BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangIlmu kebidananadalah ilmu yang mempelajari
tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat
reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk
mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian
ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan
sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih
mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan
angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan
pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu.Dengan perkiraanpersalinandi Indonesia
setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau
terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu salah satunya
adalah perdarahan 30,5 %.Dalam upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan telah menekankan pentingnya
Manajemen Aktif Kala III pada setiap asuhan persalinan normal. Saat
ini, Manajemen Aktif Kala III telah menjadi prosedur tetap pada
asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar
yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan
(dokter dan bidan).
B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian evidence based dalam praktik
persalinan (Intranatal)?2. Apa Pengertian asuhan kebidanan
Intranatal?3. Apa bukti klinis pada pelayanan Intranatal?4.
Bagaimana perkembangan praktik asuhan kebidanan Intranatal?5. Apa
saja praktik asuhan kebidanan Intranatal berdasarkan evidence
based?
C. Tujuan Masalah1. Untuk mengetahui pengertian evidence based
dalam praktik persalinan (Intranatal).2. Untuk mengetahui
pengertian asuhan kebidanan Intranatal.3. Untuk mengetahui bukti
klinis pada pelayanan Intranatal.4. Untuk mengetahui perkembangan
praktik asuhan kebidanan Intranatal.5. Untuk mengetahui praktik
asuhan kebidanan Intranatal berdasarkan evidence based.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Evidance Based Practice Pada Pelayanan PersalinanEvidence
based adalah cara untuk membantu tenaga kesehatan dalam membua
keputusaan saat merawat pasien sesuai dengan kebutuhan pasien dan
keahlian klinis tenaga kesehatan bedasarkan bukti- bukti
ilmiah.Penggunaan kebijakan dari ukti terbaik yang tersedia
sehingga tenaga kesehatan (bidan) dan pasien mencapai keputusan
yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya
dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan
post natal.Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti
ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbakdari para
praktisi dari seuruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak
terbuktimanfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Bidan pasti dan
selalu ingin memberikan asuhan yang terbaik dan efektif pada
klienya. Asuhan terbaik didapatkan dari bukti-bukti klinis yang
terbaik, yang tersedia dan yang paling mutakhir. idealnya, bidan
harusnya tahu asuhan seperti apa yang efektif yang harus diberikan
dan dipraktekan kepada kliennya. Namun kenyataannya masih banyak
yang seharusnya harus sudah diketahui ternyata tidak diketahui oleh
bidan, dan bidan sering tida mempraktekan apa yang mereka ketahui
sebagai bentuk asuhan yang paling efektif.
B. Pengertian Praktik asuhan kebidanan IntranatalPersalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10)Sedangkan
persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat.Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek
disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan
perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:1. Aspek Pemecahan Masalah
yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik
(Clinical Decision Making).2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang
Bayi3. Aspek Pencegahan Infeksi4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)5.
Aspek Rujukan
C. Bukti Klinis Pada Pelayanan IntranatalTingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan olehperdarahan pascapersalinan, eklamsia,
sepsisdankomplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnyadapat dicegah.Melalui
upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan
hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.Asuhan Kesehatan Ibu
selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:1. Keluarga
BerencanaMembantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang
diinginkan2. Asuhan Antenatal TerfokusMemantau perkembangan
kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan
dan kesediaan menghadapi komplikasi
3. Asuhan PascakeguguranMenatalaksanakan gawat-darurat keguguran
dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya4. Persalinan yang Bersih dan Aman
serta Pencegahan KomplikasiKajian dan bukti ilmiah menunjukkan
bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan
salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian5. Penatalaksanaan Komplikasiyang terjadi sebelum, selama
dan setelah persalinan.Dalam upaya menurunkan kesakitan dan
kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan
untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu.
Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan
sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut
derajat, keadaan dan tempat terjadinyaFokus asuhan persalinan
normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu
terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau
kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini,
menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:1. Mencegah
Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia UteriUpaya
pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang
paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya
pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi
minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III,
pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan
obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan
patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang
optimal.2. Laserasi/episiotomiDengan paradigma pencegahan,
episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat
khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu,
dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum.3. Retensio plasentaPenatalaksanaan
aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat
proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali
pusat terkendali.4. Partus LamaUntuk mencegah partus lama, asuhan
persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau
kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan
suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan
aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini
diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin
kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga
klien5. Asfiksia Bayi Baru LahirPencegahan asfiksia pada bayi baru
lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin,
misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung
bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi
rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi
utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi
dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar,
memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila
perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi
asfiksia dan mencegah hipotermia.6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
sebagai kebutuhan dasar persalinanAsuhan sayang ibu adalah asuhan
dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian
dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan
rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio
sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.Asuhan sayang
ibu dalam proses persalinan :a. Memanggil ibu sesuai namanya,
menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.b. Menjelaskan
asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan
keluarganya.d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa
takut atau kuatir.e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan
menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.g.
Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga
yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.h. Mengajarkan
suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.i. Melakukan
pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.j. Menghargai privasi
ibu.k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.l. Menganjurkan ibu untuk minum
cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.m.
Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak
member pengaruh yang merugikan.n. Menghindari tindakan berlebihan
dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).o.
Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.p.
Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi.q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).r.
Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik,
bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran
bayi.
D. Perkembangan Praktik Asuhan Kebidanan IntranatalPersalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). (Manuaba IGC 1998:157) Persalinan adalah proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa di sertai adanya
penyulit. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secra lwngkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
(JNPK-KR Asuhan Persalinan Normal, 2008: 37)Persalinan atau
kelahiran normal adalah proses keluarnya janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 42 minggu ). Lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu atau pada janin. Tujuan asuhan persalinan
ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. (Saifuddin, 2006:
100 ) Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Prawirohardjo, 2007:180)
E. Praktik Asuhan Kebidanan Intranatal Berdasarkan Evidenve
Based Pratik kebidanan sekarang lebh didasarkan pada bukti ilmiah
hasil enelitian dan pengalaman praktik terbaik dari para praktisi
dari seluruh penjuru dunia, rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi sesuai dengan evidence based
praktik, pemerintah telah menetapkan program kebijakan Intranatal
sebagai berikut :1. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan a.
Lightening (perasaan distensi abdomen berkurang) Lightening yang
mulai dirasakan kira-kira 2 minggu sebelum persalinan adalah
penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada
presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged) setelah
lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai kepala bayi
sudah turun. Sesak napas yang diraskan sebelumnya selama trimester
ketiga kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan menciptakan
ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru.
Lightening tetap saja menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain
akibat tekanan bagian presentasi pada struktur di area pelvis
minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu: a) Ibu jadi
sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang
tersisa untuk ekspansi berkurang. b) Perasaan tidak nyaman akibat
tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak
dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan c)
Kram pada tungkai, yang disebakan oleh tekanan bagian prentasi pada
saraf yang menjalar melalui foramen ischiadicum mayor dan menuju ke
tungkai. d) Peningkatan stasis vena yang menghasilkan edema
dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor
menghambat aliran balik dari ekstremitas bawah. Lightening
menyebabkan tinggi fundus menurun keposisi yang sama dengan posisi
fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini tidak lagi
dapat melakukan pemeriksaan ballotte terhadap kepala janin yang
sebelumnya dapat digerakkan diatas simpisis pubis pada palpasi
abdomen. Pada langkah keempat pemeriksaan leopold ini, jari-jari
yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar. b. Perubahan
serviks. Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan
intensitas kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan kematangan serviks
mengindikasi kesiapannya untuk persalinan. Setelah menentukan
kematangan serviks, bidan dapat meyakinkan ibu bahwa ia akan
berlanjut ke proses persalinan, begitu muncul kontraksi persalinan
dan bahwa waktunya sudah dekat. Hal ini juga memungkinkan bidan
untuk mengkaji kemungkinan keberhasilan induksi persalinan yang
diindikasikan. c. Persalinan palsu. Persalinan palsu terdiri dari
kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi signifikan
terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbulnya akibat kontraksi Braxton Hick yang tidak nyeri, yang
telah terjadi sejak sekitar 6 minggu kehamilan. d. Ketuban pecah
dini. Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi
tersebut disebut Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh
sekitar 12 % wanita hamil. Kurang lebih 80 % wanita yang mendekati
usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami
persalinan spontan mereka dalam 24 jam. e. Bloody Show Bloody show
merupakan tanda persalinan yang biasanya dalam 24 hingga 48 jam.
