Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik kedokteran bukanlah suatu pekerjaan yang boleh dilakukan oleh siapa saja, melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran yang memiliki kompetensi yang memenuhi persyaratan tertentu tertentu, Selain itu sebagai kelompok profesional kedokteran harus mematuhi peraturan – peraturan yang diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) agar dapat menjalankan profesinya dengan benar dan tepat. Sebagai manusia biasa seorang dokter juga punya kelebihan dan kekurangan dalam segala hal yang ada pada kehidupannya. Pada skenario II “Nona Genitwati” kasus dr. Manise ini dapat dilihat bahwa sikap dr. Manise yang menjelek – jelekkan atau mencemarkan nama baik dr. Siti di depan pasienya merupakan hal yang tidak tepat atau kurang baik, selain itu perbuatan tersebut telah melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia ( KODEKI ) dan melanggar Undang – Undang tentang pencemaran nama baik yang tercantum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana. Hal tersebut juga Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 1
33

Makalah PBL Skenario II KODEKI

Dec 31, 2015

Download

Documents

KODEKI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktik kedokteran bukanlah suatu pekerjaan yang boleh dilakukan oleh siapa saja,

melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran yang memiliki

kompetensi yang memenuhi persyaratan tertentu tertentu, Selain itu sebagai kelompok

profesional kedokteran harus mematuhi peraturan – peraturan yang diatur dalam Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI) agar dapat menjalankan profesinya dengan benar dan tepat.

Sebagai manusia biasa seorang dokter juga punya kelebihan dan kekurangan

dalam segala hal yang ada pada kehidupannya. Pada skenario II “Nona Genitwati” kasus

dr. Manise ini dapat dilihat bahwa sikap dr. Manise yang menjelek – jelekkan atau

mencemarkan nama baik dr. Siti di depan pasienya merupakan hal yang tidak tepat atau

kurang baik, selain itu perbuatan tersebut telah melanggar Kode Etik Kedokteran

Indonesia ( KODEKI ) dan melanggar Undang – Undang tentang pencemaran nama baik

yang tercantum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana. Hal tersebut juga

mengakibatkan berbagai macam tanggapan yang kurang baik terhadap dr. Siti. Keputusan

yang diambil oleh dr. Siti untuk melaporkan dr. Manise ke lembaga hukum yang

berwenang merupakan tindakan untuk membela diri dan untuk mengembalikan nama

baiknya yang telah rusak di kalangan masyarakat.

Dalam makalah ini, kami mengulas permasalahan – permasalahan yang ada agar

dapat mengerti tindakan – tindakan yang benar bila menjadi seorang dokter. Selain itu

juga mempelajari tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang berisi

kewajiban – kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang dokter.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 1

Page 2: Makalah PBL Skenario II KODEKI

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah tindakan dr. Manise yang tetap berpraktek walaupun tanda praktiknya di

hilangkan melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)?

2. Apakah sikap dr. Manise yang menjelek – jelekkan atau mencemarkan nama baik dr.

Siti Melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)?

3. Mengapa dr. siti ingin melaporkan dr. Manise dan Nn.Genitwati?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah yang terjadi dalam praktek kedokteran.

2. Sebagi media pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran untuk memahami kode etika

kedokteran.

3. Untuk memberikan keterampilan generik sebagai mahasiswa yang akan dididiik

menjadi seorang dokter.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengerti hal – hal apa saja yang tercantum dalam Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI).

2. Memberi contoh terhadap mahasiswa, supaya dapat menjadi seorang dokter yang baik

dan mengerti batasan – batasan yang tidak boleh dilanggar.

3. Menanamkan rasa saling menghormati terhadap teman sejawat atau seprofesi nantinya

kepada mahasiswa.

4. Mengerti batasan – batasan perilaku yang harus dijaga antara dokter dengan pasien.

5. Agar mahasiswa benar – benar mengerti isi dari butir – butir sumpah dokter dan dapat

melaksanakannya dengan baik di kemudian hari.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 2

Page 3: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB II

SKENARIO

2.1. SKENARIO I

“NONA GENITWATI”

Manise adalah seorang dokter yang sedang menempuh pendidikan specialis penyakit paru di kota Buaya. Sehingga dia harus meninggalkan kota Hujan tempat ia dilahirkan. Namun atas permintaan pasienya dr. Manise masih meluangkan waktu untuk berpraktek tiap hari sabtu dan minggu pada saat ia libur dari sekolahnya, padahal tanda prakteknya telah dihilangkan.

