Top Banner
PERKEMBANGAN ALPUKAT SEBAGAI HERBAL ANTIKOLESTEROL (TUGAS FARMASI BAHAN ALAM) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
59

makalah pengembangan alpukat sebagai obat kolesterol.doc

Sep 27, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PERKEMBANGAN ALPUKAT SEBAGAI HERBAL ANTIKOLESTEROL(TUGAS FARMASI BAHAN ALAM)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, baik bantuan moril seperti masukan, saran, nasehat, dan dukungan dalam penulisan makalah ini, maupun materil, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan dalam penulisan berikutnya.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan kita dan bermanfaat sebagai penunjang proses belajar mengajar.

Jatinangor, 19 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR

i

DAFRAR ISI

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Metode dan Teknik Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Monografi Alpukat

2.2 Kandungan Alpukat yang Berfungsi Sebagai Antikolesterol

2.3 Metode Ekstraksi

2.4 Parameter Penilaian Ekstrak

2.5 Uji Pra Klinis dan Klinis

2.5.1 Uji Pra Klinis

2.5.2 Uji Klinis

2.6 Formulasi Sediaan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ivBAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Masyarakat indonesia sudah sejak dulu kala telah melakukan serangkaian upaya penanggulangan penyakit menggunakan bahan-bahan dari alam sebagai pengobatan tradisional. Jauh sebelum penjajahan Belanda, bangsa Indonesia telah mengenal pengobatan secara tradisional, misalnya dengan tumbuhan, binatang, mineral, doa, dan pijat. Sayangnya, cara-cara ini tidak dicatat dengan baik karena teknik pengobatannya diajarkan secara lisan. Dalam perkembangannya banyak teknik pengobatan kuno yang hilang atau terlupakan. Oleh karena itu, jenis-jenis obat dan penggunaannya harus dilestarikan oleh generasi penerusnya. Hal tersebut disebabkan pengetahuan tentang cara penyembuhan terhadap penyakit yang dilakukan oleh nenek moyang zaman dahulu sebenarnya sangat bermanfaat dan aman bagi kesehatan.

Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Di anatara berbagai jenis tumbuhan banyak yang berkhasiat sebagai obat, salah satunya yaitu memanfaatkan daun alpukat untuk menyembuhkan beberapa penyakit contohnya digunakan sebagai anti kolesterol. Manfaat daun alpukatbanyak yang telah mempercayai khasiatnya. Tanaman alpukat berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, saat ini buah alpukat telah di budidayakan di Amerika Selatan dan juga amerika tengah sebagai tamanaman perkarangan di daerah-daerah tropis di dunia, termasuk Indonesia. Tanaman alpukat yang mempunyai nama latinPersea Americana Millerini sangat banyak di temukan di Indonesia. Keberadaan tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia, sekitar dua abad yang lalu. Walaupun bukan tanaman asli Indonesia, tetapi keberadaannya tidak asing lagi bagi masyarakat.Alpukat merupakan sumber lemak tak jenuh tunggal yang baik dan dapat meningkatkan HDL. Selain itu, alpukat juga mengandung betasitosterol yang dapat mengurangi jumlah kolesterol yang diserap dari makanan. Kombinasi betasitosterol dan lemak tak jenuh tunggal membuat alpukat merupakan makanan yang baik untuk memecah kolesterol. 1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui khasiat Alpukat sebagai antikolesterol.2. Menentukan metode ekstraksi yang sesuai untuk zat aktif dalam Alpukat.3. Menentukan formulasi yang sesuai untuk sediaan farmasi dengan ekstrak Alpukat.1.3Rumusan Masalah

1. Bagaimana monografi dan karateristik Alpukat. 2. Apakah zat aktif yang terkandug dalam Alpukat yang digunakan untuk antikolesterol.3. Apa metode ekstraksi yang sesuai untuk zat aktif.4. Apa saja parameter penilaian ekstrak.

5. Apakah ekstrak alpukat dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

6. Apakah formulasi yang sesuai untuk ekstrak Alpukat dijadikan sebagai sediaan farmasi.1.4Metode dan Teknik Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, kami mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Teknik penulisan makalah merupakan jenis penelitian linier dan literatur, yaitu setiap pembahasan masalah dalam makalah ini dijabarkan berdasarkan peraturan perundangan-undangan sebagai bahan kajiannya dan kaji pustaka (internet).1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian I adalah Pendahuluan. Dalam bagian ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika pembahasan. Bagian II yaitu Pembahasan yang berisi pembahasan secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat. Bagian III yakni Kesimpulan dan Saran. Dimana kami menyimpulkan uraian yang sebelumnya telah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan setelah memahami materi yang telah dibahas.BAB II

PEMBAHASAN2.1 Karakteristik dan Monografi Alpukat

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Alpukat

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Magnoliidae

Ordo: Laurales

Famili: Lauraceae

Genus: Persea

Spesies: Persea americana P. Mill.

