-
Makalah Audit Lingkungan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara
Nama Kelompok :
Gayut Widya Prakosa 111810401013
Fandi Anyah Noor B. 121810401013
Yudi Pramana 121810401015
Selvi Oktayusida
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
-
BAB 1. PENDAHULUAN
Batubara salah satu sumber energi primer. Beberapa ahli sejarah
yakin
bahwa batubara pertama kali digunakan secara di Cina. Ada
laporan yang
menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan
batu bara
untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar
tahun 1000
SM. Kemudian penemuan revolusional mesin uap oleh James Watt,
yang
dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan
penggunaan
batu bara. Oleh karena itu, penambangan dan penggunaan batu bara
tidak dapat
dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait
dengan produksi besi
dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap. Hal tersebut
yang menjadi sejarah
dari penggunaan batubara sebagai sumber energi.
Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan listrik menjadi
kebutuhan
utama bagi keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya untuk
skala rumah
tangga terlebih untuk dunia perindustrian. Mengingat akan hal
ini, maka PT PLN
(Persero) sebagai perusahaan negara yang bertugas menyediakan
kebutuhan listrik
mencanangkan Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik.
Salah satu
realisasi dari program ini adalah dengan dibangunnya Proyek PLTU
Rembang
yang terdiri dari dua unit yang masing-masing berdaya 315 MW.
Selain PLTU
Rembang, masih ada dua proyek PLTU yang juga dibangun di lokasi
pulau Jawa,
yaitu PLTU Labuan, Banten dan PLTU Indramayu, Jabar yang terdiri
dari dua
unit juga masing-masing berdaya 330 MW. Dengan dibangunnya
proyek PLTU
ini sekaligus memanfaatkan potensi batubara kalori rendah (low
rank coal),
dikarenakan batubara digunakan sebagai bahan bakar utama
PLTU.
Batubara merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk
dari
endapan organik utama yaitu sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses
pembatubaraan. Batubara memiliki berbagai penggunaan yang
penting di seluruh
dunia. Penggunaan yang paling penting adalah untuk membangkitkan
tenaga
listrik, produksi baja, pembuatan semen dan proses industri
lainnya serta sebagai
bahan bakar cair. Pengguna batubara yang lainnya mencakup pusat
pengolahan
-
alumina, pabrik kertas, dan industri kimia serta farmasi.
Beberapa produk kimia
dapat diproduksi dari hasil-hasil sampingan batubara.
Namun dari berbagai jenis beberapa aspek dampak pembakaran
batubara
dapat berdampak negatif pada lingkungan, misalnya pencemaran
lingkungan,
pencemaran udara, hujan asam, kerusakan ekosistem. CO2 merupakan
emisi gas
buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer yang dapat
menyelubungi
permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek rumah kaca. Hal
tersebut
hanya satu dari berbagai dampak yang akan di akibatkan
pembakaran batubara
oleh PLTU batubara. Maka dari itu untuk mengetahui informasi
tersebut lebih
lengkap maka dilakukanlah audit lingkungan (dengan mencari
informasi
diberbagai sumber, misal internet) untuk memeriksa berbagai
dampak yang
diakibatkan oleh pemanfaatan batubara untuk pembangkit listrik
tenaga uap batu
bara terhadap lingkungan.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Batubara
-
Gambar 2.1.1 Batubara
(sumber:
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-
batubara/#ixzz3CojYZptR)
Pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan pembangkit listrik
yang
paling banyak digunakan di Indonesia. 43,7% dari keseluruhan
daya Indonesia
berasal dari batu bara. Indonesia sendiri merupakan pengekspor
batu bara nomor 2
paling banyak di dunia setelah Australia. Pulau Kalimantan
merupakan penghasil
utama batubara di Indonesia, lebih dari 70% produksi batubara
negeri ini berasal
dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Pengerukan
batubara yang sangat
massif di daerah tersebut meninggalkan jejak kerusakan yang maha
dasyat, mulai
dari lubang-lubang raksasa yang ditinggalkan begitu saja pasca
batubaranya
dikeruk habis oleh perusahaan tambang, sampai penggusuran
masyarakat adat dari
tanah yang telah mereka tinggali selama ratusan tahun. Batubara
dari hulu ke hilir,
menyisakan dampak yang buruk dan sulit untuk ditanggulangi.
