BAB I PENDAHULUAN Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara terutama negara sedang berkembang 1 Penyakit jantung reumatik (PJR) merupakan komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A yang bisa menyebabkan demam reumatik. Kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang
terjadi setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor
predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung
didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara
terutama negara sedang berkembang1
Penyakit jantung reumatik (PJR) merupakan komplikasi yang
membahayakan dari demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena
proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A yang bisa
menyebabkan demam reumatik. Kurang lebih 39 % pasien dengan demam
reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari insufisiensi katup,
gagal jantung, perikarditis bahkan kematian. Dengan penyakit jantung reumatik
yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup dengan derajat regurgitasi
yang berbeda-beda, dilatasi atrium, aritmia dan disfungsi ventrikel. Penyakit
jantung reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian
katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.1 Menurut Hudak dan Gallo (1997),
adanya malfungsi katup dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan
beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang , seperti
stenosis katup aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban
volume yang menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri sehingga
1
sebagai produk akhir dari malfungsi katup akibat penyakit jantung reumatik
adalah gagal jantung kongestif.1
Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur
5-15 tahun. Demam reumatik jarang ditemukan pada anak di bawah umur 5
tahun.Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus beta hemolyticus
grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut
hampir meniadakan resiko terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya
sekitar 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan
menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis streptokokus yang tidak
diobati2
Insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari
negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih
amat tinggi sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali
lebih tinggi daripada di negara maju. Di Srilangka insidens demam reumatik
pada tahun 1976 dilaporkan lebih kurang 100-150 kasus per 100.000 penduduk.
Di India, prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada tahun
1980 diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit
kardiovaskular pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi3. Di Yogyakarta pasien dengan demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik yang diobati di Unit Penyakit Anak
dalam periode 1980-1989 sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit Penyakit
Anak RS. Cipto Mangunkusumo tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun4.
2
Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6
dekade terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi
peningkatan kasus demam reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian
Amerika Serikat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum
seluruhnya terberantas, dan selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang maupun negara maju1.
Pada tahun 1994, diperkirakan bahwa 12 juta orang menderita RF dan
RHD di seluruh dunia dan setidaknya 3 juta orang mengalami gagal jantung
kongestif (CHF) yang harus dirawat inap berulang .Tingkat kematian bervariasi
RHD dari 0,5 per 100 000 populasi di Denmark, menjadi 8,2 per 100 000
penduduk di Cina , dan jumlah tahunan diperkirakan kematian akibat RHD untuk
tahun 2000 adalah 332000 di seluruh dunia. Data dari negara-negara berkembang
menunjukkan bahwa angka kematian akibat RF dan RHD tetap menjadi masalah
karena anak-anak dan dewasa muda memiliki angka kematian yang tinggi dari
RF akut 2
Prevalensi DR di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun
beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi PJR
berkisar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. Dengan demikian, secara kasar
dapat diperkirakan bahwa prevalensi DR di Indonesia pasti lebih tinggi dan angka
tersebut, mengingat PJR merupakan akibat dari DR2
Dengan data perkembangan seperti ini, penyakit jantung kongestif oleh
kelainan katup yang disebabkan penyakit reumatik akan menyebabkan
permasalahan yang signifikan bagi mayarakat global dan bukan tidak mungkin
3
