Top Banner
Zat Pemanis pada Makanan Page i KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Zat Pemanis Pada Makanan” tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian zat pemanis pada makanan, jenis- jenis zat pemanis pada makanan, efek samping zat pemanis pada makanan, cara pembuatan zat pemanis pada makanan, dan undang-undang yang mengatur zat pemanis pada makanan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang zat pemanis pada makanan. Informasi dalam makalah ini berasal dari berbagai sumber di antaranya yaitu dari buku Kimia Bahan Pangan dan media elektronik (internet). Tiada gading yang tak retak, demikian juga dengan makalah ini. Apabila ada kekurangan kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurul Hidayati, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan, dan meridhai segala usaha yang telah kita lakukan. Amin. Surabaya, Februari 2013 Penulis
27

Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Dec 24, 2015

Download

Documents

itur_andre
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page i

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Zat Pemanis

Pada Makanan” tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian zat pemanis pada makanan, jenis-

jenis zat pemanis pada makanan, efek samping zat pemanis pada makanan, cara pembuatan

zat pemanis pada makanan, dan undang-undang yang mengatur zat pemanis pada makanan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang zat pemanis

pada makanan. Informasi dalam makalah ini berasal dari berbagai sumber di antaranya yaitu

dari buku Kimia Bahan Pangan dan media elektronik (internet).

Tiada gading yang tak retak, demikian juga dengan makalah ini. Apabila ada

kekurangan kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah

ini agar menjadi lebih baik.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurul Hidayati, M.Pd.

yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini serta semua pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga

Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah

diberikan, dan meridhai segala usaha yang telah kita lakukan. Amin.

Surabaya, Februari 2013

Penulis

Page 2: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

PETA KONSEP ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

A. Jenis-Jenis Zat Pemanis pada Makanan................................................................ 2

1. Pemanis Alami .................................................................................................. 2

2. Pemanis Sintetis ................................................................................................ 5

B. Efek Samping Zat Pemanis pada Makanan ......................................................... 9

1. Pemanis Alami .................................................................................................. 9

2. Pemanis Sintetis ................................................................................................ 12

C. Pembuatan Zat Pemanis pada Makanan ............................................................... 15

1. Pembuatan Gula Pasir ....................................................................................... 15

2. Pembuatan Aspartam ........................................................................................ 18

3. Pembuatan Sakarin ........................................................................................... 20

D. Undang-Undang Tentang Penggunaan Zat Pemanis pada Makanan ................... 21

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 22

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 22

B. Saran ..................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... iv

LAMPIRAN

Tabel struktur, sifat fisis dan kimia, kegunaan, dan efek samping pemanis buatan

Page 3: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page iii

PETA KONSEP

Page 4: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zat pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk

memberikan efek manis terhadap produk olahan pangan, industri, serta makanan dan

minuman kesehatan. Setiap tahunnya penggunaan zat pemanis buatan pada makanan di

dunia semakin meningkat. Hal ini dikarenakan zat pemanis buatan memiliki harga yang

relatif murah bila dibandingkan dengan pemanis alami, dan kalori yang dihasilkan lebih

rendah dari pemanis alami. Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum mengetahui batas

atau kadar penggunaan zat pemanis buatan pada makanan, sehingga mereka menggunakan

zat pemanis buatan ini secara berlebihan. Penggunaan zat pemanis buatan secara berlebihan

dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Hal ini dikarenakan

kandungan zat kimia pada pemanis buatan bersifat karsinogenik. Untuk itu, diperlukan

informasi terkait penggunaan zat pemanis alami maupun buatan serta efek sampingnya

terhadap kesehatan manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana jenis-jenis zat pemanis pada makanan?

2. Bagaimana efek samping zat pemanis pada makanan terhadap kesehatan?

3. Bagaimana cara pembuatan zat pemanis pada makanan?

4. Bagaimana undang-undang tentang penggunaan zat pemanis pada makanan di

Indonesia?

C. Tujuan

1. Mendeskripsikan jenis-jenis zat pemanis pada makanan.

2. Menjelaskan efek samping zat pemanis pada makanan terhadap kesehatan.

3. Mendeskripsikan cara pembuatan zat pemanis pada makanan.

4. Menjelaskan undang-undang tentang penggunaan zat pemanis pada makanan di

Indonesia.

Page 5: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Zat Pemanis pada Makanan

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk

keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut

peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan

tambahan kimia, selain zat yang lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan

lain sebagainya.

Zat pemanis pada makanan adalah zat kimia yang ditambahkan pada makanan atau

minuman untuk memberikan rasa manis. Berdasarkan sifatnya, zat pemanis dibagi dalam

dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Zat pemanis nutritif adalah pemanis yang

dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Sedangkan pemanis non-

nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita rasa produk-

produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama sekali tidak ada.

Pemanis jenis ini banyak membantu dalam manajemen mengatasi kelebihan berat badan,

kontrol glukosa darah, dan kesehatan gigi. (Rismana, 2002).

Berdasarkan proses produksi, zat pemanis dibagi dalam dua kategori yaitu pemanis

alami dan pemanis buatan/sintetis. Pemanis alami adalah zat kimia pemberi rasa manis yang

dibuat dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Sedangkan, pemanis buatan adalah bahan

tambahan makanan berupa senyawa kimia yang dapat menyebabkan rasa manis pada

makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Umumnya, zat pemanis buatan

memiliki tingkat kemanisan berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis dari

pemanis alami.

1. Pemanis Alami

a. Gula Tebu

Gula tebu merupakan pemanis alami yang mengandung zat pemanis sukrosa.

Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya

berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11.

Pada sukrosa, glukosa dan fruktosa terhubung melalui ikatan antara karbon pertama

(C1) milik subunit glukosa dengan karbon kedua (C2) milik subunit fruktosa. Ikatan

ini disebut dengan ikatan glikosida.

