Top Banner
MAKALAH QA RUMAH SAKIT MANAJEMEN RESIKO : Failure Mode Effect Analysis OLEH: Tria Zakinah (140062060) Dwi Fitriani (140062064) Dayu Ernia (140062066) Dyan Listyaning Rahayu (140062073) Olvia Becatami (140062136) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
29

Makalah QA Fme

Nov 11, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKALAH QA RUMAH SAKIT

MAKALAH QA RUMAH SAKITMANAJEMEN RESIKO : Failure Mode Effect Analysis

OLEH:Tria Zakinah (140062060)Dwi Fitriani(140062064)Dayu Ernia (140062066)Dyan Listyaning Rahayu(140062073)Olvia Becatami(140062136)

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AHMAD DAHLANYOGYAKARTA2014

14

i

KATA PENGANTARPuji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MANAJEMEN RESIKO : Failure Mode Effect Analysis dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolonganNya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah QA rumah sakit. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.2

13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN1A.Latar belakang1B.Rumusan Masalah3C.Tujuan3BAB II4TINJAUAN PUSTAKA4A.Failure Methode And Effect Analysis ( FMEA)4B.Faktor keberhasilan FMEA5C.Manfaat dan kegunaan FMEA5BAB III6PEMBAHASAN6A.Kasus6A.Analisis FMEA8B.Penyelesaian FMEA8DAFTAR PUSTAKA17

BAB IPENDAHULUANLatar belakangObat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit. Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan risiko. Fokus pelayanan kefarmasian bergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented) menuju pelayanan optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient oriented). Untuk mewujudkan pharmaceutical care dengan risiko yang minimal pada pasien dan petugas kesehatan perlu penerapan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah bagian yang mendasar dari tanggung jawab pemberian pengobatan. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang menghasilkan obat-obat baru juga membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya risiko pada pasien. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari para staf rumah sakit sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para pemberi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat sangat bervariasi antara satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien bersifat universal.Medication Error ( ME ) atau kesalahan pelayanan obat menurut NCC MERP yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Medication Error adalah jenis Medical Error yang paling umum terjadi di berbagai rumah sakit. Diperkirakan 7000 orang meninggal pertahun(The Business Case for Medication Safety, February 2003). Medication Error terjadi dengan regularitas yang sukar dipercaya. Studi di 36 rumah sakit (dipublikasi 2002) ditemukan pada setiap kemungkinan terjadi 2 ME setiap hari. Kesalahan pengobatan fatal bukan hal yang baru. Hasil studi yang dipublikasi pada tahun 1983, melaporkan bahwa kesalahan label (labeling error) telah terjadi karena tertukarnya label antara vincristine dan methotrexate sehingga terjadi kesalahan rute pemberian vincristine diberi secara intratekal yang berakibat fatal. Pada artikel lain (dipublikasi 1970an dan 1980an) terjadi kematian ganda akibat kesalahan satu medikasi atau lebih. Awal tahun 1966 University Arkansas menerbitkan hasil penelitiannnya 66.1% dari 654 terjadi kesalahan pengobatan serius (tidak termasuk wrong time errors). Kesalahan serius obat berbahaya terjadi akibat misused sebagai keputusan dua panel farmasis. Di AS kesalahan pemberian obat di 2 rumah sakit adalah 56% dan 34% (BATES, 1995), sedangkan di Indonesia menurut Iwan Dwiprahasto MMedSc, PhD di Jogja, yaitu medication error di ICU mencapai 96% (tak sesuai indikasi, tak sesuai dosis, polifarmaka tak logis, dll.Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien mulai dari produksi dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan dan monitoringpasien. Di dalam setiap mata rantai ada beberapa tindakan, sebab tindakan mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai ini dapat memberikan kontribusi terhadap kesalahan ( Cohen, 1999).Rumah sakit merupakan suatu tempat yang menjadi pusat pelayanan kesehatan. Rumah sakit juga merupakan tempat tenaga kesehatan sehingga banyak yang terlibat dan menjadikan rumah sakit menjadi instalasi yang komplek. Jumlah pasien yang berobat dirumah sakit dari tahun ke tahun makin menunjukkan peningkatan. Pada proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit juga tidak jarang mengalami kesalahan yang biasa disebabkan karena adanya human error dan medication error.FMEA adalah suatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi. ( Kenneth Crow,2002 ). FMEA meruapkan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah, misalahnya KTD yang disebabkan karena kesalahan dalam penyiapan obat khususnya obat-obat kemoterapi.

