-bagian yang belum

dikenal. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas

tentang apa yang dibacanya.

Membaca Ekstensif memiliki beberapa karakteristik. Dalam Adityarini

Kusumaningtyas (2011) disebutkan bahwa karakteristik membaca ekstensif

meliputi :

1. Membaca sebanyak-banyaknya wacana tulis,

2. Topik dan bentuk wacana bervariasi,

3. Pembaca memilih apa yang ingin dibaca,

4. Tujuan pembaca berkaitan dengan kesenangan,

5. Dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri,

6. Pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar

terhadap yang dibaca,

7. Bersifat individual dan bersifat membaca senyap (dalam hati),

8. Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman,

4

Page 5: Makalah Sinta

9. Kecepatan membaca sedang (tidak cepat dan tidak lambat),

10. Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit,

11. Pembaca tidak diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan

respon personal (komentar) terhadap apa yang dibaca,

12. Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi

teks dan cara pengorganisasian teks.

Nampaknya pandangan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang

dikemukakan Day dan Bamford (dalam Muakibatul dkk, 2011) yang

menyebutkan bahwa membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik

sebagai berikut.

1. Siswa membaca sebanyak-banyaknya bacaan. Ini bisa dilakukan di luar

kelas.

2. Materi bacaan bervariasi, misalnya tingkat keluasan topiknya, sehingga

akan menuntut adanya alasan dan cara yang berbeda dalam membacanya.

3. Siswa dapat memilih bacaan yang diinginkan dan mereka memiliki

kebebasan untuk berhenti membaca sehingga akan memperoleh

kesenangan dalam membaca.

4. Tujuan membaca selalu dikaitkan dengan kesenangan, informasi, dan

pemahaman umum. Tujuan membaca ditentukan oleh hakikat materi dan

kesenangan siswa.

5. Membaca adalah kepuasan untuk diri sendiri. Boleh diikuti atau tidak diikuti

adanya latihan-latihan sebagai tindak lanjut setelah membaca.

6. Materi bacaan sebaiknya tidak melebihi kompetensi linguistik siswa,

terutama hal yang berkaitan dengan istilah-istilah kosakata dan tatabahasa.

Kosakata yang jarang digunakan dalam bacaan akan mengakibatkan anak-

anak berhenti membaca dan membuat kecepatan membacanya terganggu.

7. Kegiatan membaca dilakukan secara individual dan diam, dilakukan sendiri,

biasanya di luar kelas, dan siswa berhak menentukan kapan dan dimana

harus membaca.

8. Kecepatan membaca diperlukan dalam membaca ekstensif.

9. Guru berorientasi pada siswa untuk menentukan tujuan program

membacanya, menjelaskan metodologi, mengikuti setiap kegiatan

membaca siswa, dan membantu siswa untuk mencapai program yang telah

mereka tentukan sendiri.

10. Guru berperan sebagai model untuk siswa dalam membaca dengan

menghidupkan suasana kelas menjadi komunitas baca, demonstrasi

5

Page 6: Makalah Sinta

kegiatan membaca sehingga dapat menjadikan model siswa sebagai

pembaca, dan berikan reward bagi mereka yang membaca.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

membaca ekstensif meliputi :

1. Membaca sebanyak-banyaknya bacaan,

2. Materi bacaan bervariasi,

3. Pembaca bebas memilih bacaan,

4. Pembaca memperoleh kesenangan dan kepuasan diri,

5. Bersifat individual dan membaca di dalam hati,

6. Diperlukan kecepatan dalam membaca,

7. Pembaca tidak akan diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan

komentar terhadap apa yang telah dibaca.

B. Tujuan Membaca Ekstensif

Tujuan membaca Ekstensif (Cepat) adalah untuk memperoleh banyak

pemahaman dari bacaan. Tidak ada gunanya dapat membaca cepat tetapi tidak

dapat memahami bacaan secara memadai. Tetapi apabila kita dapat memahami

dengan pemahaman sepenuhnya tetapi kacapatan bacanya sangat lambat, tidak

dapat dikatakan membaca secara efisien. Memang kita harus mencapai

keseimbangan yang baik antara kecepatan dan pemahaman membacanya.