Suatu hari datanglah seorang penderita bernama Nn. Genitwati yang dating berobat kepadanya dengan keluhan batuk yang tak kunjung sembuh, walaupun telah berobat ke dokter Siti tetangga sebelah. Setelah diperiksa ternyata Nn. Genitwati menderita penyakit paru, “ Wah ini pemeriksaan dr. Siti salah mbak Genitwati, kurang teliti dia, maklum bukan specialis, lagi pula zaman sekolah dia tidak sepandai saya “ ucapnya arogan. Nn. Genitwati menimpali, “ pantas saja dok lagi pula sepertinya gak professional deh “. Akhirnya malah terlibat gossip yang seru. Suster Ayu akhirnya mengetuk pintu, “ Maaf dokter masih ada pasien “. Dengan bersungut-sungut Nn. Genitwati permisi keluar, “ Sampai ketemu ya dok. “ Ucapnya seraya melirik tajam pada suster Ayu.

Ternyata Nn. Genitwati tidak sampai disini saja, dia menyebarkan kabar-kabari bahwa dr. Siti tidak pandai memeriksa pasien, sehingga otomatis pasien dr. Siti merosot tajam. Dr. Siti tidak terima dan melaporkan Nn. Genitwati dan dr. Manise ke IDI dengan tuduhan mencemarkan nama baik, dan mungkin dalam waktu dekat akan melaporkannya pada pihak kepolisian.

Benarkan tindakan dr. Siti melaporkan dr. Manise yang secara tidak professional menyerang dirinya dan apakah dr. Manise telah bertindak sesuai Kode Etik Kedokteran ?

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 3

Page 4: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB III

PROBLEM

3.1. Minimal Problem:

1. Mengapa tanda praktik dr.Manise dihilangkan?

2. Mengapa dr.Manise tetap berpraktik, padahal tanda praktiknya sudah dihilangkan?

3. Mengapa dr.Manise bersifat arogan terhadap dr.Siti?

4. Apakah tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr.Manise melanggar Kode

Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)?

3.2.Kata Kunci :

1. Spesialis

2. Praktik

3. Tanda Praktik

4. Penyakit Paru

5. Arogan

6. Profesional

7. Bersungut-sungut

8. IDI (Ikatan Dokter Indonesia)

9. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

10. Pasien

11. Gosip

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 4

Page 5: Makalah PBL Skenario II KODEKI

3.3. Penjelasan Kata Kunci

1. Spesialis :

Artinya Keahlian yang lebih, dalam penguasaan suatu ilmu.

Artinya Memfokuskan dan mendalami suatu ilmu yang dimiliki pada suatu ilmu

tertentu.

Artinya Mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu tertentu. Jika pada Seorang

dokter, maka harus menjalani pendidikan dokter pasca sarjana (spesialisasi) untuk dapat

menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan

lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja

sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum dasar.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Spesialis

2. Praktik :

Artinya Mengaplikasikan (menerapkan) suatu ilmu yang dimiliki seseorang pada

kehidupan nyata.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Praktik

3. Tanda Praktik :

Artinya Sesuatu hal baik itu berupa benda (papan nama) maupun bentuk lainnya

yang digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang yang dituju telah memiliki

wewenang untuk mengadakan atau membuka sebuah tempat praktik.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda Praktik

4. Penyakit Paru :

Artinya Suatu gejala buruk yang disebabkan oleh adanya kuman yang dapat

berupa virus, bakteri, amoeba, atau jamur yang menjangkiti tubuh manusia

maupun faktor lainnya baik rangsangan dari dalam yang berupa stress dan emosi,

maupun rangsangan dari luar yang berupa debu rumah, tungau, bulu binatang,

polusi udara, perubahan cuaca, infeksi saluran nafas, asap (rokok, obat nyamuk,

bahan kimia), dan lain sebagainya yang menyerang organ dalam tubuh manusia

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 5

Page 6: Makalah PBL Skenario II KODEKI

yang memiliki fungsi dalam proses pernafasan yang dapat berupa asma, TB-paru,

pneumonia, bronkitis, kanker paru, emfisema, dan pleuritis.