2.1.2. Deskripsi Tanaman Alpukat

Sinonim Tanaman :

Indonesia: Alpukat, alpuket, apokat

Inggris: Avocado

Melayu: Buah Mentega, Avokado, Apukado

Vietnam: Bo

Thailand: Luk Noei, Awokhado

Pilipina: Abukado

Cina

: yiu lie

Asal kata alpukat atau avokad berasal dari bahasa Aztek yaitu ahuacatl. Suku Aztek berada di daerah Amerika Tengah, Meksiko dan Guam. Karena itu, buah ini pada awalnya dikenal di daerah tersebut. Kemudian pada saat pasukan Spanyol memasuki wilayah tersebut sekitar awal abad ke-16, buah alpukat bersama buah lainnya dari daerah tersebut diperkenalkan kepada penduduk Eropa. ), alpukat, atau Persea americana ialah tumbuhan penghasil buah. Banyak dibudidayakan di Selatan dan Amerika Tengah. Orang pertama yang memperkenalkan buah alpukat kepada penduduk Eropa yaitu Martn Fernndez de Enciso, salah seorang pemimpin pasukan Spanyol. Dia memperkenalkan buah ini pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Pada saat yang sama juga, para pasukan Spanyol yang menjajah Amerika Tengah juga memperkenalkan coklat, jagung dan kentang kepada masyarakat Eropa. Sejak itulah buah alpukat mulai disebar dan dikenal oleh banyak penduduk dunia.

Orang pertama yang memperkenalkan buah alpukat kepada penduduk Eropa yaitu Martn Fernndez de Enciso, salah seorang pemimpin pasukan Spanyol. Dia memperkenalkan buah ini pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Pada saat yang sama juga, para pasukan Spanyol yang menjajah Tengah juga memperkenalkan coklat, jagung dan kentang kepada masyarakat Eropa. Sejak itulah buah alpukat mulai disebar dan dikenal oleh banyak penduduk dunia Tanaman alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain. Diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

Tanaman alpukat berakar tunggang atau dikotil serta memiliki batang yang berkayu, bulat warnanya coklat kotor banyak bercabang ranting berambut halus.tanaman alpukat ini berbentuk pohon kecil yang tingginya 5-10 m. Daun tunggal simetris, bertangkai yang panjangnya 1-1,5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur atau ovalis memanjang, tebal seperti kertas, pangkal daun dan ujung daun meruncing (acuminatus), tepi rata (integer), kadang-kadang agak menggulung ke atas, permukaan daun gundul (glaber), pertulangan menyirip, panjang daun 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan, daun tua warnanya hijau.

Dengan rumus daun 2/5, berarti 2 kali spiral genetika dengan melewati 5 daun. Daun No 1 tegak lurus dengan daun No 6 .Sudut divergensi daun adalah 2/5 x 360 derajat, jumlah garis ortostik adalah 5 buah.

Bunganya bunga majemuk berbentuk bintang, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 10-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau kekuningan. Berat buahnya antara 0,3-0,4 kg. Kulit buah tebalnya 1 mm berwarna hijau tua saat matang. Daging buah berwarna kuning kehijauan dengan tebal sekitar 1,5 cm. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. Setiap pohon dapat menghasilkan rata-rata 22 kg per tahun. Berdasarkan perkembangan dan posisi kotiledon pada saat perkecambahan, maka perkembangan biji alpukat merupakan tipe hipogeal (dalam perkecambahan kotiledon tetap berada di dalam tanah, hipokotilnya aktif bertambah panjang, sedangkan hipokotilnya pendek).

Habitat tanaman alpukat banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis yang banyak curah hujannya. Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon kecil. Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Alpukat berkembang biak dengan cara generatif (yaitu terjadinya peleburan sel sperma dan sel telur, dari bunga akan menjadi biji dan buah. Di dalam biji terdapat embrio atau calon individu baru yang merupakan hasil peleburan sel sperma dan sel telur. Karena terjadi pristiwa polinasi sehingga terbentuk buah dan biji). Dengan biji alpukat akan memperbanyak generasinya.A. Morfologi Tanaman Alpukat

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ ras, yaitu:

1. Ras Meksiko

Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.2. Ras Guatemala

Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.3. Ras Hindia Barat

Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:

a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.

b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.

c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.

d. Berat buah:alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg

e. Bentuk buah:alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).

f. Rasa buah :alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.

g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.

h. Panjang buah:alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.

i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).

