Top Banner
1 MAKALAH PROJECT WORK SISTEM MONITORING PEMAKAIAN TELEPON DENGAN MENGGUNAKAN MULTI MEDIA CARD (SD/MMC) SEBAGAI PENYIMPAN DATA ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi pada saat ini begitu pesat. Dimana perusahaan yang melayani jasa telekomunikasi tentunya berkewajiban melayani pengguna telepon dengan baik.Tentunya dengan selalu menjaga kualitas dan kenyamanan pelayanan terhadap pelanggan. Dan salah satu pelayanan yang harus dijaga adalah pencatatan semua nomor panggilan keluar pada telepon rumah dan perkantoran baik yang bersifat lokal maupun interlokal. apabila terjadi lonjakan tagihan telepon diluar batas normal, tentunya pihak pelanggan akan melakukan komplain kepada perusahaan yang bersangkutan yaitu dengan cara meminta daftar rincian nomor panggilan keluar. Tetapi biasanya dari pihak yang bersangkutan hanya memberikan daftar nomor panggilan yang bersifat interlokal saja, Alat ini akan mencatat aktifasi telepon karena setiap kali menekan keypad telepon menghasilkan tone (nada) sehingga dapat terditeksi oleh DTMF, nada tersebut dirubah menjadi data biner kemudian diterima oleh mikrokontroler dirubah menjadi data desimal. Data desimal tersebut akan ditampilkan di LCD Dan akan tersimpan tersimpan pada SD/MMC, untuk mengaktifkan conter pada saat telepon diangkat dengan menekan push button pada alat tersebut. sehingga data yang dihasilkan berupa durasi, nomer telepon tujuan baik interlokal maupun lokal dan dapat diprint out. Dengan adanya alat ini dapat mengetahui nomor panggilan keluar dan durasi waktu pembicaraan, sebelum pihak pelanggan melakukan klaim ke perusahaan yang bersangkutan, apabila terjadi lonjakan tagihan telepon yang melebihi batas normal. Alat ini terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomor panggilan keluar, waktu start pembicaraan sampai selesai pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam SD/MMC dengan menggunakan PC secara serial yang melalui mikrokontroller ATmega16 menggunakan bahasa Codevision AVR sehingga data biner dari DTMF dirubah menjadi data desimal berupa angka 0 s/d 9, dari data percobaan paling lama 13 detik dan paling cepat 3 detik, durasi waktu pembicaraan tersebut dapat dicetak melalui printer dan alat ini memiliki kapasitas penyimpanan data mencapai 1GB. Kata Kunci : Telepon, Mikrokontroller ATmega16, , SD/MMC, Push Button dan RTC ABSTRACT Growth of information technology at the moment fast so. Where company to service telecommunications service perhaps is obliged to service the consumer phone better. Perhaps always take care of the quality and service freshness to customer. And one of service which must be taken care of by record-keeping of all call number go out at house telephone office both for having the character of long distance and also local. the event of normal out of the sphere telephone invoice limit, perhaps side the customer will do the complain to pertinent company that is by asking for list of detail of call number go out. But usually from pertinent party only give the list of call number having the character of just long distance. This tool will record a phone activation code for each time pressing the phone keypad to produce tone (tone) that can terditeksi by DTMF, the tone is converted into binary data received by the microcontroller and then converted into decimal data. Decimal data will be displayed on the LCD and will be stored stored on SD / MMC, to activate the phone at the conter appointed by pressing the push button on the tool. so that the resulting data in the form of duration, good destination phone numbers and local calls and can print. By means of this can know the call number go out and duration of discussion time, before party of customer do the claim to pertinent company, in the event of limit of telephone invoice exceeding normal boundary. This appliance is consisted of by the network of data recorder which can save of call number go out the, time of start discussion till finish discussion and duration discussion into SD/MMC by using PC serially is which is through mikrocontroller ATmega16, This tool has a storage capacity reaching 1GB also earn direct also read in By means of this hopefully can assist all customer for the monitoring of expense phone the house and office Key words : Phone, Mikrocontroller ATmega16, LCD, SD/MMC, Push Button and RTC BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses dalam penyusunan Project Work ini, mengembangkan dari referensi judul Project Work yang telah ada dan kelebihan-kelebihan dari sistem yang telah ada adalah alat ini terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomer panggilan keluar, waktu mulai pembicaraan sampai selesai pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam IC EEPROM dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51 serta dapat memproteksi nomer panggilan keluar tertentu. Dan setelah itu data yang telah tersimpan dapat di baca kembali menggunakan PC secara serial yang melalui mikrokontroller AT89C51 serta langsung dapat juga di baca di LCD. Alat tersebut diletakkan secara serial dengan kabel telepon yang sudah ada. Pada alat yang dibuat dengan menggunakan EEPROM IC 28C64 sebagai media penyimpan data telepon keluar, EEPROM IC 28C64 tersebut memiliki kelemahan diantaranya adalah memori yang terbatas sehingga pada waktu yang relatif singkat EEPROM IC 28C64 tersebut harus dihapus dengan cara memberikan kode elektris pada rangkaian EEPROM tersebut. [1] Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi ini banyak hal yang telah berubah segalanya menjadi efisien dan mudah digunakan sehingga dibutuhkan lulusan yang kompeten yang dapat menghasilkan
21

MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

Nov 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

1

MAKALAH PROJECT WORK

SISTEM MONITORING PEMAKAIAN

TELEPON DENGAN MENGGUNAKAN MULTI

MEDIA CARD (SD/MMC) SEBAGAI

PENYIMPAN DATA

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi pada saat ini begitu pesat. Dimana perusahaan yang melayani jasa telekomunikasi tentunya berkewajiban melayani pengguna telepon dengan baik.Tentunya dengan selalu menjaga kualitas dan kenyamanan pelayanan terhadap pelanggan. Dan salah satu pelayanan yang harus dijaga adalah pencatatan semua nomor panggilan keluar pada telepon rumah dan perkantoran baik yang bersifat lokal maupun interlokal. apabila terjadi lonjakan tagihan telepon diluar batas normal, tentunya pihak pelanggan akan melakukan komplain kepada perusahaan yang bersangkutan yaitu dengan cara meminta daftar rincian nomor panggilan keluar. Tetapi biasanya dari pihak yang bersangkutan hanya memberikan daftar nomor panggilan yang bersifat interlokal saja,

Alat ini akan mencatat aktifasi telepon karena setiap kali menekan keypad telepon menghasilkan tone (nada) sehingga dapat terditeksi oleh DTMF, nada tersebut dirubah menjadi data biner kemudian diterima oleh mikrokontroler dirubah menjadi data desimal. Data desimal tersebut akan ditampilkan di LCD Dan akan tersimpan tersimpan pada SD/MMC, untuk mengaktifkan conter pada saat telepon diangkat dengan menekan push button pada alat tersebut. sehingga data yang dihasilkan berupa durasi, nomer telepon tujuan baik interlokal maupun lokal dan dapat diprint out.

Dengan adanya alat ini dapat mengetahui nomor panggilan keluar dan durasi waktu pembicaraan, sebelum pihak pelanggan melakukan klaim ke perusahaan yang bersangkutan, apabila terjadi lonjakan tagihan telepon yang melebihi batas normal. Alat ini terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomor panggilan keluar, waktu start pembicaraan sampai selesai pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam SD/MMC dengan menggunakan PC secara serial yang melalui mikrokontroller ATmega16 menggunakan bahasa Codevision AVR sehingga data biner dari DTMF dirubah menjadi data desimal berupa angka 0 s/d 9, dari data percobaan paling lama 13 detik dan paling cepat 3 detik, durasi waktu pembicaraan tersebut dapat dicetak melalui printer dan alat ini memiliki kapasitas penyimpanan data mencapai 1GB.

Kata Kunci : Telepon, Mikrokontroller ATmega16, , SD/MMC, Push Button dan RTC

ABSTRACT

Growth of information technology at the moment fast so. Where company to service telecommunications service perhaps is obliged to service the consumer phone better. Perhaps always take care of the quality and service freshness to customer. And one of service which must be taken care of by record-keeping of all call number go out at house telephone office both for having the character of long distance and also local. the event of normal out of the sphere telephone invoice limit, perhaps side the customer will do the complain to pertinent company that is by asking for list of detail of call number go out. But usually from pertinent party

only give the list of call number having the character of just long distance.

This tool will record a phone activation code for each time pressing the phone keypad to produce tone (tone) that can terditeksi by DTMF, the tone is converted into binary data received by the microcontroller and then converted into decimal data. Decimal data will be displayed on the LCD and will be stored stored on SD / MMC, to activate the phone at the conter appointed by pressing the push button on the tool. so that the resulting data in the form of duration, good destination phone numbers and local calls and can print.

By means of this can know the call number go out and duration of discussion time, before party of customer do the claim to pertinent company, in the event of limit of telephone invoice exceeding normal boundary. This appliance is consisted of by the network of data recorder which can save of call number go out the, time of start discussion till finish discussion and duration discussion into SD/MMC by using PC serially is which is through mikrocontroller ATmega16, This tool has a storage capacity reaching 1GB also earn direct also read in By means of this hopefully can assist all customer for the monitoring of expense phone the house and office

Key words : Phone, Mikrocontroller ATmega16, LCD, SD/MMC, Push Button and RTC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses dalam penyusunan Project Work ini,

mengembangkan dari referensi judul Project Work yang telah ada

dan kelebihan-kelebihan dari sistem yang telah ada adalah alat ini

terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomer

panggilan keluar, waktu mulai pembicaraan sampai selesai

pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam IC EEPROM

dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51 serta dapat

memproteksi nomer panggilan keluar tertentu. Dan setelah itu data

yang telah tersimpan dapat di baca kembali menggunakan PC

secara serial yang melalui mikrokontroller AT89C51 serta

langsung dapat juga di baca di LCD. Alat tersebut diletakkan

secara serial dengan kabel telepon yang sudah ada. Pada alat yang

dibuat dengan menggunakan EEPROM IC 28C64 sebagai media

penyimpan data telepon keluar, EEPROM IC 28C64 tersebut

memiliki kelemahan diantaranya adalah memori yang terbatas

sehingga pada waktu yang relatif singkat EEPROM IC 28C64

tersebut harus dihapus dengan cara memberikan kode elektris pada

rangkaian EEPROM tersebut. [1]

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin

canggih di era globalisasi ini banyak hal yang telah berubah

segalanya menjadi efisien dan mudah digunakan sehingga

dibutuhkan lulusan yang kompeten yang dapat menghasilkan

Page 2: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

2

karya-karya membantu masyarakat yang membutuhkan dan

juga diharapkan bisa bersaing di dunia industri.