Artinya Suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan

ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap organ pada sistem

pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi)

vertebrata yang bernapas dengan udara.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit Paru

5. Arogan :

Artinya Suatu sikap yang menunjukkan kesombongan, membanggakan diri

sendiri, dan tidak mau menerima pendapat orang lain.

Artinya Kesombongan atau keangkuhan. Merasa paling hebat dalam berbagai hal

sehingga merendahkan pendapat orang lain, merasa ingin menang sendiri dan tidak

pernah bersedia untuk mengalah. Jika diajak berdebat selalu menyangkal dan tetap

kukuh dengan pendapatnya sendiri

Artinya seseorang atau kelompok yang merasa dirinya berada di atas hak setiap

orang, tidak ingin mengindahkan hak orang, dan menjadikan kekuataannya sebagai

tolak ukur hak dan kebenaran. Artinya Sombong, angkuh, mempunyai perasaan

superioritas yg dimanifestasikan pada sikap suka memaksa.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Arogan

6. Profesional :

Artinya Totalitas kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang ditekuninya.

Artinya Seseorang yang ahli dalam suatu bidang yang menawarkan jasa atau

layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan

menerima gaji sebagai upah atas jasanya

Artinya orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan

dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap

penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di

profesinya.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 6

Page 7: Makalah PBL Skenario II KODEKI

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Profesional

7. Bersungut-sungut :

Artinya Suatu ekspresi wajah seseorang yang menunjukkan kekesalan akan

sesuatu hal.

Artinya menggerutu dan mengeluh.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bersungut- sungut

8. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) :

Artinya Suatu lembaga yang menaungi dan melindungi profesi kedokteran.

Artinya Suatu organisasi profesi kedokteran di Indonesia.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/IDI

9. Kode Etik Kedokteran :

Artinya Sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas

menyatakan apa yang benar dan baik serta apa yang tidak benar dan tidak baik

bagi profesional bidang kedokteran. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang

benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus

dihindari dalam menjalankan profesi kedokteran.

Sumber : www.windy05.blogspot.com

Keberadaannya dilandasi oleh etik dan norma-norma yang mengatur hubungan

antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai

landasan ideologi dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil.

Sumber : www. fkunhas.com

Merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan

ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu kumpulan atau

organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu

bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para

anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang

disepakati bersama, guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi. Kode

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 7

Page 8: Makalah PBL Skenario II KODEKI

etik lebih meningkatkan pembinaan anggota sehingga mampu memberikan

sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kode Etik Kedokteran

10. Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis . Sering kali, pasien

menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

disembuhkan.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien

11. Gosip

Gosip atau desas-desus (Inggris: rumors) adalah selenting berita yang tersebar

luas dan sekaligus menjadi rahasia umum di publik tetapi kebenarannya

diragukan atau merupakan berita negatif.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gosip

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 8

Page 9: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB IV

DISKUSI

4.1. Permasalahan Pertama

1. Tanda praktik dr.Manise dihilangkan?

Seperti yang kita ketahui, seorang dokter yang telah menyelesaikan pendidikannya

wajib untuk mengurus Surat Tanda Registrasi (STR). Surat Tanda Registrasi ini

nantinya digunakan untuk memperoleh Surat Izin Praktik (SIP) dokter, yang

menandakan bahwa dokter tersebut telah dapat membuka praktik dan tentunya dapat

memasang tanda praktik di depan tempat ia melakukan praktik. Seperti penjelasan

sebelumnya dalam klarifikasi kata kunci, dijelaskan bahwa tanda praktik merupakan

sesuatu hal baik itu berupa benda (papan nama) maupun bentuk lainnya yang

digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang dokter yang dituju telah memiliki

wewenang untuk mengadakan praktik.

Dalam konteks skenario 2 “Nona Genitwati” ini dr. Manise tetap

menyelenggarakan praktik kedokterannya padahal tanda praktiknya telah dihilangkan.

Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yakni pasal 4 dalam Penjelasan

Pedoman dan Pelaksanakan menjelaskan bahwa “Seorang dokter wajib

menggantungkan atau memancangkan papan nama di depan ruang atau tempat

praktek. Papan nama berukuran 40 x 60 cm, tidak boleh melebihi 60 x 90 cm, cat

putih dengan huruf hitam. Nama gelar yang sah dan jenis melayani yang sesuai

dengan surat ijin praktek dan waktu praktek”.