Akan tetapi, bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang
bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya
karena rabas lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut
mungkin akibat trauma kecil terhadap perusakan plak lendir saat
pemeriksaan tersebut. f. Lonjakan Energi Banyak wanita mengalami
lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan
persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih secar
fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan
menemukan diri mereka bertenaga penuh. Sehingga mereka melakukan
aktivitas seperti biasanya. Akibatnya, mereka memasuki masa
persalinan dalam keadaan letih dan sering kali persalinan menjadi
sulit dan lama. g. Gangguan saluran cerna Ketika tidak ada
penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual dan
muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang
persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini. Beberapa
wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut. (Varney Vol. 2
hal, 2004: 672-674) Tanda dan gejala inpartu termasuk: a) Penipisan
dan pembukaan servik b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan
perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) c)
Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagiana (JNPK-KR,
2008:37)
2. Tahapan-tahapan Persalinan Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada
kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan serviks 10 cm. Kala
I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut juga kala
pengeluaran oleh berkat kekuatan his dan kekuatan menedan janin
didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri placenta
terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari
lahirnya placenta dan lamanya 2 jam. Dalam kala itu diamat-amati
apakah tidak terjadi perdarahan postpartum. a. Kala I Dimulai dari
his pembukaan yang pertama sampai pembukaan serviks lengkap his
lambat laun menjadi kuat. Interval panjang lebih pendek. lamanya
kala 1 untuk Primi 12 - 14 jam tapi tidak melebihi 16 jam dan untuk
multi adalah 7 - 9 jam dan tidak melebihi 11 jam. Proses membukanya
serviks sebagai akibat dari his dibagi menjadi 2 fase yaitu : fase
laten berlangsung selama 8 jam, pembukaan serviks terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter < 4 cm dan fase aktif
berlangsung selama 7 jam. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus
secara umum meningkat, serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm. Fase
aktif dibagi menjadi tiga periode : a) Periode Akselarasi yaitu
dimulai dari pembukaan 3 - 4 cm lamanya 2 jam b) Periode Dilatasi
maksimum yaitu dimulai dari pembukaan 4-9 cm lamanya 2 jam c)
Periode deselerasi yaitu dimulai dari pembukaan 9 - 10 cm lamanya 2
Jam. b. Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm ) sampai
lahirnya bayi, gejala utama kala II adalah : a) His semakin kuat
dengan interval 2-3 menit dengan durasi 40-50 detik. b) Pasien
mulai meneran. c) Kepala sudah sampai atas panggul, perineum
menonjol, vulva membuka dan rectum terbuka . d) Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.Adapun mekanisme
persalinannya sebagai berikut : a) fleksi dengan fleksi kepala
janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil. b)
Putaran paksi dalam, kepala yang sedang turun menemui diafragma
pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat
kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi.
c) Extensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di
dasar panggul terjadilah extensi. d) Putaran paksi luar, gerakan
kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan
kedudukan kepala dengan punggung anak. e) Expulsi, setelah putaran
paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. ( Wiknjosastro 2005,
hal : 189 ) c. Kala III Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya
placenta. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus
uteri ada di atas pusat. Pelepasan placenta hanya memakan waktu 6 -
15 menit. Lepasnya placenta sudah diperkirakan dengan memperhatikan
tanda tanda, uterus globular, adanya semburan darah, dan tali pusat
memanjang.d. Kala IV Dimulai setelah lahirnya placenta sampai 2 jam
pertama post partum dimaksudkan untuk mengobservasi perdarahan post
partum. Observasi yang dilakukan antara lain : tingkat kesadaran
penderita, pemeriksan tanda tanda vital, kontaksi uterus,
terjadinya perdarahan dan memeriksa bayi. (Saifuddin 2006, Hal :
100 - 101).
3. Pengawasan Persalinan a. Partograf Partograf adalah alat
bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk: a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai serviks melalui periksa dalam. b)
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama. c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan
kondisi ibu, bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
mendikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu
bersalin dan bayi baru lahir. Jika digunakan dengan tepat dan
konsisten, partograf akan membuat penolong persalinan untuk: a)
Mencatat kemajuan persalinan b) Mencatat kondisi ibu dan janin c)
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran d)
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk
membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
b. Partograf harus digunakan : a) Untuk semua dalam fase aktif
kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dalam persalinan,
baik yang normal maupun yang patologis. b) Selama persalinan dan
kelahiran bayi di semua tempat c) Secara rutin oleh semua penolong
persalinan yang memberikan asuhan persalinan pada ibu dan proses
kelahiran bayinya. c. Pencatatan selama fase laten & fase aktif
kala satu persalinan. a) Fase laten: pembukaan serviks kurang dari
4 cm. Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan
harus dicatat. Hal ini dapt dicatat secara terpisah, baik di
catatan kemajan persalinan maupun dikartu menuju sehat (KMS) ibu
hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiapkali membuat
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervasi
juga harus dicatatkan. b) Fase aktif : pembukaan serviks dari 4
sampai 10 cm. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat
dengan seksama, yaitu: - Denyut jantung janin: setiap jam -
Fekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap jam. - Pembukaan
serviks: setiap 4 jam - Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4
jam - Tekanan darah dan temperature tubuh: setiap 4 jam - Produksi
urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam d. Pencatatan
selama fase aktif persalinan : Partograf Halaman depan partograf
menginstruksikan observasi dimulai pada aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, yaitu: a) Informasi tentang ibu Nama,
umur, Gravid, para, abortus, Nomor catatan medik/nomor puskesmas
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan
waktu penolong Persalinan mulai merawat ibu) Waktu pecahnya selaput
ketuban b) Kondisi janin: 1) DJJ : catat denyut jantung janin
setiap 30 menit 2) Warna dan adanya air ketuban : U : Selaput
ketuban masih utuh J : Selaput ketuban sudah pecah dan ketuban
jernih M :Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium D:Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering) c) Penyusupan (molase) kepala janin : 0 :
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan 2
: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
dapat dipisahkan Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
tetapi masih tidak dapat dipisahkan d) Kemajuan persalinan:
Pembukaan serviks Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Garis waspada dan garis bertindak. e) Jam dan waktu: Waktu mulai
fase aktif persalinan Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
f) Kontraksi uterus: Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit Lama
kontraksi (dalam detik). = kontraksi 10 menit lamanya < 20 detik
= kontraksi 10 menit lamanya 20-40 detik = kontraksi 10 menit
lamanya detik g) Obat-obatan dan cairan yang diberikan: Oksitosin
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan. h) Kondisi ibu
Nadi, tekanan darah dan temperature suhu Urine (volume, aseton,
atau protein). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
(dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau dicatatan
kemajuan persalinan). Mencakup: a. Jumlah cairan per oral yang
diberikan b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur c.