Jejak kerusakan
batubara tidak berakhir di pertambangan, tetapi terus berlanjut
selama
perjalanannya, dalam proses pembakarannya di PLTU, batubara
mengeluarkan
polusi zat-zat beracun, mulai dari karbonmonoksida, merkuri,
sampai ke
karbondioksida, gas rumah kaca penyebab pemanasan global itu.
Akibatnya,
kehidupan masyarakat yang tinggal disekitar PLTU, berubah pasca
PLTU tersebut
mulai dibangun dan semakin memburuk ketika PLTU tersebut mulai
beroperasi.
2.2 Sistem Kerja PLTU Batubara
1. Sistem pembakaran batubara
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-batubara/#ixzz3CojYZptRhttp://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-batubara/#ixzz3CojYZptR
-
Gambar Skema PLTU Batubara
(sumber :
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-
batubara/#ixzz3CojYZptR )
Batu bara yang telah disiapkan akan dibakar di dalam boiler
secara
bertingkat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh laju pembakaran
yang rendah
dan tanpa mengurangi suhu yang diperlukan sehingga diperoleh
pembentukan
NOx yang rendah. Batu bara sebelum dibakar digiling hingga
menyerupai butir-
butir beras, kemudian dimasukkan ke wadah (boiler) dengan cara
disemprot, di
mana dasar wadah itu berbentuk rangka panggangan yang berlubang.
Pembakaran
bisa terjadi dengan bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke
atas dan kecepatan
tiup udara diatur sedemikian rupa, akibatnya butir bata bara
agak terangkat sedikit
tanpa terbawa sehingga terbentuklah lapisan butir-butir batu
bara yang
mengambang. Selain mengambang butir batu bara itu juga bergerak
berarti hal ini
menandakan terjadinya sirkulasi udara yang akan memberikan efek
yang baik
sehingga butir itu habis terbakar. Karena butir batu bara
relatif mempunyai ukuran
yang sama dan dengan jarak yang berdekatan akibatnya lapisan
mengambang itu
menjadi penghantar panas yang baik. Karena proses pembakaran
suhunya rendah
sehingga NO (Nitrogen Oksida) yang dihasilkan kadarnya menjadi
rendah,
dengan demikian sistim pembakaran ini bisa mengurangi polutan.
Bila ke dalam
tungku boiler dimasukkan kapur (Ca) dan dari dasar tungku yang
bersuhu 750 -
950 C dimasukkan udara akibatnya terbentuk lapisan mengambang
yang
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-batubara/#ixzz3CojYZptRhttp://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-batubara/#ixzz3CojYZptR
-
membakar. Pada lapisan itu terjadi reaksi kimia yang menyebabkan
sulfur terikat
dengan kapur sehingga dihasilkan CaSO4 yang berupa debu sehingga
mudah
jatuh bersama abu sisa pembakaran. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya
pengurangan emisi sampai 98 persen dan abu CaSO4-nya bisa
dimanfaatkan.
Keuntungan sistim pembakaran ini adalah bisa menggunakan batu
bara bermutu
rendah dengan kadar belerang yang tinggi dan batu bara seperti
ini banyak
terdapat di Indonesia.
2. Proses terjadinya energi listrik
Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang
yang panas.
Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa boiler yang
berada di atas
lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih
yang di
dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu
dibuang ke udara
melalui cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan
menyebabkan turbin
bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan
poros generator
akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan
generator sehingga
dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian dialiri ke kondensor
sehingga berubah
menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler
sebagai air pengisi.
Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu
unit dan
dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator ukuran
menengah didisain
berdasarkan asumsi bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi
10.000 kali star-
stop. Berarti selama setahun dilakukan 250 x star-stop maka umur
pembangkit
bisa mencapai 40 tahun. Bila daya generator meningkat maka
kecepatannya
meningkat pula dan bila kecepatan kritikan dilalui maka perlu
dilakukan
pengendalian poros generator supaya tidak terjadi getaran. Untuk
itu konstruksi
rotor dan stator serta mutu instalasi perlu ditingkatkan.
Boilernya menggunakan
sirkulasi alam dan menghasilkan uap dengan tekanan 196,9 kg/cm2
dan suhu
554C. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static
yaitu suatu alat
untuk mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat
pengolahan abu
batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan
dalam
-
kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam
boiler. Pada waktu
PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu
cepat, sehingga
mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan
kondensor
bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah
yang menyebabkan
PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di
tepi sungai atau
tepi pantai.
2.3 Lingkup dan Kriteria Audit
Gambar 2.3.1 PLTU Paiton
(sumber : www.kaskus.co.id)
Lingkup dan Kriteria Audit adalah sebagai berikut :
A. Prosedur operasi dan pemeliharaan PLTU
Keberadaan dokumen prosedur-prosedur
Kemudahan prosedur-prosedur untuk diterapkan
Updating prosedur-prosedur
Keberadaan rencana operasi dan pemeliharaan tahunan
B. Kondisi PLTU
http://www.kaskus.co.id/thread/50f6e42de774b4b62200000b/apa-itu-paiton-yuks-cari-tahu-amp-jalan2-menikmati-keindahan-paiton/1
-
Gambar 2.3.1 Proses PLTU Paiton
(sumber : www.kaskus.co.id)
Bahan bakar, meliputi kulaitas, kebutuhan dan kelancaran pasok
bahan
bakar
Burner, meliputi teknolgi yang dipakai, panas yang
dihasilkan
Boiler, meliputi teknolgoi boiler, proses perpindahan panas,
efisiensi
thermal, kualitas air untuk boiler
Turbin, meliputi teknologi turbin, efisiensi mekanik
Generator, meliputi teknologi generator, efisiensi elektris
Kinerja operasi PLTU
Kondisi fasilitas pemeliharaan PL TU
Kinerja pemeliharaan PLTU
C. Operator dan teknisi PLTU
Jumlah
Kompetensi
http://www.kaskus.co.id/thread/50f6e42de774b4b62200000b/apa-itu-paiton-yuks-cari-tahu-amp-jalan2-menikmati-keindahan-paiton/1
-
Menurut Kep.Pres. No 5/2006 tentang sasaran Energy mix tahun
2025,
batubara kemungkinan harus mengambil alih kontribusi energy mix
tersebut
sebagai PLTU, sehingga kontribusi total batubara dapat mencapai
63%. Target
pemerintah tahun 2010 adalah tersedianya pasokan listrik 10.000
MW dan tahun
2020 sebesar 20.000 MW dari PLTU-Batubara, dengan sekitar 65%
untuk Jawa-
Bali.
2.4 Dampak PLTU Batubara
1. Pencemaran Lingkungan
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat
proses
pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya,
dalam proses
pembakaran batubara selain dihasilkan pelepasan energy berupa
panas juga
dihasilkan abu dan asap. Debu dan asap ini merupakan polutan
yang dihasilkan
dari PLTU batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan oleh
PLTU batubara :
a. SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber
gangguan paru-
paru dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
b. NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh
PLTU
batubara bersama dengan gas SOx, keduanya merupakan penyebab
terjadinya
hujan asam yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang,
terutama yang
menggantungkan produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan
asam dapat
memberikan dampak buruk bagi industri peternakan dan
pertanian.
c. COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan
pada atmosfer
yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat
menimbulkan efek
rumah kaca, hal ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim
global.
d. fly ash ( abu terbang)
2. Pencemaran Udara
Dampak yang di timbulkan lainya dalam pembangunan PLTU adalah
asap
hasil pembakaran batubara. Apabila terus menerus menghirup asap
dari hasil
pembakaran itu, lambat laun akan mengalami kerusakan pernapasan.