Permasalahannya sekarang, mengapa tanda praktik tersebut dihilangkan?. Hal

ini dikarenakan dr. Manise sedang menempuh pendidikan spesialis penyakit paru di

kota lain dan juga dr. Manise sudah tidak memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) di kota

Hujan karena tanda praktiknya telah dilepas.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 9

Page 10: Makalah PBL Skenario II KODEKI

4.2. Permasalahan kedua

2. Mengapa dr.Manise tetap berpraktik, padahal tanda praktiknya sudah

dihilangkan?

Praktik kedokteran merupakan salah satu dari hak seorang dokter. Hanya saja untuk

penyelenggaraan ini, seorang dokter harus memenuhi beberapa persyaratan untuk

dapat melakukan praktik kedokteran. Namun pada kondisi-kondisi tertentu mungkin

saja ada beberapa dokter yang tetap saja menyelenggarakan praktik kedokteran,

padahal ia belum dapat memenuhi persyaratan untuk dapat menyelenggarakan praktik

kedokteran.

Dalam skenario 2 dr. Manise tetap berpraktik walaupun tanda praktiknya telah

dihilangkan. Itu dikarenakan permintaan pasien yang banyak, maka dr. Manise

meluangkan waktunya untuk tetap melaksanakan praktiknya. Secara umum, seperti

penjelasan diatas, bawasannya setiap dokter mempunyai hak untuk melakukan praktik.

Hanya saja dalam skenario diatas, dr. Manise telah menyalahgunakan haknya tersebut,

dr. Manise tetap melakukan praktik meskipun tanda praktiknya telah dilepas. Hal ini

sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena tanda praktik yang menunjukkan

diizinkannya dr. Manise untuk menyelenggarakan praktik kedokteran sudah dilepas

sehingga tindakannya tersebut melanggar UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran.

4.3. Permasalahan Ketiga :

3. dr. Manise bersifat arogan terhadap dr. Siti?

Setiap orang memiliki sifat – sifat yang berbeda dan biasanya setiap orang memiliki

kelebihan dan kekurangan dalam setiap hal. Terkadang kekurangan yang dimiliki

seseorang tidak dapat ditutupi oleh kelebihan yang dimilikinya. Dalam hal ini, dr.

Manise memiliki kekurangan yang bisa dianggap cukup buruk, dr. Manise bersifat

arogan terhadap teman sejawat atau seprofesinya (dokter).

Dalam kasus skenario “Nona Genitwati” dr. Manise merasa lebih unggul

dengan ilmu yang dimiliknya daripada dr. Siti yang juga teman sejawatnya. Karena

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 10

Page 11: Makalah PBL Skenario II KODEKI

pada saat itu dr. Manise sedang menempuh sekolah untuk mengambil spesialis,

sehingga membuat dr. Manise merasa lebih profesional dan lebih mampu dalam

menangani pasien yang berobat padanya.

4.4. Permasalahan Keempat :

4. Apakah tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr. Manise sesuai

dengan Kode Etik Kedokteran?

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) merupakan hal yang wajib untuk dipatuhi

oleh setiap dokter yang telah selesai menempuh pendidikan dan berhasil melalui tes

Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia

(KODEKI) harus diterapkan oleh seorang dokter yang telah memiliki Surat Tanda

Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP) dimana saja, baik praktek di rumah sakit

maupun tempat praktek pribadinya. Serta dalam menjalani profesinya seorang dokter

tidak boleh melanggar apa yang sudah tercantum dalam Kode Etik Kedokteran

Indonsia (KODEKI).

Dalam Skenario 2 “Nona Genitwati”, Menurut kami tindakan yang dilakukan

oleh dr. Manise merupakan tindakan yang salah atau tidak tepat dalam menjalankan

profesinya. Tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr. Manise secara jelas

telah melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Tindakan yang

dilakukan dr. Mamise yaitu menjelek – jelekkan nama baik teman sejawat atau

seprofesinya (dr. Siti) mengakibatkan hal yang berdampak buruk terhadap praktik dr.