Pada saat ini banyak rumah dan perkantoran yang

menggunakan alat komunikasi untuk menghubungi saudara-

saudara, dan rekan-rekan bisnis agar lebih mudah dalam

penyampaian informasi, akan tetapi kadang-kadang terjadi di

rumah dan di kantor pemakaian tarif telepon melonjak karena

ada beberapa hal yang terjadi seperti pemakaian telepon yang

tidak teratur, kesalahan dari jasa perusahaan telekomunikasi

sendiri. Agar lebih menyakinkan pemilik maka dengan membuat

alat tersebut nantinya akan membantu pemilik telepon agar

memiliki bukti dalam bentuk yang nyata, seperti data pemakaian

telepon yang akan tersimpan di SD/MMC sehingga pemilik bisa

mengakumulasi data yang tersimpan setiap pemakaian telepon.

Pada alat yang dirancang khusus ini, menggunakan

Multi Media Card (SD/MMC) yang dapat menyimpan data lebih

besar yang berkisar 512 MB s/d 2 GB sehingga cukup besar

dalam menyimpan data monitoring pemakaian telepon.

BAB II

TEORI PENUNJANG

Dalam bab ini membahas mengenai teori penunjang

dan teori dasar dari Project Work yang berjudul " Sistem

Monitoring Pemakaian Telepon Dengan Menggunakan Multi

Media Card (SD/MMC) Sebagai Penyimpan Data ". Teori yang

digunakan antara lain meliputi telepon, mikrokontroller

ATmega16 , rtc, sd/mmc, serta visual basic.

2.1 Dasar-Dasar Sistem Telepon

2.1.1 Pendahuluan

Telepon merupakan sistem alat komunikasi dua arah

secara Full Duplex (bersamaan) yang dapat digunakan untuk

mengirim ataupun menerima sebuah panggilan. Pesawat telepon

pada umumnya terdiri dari:

1. Kontak, untuk membuka dan menutup

saluran.

2. Dial putar atau tekan untuk mendapatkan

nomor telepon yang dikehendaki.

3. Microphone (pengirim) dan Speaker

(penerima), selama pembicaraan.

4. Bel untuk pemberitahuan adanya panggilan

telepon.

Setiap telepon pelanggan dihubungkan dengan sentral yang terdiri

dari peralatan switching, pensinyalan, dan baterai yang mencatu

arus DC untuk mengoperasikan telepon. Pesawat telepon harus

mampu mengubah suara menjadi sinyal-sinyal listrik dan

kemudian pada penerima, sinyal-sinyal tersebut diubah kembali

menjadi getaran suara, sehingga dapat didengar. Setiap telepon

dihubungkan ke sentral melalui dua kabel, yaitu Tip (T) dang Ring

(R). Fungsi dari sentral telepon adalah mendeteksi dan

menganalisa panggilan, menghubungkan pemanggil dan yang

dipanggil serta merekam semua fasilitas pembicaraan bila selesai.

[1]

2.1.2 Prinsip Pensinyalan Telepon

Sistem pensinyalan pada telepon antara lain :

1. Nada Pilih (Dial Tone)

Pemberitahuan Status Nada Pilih dilakukan

oleh SentralJaringan Telephone dengan

mengirimkan frekuensi tone 425 Hz dengan

level DC 6-12 V yang terdengar dan

menunjukkan bahwapesawat telephone telah

terhubung dengan saluran telephone.Bentuk

sinyal Nada Pilih

2. Sebagai jawaban terhadap sinyal-sinyal

yang dikirimkan oleh pemakai yang

melakukan panggilan maka sentral telepon

akan mengirimkan sinyal-sinyal berupa

nada-nada dengan frekwensi 425Hz yaitu :

a) Nada sibuk (Busy Tone) Nada

sibuk mempunyai karakteristik

frekuensi 425 Hz dengan bentuk

pulsa 0,5 detik ON dan 0,5 detik

OFF.

b) sinyal jawab (call progress)

Sinyal jawab merupakan

tertutupnya loop pelanggan

selama lebih dari 300 mdetik,

atau dapat diidentifikasikan

bahwa sinyal jawab adalah

hilangnya nada tunggu (ring back

tone). Nada tunggu mempunyai

karakteristik frekuensi 425 Hz

yang mempunyai bentuk

terputus-putus dengan periode

waktu 1 detik ON dan 4

detikOFF, nada ini akan dikirim

oleh sentral ke pelanggan yang

dituju.Bentuk sinyal nada tunggu

dapat dilihat pada gambar Bentuk

sinyal Nada Panggil (call

progress). [2]

Page 3: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

3

2.1.3 Sistem Sentral Telepon

Rangkaian jalur merupakan bagian dari sistem telepon

yang dimiliki oleh setiap pelanggan. Pada tiap rangkaian jalur

telepon test point yang dipantau setiap 125 milidetik untuk

mengetahui kondisi pesawat telepon pelanggan apakah dalam

keadaan gagang telepon terangkat (Off-Hook) atau dalam keadaan

gagang telepon terpasang (On-Hook). Junctor merupakan

rangkaian penghubung saluran pembicaraan (Speak Path) dengan

pembagian sebagai berikut:

A - Junctor : untuk posisi pemanggil.

B - Junctor : untuk posisi yang dipanggil.

Fungsi A - Junctor

a.) Memberikan catu daya searah

kepelanggan pemanggil.

b.) Memberikan nada pilih.

c.) Mendeteksi pulsa.

Fungsi B - Junctor

a.) Memberikan catu daya searah

kepelanggan yang dipanggil.

b.) Memberikan arus bell.

c.) Mengirimkan nada panggil

atau nada sibuk.

Gambar Junctor Pada Rangkaian Jalur diperlihatkan pada Gambar

2.1 berikut ini:

Pesawat Telepon

Gambar 2.1 Junctor Pada Rangkaian Jalur

Jalur Tip biasanya berupa kabel berwarna hijau dan

jalur ring berwarna merah. Dimana tegangan Tip setara dengan

ground atau 0 volt dan Ring bernilai –30 sampai 60 volt saat

gagang telepon terpasang (On-Hook).

Besar tegangan ini di nilai cukup untuk melewati

beberapa kilometer lewat kabel telepon yang tipis dan merupakan

tegangan yang cukup aman dari kecelakaan. [3]

2.1.4 Melakukan Sambungan Telepon

Penyambungan hubungan telepon hanya melibatkan

jalur ‘A’ dan ‘B’ dengan tegangan antara kedua jalur biasanya

sebesar 30V- 60V. Pada saat gagang pesawat telepon diangkat

(Off-Hook), tegangan antara kedua jalur tersebut turun menjadi

sekitar 6V-12V dan ada arus yang mengalir sebesar 20mA-80mA.

Selanjutnya sentral akan mengirimkan nada pilih pada pesawat

yang akan mengadakan sambungan telepon untuk menandakan

bahwa sambungan telepon dapat dilakukan.

Pesawat telepon yang dituju akan menerima sinyal

dering (Ringing Signal) berupa tegangan AC sekitar 90 Volt

dengan frekwensi 20Hz-80Hz, setelah penekanan tombol yang

dilakukan pesawat pemanggil, jika sambungan tersebut terjawab,

maka sinyal cos count yang terhubung pada modul pay station

disentral telepon, dikirimkan diantara jalur ‘A’ dan ‘B’ berupa

gelombang sinus dengan amplitudo sekitar 50 Volt.Sinyal ini

besarnya sama antara jalur ‘A’ dan ‘B’ sehingga tidak terdengar

baik oleh pemakai yang melakukan sambungan ataupun pemakai

yang dihubungi. Penghitung biaya (Cost Counter) dihubungkan ke

jaringan untuk mendeteksi pulsa-pulsa, jika salah satu pihak

meletakkan gagang telephon maka tegangan antara jalur ‘A’ dan

‘B’ akan kembali normal dengan beda potensial antara kedua jalur

sebesar 30V-60V. [3]

2.1.5 Mengirim Nomor (Dialling)

Mengirim sebuah nomor atau disebut juga sinyal diall

adalah sinyal yang keluar dari pesawat telepon dengan menekan

atau men-dial nomor yang dituju untuk memberitahu sentral

tentang nomor yang dituju. Sistem pengiriman nomor ada dua

macam yaitu sistem pulsa yang di gunakan pada pesawat telepon

dial putar dan sistem DTMF (Dual Tone Multi Frequncy) yang

digunakan pada pesawat dengan diall tekan tombol.[3]

2.1.6 Sinyal DTMF MT8888

Metode pensinyalan DTMF (Dual Tone Multi

Frequency) atau disebut juga tone dialing, dibuat dengan

memanfaatkan nada sinyal frekuensi suara dan diterapkan sebagai

pengganti pulsa dialing. Sinyal DTMF merupakan penjumlahan

dari dua buah nada, satu dari group bawah (697Hz-941Hz) dan

satu lagi dari group atas (1209Hz-1633Hz) dengan masing-masing

group terdiri atas empat buah nada tersendiri. Frekuensi dari nada-

nada tersebut dipilih sedemikian rupa sehingga tidak memiliki

harmonisasi yang sama. Untuk membangkitkan frekuensi-

frekuensi itu, dalam tiap pesawat telepon dipasang sebuah alat

pembangkit frekuensi yang disebut osilator. Osilator bekerja

apabila gagang telepon diangkat dan tombol-tombol angka ditekan.

Osilator itu dapat membangkitkan tujuh frekuensi yang

berlainan. Frekuensi-frekuensi yang dibangkitkan itu terdiri dari

dua buah kelompok yaitu:

a) Frekuensi rendah, meliputi

empat buah frekuensi yaitu:

697, 770, 852 dan 941Hz.

b) Frekuensi tinggi, meliputi

empat buah frekuensi yaitu:

Page 4: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

4

1209, 1336, 1447

dan1633Hz.