Page 6: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 3

Sifat fisis sukrosa adalah memiliki massa molar 342,30 g/mol, berbentuk

padatan putih, massa jenis 1,587 g/cm3, kelarutan dalam air 2000 g/L (25°C), dan

akan meleleh pada suhu 186oC. Sifat kimia sukrosa adalah apabila terbakar akan

menghasilkan karbon dioksida dan air sehingga membentuk karamel. Sukrosa juga

dapat didehidrasi dengan asam sulfat untuk membentuk padatan karbon murni

berwarna hitam.

H2SO4(katalis) + C12H22O11 → 12 C + 12 H2O + SO3

Manfaat gula tebu (sukrosa) adalah dapat memberikan rasa manis pada

makanan karena mengandung glukosa yang diterjemahkan oleh reseptor lidah

sebagai rasa manis; sebagai sumber energi karena memiliki kandungan kalori yang

cukup tinggi yaitu sebesar 251 kal dalam 100 gram bahan, namun tidak mengandung

nutrisi; gula tebu dapat digunakan sebagai pengawet dan efektif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri; gula tebu juga dipercaya daoat mengangkat sel-sel kulit mati

dan membersihkan pori-pori kulit sehingga kulit terlihat bersih dan tak kusam.

b. Madu

Madu merupakan pemanis alami yang dibuat oleh lebah madu dari nektar yang

dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula sewaktu musim tumbuhan

berbunga. Sewaktu nektar dikumpulkan oleh lebah pekerja dari bunga, bahan

tersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga sukrosa yang tinggi. Setelah

lebah mengubah nektar menjadi madu, kandungan air menjadi rendah (17%) dan

sukrosa diubah menjadi fruktosa (gula buah) dengan kadar paling tinggi dan glukosa

dengan kadar rendah. Selain monosakarida, madu juga mengandung disakarida

seperti maltose dan isomaltosa, dan polisakarida seperti erlosa, dan isomaltotriosa.

Komposisi jenis gula pada madu berbeda-beda, hal ini tergantung dari jenis tanaman

sebagai sumber nektar, iklim, dan topografi daerah.

Gambar 1: Rumus Struktur

Molekul Sukrosa

Sumber:

kumpul-bacaan.blogspot.com

Page 7: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 4

Fruktosa dengan rumus molekul (C6H12O6) merupakan gugus gula paling

tinggi yang terkandung dalam madu. Fruktosa merupakan suatu ketoheksosa yang

mempunyai sifat memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri dan karenanya disebut

levulosa.

Sifat fisis fruktosa adalah memiliki massa molar 180,16 g/mol, berbentuk

cairan putih, massa jenis 1,587 g/cm3, larut dalam air, dan akan meleleh pada suhu

103oC. Sifat kimia fruktosa adalah dapat bertindak sebagai gula pereduksi meskipun

memiliki kelompok keton, bukan dari kelompok aldehida.

Manfaat madu adalah dapat memberikan rasa manis pada makanan karena

mengandung fruktosa yang diterjemahkan oleh reseptor lidah sebagai rasa manis;

memiliki rasa manis 20x lebih tinggi dari gula tebu karena mengandung fruktosa;

sebagai sumber energi karena memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi yaitu

sebesar 294 kal dalam 100 gram bahan; madu bertindak sebagai antibiotik,

antioksidan, dan penyembuh luka karena mengandung mineral dan vitamin berupa

natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor dan kalium, thiamin (B1),

riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin,

asamfolat dan vitamin K; madu dapat memperlancar metabolisme tubuh karena

mengandung enzim seperti diatase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase dan

lipase. Diastase merupakan enzim pengubah karbohidrat komplek (polisakarida)

menjadi karbohidrat sederhana (monosakarida). Invertase merupakan enzim pemecah

molekul sukrosa jadi glukosa dan fluktosa. Oksidase mengemban peran sebagai

enzim pembantu oksidasi glukosa jadi asam peroksida. Enzim peroksidase

melakukan proses oksidasi metabolisme.

Gambar 2: Rumus Struktur

Molekul Fruktosa

Sumber:

khairul-anas.blogspot.com

Page 8: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 5

2. Pemanis Buatan

a. Sakarin

Sakarin merupakan pemanis tertua, termasuk pemanis yang sangat penting

perannya dan biasanya dijual dalam bentuk garam Na atau Ca merupakan pemanis

buatan yang paling lama dikenal, sakarin merupakan senyawa benzosulfinida atau O-

sulfobenzimida dengan rumus molekul C7H5NO3S. Na-sakarin diserap kedalam

tubuh dan tidak mengalami metabolisme sehingga dikeluarkan melalui urin tanpa

perubahan. Tingkat kemanisan sakarin adalah 300 kali lebih manis daripada gula.

Karena tidak mempunyai nilai kalori, sakarin sangat populer digunakan sebagai

pemanis makanan diet, baik bagi penderita diabetes maupun untuk pasien lain

dengan diet rendah kalori. Pada konsentrasi yang tinggi, sakarin mempunyai after-

taste yang pahit. Meskipun hasil pengujian pada hewan percobaan menunjukkan

kecenderungan bahwa sakarin menimbulkan efek karsinogenik, tetapi hal ini belum

dapat dibuktikan pada manusia. Batas konsumsi perhari yang aman atau (ADI)

adalah 2,5mg/kg bb. Oleh karena itu, sakarin sampai saat ini masih diijinkan

penggunaannya di hampir semua negara.

b. Aspartam

Aspartam atau metil ester dari L-aspartil-L-fenilalanin merupakan pemanis

baru yang penggunaannya diijinkan pad tahun 1980-an untuk produk-produk

minuman ringan dan campuran kering (dry mixtures). Aspartam masuk secara

normal dalam proses metabolisme. Secara fisik aspartam sebagaian besar berbentuk

serbeuk putih. Larut kedalam air dan lebih larut dalam asam dibandingkan dalam

larutan minyak dan lemak. Lebih larut dalam suhu panas dari pada suhu dingin.