Siti dan nama baiknya.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 11

Page 12: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB V

ANALISIS / HASIL DISKUSI

Analisis atau hasil diskusi dari kelompok kami dari permasalahan diatas adalah :

Permasalahan Pertama dan Kedua:

1. Mengapa tanda praktik dr.Manise dihilangkan?

2. Mengapa dr.Manise tetap berpraktik, padahal tanda praktiknya sudah

dihilangkan?

Profesi dokter memang sangat identik dengan penyelenggaraan praktik

kedokteran. Hanya saja, penyelenggaraan praktik ini tidak serta merta langsung dapat

dilakukan oleh seorang dokter yang baru selesai menempuh pendidikan dokter. Sesuai

dengan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), seorang dokter yang baru selesai

menempuh pendidikan dokter dan ingin menyelenggarakan praktik kedokteran, wajib

untuk melakukan registrasi dokter dan memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR).

Surat Tanda Registrasi ini nantinya digunakan oleh dokter yang bersangkutan sebagai

syarat mutlak untuk dapat memperoleh Surat Izin Praktik (SIP). Tujuannya adalah

agar masyarakat mendapat perlindungan hukum dalam pelayanan dokter. Surat Tanda

Registrasi juga sebagai indentifikasi dokter, sehingga dapat diminta pertanggung

jawabannya jika dia melakukan kesalahan.

Sedangkan bagi dokter yang membuka praktik dan tidak memiliki STR berarti

dia melanggar Undang - Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

dan bisa dikenakan sanksi pidana 5 tahun. Maka dokter tersebut disarankan untuk

melakukan registrasi ulang untuk tetap dapat melakukan praktik kedokteran.

Dalam konteks skenario 2 “Nona Genitwati”, menjelaskan bahwa dr. Manise

sedang menempuh pendidikan spesialis penyakit paru di kota Buaya. Dalam hal ini,

dr. Manise boleh menyelenggarakan praktik Kedokteran harus mengurus ulang Surat

Ijin Praktik (SIP) dan tentunya harus mendapat persetujuan dari instansi tempat ia Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 12

Page 13: Makalah PBL Skenario II KODEKI

mengeyam pendidikan spesialis. Kondisi ini hanya berlaku pada daerah tempat dr.

Manise tinggal saat ini.

Permasalahan ketiga :

3. Mengapa dr. Manise bersifat arogan terhadap dr. Siti?

Arogan merupakan sifat yang sangat buruk dan perlu untuk dihindari atau

dihilangkan dari dalam diri setiap orang, arogan memiliki arti kesombongan,

keangkuhan atau kecongkakan. Merasa paling hebat dalam berbagai hal sehingga

merendahkan pendapat orang lain, maunya menang sendiri dan tidak pernah bersedia

untuk mengalah. Jika diajak berdebat selalu membantah dan tetap kukuh dengan

pendapatnya sendiri. Pada zaman yang modern dan penuh dengan kompetisi atau

persaingan, banyak orang yang tidak menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat sifat

arogan. Sifat ini berekembang dengan sendirinya seiring dengan kompertisi atau

persaingan yang sangat kuat saat ini. Banyak orang tidak mau kalah dengan pendapat

orang lain. Bahkan jika perlu seseorang tersebut akan melakukan tindakan yang

memperburuk keadaan atau menjatuhkan lawannnya.

Dalam skenario “Nona Genitwati”, dr. Manise bersifat arogan dengan menjelek

– jelakkan atau mencemarkan nama baik dr. Siti kepada Nona genitwati. Dr. Manise

mengatakan bahwa dr. Siti kurang profesional dan tidak mampu dalam menangani

Nona Genitwati. Seharusnya dr. Manise dapat menahan diri dan mengatakan kepada

Nona Genitwati tentang keadaan yang sebenarnya dan memberikan alasan yang tepat

kepada Nona Genitwati tentang kesalahan diagnosa yang dilakukan oleh dr. Siti, serta

tidak perlu menjelek – jelakkan nama baik dr. Siti. Karena sebagai seorang dokter yang

baik harus melindungi dan saling mengingatkan teman sejawatnya seperti pada Kode

Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) pasal 14 “Setiap dokter memperlakukan teman

sejawatnya sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan”.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sifat arogan yang terjadi :

Dengan mensyukuri apa yang kita sudah capai.

Mensyukuri nikmat Tuhan yang begitu indah

Berusaha mengontrol diri

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 13

Page 14: Makalah PBL Skenario II KODEKI

Jangan mengikuti kemauan hawa nafsu.