Dengan cara ini maka akan dapat dihasikan 16 kombinasi unik,

sepuluh diantaranya mewakili bilangan 0-9, dan enam sisanya

*,#,A,B,C,D dicadangkan untuk pensinyalan khusus. Kebanyakan

tombol pada pesawat telepon terdiri dari sepuluh bilangan

ditambah dengan simbol asterik (*) dan Otothrop (#). Tombol-

tombol tesebut disusun dalam sebuah matriks yang masing-masing

dihubungkan dengan nada group bawah pada baris yang sesuai dan

pada group atas pada kolom yang sesuai metode pensinyalan

DTMF ini akan memastikan bahwa masing-masing sinyal hanya

terdiri atas satu dan hanya satu

komponen dari masing-masing group atas dan group bawah.[3]

Gambar DTMF Keypad diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut

ini:

Gambar 2.2 DTMF Keypad

2.1.7 Menerima Sambungan Telepon

Suatu sambungan dari luar dapat diketahui dengan

mendeteksi sinyal deringan yang dikirimkan oleh Ringing

Signaling Machine disentral telepon.Pesawat telepon dihubungi

dengan cara memberikan tegangan bolak-balik sebesar 50Vpp

pada jalur ‘A’ dan ‘B’ sinyal tersebut merupakan sinyal anti-phasa

sehingga telepon akan mendeteksi deringan dengan mengaktifkan

bell.

Deringan tersebut akan terus berbunyi sampai pihak

yang dihubungi mengangkat gagang telepon untuk menjawab

sambungan. Jika sambungan tersebut tidak dijawab sampai jumlah

deringan tertentu maka hubungan akan terputus. Jika pihak yang

dihubungi mengangkat gagang telepon sebelum deringan

terakhir, maka akan ada arus yang mengalir yang memungkinkan

sambungan tersebut dijawab selanjutnya percakapan melalui

telepon dapat dilaksanakan. [3]

2.1.8 Pembicaraan

Pembicaraan dimulai ketika yang dipanggil

mengangkat handset (Off-Hook) dan terbentuk sambungan bagian

dari telepon dimana orang berbicara disebut Transmitter dan

bagian orang yang mendengar disebut Receiver. Transmitter ini

dapat mengubah gelombang suara dari pembicaraan menjadi arus

listrik. Sedangkan yang mengubah listrik menjadi suara disebut

Receiver. [3]

2.1.9 Mengakhiri Pembicaraan

Pembicaraan berakhir ketika salah satu meletakkan

handset. Sinyal On-Hook akan memberitahu sentral untuk

membersihkan saluran. Bila pelanggan yang dituju meletakkan

handset terlebih dahulu, maka kondisi ini disebut Backward

Release. Sebaliknya bila penelepon yang meletakkan handset

terlebih dahulu, kondisi ini disebut Fordward Release. Sedangkan

bila kedua pelanggan telah sama-sama meletakkan handset, maka

sambungan akan diputus oleh sentral. [3]

2.2 Mikrokontroler ATmega16

Mikrokontroler ATmega16 termasuk salah satu jenis

mikrokontroller dari keluarga Atmel AVR yang dikemas dalam

standart DIL (Dual In Line) 40 pin yang mempunyai konfigurasi

tersendiri. Mikrokontroller ini diproduksi oleh ATMEL dengan

karakteristik yang benar-benar Compatible dengan set instruksi

dan pin-pin keluaran standart industri keluarga ATmega16 buatan

Atmel. Mikrokontroller AVR adalah mikrokontroller RISC

(Reduce Instruction Set Compute) 8 bit berdasarkan arsitetur

Harvard, yang dibuat oleh Atmel pada tahun 1996. AVR

mempunyai kepanjangan Advanced versatile RISC atau Alf and

Vergard’s risc processor yang berasal dari nama dua mahasiswa

Norwegian Institute of Technology (NTH), yaitu Alf-Egil Bogen

dan Vegard Wollan.

AVR memiliki keunggulan dibandingkan dengan

mikrokontroller lain, keunggulan mikrokontroller AVR yaitu AVR

memiliki kecepatan eksekusi program yang lebih cepat karena

sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, lebih

cepat dibandingkan dengan mikrokontroller MCS 51 yang

memiliki arsitetur CISC (Complex Instruction set Compute ) di

mana mikrokontroller MCS 51 membutuhkan 12 siklus clock

untuk mengeksekusi 1 instruksi. Selain itu, mikrokontroller AVR

memiliki fitur yang lengkap (ADC Internal, EEPROM Internal,

Timer/Counter ), Watchdog Timer, PWM, Port I/O, Komunikasi

serial, Komparator,I2C,dll).Sehingga dengan fasilitas yang lengkap

ini, programmer dan desainer dapat menggunakannya untuk

berbagai aplikasi sistem elektronika seperti robot, otomasi industri,

peralatan telekomunikasi, dan berbagai keperluan lain. [4]

Secara umum mikrokontroller AVR dapat di

kelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT 90Sxx,

ATmega, dan ATtiny. Tabel Jenis Mikrokontroller AVR

diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Jenis Mikrokontroller AVR

Page 5: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

5

Mikrokontroller

AVR Memori

Tipe Jumlah

Pin Flash EEPROM SRAM

TinyAVR 8-32 1-2K 64-128 0-128

AT90Sxx 20-44 1-8K 128-512 0-1K

ATmega 32-64 512-

4K 512-4K

512-

4K

Program mikrokontroller AVR dapat menggunakan

Low Level Language (Assembly) dan High Level Language (C,

Basic, Pascal, JAVA,dll) tergantung compliler yang digunakan.

Bahasa Assembler mikrokontroller AVR memiliki kesamaan

instruksi, sehingga jika pemprograman satu jenis mikrokontroller

AVR sudah dikuasai, maka akan dengan mudah menguasai

pemograman keselurahan mikrokontroller jenis AVR, namun

Bahasa Assembler relatif lebih sulit di pelajari daripada Bahasa C,

untuk pembuatan suatu proyek yang besar akan memakan banyak

waktu yang lama, serta penulisan programnya akan panjang.

Sedangkan Bahasa C memiliki keunggulan di bandingkan Bahasa

Assembler yaitu indenpent terhadap hardware serta lebih mudah

untuk menanggani project yang besar. Bahasa C sendiri

sebenarnya terletak di antara bahasa pemrograman tingkat tinggi

dan assembly.

Pada praktik pemrograman, mikrokontroller AVR yang

digunakan yaitu Atmega16 serta Software Compiler-nya

menggunakan CodeVision. Gambar Alur Program CodeVision

diperlihatkan pada Gambar 2.3 berikut ini:

Gambar 2.3 Alur Program CodeVision

2.2.1 Fitur ATmega16

Fitur-fitur yang dimiliki ATmega16 sebagai berikut:

1. Mikrokontroller AVR 8 bit yang memiliki

kemampuan tinggi, dengan daya rendah.

2. Arsitetur RISC dengan troughput mencapai 16

MIPS pada frekuensi 16 MHz.

3. Memiliki kapasitas Flash memori 16 Kbyte,

EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 Kbyte.

4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port

B, Port C, dan Port D.

5. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

6. Unit interupsi internal dan external.

7. Fitur Peripheral.

Tiga buah Timer / Counter dengan

kemampuan pembandingan:

2 (dua) buah Timer /

Counter 8 bit dengan

Prescaler terpisah dan

Mode Compare.

1 (satu) buah Timer /

Counter 16 bit dengan

Prescaler terpisah,

Mode Compare, dan

Mode Capture.

Real Time Counter dengan Oscillator

tersendiri.

4 Channel, 10-bit ADC

Programmable Serial USART.

Antarmuka SPI.

Watchdog Timer dengan Oscillator

Internal.

On-chip Analog Comparator.

2.2.2 Konfiguransi Pin AVR Atmega 16

Gambar Konfigurasi Kaki (pin) ATmega16

diperlihatkan pada Gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.4 Konfigurasi Kaki (pin) ATmega16

Konfigurasi pin ATmega16 dengan kemasan 40 pin

DIP (Dual IN-Line Package) dapat di jelaskan fungsi dari masing-

masing pin ATmega16 sebagai berikut:

1. VCC merupakan Pin yang berfungsi sebagai

masukan catu daya.

2. GND merupakan Pin Ground.

3. Port A (PA0...PA7) merupakan Pin Input /

Output dua arah dan Pin masukan ADC.

4. Port B (PB0...PB7) merupakan pin input / Output

dua arah dan Pin fungsi khusus, Tabel Fungsi

Page 6: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

6

Khusus Port B diperlihatkan pada Tabel 2.2

berikut ini:

Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port B

PIN FUNGSI KHUSUS

PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB6 MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output

)

PB5 MISO (SPI Bus Master Output/Slave Input

)

PB4 SS (SPI Slave Select Input )

PB3

AIN1 (Analog Comparator Negative Input)

OC0 (Timer / Counter 0 Output Compare

Match Output)

PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)

INT2 (External Interrupt 2 Input)

PB1 T1 (Timer / Counter 1 External Counter

Input)

PB0

T0 T1 (Timer / Counter 0 External Counter

Input) XCK (USART External Clock

Input/ Output)

5. Port C (PC0…PC7) merupakan Pin Output / Input

dua arah dan Pin khusus, Tabel Fungsi Khusus

Port C diperlihatkan pada Tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port C

PIN Fungsi Khusus

PC7 TOSC2 (Timer Oscillator Pin 2)

PC6 TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1)

PC5 TDI (JTAG Test Data In)

PC4 TDO (JTAG Test Mode Select)

PC3 TMS (JTAG Test Clock)

PC2 TCK (JTAG Test Clock)

PC1 SDA (Two-wire Serial Bus Data

Input/Output Line)

PC0 SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)

6. Port D (PD0…PD7) merupakan Pin Input/ Output

dua arah dan pin fungsi khusus, Tabel Fungsi

Khusus Port D diperlihatkan pada Tabel 2.4

berikut ini:

Tabel 2.4 Fungsi Khusus Port D

PIN Fungsi Khusus

PD7 OC2 (Timer / counter 2 Output Compare

Match Output)

PD6 ICP (Timer / Counter 1 Input Capture Pin)

PD5 OC 1A (Timer / Counter 1 Output

Compare A Match Output)

PD4 OC 1B (Timer / Counter 1 Output

Compare B Match Output)

PD3 INT 1 (External Interrupt 1 Input)

PD2 INT 0 (External Interrupt 0 Input)

PD1 TXD (USART Output Pin)

PD0 RDX (USART Input Pin)

7. RESET merupakan Pin yang digunakan untuk

me-reset mikrokontroller.

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan Pin masukan

clock external.

9. ACVV merupakan Pin masukan tegangan untuk

ADC.

10. AREF merupakan Pin masukan tegangan

referensi ADC.