Intensitas kemanisan 180 – 200 kali sukrosa. Aspartam sangat disukai karena rasa

manis yang dihasilkannya sangat mirip dengan gula. Karena merupakan dipeptida,

aspartam mudah terhidrolisis, mudah mengalami reaksi kimia yantg biasa terjadi

pada komponen pangan lainnya dan mungkin terdegradasi oleh mikroba. Hal

tersebut tentunya merupakan limitasi penggunaan aspartam pada produk-produk

pangan dengan kadar air yang tinggi. Jika mengalami hidrolisis, aspartam akan

kehilangan rasa manisnya. Di dalam makanan, aspartam dapat mengalami

Page 9: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 6

kondensasi intramolekuler menghasilkan diketo piperazin. Reaksi ini terjadi terutama

pada kondisi pH netral sampai basa karena gugus amina yang tidak terprotonasi lebih

tersedia untuk reaksi tersebut. Pada pH basa, gugus amina juga dapat dengan cepat

bereaksi dengan gugus karbonil dari gula maupun vanilin. Oleh karena itu, setelah

bereaksi dengan gula, aspartam dapat kehilangan rasa manisnya dan setelah bereaksi

dengan vanilin, vanila kehilangan aroma khasnya. Produk-produk yang dimaniskan

dengan aspartam harus diberi label yang jelas, terutama tentang kandungan

fenilalaninnya yang dipantang oleh penderita kelainan fenilketonuria. Batas

konsumsi perhari yang aman atau (ADI) adalah 2,5mg/kg bb.

c. Siklamat

Siklamat merupakan pemanis non-nutritif lainnya yang tidak kalah populer.

Mempunyai rumus molekul C6H11NHSO3Na. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30-

80 kali lebih manis daripada gula dan siklamat tidak memberikan after-taste seperti

halnya sakarin. Meskipun demikian, rasa manis yang dihasilkan oleh siklamat tidak

terlalu baik (smooth) jika dibandingkan dengan sakarin. Siklamat diperjual belikan

dalam bentuk garam Na atau Ca-nya. Tahan panas serta mudah larut dalam air. Stabil

pada kisaran yang luas baik dalam temperature maupun Ph. Pada konsentrasi rendah

dapat menutupi kegetiran dari beberapa buah-buahan. Digunakan sebagai pemanis

bagi penyandang DM, dalam perdagangan dikenal sebagai sucaryi dan

saccoit.Siklamat dilarang penggunaannya di Amerika serikat, Kanada, dan Inggris

sejak tahun 1970-an karena produk degradasinya (sikloheksil amina) bersifat

karsinogenik. Meskipun demikian, penelitian yang mendasari pelarangan

penggunaan siklamat banyak mendapat kritik karena silamat digunakan pada tingkat

yang sangat tinggi dan tidak mungkin terjadi dalam praktek sehari-hari. Oleh karena

itu, FAO/WHO masih memasukkan siklamat sebagai BTM yang diperbolehkan.

Konsumsi perhari yang aman (ADI) dari siklamat adalah 0-1 1mg/kg bb.

Page 10: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 7

d. Sorbitol

Sorbotil merupakan alcohol polihidrik degan rumus molekul C6H11O6. Banyak

ditemukan pada ganggang laut serta biah-buahan. Mempunyai sifat larut dalam air

dan tidak mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme. Fungsinya sebagai humektan

zat teksturizing pun tak terbantahkan. Mempunyai bertahan pada temperature tinggi

dan ikut serta dalam reaksi mailllard. Intensitas kemanisan 0,6 kali gula dam

memberi energi 3,994 kalori pergram.

Tabel 1. Struktur Kimia, Sifat Fisis dan Kimia, serta Kegunaan Pemanis Buatan

No Nama Sifat Fisika Sifat Kimia Kegunaan

1 Sakarin

Rumus Kimia :

C7H5NO3S

Rumus Struktur :

a. Massa Molar :

183,18 g mol-1

b. Bentuk : Kristal

putih (solid)

c. Kepadatan :

0,828 g/cm3

d. Titik lebur : 22 -

22

e. tidak berbau dan

sangat manis.

f. Sifat fisik

sakarin yang

cukup dikenal

adalah tidak

stabil pada

pemanasan

a. Kelarutan

dalam air: 1 g/

290 ml.

b. Sakarin adalah

pemanis buatan

yang memiliki

struktur dasar

sulfinida

benzoat.

c. Sakarin dalam

bentuk aslinya

yaitu asam

bersifat tidak

larut dalam air

a. Pemanis buatan

ini mempunyai

tingkat

kemanisan 550

kali gula biasa.

b. Sakarin adalah

pemanis buatan

yang memiliki

struktur dasar

sulfini dan

benzoat. Karena

strukturnya

tidak berbeda

dengan

karbohidrat,

sakarin tidak

menghasilkan

kalori.

c. Sakarin jauh

lebih manis

dibanding

sukrosa, dengan

perbandingan

rasa manis kira-

kira 400 kali

lipat sukrosa.

Page 11: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 8

2. Siklamat

Rumus Kimia

:C6H13NO3SRumus

Struktur :

a. Secara umum

berbentuk kristal

putih, tidak

berbau, tidak

berwana.

a. Kombinasi

penggunaan

siklamat dengan

sakarin atau

acesulfame-K

bersifat sinergis

dan kompatibel

dengan

pencitarasa dan

bahan pengawet.

b. Mudah larut

dalam air

maupun etanol

serta berasa

manis

a. Sebagai

pemanis buatan

digunakan

dalam bentuk

garam

kalsium,kalium

dan natrium

siklamat.

3. Aspartam

Rumus Kimia

C14H18N2O5

Rumus Struktur :

a. Aspartam

memiliki dua

gugus fungsi

yang bisa

terionisasi dan

keduanya ada

pada bagian

residu asam

aspartat.

b. Pada pH netral,

aspartam ada

dalam dua

bentuk

terionisasi.

c. Aspartam stabil

maksimal pada

pH 4,3.

d. Aspartam pada

suhu kamar

berbentuk bubuk

putih yang tidak

berbau dan titik

leburnya 248-

250oC.

a. Untuk

menghindari

kalori dari

gula.

b. Keunggulan

aspartam yaitu

mempunyai

energi yang

sangat rendah,

mempunyai cita

rasa manis

mirip gula,

tanpa rasa

pahit, tidak

merusak gigi,

menguatkan

cita rasa buah-

buahan pada

makanan dan

minuman, dapat

digunakan

sebagai

pemanis pada

makanan atau

minuman pada

penderita

diabetes.

