1 MAKALAH PROJECT WORK SISTEM MONITORING PEMAKAIAN TELEPON DENGAN MENGGUNAKAN MULTI MEDIA CARD (SD/MMC) SEBAGAI PENYIMPAN DATA ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi pada saat ini begitu pesat. Dimana perusahaan yang melayani jasa telekomunikasi tentunya berkewajiban melayani pengguna telepon dengan baik.Tentunya dengan selalu menjaga kualitas dan kenyamanan pelayanan terhadap pelanggan. Dan salah satu pelayanan yang harus dijaga adalah pencatatan semua nomor panggilan keluar pada telepon rumah dan perkantoran baik yang bersifat lokal maupun interlokal. apabila terjadi lonjakan tagihan telepon diluar batas normal, tentunya pihak pelanggan akan melakukan komplain kepada perusahaan yang bersangkutan yaitu dengan cara meminta daftar rincian nomor panggilan keluar. Tetapi biasanya dari pihak yang bersangkutan hanya memberikan daftar nomor panggilan yang bersifat interlokal saja, Alat ini akan mencatat aktifasi telepon karena setiap kali menekan keypad telepon menghasilkan tone (nada) sehingga dapat terditeksi oleh DTMF, nada tersebut dirubah menjadi data biner kemudian diterima oleh mikrokontroler dirubah menjadi data desimal. Data desimal tersebut akan ditampilkan di LCD Dan akan tersimpan tersimpan pada SD/MMC, untuk mengaktifkan conter pada saat telepon diangkat dengan menekan push button pada alat tersebut. sehingga data yang dihasilkan berupa durasi, nomer telepon tujuan baik interlokal maupun lokal dan dapat diprint out. Dengan adanya alat ini dapat mengetahui nomor panggilan keluar dan durasi waktu pembicaraan, sebelum pihak pelanggan melakukan klaim ke perusahaan yang bersangkutan, apabila terjadi lonjakan tagihan telepon yang melebihi batas normal. Alat ini terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomor panggilan keluar, waktu start pembicaraan sampai selesai pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam SD/MMC dengan menggunakan PC secara serial yang melalui mikrokontroller ATmega16 menggunakan bahasa Codevision AVR sehingga data biner dari DTMF dirubah menjadi data desimal berupa angka 0 s/d 9, dari data percobaan paling lama 13 detik dan paling cepat 3 detik, durasi waktu pembicaraan tersebut dapat dicetak melalui printer dan alat ini memiliki kapasitas penyimpanan data mencapai 1GB. Kata Kunci : Telepon, Mikrokontroller ATmega16, , SD/MMC, Push Button dan RTC ABSTRACT Growth of information technology at the moment fast so. Where company to service telecommunications service perhaps is obliged to service the consumer phone better. Perhaps always take care of the quality and service freshness to customer. And one of service which must be taken care of by record-keeping of all call number go out at house telephone office both for having the character of long distance and also local. the event of normal out of the sphere telephone invoice limit, perhaps side the customer will do the complain to pertinent company that is by asking for list of detail of call number go out. But usually from pertinent party only give the list of call number having the character of just long distance. This tool will record a phone activation code for each time pressing the phone keypad to produce tone (tone) that can terditeksi by DTMF, the tone is converted into binary data received by the microcontroller and then converted into decimal data. Decimal data will be displayed on the LCD and will be stored stored on SD / MMC, to activate the phone at the conter appointed by pressing the push button on the tool. so that the resulting data in the form of duration, good destination phone numbers and local calls and can print. By means of this can know the call number go out and duration of discussion time, before party of customer do the claim to pertinent company, in the event of limit of telephone invoice exceeding normal boundary. This appliance is consisted of by the network of data recorder which can save of call number go out the, time of start discussion till finish discussion and duration discussion into SD/MMC by using PC serially is which is through mikrocontroller ATmega16, This tool has a storage capacity reaching 1GB also earn direct also read in By means of this hopefully can assist all customer for the monitoring of expense phone the house and office Key words : Phone, Mikrocontroller ATmega16, LCD, SD/MMC, Push Button and RTC BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses dalam penyusunan Project Work ini, mengembangkan dari referensi judul Project Work yang telah ada dan kelebihan-kelebihan dari sistem yang telah ada adalah alat ini terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomer panggilan keluar, waktu mulai pembicaraan sampai selesai pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam IC EEPROM dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51 serta dapat memproteksi nomer panggilan keluar tertentu. Dan setelah itu data yang telah tersimpan dapat di baca kembali menggunakan PC secara serial yang melalui mikrokontroller AT89C51 serta langsung dapat juga di baca di LCD. Alat tersebut diletakkan secara serial dengan kabel telepon yang sudah ada. Pada alat yang dibuat dengan menggunakan EEPROM IC 28C64 sebagai media penyimpan data telepon keluar, EEPROM IC 28C64 tersebut memiliki kelemahan diantaranya adalah memori yang terbatas sehingga pada waktu yang relatif singkat EEPROM IC 28C64 tersebut harus dihapus dengan cara memberikan kode elektris pada rangkaian EEPROM tersebut. [1] Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi ini banyak hal yang telah berubah segalanya menjadi efisien dan mudah digunakan sehingga dibutuhkan lulusan yang kompeten yang dapat menghasilkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MAKALAH PROJECT WORK
SISTEM MONITORING PEMAKAIAN
TELEPON DENGAN MENGGUNAKAN MULTI
MEDIA CARD (SD/MMC) SEBAGAI
PENYIMPAN DATA
ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini begitu pesat. Dimana perusahaan yang melayani jasa telekomunikasi tentunya berkewajiban melayani pengguna telepon dengan baik.Tentunya dengan selalu menjaga kualitas dan kenyamanan pelayanan terhadap pelanggan. Dan salah satu pelayanan yang harus dijaga adalah pencatatan semua nomor panggilan keluar pada telepon rumah dan perkantoran baik yang bersifat lokal maupun interlokal. apabila terjadi lonjakan tagihan telepon diluar batas normal, tentunya pihak pelanggan akan melakukan komplain kepada perusahaan yang bersangkutan yaitu dengan cara meminta daftar rincian nomor panggilan keluar. Tetapi biasanya dari pihak yang bersangkutan hanya memberikan daftar nomor panggilan yang bersifat interlokal saja,
Alat ini akan mencatat aktifasi telepon karena setiap kali menekan keypad telepon menghasilkan tone (nada) sehingga dapat terditeksi oleh DTMF, nada tersebut dirubah menjadi data biner kemudian diterima oleh mikrokontroler dirubah menjadi data desimal. Data desimal tersebut akan ditampilkan di LCD Dan akan tersimpan tersimpan pada SD/MMC, untuk mengaktifkan conter pada saat telepon diangkat dengan menekan push button pada alat tersebut. sehingga data yang dihasilkan berupa durasi, nomer telepon tujuan baik interlokal maupun lokal dan dapat diprint out.
Dengan adanya alat ini dapat mengetahui nomor panggilan keluar dan durasi waktu pembicaraan, sebelum pihak pelanggan melakukan klaim ke perusahaan yang bersangkutan, apabila terjadi lonjakan tagihan telepon yang melebihi batas normal. Alat ini terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomor panggilan keluar, waktu start pembicaraan sampai selesai pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam SD/MMC dengan menggunakan PC secara serial yang melalui mikrokontroller ATmega16 menggunakan bahasa Codevision AVR sehingga data biner dari DTMF dirubah menjadi data desimal berupa angka 0 s/d 9, dari data percobaan paling lama 13 detik dan paling cepat 3 detik, durasi waktu pembicaraan tersebut dapat dicetak melalui printer dan alat ini memiliki kapasitas penyimpanan data mencapai 1GB.
Kata Kunci : Telepon, Mikrokontroller ATmega16, , SD/MMC, Push Button dan RTC
ABSTRACT
Growth of information technology at the moment fast so. Where company to service telecommunications service perhaps is obliged to service the consumer phone better. Perhaps always take care of the quality and service freshness to customer. And one of service which must be taken care of by record-keeping of all call number go out at house telephone office both for having the character of long distance and also local. the event of normal out of the sphere telephone invoice limit, perhaps side the customer will do the complain to pertinent company that is by asking for list of detail of call number go out. But usually from pertinent party
only give the list of call number having the character of just long distance.
This tool will record a phone activation code for each time pressing the phone keypad to produce tone (tone) that can terditeksi by DTMF, the tone is converted into binary data received by the microcontroller and then converted into decimal data. Decimal data will be displayed on the LCD and will be stored stored on SD / MMC, to activate the phone at the conter appointed by pressing the push button on the tool. so that the resulting data in the form of duration, good destination phone numbers and local calls and can print.
By means of this can know the call number go out and duration of discussion time, before party of customer do the claim to pertinent company, in the event of limit of telephone invoice exceeding normal boundary. This appliance is consisted of by the network of data recorder which can save of call number go out the, time of start discussion till finish discussion and duration discussion into SD/MMC by using PC serially is which is through mikrocontroller ATmega16, This tool has a storage capacity reaching 1GB also earn direct also read in By means of this hopefully can assist all customer for the monitoring of expense phone the house and office
Key words : Phone, Mikrocontroller ATmega16, LCD, SD/MMC, Push Button and RTC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses dalam penyusunan Project Work ini,
mengembangkan dari referensi judul Project Work yang telah ada
dan kelebihan-kelebihan dari sistem yang telah ada adalah alat ini
terdiri dari rangkaian perekam data yang dapat menyimpan nomer
panggilan keluar, waktu mulai pembicaraan sampai selesai
pembicaraan dan durasi pembicaraan ke dalam IC EEPROM
dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51 serta dapat
memproteksi nomer panggilan keluar tertentu. Dan setelah itu data
yang telah tersimpan dapat di baca kembali menggunakan PC
secara serial yang melalui mikrokontroller AT89C51 serta
langsung dapat juga di baca di LCD. Alat tersebut diletakkan
secara serial dengan kabel telepon yang sudah ada. Pada alat yang
dibuat dengan menggunakan EEPROM IC 28C64 sebagai media
penyimpan data telepon keluar, EEPROM IC 28C64 tersebut
memiliki kelemahan diantaranya adalah memori yang terbatas
sehingga pada waktu yang relatif singkat EEPROM IC 28C64
tersebut harus dihapus dengan cara memberikan kode elektris pada
rangkaian EEPROM tersebut. [1]
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin
canggih di era globalisasi ini banyak hal yang telah berubah
segalanya menjadi efisien dan mudah digunakan sehingga
dibutuhkan lulusan yang kompeten yang dapat menghasilkan
2
karya-karya membantu masyarakat yang membutuhkan dan
juga diharapkan bisa bersaing di dunia industri.