B. Kunci Determinasi Tanaman Alpukat

1.b. Tumbuh- tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-sedikitnya dengan benang sari dan atau putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga.

2.a. Terdapat alat pembelit. Tumbu-tumbuhan kebanyakan memanjat ( golongan 2).27.a.Daun tunggal, tepinya rata, bergigi atau berlekuk, tetapi tidak bergigi menyirip rangkap.28.b. Alat pembelit lain menancapnya.29.b. Alat pembelit tidak terdapat di dalam karangan bunga tetapi tertancap pada daun.30.b. Alat pembelit terdapat di dalam atau di tepi ketiak daun.31.a. Tiap bunga di selubungi oleh 3 daun kelopak tambahan yang tidak rontok dan terbagi dalam pancung yang berbentuk benang bunga kelamin dua dengan mahkota tambahan.84.b. Patau pohon.89.b. Perdu.91.a. Bunga bulir rapat serupa bongkol.109.a.Tanaman air dan tanaman rawa.110.b.Benang sari dan daun bunga banyak.111.b.Daun mahkota tidak berumbai.112.a.Daun bertulang, menyirip atau bertulang menjari.113.b.Bunga berbilang 4.116.a.Bunga putih, dalam bulir terminal atau ujung rapat sekali. Buah tertutup yang pendek.119.b.Tanaman lain.120.b.Tanaman tanpa getah.128.b.Daun lain bukan rumput-rumputan yang merayap dan mudah berakar.129.b.Tidak ada upih daun yang jelas palimg- paling pangkal daun sedikit atau daun sedikit atau banyak mengelilingi batang.135.b.Daun tidak berbentuk kupu-kupu berlekuk 2.136.b.Susunan tulang daun menjari atau menyirip.139.b.Tidak ada bekas berbentuk cincin yang melingkar pad cabang.140.b.Kelopak tanpa kelenjar demikian.142.b.Cabang tidak demikian.143.b.Sisik demikian tidak ada.146.b.Tanaman tidak berduri atau tidak berduri temple (buah di abaikan).154.b.Bunga tidak dalam bongkol dengan daun pembalut sedemikian.155.b.Bunga tidak tertanam pada tangkai daun.156.b.Bakal buah penumpang.162.b.Ujung tangkai daun tanpa kelenjar.163.a.Pohon atau perdu dengan bunga yang berbilang 3.164.b.Daun tidak melekat serupa perisai.165.a.Ruang kelapa sari membuka dengan cepat melalui katup ,bunga berkelamin 2.C. Manfaat Tanaman Alpukat untuk Kesehatan

Tanaman Alpukat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, antara lain :

1. Kulit Kayu

Kulit kayu Alpukat dapat berguna untuk mengobati penyakit eksem.

2. Daun

Daun Alpukat dapat digunakan untuk melancarkan saluran kencing, mengobati kencing batu, batu ginjal, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran napas yang membengkak, sakit punggung, sakit perut, disentri, menstruasi yang tidak teratur, diare, sakit tenggorokan, dan pendarahan.

3. Kulit Buah

Kulit buah Alpukat dapat digunakan sebagai sebagai antibiotik, dan mengobati disentri. Selain itu, kulit buah alpukat bermanfaat untuk pengeluaran air seni, dan obat sariawan. Hasil farmakologis menunjukkan kulit alpukat mempunyai daya melarutkan saluran kemih.

4. Buah

Buah Alpukat dapat digunakan untuk mencegah pengerasan arteri, melancarkan peredaran darah dan saluran kencing, menurunkan kadar LDL, pencahar, antibiotik, antifertilitas, meningkatkan gairah seksual, mencegah mual-mual pada awal kehamilan, membantu perkembangan otak dan tulang belakang janin, merangsang pembentukan jaringan kolagen, menjaga kesehatan kulit, menghitamkan rambut, dan sebagai pendingin muka (masker).

5. Biji Buah

Biji buah Alpukat dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi, kencing manis.

6. Minyak Alpukat

Minyak Alpukat dapat digunakan untuk mengobati sklerosis kulit, radang pada gusi, dan arthritis.