Page 12: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 9

4. Sorbitol

Rumus Kimia:

C6H14O6

Rumus Struktur:

a. Specific gravity :

1.472 (-5oC)

b. Titik lebur: 93oC

c. Titik didih: 296oC

d. Kelarutan dalam

air : 235 gr/100 gr

H2O

e. Panas Pelarutan

dalam air: 20,2

KJ/mol

f. Panas

pembakaran: -

3025,5 KJ/mol

a. Berbentuk

kristal pada

suhu kamar

b. Berwarna putih

tidak berbau dan

berasa manis.

c. Larut dalam air,

glycerol, dan

propylene

glycol.

d. Sedikit larut

dalam metanol,

etanol, asam

asetat dan

phenol.

e. Tidak larut

dalam sebagian

besar pelarut

organik

Sorbitol umumnya

digunakan sebagai

bahan baku industri

barang konsumsi

dan makanan

seperti pasta gigi,

permen, kosmetik,

farmasi, vitamin C,

dan termasuk

industri textil dan

kulit (Othmer,

1960).

B. Efek Samping Zat Pemanis pada Makanan

1. Gula

a. Efek samping apabila mengkonsumsi gula terlalu banyak, yaitu:

1) Kerusakan pada gigi dan gusi. Bila setelah mengonsumsi makanan bergula, anak

tidak segera membersihkan (menyikat) gigi, maka akan mengakibatkan

kerusakan pada gigi, seperti gigi berlubang (karies). Karies timbul karena

karbohidrat yang sudah terurai oleh enzim pada air liur akan difermentasi oleh

bakteri dalam mulut dan menghasilkan asam. Asam inilah yang dapat merusak

lapisan email gigi, sehingga timbul karies.

2) Kegemukan atau obesitas. Setiap kelebihan kalori dari yang dibutuhkan tubuh

sehari-hari akan disimpan dalam bentuk lemak. Karena itu, konsumsi makanan,

Page 13: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 10

termasuk gula, yang berlebihan, bila tidak disertai peningkatan aktivitas fisik,

dapat mengakibatkan penambahan berat badan. Akhirnya, menjadi kegemukan

atau obesitas dengan berbagai komplikasi dan dampaknya di masa datang.

3) Secara tidak langsung gula pasir juga dapat menyebabkan berbagai penyakit

degeneratif seperti darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung

koroner. Hal ini terjadi karena kelebihan gula yang masuk kedalam tubuh akan

ditimbulkan sebagai cadangan energi degeneratif dalam bentuk lemak. Penyakit

degeratif lainnya yang mungkin terjadi adalah diabetes militus. Orang yang telah

menderita diabetes militus harus menghindari gula pasir karena dapat

meningkatkan kadar gula darahnya secara cepat. Pakar kesehatan bahkan

mengatakan, gula sudah bisa disebut racun jika dikonsumsi lebih dari 8 sendok

teh dalam sehari. Dan 8 sendok teh gula perhari ini setara dengan 291,2 kalori.

Batas penggunaan gula berdasarkan Pesan Dasar Gizi Seimbang, penggunaan

gula dianjurkan 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan

setiap hari atau 8 sendok teh perhari.

4) Mengacaukan hubungan mineral dalam tubuh, sehingga terjadi kekurangan

kromium dan tembaga. Juga menghambat penyerapan kalsium dan magnesium.

5) Meningkatkan adrenalin dengan cepat, meningkatkan hiperaktif, kecemasan,

sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.

b. Mekanisme penguraian gula pasir sehingga menimbulkan efek samping di dalam

tubuh, yaitu:

Gula pasir merupakan makanan yang paling sering digunakan dalam makanan

dan minuman sehari-hari. Kopi dan teh rasanya pasti kurang nikmat tanpa gula.

Demikian pula pada minuman ringan atau jus, pasti umumnya menggunakan gula

pasir.

Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan itu dipecah

tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam makanan

tersebut telah berbentuk sangat sederhana. Misalnya, selama pencernaan, sukrosa

dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang memasuki aliran darah melalui dinding-

dinding usus halus serta melintasi sel-sel tubuh dan hati. Dengan bantuan insulin,

Page 14: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 11

yakni hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel menyerap glukosa dan

menggunakannya sebagai energi.

Glukosa disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati

sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa pada saat energi diperlukan.

Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi glukosa oleh hati. Hati pun dapat

mengubah gula menjadi asam-asam amino-balok-balok pembangun protein.

Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi ekstra lainnya, diubah menjadi lemak

dan disimpan di dalam tubuh.

Sel memerlukan insulin agar gula yang ada di dalam darah dapat masuk ke

dalam sel dan dipakai sebagai sumber energi. Bila jumlah insulin kurang, tentu saja

gula tidak dapat diserap ke dalam sel dan tetap beredar di dalam darah. Akibatnya

kadar gula darah menjadi tinggi. Penderita yang mengalami keadaan ini disebut

sebagai penderita DM tipe I.

Ada keadaan lain di mana jumlah insulin sebenarnya cukup, atau berkurang

sedikit, tapi sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara baik. Keadaan ini

disebut resistensi insulin. Penderita yang mengalami resistensi insulin dan atau

defisiensi insulin relatif disebut sebagai penderita DM tipe II.

Dalam tubuh kita, gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang sulit

dicerna dan diubah menjadi energi. Untuk mengubah gula pasir menjadi gula darah,

tubuh hanya memerlukan waktu 3 menit. Tetapi untuk mengubah gula darah menjadi

energi yang dapat disimpan dalam otot, pankreas memerlukan waktu kira-kira 140

menit. Dengan demikian, mengolah gula pasir menjadi energi merupakan pekerjaan

yang sangat melelahkan bagi pankreas. Pankreas yang normal hanya mampu

mengubah 1/2 sendok makan gula pasir menjadi energi setiap hari. Berat 1/2 sendok

makan gula pasir kira-kira 5 gram. Bila kita mengkonsumsi lebih dari 1/2 sendok

gula, maka sisanya akan menjadi gula darah dan lemak tubuh. Akibatnya adalah

orang menjadi bertambah gemuk, dan lama-kelamaan akan menderita diabetes.