Konsultasi dengan penolong lainnya (obgin, bidan, dokter umum) d.
Persiapan sebelum melakukan rujukan e. Upaya, jenis dan lokasi
fasilitas rujukan. Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan
bayi baru lahir. Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur
berikut: a. Data atau informasi umum b. Kala I c. Kala II d. Kala
III e. Bayi baru lahir f. Kala IV
4. Faktor yang mempengaruhi proses persalinanAda 5 P yang
mempengaruhi proses persalinan : a. Passanger (janin) Janin
mempengaruhi proses persalinan, dimana bagian yang paling besar dan
keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup
dan kehidupan janin kelak tidak dapat hidup sempurna, cacat dan
akhirnya meninggal, biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka
bagian-bagian lain dengan mudah menyusul.b. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir mempunyai pengaruh dalam proses persalinan, dimana
jalan lahir di bagi atas : 1) Bagian keras tulang-tulang panggul
(rangka panggul). 2) Bagian lunak; otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligament-ligament c. Power (tenaga atau kekuatan) Tenaga yang
mempengaruhi proses persalinan adalah tenaga ibu mengedan dan
kekuatan yang mendorong janin keluar adalah his atau kontraksi
uterus. d. Psikologi (psikis wanita/ibu) Psikis ibu mempengaruhi
proses persalinan, dimana psikis sangat mempengaruhi keadaan
emosional ibu dalam proses melahirkan. e. Penolong Penolong
mempengaruhi proses persalinan, dimana persalinan yang ditolong
oleh dokter atau bidan akan berjalan dengan lancar dan aman.
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanParadigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya
yang berdasarkan evidence based terkini, terbukti dapat mencegah
atau mengurangikomplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi
manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan
di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan
sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila
dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong
persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan
atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang
mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat
waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya
tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau
kematian ibu dan bayi baru lahir.
B. SaranDiharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat
dalam penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan
kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu
dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
PERKEMBANGAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN POSTNATALBERDASARKAN
EVIDENCE BASED
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Asuhan Kebidanan
Dosen Pengampuh : Hj. Nanang Karnasih, S.ST, SKM, MMKe
DisusunOleh:Kelompok II Ana Rukmana Herna Jumaroh Marfuah Nurul
Maulani Sarah Nirmala Tiara Masrianti
POLITEKNIK KESEHATANBHAKTI PERTIWI HUSADA CIREBONTahun 2015KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat dan karuniannya jualah, kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Perkembangan Praktik Asuhan Kebidanan
Intranatalberdasarkan Evidence Based . Dalam penyusunan makalah
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang
telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.Kami menyadari
bahwa dalam penyeleasaian makalah ini tentunya masih banyak
terdapat kekurangan dan kejanggalan, terutama sangat terbatasnya
kemampuan yang kami miliki, karena itu kami mohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.
Cirebon, Februari 2015
Penulis
iDAFTAR ISI
KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1A. Latar
Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan Masalah2BAB II TINJAUAN
PUSTAKA3A. Evidance Based Practice Pada Pelayanan Persalinan3B.
Pengertian Praktik asuhan kebidanan Intranatal3C. Bukti Klinis Pada
Pelayanan Intranatal4D. Perkembangan Praktik Asuhan Kebidanan
Intranatal8 E. Praktik Asuhan Kebidanan Intranatal Berdasarkan
Evidenve Based 9BAB III PENUTUP19A. Kesimpulan19B. Saran19
ii22