D. Kandungan Kimia Umum Tanaman Alpukat

1. Kandungan Kimia Buah

a. Kandungan gizi buah Alpukat

b. Kandungan senyawa lainnya1) Kandungan senyawa lain dalam buah Alpukat

a) Beta-sitosterol

Beta-sitosterol adalah senyawa fitokimia yang berfungsi untuk menormal-kan kadar LDL (kolesterol jahat), trigliserida, dan total lemak darah.

b) Magnesium

Magnesium berguna untuk menjaga kesehatan tulang.

c) Glutation

Glutation adalah antioksidan pembasmi beragam kanker, khususnya kanker mulut dan tenggorokan, serta mencegah serangan jantung.

d) Lemak tak jenuh tunggal Oleat (Omega-9)

Lemak tak jenuh tunggal oleat bermanfaat untuk menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) dengan menaikkan kadar HDL (kolesterol baik) sehingga mampu mencegah serangan penyakit akibat hipertensi dan kelebihan kolesterol, khususnya stroke dan penyakit jantung.

e) Kalium

Kalium berguna untuk melindungi sel-sel tubuh dari serangan radikal bebas, meredakan tekanan darah tinggi, mengontrol debar jantung, dan menjaga kesehatan sistem saraf.

f) Quersetin

Quersetin bersifat antioksidan dan antivirus yang bermanfaat untuk mengobati alergi, kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler.

g) Klorofil

Klorofil bersama dengan vitamin A, dan E berfungsi sebagai antioksidan yang terbukti mampu menjaga kulit tampak kenyal dan segar.

h) Polifenol

Polifenol dapat menangkal radikal bebas.

i) Mangan

Mangan bersama dengan vitamin C, E, zat besi, dan kalium di dalam buah alpukat, baik untuk menjaga kesehatan kulit dan rambut.

2) Kandungan Senyawa di dalam Biji Buah Alpukat

a) Tanin

Tanin dapat menghentikan diare dan juga dapat berguna sebagai adstringen (menciutkan selaput lender).

b) Oleat, Linoleat, dan Asam Linoleat

Oleat, linoleat dan asam linolenat termasuk asam lemak tak jenuh yang menyehatkan jantung, menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL.

2.2 Kandungan Alpukat yang Berfungsi Sebagai AntikolesterolAlpukat mempunyai khasiat sebagai antikolesterol. Kandungan zat aktif yang berfungsi sebagai antikolesterol terdapat pada buahnya dan daunnya. Kandung pada buah alpukat yang berfungsi sebagai antikolesterol adalah :

1. - sitoserol

Merupakan senyawa yang telah dikenal sebagai obat antikolesterol yang mengganggu penyerapan kolesterol.2.Monounsaturated fats

Berfungsi sebagai antioksidan yang memblok LDL kolesterol.3.Vitamin C dan vitamin E

Vitamin C yang berfungsi untuk merawat proteksi antioksidan circulatory seperti pelambatan LDL- cholesterol oxidation. Menurut suatu studi klinik, kombinasi dari vitamin C dan vitamin E yang terdapat dalam alpukat dapat mengurangi proses arterosklerosis pada pasien hypercholesterol.4.Phytosterol

Phytosterol glikosida alami pada alpukat dapat membantu meningkatkan intestinal cholesterol blocking activity daripada suplemen.5. Lemak tak jenuh tunggal oleat (omega-9)

Pada alpukat ada lemak nabati yang tinggi yang tak jenuh. lemak ini berguna untuk menurunkan kadar kolesterol darah (LDL), yang berarti dapat mencegah penyakit stroke, darah tinggi, kanker, atau penyakit jantung. Lemak tak jenuh pada alpukat juga mudah dicerna tubuh sehingga dapat memberikan hasil maksimal pada tubuh. Lemak tak jenuh pada alpukat juga mengandung zat antibakteri dan anti jamur. omega-9 bermanfaat untuk menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) dengan menaikkan kadar HDL (kolesterol baik) sehingga mampu mencegah serangan penyakit akibat hipertensi dan kelebihan kolesterol, khususnya stroke dan penyakit jantung.

Kandung pada buah alpukat yang berfungsi sebagai antikolesterol adalah :

1. Flavonoid

Kandungan yang dimilki daun alpukat adalah flavonoid. Flavonoid disini mempunyai peran penting sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh. Jadi, sepatutnya anda mau memanfaatkan daun alpukat agar anda terhindar dari berbagai penyakit seperti misalnya kanker. Namun, selain manfaat tersebut, kandungan flavonoid daun alpukat juga memberikan manfaat lain.2. Querstin

Quersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, quersetin dan glikosidannya berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari flavonoid. Quersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak, Quersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari Low Density lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi makanan yang telah digoreng atau dimasak memiliki kandungan kuersetin yang lebih rendah,pemasakan dapat menyebabkan terjadinyanya proses dedgradasi oleh panas dan dapat melarutkan kuersetin dari air yang mendidih

Daun alpukat juga mengandung querstin yang merupakan kandungan senyawa flavonol terbesar. Querstin disini bermanfaat untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit dengan cara mencegah proses peroksidasi lemak dalam tubuh kita. Mungkin kita akan malas mengonsumsi daun alpukat karena rasanya yang pahit, namun rasa pahit disini merupakan manfaat yang bersifat diuretic dalam mencegah tumbuhnya bakteri dalam tubuh kita.