Dengan latihan yang tekun dan terus menerus, kita akan mampu membaca

cepat sekaligus mampu memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca

tidak menanggapi kata demi kata melainkan menanggapi gagasan yang ada

maka dengan sendirinya kecapata membaca kita akan meningkat.

C. Manfaat Membaca Ekstensif

1. Memahami bagian bacaan yang penting.

2. Mengetahui gambaran umum isi buku.

3. Mengetahui isi buku secara cepat.

4. Memperoleh pemahaman secara dangkal.

5. Memperoleh hal-hal yang baru.

6. Memperoleh bahan yang diperlukan secara cepat.

6

Page 7: Makalah Sinta

7. Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara

cepat dan efektif.

8. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau

bacaan.

9. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau

membaca bagian yang tidak diperlukan.

10. Mampu menumbuhkan minat membaca.

D. Jenis Membaca Ekstensif

Menurut Broughton (1978) sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan

(1979) membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca, yakni membaca

survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal

(superficial reading). Secara skematis hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

1. Membaca Survey

Membaca survey ialah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan untuk

mengetahui gambaran umum ihwal isi (content) serta ruang lingkup (scope)

dari bahan bacaan yang hendak kita baca. Oleh karena itu, dalam prktiknya

pembaca hanya sekedar melihat, meneliti atau menelaah bagian bacaan

yang dianggap penting saja. Misalnya judul, nama pengarang beserta

biodatanya, daftar isi, judul-judul bab beserta sub-bab, daftar indeks,

atau daftar buku-buku rujukan yang dipergunakannya. Dengan demikian

membaca survey pada dasarnya bukanlah kegiatan membaca yang

sesungguhnya. Jadi, dapat dikatakan semacam kegiatan prabaca.

Dalam konteks jenis bacaan ilmiah, seperti skripsi, tesis, disertasi,

laporan penelitian atau artikel yang terdapat dalam jurnal ilmiah, bagian

yang penting juga perlu disurvey untuk mendapatkan gambaran umum

serta serta ruang lingkup tersebut yakni bagian abstraksiini atau

7

Page 8: Makalah Sinta

sebagian orang menyebutnya ringkasan (summary) terletak dibagian awal

karya tersebut, sedangkan untuk buku, kita dapat membacanya lewat

keterangan atau semacam pengantar singkatyang terletak pada sampul

bagian belakang dari buku tersebut. Biasanya keterangan singkat

tersebutdibuat oleh pihak penerbit atau seorang pakar yang memiliki

otoritas dibidangnya.

Kemampuan membaca survey ini penting dimiliki oleh setiap pelajar,

khususnya para mahasiswa agar dapat membaca secara efektif dan efisien.

Meskipun demikian, untuk memiliki jenis keterampilan membaca jenis

keterampilan jenis ini bukan hal mudah. Faktor pengalaman, latar

belakang, penguasaan bidang ilmu sertakesungguhan merupakan hal-hal

yang turut mempengaruhi keberhasilan seseorang memiliki kemampuan

membaca survey ini.

Tujuan dilakukannya survey adalah untuk mengetahui anatomi buku,

mutu buku, dan gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan

bagian-bagian dari sebuah buku yang umumnya meliputi bagian

pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai buku diperlukan untuk

tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survey, pembaca tidak akan bisa

membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku. Survey juga

digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan

mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah

buku yang lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik

adalah terdapat bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara

sistematis. Bagian akhir dari sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan,

daftar pustaka, dan indeks. Tujuan lain dari mensurvai adalah untuk

mengetahui gambaran umum sebuah buku secara cepat. Dalam waktu yang

singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang disurvai itu cocok atau

tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan atau tidak. Jika

jawabannya tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap berikutnya.

Jika jawabannya ya, pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya pada

tahap berikutnya.

8

Page 9: Makalah Sinta

Yang dilakukan seseorang ketika membaca antara lain:

a) Memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi

b) Memeriksa bagian terakhir dari isi (kesimpulan) jika ada

c) Memeriksa indeks jika ada.

Membaca survei adalah kegiatan mensurvei bahan bacaan sebelum kita

telaah atau yang akan kita pelajari.