Rumusan Masalaha. Bagaimana permasalahan yang terjadi pada kasusb. Bagaimana metode analisis FMEA dapat menjelaskan penyelesaian masalahc. Bagaimana metode analisis FMEA dapat menyebabkan penurunan kesalahan dari pelayanan kesehatanTujuan a. Untuk mengetahui penyebab kesalahan yang terjadi pada kasusb. Untuk mengetahui langkah-langkah analisis FMEA dalam proses penyelesaian masalahc. Untuk mengetahui langkah-langkah analisis FMEA dalam menyebabkan penurunan kesalahan dalam pelayanan kesehatan.d.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Failure Methode And Effect Analysis ( FMEA)FMEA adalah suatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi. (Crow,2002 )FMEA merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan menemukan :1. Semua kegagalan kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem.2. Efek-efek dari kegagalan ini yang terjadi pada sistem dan bagaimana cara untuk memperbaiki atau meminimalis kegagalan-kegagalan atau efek-efek nya pada sistem ( Perbaikan dan minimalis yang dilakukan biasanya berdasarkan pada sebuah ranking dari severity dan probability dari kegagalan )FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemungkinan kegagalan telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah dibuat untuk meminimasi semua kegagalan kegagalan yang potensial (Lange, 2001 ).FMEA dapat bervariasi pada level detail dilaporkan, tergantung pada detail yang dibutuhkan dan ketersediaan dari informasi. Sebagaimana pengembangan terus berlanjut, memperkiraan secara kritis ditambahkan dan menjadi Failure, Mode, Effects and Critically Analysis dan FMECA. Ada variasi yang sangat banyak didalam industri untuk mengimplementasikan analisis FMEA. Sejumlah standar- standar dan aturan telah dikembangkan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk analisis dan setiap organisasi dapat melakukan pendekatan yang berbeda didalam melakukan analisis.Definisi serta pengurutan atau ranking dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut :1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir.2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan menghasilkan kecacatan produk.4. Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu.

B. Faktor keberhasilan FMEA1. Dukungan kepemimpinan2. Komitmen terhadap keselamatan pasien3. Perbaikan berkelanjutan4. SIM yang menunjang5. SDM yang terlatih

C. Manfaat dan kegunaan FMEAManfaat FMEA adalah sebagai berikut :1. Hemat biaya. Karena sistematis maka penyelesaiannya tertuju pada potensial causes (penyebab yang potential) sebuah kegagalan / kesalahan.2. Hemat waktu ,karena lebih tepat pada sasaran.

Kegunaan FMEA adalah sebagai berikut :1. Ketika diperlukan tindakan preventive/pencegahan sebelum masalah terjadi.2. Ketika ingin mengetahui/mendata alat deteksi yang ada jika terjadi kegagalan.3. Pemakaian proses baru4. Perubahan/pergantian komponen peralatan atau proses ke arah baru.