dalam kurun beberapa tahun kedepan angka statistik ini akan bergerak naik jika
para praktisi medis khususnya tidak segera memperhatikan faktor risiko utama
yang menjadi awal mula penyakit ini. Dengan demikian perlu adanya penanganan
dari segala aspek baik secara biomedik maupun biopsikososial sehingga dapat
menurunkan kejadian, kecacatan dan kematian akibat penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEMAM REUMATIK Dan JANTUNG REUMATIK
4
1. DEFINISI
Demam reumatik merupakan komplikasi non-supurative dari Streptococcal
beta hemolyticus grup A.5.Demam reumatik dapt juga didefinisikan sebagai
penyakit inflamasi akut yang timbul setelah infeksi tenggorokan
Streptococcocus beta hemoliticus grup A, cenderung kambuh, dan dapat
menyebabkan gejala sisa pada katup jantung6
Penyakit jantung rematik (PJR) atau biasa juga disebut dengan Rheumatic
Heart Desease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang disebabkan oleh penyakit demam reumatik berulang. Katup
yang mengalami jantung reumatik termasuk mitral regurgitasi, ,stenosis mitral,
regurgitasi aorta, dan stenosis aorta7
2. Epidemiologi
Demam rematik (DR) masih sering didapati pada anak di negara sedang
berkembang dan sering mengenai anak usia antara 5 – 15 tahun.Pada tahun
1944 diperkirakan diseluruh dunia terdapat 12 juta penderita DR dan PJR dan
sekitar 3 juta mengalami gagal jantung dan memerlukan rawat inap berulang
di rumah sakit. Prevalensinya dinegara sedang berkembang berkisar antara 7,9
sampai 12,6 per 1000 anak sekolah dan relatif stabil. Data terakhir mengenai
prevalensi demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981 – 1990 didapati 0,3-
0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah dibanding negara
berkembang lainnya 5,13. Statistik rumah sakit di negara sedang berkembang
menunjukkan sekitar 10 – 35 persen dari penderita penyakit jantung yang
masuk kerumah sakit adalah penderita DR dan PJR. Data yang berasal dari
5
negara berkembang memperlihatkan mortalitas karena DR dan PJR masih
merupakan problem dan kematian karena DR akut terdapat pada anak dan
dewasa muda.8
3. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan
akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi
Streptococcus beta hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam reumatik, baik pada serangan pertama maupun serangan
ulangan. .Untuk menyebabkan serangan demam reumatik, Streptokokus grup A
harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superficial.
Berbeda dengan glumeronefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus
di kulit maupun di saluran napas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan
dengan infeksi Streptococcus di kulit8
Penyakit jantung rematik adalah komplikasi yang paling serius dari demam
rematik. Demam rematik akut berikut 0,3% dari kasus grup A beta-hemolitik
streptokokus faringitis pada anak-anak. Sebanyak 39% dari pasien dengan demam
rematik akut dapat mengembangkan berbagai tingkat pancarditis dengan katup
terkait insufisiensi, gagal jantung, perikarditis, dan bahkan kematian. Dengan
penyakit jantung kronis rematik, pasien menderita stenosis katup dengan berbagai
derajat regurgitasi, dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel. Penyakit
jantung rematik kronis tetap menjadi penyebab utama stenosis katup mitral dan
penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.9
4. Morfologi dan identifikasi
6
Kuman berbentuk bulat atau bulat telur, kadang menyerupai batang, tersusun
berderet seperti rantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besar ditentukan
oleh faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjang pada media cair dibanding pada
media padat. Pada pertumbuhan tua atau kuman yang mati sifat gram positifnya
akan hilang dan menjadi gram negatif Streptococcus terdiri dari kokus yang
berdiameter 0,5-1 μm. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang
pada arah sumbu rantai. Streptococcus yang menimbulkan infeksi pada manusia
adalah gram positif, tetapi varietas tertentu yang diasingkan dari tinja manusia dan
jaringan binatang ada yang gram negatif. Geraknya negatif. Strain yang virulen
membuat selubung yang mengandung hyaluronic acid dan M type specific
protein.7
Gambar 1.1 Streptococcus
5. Faktor Predisposisi
Faktor Individu7
1. Faktor Genetik
Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu
keluarga maupun pada anak-anak kembar. Karenanya diduga variasi genetik
7
merupakan alasan penting mengapa hanya sebagian pasien yang terkena
infeksi Streptococcus menderita demam reumatik, sedangkan cara
penurunannya belum dapat dipastikan7.