Tata cara membaca survey:

a) memerikasa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat

dalam buku;

b) Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam

buku-buku yang bersangkutan;

c) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

2. Membaca Sekilas

Membaca sekilas atau membaca skimming adalah sejenis membaca

yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat dan

memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan

informasi secara cepat (Tarigan, 1990). Tampubolon menyebut

membaca skimming ini sebagai membaca layap, yakni membaca dengan

cepat untuk mengetahui isi umum dari suatu bacaan atau bagian-

bagiannya (1989), sedangkan dalam Dictionary of Reading (1983)

skimming disebutkan sebagai kegiatan membaca secara cepat dan selektif

serta bertujuan. Soedarso (1889) mendefinisikan skimming sebagai

keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan

hasil yang efisien. Menurutnya skimming antara lain dapat diperlukan

untuk kepentingan:

d) mengenal topik bacaan;

e) mengetahui pendapat orang lain (opini)

f) mendapatkan bagian penting yang kita perlukan, tanpa membaca

keseluruhan;

g) mengetahui organisasi tulisan;

9

Page 10: Makalah Sinta

h) penyegaran terhadap bahan yang pernah dibaca.

Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi

halaman atau menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat.

Berdasarkan pengertian tersebut skimming adalah teknik membaca dengan

menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau

menemukan hal-hal yang penting. Seorang pembaca yang menggunakan

teknik ini tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan

paragraf demi paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah

halaman, ditatap secara cepat.

Dalam menskim tidak hanya menjelajahi halaman demi halaman secara

cepat, tetapi juga ada yang dicari. Hal yang dicari adalah hal-hal yang pokok

atau penting, yaitu ide-ide pokok. Ide pokok tidak selalu diawal paragraf,

tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir, atau diawal dan diakhir. Untuk

mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan membuang-buang

waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk

menskim. Dalam membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang

dianut, yaitu “Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya,

tinggalkan yang lainnya” (Karlin 1980:40).

Berdasarkan uraian tersebut, skimming merupakan teknik membaca

yang dilaksanakan secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien.

Hal itu relefan dengan pendapat Soedarso (2004:88), yaitu bahwa skimming

merupakan teknik membaca efisien.

Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu

mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan,

penyegaran, dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati 1997:

64-65, Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44, dan Tarigan 1994:

32). Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel,

judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko buku

untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku

tersebut. Pembaca melihat secara sekilas judul-judul buku membaca yang

terdapat rak khusus buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut,

10

Page 11: Makalah Sinta

pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku tersebut.

Apabila ada buku yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk

membaca sekilas daftar isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab

atau subbab yang diinginkannya.

Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca mencari bahan di

perpustakaan. Ia membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog yang

ada di komputer mengenai judul buku yang tersedia di perpustakaan

tersebut. Jika ada buku-buku yang dibutuhkan, ia mencari atau meminjam

buku tersebut, kemudian melihat daftar isi untuk menentukan apakah buku

tersebut mengandung pembahasan tentang hal-hal yang dibutuhkan.

Apabila ya, bukalah halaman yang mungkin mengandung informasi yang

dibutuhkan secara cepat. Sewaktu men-skim daftar isi dan tidak

menemukan hal-hal yang dicari, pembaca bisa saja men-skim semua

halaman yang ada pada buku untuk meyakinkan bahwa yang dicari memang

betul-betul tidak ada karena ada kemungkinan informasi yang dicari ada di

dalam buku, tetapi tidak secara eksplisit tercantum dalam daftar isi.

Teknik baca layap juga dapat digunakan untuk melihat topik-topik artikel

yang ada pada majalah atau surat kabar. Pembaca dapat membaca layap

surat kabar yang dibaca untuk mencari informasi yang diinginkan. Misalnya,

informasi gempa bumi yang terjadi di Yogya. Ia cukup mencari judul artikel

yang ada dalam surat kabar yang dibaca secara sekilas tentang gempa yang

melanda Yogya.

Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah

bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung

opini, tetapi bacaan yang bersifat populer umumnya ada opininya. Kadang

kala pada sebuah surat kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini

diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu sehingga

orang yang ingin mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan

opini-opini. Opini digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk

berfikir kritis sehingga pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya

yang berupa tanggapan. Artikel semacam ini diminati pembaca yang ingin

mencari hal-hal yang bersifat sensasi.