Gambar Blok Diagram Atmega16 diperlihatkan

pada Gambar 2.5 berikut ini:

Gambar 2.5 Blok Diagram ATmega16

2.2.3 Pemprograman Mikrokontroller AVR ATmega16

Pengembangan sebuah sistem menggunakan

mikrokontroller AVR buatan ATMEL menggunakan Software

AVR STUDIO dan CodeVision AVR.AVR STUDIO merupakan

Software khusus untuk bahasa assembly yang mempunyai fungsi

sangat lengkap, yaitu digunakan untuk menulis program,

kompilasi, simulasi dan Download program ke IC mikrokontroller

Page 7: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

7

AVR. Sedangkan CodeVision AVR merupakan Software C-cross

Compiler, dimana program dapat di tulis dalam bahasa C,

CodeVision memiliki memiliki IDE (Intergrated Development

Environment ) yang lengkap, di mana penulisan program , compile,

link, pembuatan kode mesin (assembler) dan download program ke

chip AVR dapat dilakukan pada codevision, selain itu ada fasilitas

terminal, yaitu untuk melakukan komunikasi serial dengan

mikrokontroller yang sudah di program.Proses download program

ke IC mikrokontroller AVR dapat menggunakan system download

program secara ISP (In-System Programming). In-System

Programmable Flash on-chip mengizinkan memori program untuk

diprogram ulang dalam sistem mengguakan hubungan serial SPI.

[4]

2.2.3.1 Bahasa Assembly

Bahasa Assembly AVR

Berikut adalah contoh sebuah program aplikasi untuk

mikrokontroller AVR:

Penulisan Program dalam bahasa assembly

.include”C:\ Appnotes\ m16def.inc”

.org 0x0000

rjmp main

main:

ldi r16,low(RAMEND)

out SPH,r16

ldi r16,high(RAMEND)

out SPH,r16

ldi r16,oxff

out ddrc,r16

out PORTC,r16

out ddrcd,r16

out PORTD,r16

cbi PORDD,5

cbi PORDC,0

cbi PORTC,1

henti:

nop

rjmp henti

Setiap program terdiri dari inisialisasi program dan

program utama.Inisialisasi program berisi defenisi program berisi

chip yang digunakan, mendefinisikan nama variabel, konstanta,

alamat awal program, stack pointer.

2.2.3.2 Bahasa C

Berikut ini penjelasan Bahasa C dan aturan penulisan

program dalam Bahasa C. Untuk seterusnya, pada buku ini akan

membahas memprogram mikrontroller AVR menggunakan

Bahasa C saja. Berikut ini penjelasan tentang Bahasa C.

Penulisan Program dalam Bahasa C

#include <mega16.h>

#include <mega16.h>

#define IRsensor PINA,0

#define pompa PORT,0

// variabel global

Unsigned int i,j;

void main (void)

{

// variabel lokal

Char data_rx;

DDRA=0x00;a

PORTA=0xFF

DDRB=0xFF;

PORTB=0x00;

.............

.............

While(1)

{

.............

............

............

};

}

Penjelasan:

Preprocessor (#): Digunakan untuk memasukan (Include) text dari

file lain, mendefinisikan macro yang dapat mengurangi beban

kerja pemprograman dan meningkatkan legibility source code

(mudah di baca).

#define: digunakan untuk mendefinisikan macro

Contoh : #define ALFA oxff

2.3 LCD 2x16

LCD (Liquid Crystal Display) merupakan tampilan dot

metrik 2*16 LCD yang memilki 2 baris masing-masing baris

memiliki 16 karakter, kebutuhan suplay tegangan VDC +5Volt.

setiap kakinya langsung berhubungan dengan mikrokontroller

ATmega16, untuk rangakaian interfacing hanya diperlukan satu

resisitor dan satu resistor variabel untuk memberi tegangan kontras

pada matriks LCD. [5]

Page 8: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

8

Tabel Keterangan Kaki LCD diperlihatkan pada Tabel

2.5 berikut ini:

Tabel 2.5 Keterangan Kaki LCD

2.4 RTC DS1302

IC RTC ( Real Time Clock ) IC yang dirancang khusus

dalam proses pewaktuan seperti jam, menit,, detik, tanggal, bulan,

tahun, dan lain sebagainya.RTC ada banyak typenya, tapi yang

digunakan dalam pembuatan alat ini adalah type DS1302 karena

type ini sudah tersedia bateray di dalamnya, tanpa harus ada

baterai tambahan diluarnya sehingga IC ini dapat menghitung

waktu ketika power supply off. [6]

Gambar Konfigurasi pin RTC DS1302 diperlihatkan

pada Gambar 2.6 dan Tabel Alamat pada RTC diperlihatkan pada

Tabel 2.6 berikut ini:

Gambar 2.6 Konfigurasi pin RTC DS 1302

2.5 SD/MMC

Secure Digital (SD) atau Multi Media Card (MMC)

seringkali digunakan sebagai sarana penyimpan data pada

Personal Digital Assistant (PDA), kamera digital, dan telepon

seluler (ponsel). Beberapa perintah dasar untuk SD Card juga

dapat digunakan untuk MMC sehingga kita dapat menggunakan

SD atau MMC. Format data pada SD maupun MMC umumnya

menggunakan format FAT. FAT12 digunakan untuk kapasitas 16

MB ke bawah. FAT16 digunakan untuk kapasitas 32 MB hingga 2

GB. FAT32 digunakan untuk kapasitas di atas 2 GB (SDHC). [7]

Ada 2 bagian yang akan dijelaskan secara singkat pada AN ini,

yaitu:

1. Protokol komunikasi SD card secara SPI.

2. Format data FAT16.

SD card terbagi atas sektor-sektor dan tiap satu

sektornya berisi 512 byte. Secara default, proses baca atau tulis

selalu melibatkan satu sektor (512 byte). Secara default juga, nilai

byte CRC bersifat don’t care sehingga nilainya sembarang / dapat

diabaikan (tidak dihitung), Gambar Timing Diagram untuk

Perintah READ diperlihatkan pada Gambar 2.7 berikut ini:

Gambar 2.7 Timing Diagram Perintah READ

1. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card

& FRAM – MCS-51, ditambahkan pengiriman 1 byte FFh atau

8 pulsa clock sebelum mengirimkan perintah ini.

2. Pengiriman perintah ini diawali dengan mengubah

logika CSSD menjadi Low untuk mulai mengakses SD card.

Pada dokumen Ulrich Radig memang tidak disebutkan berapa

lama jarak antara perubahan logika CSSD dengan pengiriman

clock berikutnya. Namun pada AN SD Card & FRAM – AVR

dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, diletakkan jeda selama 5

µs sebelum mulai mengirimkan clock berikutnya.

3. Data pertama yang dikirim adalah 51h, diikuti dengan

pengiriman 4 byte alamat sektor SD card yang dimulai dari

MSB, dan diakhiri dengan pengiriman CRC bernilai FFh.

4. Selama CSSD masih berlogika Low, dilakukan

pemeriksaan terhadap MISO untuk mengetahui apakah perintah

ini sudah diterima oleh SD card. Hal ini dilakukan dengan

membaca data dari MISO hingga bernilai 00h. Pada AN SD

Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51,

pemeriksaan ini dibatasi hanya 9 kali pembacaan.

5. Setelah menerima 00h, dilakukan pemeriksaan

terhadap MISO lagi untuk menunggu Start Byte yang bernilai

FEh. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card &

FRAM – MCS-51, pemeriksaan ini dibatasi hingga 9 x 250 kali

pembacaan.

6. Penerimaan Start Byte diikuti dengan penerimaan 512

byte data dan 2 byte CRC.

7. Setelah menerima 2 byte CRC, diletakkan jeda selama

5 µs sebelum mengembalikan CSSD ke logika High (pada AN

SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-

51).

8. Setelah CSSD berlogika High, dilakukan pengiriman 1 byte

data FFh atau 8 pulsa clock. Pada AN SD Card & FRAM – AVR

dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, hal ini tidak dilakukan.

Sebagai gantinya, sebelum perintah INIT, READ, atau WRITE,

ditambahkan pengiriman 1 byte FFh atau 8 pulsa clock. Pada AN

SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-

51, jika SD card tidak mengirimkan 00h, maka proses pengiriman

perintah READ bagian pertama (hingga penerimaan 00h) akan

diulangi dari awal. Proses pengulangan ini akan dibatasi

sebanyak 250 kali. Gambar Timing Diagram untuk Perintah

Write diperlihatkan pada Gambar 2.8 berikut ini:

Page 9: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

9

Gambar 2.8 Timing Diagram Perintah WRITE

1. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD

Card & FRAM – MCS-51, ditambahkan pengiriman 1 byte FFh

atau 8 pulsa clock sebelum mengirimkan perintah ini.

2. Pengiriman perintah ini diawali dengan mengubah

logika CSSD menjadi Low untuk mulai mengakses SD card.

Pada dokumen Ulrich Radig memang tidak disebutkan berapa

lama jarak antara perubahan logika CSSD dengan pengiriman

clock berikutnya. Namun pada AN SD Card & FRAM – AVR

dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, diletakkan jeda selama 5

µs sebelum mulai mengirimkan clock berikutnya.

3. Data pertama yang dikirim adalah 58h, diikuti

dengan pengiriman 4 byte alamat sektor SD card yangdimulai

dari MSB, dan diakhiri dengan pengiriman CRC bernilai FFh.

4. Selama CSSD masih berlogika Low, dilakukan

pemeriksaan terhadap MISO untuk mengetahui apakah perintah

ini sudah diterima oleh SD card. Hal ini dilakukan dengan

membaca data dari MISO hingga bernilai 00h. Pada AN SD

Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51,

pemeriksaan ini dibatasi hanya 9 kali pembacaan.

5. Setelah menerima 00h, dilakukan pengiriman

beberapa pulsa clock terlebih dahulu. Pada AN SD Card &

FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51 jumlah

clock yang dikirimkan adalah 72 pulsa clock atau 9 byte FFh.

6. Lalu dilanjutkan dengan pengiriman Start Byte

(FEh), diikuti dengan 512 byte data yang akan dituliskan, dan

diakhiri dengan pengiriman 2 byte CRC (dapat menggunakan

nilai FFh semua).

7. Meski pada dokumen Ulrich Radig dinyatakan

bahwa pembacaan MISO berikutnya akan menghasilkan nilai

xxx00101b (x = don’t care), namun pada AN SD Card &

FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51,

pemeriksaan dibatasi hingga 9 x 250 kali pembacaan.