Jika nafsu itu sudah melebihi kapasitas, tarik diri dari rasa itu dan sadari bahwa

sesuatu yang berlebih itu tidak akan baik.

Permasalahan keempat :

4. Apakah tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr. Manise sesuai

dengan Kode Etik Kedokteran?

Pencemaran nama baik merupakan hal yang dapat memperburuk keadaan

seseorang, pencemaran nama baik banyak dilakukan saat ini untuk menjatuhkan lawan

dalam segala hal. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam sebuah profesi

atau pekerjaan. Pencemaran nama baik bisa berupa sebuah fitnah (menuduh) atau

menyalahkan suatu tindakan yang telah dilakukan seseorang.

Sampai saat ini belum ada definisi hukum di Indonesia yang tepat tentang apa

yang disebut pencemaran nama baik. Menurut frase (bahasa Inggris), pencemaran

nama baik diartikan sebagai defamation, slander, libel yang dalam bahasa Indonesia

(Indonesian translation) diterjemahkan menjadi pencemaran nama baik, fitnah (lisan),

fitnah (tertulis). Slander adalah oral defamation (fitnah secara lisan) sedangkan Libel

adalah written defamation (fitnah secara tertulis). Dalam bahasa Indonesia belum ada

istilah untuk membedakan antara slander dan libel.

Dalam Skenario 2 ”Nona Genitwati”, dr. Manise telah menjelek – jelekkan

nama baik dr. Siti, tindakan tersebut telah melanggar Kode Etik Kedoktern Indonesia

(KODEKI) dan Undang – Undang yang ada di Indonesia. Pada Kode Etik Kedokteran

Indonesia telah melanggar pasal 14 “Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya

sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan”. Sedangkan pada Undang – Undang

Hukum Indonesia telah melanggar pasal dalam KUHP tentang pencemaran nama baik

yang diistilahkan sebagai penghinaan/penistaan terhadap seseorang, terdapat dalam

Buku kedua Bab XVI KUHP khususnya pada Pasal 310 dan 315 KUHP yang

menyebutkan :

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 14

Page 15: Makalah PBL Skenario II KODEKI

Pasal 310

“Barang siapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan

jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata

akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista, dengan hukuman penjara

selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-”

Pasal 315

“Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat menista atau menista

dengan tulisan, yang dilakukan kepada seseorang baik ditempat umum dengan

lisan, atau dengan tulisan, maupun dihadapan orang itu sendiri dengan lisan atau

dengan perbuatan, begitupun dengan tulisan yang dikirimkan atau diterimakan

kepadanya, dihukum karena penghinaan ringan, dengan hukuman penjara

selama-lamanya empat bulan dua minggu atau denda sebanyak-banyaknya Rp

4.500,-”

Menurut R. Soesilo apa yang dimaksud dengan “menghina”, yaitu menyerang

kehormatan dan nama baik seseorang yang diserang biasanya merasa malu.

Kehormatan yang diserang disini hanya mengenai kehormatan tentang nama baik.

Menurut R. Soesilo, penghinaan dalam KUHP ada 6 macam yaitu :

a. menista secara lisan (smaad)

b. menista dengan surat/tertulis (smaadschrift)

c. memfitnah (laster)

d. penghinaan ringan (eenvoudige belediging)

e. mengadu secara memfitnah (lasterlijke aanklacht)

f. tuduhan secara memfitnah (lasterlijke verdachtmaking)

Tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh dr. Manise dapat

menyebabkan berbagai macam hal yang sangat buruk bagi dr. Siti dan dapat

memperburuk reputasinya sebagai seorang dokter karena telah menjelek – jelekkan

teman sejawatn

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 15

Page 16: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB VI

KESIMPULAN

Beberapa masalah utama yang terdapat pada skenario 2 “Nona Genitwati” antara lain:

Tentang Pencemaran nama baik. Dimana pada skenario 2 “Nona Genitwati”

dijelaskan bahwa dr. Manise telah mempengaruhi Nn. Genitwati dengan

berprasangka buruk kepada dr. Siti dalam hal cara pemeriksaan yang kurang

professional, sehingga dr.Siti kehilangan kepercayaan dari para pasiennya.

Tentunya hal ini sangat mengganggu dr. Siti dalam menjalankan profesinya.