Unsur
-
beracun menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru-
paru dan
penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah apabila
digunakan
masyarakat secara terus menerus, gejala penyakit itu biasa akan
tampak setelah
bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia. Masyarakat pada
umumnya
hanya mengetahui bahwa pemakaian batubara sebagai bahan bakar
dapat
menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon
monoksida),
NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC
(senyawa-
senyawa karbon), fly ash (partikel debu). dan juga
partikel-partikel yang
terhambur ke udara sebagai bahan pencemar udara.
Partikel-partikel tersebut
antara lain adalah: Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C),
Debu-debu silika
(SiO2 ), Debu-debu alumia (Al2O3) dan Oksida-oksida besi (Fe2O3
atau Fe3O4)
Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran
lingkungan,
selain timbulnya hujan asam yang dapat merusak hutan dan lahan
pertanian
maupun efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di
permukaan
bumi dengan segala efek sampingannya yang disebabkan oleh
gas-gas hasil
pembakaran batubara. Sebagaimana halnya polutan (bahan
pencemar)
konvensional yang keluar dari batubara, polutan radioaktif pun
dapat dengan
mudah masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup
oleh paru-paru,
maupun melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi oleh
polutan radioaktif.
Polutan radioaktif yang terakumulasi didalam tubuh dalam jumlah
yang banyak
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama karena sifat
polutan radioaktif
yang pada umumnya adalah carcinogenik atau perangsang timbulnya
kanker. Jadi
secara jujur dapat dikatakan bahwa pemakaian batubara juga dapat
menaikkan
kontribusi zat radioaktif dilingkungan. PLTU batubara
berkapasitas 1.000 MW
akan menghasilkan limbah per tahunnya berupa CO2 sebanyak 6,5
juta ton, SO2
sebanyak 44.000 ton, NOx 22.000 ton, dan abu 320.000 ton yang
mengandung
400 ton racun logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri,
dan timah. Limbah
batubara dibuang ke biosfer yakni ke udara, air dan tanah,
sehingga menjadi
berbahaya terhadap lingkungan.
3. Hujan Asam
-
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan
kimia, termasuk
belerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar
bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan
udara.
Sumber utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar
batubara
dengan kandungan sulfur tinggi. Kendaraan bermotor juga
merupakan salah satu
sumber SO2 karena bensin dan solar juga mengandung sulfur dengan
jumlah
kecil. Letusan gunung merapi dan air mata panas juga melepaskan
sulfur dioksida
(ditandai dengan bau seperti bau telur busuk). Sulfur oksida dan
nitrat oksida
bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya di lapisan atas
atmosfer
dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat. Asam
yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke
dalam awan atau
kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun
dari udara ke tanah
bersama hujan atau salju. Hal ini dikenal sebagai hujan asam.
Tanah mampu
menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar yang dihasilkan
oleh pembangkit
listrik yang menggunakan batubara murah dengan kandungan sulfur
tinggi telah
melampaui batas kemampuan tanah, dan sebagai hasilnya banyak
danau dan
sungai di daerah-daerah industri menjadi sangat asam bagi
kehidupan ikan).
Hutan di daerah-daerah tersebut juga mengalami kerusakan secara
perlahan
karena menyerap asam melalui daun, batang, dan akar. Bahkan
struktur marmer
memburuk akibat hujan asam. Besarnya masalah ini tidak diketahui
sampai awal
1970-an, dan langkah-langkah serius telah dilakukan sejak saat
itu untuk
mengurangi pembentukan sulfur dioksida secara drastis dengan
penggunaan
scrubber pada pembangkit-pembangkit dan dengan desulfurisasi
batubara
sebelum pembakaran.
4. Kerusakan Hutan
Kerusakan yang di akibatkan oleh pencemaran udara yang berasal
dari PLTU
akan merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU.