2. Jenis Kelamin
Tidak didapatkan perbedaan insidens demam reumatik pada lelaki dan
wanita.Meskipun begitu, manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan
pada salah satu jenis kelamin, misalnya gejala korea jauh lebih sering
ditemukan pada wanita daripada laki-laki. Kelainan katub sebagai gejala sisa
penyakit jantung reumatik juga menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada
orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih sering ditemukan pada
wanita, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki
3. Golongan Etnik dan Ras
Belum bisa dipastikan dengan jelas karena mungkin berbagai faktor
lingkungan yang berbeda pada golongan etnik dan ras tertentu ikut berperan
atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan
jelas ialah terjadinya stenosis mitral. Di negara-negara barat umumnya
stenosis mitral terjadi bertahun-tahun setelah serangan penyakit jantung
reumatik akut. Tetapi data di India menunjukkan bahwa stenosis mitral
organik yang berat seringkali sudah terjadi dalam waktu yang relatif singkat,
hanya 6 bulan-3 tahun setelah serangan pertama7.
4. Umur
Paling sering pada umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat
8
jarang sebelum umur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini
dikatakan sesuai dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia
sekolah7.
5. Keadaan Gizi dan adanya penyakit lain
Belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi. Hanya sudah
diketahui bahwa penderita sickle cell anemia jarang yang menderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik7.
Faktor-faktor Lingkungan
Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Termasuk dalam keadaan
sosial ekonomi yang buruk ialah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-
rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian
untuk segera mengobati anak yang sakit sangat kurang, pendapatan yang
rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain7.
2. Iklim dan Geografi
Penyakit ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi data akhir-
akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang
tinggi, lebih tinggi daripada yang diduga semula. Di daerah yang letaknya
tinggi agaknya insidens lebih tinggi daripada di dataran rendah7.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat7.
9
6. Patogenesis demam reumatik dan jantung reumatik
Hubungan antara infeksi Streptococcus beta hemoliticus grup A dengan
terjadinya DR telah lama diketahui. Demam rematik merupakan respons auto
imun terhadap infeksi Streptococcus beta hemoliticus grup A pada tenggorokan.
Respons manifestasi klinis dan derajat penyakit yang timbul ditentukan oleh
kepekaaan genetik dari host, keganasan organisme dan lingkungan yang kondusif.
Mekanisme patogenesis yang pasti sampai saat ini tidak diketahui, tetapi peran
antigen histokompatibiliti mayor, antigen jaringan spesifik potensial dan antibodi
yang berkembang segera setelah infeksi Streptoccocus telah diteliti sebagai faktor
resiko yang potensial dalam patogenesis penyakit ini. Terbukti sel limfosit T
memegang peranan dalam patogenesis penyakit ini dan ternyata tipe M dari
Streptococcus beta hemoliticus grup A mempunyai potensi rheumatogenik.