Jika pankreas kita mengalami kelelahan maka salah satu akibat yang ditimbulkan

adalah penyakit diabetes mellitus. Karena gula yang kita konsumsi akan dirubah

menjadi energi yang digunakan untuk berbagai aktivitas sel dan jaringan, jika

jumlahnya berlebihan maka hormon insulin akan mengambil peranan penting.

Page 15: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 12

Hormon insulin ini dihasilkan oleh sel-sel langerhans pankreas akan menurunkan

gula darah. Mekanisme ini dilakukan meliputi peningkatan laju penggunaan glukosa

melalui oksidasi, glikogenesis (perubahan glukosa menjadi glikogen) dan lipogenesis

(perubahan glukosa menjadi lemak).

Pada penderita diabetes mellitus produksi insulin tidak mencukupi akibatnya bila

konsumsi gula dan karbohidrat lainnya berlebihan maka glukosa sebagai hasil

metabolismenya akan menumpuk dalam darah dan terjadi kenaikan gula darah. yang

akhirnya bisa lolos dari proses di ginjal sehingga ikut terbawa ke dalam air seni. Hal

ini dapat mengakibatkan munculnya gejala diabetes seperti sering buang air kecil dan

penurunan berat badan karena tubuh tidak dapat menggunakan energi dari makanan.

Jika dibiarkan tidak terkendali, diabetes bisa menyebabkan kadar gula darah menjadi

sangat tinggi, yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius atau bahkan

kematian.

Jadi, penyebabnya bukan karena kelebihan konsumsi gula. Gula memang amat

berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi gulanya.

Tetapi, gula tidak menyebabkan diabetes.

Tak ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara ketat, kecuali kalau

Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap karbohidrat. Penderita

diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang manis. Namun, menghindari

konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik.

2. Aspartam

a. Efek samping apabila mengkonsumsi aspartam terlalu banyak, yaitu:

Penggunaan aspartam yang berlebihan menyebabkan lupus, yaitu pengerasan

pada otak atau pengerasan pada sumsum tulang belakang. Hal ini terjadi karena

aspartam merubah bahan kimiawi yang ada di otak. Aspartam juga dapat

menyebabkan kanker dan leukimia, hal ini akibat penumpukan fenilalanin menjadi

tirosin pada jaringan syaraf. Tidak dapat digunakan untuk kondisi tubuh yang tidak

dapat mencerna asam amino fenilalanine karena kelainan metabolisme sejak lahir.

Penyakit ini ditandai dengan pusing dan mual bila mengkonsumsi fenilalanine.

Menyebabkan kecanduan karbohidrat, Kerusakan otak yang berakibat cacat mental,

Page 16: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 13

Kanker payudara dan Antropi (terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan

kromosom). Aspartam tidak aman jika dikonsumsi dalam jumlah besar, apalagi saat

dalam masa kehamilan. Di sisi lain, wanita yang menderita fenilketonuria memiliki

risiko lebih tinggi mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan jika

mengkonsumsi aspartam.

Berbagai gejala dapat timbul sebagai akibat keracunan Aspartam, pada

umumnya dibagi menjadi tiga tipe. Pertama, reaksi keracunan akut yang timbul

dalam kurun waktu 48 jam setelah mengonsumsi produk yang mengandung

Aspartam.

Kedua, efek keracunan kronis dapat timbul dalam hitungan hari hingga tahun

setelah mengonsumsi Aspartam jangka panjang. Ketiga, efek toksik yang tidak atau

sulit dikenali oleh pengguna Aspartam.

Pada survei epidemiologis, dari 551 orang yang dilaporkan mengalami

keracunan Aspartam, gejala yang timbul pada keracunan akut ialah mual, muntah,

nyeri perut, mata kabur, pandangan menyempit, nyeri kedua bola mata, hingga

kebutaan, jantung berdebar, dan sesak napas.

Pada keracunan kronis, gejala yang sering timbul adalah perubahan pola

menstruasi, rambut rontok, rasa haus yang berlebihan, nyeri pada persendian, mudah

mengalami infeksi. Ada juga yang mengalami sakit kepala, telinga berdenging,

pusing, penurunan daya ingat, depresi, mudah tersinggung, kecemasan berlebihan

adalah efek toksik yang sering kali tidak disadari, baik oleh dokter maupun yang

bersangkutan, sehingga menjalani berbagai macam pemeriksaan maupun penggunaan

obat yang tidak perlu.

b. Mekanisme penguraian aspartam sehingga menimbulkan efek samping di dalam

tubuh, yaitu:

Di antara semua pemanis tidak berkalori, hanya aspartam yang mengalami

metabolisme. Tetapi proses pencernaan aspartam juga seperti proses pencernaan

protein lain. Aspartam akan dipecah menjadi komponen dasar, dan baik aspartam

maupun komponen dasarnya tidak akan terakumulasi dalam tubuh.

Page 17: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 14

Dalam keadaan normal, fenilalanina diubah menjadi tirosina dan dibuang dari

tubuh. Gangguan dalam proses ini terjadi pada penyakit fenilketonuria atau

fenilalaninemia atau fenilpiruvat oligofrenia (PKU). Tubuh tidak mampu

menghasilkan enzim pengolah asam amino fenilalanina, sehingga menyebabkan

kadar fenilalanina yang tinggi di dalam darah, yang berbahaya bagi tubuh. PKU

menyebabkan fenilalanina tertimbun dalam darah sehingga mengganggu otak dan

dapat menimbulkan berbagai dampak berbahaya bagi tubuh manusia. Penyakit ini

dapat diturunkan secara genetik, tubuh tidak mampu menghasilkan enzim pengolah

asam amino fenilalanina, sehingga menyebabkan kadar fenilalanina yang tinggi di

dalam darah, yang berbahaya bagi tubuh.