11

Page 12: Makalah Sinta

Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan, pembaca

tidak perlu membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca

dengan sekilas dari atas sampai bawah untuk menemukan informasi

tertentu yang dicari. Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa,

tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui bagian

penting, pembaca hanya melihat secara skimming seluruh bacaan dengan

menangkap ide-ide pokok.

Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari sebuah bacaan,

Tarigan (1990 : 33) memberi petunjuk sebagai berikut.

a. Tentukan dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau

buatlah pertanyaan - pertanyaan mengenai informasi yang ada dalam

bacaan.

b. Siapkan kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang

dibutuhkan, misalnya dalam pertandingan sepak bola kata kunci

tersebut adalah menang, seri atau kalah.

c. Apabila pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya

pembaca melihat apakah kata kunci tersebut tercantum dalam indeks.

Jika tidak ada, carilah di bawah subjek yang lebih luas.

d. Lihatlah setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari kata

kunci atau informasi yang diinginkan.

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang

membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian

awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal

berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin

dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada

pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk

mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang

dibaca dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada

bacaan.

Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi

tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok

yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca

12

Page 13: Makalah Sinta

memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan

hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok,

sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.

Keempat, penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk

mengingat lagi informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau

diingat. Pembaca melakukan penyegaran pada waktu pembaca sudah

selesai membaca bacaan secara menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran

adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-informasi yang

diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan menskim halaman demi

halaman dengan memperhatikan informasi-informasi atau hal-hal yang

penting yang telah diperolehnya. Pada metode SQ3R, cara ini sama dengan

tahap review atau meninjau kembali.

Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan ujian atau

sebelum menyampaikan pidato. Pembaca membaca bahan ujian yang sudah

pernah dibacanya secara cepat dengan menangkap kembali informasi-

informasi yang ada dalam bacaan yang sudah pernah dihafal yang mungkin

keluar atau ditayangkan pada waktu ujian. Sebelum menyampaikan

pidato, orator lebih dahulu membaca teks pidato yang akan disampaikan.

Sebelumnya teks tersebut telah dibaca dan dihafalkannya. Tujuannya adalah

supaya sewaktu menyampaikan pidato tidak akan lupa mengenai hal-hal

yang ingin disampaikan.

Kelima, Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang

nonfiksi. Pembaca dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel

dengan jalan melakukan pandangan sekilas dan menaruh perhatian tertentu

pada bagian tertentu. Apabila tertarik hanya pada plot atau sifat umum

novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide yang baik mengenai

novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.

Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku sejarah, biologi, ilmu

pengetahuan, seni, dan lain-lain. Buku-buku tersebut dapat dibaca secara

cepat dengan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks.

Pembaca akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik jika mengikuti

tahap dengan membuka-buka halaman buku itu dengan cepat, melihat bab

13

Page 14: Makalah Sinta

dan subbab, gambar, diagram, peta, dan skema. Dengan siasat ini, pembaca

dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau

organisasinya, sifat umum, dan pendekatan terhadap bahan yang ditulis.

Pembaca juga dapat membaca artikel dalam majalah atau rubrik dalam

surat kabar dengan teknik skimming. Yang dapat dilakukan adalah membaca

paragraf awal dan paragraf akhir. Sesudah itu, membaca secara sekilas

pilihan tersebut untuk mencari kalmat-kalimat judul dan petunjuk lainnya

mengenai hal-hal penting yang ada dalam bacaan.

Jenis teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming

adalahskipping, sampling, locating, dan previewing. Skipping diartikan

sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan.

Maksudnya adalah membaca melompat-lompat dari bagian yang penting,

pokok, yang dicari atau dibutuhkan ke begian yang penting berikutnya.

Bagian bacaan yang tidak penting dilompati atau tidak dihiraukan. Skipping

digunakan pembaca untuk menangkap atau memahami ide-ide pokok atau

informasi yang penting saja.