8. Pada dokumen Ulrich Radig dinyatakan bahwa

setelah pengiriman 1 byte xxx00101b, MISO akan bernilai 00h

(Busy). Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card

& FRAM – MCS-51, program akan memeriksa hingga MISO

bernilai 00h. Pemeriksaan ini dibatasi hingga 250 kali

pembacaan. Lalu program akan memeriksa hingga MISO tidak

bernilai 00h lagi. Pemeriksaan ini juga dibatasi hingga 250 kali

pembacaan.

9. Setelah MISO tidak bernilai 00h lagi, CSSD

dikembalikan ke logika High.

10. Setelah CSSD berlogika High, dilakukan pengiriman

1 byte data FFh atau 8 pulsa clock. Pada AN SD Card & FRAM

– AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, hal ini tidak

dilakukan. Sebagai gantinya, sebelum perintah INIT, READ,

atau WRITE, ditambahkan pengiriman 1 byte FFh atau 8 pulsa

clock. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card &

FRAM – MCS-51, jika SD card tidak mengirimkan 00h, maka

proses pengiriman perintah WRITE bagian pertama (hingga

penerimaan 00h) akan diulangi dari awal. Proses pengulangan

ini akan dibatasi sebanyak 250 kali.

Jadi merupakan suatu modul untuk mempermudah

antarmuka antara SD Card atau MMC dan mikrokontroller

dengan tegangan kerja +5 VDC. SD Card atau MMC dapat

digunakan sebagai memori yang dapat diganti dengan mudah

sehingga memudahkan dalam ekspansi ke kapasitas memori

yang lebih besar. Tersedia Ferroelectric Nonvolatile RAM

(FRAM) yang dapat digunakan sebagai buffer sementara dalam

mengakses SD Card atau MMC dan sebagai tempat

penyimpan data lain. Modul ini dapat digunakan antara lain

sebagai penyimpan data pada sistem absensi, sistem antrian, atau

aplikasi data logging lainnya. Gambar SD/MMC diperlihatkan

pada Gambar 2.9 berikut ini:

Gambar 2.9 SD/MMC

2.6 Tone Decoder LM 567

Tone decoder dapat digunakan untuk

merubah input sinyal dari DTMF menjadi data digital.

Biasanya tone decoder menggunakan IC tipe LM567.

Frekuensi yang akan diambil dapat kita seting sendiri dengan

merubah nilai R dan C yang telah ditetapkan sesuai dengan

datasheet. Rangkaian pendeksi sinyal ini memanfaatkan

sinyal out-putan dari DTMF kemudian akan diolah pada

mikrokontroller tentunya semua sinyal yang masuk akan di

filter untuk mengurangi noise ataupun suara yang tidak di

inginkan. [8]

Gambar konfigurasi pin IC LM 567 diperlihatkan pada Gambar

2.10 dibawah ini:

Page 10: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

10

Gambar 2.10 konfigurasi pin IC LM 567

Kelebihan dari IC LM 567 diantara adalah :

1. Output digital dengan keluaran arus sebesar

100mA

2. Bandwidth dapat diset antara 0 – 14%

3. Mampu menahan noise yang masuk

4. Mampu menahan kerusakan sinyal

5. Kestabilan pada center frequency

6. center frequency dapat diset diatara 0,01 Hz

hingga 500 KHz.

2.7 Pemprograman Visual Basic 6.0

Visual basic merupakan sebuah bahasa

pemrograman komputer yang berjalan pada sistem operasi

Windows. Bahasa pemrograman adalah sekumpulan perintah

yang dimengerti oleh komputer untuk mengerjakan tugas-

tugas tertentu. [9]

Visual Basic selain disebut sebagai sebagai

bahasa pemrograman (Language Program), juga sering

disebut sebagai sarana (Tool) untuk menghasilkan program-

program aplikasi berbasis Windows. Secara umum ada

beberapa manfaat yang diperoleh dari pemakaian program

Visual Basic, diantaranya:

Dipakai dalam membuat program aplikasi

berbasis Windows.

Dipakai dalam membuat oyek-obyek pembantu

program, seperti fasilitas Help, kontrol ActiveX,

aplikasi Internet dan sebagainya.

Digunakan untuk menguji program (Debugging)

dan menghasilkan program akhir EXE yang

bersifat Executable, atau dapat langsung

dijalankan.

2.7.1 Tampilan Bidang Kerja Visual Basic 6.0

Bidang kerja dari Visual basic akan

ditampilkan setelah program Visual Basic

dijalankan. Gambar Tampilan Bidang Kerja Visual

Basic 6.0 diperlihatkan pada Gambar 2.11 berikut

ini:

Gambar 2.11 Tampilan Bidang Kerja Visual Basic 6.0

2.7.2 Menu Bar

Menu Bar merupakan kumpulan perintah-

perintah yang dikelompokan dalam kriteria

operasinya. Menu bar terdiri atas: File, Edit, View,

Project, Format, Debug, Run, Query, Diagram,

Tools, Add-ins, Window dan Help.

2.7.3 Toolbar

Toolbar merupakan sekumpulan tombol yang

mewakili suatu perintah tertentu pada Visual Basic.

Kehadiran tombol-tombol speed pada toolbar akan

sangat membantu dalam mempercepat akses

perintah. Tombol-tombol tersebut antara lain:

(Add Standard EXE Project), (Add Form),

(Menu Editor), (Open Object),

(Save Project) dan lain-lain.

2.7.4 Toolbox

Toolbox merupakan sebuah jendela dimana

obyek atau kontrol ditempatkan yang dibutuhkan

untuk membentuk suatu program, dengan cara

dipasang pada form. Didalam toolbox terdapat

beberapa tombol antara lain: (Pointer),

(Picture Box), (Label), (Text

Box), (Command Button) dan lain

sebagainya.

2.7.5 Form Window

Form Window merupakan area kerja dimana

anda akan merancang suatu program aplikasi Visual

Basic. Pada jendela form ini anda bisa meletakkan

P

P

Page 11: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

11

kontrol (obyek) seperti command button, textbox,

label, checkbox, dan lain-lain. Ukuran dari jendela

form pada mulanya kecil namun bisa diubah sesuai

dengan kebutuhan.

2.7.6 Properties Window

Window ini berisi semua informasi mengenai

kontrol (obyek) yang dibuat, dan bertugas

menyiapkan segala properti dari kontrol yang

diperlukan dalam perancangan user interface

maupun pemrograman.

Gambar 2.12 berikut merupakan Gambar dari

tampilan properties window:

Gambar 2.12 Properties Window

Pada bagian paling atas dari jendela properties

terdapat kotak yang menunjukan nama obyek yang

sedang aktif. Suatu obyek terpilih baik dengan

melakukan klik langsung pada obyek di form atau

klik nama obyek yang ada di atas jendela properties.

Pada jendela ini terdapat dua tab yang menampilkan

properti dalam dua cara, yaitu:

Alphabetic

Merupakan pilihan default, dimana tampilan

properti diurutkan berdasarkan namanya

sesuai abjad.

Catagorized

Tampilan dari properti diurutkan

berdasarkan fungsinya.

Ada tiga cara untuk menampilkan jendela properties

ini, yaitu:

Klik menu View, pilih Properties Window

Klik Properties pada Standard toolbar

Tekan tombol kunci F4 pada keyboard

BAB III

METODOLOGI

Dalam penyusunan dan pengerjaan Project Work ini

diperlukan suatu metode atau urutan pekerjaan yang dapat

digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut,

hal tersebut dimaksudkan agar Project Work ini dapat tercapai

tujuannya secara maksimal dengan waktu yang telah ditentukan.

Oleh karena itu rencana langkah-langkah yang sekiranya dapat

memaksimalkan dalam pelaksanan pengerjaan Project Work ini.

Proses pelaksanaan kerja tersebut meliputi langkah-langkah

sebagai berikut:

3.1 Menentukan Judul

Dalam langkah ini merupakan suatu hal yang penting

sebelum kita melangkah ke hal yang lainnya untuk pengerjaan

suatu proyek, untuk mendapatkan judul ini kita harus sesuaikan

kemampuan kita serta fasilitas yang sudah tersedia seperti

laboratorium mikroprosessor yang sudah ada.

3.2 Studi Perpustakaan

Studi perpustakaan merupakan suatu metode untuk

mendapatkan data-data, referensi yang sekiranya dapat dijadikan

topik sebuah judul Project Work dan penunjang dasar teori

pembuatan Project Work, serta untuk mendapatkan referensi

tentang spesifikasi, cara kerja dan penanganan masalah dari

peralatan yang akan kita gunakan dalam pengerjaan Project Work.

3.3 Akses Internet

Akses internet merupakan suatu langkah pencarian

data yang akurat dan terbaru untuk mencari data informasi terbaru

yang berhubungan erat dengan pengerjaan Project Work

3.4 Perencanaan

Perencanaan alat yang akan dibuat dengan mengunakan

teori-teori penunjang yang ada sesuai dengan permasalahannya,

serta data-data yang akurat. Perangkat keras (Hardware) yang

didesain seefisien mungkin serta rangkaian mikrokontroller

sebagai penyalur data dengan menggunakan perangkat lunak

(Software).

3.5 Pembuatan

Pembuatan alat sesuai dengan perencanaan yang telah

dilakukan berdasarkan teori–teori penunjang yang telah didapatkan

sebelumnya, serta pengambilan data–data yang diperlukan untuk

referensi dan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Dalam

Page 12: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

12

Mulai

Identifikasi

Konsultasi

Studi Perpustakaan

Studi Internet

Studi Lapangan

Observasi

Disetujui

Penyusunan Laporan

Perencanaan

Pembuatan Alat

Pengujian Alat

Selesai

Ya

Tidak

pembuatannya menggunakan program Visual Basic sebagai

pembuat aplikasi

3.5 Analisa dan Penulisan Naskah

Analisa terhadap peralatan yang telah dibuat dan

pembuatan laporan dari kinerja alat yang telah dibuat.

Untuk mengetahui bagaimana proses pengerjaan Project

Work dapat dilihat pada flow chart. Dengan mengetahui flow chart

maka proses pengerjaan Project Work akan cepat selesai karena

flow chart merupakan kunci pokok dalam pengerjaan Project

Work.

Flowchart proses pengerjaan Project Work diperlihatkan pada

Gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Flow Chart Proses Pengerjaan Project Work

Adapun untuk mengetahui bagaimana proses perjalanan

sistem tersebut dapat dilihat pada blok diagram perjalanan sistem.

blok diagram sistem terdiri atas perpaduan hardware dan software.