Phenylalanine adalah asam amino yang tidak dapat dicerna oleh penderita

phenylketonuria (PKU). Penderita PKU tidak mempunyai enzim yang dapat

mencerna phenylalanine menjadi zat transmisi saraf. Akibatnya phenylalanine

terakumulasi dalam jaringan saraf dan dapat menyebabkan cacat mental. karena itu

perlu untuk mengontrol asupan fenilalanina yang didapatnya. Penyakit ini tidak

pernah ditemukan di Indonesia, tetapi pada orang kulit putih, itupun kejadiannya

hanya satu per 15.000 orang. Bukan hanya aspartam, tapi juga segala macam

makanan yang mengandung fenilalanina termasuk nasi, daging dan produk susu.

Karena itu, pada setiap produk yang mengandung aspartam ada tanda peringatan

untuk penderita fenilketonuria bahwa produk yang dikonsumsi tersebut mengandung

fenilalanina.

3. Sakarin dan Siklamat

Penggunaan sakarin dan siklamat secara berlebihan menyebabkan kanker kandung

kemih, migrain, tremor, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma,

hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi, gangguan seksual, kebotakan dan kanker

otak. Penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa

pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. garam-garam

siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa

sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit

kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada

sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

Page 18: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 15

4. Sorbitol

Beberapa efek samping dari sorbitol bagi kesehatan, meliputi:

a) Diare

Konsumsi sorbitol harian lebih dari 50 gram bisa memiliki efek pencahar.

Konsumsi sorbitol dosis tinggi juga berpotensi menyebabkan diare.

b) Nyeri Perut

Konsumsi sorbitol berlebih bisa memicu kram perut yang bisa amat

menyakitkan. Toksisitas sorbitol menyebabkan kembung perut parah, dan bisa

memicu situasi darurat. Seseorang yang mengalami sakit perut tak lama setelah

mengkonsumsi sorbitol harus segera mencari bantuan medis.

c) Muntah

Orang yang sangat sensitif terhadap sorbitol bisa mengalami muntah.

Sayangnya, tidak ada tes untuk mengetahui tingkat kepekaan seseorang terhadap

sorbitol. Satu-satunya cara adalah berhati-hati ketika mengkonsumsi makanan yang

memiliki kandungan sorbitol di dalamnya.

d) Penurunan berat badan ekstrim

Dalam kasus yang jarang, konsumsi sorbitol dalam jangka panjang bisa

menyebabkan penurunan berat badan ekstrim.

C. Cara Pembuatan Zat Pemanis pada Makanan

1. Pembuatan Gula Pasir

Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan

baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan

yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai

bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.

Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula

dimulai dari penanaman tebu, proses ekstrasi,

klarifikasi, penguapan, kristalisasi dan sentrifugasi, dan

proses pengepakan sehingga sampai ke tangan

konsumen.

Gambar 3: Tanaman Tebu

Sumber:

http://www.adipedia.com/

Page 19: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 16

a. Proses Ekstraksi

Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah

ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya adalah tebu

dicuci terlebih dahulu dengan jet air untuk

membebaskannya dari pengotor dan kemudian

dicacah menjadi bagian kecil. Bagian ini dilewatkan

ke penggilingan tekanan tinggi yang memeras

sugar-laden juice keluar dari sel tumbuhan.

Kemudian, air ditambahkan lagi pada akhir

penggilingan untuk mengeluarkan lagi kandungan

gula yang masih tersisa. Sugar-laden juice dari hasil ekstraksi mengandung sekitar

50% air, 15% gula, serat residu, dan abu berupa kotoran seperti pasir dan batu-batu

kecil.

b. Proses Klarifikasi

Bubuk kapur, Ca(OH)2, ditambahkan ke dalam sugar-laden juice, kemudian

dipanaskan. Sari tersebut kemudian memasuki tangki penjernih (clarifier), sebuah

tangki induk besar sebagai pengendap kotoran, dimana bahan koloid dikoagulasi dan

garam kalsium yang tidak larut dikeluarkan. Jus yang mengalir melalui clarifier

dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan/ buih/ kotoran dapat mengendap dan

jus yang keluar merupakan jus yang jernih.

Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga

biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus

residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan

hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan

ke proses evaporasi.

c. Proses Penguapan (Evaporasi)

Proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara

menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi

tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya

pembersihan lagi. Larutan sirup mengandung 65% berat dari sukrosa.

Gambar 4: Proses Penggilingan

Tebu

Sumber: eridab.blogspot.com

Page 20: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 17

d. Proses Kristalisasi dan Sentrifugasi

Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan

ke dalam tangki vakum yang sangat besar untuk

dididihkan. Di dalam wadah ini sejumlah air

diuapkan sampai sukrosa melebihi batas

kelarutannya, dan sebagai hasilnya kristal gula

terbentuk. Kristal gula dipisahkan dari cairan

supernatan dengan cara sentrifugasi. Produk cair ini

dikenal sebagai blackstrap molasses, digunakan

terutama sebagai komponen pakan ternak. Gula

padat yang dihasilkan dari proses ini mengandung 97% sukrosa, dan berwarna putih

kecoklatan. Gula padat ini siap untuk melanjutkan proses selanjutnya yaitu proses

pengepakan untuk didistribukasikan ke konsumen.

Untuk menghasilkan gula padat tidak berwana (bening), dilakukan proses

karbonitasi. Proses karbonitasi berfungsi untuk menghilangkan warna dari gula padat

menggunakan karbon GAC (Granular Activated Carbon). Produk dari proses

karbonitasi berupa cairan gula jernih dan hampir tidak berwarna, untuk selanjutnya

dilakukan kristalisasi kedua sehingga menjadi kristal gula padat.

Gambar 5: Tangki vakum pada

proses kristalisasi gula

Sumber: adipedia.com

Gambar 6: Skema Alur Produksi Gula Pasir

Sumber: teknik-kimia-edu.blogspot.com

Page 21: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 18

2. Pembuatan Aspartam

Aspartam (C14H18N2O5 ) merupakan turunan utama dari senyawa asam-asam

amino. Jenis asam amino yang digunakan untuk memproduksi aspartam adalah asam

aspartat (C4H7NO4) dan fenil alanin (C6H5CH2CH(NH2)COOH). Semua molekul asam

amino memiliki sifat yang umum, yaitu dibentuk atas kelompok amin dan rantai

samping. Sifat dari rantai samping itulah yang membedakan setiap jenis asam amino.