Selain itu, kandungan querstin bermanfaat untuk mengatasi tekanan darah tinggi. nyeri lambung dan syaraf, sakit kepala dan juga untuk mengatasi menstruasi yang tidak teratur.3. Polifenol

Daun alpukat juga mengandung polifenol yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari radikal bebas. Hal ini dikarenakan polifenol merupakan senyawa yang termasuk dalam kelompok anti-oksidan. Pada umumnya polifenol terdapat pada beberapa makanan seperti kacang-kacangan, kulit buah dan sayuran.

2.3 Metode Ekstraksi

Ekstraksi Daun Alpukat Bahan basah daun alpukat dilakukan sortasi, bagian daun dipetik dan dipisahkan dari bagian lain. Bahan dicuci dengan air bersih lalu dikeringkan di bawah sinar matahari hingga diperoleh simplisia kering. Simplisia dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak hingga diperoleh serbuk dengan ukuran 10/40 . Serbuk selanjutnya ditambah dengan etanol 96 %, digojog selama kurang lebih 30 menit dan didiamkan selama 5 hari. Filtrat diuapkan etanolnya menggunakan penangas air hingga diperoleh sari kental ekstrak etanolik.2.4 Parameter Penilaian EkstrakA. Parameter Ekstrak Kental

1. Pengujian ekstrak kental meliputi parameter non spesifika. Penetapan kadar air

Penetapan kadar air adalah suatu pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan (\Prinsip penetapan kadar air dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau gravimetric. Tujuan dari penetapan kadar air, yaitu ; memberikan batasan minimal atau rentang tentan besarnya kandungan air didalam bahan (DitJen POM, 2000).

Penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi, yaitu dengan memasikkan sejumlah 5 gr serbuk ekstrak kental, lalu ditambahkan sejumlah sampel 200mL taluoen jenuh air ke dalam labu yang telah berisi sampel uji lalu dididihkan sampai toluene mendidih. Kemudian dilakukan penyulingan dengan kecepatan kurang lebih 2 tetes perdetik. Penyulingan dihentikan setelah seluruh air telah tersuling. Untuk mengantisipasi masih adanya air yang belum tersuling, maka dilakukan penyulingan kembali selama 5 menit. Setelah air dan toluene pada tabung penerima memisah, maka dilaukan perhitungan kadar air dengan cara menghitung volume air terhadap bobot kering simplisia (Depkes, 1989).

b. Penentuan kadar abu

Penentuan kadar abu merupakan metode pengukuran adar abu terhadap yang dipanaskan pada temperature tertent dimana senyawa organic dan turunanya terdestruksi dan menguap sehingga yang tertinggal hanya unsure mineral dan anorganik dengan tujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (DitJen POM, 2000).

Simplisia uji yang ditimbang sebanya 2,5 gr dan digerus halus, dimasukkan ke dalam cawan krus. Kemudian dipijarkan hingga arangnya habis, didinginkan dan ditimbang, Jika arang tidak dapat hilang, maka dilakukan penyaringan dengan kertas saring bebas abu, sisa dan kertas saring dipijarkan pada cawan krus yang sama. Filtratnya dimasukkan pada cawan krus, diuapkan dan dipijar samapi bobotnya tetap, kemudian ditimbang. Kadar abu totoal dihitung terhadap simplisia yan telah dikeringkan diudara (Depkes, 1989).

c. Penetapan Kadar Abu Yang Larut Dalam Air

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, kemudian mengumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu. Cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450o, hingga bobot tetap. Hitung kadar abu yang larut dalam air terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1979).d. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer P selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1979).e. Penetapan Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan 105o. Susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut : Timbang saksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol timbang dangkal bertututup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5o dan 10o dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktuyang ditentukan atau hingga bobot tetap (Depkes, 1979).

f. Penentuan kadar sari larut air

Penentun kadar sari larut air bertujuan untuk mengetahui kadar sari dari bahan yang terlarut di dalam pelarut air. Serbuk simplisia kering terlebih dahulu dikeringkan diudara, kemudian 5gr serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan 100mL air kloroform P (1000: 2,5), dalam labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudia dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring dan 20 mL filtrate diuapakan hingga kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara, kemudian dihiitung terhadap bobot bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1989).

g. Penentuan kadar sari larut etanol

Penentuan kadar sari larut etanol bertujuan untuk mengetahui kadar sari dari yang terlarut di dalam pelarut etanol. Serbuk simplisia kering terlebih dahulu dikeringkan diudara, kemudian 5 gr serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol 95% dalam labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring dan 20mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara, kemudian panaskan residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap, kemudian dihitung terhadap bobot bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000).