Pada blok diagram juga merupakan tahap-tahap dari cara kerja alat

dan sebagai jalur alat.

BAB IV

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

Proses pada bab ini akan dijelaskan mengenai

perencanaan dan pembuatan alat monitoring pemakaian telepon

dengan menggunakan Multi Media Card (SD/MMC) sebagai

media penyimpan data. Pada perancangan alat ini dibagi menjadi

dua bagian yang terdiri atas perancangan piranti keras dan

perancangan piranti lunak yang mendukung sistem kerja alat ini.

Perencanaan dan pembuatan alat meliputi 5 hal yaitu:

1. Perancangan Lay Out sistem pada alat.

2. Perencanaan dan pembuatan piranti keras (hardware),

yang meliputi

rangkaian elektronika dan rangkaian kontrol.

3. Perencanaan dan pembuatan piranti lunak (software),

yang meliputi

flowchart dan program.

4. Penggabungan antara hardware dan software.

5. Penggabungan semua unit menjadi sebuah sistem alat

yang terpadu.

4.1 Perancangan Lay Out sistem pada Alat

Skema Perancangan Alat Monitoring Pemakaian

Telepon Menggunakan SD/MMC Sebagai Media Penyimpan Data

diperlihatkan Gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1 Skema Perancangan Alat Monitoring Pemakaian

Telepon Menggunakan SD/MMC Sebagai Penyimpan Data

Keterangan Gambar :

1. TELEPON

Telepon yang dimonitoring adalah telepon rumah, jadi

telepon ini bukan termasuk alat yang di buat tetapi alat untuk

komunikasi yang mana nanti nomor panggilan keluarnya tersimpan

didalam alat yang di buat (modul MMC).

2. MIKROKONTROLLER

IC mikrokontroler ATmega16 yang digunakan

tersebut mempunyai fungsi yang berbeda antara lain :

Pertama mengontrol pengiriman

dan penerimaan data yang

diperlukan, misalkan untuk

menampilkan data ke dalam LCD

monitoring, mengirim data ke

dalam SD/MMC dengan

menerima sinyal DTMF dari

telepon, melalui MT8888

mengirimkan data ke relay, serta

Page 13: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

13

Central Telephon

DTMF

KEYPAD TELEPON

LM567 RTC

Atmega16

MODUL SD-MMCLCDMONITOR

Push Button

No Telp Detik Menit jam

untuk mengambil data berupa

jam durasi dari RTC.

Untuk proses kedua fungsinya

untuk membaca data yang ada

dalam SD/MMC ke PC secara

serial dan data yang ada di PC

tersebut dapat diprint-out untuk

mengetahui pemakaian telepon.

Memproteksi nomer tertentu

untuk memutuskan antara jalur

telkom dengan telepon dan

memerintahkan kembali untuk

penyambungan kembali

3. DTMF (Dual Tone Multi Frekuensi)

Berfungsi sebagai antarmuka (interface) antara jalur

telkom dan pesawat telepon dengan Minimum System. Dengan

adanya DTMF maka Mikrokontroler dapat mengetahui adanya

kondisi yang terjadi pada jalur telkom, mengirimkan sinyal-sinyal

(Pulse ataupun DTMF).

4. SD/MMC (Multi Media Card)

Untuk menyimpan data-data selama proses berlangsung

dan data tersebut tetap tersimpan meskipun power supply tidak

aktif (off). Untuk alat ini SD/MMC dapat di lepas untuk

difungsikan ke dalam modul yang ke dua.Digunakan untuk

membaca data dalam SD/MMC ke PC. Type dari SD/MMC yang

digunakan adalah V-Geen dengan kapasitas 512 Mb.

5. LCD

Fungsinya untuk menampilkan nomor yang keluar pada

telepon dan dapat menampilkan perintah stop ketika nomer yang

ditekan melebihi dari 10, apabila nomer yang ditekan tidak

diijinkan untuk melakukan aktifasi telepon keluar maka LCD akan

menampilkan (memberitahukan) Nomer tidak valid .

6. RELAY

Fungsi dari relay ini digunakan untuk memutus dan

menghubungkan antara pusat telkom dengan pesawat telepon.

7. RTC ( Real Time Clock )

Komponen berupa IC yang fungsinya untuk mengatur

waktu start pembicaraan sampai akhir pembicaraan dan digunakan

untuk informasi waktu saat itu. Yang kita gunakan dalam alat ini

adalah DS 1302. Kita menggunakan RTC karena apabila kita

hanya menggunakan mikrokontroler ATmega16, apabila ada

tegangan yang terputus dari power supply maka waktu

pembicaraan akan kembali ke setting awal, tidak sesuai dengan

lama pembicaraan.

8. RS 232

RS 232 yaitu sistem komunikasi dua arah yang

menggunakan sistem pengiriman paket data yang biasa disebut

protokol. Untuk rangkaian elektroniknya menggunakan IC MAX

232 yang didukung oleh perangkat elektronika yang lain. Sehingga

dapat digunakan sebagai komunikasi serial dengan komputer.

9. KOMPUTER

Fungsi dari komputer sebagai media pelengkap untuk

menampilkan isi data-data pemakaian telepon dari SD/MMC dan

dapat di print out.

Gambar perencanaan flow chart untuk program komponen

diperlihatkan pada Gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Perencanaan Flow chart Untuk

Program Komponen

Gambar perencanaan flow chart untuk Program Keseluruhan

diperlihatkan pada Gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Perencanaan Flow Chart Untuk Program

Keseluruhan

4.2 Perencanaan dan Pembuatan Perangkat Keras

(Hardware)

Dalam perencanaan dan pembuatan perangkat keras

(hardware) dapat

dipisahkan menjadi beberapa bagian antara lain :

Central Telephon

DTMF

KEYPAD TELEPON

LM567 RTC

Atmega16

MODUL SD-MMCLCDMONITOR

Push Button

Page 14: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

14

1. Rangkaian sistem minimum Mikrokontroller

Atmega16.

2. Rangkaian memory menggunakan SD/MMC.

3. Rangkaian display LCD.

4. Rangkaian DTMF.

6 Rangkaian RTC ( Real Time Clock ) menggunakan

IC DS1302.

7 Rangkaian Serial RS 232.

8. Rangkaian Push Button.

4.2.1 Sistem Minimum Mikrokontroller Atmega16

Gambar Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler Atmega16

diperlihatkan pada Gambar 4.4 berikut ini:

Gambar 4.4 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroller

Atmega16

Rangkaian minimum adalah sebuah rangkaian yang

terdiri dari sedikit komponen yang sudah dapat berjalan atau

bekerja. Rangkaian minimum dari Mikrokontroler Atmega16 dan

Atmega32 dapat dilihat pada gambar 4.3, rangkaian ini terdiri dari

3 buah kapasitor, 2 buah IC Mikrokontroler, dan 1 buah resistor, 1

buah kristal/extal. Dengan rangkaian yang begitu sederhana ini

dapat dibuat bermacam-macam alat dengan menambahkan sedikit

komponen tambahan lainnya. Dari rangkaian tersebut yang

berpengaruh terhadap kecepatan proses menjalankan program

adalah kristal. Mikrokontroler digunakan untuk mengatur dan

mengontrol sistem kerja alat yang akan dibuat. Pada perancangan

ini rangkaian input dan output tersebut diatas dihubungkan dengan

port paralel mikrokontroller.

4.2.2 Rangkaian Memory Menggunakan SD/MMC

Gambar rangkaian modul SD/MMC diperlihatkan pada Gambar

4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 Rangkaian Modul SD/MMC

Rangkaian modul SD/MMC merupakan suatu modul

untuk mempermudah antarmuka antara SD Card/MMC dan

mikrokontroller dengan tegangan kerja +5 VDC. SD Card/MMC

dapat digunakan sebagai memori yang dapat diganti dengan mudah

sehingga memudahkan dalam ekspansi ke kapasitas memori yang

lebih besar. Tersedia Ferroelectric Nonvolatile RAM (FRAM)

yang dapat digunakan sebagai buffer sementara dalam mengakses

SD Card/MMC atau sebagai tempat penyimpan data lain. Modul

ini dapat digunakan antara lain sebagai penyimpan data pada

sistem absensi, sistem antrian, atau aplikasi data logging lainnya.

Spesifikasi Rangkaian Modul SD/MMC sebagai berikut:

1. Tegangan supply +5 VDC.

2. Jenis kartu yang didukung: SD Card dan MMC.

3. Antarmuka SD Card dan MMC dengan

mikrokontroler secara SPI.

4. Tersedia 2 KByte Ferroelectric Nonvolatile RAM

FM24C16.

5. Antarmuka FRAM dengan mikrokontroler secara

Two-Wire Interface.

4.2.3 Rangkaian LCD

Gambar rangkaian LCD diperlihatkan pada Gambar 4.6 berikut ini:

Gambar 4.6 Rangkaian LCD

Modul LCD Character dapat dengan mudah

dihubungkan dengan mikrokontroller. LCD ini mempunyai lebar

display 2 baris 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD

Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang difinisikan display

karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW:

1. Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan

untuk memberitahu LCD bahwaanda sedang

mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke

LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika

low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan

RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN

dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu

tertentu ( sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut)

dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi.

2. Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS

berlogika low “0”, data akan dianggap sebagi sebuah

Page 15: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

15

perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen,

posisi kursor). Ketika RS berlogika high “1”, data yang

dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada

display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan

huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diset logika

high “1

3. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika

RW berlogika low “0”, maka informasi pada bus data

akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika

high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan

memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin

RW selalu diberi logika low “0”.

Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur (

bergantung pada mode operasi yang dipilih oleh user ).

Pada kasus bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0

s/d DB7.

4.2.4 Rangkaian DTMF

Gambar rangkaian DTMF diperlihatkan pada Gambar 4.7 berikut

ini:

Gambar 4.7 Rangkaian DTMF

Pada kondisi handle (tidak aktif) jalur telkom berada

pada tegangan DC antara 24 Volt hingga 60 Volt atau tipikalnya

adalah 48 Volt atau –48 Volt terhadap ground bumi.

Tegangan tersebut akan turun menjadi 6 – 12 Volt DC

pada saat gagang telepon dijalur tersebut diangkat (Off Hook).