Tentang Pelanggaran Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Dr. Manise

telah melakukan 2 jenis pelanggaran. Yakni, dr.Manise telah membanggakan

dirinya dengan cara membanding-bandingkan kemampuan yang dimilikinya

dengan dokter lain (teman sejawatnya), hal ini tidak sesuai dengan Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI) pada pasal 4 “setiap dokter harus

menghidarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri”. Selain itu,

dr.Manise tidak menggunakan tanda praktek apapun seperti papan nama, yang

seharusnya dimiliki seorang dokter manapun ketika melakukan praktik sebagai

tanda diizinkannya dokter tersebut untuk mengaplikasikan ilmu kedokterannya,

dalam hal ini tidak sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

yakni pasal 4 dalam Penjelasan Pedoman dan Pelaksanakan menjelaskan bahwa

“Seorang dokter wajib menggantungkan atau memancangkan papan nama di

depan ruang atau tempat praktik. Papan nama berukuran 40 x 60 cm, tidak boleh

melebihi 60 x 90 cm, cat putih dengan huruf hitam. Nama gelar yang sah dan jenis

melayani yang sesuai dengan surat ijin praktik dan waktu praktik”.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 16

Page 17: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAGAN KESIMPULAN

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 17

PELANGGARAN

KODEKI UUD KEDOKTERAN

PASAL 4

PASAL 14

PASAL 4

PASAL 14

PASAL 7 b

PASAL 7 c

PASAL 36 UU No.29 Th.2004

PASAL 4

Undang - Undang nomor 29 tahun 2004

PASAL 7 b

PASAL 7 c

PASAL 36 UU No.29 Th.2004

PASAL 4

Undang - Undang nomor 29 tahun 2004

Page 18: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB VII

PLANNING

Sikap taggung jawab yang dimiliki dr. Manise untuk melayani pasien yang

membutuhkan pertolongannya memang sangat tepat. Karena hal ini memang

merupakan tugas utama seorang dokter. Tetapi kesalahan terbesar dr. Manise terletak

pada ketidak patuhannya terhadap UUD Kedokteran pasal 36 UU No.29 Th.2004 yang

mengatur tentang diperbolehkannya seorang dokter untuk berpraktik jika telah

memenuhi beberapa persyaratan, dimana persyaratan itu mutlak dibutuhkan untuk

mengetahui boleh tidaknya seorang dokter untuk mengaplikasikan ilmunya kepada

kehidupa nyatanya, yang pada kasus ini dr. Manise telah melanggar dengan tidak

menggunakan papan nama pada tempat praktiknya. Hal ini seharusnya benar-benar

dihindari oleh dr. Manise dalam berpraktik. Karena ini menandakan bahwa ia sudah

tidak diizinkan untuk berpraktik. Dan kalaupun ingin membuka praktik kembali, dr.

Manise harus memperbarui Surat Izin Praktiknya (SIP) dengan berbagai cara yang

telah ditentukan. Baik itu langsung mengajukan kepada lembaga yang berhak

mengurusinya, maupun dari tempat lain yang berhubungan dengan kelanjutan program

belajarnya untuk saati ini. Karena pada kasus tersebut dinyatakan bahwa dr. Manise

sedang menempuh pendidikan spesialis di tempat lain, maka dr. Manise bisa mendapat

SIP dari tempat ia kuliah.

Kesalahan selanjutnya, terletak ketika dr. Manise telah membuat berbagai

praduga buruk terhadap dr. Siti dengan melibatkan pasiennya yaitu Nn.Genitwati

untuk menjatuhkan dr. Siti terutama dalam hal ia berprofesi, hal ini sangat tidak etis

dilakukan seorang dokter terhadap dokter lain (teman sejawatnya). Untuk itu, dr.

Manise telah melanggar UUD Kedokteran pasal 7c yang menerangkan tentang

penghormatan akan hak-hak pasien dan teman sejawatnya. Karena jika dr. Manise

benar-benar melihat kesalahan maupun kekeliruan pada dr. Siti melalui berbagai

informasi yang disampaikan para pasien, seperti halnya ketika Nn. Genitwati protes

akan kesalahan diagnosa oleh dr. Siti, seharusnya dr. Manise bisa mengingatkan dr.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 18

Page 19: Makalah PBL Skenario II KODEKI

Siti dengan perilaku dan ucapan yang sebaik mungkin bahwa dr. Siti telah membuat

kesalahan yang mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman jika diperiksa olehnya.