2. Pengujian ekstrak kental meliputi parameter spesifika. Skrining Fitokimia Ekstrak

1) Identifikasi Karbohidrat

a) Sejumlah ekstrak ditambah pereaksi Fehling A, Fehling B, dan larutan NaOH, kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditunjukan dengan adanya perubahan warna menjadi merah setelah dipanaskan (Windhu Wardhana dkk, 2009).b) Sejumlah ekstrak ditambahkan -naftol dalam etanol, dan larutan H2SO4 2N. Terbentuknya cincin berwarna ungu didaam larutan menunjukkan reaksi positif untuk karbohidrat (Windhu Wardhana dkk, 2009).2) Identifikasi LemakSejumlah ekstrak ditambahkan pereaksi Lieberman Burchard. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi ungu (Windhu Wardhana dkk, 2009).

3) Identifikasi ProteinSejumlah ekstrak ditambahkan pereaksi Ninhidrin. Perubahan warna menjadi violet menunjukkan reaksi positif untuk protein (Windhu Wardhana dkk, 2009).

4) Identifikasi vitamin A

Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam etanol 95%, kemudian larutan ekstrak ditotolkan diatas plat silika gel dengan menggunakan pipa kapiler, berdampingan dengan standar vitamin A yang sudah ditotolkan terlebih dahulu. Pengembang yang digunakan adalah metanol etilasetat dengan perbandingan 1 : 4 . Jika nilai Rf ekstrak yang dihasilkan sama dengan nilai Rf standard, maka ekstrak positif mengandung vitamin A (Windhu Wardhana dkk, 2009).

5) Identifikasi vitamin B1

Sejumlah ekstrak berturut-turut ditambahkan pereaksi K3Fe (CN)6 1%, HCl 0,1 N, NaOH 1%, dan isobutanol, kemudian dikocok. Reaksi positif ditunjukkan jika larutan isobutanol berfluoresensi berwarna biru ungu (Windhu Wardhana dkk, 2009).

6) Identifikasi vitamin Ca) Sejumlah ekstrak ditambahkan hexamin dan FeCl3. reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu hitam (Windhu Wardhana dkk, 2009).b) Sejumlah ekstrak ditambahkan pereaksi Nessler. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna abu-abu hitam (Windhu Wardhana dkk, 2009).7) Identifikasi vitamin DSejumlah ekstrak dilarutkan dalam etanol 95%, kemudian larutan ekstrak ditotolkan diatas plat silika gel dengan menggunakan pipa kapiler, berdampingan dengan standar vitamin D yang sudah ditotolkan terlebih dahulu. Pengembang yang digunakan adalah metanol etilasetat dengan perbandingan 1 : 4 . Jika nilai Rf ekstrak yang dihasilkan sama dengan nilai Rf standard, maka ekstrak positif mengandung vitamin D.8) Identifikasi vitamin E

Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam etanol 95%, kemudian larutan ekstrak ditotolkan diatas plat silika gel dengan menggunakan pipa kapiler, berdampingan dengan standar vitamin E yang sudah ditotolkan terlebih dahulu. Pengembang yang digunakan adalah metanol etilasetat dengan perbandingan 1 : 4 . Jika nilai Rf ekstrak yang dihasilkan sama dengan nilai Rf standard, maka ekstrak positif mengandung vitamin E.3. Pengujian Metabolit Sekunder

Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam alpukat, maka dilakukan penapisan fitokimia berdasarkan metode pada Materia Medika Indonesia dan metode Fransworth yang dimodifikasi terhadap serbuk simplisia dan ekstrak ,sebagai berikut :a. Alkaloid

Sejumlah sampel dalam mortir, dibasakan dengan amonia sebanyak 1 mL, kemudian ditambahkan kloroform dan digerus kuat. Cairan kloroform disaring, filtrat ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan HCl 2 N, campuran dikocok, lalu dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah:

Filtrat 1:Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendorff diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna hingga coklat.

Filtrat 2 :Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna putih.