Beberapa serotipe biasanya mempunyai kapsul, berbentuk besar, koloni mukoid
yang kaya dengan M-protein7
M-protein adalah salah satu determinan virulensi bakteri, strukturnya
homolog dengan myosin kardiak dan molecul alpha-helical coiled coil, seperti
tropomyosin, keratin dan laminin. Laminin adalah matriks protein ekstraseluler
yang disekresikan oleh sel endothelial katup jantung dan bagian integral dari
struktur katup jantung. Lebih dari 130 M protein sudah teridentifikasi dan tipe 1,
3, 5, 6, 14, 18, 19 dan 24 berhubungan dengan terjadinya demam rematik 7
Superantigen streptokokal adalah glikoprotein unik yang disintesa oleh
bakteri dan virus yang dapat berikatan dengan major histocompatibility complex
molecules dengan nonpolymorphic V b-chains dari T-cell receptors. Pada kasus
10
Streptoccocus banyak penelitian yang difokuskan pada peranan superantigen-like
activity dari fragmen M protein dan juga streptococcal pyrogenic exotoxin, dalam
patogenesis demam rematik. Terdapat bukti kuat bahwa respons autoimmune
terhadap antigen Streptoccocus memegang peranan dalam terjadinya demam
rematik dan penyakit jantung rematik pada orang yang rentan. Sekitar 0,3 – 3
persen individu yang rentan terhadap infeksi faringitis Streptoccocus berlanjut
menjadi demam rematik. Data terakhir menunjukkan bahwa gen yang mengontrol
low level respons antigen Streptoccocus berhubungan dengan Class II human
leukocyte antigen, HLA. Infeksi Streptoccocus dimulai dengan ikatan permukaan
bakteri dengan reseptor spesifik sel host dan melibatkan proses spesifik seperti
pelekatan,kolonisasi dan invasi. Ikatan permukaan bakteri dengan permukaan
reseptor host adalah kejadian yang penting dalam kolonisasi dan dimulai oleh
fibronektin dan oleh streptococcal fibronectin-binding proteins. Faktor lingkungan
seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses
kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi
penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya
infeksi Streptoccocus untuk terjadi demam rematik.10
Infeksi DR sering terjadi secara berulang dan dikenal sebagai reaktivasi
rematik.8 Walaupun penyakit ini merupakan suatu inflamasi sistemik, tetapi PJR
merupakan satu-satunya komplikasi demam reumatik yang paling permanen
sifatnya dan merugikan masa depan seseorang. Tampaknya komplikasi ini
ditentukan oleh beratnya infeksi DR yang pertama kali dan seringnya terjadi
reaktivasi rematik di kemudian hari. Itu sebabnya, tidak semua DR akan
11
berkembng menjadi PJR. Sebaliknya, tidak semua PJR mempunyai riwayat DR
yang jelas sebelumnya. Hal ini mungkin karena gejala-gejala DR pada fase dini
memang tak mudah dikenali, atau DR memang tak jarang hanya bersifat silent
attack, tanpa disertai gejala-gejala klinis yang nyata.8
Demam reumatik biasanya menyerang jaringan otot miokard, endokard
dan perikard, terutama pada katup mitral dan katup aorta.8Meskipun karditis pada
DR dapat mengenai perikardium, miokardium dan endokardium, tetapi kelainan
yang menetap hanya ditemukan pada endokardium terutama katup.8,9,10 Katup
yang paling sering terkena adalah katup mitral dan aorta. Kelainan pada katup
trikuspid jarang disebabkan oleh infeksi rematik, sedangkan kelainan pada katup
pulmonal biasanya bersifat kongenital dan sangat jarang pula disebabkan oleh
infeksi rematik.10,11Kelainan dapat berupa insufusiensi, tetapi bila penyakit
berjalan sudah lama berupa stenosis.11
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa streptolisin bersifat toksik pada sel
miokard yang dibiakkan in vitro.9.Pemeriksaan imunologik menunjukkan antibodi
yang bereaksi dengan M protein dari mikroba penyebab. Antigen streptokokus
tersebut memiliki epitop yang sama dengan jaringan miokard jantung manusia,
sehingga antibodi terhadap streptokokus akhirnya akan akan menyerang jantung
(jaringan, katup).11
Secara histopatologis, infeksi DR ditandai dengan adanya proses Aschoff
bodies yang khas, walaupun secara klinis tidak ada tanda-tanda reaktivasi rema
yang jelas. Daun katup dan korda tendinea akan mengalami edema, proses
fibrosis, penebalan, vegetasi-vegetasi dan mungkin kalsifikasi. Proses-proses ini
12
menunjukkan bahwa DR memang merupakan suatu penyakit autonium, dimana
reaksi silang yang terjadi antara streptokokus dengan jaringan tubuh tertentu dapat
menyebabkan kerusakan jaringan secara imunulogik.