BAB III PEMBAHASAN A. Kasus a) Identitas PasienNama: Tn. PSUsia : 65 tahunAlamat: BandungDPJP: dr. FG, Sp. PDTgl Rawat: 22 juni 25 juni 2014b) Kronologi Kejadian1. Petugas Farmasi (Spv. Farmasi)Pada tgl 23 juni 2014 pukul 13. 30 menerima resep dari bangsal melati, pasien atas nama tuan PS lewat Pneumatictube. Namun secara bersamaan petugas farmasi melayani resep pelayanan rawat jalan. Untuk unit kami (Unit Farmasi) sebenarnya sudah ada kesepakatan dengan unit Keperawatan secara lisan (tidak tertulis) bahwasanya, kami petugas (Unit Farmasi) lebih mengutamakan resep pelayanan pasien rawat jalan. Keterbatasan dari jumlah tenaga farmasi juga menjadikan salah satu factor kami dalam memberikan pelayanan resep pasien rawat inap jadi tidak optimal. Dimana setiap shift jaga harus melayani resep pasien rawat jalan, resep pasien rawat inap, stok obat, dan laiinya yang berkaitan di unit farmasi. Setiap harinya pelayanan resep di Unit farmasi bias mencapai 200 resep/hari.Oleh karena itu pada saat ada resep dari pasien rawat inap (bangsal Melati) atas nama pasien Tuan PS, kebetulan di Unit kami (Unit farmasi) petugas kami sedang melayani resep pasien rawat jalan, dimana itu sudah menjadi kesepakatan kami yang mendahulukan pelayanan resep pasien rawat jalan. Sekitar pukul 14. 30 ada perawat dari bangsal melati yang dating untuk mengambil obat atas nama pasien tuan PS, dan menulis resep ulang.Petugas kami (Unit farmasi) memberikan obat Vit K yang diambil dari box obat sesuai label Vit K (sesuai dengan resep yang ditulis oleh perawat di bangsal Naim 3 ampul Vit K), kemungkinan pada box Vit K tersebut ada tercampur dengan obat lain (Chlorpromazin) dimna kemasan obat keduanya sangat mirip (LASA/NORUM) yang diproduksi oleh pabrik farmasi yang sama. Pada saat penyerahan obat petugas kami (Unit farmasai) tidak dilakukan double check pada obat tersebut dikarenakan pelayanan di Farmasi saat itu sangan sibuk. Sehingga obat tersebut langsung diberikan kepada perawat bangsal melati.2. Perawat di Bangsal Melati:Sekitar pukul 13.30 pada tanggal 23 juni 2014 perawat di bangsal melati mengirim resep pasien rawat inap atas nama tuan PS lewat pneumatictube. Saat pergantian shift jaga perawat mengatakan bahwa obat untuk pasien tuan PS belum ada, silakan konfirmasi ke Unit Farmasi. Setelah menunggu beberapa saat obat untuk pasien tuan PS belum juga dikirim, akhirnya pukul 14.30 salah satu perawat kami (perawat bangsal melati) turun kebawah (unit Farmasi) untuk mengambil obat pasien tuan PS, perawat menulis resep ulang (3 ampul Vit K), disaat yang bersamaan unit pelayanan farmasi sangat sibuk sedang melakukan pelayanan resep pasien rawat jalan, setelah beberapa saat perawat bangsal melati menunggu obat, dan obat untuk pasien tuan PS oleh petugas farmasi ke petugas kami (perawat) diserahkan. Pada pukul 16.00 tanpa melakukan proses identifikai pemberian obat kami (perawat) sudah percaya terhadap obat yang diberikan oleh petugas farmasi.Perawat kami memebrikan injeksi bersama infus K, NaCl, adona, Kalnec, dieynon. Setelah magrib, sekitar pukul 18.00 saat monitoring pasien, tuan PS tidur terus, perawat kami curiga, sehingga diperlukan observasi terhadap pasien tuan PS. Perawat khawatir terjadi hipoglikemik karena juga menderita DM. setelah di periksa kadar gula pasien tuan PS ternyata normal. Kecurigaan lainnya timbul pada obat yabf diberikan oleh pasien tuan PS. Setelah obat dicek dan ternyata 3 ampul Vit K, terdiri dari 1 ampul Vit K, yang belum diberikan dan 2 ampul Chloropromazin (sudah diberikan 1 ampul). Vit k dan CPZ sangat mirip kemasannya. Pada akhirnya perawat langsung konfirmasi ke farmasi dan CPZ diganti dengan Vit K. setelah dilakukan observasi terhadap pasien tuan PS, pada pukul 06.00 saat monitoring pasien, pasien tuan PS kondisinya sudah membaik (tidak tidur terus), kemungkinan reaksi dari obat tersebut sudah habis. Untuk masalah medication eror ini kami mencatat di formulir laporan KTD.Pada kasus ini untuk langkah awal pada analisis FMEA :

A. Analisis FMEAFMEA adalah suatu alat mutu untuk mengkaji prosedur secara rinci dan untuk mengenali model-model kemungkinan adanya kegagalan dan kesalahan yang fatal. Didalam kasus ini dapat dijelaskan analisis FMEA nya adalah sebagai berikut :Langkah awal, kita melakukan Model Peningkatan Mutu Pelayanan ObatFMEA --> Mencari Penyebab kegagalanLangkah-langkah dalam melaksanakan FMEA Langkah I: Memilih proses yang beresiko tinggi Langkah II: Menyusun flow-chart . Langkah III: Identifikasi efek kegagalan (failure model), Langkah IV: Menetapkan tingkat keparahan Langkah V: Melakukan RCA Langkah VI: Curah pendapat Langkah VII: Menyusun alur Langkah VIII: Desain

B. Penyelesaian FMEA1. Langkah I Penentapan topik : medication error obat lasa Definisi : Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Alasan pemilihan topik : penyebab dengan frekuensi paling tinggi Insiden Keselamatan Pasien yang terjadi di RS selain itu dengan pertimbangan yaitu: 1) Menimbulkan potensial komplain yang besar dari pasien dan tenaga kesehatan yang lain2) Menimbulkan bahaya yang dapat mengancam jiwa pasien3) Resiko yang mungkin terjadi dapat dihindari tergantung intervensi dari petugas farmasi 4) Langkah-langkahnya terkait satu sama lainnya 5) Apabila ada kesalahan tidak dapat langsung tertangani Tim FMEA Ka Instalasi Farmasi Koor Farmasi Rawat Inap Ka Perawatan/ Ka Askep Ka Bangsal Melati Ka Manajemen Mutu Ka Patients Safety Petugas Instalasi Farmasi Perawat Tujuan dari FMEAUntuk menganalisis kemungkinan adanya kesalahan pada prosedur pengambilan dan pemberian obat , dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan desain/prosedur.2. Langkah IIFlowchart Pelayanan Farmasi Rawat Inap

(a)

(b)

Ket : (a) alur pelayanann resep rawat inap (b) alur penerimaan obat dari gudang ke instalasi farmasi3. Langkah III

Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode), identifikasi efeknya ke pasien :

Penyebab KegagalanKemungkinan KegagalanEfek yang ditimbulkan

Petugas farmasi1. AA melakukan dispensing obat2. AA menyerahkan obat kepada bagian penyerahan obat3. Apoteker melakukan proses pengecekan obat4. Apoteker melakukan proses penyerahan obat dan pemberian informasi5. Perawat diminta untuk melakukan proses pengecekan kembali, dan meminta ttd perawat6. Display obat

Dapat menimbulkan kecacatan memperparah penyakit pasien menimbulkan penyakit baru terapi pasien tidak tercapai penyakit tidak sembuh-sembuh, overdosis, menimbulkan kecacatan pasien, memperparah penyakit pasien, akibat fatal bisa menimbulkan kematian.

4. Langkah 4 Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek yang bisa terjadi pada pasien Untuk setiap efek ditentukan : a. Perkirakan tingkat keparahan (severity scale rank-SSR)Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa resiko yaitu menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi output proses. Dampak tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10.Tingkat resikoDeskripsiDampak

1Minor (rank 1)Tidak signifikan

2Low (rank 2-3)Cedera ringan

3Moderat (rank 4-6)Cedera sedang

4High (rank 7-8)Cedera berat

5Very High (rank 9-10)Kematian

b. Perkirakan kemungkinan terjadinya kegagalan (occurrence scale rank-OSR)Occurrence adalah kemungkinan bahwa penyebab tersebut akan terjadi dan mengh asilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk. Dengan memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10.Probably of FailureOccurrenceRank

Remote1 in 1.500.0001

Very Low2= 1 in 150.0002

Low3= 1 in 30.0004= 1 in 45005= 1 in 8003-5

Moderate6= 1 in 1507 = 1 in 506-7

High8= 1 in 99= 1 in 68-9

Very high10= 1 in 310

c. Perkirakan kemungkinan terdeteksinya kegagalan (detection scale rank-DSR)Nilai Detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan/mengontrol kegagalan yang dapat terjadi.