Filtrat 3 :Sebagai blangko atau kontrol negatif (MMI V, 1989).

b. Flavonoid

Sejumlah sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2 N, seluruh campuran dipanaskan selama 510 menit. Setelah disaring panaspanas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuatkuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol (MMI V, 1989)c. Tanin dan Polifenol

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit kemudian saring. Filtrat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru kehitaman, dan ditambahkan gelatin akan timbul endapan putih, bila ada tanin (MMI V, 1989).

d. Monoterpen dan Sesquiterpen

Serbuk pegagan digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi larutan vanilin sulfat atau anisal dehid sulfat. Terbentuknya warna-warni menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan sesquiterpen (MMI V, 1989).

e. Steroid dan Triterpenoid

Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Lieberman-Burchard. Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila terbentuk warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid (Fransworth, 1966).

f. KuinonSampel ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan NaOH 1 N. Terjadinya warna merah menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon (Fransworth, 1966).

g. Saponin

Sampel ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian dikocok. Terbentuknya busa yang konsisten selama 5-10 menit 1 cm, berarti menunjukan bahwa bahan uji mengandung saponin (MMI V, 1989).

B. Karakteristik Parameter Cair1. Dengan menggunakan ekstrak cair dilakukan dinamolisis dengan cara sebagai berikut :Kertas saring Whatman diameter 10 cm titik pusatnya dilubangi kemudian dipasang sumbu yang terbuat dari kertas saring. Kertas saring bersumbu kemudian ditutupkan pada cawan petri yang berisi maserat. Lalu dibiarkan terjadi proses difusi sirkulasi selama beberapa saat (sekurang-kurangnya 10 menit). Lalu gambaran dinamolisis diamati.

2. Dengan menggunakan ekstrak kental, dilakukan analisis bobot jenis sebagai berikut :

Ditimbang piknometer volume tertentu dalam keadaan kosong, kemudian piknometer diisi penuh dengan air, dan dilakukan penimbangan ulang. Kerapatan air dapat ditetapkan, kemudian pikno dikosongkan dan diisi penuh dengan ekstrak, lalu ditimbang. Melalui berat ekstrak yang mempunyai volume tertentu dapat ditetapkan kerapatan ekstrak. Bobot jenis ekstrak ditetapkan dengan rumusan :

Bobot jenis ekstrak = Kerapatan Ekstrak / Kerapatan Air.

4. Pengujian ekstrak kental meliputi parameter spesifikHasil KarakteristikNoIdentifikasiPereaksiHasil

1Karbohidrat Fehling A + Fehling B + NaOH

-Naftol dalam etanol + H2SO4+

2ProteinNinhidrin, dipanaskan 3+

3LemakLieberman- Burchard+

4Vitamin AKLT Pengembang etil asetat-metanol (4:1)+

5Vitamin BK3Fe(CN)6 1% + HCl 0,1 N + NaOH 10% + isobutanol+

6Vitamin CHeksamin + FeCl

Nessler+

7Vitamin DKLT Pengembang etilasetat-metanol (4:1)-

8Vitamin EKLT Pengembang etilasetat-metanol (4:1)+

(Windhu Wardhana dkk, 2009).

Pengujian metabolit skunder

NoMetabolit sekunderPengujian Hasil

1alkaloidMayer dan dragendrofPositif

2Steroid/ triterpenoidLiebereman-Bourchardatpositif

3FlavonoidSerbuk seng + HCl pekatPositif

4TaninNaClPositif

5GulaMolishpositif

6SaponinHClPositif

Kandungan kimia buah dan daun alpukat adalah saponin, alkaloid dan flavonoid. Buah juga mengandung tanin sedangkan daun mengandung polifenol, kuersetin dan gula alkohol persiit. Khasiat lain tumbuhan ini diantaranya untuk mengobati sariawan, sebagai pelembab, kencing batu, darah tinggi, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran nafas membengkak, menstruasi tidak teratur dan sakit gigi (Nurrasid, 1999; Wijayakusuma, 1998 dalam Ade Zuhrotun,2007)

Identifikasi Pada tahap ini senyawa murni yang diperoleh diuji kemurniannya dengan mengukur titik leleh dan juga analisis KLT pada tiga macam sistem eluen. Data spektroskopi untuk penetapan struktur diperoleh dengan mengukur senyawa murni melalui alat spektrofotometer UV-Vis, FTIR, 1H NMR, dan 13C NMR(Rahman,2011).

Ekstrak kloroform yang telah diperoleh kemudian di kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mencari perbandingan eluen yang sesuai dan pemisahan senyawa yang baik. Eluen yang digunakan berupa nheksana, etil asetat, kloroform, dan aseton. Keempat eluen inilah yang divariasikan perbandingannya untuk mendapatkan pemisahan senyawa yang baik. Dalam penelitian ini didapatkan perbandingan eluen dari n-heksana dan aseton yaitu 6:4. Eluen inilah yang akan digunakan dalam proses pemisahan selanjutnya(Rahman,2011).

Spektrofotometer UV-Vis Sampel yang telah murni diencerkan dengan pelarut etil asetat (sebagai pelarut) sebanyak 5 mL untuk kemudian di ukur menggunakan spektrofotometer UV (Rahman,2011).