Pada saat ini banyak rumah dan perkantoran yang
menggunakan alat komunikasi untuk menghubungi saudara-
saudara, dan rekan-rekan bisnis agar lebih mudah dalam
penyampaian informasi, akan tetapi kadang-kadang terjadi di
rumah dan di kantor pemakaian tarif telepon melonjak karena
ada beberapa hal yang terjadi seperti pemakaian telepon yang
tidak teratur, kesalahan dari jasa perusahaan telekomunikasi
sendiri. Agar lebih menyakinkan pemilik maka dengan membuat
alat tersebut nantinya akan membantu pemilik telepon agar
memiliki bukti dalam bentuk yang nyata, seperti data pemakaian
telepon yang akan tersimpan di SD/MMC sehingga pemilik bisa
mengakumulasi data yang tersimpan setiap pemakaian telepon.
Pada alat yang dirancang khusus ini, menggunakan
Multi Media Card (SD/MMC) yang dapat menyimpan data lebih
besar yang berkisar 512 MB s/d 2 GB sehingga cukup besar
dalam menyimpan data monitoring pemakaian telepon.
BAB II
TEORI PENUNJANG
Dalam bab ini membahas mengenai teori penunjang
dan teori dasar dari Project Work yang berjudul " Sistem
Monitoring Pemakaian Telepon Dengan Menggunakan Multi
Media Card (SD/MMC) Sebagai Penyimpan Data ". Teori yang
digunakan antara lain meliputi telepon, mikrokontroller
ATmega16 , rtc, sd/mmc, serta visual basic.
2.1 Dasar-Dasar Sistem Telepon
2.1.1 Pendahuluan
Telepon merupakan sistem alat komunikasi dua arah
secara Full Duplex (bersamaan) yang dapat digunakan untuk
mengirim ataupun menerima sebuah panggilan. Pesawat telepon
pada umumnya terdiri dari:
1. Kontak, untuk membuka dan menutup
saluran.
2. Dial putar atau tekan untuk mendapatkan
nomor telepon yang dikehendaki.
3. Microphone (pengirim) dan Speaker
(penerima), selama pembicaraan.
4. Bel untuk pemberitahuan adanya panggilan
telepon.
Setiap telepon pelanggan dihubungkan dengan sentral yang terdiri
dari peralatan switching, pensinyalan, dan baterai yang mencatu
arus DC untuk mengoperasikan telepon. Pesawat telepon harus
mampu mengubah suara menjadi sinyal-sinyal listrik dan
kemudian pada penerima, sinyal-sinyal tersebut diubah kembali
menjadi getaran suara, sehingga dapat didengar. Setiap telepon
dihubungkan ke sentral melalui dua kabel, yaitu Tip (T) dang Ring
(R). Fungsi dari sentral telepon adalah mendeteksi dan
menganalisa panggilan, menghubungkan pemanggil dan yang
dipanggil serta merekam semua fasilitas pembicaraan bila selesai.
[1]
2.1.2 Prinsip Pensinyalan Telepon
Sistem pensinyalan pada telepon antara lain :
1. Nada Pilih (Dial Tone)
Pemberitahuan Status Nada Pilih dilakukan
oleh SentralJaringan Telephone dengan
mengirimkan frekuensi tone 425 Hz dengan
level DC 6-12 V yang terdengar dan
menunjukkan bahwapesawat telephone telah
terhubung dengan saluran telephone.Bentuk
sinyal Nada Pilih
2. Sebagai jawaban terhadap sinyal-sinyal
yang dikirimkan oleh pemakai yang
melakukan panggilan maka sentral telepon
akan mengirimkan sinyal-sinyal berupa
nada-nada dengan frekwensi 425Hz yaitu :
a) Nada sibuk (Busy Tone) Nada
sibuk mempunyai karakteristik
frekuensi 425 Hz dengan bentuk
pulsa 0,5 detik ON dan 0,5 detik
OFF.
b) sinyal jawab (call progress)
Sinyal jawab merupakan
tertutupnya loop pelanggan
selama lebih dari 300 mdetik,
atau dapat diidentifikasikan
bahwa sinyal jawab adalah
hilangnya nada tunggu (ring back
tone). Nada tunggu mempunyai
karakteristik frekuensi 425 Hz
yang mempunyai bentuk
terputus-putus dengan periode
waktu 1 detik ON dan 4
detikOFF, nada ini akan dikirim
oleh sentral ke pelanggan yang
dituju.Bentuk sinyal nada tunggu
dapat dilihat pada gambar Bentuk
sinyal Nada Panggil (call
progress). [2]
3
2.1.3 Sistem Sentral Telepon
Rangkaian jalur merupakan bagian dari sistem telepon
yang dimiliki oleh setiap pelanggan. Pada tiap rangkaian jalur
telepon test point yang dipantau setiap 125 milidetik untuk
mengetahui kondisi pesawat telepon pelanggan apakah dalam
keadaan gagang telepon terangkat (Off-Hook) atau dalam keadaan
gagang telepon terpasang (On-Hook). Junctor merupakan
rangkaian penghubung saluran pembicaraan (Speak Path) dengan
pembagian sebagai berikut:
A - Junctor : untuk posisi pemanggil.
B - Junctor : untuk posisi yang dipanggil.
Fungsi A - Junctor
a.) Memberikan catu daya searah
kepelanggan pemanggil.
b.) Memberikan nada pilih.
c.) Mendeteksi pulsa.
Fungsi B - Junctor
a.) Memberikan catu daya searah
kepelanggan yang dipanggil.
b.) Memberikan arus bell.
c.) Mengirimkan nada panggil
atau nada sibuk.
Gambar Junctor Pada Rangkaian Jalur diperlihatkan pada Gambar
2.1 berikut ini:
Pesawat Telepon
Gambar 2.1 Junctor Pada Rangkaian Jalur
Jalur Tip biasanya berupa kabel berwarna hijau dan
jalur ring berwarna merah. Dimana tegangan Tip setara dengan
ground atau 0 volt dan Ring bernilai –30 sampai 60 volt saat
gagang telepon terpasang (On-Hook).
Besar tegangan ini di nilai cukup untuk melewati
beberapa kilometer lewat kabel telepon yang tipis dan merupakan
tegangan yang cukup aman dari kecelakaan. [3]
2.1.4 Melakukan Sambungan Telepon
Penyambungan hubungan telepon hanya melibatkan
jalur ‘A’ dan ‘B’ dengan tegangan antara kedua jalur biasanya
sebesar 30V- 60V. Pada saat gagang pesawat telepon diangkat
(Off-Hook), tegangan antara kedua jalur tersebut turun menjadi
sekitar 6V-12V dan ada arus yang mengalir sebesar 20mA-80mA.
Selanjutnya sentral akan mengirimkan nada pilih pada pesawat
yang akan mengadakan sambungan telepon untuk menandakan
bahwa sambungan telepon dapat dilakukan.
Pesawat telepon yang dituju akan menerima sinyal
dering (Ringing Signal) berupa tegangan AC sekitar 90 Volt
dengan frekwensi 20Hz-80Hz, setelah penekanan tombol yang
dilakukan pesawat pemanggil, jika sambungan tersebut terjawab,
maka sinyal cos count yang terhubung pada modul pay station
disentral telepon, dikirimkan diantara jalur ‘A’ dan ‘B’ berupa
gelombang sinus dengan amplitudo sekitar 50 Volt.Sinyal ini
besarnya sama antara jalur ‘A’ dan ‘B’ sehingga tidak terdengar
baik oleh pemakai yang melakukan sambungan ataupun pemakai
yang dihubungi. Penghitung biaya (Cost Counter) dihubungkan ke
jaringan untuk mendeteksi pulsa-pulsa, jika salah satu pihak
meletakkan gagang telephon maka tegangan antara jalur ‘A’ dan
‘B’ akan kembali normal dengan beda potensial antara kedua jalur
sebesar 30V-60V. [3]
2.1.5 Mengirim Nomor (Dialling)
Mengirim sebuah nomor atau disebut juga sinyal diall
adalah sinyal yang keluar dari pesawat telepon dengan menekan
atau men-dial nomor yang dituju untuk memberitahu sentral
tentang nomor yang dituju. Sistem pengiriman nomor ada dua
macam yaitu sistem pulsa yang di gunakan pada pesawat telepon
dial putar dan sistem DTMF (Dual Tone Multi Frequncy) yang
digunakan pada pesawat dengan diall tekan tombol.[3]
2.1.6 Sinyal DTMF MT8888
Metode pensinyalan DTMF (Dual Tone Multi
Frequency) atau disebut juga tone dialing, dibuat dengan
memanfaatkan nada sinyal frekuensi suara dan diterapkan sebagai
pengganti pulsa dialing. Sinyal DTMF merupakan penjumlahan
dari dua buah nada, satu dari group bawah (697Hz-941Hz) dan
satu lagi dari group atas (1209Hz-1633Hz) dengan masing-masing
group terdiri atas empat buah nada tersendiri. Frekuensi dari nada-
nada tersebut dipilih sedemikian rupa sehingga tidak memiliki
harmonisasi yang sama. Untuk membangkitkan frekuensi-
frekuensi itu, dalam tiap pesawat telepon dipasang sebuah alat
pembangkit frekuensi yang disebut osilator. Osilator bekerja
apabila gagang telepon diangkat dan tombol-tombol angka ditekan.
Osilator itu dapat membangkitkan tujuh frekuensi yang
berlainan. Frekuensi-frekuensi yang dibangkitkan itu terdiri dari
dua buah kelompok yaitu:
a) Frekuensi rendah, meliputi
empat buah frekuensi yaitu:
697, 770, 852 dan 941Hz.
b) Frekuensi tinggi, meliputi
empat buah frekuensi yaitu:
4
1209, 1336, 1447
dan1633Hz.
Dengan cara ini maka akan dapat dihasikan 16 kombinasi unik,
sepuluh diantaranya mewakili bilangan 0-9, dan enam sisanya
*,#,A,B,C,D dicadangkan untuk pensinyalan khusus. Kebanyakan
tombol pada pesawat telepon terdiri dari sepuluh bilangan
ditambah dengan simbol asterik (*) dan Otothrop (#). Tombol-
tombol tesebut disusun dalam sebuah matriks yang masing-masing
dihubungkan dengan nada group bawah pada baris yang sesuai dan
pada group atas pada kolom yang sesuai metode pensinyalan
DTMF ini akan memastikan bahwa masing-masing sinyal hanya
terdiri atas satu dan hanya satu
komponen dari masing-masing group atas dan group bawah.[3]
Gambar DTMF Keypad diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut
ini:
Gambar 2.2 DTMF Keypad
2.1.7 Menerima Sambungan Telepon
Suatu sambungan dari luar dapat diketahui dengan
mendeteksi sinyal deringan yang dikirimkan oleh Ringing
Signaling Machine disentral telepon.Pesawat telepon dihubungi
dengan cara memberikan tegangan bolak-balik sebesar 50Vpp
pada jalur ‘A’ dan ‘B’ sinyal tersebut merupakan sinyal anti-phasa
sehingga telepon akan mendeteksi deringan dengan mengaktifkan
bell.
Deringan tersebut akan terus berbunyi sampai pihak
yang dihubungi mengangkat gagang telepon untuk menjawab
sambungan. Jika sambungan tersebut tidak dijawab sampai jumlah
deringan tertentu maka hubungan akan terputus. Jika pihak yang
dihubungi mengangkat gagang telepon sebelum deringan
terakhir, maka akan ada arus yang mengalir yang memungkinkan
sambungan tersebut dijawab selanjutnya percakapan melalui
telepon dapat dilaksanakan. [3]
2.1.8 Pembicaraan
Pembicaraan dimulai ketika yang dipanggil
mengangkat handset (Off-Hook) dan terbentuk sambungan bagian
dari telepon dimana orang berbicara disebut Transmitter dan
bagian orang yang mendengar disebut Receiver. Transmitter ini
dapat mengubah gelombang suara dari pembicaraan menjadi arus
listrik. Sedangkan yang mengubah listrik menjadi suara disebut
Receiver. [3]
2.1.9 Mengakhiri Pembicaraan
Pembicaraan berakhir ketika salah satu meletakkan
handset. Sinyal On-Hook akan memberitahu sentral untuk
membersihkan saluran. Bila pelanggan yang dituju meletakkan
handset terlebih dahulu, maka kondisi ini disebut Backward
Release. Sebaliknya bila penelepon yang meletakkan handset
terlebih dahulu, kondisi ini disebut Fordward Release. Sedangkan
bila kedua pelanggan telah sama-sama meletakkan handset, maka
sambungan akan diputus oleh sentral. [3]
2.2 Mikrokontroler ATmega16
Mikrokontroler ATmega16 termasuk salah satu jenis
mikrokontroller dari keluarga Atmel AVR yang dikemas dalam
standart DIL (Dual In Line) 40 pin yang mempunyai konfigurasi
tersendiri. Mikrokontroller ini diproduksi oleh ATMEL dengan
karakteristik yang benar-benar Compatible dengan set instruksi
dan pin-pin keluaran standart industri keluarga ATmega16 buatan
Atmel. Mikrokontroller AVR adalah mikrokontroller RISC
(Reduce Instruction Set Compute) 8 bit berdasarkan arsitetur
Harvard, yang dibuat oleh Atmel pada tahun 1996. AVR
mempunyai kepanjangan Advanced versatile RISC atau Alf and
Vergard’s risc processor yang berasal dari nama dua mahasiswa
Norwegian Institute of Technology (NTH), yaitu Alf-Egil Bogen
dan Vegard Wollan.
AVR memiliki keunggulan dibandingkan dengan
mikrokontroller lain, keunggulan mikrokontroller AVR yaitu AVR
memiliki kecepatan eksekusi program yang lebih cepat karena
sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, lebih
cepat dibandingkan dengan mikrokontroller MCS 51 yang
memiliki arsitetur CISC (Complex Instruction set Compute ) di
mana mikrokontroller MCS 51 membutuhkan 12 siklus clock
untuk mengeksekusi 1 instruksi. Selain itu, mikrokontroller AVR
memiliki fitur yang lengkap (ADC Internal, EEPROM Internal,
Timer/Counter ), Watchdog Timer, PWM, Port I/O, Komunikasi
serial, Komparator,I2C,dll).Sehingga dengan fasilitas yang lengkap
ini, programmer dan desainer dapat menggunakannya untuk
berbagai aplikasi sistem elektronika seperti robot, otomasi industri,
peralatan telekomunikasi, dan berbagai keperluan lain. [4]
Secara umum mikrokontroller AVR dapat di
kelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT 90Sxx,
ATmega, dan ATtiny. Tabel Jenis Mikrokontroller AVR
diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Jenis Mikrokontroller AVR
5
Mikrokontroller
AVR Memori
Tipe Jumlah
Pin Flash EEPROM SRAM
TinyAVR 8-32 1-2K 64-128 0-128
AT90Sxx 20-44 1-8K 128-512 0-1K
ATmega 32-64 512-
4K 512-4K
512-
4K
Program mikrokontroller AVR dapat menggunakan
Low Level Language (Assembly) dan High Level Language (C,
Basic, Pascal, JAVA,dll) tergantung compliler yang digunakan.
Bahasa Assembler mikrokontroller AVR memiliki kesamaan
instruksi, sehingga jika pemprograman satu jenis mikrokontroller
AVR sudah dikuasai, maka akan dengan mudah menguasai
pemograman keselurahan mikrokontroller jenis AVR, namun
Bahasa Assembler relatif lebih sulit di pelajari daripada Bahasa C,
untuk pembuatan suatu proyek yang besar akan memakan banyak
waktu yang lama, serta penulisan programnya akan panjang.
Sedangkan Bahasa C memiliki keunggulan di bandingkan Bahasa
Assembler yaitu indenpent terhadap hardware serta lebih mudah
untuk menanggani project yang besar. Bahasa C sendiri
sebenarnya terletak di antara bahasa pemrograman tingkat tinggi
dan assembly.
Pada praktik pemrograman, mikrokontroller AVR yang
digunakan yaitu Atmega16 serta Software Compiler-nya
menggunakan CodeVision. Gambar Alur Program CodeVision
diperlihatkan pada Gambar 2.3 berikut ini:
Gambar 2.3 Alur Program CodeVision
2.2.1 Fitur ATmega16
Fitur-fitur yang dimiliki ATmega16 sebagai berikut:
1. Mikrokontroller AVR 8 bit yang memiliki
kemampuan tinggi, dengan daya rendah.
2. Arsitetur RISC dengan troughput mencapai 16
MIPS pada frekuensi 16 MHz.
3. Memiliki kapasitas Flash memori 16 Kbyte,
EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 Kbyte.
4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port
B, Port C, dan Port D.
5. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
6. Unit interupsi internal dan external.
7. Fitur Peripheral.
Tiga buah Timer / Counter dengan
kemampuan pembandingan:
2 (dua) buah Timer /
Counter 8 bit dengan
Prescaler terpisah dan
Mode Compare.
1 (satu) buah Timer /
Counter 16 bit dengan
Prescaler terpisah,
Mode Compare, dan
Mode Capture.
Real Time Counter dengan Oscillator
tersendiri.
4 Channel, 10-bit ADC
Programmable Serial USART.
Antarmuka SPI.
Watchdog Timer dengan Oscillator
Internal.
On-chip Analog Comparator.
2.2.2 Konfiguransi Pin AVR Atmega 16
Gambar Konfigurasi Kaki (pin) ATmega16
diperlihatkan pada Gambar 2.4 berikut ini:
Gambar 2.4 Konfigurasi Kaki (pin) ATmega16
Konfigurasi pin ATmega16 dengan kemasan 40 pin
DIP (Dual IN-Line Package) dapat di jelaskan fungsi dari masing-
masing pin ATmega16 sebagai berikut:
1. VCC merupakan Pin yang berfungsi sebagai
masukan catu daya.
2. GND merupakan Pin Ground.
3. Port A (PA0...PA7) merupakan Pin Input /
Output dua arah dan Pin masukan ADC.
4. Port B (PB0...PB7) merupakan pin input / Output
dua arah dan Pin fungsi khusus, Tabel Fungsi
6
Khusus Port B diperlihatkan pada Tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port B
PIN FUNGSI KHUSUS
PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)
PB6 MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output
)
PB5 MISO (SPI Bus Master Output/Slave Input
)
PB4 SS (SPI Slave Select Input )
PB3
AIN1 (Analog Comparator Negative Input)
OC0 (Timer / Counter 0 Output Compare
Match Output)
PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)
INT2 (External Interrupt 2 Input)
PB1 T1 (Timer / Counter 1 External Counter
Input)
PB0
T0 T1 (Timer / Counter 0 External Counter
Input) XCK (USART External Clock
Input/ Output)
5. Port C (PC0…PC7) merupakan Pin Output / Input
dua arah dan Pin khusus, Tabel Fungsi Khusus
Port C diperlihatkan pada Tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port C
PIN Fungsi Khusus
PC7 TOSC2 (Timer Oscillator Pin 2)
PC6 TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1)
PC5 TDI (JTAG Test Data In)
PC4 TDO (JTAG Test Mode Select)
PC3 TMS (JTAG Test Clock)
PC2 TCK (JTAG Test Clock)
PC1 SDA (Two-wire Serial Bus Data
Input/Output Line)
PC0 SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)
6. Port D (PD0…PD7) merupakan Pin Input/ Output
dua arah dan pin fungsi khusus, Tabel Fungsi
Khusus Port D diperlihatkan pada Tabel 2.4
berikut ini:
Tabel 2.4 Fungsi Khusus Port D
PIN Fungsi Khusus
PD7 OC2 (Timer / counter 2 Output Compare
Match Output)
PD6 ICP (Timer / Counter 1 Input Capture Pin)
PD5 OC 1A (Timer / Counter 1 Output
Compare A Match Output)
PD4 OC 1B (Timer / Counter 1 Output
Compare B Match Output)
PD3 INT 1 (External Interrupt 1 Input)
PD2 INT 0 (External Interrupt 0 Input)
PD1 TXD (USART Output Pin)
PD0 RDX (USART Input Pin)
7. RESET merupakan Pin yang digunakan untuk
me-reset mikrokontroller.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan Pin masukan
clock external.
9. ACVV merupakan Pin masukan tegangan untuk
ADC.
10. AREF merupakan Pin masukan tegangan
referensi ADC.
Gambar Blok Diagram Atmega16 diperlihatkan
pada Gambar 2.5 berikut ini:
Gambar 2.5 Blok Diagram ATmega16
2.2.3 Pemprograman Mikrokontroller AVR ATmega16
Pengembangan sebuah sistem menggunakan
mikrokontroller AVR buatan ATMEL menggunakan Software
AVR STUDIO dan CodeVision AVR.AVR STUDIO merupakan
Software khusus untuk bahasa assembly yang mempunyai fungsi
sangat lengkap, yaitu digunakan untuk menulis program,
kompilasi, simulasi dan Download program ke IC mikrokontroller
7
AVR. Sedangkan CodeVision AVR merupakan Software C-cross
Compiler, dimana program dapat di tulis dalam bahasa C,
CodeVision memiliki memiliki IDE (Intergrated Development
Environment ) yang lengkap, di mana penulisan program , compile,
link, pembuatan kode mesin (assembler) dan download program ke
chip AVR dapat dilakukan pada codevision, selain itu ada fasilitas
terminal, yaitu untuk melakukan komunikasi serial dengan
mikrokontroller yang sudah di program.Proses download program
ke IC mikrokontroller AVR dapat menggunakan system download
program secara ISP (In-System Programming). In-System
Programmable Flash on-chip mengizinkan memori program untuk
diprogram ulang dalam sistem mengguakan hubungan serial SPI.
[4]
2.2.3.1 Bahasa Assembly
Bahasa Assembly AVR
Berikut adalah contoh sebuah program aplikasi untuk
mikrokontroller AVR:
Penulisan Program dalam bahasa assembly
.include”C:\ Appnotes\ m16def.inc”
.org 0x0000
rjmp main
main:
ldi r16,low(RAMEND)
out SPH,r16
ldi r16,high(RAMEND)
out SPH,r16
ldi r16,oxff
out ddrc,r16
out PORTC,r16
out ddrcd,r16
out PORTD,r16
cbi PORDD,5
cbi PORDC,0
cbi PORTC,1
henti:
nop
rjmp henti
Setiap program terdiri dari inisialisasi program dan
program utama.Inisialisasi program berisi defenisi program berisi
chip yang digunakan, mendefinisikan nama variabel, konstanta,
alamat awal program, stack pointer.
2.2.3.2 Bahasa C
Berikut ini penjelasan Bahasa C dan aturan penulisan
program dalam Bahasa C. Untuk seterusnya, pada buku ini akan
membahas memprogram mikrontroller AVR menggunakan
Bahasa C saja. Berikut ini penjelasan tentang Bahasa C.
Penulisan Program dalam Bahasa C
#include <mega16.h>
#include <mega16.h>
#define IRsensor PINA,0
#define pompa PORT,0
// variabel global
Unsigned int i,j;
void main (void)
{
// variabel lokal
Char data_rx;
DDRA=0x00;a
PORTA=0xFF
DDRB=0xFF;
PORTB=0x00;
.............
.............
While(1)
{
.............
............
............
};
}
Penjelasan:
Preprocessor (#): Digunakan untuk memasukan (Include) text dari
file lain, mendefinisikan macro yang dapat mengurangi beban
kerja pemprograman dan meningkatkan legibility source code
(mudah di baca).
#define: digunakan untuk mendefinisikan macro
Contoh : #define ALFA oxff
2.3 LCD 2x16
LCD (Liquid Crystal Display) merupakan tampilan dot
metrik 2*16 LCD yang memilki 2 baris masing-masing baris
memiliki 16 karakter, kebutuhan suplay tegangan VDC +5Volt.
setiap kakinya langsung berhubungan dengan mikrokontroller
ATmega16, untuk rangakaian interfacing hanya diperlukan satu
resisitor dan satu resistor variabel untuk memberi tegangan kontras
pada matriks LCD. [5]
8
Tabel Keterangan Kaki LCD diperlihatkan pada Tabel
2.5 berikut ini:
Tabel 2.5 Keterangan Kaki LCD
2.4 RTC DS1302
IC RTC ( Real Time Clock ) IC yang dirancang khusus
dalam proses pewaktuan seperti jam, menit,, detik, tanggal, bulan,
tahun, dan lain sebagainya.RTC ada banyak typenya, tapi yang
digunakan dalam pembuatan alat ini adalah type DS1302 karena
type ini sudah tersedia bateray di dalamnya, tanpa harus ada
baterai tambahan diluarnya sehingga IC ini dapat menghitung
waktu ketika power supply off. [6]
Gambar Konfigurasi pin RTC DS1302 diperlihatkan
pada Gambar 2.6 dan Tabel Alamat pada RTC diperlihatkan pada
Tabel 2.6 berikut ini:
Gambar 2.6 Konfigurasi pin RTC DS 1302
2.5 SD/MMC
Secure Digital (SD) atau Multi Media Card (MMC)
seringkali digunakan sebagai sarana penyimpan data pada
Personal Digital Assistant (PDA), kamera digital, dan telepon
seluler (ponsel). Beberapa perintah dasar untuk SD Card juga
dapat digunakan untuk MMC sehingga kita dapat menggunakan
SD atau MMC. Format data pada SD maupun MMC umumnya
menggunakan format FAT. FAT12 digunakan untuk kapasitas 16
MB ke bawah. FAT16 digunakan untuk kapasitas 32 MB hingga 2
GB. FAT32 digunakan untuk kapasitas di atas 2 GB (SDHC). [7]
Ada 2 bagian yang akan dijelaskan secara singkat pada AN ini,
yaitu:
1. Protokol komunikasi SD card secara SPI.
2. Format data FAT16.
SD card terbagi atas sektor-sektor dan tiap satu
sektornya berisi 512 byte. Secara default, proses baca atau tulis
selalu melibatkan satu sektor (512 byte). Secara default juga, nilai
byte CRC bersifat don’t care sehingga nilainya sembarang / dapat
diabaikan (tidak dihitung), Gambar Timing Diagram untuk
Perintah READ diperlihatkan pada Gambar 2.7 berikut ini:
Gambar 2.7 Timing Diagram Perintah READ
1. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card
& FRAM – MCS-51, ditambahkan pengiriman 1 byte FFh atau
8 pulsa clock sebelum mengirimkan perintah ini.
2. Pengiriman perintah ini diawali dengan mengubah
logika CSSD menjadi Low untuk mulai mengakses SD card.
Pada dokumen Ulrich Radig memang tidak disebutkan berapa
lama jarak antara perubahan logika CSSD dengan pengiriman
clock berikutnya. Namun pada AN SD Card & FRAM – AVR
dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, diletakkan jeda selama 5
µs sebelum mulai mengirimkan clock berikutnya.
3. Data pertama yang dikirim adalah 51h, diikuti dengan
pengiriman 4 byte alamat sektor SD card yang dimulai dari
MSB, dan diakhiri dengan pengiriman CRC bernilai FFh.
4. Selama CSSD masih berlogika Low, dilakukan
pemeriksaan terhadap MISO untuk mengetahui apakah perintah
ini sudah diterima oleh SD card. Hal ini dilakukan dengan
membaca data dari MISO hingga bernilai 00h. Pada AN SD
Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51,
pemeriksaan ini dibatasi hanya 9 kali pembacaan.
5. Setelah menerima 00h, dilakukan pemeriksaan
terhadap MISO lagi untuk menunggu Start Byte yang bernilai
FEh. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card &
FRAM – MCS-51, pemeriksaan ini dibatasi hingga 9 x 250 kali
pembacaan.
6. Penerimaan Start Byte diikuti dengan penerimaan 512
byte data dan 2 byte CRC.
7. Setelah menerima 2 byte CRC, diletakkan jeda selama
5 µs sebelum mengembalikan CSSD ke logika High (pada AN
SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-
51).
8. Setelah CSSD berlogika High, dilakukan pengiriman 1 byte
data FFh atau 8 pulsa clock. Pada AN SD Card & FRAM – AVR
dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, hal ini tidak dilakukan.
Sebagai gantinya, sebelum perintah INIT, READ, atau WRITE,
ditambahkan pengiriman 1 byte FFh atau 8 pulsa clock. Pada AN
SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-
51, jika SD card tidak mengirimkan 00h, maka proses pengiriman
perintah READ bagian pertama (hingga penerimaan 00h) akan
diulangi dari awal. Proses pengulangan ini akan dibatasi
sebanyak 250 kali. Gambar Timing Diagram untuk Perintah
Write diperlihatkan pada Gambar 2.8 berikut ini:
9
Gambar 2.8 Timing Diagram Perintah WRITE
1. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD
Card & FRAM – MCS-51, ditambahkan pengiriman 1 byte FFh
atau 8 pulsa clock sebelum mengirimkan perintah ini.
2. Pengiriman perintah ini diawali dengan mengubah
logika CSSD menjadi Low untuk mulai mengakses SD card.
Pada dokumen Ulrich Radig memang tidak disebutkan berapa
lama jarak antara perubahan logika CSSD dengan pengiriman
clock berikutnya. Namun pada AN SD Card & FRAM – AVR
dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, diletakkan jeda selama 5
µs sebelum mulai mengirimkan clock berikutnya.
3. Data pertama yang dikirim adalah 58h, diikuti
dengan pengiriman 4 byte alamat sektor SD card yangdimulai
dari MSB, dan diakhiri dengan pengiriman CRC bernilai FFh.
4. Selama CSSD masih berlogika Low, dilakukan
pemeriksaan terhadap MISO untuk mengetahui apakah perintah
ini sudah diterima oleh SD card. Hal ini dilakukan dengan
membaca data dari MISO hingga bernilai 00h. Pada AN SD
Card & FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51,
pemeriksaan ini dibatasi hanya 9 kali pembacaan.
5. Setelah menerima 00h, dilakukan pengiriman
beberapa pulsa clock terlebih dahulu. Pada AN SD Card &
FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51 jumlah
clock yang dikirimkan adalah 72 pulsa clock atau 9 byte FFh.
6. Lalu dilanjutkan dengan pengiriman Start Byte
(FEh), diikuti dengan 512 byte data yang akan dituliskan, dan
diakhiri dengan pengiriman 2 byte CRC (dapat menggunakan
nilai FFh semua).
7. Meski pada dokumen Ulrich Radig dinyatakan
bahwa pembacaan MISO berikutnya akan menghasilkan nilai
xxx00101b (x = don’t care), namun pada AN SD Card &
FRAM – AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51,
pemeriksaan dibatasi hingga 9 x 250 kali pembacaan.
8. Pada dokumen Ulrich Radig dinyatakan bahwa
setelah pengiriman 1 byte xxx00101b, MISO akan bernilai 00h
(Busy). Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card
& FRAM – MCS-51, program akan memeriksa hingga MISO
bernilai 00h. Pemeriksaan ini dibatasi hingga 250 kali
pembacaan. Lalu program akan memeriksa hingga MISO tidak
bernilai 00h lagi. Pemeriksaan ini juga dibatasi hingga 250 kali
pembacaan.
9. Setelah MISO tidak bernilai 00h lagi, CSSD
dikembalikan ke logika High.
10. Setelah CSSD berlogika High, dilakukan pengiriman
1 byte data FFh atau 8 pulsa clock. Pada AN SD Card & FRAM
– AVR dan AN SD Card & FRAM – MCS-51, hal ini tidak
dilakukan. Sebagai gantinya, sebelum perintah INIT, READ,
atau WRITE, ditambahkan pengiriman 1 byte FFh atau 8 pulsa
clock. Pada AN SD Card & FRAM – AVR dan AN SD Card &
FRAM – MCS-51, jika SD card tidak mengirimkan 00h, maka
proses pengiriman perintah WRITE bagian pertama (hingga
penerimaan 00h) akan diulangi dari awal. Proses pengulangan
ini akan dibatasi sebanyak 250 kali.
Jadi merupakan suatu modul untuk mempermudah
antarmuka antara SD Card atau MMC dan mikrokontroller
dengan tegangan kerja +5 VDC. SD Card atau MMC dapat
digunakan sebagai memori yang dapat diganti dengan mudah
sehingga memudahkan dalam ekspansi ke kapasitas memori
yang lebih besar. Tersedia Ferroelectric Nonvolatile RAM
(FRAM) yang dapat digunakan sebagai buffer sementara dalam
mengakses SD Card atau MMC dan sebagai tempat
penyimpan data lain. Modul ini dapat digunakan antara lain
sebagai penyimpan data pada sistem absensi, sistem antrian, atau
aplikasi data logging lainnya. Gambar SD/MMC diperlihatkan
pada Gambar 2.9 berikut ini:
Gambar 2.9 SD/MMC
2.6 Tone Decoder LM 567
Tone decoder dapat digunakan untuk
merubah input sinyal dari DTMF menjadi data digital.
Biasanya tone decoder menggunakan IC tipe LM567.
Frekuensi yang akan diambil dapat kita seting sendiri dengan
merubah nilai R dan C yang telah ditetapkan sesuai dengan
datasheet. Rangkaian pendeksi sinyal ini memanfaatkan
sinyal out-putan dari DTMF kemudian akan diolah pada
mikrokontroller tentunya semua sinyal yang masuk akan di
filter untuk mengurangi noise ataupun suara yang tidak di
inginkan. [8]
Gambar konfigurasi pin IC LM 567 diperlihatkan pada Gambar
2.10 dibawah ini:
10
Gambar 2.10 konfigurasi pin IC LM 567
Kelebihan dari IC LM 567 diantara adalah :
1. Output digital dengan keluaran arus sebesar
100mA
2. Bandwidth dapat diset antara 0 – 14%
3. Mampu menahan noise yang masuk
4. Mampu menahan kerusakan sinyal
5. Kestabilan pada center frequency
6. center frequency dapat diset diatara 0,01 Hz
hingga 500 KHz.
2.7 Pemprograman Visual Basic 6.0
Visual basic merupakan sebuah bahasa
pemrograman komputer yang berjalan pada sistem operasi
Windows. Bahasa pemrograman adalah sekumpulan perintah
yang dimengerti oleh komputer untuk mengerjakan tugas-
tugas tertentu. [9]
Visual Basic selain disebut sebagai sebagai
bahasa pemrograman (Language Program), juga sering
disebut sebagai sarana (Tool) untuk menghasilkan program-
program aplikasi berbasis Windows. Secara umum ada
beberapa manfaat yang diperoleh dari pemakaian program
Visual Basic, diantaranya:
Dipakai dalam membuat program aplikasi
berbasis Windows.
Dipakai dalam membuat oyek-obyek pembantu
program, seperti fasilitas Help, kontrol ActiveX,
aplikasi Internet dan sebagainya.
Digunakan untuk menguji program (Debugging)
dan menghasilkan program akhir EXE yang
bersifat Executable, atau dapat langsung
dijalankan.
2.7.1 Tampilan Bidang Kerja Visual Basic 6.0
Bidang kerja dari Visual basic akan
ditampilkan setelah program Visual Basic
dijalankan. Gambar Tampilan Bidang Kerja Visual
Basic 6.0 diperlihatkan pada Gambar 2.11 berikut
ini:
Gambar 2.11 Tampilan Bidang Kerja Visual Basic 6.0
2.7.2 Menu Bar
Menu Bar merupakan kumpulan perintah-
perintah yang dikelompokan dalam kriteria
operasinya. Menu bar terdiri atas: File, Edit, View,
Project, Format, Debug, Run, Query, Diagram,
Tools, Add-ins, Window dan Help.
2.7.3 Toolbar
Toolbar merupakan sekumpulan tombol yang
mewakili suatu perintah tertentu pada Visual Basic.
Kehadiran tombol-tombol speed pada toolbar akan
sangat membantu dalam mempercepat akses
perintah. Tombol-tombol tersebut antara lain:
(Add Standard EXE Project), (Add Form),
(Menu Editor), (Open Object),
(Save Project) dan lain-lain.
2.7.4 Toolbox
Toolbox merupakan sebuah jendela dimana
obyek atau kontrol ditempatkan yang dibutuhkan
untuk membentuk suatu program, dengan cara
dipasang pada form. Didalam toolbox terdapat
beberapa tombol antara lain: (Pointer),
(Picture Box), (Label), (Text
Box), (Command Button) dan lain
sebagainya.
2.7.5 Form Window
Form Window merupakan area kerja dimana
anda akan merancang suatu program aplikasi Visual
Basic. Pada jendela form ini anda bisa meletakkan
P
P
11
kontrol (obyek) seperti command button, textbox,
label, checkbox, dan lain-lain. Ukuran dari jendela
form pada mulanya kecil namun bisa diubah sesuai
dengan kebutuhan.
2.7.6 Properties Window
Window ini berisi semua informasi mengenai
kontrol (obyek) yang dibuat, dan bertugas
menyiapkan segala properti dari kontrol yang
diperlukan dalam perancangan user interface
maupun pemrograman.
Gambar 2.12 berikut merupakan Gambar dari
tampilan properties window:
Gambar 2.12 Properties Window
Pada bagian paling atas dari jendela properties
terdapat kotak yang menunjukan nama obyek yang
sedang aktif. Suatu obyek terpilih baik dengan
melakukan klik langsung pada obyek di form atau
klik nama obyek yang ada di atas jendela properties.
Pada jendela ini terdapat dua tab yang menampilkan
properti dalam dua cara, yaitu:
Alphabetic
Merupakan pilihan default, dimana tampilan
properti diurutkan berdasarkan namanya
sesuai abjad.
Catagorized
Tampilan dari properti diurutkan
berdasarkan fungsinya.
Ada tiga cara untuk menampilkan jendela properties
ini, yaitu:
Klik menu View, pilih Properties Window
Klik Properties pada Standard toolbar
Tekan tombol kunci F4 pada keyboard
BAB III
METODOLOGI
Dalam penyusunan dan pengerjaan Project Work ini
diperlukan suatu metode atau urutan pekerjaan yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut,
hal tersebut dimaksudkan agar Project Work ini dapat tercapai
tujuannya secara maksimal dengan waktu yang telah ditentukan.
Oleh karena itu rencana langkah-langkah yang sekiranya dapat
memaksimalkan dalam pelaksanan pengerjaan Project Work ini.
Proses pelaksanaan kerja tersebut meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
3.1 Menentukan Judul
Dalam langkah ini merupakan suatu hal yang penting
sebelum kita melangkah ke hal yang lainnya untuk pengerjaan
suatu proyek, untuk mendapatkan judul ini kita harus sesuaikan
kemampuan kita serta fasilitas yang sudah tersedia seperti
laboratorium mikroprosessor yang sudah ada.
3.2 Studi Perpustakaan
Studi perpustakaan merupakan suatu metode untuk
mendapatkan data-data, referensi yang sekiranya dapat dijadikan
topik sebuah judul Project Work dan penunjang dasar teori
pembuatan Project Work, serta untuk mendapatkan referensi
tentang spesifikasi, cara kerja dan penanganan masalah dari
peralatan yang akan kita gunakan dalam pengerjaan Project Work.
3.3 Akses Internet
Akses internet merupakan suatu langkah pencarian
data yang akurat dan terbaru untuk mencari data informasi terbaru
yang berhubungan erat dengan pengerjaan Project Work
3.4 Perencanaan
Perencanaan alat yang akan dibuat dengan mengunakan
teori-teori penunjang yang ada sesuai dengan permasalahannya,
serta data-data yang akurat. Perangkat keras (Hardware) yang
didesain seefisien mungkin serta rangkaian mikrokontroller
sebagai penyalur data dengan menggunakan perangkat lunak
(Software).
3.5 Pembuatan
Pembuatan alat sesuai dengan perencanaan yang telah
dilakukan berdasarkan teori–teori penunjang yang telah didapatkan
sebelumnya, serta pengambilan data–data yang diperlukan untuk
referensi dan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Dalam
12
Mulai
Identifikasi
Konsultasi
Studi Perpustakaan
Studi Internet
Studi Lapangan
Observasi
Disetujui
Penyusunan Laporan
Perencanaan
Pembuatan Alat
Pengujian Alat
Selesai
Ya
Tidak
pembuatannya menggunakan program Visual Basic sebagai
pembuat aplikasi
3.5 Analisa dan Penulisan Naskah
Analisa terhadap peralatan yang telah dibuat dan
pembuatan laporan dari kinerja alat yang telah dibuat.
Untuk mengetahui bagaimana proses pengerjaan Project
Work dapat dilihat pada flow chart. Dengan mengetahui flow chart
maka proses pengerjaan Project Work akan cepat selesai karena
flow chart merupakan kunci pokok dalam pengerjaan Project
Work.
Flowchart proses pengerjaan Project Work diperlihatkan pada
Gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1 Flow Chart Proses Pengerjaan Project Work
Adapun untuk mengetahui bagaimana proses perjalanan
sistem tersebut dapat dilihat pada blok diagram perjalanan sistem.
blok diagram sistem terdiri atas perpaduan hardware dan software.
Pada blok diagram juga merupakan tahap-tahap dari cara kerja alat
dan sebagai jalur alat.
BAB IV
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT
Proses pada bab ini akan dijelaskan mengenai
perencanaan dan pembuatan alat monitoring pemakaian telepon
dengan menggunakan Multi Media Card (SD/MMC) sebagai
media penyimpan data. Pada perancangan alat ini dibagi menjadi
dua bagian yang terdiri atas perancangan piranti keras dan
perancangan piranti lunak yang mendukung sistem kerja alat ini.
Perencanaan dan pembuatan alat meliputi 5 hal yaitu:
1. Perancangan Lay Out sistem pada alat.
2. Perencanaan dan pembuatan piranti keras (hardware),
yang meliputi
rangkaian elektronika dan rangkaian kontrol.
3. Perencanaan dan pembuatan piranti lunak (software),
yang meliputi
flowchart dan program.
4. Penggabungan antara hardware dan software.
5. Penggabungan semua unit menjadi sebuah sistem alat
yang terpadu.
4.1 Perancangan Lay Out sistem pada Alat
Skema Perancangan Alat Monitoring Pemakaian
Telepon Menggunakan SD/MMC Sebagai Media Penyimpan Data
diperlihatkan Gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1 Skema Perancangan Alat Monitoring Pemakaian
Telepon Menggunakan SD/MMC Sebagai Penyimpan Data
Keterangan Gambar :
1. TELEPON
Telepon yang dimonitoring adalah telepon rumah, jadi
telepon ini bukan termasuk alat yang di buat tetapi alat untuk
komunikasi yang mana nanti nomor panggilan keluarnya tersimpan
didalam alat yang di buat (modul MMC).
2. MIKROKONTROLLER
IC mikrokontroler ATmega16 yang digunakan
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda antara lain :
Pertama mengontrol pengiriman
dan penerimaan data yang
diperlukan, misalkan untuk
menampilkan data ke dalam LCD
monitoring, mengirim data ke
dalam SD/MMC dengan
menerima sinyal DTMF dari
telepon, melalui MT8888
mengirimkan data ke relay, serta
13
Central Telephon
DTMF
KEYPAD TELEPON
LM567 RTC
Atmega16
MODUL SD-MMCLCDMONITOR
Push Button
No Telp Detik Menit jam
untuk mengambil data berupa
jam durasi dari RTC.
Untuk proses kedua fungsinya
untuk membaca data yang ada
dalam SD/MMC ke PC secara
serial dan data yang ada di PC
tersebut dapat diprint-out untuk
mengetahui pemakaian telepon.
Memproteksi nomer tertentu
untuk memutuskan antara jalur
telkom dengan telepon dan
memerintahkan kembali untuk
penyambungan kembali
3. DTMF (Dual Tone Multi Frekuensi)
Berfungsi sebagai antarmuka (interface) antara jalur
telkom dan pesawat telepon dengan Minimum System. Dengan
adanya DTMF maka Mikrokontroler dapat mengetahui adanya
kondisi yang terjadi pada jalur telkom, mengirimkan sinyal-sinyal
(Pulse ataupun DTMF).
4. SD/MMC (Multi Media Card)
Untuk menyimpan data-data selama proses berlangsung
dan data tersebut tetap tersimpan meskipun power supply tidak
aktif (off). Untuk alat ini SD/MMC dapat di lepas untuk
difungsikan ke dalam modul yang ke dua.Digunakan untuk
membaca data dalam SD/MMC ke PC. Type dari SD/MMC yang
digunakan adalah V-Geen dengan kapasitas 512 Mb.
5. LCD
Fungsinya untuk menampilkan nomor yang keluar pada
telepon dan dapat menampilkan perintah stop ketika nomer yang
ditekan melebihi dari 10, apabila nomer yang ditekan tidak
diijinkan untuk melakukan aktifasi telepon keluar maka LCD akan
menampilkan (memberitahukan) Nomer tidak valid .
6. RELAY
Fungsi dari relay ini digunakan untuk memutus dan
menghubungkan antara pusat telkom dengan pesawat telepon.
7. RTC ( Real Time Clock )
Komponen berupa IC yang fungsinya untuk mengatur
waktu start pembicaraan sampai akhir pembicaraan dan digunakan
untuk informasi waktu saat itu. Yang kita gunakan dalam alat ini
adalah DS 1302. Kita menggunakan RTC karena apabila kita
hanya menggunakan mikrokontroler ATmega16, apabila ada
tegangan yang terputus dari power supply maka waktu
pembicaraan akan kembali ke setting awal, tidak sesuai dengan
lama pembicaraan.
8. RS 232
RS 232 yaitu sistem komunikasi dua arah yang
menggunakan sistem pengiriman paket data yang biasa disebut
protokol. Untuk rangkaian elektroniknya menggunakan IC MAX
232 yang didukung oleh perangkat elektronika yang lain. Sehingga
dapat digunakan sebagai komunikasi serial dengan komputer.
9. KOMPUTER
Fungsi dari komputer sebagai media pelengkap untuk
menampilkan isi data-data pemakaian telepon dari SD/MMC dan
dapat di print out.
Gambar perencanaan flow chart untuk program komponen
diperlihatkan pada Gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Perencanaan Flow chart Untuk
Program Komponen
Gambar perencanaan flow chart untuk Program Keseluruhan
diperlihatkan pada Gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Perencanaan Flow Chart Untuk Program
Keseluruhan
4.2 Perencanaan dan Pembuatan Perangkat Keras
(Hardware)
Dalam perencanaan dan pembuatan perangkat keras
(hardware) dapat
dipisahkan menjadi beberapa bagian antara lain :
Central Telephon
DTMF
KEYPAD TELEPON
LM567 RTC
Atmega16
MODUL SD-MMCLCDMONITOR
Push Button
14
1. Rangkaian sistem minimum Mikrokontroller
Atmega16.
2. Rangkaian memory menggunakan SD/MMC.
3. Rangkaian display LCD.
4. Rangkaian DTMF.
6 Rangkaian RTC ( Real Time Clock ) menggunakan
IC DS1302.
7 Rangkaian Serial RS 232.
8. Rangkaian Push Button.
4.2.1 Sistem Minimum Mikrokontroller Atmega16
Gambar Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler Atmega16
diperlihatkan pada Gambar 4.4 berikut ini:
Gambar 4.4 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroller
Atmega16
Rangkaian minimum adalah sebuah rangkaian yang
terdiri dari sedikit komponen yang sudah dapat berjalan atau
bekerja. Rangkaian minimum dari Mikrokontroler Atmega16 dan
Atmega32 dapat dilihat pada gambar 4.3, rangkaian ini terdiri dari
3 buah kapasitor, 2 buah IC Mikrokontroler, dan 1 buah resistor, 1
buah kristal/extal. Dengan rangkaian yang begitu sederhana ini
dapat dibuat bermacam-macam alat dengan menambahkan sedikit
komponen tambahan lainnya. Dari rangkaian tersebut yang
berpengaruh terhadap kecepatan proses menjalankan program
adalah kristal. Mikrokontroler digunakan untuk mengatur dan
mengontrol sistem kerja alat yang akan dibuat. Pada perancangan
ini rangkaian input dan output tersebut diatas dihubungkan dengan
port paralel mikrokontroller.
4.2.2 Rangkaian Memory Menggunakan SD/MMC
Gambar rangkaian modul SD/MMC diperlihatkan pada Gambar
4.5 berikut ini:
Gambar 4.5 Rangkaian Modul SD/MMC
Rangkaian modul SD/MMC merupakan suatu modul
untuk mempermudah antarmuka antara SD Card/MMC dan
mikrokontroller dengan tegangan kerja +5 VDC. SD Card/MMC
dapat digunakan sebagai memori yang dapat diganti dengan mudah
sehingga memudahkan dalam ekspansi ke kapasitas memori yang
lebih besar. Tersedia Ferroelectric Nonvolatile RAM (FRAM)
yang dapat digunakan sebagai buffer sementara dalam mengakses
SD Card/MMC atau sebagai tempat penyimpan data lain. Modul
ini dapat digunakan antara lain sebagai penyimpan data pada
sistem absensi, sistem antrian, atau aplikasi data logging lainnya.
Spesifikasi Rangkaian Modul SD/MMC sebagai berikut:
1. Tegangan supply +5 VDC.
2. Jenis kartu yang didukung: SD Card dan MMC.
3. Antarmuka SD Card dan MMC dengan
mikrokontroler secara SPI.
4. Tersedia 2 KByte Ferroelectric Nonvolatile RAM
FM24C16.
5. Antarmuka FRAM dengan mikrokontroler secara
Two-Wire Interface.
4.2.3 Rangkaian LCD
Gambar rangkaian LCD diperlihatkan pada Gambar 4.6 berikut ini:
Gambar 4.6 Rangkaian LCD
Modul LCD Character dapat dengan mudah
dihubungkan dengan mikrokontroller. LCD ini mempunyai lebar
display 2 baris 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD
Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang difinisikan display
karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW:
1. Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan
untuk memberitahu LCD bahwaanda sedang
mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke
LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika
low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan
RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN
dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu
tertentu ( sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut)
dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi.
2. Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS
berlogika low “0”, data akan dianggap sebagi sebuah
15
perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen,
posisi kursor). Ketika RS berlogika high “1”, data yang
dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada
display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan
huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diset logika
high “1
3. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika
RW berlogika low “0”, maka informasi pada bus data
akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika
high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan
memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin
RW selalu diberi logika low “0”.
Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur (
bergantung pada mode operasi yang dipilih oleh user ).
Pada kasus bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0
s/d DB7.
4.2.4 Rangkaian DTMF
Gambar rangkaian DTMF diperlihatkan pada Gambar 4.7 berikut
ini:
Gambar 4.7 Rangkaian DTMF
Pada kondisi handle (tidak aktif) jalur telkom berada
pada tegangan DC antara 24 Volt hingga 60 Volt atau tipikalnya
adalah 48 Volt atau –48 Volt terhadap ground bumi.
Tegangan tersebut akan turun menjadi 6 – 12 Volt DC
pada saat gagang telepon dijalur tersebut diangkat (Off Hook).
Penurunan tegangan ini disebabkan karena adanya impedansi
sebesar 600 ohm di dalam pesawat telepon yang terjadi saat Off
Hook. Pada saat kondisi On Hook, maka tegangan akan kembali
menjadi 48 Volt karena impedansi 600 ohm terlepas dari jalur
telkom. Impedansi tersebut dapat berupa transformer seperti yang
tampak pada modem atau resistor sebesar 600 ohm. Lebih jelasnya
diperlihatkan Tabel 4.1 berikut ini:
4.2.5 Rangkaian RTC Menggunakan IC DS 1302
Gambar rangkaian RTC IC DS 1302 diperlihatkan pada Gambar
4.8 berikut ini:
Gambar 4.8 Rangkaian RTC IC DS 1302
RTC adalah Real Time Clock dengan menggunakan IC
DS1302 sebagai RTC. Berfungsi sebagai kalender dan jam
elektronik di mana perhitungan hari, tanggal, bulan, tahun, jam,
menit dan detik tersimpan di memori dengan alamat-alamat
tertentu, plus alarm yang dapat diprogram keaktifannya Sistem
perhitungan waktu dan kalender pada RTC berjalan secara
otomatis dan kontinyu walaupun power supply dimatikan. Pada
pemakaiannya, RTC biasa dihubungkan ke mikrokontroler atau
mikroprosesor di mana mikrokontroller mikroprosesor tersebut
hanya perlu melakukan setting mode RTC
4.2.6 Rangkaian Serial RS 232
Gambar rangkaian RS 232 diperlihatkan pada Gambar 4.9 berikut
ini:
Gambar 4.9 Rangkaian RS 232
Rangkaian RS 232 adalah rangkaian interface antara PC
dengan Mikrokontroller melakukan komunikasi dua arah yang
menggunakan IC MAX 232 yang didukung oleh perangkat
elektronika yang lain. Sehingga dapat digunakan sebagai
komunikasi serial dengan komputer.
4.2.7 Rangkaian Push Button dan Power Supply
Gambar rangkaian push button diperlihatkan pada Gambar 4.10
berikut ini:
Gambar 4.10 Rangkaian Push Button
16
Push button yang digunakan dalam rangkaian ini
digunakan untuk mereset atau menyambungkan kembali antara
jalur telkom dengan pesawat telepon agar bisa melakukan aktifasi
keluar. Rangkaian push button terdiri 4 buah saklar yang akan di
hubungkan ke mikrokontroler.
. Gambar rangkaian power supply diperlihatkan pada Gambar 4.11
berikut ini:
Gambar 4.11 Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply terdiri dari beberapa
komponen elektronika diantaranya adalah Dioda yang akan
menyearahkan arus dan tegangan dari trafo kemudian akan
diterima oleh IC 7805 yang akan menyestabilkan tegangan dari
dioda sebesar 5 Volt dan diperkuat oleh transistor selanjutnya di
filter oleh capasitor elektronik.
4.3 Perencanaan dan Pembuatan Piranti Lunak (Software)
Proses perencanaan dan pembuatan piranti lunak,
program yang di pergunakan adalah program Visual Basic.
Dimana dalam pembuatan program tersebut untuk membaca serta
mencetak data yang berupa nomor panggilan keluar yang
tersimpan dalam SD/MMC. Yang mana akan ditampilkan ke
dalam komputer, kemudian hasil data-data tersebut dapat diprint
out melalui printer yang telah terinstall.
Adapun dalam pembuatan software ini dibuat semudah
mungkin, agar dalam pengoperasian program ini pengguna dapat
langsung mengoperasikan. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan
flowchart cara kerja dari program tersebut, berserta tampilan-
tampilannya.
Gambar flow chart cara kerja VB diperlihatkan pada Gambar 4.12
berikut ini:
Gambar 4.12 Flowchart Cara Kerja VB
Gambar 4.12 flowchart diatas menunjukan garis besar
kinerja dari software VB. Adapun listing program untuk software
VB ditunjukan pada lampiran 2 . tombol run pada VB ditekan
maka program akan jalan kemudian command panggil data diklik
maka data yang ada di SD/MMC akan muncul. Seperti Gambar
Tampilan monitoring pemakaian telepon tersimpan di SD/MMC
diperlihatkan pada Gambar 4.13 berikut ini:
Gambar 4.13 Tampilan monitoring pemakaian
telepon tersimpan di SD/MMC
BAB V
PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
Pada proses bab ini akan menjelaskan tentang kinerja
alat Project Work melalui proses pengujian dan pengukuran,agar
mendapatkan analisa yang kita inginkan,sehingga apakah alat yang
kita buat sesuai dengan apa yang kita rencanakan.
Berikut ini alat-alat yang ingin kita uji hasilnya:
1. Pengujian terhadap Modul MT 8888 sebagai DTMF
2. Pengujian terhadap LM 567 sebagai Tone Decoder
(Call Progres)
3. Pengujian terhadap Microkontroller Atmega16
4. Pengujian terhadap RTC DS1302
5. Pengujian terhadap SD/MMC
6. Pengujian terhadap Software VB.
5.1 Pengujian Terhadap MT8888 sebagai DTMF
DF-88 adalah sebuah modul yang berfungsi sebagai
antar muka (interfacing) antara jalur telkom dan pesawat telephone
dengan mikrokontroler. Dengan adanya DF-88 maka
mikrokontroler dapat mengetahui adanya kondisi yang terjadi pada
jalur telkom, mengirimkan sinyal-sinyal (Pulse ataupun DTMF)
dan memutus sambungkan jalur tersebut dengan pesawat
telephone. Rangkaian DTMF diperlihatkan pada Gambar 5.1
berikut ini:
START
Manggil Data
Data Muncul
END
Print
Yes
No
17
Gambar 5.1 Rangkaian DTMF
Cara kerja dari DTMF adalah dengan mengirim
gabungan dua buah sinyal dengan frekuensi tertentu yaitu sinyal
kelompok frekuensi tinggi (high group) dan kelompok frekuensi
rendah (low group). Bila salah satu tone DTMF ditekan maka akan
mengirim dua frekuensi menurut ketentuan yang ada dari telepon
yang satu ke telepon yang lain. Karena dekoder DTMF merupakan
rangkaian yang dapat merespon kode – kode sinyal DTMF
kebentuk sinyal yang diinginkan yaitu sinyal digital, dekoder ini
menggunakan teknik counter digital untuk mendeteksi nada DTMF
menjadi dekoder 4 digit.
Pengujian DTMF dilakukan pada IC MT8888.
pendeteksian dilakukan dengan cara mengukur tegangan yaitu
dengan mengetes pin D0, D1, D2, dan D3 pada IC dengan nomor
kaki 14 untuk D0, nomor kaki 15 untuk D1, nomor kaki 16 untuk
D2, nomor kaki 17 untuk D3. Tabel pengujian yang Diperoleh Dari
Pengujian Pin D0, D1, D2, D3 diperlihatkan pada Tabel 5.1
berikut ini
Tabel 5.1 Data Yang Diperoleh Dari Pengujian Pin
D0, D1, D2, D3
Selain dilakukan pengetesan pada pin RSO dan R/W
yaitu pin yang fungsinya untuk melihat apakah data DTMF itu
sudah diterima dan dikirim oleh MT8888 diperlihatkan pada Tabel
5.2 berikut ini
Tabel 5.2 Data Yang di Peroleh dari Pengujian Pin
RSO dan RW
Register Data diakses dengan membaca atau menulis
dari atau ke alamat IC MT8888 dengan kondisi RSO = 0. Apabila
mikrokontroler mengirimkan data ke register ini, maka MT8888
yang sudah di inisial melalui register-register kontrolnya sebagai
Mode DTMF dengan bit TOUT aktif akan langsung mengirimkan
sinyal DTMF berdasarkan data-data biner yang dikirimkan oleh
mikrokontroler. Sebaliknya, apabila IC MT8888 mendeteksi sinyal
DTMF pada inputnya, maka IC MT8888 akan mengubahnya
menjadi data biner dan tersimpan dalam register ini. Data akan
dikirimkan ke mikrokontroler setelah ada perintah membaca dari
mikrokontroler.
5.2 Pengujian Terhadap LM 567 Sebagai Tone Decoder (Call
Progress)
Rangkaian Tone Decoder diperlihatkan pada Gambar 5.2 berikut
ini:
Gambar 5.2 Rangkaian
Tone Decoder
Rumus frekuensi
425= 1 / 1.1 R 1C1
Diket: 425 Hz = 1 / 1.1 R 1 3.3 10
C1=3.3 nf 425 Hz=1 x 1000 / 1.1 R 13.3
C2=5.0 nf 425 Hz = 1 x 1000 / 3.63 R 1
C3=2 nf 425 = 275 x R 1
C4=0,1 nf R 1 = 425 / 275
RL=4.7 k R 1 = 1545 ohm
R 1 = 1K5 ohm
Pengujian yang kita lakukan menggunakan gelombang
sinus dengan bantuan Function Generator sebagai inputan
frekuensi 425 dan Osiloscope sebagai out putan yang dapat
mengetahui respon gelombang.
Gambar diatas menunjukan respon out-putan rangkaian
tone-decoder dengan inputan frekuensi dari 392 Hz – 455 Hz
lampu indicator (out-put) akan menyala
18
berlogika 1. Kalau dibawah 392 Hz, dan diatas 455 Hz out-put
(indicator) mati berlogika 0. Maka rangkaian Tone decoder ini
mempunyai Band-with dari 392 Hz-455 Hz out-putan akan
merespon selain frekuensi tersebut diabaikan oleh rangakain tone
decoder.
Setelah melakukan pengukuran dengan menggunakan
oscilloscope mengetahui respon out-putan sinyal. pada aplikasinya
rangkaian tone decoder tidak bekerja secara maksimal karena
sinyal dari DTMF terbebani oleh rangkaian tone decoder sehingga
hanya bisa menditeksi nada sambung dan nada sibuk sedangkan
nada tunggu tidak dapat terditeksi.
Untuk membangun perangkat-perangkat elektronik
yang dapat berhubungan dengan saluran telepon maka terlebih
dahulu harus diketahui kondisi-kondisi ataupun sinyal-sinyal yang
terjadi pada saluran telepon yang terjadi pada saat:
5.2.1 Melakukan Panggilan
Pada saat ini kondisi atau sinyal-sinyal yang terjadi
pada saluran telepon adalah sebagai berikut :
o Kondisi Off Hook, saat handset telepon diangkat.
Tegangan +/- -48VDC akan turunmenjadi 9-12VDC karena
saluran telepon mendapat beban +/- 600 ohm pada saat itu. Sinyal
Tone, frekwensi 425 Hz dengan level DC 9-12 V yang terdengar
dan menunjukkan bahwa pesawat telepon telah terhubung dengan
saluran telepon. Gambar siinyal tone diperlihatkan pada Gambar
5.7 berikut ini;
Gambar 5.7 Sinyal Tone
o Sinyal DTMF (Dual Tone Multi Frequency), yang
terjadi saat pengguna telepon menekan nomor telepon tujuan.
Sinyal ini berupa gabungan dua buah frekwensi dengan kombinasi
sesuai tabel. Gambar sinyal DTMF diperlihatkan pada Gambar 5.8
berikut ini
Gambar 5.8 Sinyal DTMF
5.2.2 Call progress
Call Progress atau nada panggil adalah sinyal yang
digunakan untuk mendeteksi status panggilan yaitu berupa nada
sambung atau nada sibuk. Sinyal ini berupa sinus sebesar +/- 425
Hz yang muncul selama ½ detik dengan interval ½ detik sebagai
status nada sibuk dan sinus +/- 425 Hz yang muncul selama 2 detik
dengan interval antara 3 – 4 detik sebagai nada sambung. Interval
nada sambung pada telepon pemanggil sama dengan interval sinyal
dering pada pesawat telepon yang dipanggil. Gambar sinyal nada
panggil diperlihatkan pada Gambar 5.9 berikut ini.
Gambar 5.9 Sinyal Nada Panggil (Sambung)
Gambar sinyal nada sibuk diperlihatkan pada Gambar 5.10 berikut
ini
Gambar 5.10 Sinyal Nada Sibuk
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa pada sebagai
call progress maka, sinyal inputan dari sinyal nada sambung dan
sinyal nada sibuk. Yang berupa sinyal sinus dengan frekwensi 425
Hz tadi, Oleh LM 567 dirubah ke dalam bentuk gelombang kotak –
kotak dengan frekwensi dan perode yang sama Untuk lebih
jelasnya perhatikan Gambar 5.11 dan Gambar 5.12 berikut ini.
Gambar 5.11 Sinyal kotak – kotak nada sambung
19
Gambar 5.12 Sinyal Kotak – Kotak Nada Sibuk
5.3 Pengujian Terhadap Mikrokontroler ATmega16
Pengujian mikrokontroler ATmega16 dilakukan dengan
menuliskan program sederhana yang berfungsi untuk membaca
dan mengeluarkan kode – kode tertentu secara langsung ke port –
port input atau output mikrokontroller.
5.4 Pengujian Terhadap Real Time Clock (RTC)
Pengujian RTC dalam alat hanya menggunakan
beberapa alamat yang di pakai dalam alat. Dalam RTC sudah
tersedia banyak alamat yang untuk mempermudah dalam
mengaksesnya. Tapi dalam alat ini hanya memakai alamat menit,
jam dan detik diperlihatkan pada Tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Alamat RTC Yang Digunakan
Dalam pengujiannya RTC ini hanya mencantumkan
Durasi, karena dalam alat ini fungsi dari RTC adalah untuk
memberikan informasi menentukan lama waktu pembicaraan
dalam telephon (durasi).Untuk lebih jelasnya dapat perhatikan
Gambar 5.13 dibawah ini.
Gambar.5.13 Tampilan Durasi (Waktu)
Untuk proses menjadi seperti tampilan diatas data yang
dikirimkan harus mengalami proses perubahan data dari hexa ke
desimal. Data di atas dapat kita analisa dengan menjabarkan setiap
angka pada alamat yang ada dalam RTC. Lebih jelasnya dapat
dilihat Tabel 5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4 Analisa Data Ke Alamat RTC
Data di atas adalah hasil tes sederhana yang digunakan
untuk mengetahui apakah RTC pada alat ini bekerja atau tidak.
Apabila data di atas berjalan sesuai dengan prosedur alat ini maka
RTC sudah dianggap berhasil.
5.5 Pengujian Terhadap SD/MMC
Pengujian SD/MMC dapat dilakukan dengan mengisi
data ke dalam SD/MMC Jadi fungsi dari SD/MMC ini menjaga
agar data yang ada di dalamnya tidak hilang apabila terjadi
pemutusan sumber tegangan. Fungsi dari masing-masing Pin pada
SD-MMC Card dapat dilihat Tabel 5.5 di bawah ini.
Tabel 5.5 Analisa Data fungsi pin modul SD-MMC
Adapun data yang bisa kita ambil untuk pengujian
komponen ini sebagai analisa. Untuk lebih jelasnya dapat lihat
Gambar 5.14 di bawah ini :
Gambar 5.14 Tampilan Data dari SD/MMC di LCD
Tampilan di atas menunjukkan isi yang ada di
SD/MMC melalui LCD yang di
20
gunakan berukuran 2 X 16 maka yang tampil pada layar hanya ada
dua baris dan batas
digit yang ada hanya sampai 16.
Dengan demikian SD/MMC dapat digunakan sebagai
memori yang dapat diganti dengan mudah sehingga memudahkan
dalam ekspansi ke kapasitas memori yang lebih besar. Tersedia
Ferroelectric Nonvolatile RAM (FRAM) yang dapat digunakan
sebagai buffer sementara dalam mengakses SD Card (atau MMC)
atau sebagai tempat penyimpan data lain. Modul ini dapat
digunakan antara lain sebagai penyimpan data pada sistem absensi,
sistem antrian, atau aplikasi data logging lainnya.
5.6 Pengujian terhadap Alat (Sistem)
Pengujian terhadap alat (sistem) pada saat alat
terhubung dengan power Supply
dengan tidak terhubung dengan power supply. Hasil pengujian
terhadap alat (sistem) dapat dilihat Tabel 5.6 di bawah ini.
5.7 Pengujian terhadap Perangkat Lunak (Software)
Pengujian terhadap software dilakukan dengan cara
melakukan serial antara PC dengan alat. Pengujian ini meliputi:
merunning program, meminta data dari alat secara langsung,
kemudian yang terakhir mencetak atau print out. Adapun langkah-
langkah dalam pengujian program tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.15 merupakan Tampilan monitoring pemakaian telepon
tersimpan di SD/MMC::
Gambar 5.15 Tampilan monitoring pemakaian telepon
tersimpan di SD/MMC
Tampilan diatas merupakan hasil akhir dari data yaitu
berupa data yang telah diprint out diatas lembar kertas, data
tersebut diatas yang digunakan oleh pelanggan sebagai data atau
bukti nomor – nomor yang telah keluar, sebelum pihak pelanggan
melakukan komplain keperusahaan yang melayani jasa
telekomunikasi apabila ada tagihan rekening telepon yang melebihi
batas normal.
BAB VI
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari beberapa tahap mulai proses pengerjaan dalam
Project Work ini dari awal sampai akhir dapat disimpulkan antara
lain:
1. Setiap menekan keypad telepon maka akan
muncul angka pada LCD karena DTMF
sebagai pengkodean data biner sehingga
dapat dilihat oleh indera dengan bantuan
mikrokontroler menjadi data desimal (angka
0 s/d 9).
2. Data yang tersimpan di SD/MMC
merupakan data desimal yang berupa angka
0 s/d 9 digunakan untuk memberikan
informasi pada saat diperlukan.
3. Untuk mendapatkan validasi durasi
pemakaian telepon menggunakan Push
Button, dari data percobaan paling lama 13
detik dan paling cepat 3 detik
4. Alat ini bisa digunakan dan menampilkan
pada display monitor mengenai nomor
telepon tujuan, tanggal-bulan-tahun, durasi
waktu pembicaraan yang bisa dicetak
melalui printer.
5. Dan tentunya alat ini sangat baik digunakan
untuk para pengguna telepon dalam
memonitoring nomor-nomor telepon yang
melakukan aktifasi panggilan keluar karena
alat ini bisa menyimpan data 1 GB
5.2 SARAN
Berdasarkan kesulitan yang telah di temui dalam proses
perencanaan dan pembuatan alat, dan pada waktu analisa serta
pengujian cara kerja alat ini, maka didapatkan beberapa saran
untuk kedepannya yang lebih baik, antara lain :
1. Alat ini hanya bisa memonitoring yang bersifat
panggilan keluar, seperti nomer telepon dan
durasi. Diharapkan kedepannya mengenali
nomer panggilan masuk sehingga dapat
memblokir nomer masuk tertentu.
2. Alat ini menggunakan push button untuk
memulai penghitungan durasi diharapkan
kedepannya untuk bisa menggunakan tone
decoder (LM567)
21
3. Dalam melakukan pengujian dan pengukuran
terutama pada rangkaian tone-decoder dan
DTMF diharapkan menggunakan osciloscope
dan function generator karena dapat
mengetahui kerja atau tidaknya rangkaian
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] SuhatanIr,SnojiShigeki.2004.Buku Pegangan Teknik
Telekomunikasi .Jakarta: Pradnya Paramita
[2] Dadang Kuswoyo.2008. Perancangan Dan Pembuatan
Sistem Pengaman Berbasis MCS-51 Untuk Mencegah
Pencurian Modul Perangkat Remote Terminal Pada
Jaringan Fiber Optik IT TELKOM. Bandung
[3] Haryono, Surmayono. 2006. Project Work Pembuatan