Entah dalam hal apapun itu yang sekiranya pantas untuk diingatkan tanpa adanaya

sikap yang cenderung menyalahkan hasil kerjanya.

Hal ini sesuai dengan UUD Kedokteran pasal 7b, yang menjelaskan bahwa

setiap dokter harus mengingatkan sejawatnya jika ia ketahui bahwa sejawatnya

memiliki kekurangan dalam menangani pasien, sehingga pasien merasa tidak nyaman

akan pemeriksaannya. Tentunya sikap seperti ini bisa lebih menguntungkan bagi

sesama dokter dalam berprofesi. Selain itu, kepada Nn. Genitwati seharusnya dr.

Manise menjelaskan faktor-faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perbedaan

antara hasil diagnosa dokter satu dengan dokter lainnya. Dimana perbedaan ini dapat

terjadi karena kondisi ketahanan tubuh seseorang yang bisa dengan mudah berubah.

Mungkin ketika pasien memeriksakan diri pada dokter pertama kondisi fisiknya jauh

berbeda ketika memeriksakan ulang kepada dokter kedua. Sehingga hal ini

mengakibatkan pebedaan yang signifikan terhadap hasil diagnosa yang dikeluarkan.

Sikap membanggakan diri dr. Manise terhadap Nn. Genitwati dalam kasus

tersebut, telah melanggar UUD Kedokteran pasal 4, dimana seorang dokter seharusnya

menjauhkan diri dari sikap membanggakan diri. Boleh dr. Manise untuk menanggapi

keluhan pasien, tetapi harus tanpa ada sikap membanggakan dirinya sendiri dan

membanding-bandingkan kemampuan yang dimilikinya dengan kemampuan dokter

lain. Karena dengan keawaman para pasien dalam menerima informasi medik seperti

halnya kasus diatas, tentu sangat mudah bagi mereka untuk berasumsi negatif terhadap

obyek yang dituju telah melakukan kesalahan, dalam hal ini adalah dr. Siti. Sehingga

hal terburuk telah diperoleh dr. Siti dengan merosot tajamnya pasien yang dimiliki,

yang sangat berpengaruh tehadap kinerjanya sebagai seorang dokter.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 19

Page 20: Makalah PBL Skenario II KODEKI

BAB VIII

PENUTUP

Dari masalah diatas kita dapat mengambil beberapa contoh macam pelajaran

salah satunya adalah bagaimana cara kita dapat menghargai teman sejawat sesama

profesi. Selain itu juga kita diajarkan bagaimana cara untuk menjadi dokter yang baik

yang selalu menaati prinsip bioetika dan menjalankan Kode Etik Kedokteran

Indonesia (KODEKI) dengan baik dalam praktik kedokteran, dimana kita dituntut agar

dapat melayani pasien dengan sepenuh hati dan memuaskan.

Jadi kita sebagai calon dokter yang baik dan mengabdi sepenuh hati untuk

masyarakat seharusnya mampu menjalankan dan mengaplikasikan Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI) dengan aturan yang sudah ditentukan serta dapat

menerapkan prinsip bioetika kepada pasien dan selalu menghargai, menjaga dan

memelihara nama baik teman sejawat beserta IDI.

Demikian makalah ini kami buat agar dapat berguna dan bermanfaat bagi

pembelajaran kita semua. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan pada pembuatan

makalah ini. Kami berharap pada pembuatan makalah yang selanjutnya agar bisa

menjadi lebih baik.

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 20

Page 21: Makalah PBL Skenario II KODEKI

DAFTAR PUSTAKA

Meu-fk uwks. 2009. Modul Bioetik & Humaniora Fakultas Kedokteran Universitas

Wijaya Kusuma Surabaya.Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

daniiswara.googlepages.com/Kode_Etik_Kedokteran_Indonesia_KODEK.pdf

Isnoviana, Meivy. 2005. Hukum Kedokteran.Surabaya: Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Spesialis

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Praktik

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda Praktik

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit Paru

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Arogan

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Profesional

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bersungut-sungut

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/IDI

Sumber : www.windy05.blogspot.com

Sumber : www. fkunhas.com

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kode Etik Kedokteran

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gosip

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 21

Page 22: Makalah PBL Skenario II KODEKI

Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 22