Kerusakan
berawal dari kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat
berkembang-
biaknya ikan dan biota laut lainnya. Rusaknya terumbu karang
dipastikan akan
menyebabkan berkurangnya populasi ikan dan biota laut lainnya di
wilayah
-
tersebut. Akibatnya, penghasilan para nelayan sekitar pun akan
menurun. PLTU
menggunakan sumber energi yang berasal dari fosil batubara yang
berada di
daerah lain. Hal ini memerlukan sarana seperti dermaga dan
transportasi. dalam
pembangunan PLTU memerlukan batu dan tanah. Batu dan tanah
yang
diperuntukan untuk pembangunan dermaga itu diambil dari
pegunungan atau
dataran tinggi. hal itu sangat merusak alam dan rawan akan
bencana longsor.
5. Kerusakan Ekosistem
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun
2009
menjelaskan tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau
kegiatan
pembangkit listrik tenaga thermal. Dalam peraturan ini, kadar
maksimum
temperatur buangan dari sumber pendingin adalah 40 C. Penyebaran
limbah
panas yang memiliki temperatur di atas 30 C akan memengaruhi
produktivitas di
ekosistem pesisir.
Contoh Audit Lingkungan batu bara di sekitar
paiton-probolinggo
PENGKAJIAN POLUTAN UDARA DAMPAK PEMBAKARAN BATU BARA
DI SEKITAR PAITON-PROBOLINGGO (JATIM 2) yang dilakukan Oleh
Prof.
Dr. Ir. AgusTaftazani, Ir. Muzakky, M.Si, Sukirno, ST, Drs.
MochYasid, Sri
Murniasih, S.ST
gan
Gambar Lokasi PLTU Batubara di Pulau Jawa
(sumber : PKPP012/B.22/[email protected])
-
Permasalahan yang disebabkan oleh PLTU Batubara
a. Dampaknya tidak terlihat langsung/kronis, maka harus
dilakukan
monitoring secara periodik.
b. polutan berkadar rendah/trace element dan radioaktiv maka
perlu metode
analisis spesifik; dipilih teknik analisis nuklir (tan) : gamma
spektrometri
dan analisis aktivasi neutron (AAN). AAN untuk penentuan logam
berat
berbahaya, spektrometri gamma untuk identifikasi radionuklida
alam dan
metode terkait lainnya mengacu ISO17025 kemudian
dibandingkan
dengan Baku Mutu yang ada (BAPETEN dan KLH) sehingga
terkumpul
sebagai base data.
2.5 Beberapa alasan batubara dipergunakan sebagai sumber energi
primer
Batubara menjadi salah satu sumber energi yang utama dikarenakan
beberapa hal,
diantaranya :
1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas.
Diperkirakan terdapat
lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven
coal reserves) di
seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara. Dengan
asumsi tingkat
produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton per tahun
untuk produksi
batubara keras dan 879 juta ton per tahun untuk batubara muda
(brown coal),
maka cadangan batubara diperkirakan dapat bertahan hingga 164
tahun.
Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini, minyak
diperkirakan akan
habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67 tahun.
Disamping itu,
sebaran cadangannya pun terbatas, dimana 68% cadangan minyak dan
67%
cadangan gas dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia.
2. Negara negara maju dan negara negara berkembang terkemuka
memiliki
banyak cadangan batubara. Berdasarkan data dari BP Statistical
Review of Energy
2004, pada tahun 2003, 8 besar negara negara dengan cadangan
batubara
terbanyak adalah Amerika Serikat, Rusia, China, India,
Australia, Jerman, Afrika
Selatan, dan Ukraina.
-
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia
dengan pasokan
yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan
gas.
5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit
listrik, atau lokasi
sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji
dan handal.
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun
hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan
sudah
dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara
bersih (clean
coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan (WCI,
2004).
-
BAB 3. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
WCI. 2004. The Coal Resource. World Coal Institute.