Sifat lain dari asam amino adalah kemampuannya untuk membentuk konfigurasi

molekular yang berbeda, atau disebut isomer. Isomer tersebut dibedakan dengan huruf L

dan D. Aspartam dibentuk oleh isomer L, satu-satunya kombinasi isomer yang

menghasilkan rasa manis. L-asam aspartik memberikan rasa hambar dan L-penilalanine

memberikan rasa pahit. Namun kombinasi keduanya menghasilkan rasa manis seperti

gula.

Untuk menghasilkan aspartam dalam skala industri, dilakukan 3 tahap:

a. Fermentasi

Proses fermentasi langsung dimulai untuk menghasilkan asam amino yang

diperlukan untuk memproduksi aspartam. Pada proses ini, diperlukan bakteri yang

dapat memproduksi jenis asam amino tertentu dalam kuntitas besar.

Untuk memulai proses fermentasi, sampel dari biakan murni bakteri dimasukkan

pada tabung reaksi yang berisi nutrien yang diperlukan bakteri untuk tumbuh. Setelah

inokulasi awal tersebut, bakteri akan berkembang biak. Setelah populasi dirasa

cukup, bakteri ditransfer ke tangki inokulum. Jenis bakteri yang digunakan untuk

membuat L-asam aspartik dan L-penilalanine adalah B. flavum dan C. glutamicum.

Tangki inokulum menyediakan kondisi lingkungan yang baik untuk

pertumbuhan bakteri, seperti air hangat;, nutrisi karbohidrat berupa tetes gula,

glukosa atau sukrosa; sumber karbon berupa asam asetat, alkohol, hidrokarbon;

sumber nitrogen berupa amonia cair atau urea; dan growth factor berupa vitamin,

asam amino, mikro nutrien. Tangki inokulum dilengkapi juga dengan mixer yang

berfungsi agar media tumbuh juga bergerak; dan pompa untuk memindahkan bakeri

ke tangki fermentasi ketika bakteri yang tumbuh sudah cukup.

Tangki fermentasi hampir sama dengan tangki inokulum, namun berukuran lebih

besar dan media tumbuh yang memiliki kondisi lingkungan yang sama dengan yang

Page 22: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 19

terdapat pada tangki inokulum. Di sini, bakteri akan tumbuh dan berkembang dan

akan memproduksi asam amino dalam jumlah besar. Karena kontrol pH sangat

penting dalam keberhasilan fermentasi, maka untuk menjaga ph, amonia cair

ditambahkan pada tangki fermentasi, bila perlu.

Ketika asam amino sudah terbentuk, isi dari tangki fermentasi segera

dipindahkan an diisolasi. Proses ini dimulai dengan pemisahan sentrifugal yang akan

mengisolasi bakteri asam amino dalam jumlah besar. Asam amino kemudian

dimurnkan dengan kolom penukar ion. Dari kolom ini, asam amino dipompa ke

tangki kristalisasi dan emudia menuju pemisahan kristal, ang kemudian akan

didinginkan dan siap disintesiskan untuk memproduksi aspartam.

b. Proses Sintesis

Pada umumnya pembentukkan aspartam dilakukan dengan sintesis antara

penilalanine yang dimodifikasi dengan reaksi menggunakan metanol dan

dikombinasikan dengan asam aspartik yang dimodifikasi

Penilalanine direaksikan dengan metanol yang akan menghasilkan senyawa L-

penilalanine metil ester. Asam aspartik juga dimodifikasi dengan cara tertentu untuk

menghasilkan variasi bagian molekul. Salah satu metode yang digunakan adalah

dengan mereaksikan asam aspartik dengan substansi yang akan menghasilkan

lingkaran benzil.

Asam amino yang sudah dimodifikasi, dimasukan ke dalam tangki reaktor

dengan menggunakan pompa, dan kemudian dicampur pada suhu kamar selama 24

jam. Suhu kemudian dinaikkan menjadi 149oF (65oC) dan dipertahankan untuk 24

jam selanjutnya. Reaksi tersebut kemudian didinginkan pada suhu kamar. Dan

dengan menggunakan solven tertentu, didinginkan sampai suhu 0oF (-18oC) untuk

proses kristalisasi. Kristal yang terbentuk kemudian diisolasi dengan filtrasi dan

dikeringkan. Kristal ini merupakan intermediet aspartam yang masih harus

dimodifikasi lebih lanjut.

Intermediet aspartam diubah menjadi aspartam dengan mereaksikan dengan

asam asetat. Reaksi ini dilakukan pada tangki besar berisi larutan asam, katalis logam

palladium, dan hidrogen. Semua raktan tersebut dicampur dan dibiarkan bereaksi

selama 12 jam.

Page 23: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 20

c. Proses Purifikasi

Setelah katalis logam dipisahkan dengan filtrasi, dan solven dipisahkan melalui

distilasi, maka akan tersisa residu. Residu dimurnikan dengan melarutkannya pada

larutan etanol dan dikristalkan kembali. Kristal ini kemudian difiltrasi dan

dikeringkan dan setelah selesai, kristal tersebut merupakan bubuk aspartam.

3. Pembuatan sakarin

Proses pembuatan sakarin yang paling terkenal saat ini adalah metode

yang sama yang digunakan Remsen dan Fahlberg pada tahun 1879.

Toluene dan asam klorosulfonic bereaksi pada suhu 0 – 5oC membentuk

campuran o- dan p-toluenesulfonamide. Campuran tersebut dipisahkan, dan

o-toluenesulfonamide dioksidasi menjadi o-carboxybenzenesulfonamide

(asam o-sulfamoylbenzoic ). Senyawa ini dibebaskan dari air menjadi

sakarin. P-toluenesulfonamide juga penting dalam pembuatan sakarin dan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan Chloramine-T (Ulanira, 2009).