Probably of FailureLikelihood Of Detection% R and R% Repeatability and ReproducibilityRank

Sangat tinggiKemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sangat tinggi/hampir pasti< 20 %1: % Repeatability < Reproducibility2: % Repeatability Reproducibility1-2

TinggiKemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan tinggi 20 %3: % Repeatability < Reproducibility4: % Repeatability Reproducibility3-4

SedangKemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sedang 40 %5: % Repeatability < Reproducibility6: % Repeatability Reproducibility5-6

RendahKemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sangat rendah/sulit 60 %7 : % Repeatability < Reproducibility8: % Repeatability Reproducibility7-8

Sangat rendah/jarang Alat pengontrol saat ini sangat sulit mendeteksi bentuk atau penyebab kegagalan 80 %9: % Repeatability < Reproducibility10: % Repeatability Reproducibility9-10

NoTahapan ProsesKegagalanOCCSEVDETRPNPrioritas

1.AA melakukan dispensing obatKegagalan/kesalahan dalam mengambil obat4761684

2.AA menyerahkan obat kepada bagian penyerahan obatKegagalan dalam penyerahan obat kebagian penyerahan 22287

3.Apoteker melakukan proses pengecekan obatTidak dilakukannya pengecekan kembali obat yang akan diberikan8562402

4.Apoteker melakukan proses penyerahan obat dan pemberian informasi Kegagalan memberikan obat (salah obat) Kegagalan dalam memberikan informasi3

48

67

7168

1685

6

5.Perawat diminta untuk melakukan proses pengecekan kembali, dan meminta ttd perawat Kegagalan meminta perawat untuk mengecek Perawat tidak melakukan koreksi atau pengecekan kembali obat yang diserahkan oleh bagian farmasi2

64

57

656

1803

6.Display obatKegagalan mengambil obat8662881

d. Hitung critical index (CI) : OSR x SSR x DSR Perhitungan sudah ada di tabel bagian atas.5. Langkah VMelakukan Root Cause Analysis (RCA) dari failure mode dengan CI tertinggi Failure modeNilai RPNPrioritas

Kegagalan mengambil obat2881

Tidak dilakukannya pengecekan kembali obat yang akan diberikan2402

6. Langkah VICurah pendapat tindakan yang dapat mengurangi CI, mulai dengan failure dengan CI tertinggi yang dapat menurunkan kemungkinan kejadian, menurunkan efek keparahan dan meningkatkan kemungkinan terdeteksi .HASIL CURAH PENDAPAT 1) Kegagalan mengambil obat Membuat layout stiker warna di setiap kelas terapi dengan warna yang berbeda Menata obat dengan metode yang sesuai yang dapat mempermudah pengambilan obat (ex : Alphabet, Indikasi, Kelas Terapi, FIFO, FEFO) Membuat penandaan untuk obat-obat yang memiliki kemasan atau nama yang mirip (ex : Tallman Letter)2) Tidak dilakukannya pengecekan kembali obat yang akan diberikan Membuat SOP dispensing obat yang memuat point mengenai pengecekan ulang Menempel SOP di ruang kerja agar seluruh petugas dapat membaca dan memahami SOP Mesosialisasikan SOP kepada petugas instalasi farmasi

DAFTAR PUSTAKA

CPJ/RPC, March/ April 2010:Vol 143 (2).Proquest Database.Payton,J. Crow, Kenneth. 2002. Introduction to Value Analysis. Dalam http://www.npdsolutions.com/va.html.Hatta, ed. 2013. Pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan Kesehatan, edisi revisi 2.Universitas IndonesiaLange, Kevin A(2001). Potensial Failure Mode and Effect Analysis, Reference Manual, General Motor Corporation. Ledder,W., & Hord,E. 2007. Bar Code Medication Administration Improves Patient Safety. Arkansas Foundation for Medical Care. Journal (Proquest) DatabaseLynas, Kathie. 2010. A Step Forward for Medication Safety:Stakehol ders Agree to a Common Standard for Barcoding Pharmaceutica ls. NCC MERP Index for Categorizing Medication Errors, http://www/nccmerp.org