Penurunan tegangan ini disebabkan karena adanya impedansi

sebesar 600 ohm di dalam pesawat telepon yang terjadi saat Off

Hook. Pada saat kondisi On Hook, maka tegangan akan kembali

menjadi 48 Volt karena impedansi 600 ohm terlepas dari jalur

telkom. Impedansi tersebut dapat berupa transformer seperti yang

tampak pada modem atau resistor sebesar 600 ohm. Lebih jelasnya

diperlihatkan Tabel 4.1 berikut ini:

4.2.5 Rangkaian RTC Menggunakan IC DS 1302

Gambar rangkaian RTC IC DS 1302 diperlihatkan pada Gambar

4.8 berikut ini:

Gambar 4.8 Rangkaian RTC IC DS 1302

RTC adalah Real Time Clock dengan menggunakan IC

DS1302 sebagai RTC. Berfungsi sebagai kalender dan jam

elektronik di mana perhitungan hari, tanggal, bulan, tahun, jam,

menit dan detik tersimpan di memori dengan alamat-alamat

tertentu, plus alarm yang dapat diprogram keaktifannya Sistem

perhitungan waktu dan kalender pada RTC berjalan secara

otomatis dan kontinyu walaupun power supply dimatikan. Pada

pemakaiannya, RTC biasa dihubungkan ke mikrokontroler atau

mikroprosesor di mana mikrokontroller mikroprosesor tersebut

hanya perlu melakukan setting mode RTC

4.2.6 Rangkaian Serial RS 232

Gambar rangkaian RS 232 diperlihatkan pada Gambar 4.9 berikut

ini:

Gambar 4.9 Rangkaian RS 232

Rangkaian RS 232 adalah rangkaian interface antara PC

dengan Mikrokontroller melakukan komunikasi dua arah yang

menggunakan IC MAX 232 yang didukung oleh perangkat

elektronika yang lain. Sehingga dapat digunakan sebagai

komunikasi serial dengan komputer.

4.2.7 Rangkaian Push Button dan Power Supply

Gambar rangkaian push button diperlihatkan pada Gambar 4.10

berikut ini:

Gambar 4.10 Rangkaian Push Button

Page 16: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

16

Push button yang digunakan dalam rangkaian ini

digunakan untuk mereset atau menyambungkan kembali antara

jalur telkom dengan pesawat telepon agar bisa melakukan aktifasi

keluar. Rangkaian push button terdiri 4 buah saklar yang akan di

hubungkan ke mikrokontroler.

. Gambar rangkaian power supply diperlihatkan pada Gambar 4.11

berikut ini:

Gambar 4.11 Rangkaian Power Supply

Rangkaian power supply terdiri dari beberapa

komponen elektronika diantaranya adalah Dioda yang akan

menyearahkan arus dan tegangan dari trafo kemudian akan

diterima oleh IC 7805 yang akan menyestabilkan tegangan dari

dioda sebesar 5 Volt dan diperkuat oleh transistor selanjutnya di

filter oleh capasitor elektronik.

4.3 Perencanaan dan Pembuatan Piranti Lunak (Software)

Proses perencanaan dan pembuatan piranti lunak,

program yang di pergunakan adalah program Visual Basic.

Dimana dalam pembuatan program tersebut untuk membaca serta

mencetak data yang berupa nomor panggilan keluar yang

tersimpan dalam SD/MMC. Yang mana akan ditampilkan ke

dalam komputer, kemudian hasil data-data tersebut dapat diprint

out melalui printer yang telah terinstall.

Adapun dalam pembuatan software ini dibuat semudah

mungkin, agar dalam pengoperasian program ini pengguna dapat

langsung mengoperasikan. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan

flowchart cara kerja dari program tersebut, berserta tampilan-

tampilannya.

Gambar flow chart cara kerja VB diperlihatkan pada Gambar 4.12

berikut ini:

Gambar 4.12 Flowchart Cara Kerja VB

Gambar 4.12 flowchart diatas menunjukan garis besar

kinerja dari software VB. Adapun listing program untuk software

VB ditunjukan pada lampiran 2 . tombol run pada VB ditekan

maka program akan jalan kemudian command panggil data diklik

maka data yang ada di SD/MMC akan muncul. Seperti Gambar

Tampilan monitoring pemakaian telepon tersimpan di SD/MMC

diperlihatkan pada Gambar 4.13 berikut ini:

Gambar 4.13 Tampilan monitoring pemakaian

telepon tersimpan di SD/MMC

BAB V

PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

Pada proses bab ini akan menjelaskan tentang kinerja

alat Project Work melalui proses pengujian dan pengukuran,agar

mendapatkan analisa yang kita inginkan,sehingga apakah alat yang

kita buat sesuai dengan apa yang kita rencanakan.

Berikut ini alat-alat yang ingin kita uji hasilnya:

1. Pengujian terhadap Modul MT 8888 sebagai DTMF

2. Pengujian terhadap LM 567 sebagai Tone Decoder

(Call Progres)

3. Pengujian terhadap Microkontroller Atmega16

4. Pengujian terhadap RTC DS1302

5. Pengujian terhadap SD/MMC

6. Pengujian terhadap Software VB.

5.1 Pengujian Terhadap MT8888 sebagai DTMF

DF-88 adalah sebuah modul yang berfungsi sebagai

antar muka (interfacing) antara jalur telkom dan pesawat telephone

dengan mikrokontroler. Dengan adanya DF-88 maka

mikrokontroler dapat mengetahui adanya kondisi yang terjadi pada

jalur telkom, mengirimkan sinyal-sinyal (Pulse ataupun DTMF)

dan memutus sambungkan jalur tersebut dengan pesawat

telephone. Rangkaian DTMF diperlihatkan pada Gambar 5.1

berikut ini:

START

Manggil Data

Data Muncul

END

Print

Yes

No

Page 17: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

17

Gambar 5.1 Rangkaian DTMF

Cara kerja dari DTMF adalah dengan mengirim

gabungan dua buah sinyal dengan frekuensi tertentu yaitu sinyal

kelompok frekuensi tinggi (high group) dan kelompok frekuensi

rendah (low group). Bila salah satu tone DTMF ditekan maka akan

mengirim dua frekuensi menurut ketentuan yang ada dari telepon

yang satu ke telepon yang lain. Karena dekoder DTMF merupakan

rangkaian yang dapat merespon kode – kode sinyal DTMF

kebentuk sinyal yang diinginkan yaitu sinyal digital, dekoder ini

menggunakan teknik counter digital untuk mendeteksi nada DTMF

menjadi dekoder 4 digit.

Pengujian DTMF dilakukan pada IC MT8888.

pendeteksian dilakukan dengan cara mengukur tegangan yaitu

dengan mengetes pin D0, D1, D2, dan D3 pada IC dengan nomor

kaki 14 untuk D0, nomor kaki 15 untuk D1, nomor kaki 16 untuk

D2, nomor kaki 17 untuk D3. Tabel pengujian yang Diperoleh Dari

Pengujian Pin D0, D1, D2, D3 diperlihatkan pada Tabel 5.1

berikut ini

Tabel 5.1 Data Yang Diperoleh Dari Pengujian Pin

D0, D1, D2, D3

Selain dilakukan pengetesan pada pin RSO dan R/W

yaitu pin yang fungsinya untuk melihat apakah data DTMF itu

sudah diterima dan dikirim oleh MT8888 diperlihatkan pada Tabel

5.2 berikut ini

Tabel 5.2 Data Yang di Peroleh dari Pengujian Pin

RSO dan RW

Register Data diakses dengan membaca atau menulis

dari atau ke alamat IC MT8888 dengan kondisi RSO = 0. Apabila

mikrokontroler mengirimkan data ke register ini, maka MT8888

yang sudah di inisial melalui register-register kontrolnya sebagai

Mode DTMF dengan bit TOUT aktif akan langsung mengirimkan

sinyal DTMF berdasarkan data-data biner yang dikirimkan oleh

mikrokontroler. Sebaliknya, apabila IC MT8888 mendeteksi sinyal

DTMF pada inputnya, maka IC MT8888 akan mengubahnya

menjadi data biner dan tersimpan dalam register ini. Data akan

dikirimkan ke mikrokontroler setelah ada perintah membaca dari

mikrokontroler.

5.2 Pengujian Terhadap LM 567 Sebagai Tone Decoder (Call

Progress)

Rangkaian Tone Decoder diperlihatkan pada Gambar 5.2 berikut

ini:

Gambar 5.2 Rangkaian

Tone Decoder

Rumus frekuensi

425= 1 / 1.1 R 1C1

Diket: 425 Hz = 1 / 1.1 R 1 3.3 10

C1=3.3 nf 425 Hz=1 x 1000 / 1.1 R 13.3

C2=5.0 nf 425 Hz = 1 x 1000 / 3.63 R 1

C3=2 nf 425 = 275 x R 1

C4=0,1 nf R 1 = 425 / 275

RL=4.7 k R 1 = 1545 ohm

R 1 = 1K5 ohm

Pengujian yang kita lakukan menggunakan gelombang

sinus dengan bantuan Function Generator sebagai inputan

frekuensi 425 dan Osiloscope sebagai out putan yang dapat

mengetahui respon gelombang.

Gambar diatas menunjukan respon out-putan rangkaian

tone-decoder dengan inputan frekuensi dari 392 Hz – 455 Hz

lampu indicator (out-put) akan menyala

Page 18: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

18

berlogika 1. Kalau dibawah 392 Hz, dan diatas 455 Hz out-put

(indicator) mati berlogika 0. Maka rangkaian Tone decoder ini

mempunyai Band-with dari 392 Hz-455 Hz out-putan akan

merespon selain frekuensi tersebut diabaikan oleh rangakain tone

decoder.

Setelah melakukan pengukuran dengan menggunakan

oscilloscope mengetahui respon out-putan sinyal. pada aplikasinya

rangkaian tone decoder tidak bekerja secara maksimal karena

sinyal dari DTMF terbebani oleh rangkaian tone decoder sehingga

hanya bisa menditeksi nada sambung dan nada sibuk sedangkan

nada tunggu tidak dapat terditeksi.

Untuk membangun perangkat-perangkat elektronik

yang dapat berhubungan dengan saluran telepon maka terlebih

dahulu harus diketahui kondisi-kondisi ataupun sinyal-sinyal yang

terjadi pada saluran telepon yang terjadi pada saat:

5.2.1 Melakukan Panggilan

Pada saat ini kondisi atau sinyal-sinyal yang terjadi

pada saluran telepon adalah sebagai berikut :

o Kondisi Off Hook, saat handset telepon diangkat.