Berikut adalah hasil pengukuran sampel dengan spektrofotometer UV UV-Vis.

Panjang gelombang maksimun pada spektrofotometer UV-Vis yang terukur sebesar 215 nm dengan absorbansi 0,006. Dengan demikian, senyawa tersebut tidak memiliki ikatan rangkap atau hanya memiliki satu ikatan rangkap karena menyerap sinar dibawah 250 nm. (Rahman,2011).

Fourier Transform Infra Red Spectroscopy

Spektrum IR lebih sering digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan gugus fungsi yang memiliki pita spesifik yang menonjol, yaitu: C=O, O C=C, CN, dan NO2. Berikut adalah hasil pengukuran FTIR dari sampel yang telah dimurnikan. 135-136 dilakukan uji UV-Vis, FTIR, UV-Vis. UV-Vis.

Hasil identifikasi spektrofotometer Penyerapan pada spektrum FTIR menunjukkan adanya puncak pada daerah 3421,72 (OH), 2958,80 dan 2866,22 (CH alifatik), 1666,50 (C=C), 1463,97 (CH 1375,25 (C-O), dan 1055,06 (sikloalkana). Sedangkan menurut Kamboj dan Saluja (2011) bahwa spektrum FTIR pada sitosterol menunjukkan puncak serapan p 3373,6 cm-1 (O-H); 2940,7 cm-1 (C-H alifatik); 1641,6 cm puncak penyerapan lainnya termasuk 1457.3cm-1 (CH2); 1381,6 cm-1 1038,7 cm-1 (sikloalkana). Olehnya itu dari data spektrum FTIR diatas dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut -sitosterol(Rahman,2011).2.5 Uji Pra Klinis dan Uji Klinis2.5.2Uji Pra Klinis Daging buah alpukat mengandung 72,2% omega 9-asam oleat yang merupakan phytochemical yang memperlihatkan kemampuan mempengaruhi ketersediaan kolesterol plasma darah, sehingga mempunyai efek pencegahan terhadap risiko arteriosklerosis, penyakit jantung dan stroke.

Dilakukan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pre dan post test dengan kelompok kontrol (randomized control pre post test design ). Hewan percobaan (Rattu norvegicus galur Sprague Dawley) berjumlah 16 ekor dibagi secara acak menjadi tiga kelompok percobaan, yaitu dua kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Pada keadaan awal, ketiga kelompok diberi pakan tinggi lemak tinggi kolesterol (TLTK) ad libitum selama 10 hari. Selanjutnya masing-masing kelompok selama 15 hari mengalami perlakuan: kelompok P0 tikus diberi pakan standar, kelompok P1 tikus diberi pakan staandar + 0 mg daging buah alpukat , kelompok P1 tikus diberi pakan standar + daging buah alpukat dosis 1, 35 g/hari, dan 4 kelompok P2 diberi pakan standar + daging buah alpukat dosis 2,7 g/hari, kelompok P3 tikus diberi pakan standar + daging buah alpukat dosis 4,05 g/hari. Serum darah yang diambil melalui plexus retroorbitalis sebelum dan sesudah perlakuan diuji kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan kolesterol LDL

(Law Density Lipoprotein) serum darah. Analisis yang dilakukan secara univariat dengan menghitung nilai mean, median, dan simpangan baku terhadap kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL tiap kelompok. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA, BNT

(Beda Nyata Terkecil) dan uji t berpasangan. Seluruh analisis dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas pengolah dan penyaji data program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Window Release 15. Didapatkan hasil:

1. Kadar kolesterol HDL dan LDL sebelum pemberian omega-9 asam oleatPemberian pakan tinggi lemak tinggi kolesterol (TLTK) selama 10 hari berhasil menyebabkan tikus Sprague Dawley berada pada kondisi hiperkolesterolemik. Kadar kolesterol HDL 69.63 mg/dl sampai dengan 70.49 mg/dl, sedangkan kadar kolesterol HDL adalah 118.06 mg/dl sampai dengan mg/dl. Menurut Altman (1974) kadar kolesterol total tikus normal berkisar antara 120 dan 135 mg/dl. Data rataan (pre) hasil penelitian sel engkapnya tersaji dalam Tabel 1.

2. Kadar kolesterol hdl dan ldl setelah pemberian omega -9 asam oleatPercobaan pemberian omega-9 asam oleat dalam daging buah alpukat pada subjek tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dalam keadaan tinggi lemak tinggi kolesterol terhadap kolesterol HDL dan kolesterol LDL serum darah berpengaruh signifikan (p< 0.05). Deskripsi data seperti terlihat pada Tabel 1.

Adapun penurunan kadar kolestrol HDL (p