Gambar 7: Reaksi Pembuatan Sakarin

Sumber: (Widjajaaseputra, 2002)

Page 24: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 21

D. Undang-Undang Tentang Penggunaan Zat Pemanis pada Makanan

Penggunan zat pewarna dan pemanis buatan telah diatur oleh pemerintah melalui

Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 239/MENKES/PER/V/1985 tentang penggunaan zat

pewarna dan pemanis buatan, dan No. 7222/MENKES/PER/IX/1988 tentang bahan

tambahan makanan, serta SNI 01-2895-1992 tentang penggunaan zat aditif.

Table 2. Daftar pemanis buatan yang diperbolehkan di Indonesia

No. Nama Pemanis

Buatan Penggunaan dalam Pangan

Ukuram

maksimum

yang

diijinkan

1. Sakarin (dan

garam natrium

sakarin)

Makanan berkalori rendah:

a. Saus, es lilin, minuman ringan dan minuman

yogurt

b. Es krim, es puter, dan sejenisnya serta jem dan

jelly

c. Permen

d. Permen karet dan minuman ringan fermentasi

300 mg/kg

200 mg/kg

100 mg/kg

50 mg/kg

2. Siklamat (dan

garam natrium

dan kalsium

siklamat)

Makanan berkalori rendah:

a. Saus, es lilin, minuman ringan dan minuman

yogurt

b. Es krim, es puter, dan sejenisnya serta jem dan

jeli

c. Permen

d. Permen karet dan minuman ringan fermentasi

3 gr/kg

2 gr/kg

1 gr/kg

500 mg/kg

3. Sorbitol a. Kismis

b. Jem, jeli, dan roti

c. Pangan lain

5 gr/kg

300 mg/kg

120 mg/kg

4. Aspartam Aneka makanan/minuman -

Sumber: SNI 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan

Page 25: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page 22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zat pemanis pada makanan berdasarkan proses produksi tergolong menjadi dua, yaitu

pemanis alami dan pemanis buatan. Baik zat pemanis alami maupun buatan memiliki

kegunaan dan efek samping tersendiri. Khususnya pada zat pemanis buatan, yang apabila

dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan gangguan kesehatan karena mengandung

senyawa anorganik yang sulit terurai di dalam tubuh, dan bersifat karsinogenik. Pada proses

pembuatan zat pemanis alami maupun buatan, keduanya sama-sama melibatkan proses

pemisahan campuran seperti filtrasi, evaporasi, kristalisasi, dan distilasi untuk memisahkan

senyawa penghasil rasa manis dengan senyawa yang tidak dibutuhkan. Penggunaan zat

pemanis khususnya pemanis buatan di Indonesia telah diatur oleh pemerintah dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 239/MENKES/PER/V/1985 tentang penggunaan zat

pewarna dan pemanis buatan, dan No. 7222/MENKES/PER/IX/1988 tentang bahan

tambahan makanan, serta SNI 01-2895-1992 tentang penggunaan zat aditif. Namun,

pengaplikasiannya tidak terlaksana secara maksimal.

B. Saran

1. Selektif dalam memilih makanan. Khususnya, konsumen harus mengetahui cara

membedakan antara pemanis alami dengan pemanis buatan pada makanan.

2. Batasi penggunaan zat pemanis pada makanan, terutama zat pemanis sintetis.

3. Perhatikan ingredient atau komposisi yang terkandung dalam produk pangan pada label

makanan. Sebaiknya hindari membeli produk yang tidak mencantumkan informasi bahan

kandungannya.

4. Sebaiknya pemerintah lebih tegas dalam menegakkan Undang-Undang tentang

penggunaan zat aditif pada makanan.

Page 26: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page iv

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Lebah Madu. Diunduh melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CHA

QFjAJ&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F28

126%2F3%2FChapter%2520II.pdf&ei=nVAoUYX5C4SrrAfyjIDoCg&usg=AFQjCNG

TwwNT05l4QGLVCJiNFrHgv3c-uw&bvm=bv.42768644,d.bmk&cad=rja pada tanggal

23 Februari 2013.

Anonim. 2010. Tahap Proses untuk Memproduksi Bahan Baku Gula dari Tebu. Diakses melalui

http://teknik-kimia-edu.blogspot.com/2010/10/tahap-proses-untuk-memproduksi-

bahan.html pada tanggal 23 Februari 2013.

Anonim. 2011. Proses dan Tahapan Pembuatan Gula Pasir. Diakses melalui

http://www.adipedia.com/2011/01/proses-dan-tahapan-pembuatan-gula-pasir.html pada

tanggal 23 Februari 2013.

Anonim. 2012. Khasiat Madu. Diakses melalui http://manfaatmadu.com/ pada tanggal 23

Februari 2013.

Anonim. 2012. Sukrosa. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Sukrosa pada tanggal 23

Februari 2013.

Marta. 2009. Pemanis Buatan: Aspartam. Diakses melalui

http://marta1229.wordpress.com/2009/06/01/pemanis-buatan-aspartam/ pada tanggal 23

Februari 2013.

SNI. 1995. Undang- Undang Bahan Tambahan Makanan. Diunduh melalui

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CD0Q

FjAC&url=http%3A%2F%2Fagri.sucofindo.co.id%2FExtra%2FPDF%2FSNI_01-

0222-

1995_Bahan_Tambahan_Makanan.pdf&ei=6DEmUd3kKofNrQfe7YCYDg&usg=AFQj

CNHdFp5vb83kcKwX9tczGsqIdLXywg&bvm=bv.42661473,d.bmk&cad=rja pada

tanggal 23 Februari 2013.

Page 27: Makalah Pemanis Edit Jadi 22.pdf

Zat Pemanis pada Makanan Page iv

MAKALAH KIMIA BAHAN PANGAN

“Zat Pemanis pada Makanan”

Disusun oleh kelompok :

1. Siti Aisyah Tong (103654044)

2. Lelly Zeni Arlita (103654220)

3. Selva Kurnia Damayanti (103654229)

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi Pendidikan Sains

2013