Tegangan +/- -48VDC akan turunmenjadi 9-12VDC karena

saluran telepon mendapat beban +/- 600 ohm pada saat itu. Sinyal

Tone, frekwensi 425 Hz dengan level DC 9-12 V yang terdengar

dan menunjukkan bahwa pesawat telepon telah terhubung dengan

saluran telepon. Gambar siinyal tone diperlihatkan pada Gambar

5.7 berikut ini;

Gambar 5.7 Sinyal Tone

o Sinyal DTMF (Dual Tone Multi Frequency), yang

terjadi saat pengguna telepon menekan nomor telepon tujuan.

Sinyal ini berupa gabungan dua buah frekwensi dengan kombinasi

sesuai tabel. Gambar sinyal DTMF diperlihatkan pada Gambar 5.8

berikut ini

Gambar 5.8 Sinyal DTMF

5.2.2 Call progress

Call Progress atau nada panggil adalah sinyal yang

digunakan untuk mendeteksi status panggilan yaitu berupa nada

sambung atau nada sibuk. Sinyal ini berupa sinus sebesar +/- 425

Hz yang muncul selama ½ detik dengan interval ½ detik sebagai

status nada sibuk dan sinus +/- 425 Hz yang muncul selama 2 detik

dengan interval antara 3 – 4 detik sebagai nada sambung. Interval

nada sambung pada telepon pemanggil sama dengan interval sinyal

dering pada pesawat telepon yang dipanggil. Gambar sinyal nada

panggil diperlihatkan pada Gambar 5.9 berikut ini.

Gambar 5.9 Sinyal Nada Panggil (Sambung)

Gambar sinyal nada sibuk diperlihatkan pada Gambar 5.10 berikut

ini

Gambar 5.10 Sinyal Nada Sibuk

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa pada sebagai

call progress maka, sinyal inputan dari sinyal nada sambung dan

sinyal nada sibuk. Yang berupa sinyal sinus dengan frekwensi 425

Hz tadi, Oleh LM 567 dirubah ke dalam bentuk gelombang kotak –

kotak dengan frekwensi dan perode yang sama Untuk lebih

jelasnya perhatikan Gambar 5.11 dan Gambar 5.12 berikut ini.

Gambar 5.11 Sinyal kotak – kotak nada sambung

Page 19: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

19

Gambar 5.12 Sinyal Kotak – Kotak Nada Sibuk

5.3 Pengujian Terhadap Mikrokontroler ATmega16

Pengujian mikrokontroler ATmega16 dilakukan dengan

menuliskan program sederhana yang berfungsi untuk membaca

dan mengeluarkan kode – kode tertentu secara langsung ke port –

port input atau output mikrokontroller.

5.4 Pengujian Terhadap Real Time Clock (RTC)

Pengujian RTC dalam alat hanya menggunakan

beberapa alamat yang di pakai dalam alat. Dalam RTC sudah

tersedia banyak alamat yang untuk mempermudah dalam

mengaksesnya. Tapi dalam alat ini hanya memakai alamat menit,

jam dan detik diperlihatkan pada Tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3 Alamat RTC Yang Digunakan

Dalam pengujiannya RTC ini hanya mencantumkan

Durasi, karena dalam alat ini fungsi dari RTC adalah untuk

memberikan informasi menentukan lama waktu pembicaraan

dalam telephon (durasi).Untuk lebih jelasnya dapat perhatikan

Gambar 5.13 dibawah ini.

Gambar.5.13 Tampilan Durasi (Waktu)

Untuk proses menjadi seperti tampilan diatas data yang

dikirimkan harus mengalami proses perubahan data dari hexa ke

desimal. Data di atas dapat kita analisa dengan menjabarkan setiap

angka pada alamat yang ada dalam RTC. Lebih jelasnya dapat

dilihat Tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4 Analisa Data Ke Alamat RTC

Data di atas adalah hasil tes sederhana yang digunakan

untuk mengetahui apakah RTC pada alat ini bekerja atau tidak.

Apabila data di atas berjalan sesuai dengan prosedur alat ini maka

RTC sudah dianggap berhasil.

5.5 Pengujian Terhadap SD/MMC

Pengujian SD/MMC dapat dilakukan dengan mengisi

data ke dalam SD/MMC Jadi fungsi dari SD/MMC ini menjaga

agar data yang ada di dalamnya tidak hilang apabila terjadi

pemutusan sumber tegangan. Fungsi dari masing-masing Pin pada

SD-MMC Card dapat dilihat Tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5 Analisa Data fungsi pin modul SD-MMC

Adapun data yang bisa kita ambil untuk pengujian

komponen ini sebagai analisa. Untuk lebih jelasnya dapat lihat

Gambar 5.14 di bawah ini :

Gambar 5.14 Tampilan Data dari SD/MMC di LCD

Tampilan di atas menunjukkan isi yang ada di

SD/MMC melalui LCD yang di

Page 20: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

20

gunakan berukuran 2 X 16 maka yang tampil pada layar hanya ada

dua baris dan batas

digit yang ada hanya sampai 16.

Dengan demikian SD/MMC dapat digunakan sebagai

memori yang dapat diganti dengan mudah sehingga memudahkan

dalam ekspansi ke kapasitas memori yang lebih besar. Tersedia

Ferroelectric Nonvolatile RAM (FRAM) yang dapat digunakan

sebagai buffer sementara dalam mengakses SD Card (atau MMC)

atau sebagai tempat penyimpan data lain. Modul ini dapat

digunakan antara lain sebagai penyimpan data pada sistem absensi,

sistem antrian, atau aplikasi data logging lainnya.

5.6 Pengujian terhadap Alat (Sistem)

Pengujian terhadap alat (sistem) pada saat alat

terhubung dengan power Supply

dengan tidak terhubung dengan power supply. Hasil pengujian

terhadap alat (sistem) dapat dilihat Tabel 5.6 di bawah ini.

5.7 Pengujian terhadap Perangkat Lunak (Software)

Pengujian terhadap software dilakukan dengan cara

melakukan serial antara PC dengan alat. Pengujian ini meliputi:

merunning program, meminta data dari alat secara langsung,

kemudian yang terakhir mencetak atau print out. Adapun langkah-

langkah dalam pengujian program tersebut dapat dilihat pada

Gambar 5.15 merupakan Tampilan monitoring pemakaian telepon

tersimpan di SD/MMC::

Gambar 5.15 Tampilan monitoring pemakaian telepon

tersimpan di SD/MMC

Tampilan diatas merupakan hasil akhir dari data yaitu

berupa data yang telah diprint out diatas lembar kertas, data

tersebut diatas yang digunakan oleh pelanggan sebagai data atau

bukti nomor – nomor yang telah keluar, sebelum pihak pelanggan

melakukan komplain keperusahaan yang melayani jasa

telekomunikasi apabila ada tagihan rekening telepon yang melebihi

batas normal.

BAB VI

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari beberapa tahap mulai proses pengerjaan dalam

Project Work ini dari awal sampai akhir dapat disimpulkan antara

lain:

1. Setiap menekan keypad telepon maka akan

muncul angka pada LCD karena DTMF

sebagai pengkodean data biner sehingga

dapat dilihat oleh indera dengan bantuan

mikrokontroler menjadi data desimal (angka

0 s/d 9).

2. Data yang tersimpan di SD/MMC

merupakan data desimal yang berupa angka

0 s/d 9 digunakan untuk memberikan

informasi pada saat diperlukan.

3. Untuk mendapatkan validasi durasi

pemakaian telepon menggunakan Push

Button, dari data percobaan paling lama 13

detik dan paling cepat 3 detik

4. Alat ini bisa digunakan dan menampilkan

pada display monitor mengenai nomor

telepon tujuan, tanggal-bulan-tahun, durasi

waktu pembicaraan yang bisa dicetak

melalui printer.

5. Dan tentunya alat ini sangat baik digunakan

untuk para pengguna telepon dalam

memonitoring nomor-nomor telepon yang

melakukan aktifasi panggilan keluar karena

alat ini bisa menyimpan data 1 GB

5.2 SARAN

Berdasarkan kesulitan yang telah di temui dalam proses

perencanaan dan pembuatan alat, dan pada waktu analisa serta

pengujian cara kerja alat ini, maka didapatkan beberapa saran

untuk kedepannya yang lebih baik, antara lain :

1. Alat ini hanya bisa memonitoring yang bersifat

panggilan keluar, seperti nomer telepon dan

durasi. Diharapkan kedepannya mengenali

nomer panggilan masuk sehingga dapat

memblokir nomer masuk tertentu.

2. Alat ini menggunakan push button untuk

memulai penghitungan durasi diharapkan

kedepannya untuk bisa menggunakan tone

decoder (LM567)

Page 21: MAKALAH PROJECT WORK - digilib.its.ac.id

21

3. Dalam melakukan pengujian dan pengukuran

terutama pada rangkaian tone-decoder dan

DTMF diharapkan menggunakan osciloscope

dan function generator karena dapat

mengetahui kerja atau tidaknya rangkaian

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

[1] SuhatanIr,SnojiShigeki.2004.Buku Pegangan Teknik

Telekomunikasi .Jakarta: Pradnya Paramita

[2] Dadang Kuswoyo.2008. Perancangan Dan Pembuatan

Sistem Pengaman Berbasis MCS-51 Untuk Mencegah

Pencurian Modul Perangkat Remote Terminal Pada

Jaringan Fiber Optik IT TELKOM. Bandung

[3] Haryono, Surmayono. 2006. Project Work Pembuatan

Alat Perekam Penggilan Keluar. Surabaya.

[4] Widodo Budiharto. 2008. Panduan Praktikum

Mikrokontroller AVR ATmega16. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

[5] M.Ary Heryanto,ST & Ir.Wisnu Adi P.2008.

Pemprograman Bahasa C untuk Mikrokontroler

Atmega 8535. Bandung: PT. Elex Media Komputindo

[6] RTC. (Online). URL: http:// www.delta-electronic.com

Diakses tanggal 12 juni 2009

[7] SD/MMC. (Online). URL: http:// elm-

chan.org/docs/mmc/mmc. Diakses tanggal 15 juni 2009

[8] LM567. (Online). URL: http://tiyoavianto.com.Diakses

tanggal 1 Desember 2009

[9] Yuswanto. 2003. Pemprongraman Dasar Mikrosoft

Visual Basic 6.0 .Surabaya: Prestasi Pustaka

.