Pembaca yang menggunakan teknik ini berarti melakukan ayunan mata

dari bagian bacaan yang penting ke bagian bacaan yang lain. Ayunan mata

tidak memakai irama yang sama. Hal tersebut bergantung pada letak atau

jarak bagian yang penting dengan bagian penting lainnya. Jika pada sebuah

paragraf hal yang penting terletak pada kalimat pertama dan kalimat

terakhir, pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat

terakhir. Kemungkinan lain dalam membaca dengan skipping adalah

pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama

pada paragraf berikutnya, dari kalimat akhir ke kalimat akhir pada paragraf

berikutnya, dari kalimat awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari

kalimat awal ke kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke

kalimat awal pada halaman berikutnya, dan seterusnya.

Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan

cepat supaya mendapat gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip

yang dianut teknik ini adalah membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah

bacaan yang dianggap dapat mewakili keseluruhan bacaan. Bagian-bagian

14

Page 15: Makalah Sinta

bacaan yang dianggap dapat mewakili bacaan, yaitu kalimat inti atau kalimat

utama. Kalimat utama umumnya mengandung informasi kunci yang

biasanya terletak pada kalimat pertama dari sebuah paragraf. Untuk itu,

penggunaan teknik ini dipusatkan pada membaca kalimat pertama setiap

paragraf. Dengan teknik ini, pembaca akan mendapatkan gambaran umum

sebuah bacaan dengan cepat.

Dalam pengembangan penggunaan teknik ini, pembaca tidak hanya

terpaku pada kalimat pertama dari setiap paragraf. Informasi kunci belum

tentu terdapat pada kalimat pertama, tetapi bisa-bisa saja terdapat pada

kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Disamping itu, informasi

pokok belum tentu berada di setiap paragraf. Adakalanya sebuah paragraf

tidak mengandung informasi kunci. Oleh karena itu, dalam menerapkan

teknik sampling pembaca diberikan keleluasaan untuk membaca bagian-

bagian tertentu dari bacaan dengan syarat:

1. Bagian-bagian yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,

2. pembaca memperoleh gambaran umum dari bacaan yang dibaca,

3. dilaksakan dengan sekilas.

Locating merupakan teknik membaca vertikal. Maksudnya adalah mata

pembaca bergerak secara vertikal, yaitu pandangan mata bergerak dari

bagian atas ke bawah secara cepat. Pembaca memusatkan pandangan

matanya di bagian tengah bacaan dan bagian kanan dan kiri tetap dalam

jangkauan pandangan mata. Hal ini terjadi karena pembaca selain

mempunyai kemampuan pandang fokus dekat yang disebut rentang

pandang mata (eye span), juga mempunyai kemampuan pandang sekeliling

atau daya melihat sekeliling (peripheral vision). Dengan kedua kemampuan

itu, pembaca dapat menggerakkan matanya dari bagian tengah atas ke

bagian tengah bawah secara cepat.

Kemampuan peripheral vision dapat juga digunakan oleh pembaca pada

tiap sampai ujung kalimat yang dengan cepat kembali ke bagian awal baris

berikutnya. Pembaca melihat sisi kanan halaman dan tidak dapat melihat

secara jelas yang ada pada sebelah kiri halaman. Walaupun demikian, otak

pembaca bisa melihatnya dengan jelas sehingga bisa menuntun mata

15

Page 16: Makalah Sinta

pembaca secara tepat ke awal baris berikutnya. Seandainya hal tersebut

tidak bisa dilakukan, pembaca akan banyak menghabiskan banyak waktu

dalam membaca kerena pembaca harus melewati baris-baris yang telah

dibaca. Dalam tipografi, kata yang di cetak tebal atau miring, kata yang

dimulai dengan huruf kapital, kepala kalimat, awal paragraf dibuat untuk

membantu menarik perhatian otak dan mata supaya dapat mengenali

perbedaan dalam pergatian bagian.

Penggunaan teknik locating tidaklah mudah karena materi bacaan tidak

ditulis secara vertikal, tetapi secara horisontal dari kiri ke kanan. Mata

pembaca diharuskan bergerak secara diagonal kembali ke kiri untuk

membaca garis berikutnya sehingga mata bergerak dengan pola zig-zag.

Kenyataan yang mempersulit penggunaan teknik locating adalah membaca

sepintas hanya akan berkerja optimal apabila pembaca telah menenemukan

kata atau frase kunci. Pandangan mata akan tertuju pada informasi tersebut

karena selain bidang pandangan fokus dekat (eye span), pembaca juga

memiliki daya melihat sekeliling.

Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating.

Teknik ini menggunakan teknik sampling dari sisi pemusatan perhatian pada

kalimat pertama setiap paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi

daya melihat sekeliling. Penggabungan kedua teknik tersebut digunakan

untuk menerima atau mengenali pokok-pokok pikiran yang penting dengan

cepat. Teknik juga dapat digunakan untuk menangkap garis besar materi

bacaan sebelum pembaca menolak untuk membacanya. Kalau hal tersebut

dilakukan dapat menghemat waktu yang banyak.

Pengunaan teknik ini adalah pembaca membaca kalimat pertama pada

setiap paragraf dan pembaca menggunakan kemampuan daya

melihat sekeliling pada kalimat-kalimat yang lain dari setiap paragrafnya.

Pembaca mendapatkan ide-ide pokok atau informasi inti dan sekaligus bisa

menemukan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung ide pokok. Atau

dengan kata lain, disamping menemukan ide pokok, pembaca dapat

memperoleh hal-hal yang diinginkan lainnya. Jadi, pembaca memperoleh hal

yang primer dan yang sekunder.

16

Page 17: Makalah Sinta

17

Page 18: Makalah Sinta

3. Membaca Dangkal

Membaca dangkal atau superfical readingpada dasarnya merupakan

kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak

terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca.

Membaca jenis ini biasanya dilakukan bila kita bermaksud untuk

mencari kesenangan atau kebahagiaan. Oleh karena itu, jenis bacaannya

pun betul-betul merupakan jenis bacaan ringan. Misalnya, majalah

hiburan, cerpen, novel, dan sejenisnya. Walhasil, membaca dangakal ini

dilakukan dengan santai untuk mendapatkan kesenangan.

E. Teknik-Teknik Membaca Ekstensif

Menurut Kusmayadi, Fitria dan Rahmawati ( 2006), Beberapa teknik membaca

ekstensif ada 4, yakni :

1. Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-

bagian bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal

ini, pembaca hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang

diperlukan saja.

2. Teknik baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan

lompatan-lompatan membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang

dianggap tidak sesuai dengan keperluan atau sudah dipahami tidak

dihiraukan.

3. Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk

memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara

menyeluruh. Teknik ini digunakan untuk

a) Mengenali topik bacaan;

b) Mengetahui pendapat orang (opini);

c) Mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.

4. Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat,

tetapi teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh infomasi khusus dari

bacaan. Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam

kamus, mencari keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara

siaran televisi, dan mengetahui daftar perjalanan.

18

Page 19: Makalah Sinta

Dengan teknik membaca memindai, kita dapat menemukan informasi

yang terdapat dalam kamus, ensiklopedia, buku petunjuk telepon, atau

petunjuk penggunaan/pemakaian secara cepat dan tepat.

19

Page 20: Makalah Sinta

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

Membaca ekstensif adalah membaca keseluruhan isi teks dari bacaan dalam

waktu yang sesingkat mungkin dengan tujuan untuk memahami isi yang penting

dalam bacaan agar membaca secara efisien dapat terlaksana. Dengan latihan

yang tekun dan terus menerus secara fokus, kita akan mampu membaca cepat

sekaligus mampu memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca tidak

menanggapi kata demi kata melainkan menanggapi gagasan yang ada maka

dengan sendirinya kecapata membaca kita akan meningkat.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini, ada informasi yang dapat diperoleh

dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menignkatkan kemampuan

dalam membaca, khususnya membaca ekstensif (membaca cepat).

20

Page 21: Makalah Sinta

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, A.G., Ruslianto H., dan Mulyono, Datu., 2000, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, EGC, Jakarta.

Kusmayadi, Ismail., Fitria, D.A., dan Rahmawati, Eva., 2008, Be Smart Bahasa Indonesia, Grafindo Media Pratama, Bandung

Romdhoni, A., 2014, Hakikat Membaca Ekstensif dan Intensif, http://setitikpolkadot.blogspot.com/2014/12/hakikat-membaca-ekstensif-dan-intensif.html, diakses tanggal 17 Mei 2015.

Wicaksono, Andri., 2014, Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya, Garudhawaca, Yogyakarta.

21