Akan tetapi, peran antibodi sebagai mediator cedera jaringan belum
sepenuhnya diterima.Adanya antibodi bereaksi silang yng serupa pada serum
pasien tanpa demam reumatik mendorong penelitian mediator imun lain. Data
mutakhir menunjuk pada sitotoksisitas yang ditengahi oleh sel sebagai mekanisme
alternatif untuk cedera jaringan. Penelitian menunjukkan bahwa limfosit darah
perifer pasien dengan korditis reumatik akut adalah sitotoksik terhadap sel
miokardium yang dibiak in vitro, dan bahwa serum penderita demam reumatik
menghapuskan pengaruh sitotoksik tersebut.10
PATOLOGI
Proses patologi pada demam reumatik melibatkan jaringan ikat atau jaringan
kolagen. Meskipun proes penyakit adalah difus dan dapat mempengaruhi
kebanyakan jaringan tubuh, manifestasi klinis penyakit terutama terkait dengan
keterlibatan jantung, sendi dan otak9.
Keterlibatan jantung pada demam reumatik dapat mengenai setiap
komponen jaringannya.8 Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas
pada endokardium dan miokardium, namun pada pasien dengan miokarditis berat,
perikardium dapat juga terlibat. Dengan berlanjutnya radang, perubahan eksudatif
dan proliferatif menjadi lebih jelas. Stadium ini ditandai dengan perubahan
endomatosa jaringan, disertai oleh infiltrasi selular yang terdiri dari limfosit dan
sel plasma dengan beberapa granulosit. Fibrinoid, bahan granular eosinofil
13
ditemukan tersebar di seluruh jaringan dasar. Pembentukan sel Aschoff menyertai
stadium tersebut.8
Lesi patognomis ini terdiri dari infiltrasi perivaskular sel besar dengan inti
polimorf dan sitoplasma basofil tersusun dalam roset sekeliling pusat fibrinoid
yang avaskular.8 Benda Aschoff dapat ditemukan pada setiap daerah miokardium
tetapi paling sering ditemukan dalam jaringan aurikular kiri. Sel Aschoff dapat
tampak pada fase akut; mungkin pasien ini menderita karditis kronik dengan
kumat demam reumatik. Jarang sel Aschoff ditemukan dalam jaringan jantung
pasien tanpa riwayat DR.
Reaksi radang juga mengenai lapisan endokardium yang mengakibatkan
endokarditis.8 Proses endokarditis tersebut mengenai jaringan katup serta dinding
endokardium. Yang paling sering terlibat adalah katup mitral, disusul katup aorta.
Katup trikuspid jarang terlibat, dan katup pulmonal jarang sekali terlibat.
Radang awal pada ednokarditis dapat menyebabkan terjadinya insufisiensi
katup.8 Penemuan histologis dalam endokarditis terdiri dari edema dan infiltrasi
selular jaringan katup dan korda tendinea. Lesi yang khas endokaditis reumatik
adalah ‘tambalan (patch) MacCallum’, daerah jaringan menebal yang ditemukan
dalam atrium kiri, yakni di atas dasar daun katup mitral posterior. Degenerasi
hialin pada katup yang terkena akan menyebabkan pembentukan veruka pada
tepinya dan kontraktur daun katup, yang akan menghalangi pendekatan daun-daun
katup secara total dan menghalangi penutupan ostium katup. Dengan radang yang
menetap, terjadilah fibrosis dan kalsifikasi katup.4 Kalsifikasi mikroskopis dapat
terjadi pada pasien muda dengan PJR.
14
Gambar Patogenesis Demam Rematik – Penyakit Jantung Rematik
(Siregar, 2008)
7. Manifestasi Klinis
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik
dapat dibagi dalam 4 stadium4:
Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman beta-
Streptococcus hemolyticus grup A. Keluhan biasanya berupa demam,
batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan 15
pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik sering
didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tanda-tanda peradangan
lainnya. Kelenjar getah bening submandibular seringkali membesar.
Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan4.
Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran napas
bagian atas pada penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik,
yang biasanya terjadi 10-14 hari sebelum manifestasi pertama demam
reumatik/penyakit jantung reumatik4.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya
periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6
minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai