Top Banner

of 24

Makalah Post Op Amputasi Fix

Oct 09, 2015

Download

Documents

Askep Post Op Amputasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKALAH

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OP AMPUTASIGuna untuk memenuhi tugas Sistem MuskuloskeletalDosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns

Disusun oleh :Octavia Nur Aini Wahyudi(010112a076)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSTIKES NGUDI WALUYOUNGARAN2014BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini diebut dengan amputasi. Menurut Crenshaw, dalam Vitriana (2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui, tapi menurut Vitriana (2002) di Amerika Serikat terjadi 43.000kasus per tahun dari jumlah penduduk 280.562.489 jiwa atau sekitar 0,02%, sedangkan dalam Raichle et al. (2009) disebutkan bahwa terjadi kasus amputasi sekitar 158.000per tahun dari jumlah penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi di Amerika Serikat, baik secara jumlah, maupun secara persentase dari jumlah penduduk.B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum : Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan post amputasi. 2. Tujuan khusus :Mahasiswa dapat menjelaskan :1. Pengertian dari amputasi.2. Etiologi dari amputasi .3. Metode dari amputasi.4. Jenis-jenis dari amputasi.5. Tingkatan dari amputasi.6. Penatalaksaan yang diberikan pada amputasi.

BAB IIPEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR TEORIA. PengertianAmputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan pancung.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

B. EtiologiTindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.6. Deformitas organ.

C. Metode AmputasiDilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :

1. Metode terbuka (guillotine amputasi).Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.2. Metode tertutup (flap amputasi)Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi.

D. Jenis AmputasiBerdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :1. Amputasi selektif/terencanaAmputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.2. Amputasi akibat traumaMerupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.3. Amputasi daruratKegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :1) Amputasi terbuka2) Amputasi tertutup.Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

E. Tingkatan Amputasi1. Ekstremitas atasAmputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.2. Ekstremitas bawahAmputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :

a) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.b) Amputasi diatas lututAmputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.3. Nekrosis Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.4. KontrakturKontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.5. NeuromaTerjadi pada ujung-ujung sarafyang dipotong terlalu rendah sehingga melengketdengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.6. Phantom sensationHampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

F. Penatalaksanaan MedisAmputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :1. Rigid dressing, dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol.Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

2. Soft dressing,yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkanG. Dampak Masalah Terhadap Sistem TubuhAdapun pengaruhnya meliputi :1. Kecepatan metabolismeJika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitAdanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.3. Sistem respirasia. Penurunan kapasitas paruPada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.b. Perubahan perfusi setempatDalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.c. Mekanisme batuk tidak efektifAkibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.4. Sistem Kardiovaskulera. Peningkatan denyut nadiTerjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.b. Penurunan cardiac reserveDibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.c. Orthostatik HipotensiPada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.5. Sistem Muskuloskeletala. Penurunan kekuatan ototDengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.b. Atropi ototKarena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.c. Kontraktur sendiKombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.d. OsteoporosisTerjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.6. Sistem Pencernaana. AnoreksiaAkibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.b. KonstipasiMeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.7. Sistem perkemihanDalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :a. Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.b. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.

8. Sistem integumenTirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

H. Managemen KeperawatanKegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.A. Pre OperatifPada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.1) Pengkajian Riwayat KesehatanPerawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

2) Pengkajian FisikPengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUHKEGIATAN

Integumen :Kulit secara umum.Lokasi amputasiMengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :Cardiac reservePembuluh darahMengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem UrinariMengkaji jumlah urine 24 jam.Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolitMengkaji tingkat hidrasi.Memonitor intake dan output cairan.

Sistem NeurologisMengkaji tingkat kesadaran klien.Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem MukuloskeletalMengkaji kemampuan otot kontralateral.

3) Pengkajian Psikologis, Sosial, SpiritualDisamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.

4) LaboratorikTindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.

B. Intra OperatifPada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif. Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.C. Post OperatifPada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah. Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.Perawat bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien. Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa tidak sehat akal karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajiana. Kaji nyeri (sensai phantom limb).b. Kaji vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).c. Kaji tipe balutan dan plester penekan.d. Kaji jumlah perdarahan, warna pada drainage, ada atau tidaknya drainage.e. Kaji posisi stump.f. Kaji infeksi jaringan, kontraktur dan deformitas abduksi.

B. Diagnosa KeperawatanAdapun diagnosa keperawatan menurut (Marilynn E Doeges) adalah sebagai berikut :1. Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain.2. Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh.3. Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.4. Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik) prosedur invasif; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status nutrisi.5. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa keseimbangan.6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.

C. Perencanaan KeperawatanDiagnosa Keperawatan I :1. Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan faktor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain.Tujuan : Menerima situasi dengan realistisKriteria hasil : Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative.Perencanaan/ Penatalaksanaan :a. Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe prospese bila tepat ( segera, lambat), harapan tindakan pasca operasi, termasuk control nyeri dan rehabilitasiRasional :Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.b. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/ peran fungsi yang biasanya.Rasional :Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah. Sebagai contoh, takut kehilangan kemandirian, kemampuan bekerja dan sebagainya.c. Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk memandang/ merawat puntung menggunakan waktu untuk menunjukan tanda positif penyembuhan.Rasional :Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. Meskipun penyatuan puntung dalam gambaran diri dapat memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun melihat puntung dan mendengar pernyataan positif ( dibuat dengan cara, waktu yang normal).d. Dorong/berikan kunjungan orang-orang yang telah diamputasi, khususnya seorang yang telah diamputasi.Rasional :Teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat juga memberikan pernyataan juuga harapan untukpemulihan dan masa depan normal.Diagnosa Keperawatan II :2. Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi terhadap kehilangan bagian tubuhTujuan :Nyeri hilang/terkontrolKriteria hasil : Menyatakan nyeri hilang/terkontroldan tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.Perencanaan/Pelaksanaan :a. Catat lokasi dan intesitas nyeri (skala 0-10) selidiki perubahan karakteristik nyeri, contoh kebas, kesemutan.Rasional :Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keektifan intervensi. Perubahan dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi , contoh nekrosis/infeksititif.b. Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau menggunakan bantal/guling untuk amputasi tungkai atas.Rasional :Mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, menurunkan kelelahan otot dan tekanan kulit/jaringan.c. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan aktivitas teraupetik.dorong penggunaan teknik manajemen stress (contoh latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman khayalan) dan sentuhan teraupetik.Rasional :Mengfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan koping dan dapat menurunkan terjadinya nyeri fantom tungkai.d. Berikan pijatan lembutan pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.Rasional :Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot.e. Berikan obat sesuai indikasi, contoh analgesic, relaksan otot, intruksi pada APD.Rasional :Menurunkan nyeri/spasme otot.catatan: APD menentukan obat tepat waktu yang mencegah feluktuasi nyeri sehubungan denga tegangan/spasme.Diagnosa Keperwatan III :3. Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.Tujuan :Komplikasi tercegah atau minimalKriteria hasil :Mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer teraba dan kulit hangat/ kering.Perencanaan / Pelaksanaan :a. Lakukan pengkajian neuro vaskuler periodic, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit dan suhu.Rasional :Edema jaringan pasca operasi pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan nekrosis jaringan.b. berikan tekanan langsung pada sisi pendarahan, bila terjadi pendaran. Hubungi dokter dengan segera.Rasional :Tekanan langsung pada pendarahan dapt diteruskan dengan penggunaan balutan serat pengaman dengan balutan elastis bila pendarahan terkontrol.

c. Evaluasi tungkai bawah yang tak dioperasi untuk adnya inflamasi, tanda human positif.Rasional :Peningkatan insiden pembentukan thrombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer sebelumnya/ perubahan diabetic.d. Berikan cairan IV / produk darah sesuai indikasiRasional :Mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringanDiagnosa Keperawatan IV :4. Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status nutrisi.Tujuan :Mobilitas/ fungsi ditingkatkan kembali atau dikompensasi.Kriteria hasil :Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema, dan tidak demam. Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitasPerancanaan/ Pelaksanaan :a. Pertahankan teknik antiseptic bila mengganti balutan/ merawat luka.Rasional :Meminimalkan kesempatan introduksi bakterib. Infeksi balutan dan luka, perhatikan karateristik drainase.Rasional :Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah kuomplikasi lebih serius (contoh, osteomielitis)c. Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainase secara rutin.Rasional :Hemovac, drain jakson-pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyebuhan luka dan mnurunkan resiko infeksi.

d. Tutup balutan dengan plastic bila menggunakan pispot atau bila inkontinensiaRasional :Mencegah kontaminasi pada amputasi tungkai bawahe. Berikan antibiotic sesuai indikasiRasional :Antibiotic spectrum luas dapat digunakan secara profilaktif atau terapi antibiotic mungkin disesuaikan terhadap organisme khusus.Diagnosa Keperawatan V :5. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa keseimbangan.Tujuan :Mempertahankan posisi fungsi.Kriteria hasil :Menunjukkan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas. Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan.Perancanaan /Pelaksanaan :a. Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara dini pada tahap pasca operasi.Rasional :Mencegah kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambat penggunaan prostese.b. Dorong latihan aktif/ isometric untuk paha atas dan lengan atas.Rasional :Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ ambulasi.c. Intruksikan pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya dua kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.Rasional :Menguatkan otot ekstensor dan mencegah kontrakrur fleksi pada panggul

d. Berikan gulungan untuk paha sesuai indikasiRasional :Mencegah rotasi eksternal puntung tungkai bawahe. Tunjukkan atau Bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas, contoh trapeze, kruk atau walker.Rasional :Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang dapat mencegah cedera abrasi dari kulit karena lari cepat.Diagnosa Keperawatan VI :6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan :Prosedur bedah, prognosis, dan program terapetik dipahami.Kriteria hasil :Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an tindakan. Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.Perencanaan /pelaksanaan :a. Intruksikan perawatan balutan/luka, inspeksi puntung menggunakan cermin untuk semua semua area, pijat kulit, dan tutup puntung dengan tepat.Rasional :Meningkatkan perawatan diri kompeten ; membantu penyembuhan dan pemasangan prostese dan menurunkan potensial untuk komplikasi.b. Tunjukkan perawatan alat prostesi. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/ pemasangan ulang periodic.Rasional :Dorong pemasangan tepat, menurunkan resiko komplikasi dan memperpanjang hidup prostese.c. Tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat.Rasional :Memenuhi kebutuhan nutrient untuk regerasi jaringan/ penyembuhan, membantu dalam mempertahankan volume sirkulasi dan fungsi organ normal, dan mempertahankan berat tepat (berat badan mengubah pengaruh pemasangan prostese).d. Anjurkan penghentian merokok.Rasional :Merokok berpotansi untuk vasokonstriksi verifier, gangguan sirkulasi juga oksigenasi jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.Doengoes E Marlyin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan. Yakarta: EGCWikinson, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7

14